tugas kasus.docx
DESCRIPTION
tugas kasus katarak senilisTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
SABTU, 23 JUNI 2012
KATARAK SENILIS
Oleh :
SRI PUTRI HANDAYANI
G1A107063
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
SMF/BAGIAN MATA RSUD RADEN MATTAHER/PSPD UNJA
JAMBI 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan kasus yang berjudul Miopia derajat
tinggi. Penulisan kasus ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
menjalani kepaniteraan klinik senior di bagian Mata di RSUD RadenMattaher Jambi.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. H. Djarizal, SpM, M.PH, dr. H.
Kuswaya, SpM, dr. H. Suwandi, SpM, dr. M. Ikhsan, SpM; dr. Mailiya Firinda; dan
dr.Amelia Novita Sari; yang telah membantu dan membimbing dalam penyelesaian
laporan kasus ini.
Sepenuhnya saya menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
laporan kasus ini.
Terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Jambi,15 Juni2012
Penyusun
Sri Putri Handayani
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………. i
Daftar Isi ………………………………………….. ii
Bab I Pendahuluan ………………………………………….. 1
Bab II Laporan Kasus ………………………………………….. 2
Bab III Tinjauan Pustaka ………………………………………….. 7
3.1 Lensa ………………………………………….. 7
3.2 Katarak ………………………………………….. 14
3.3 Katarak Senilis ………………………………………….. 16
3.4 Presbiopi ………………………………………….. 35
Bab IV Pembahasan …………………………………………… 37
Bab V Kesimpulan …………………………………………… 40
Daftar Pustaka …………………………………………… 41
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan
Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak ialah
setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan
lensa) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama.1
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan
bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaucoma,
ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit
intraokular lainnya.1
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan. Sebanyak tujuh belas juta
populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka
menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Sekitar
85% dari semua adalah katarak yang berkaitan dengan usia, 15% lainnya adalah hasil
dari berbagai penyebab yang diketahui.2
Pengobatan pada katarak adalah tindakan pembedahan.Setelah pembedahan,
lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam
intraocular.Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan
sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan penganganan katarak dapat lebih
diperluas sehingga prevalensi kebutaan di Indonesia dapat diturunkan.1
Pada laporan kasus ini, akan dibahas mengenai definisi, etiologi,
epidemiologi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis dari
katarak senilis serta pembahasan mengenai presbiopia.
ANAMNESANama : Ny. NUmur : 70 tahunAlamat : Seberang Kota JambiPendidikan : Tidak SekolahPekerjaan : IRTStatus : Sudah Menikah
Keluhan Utama Mata sebelah kiri kabur
Anamnesa Khusus ± 1 tahun yang lalu, kedua mata pasien mulai kabur, namun mata sebelah kiri yang dirasa semakin kabur. Kabur dirasakan semakin berat semenjak 3 bulan belakangan ini. Pasien juga merasakan penglihatan seperti berkabut dan ada rasa gelap terutama pada mata kirinya.Apabila ditempat terang, atau terkena cahaya matahari, mata pasien terasa silau dan lama-kelamaan pedihMerah (-) Gatal (-), berair (-), riwayat trauma (-)
Riwayat penyakit yang lalu
- Hipertensi disangkal- Diabetes Melitus disangkal- Pasien menggunakan kacamata baca sejak umur 45 tahun
Anamnesa Keluarga Tidak ada penyakit yang sama
Riwayat Gizi Baik
Keadaan Sosial Ekonomi
Menengah
Penyakit Sistemik
‘
SMF/Bag. MATARSUD RADEN MATTAHER JAMBI/FK. UNJA
Jln. Let.Jend.Soeprapto No.31 Jambi – 36122Telp : (0741) 61692
- Trac Resp- Tract Digest- Cardio Vasc- Endokrin- Neurologi- Kulit- THT- Gilut- Lain-lain
Tidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainan
I. PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSIOD OS
VISUS : SC : 6/60, PH: 6/60 CC : STEN : - KOREKSI : S C as- ADDE : S +300
- SKIASKOPY : S C as
VISUS : SC : 1/300 CC : STEN : - KOREKSI : S C as- ADDE : S + 300
- SKIASKOPY : S C as
II. MUSCLE BALANCEPERGERAKAN BOLA MATA
Versi : BaikDuksi : Baik
Versi : BaikDuksi : Baik
III. PEMERIKSAAN EKSTERNAL
Papebra Superior : Hiperemis (-) edema (-)
Hiperemis (-) edema (-)
Papebra Inferior : Hiperemis (-) edema (-)
Hiperemis (-)edema (-)
Cilia : Trikiasis (-) madarosis (-)
Trikiasis (-)madarosis (-)
Ap.Lacrimalis : Sumbatan (-) Sumbatan (-)
Conj.Tars.Sup : Papil (-) folikel (-) lithiasis (-)
Papil (-)folikel (-)lithiasis (-)
Conj.Tars.Sup : Papil (-) folikel (-) lithiasis (-)
Papil (-)folikel (-)lithiasis (-)
Conj.Bulbi : Injeksi Siliar (-) Injeksi Konjunctiva (-)
Injeksi Siliar (-)Injeksi Konjunctiva (-)
Cornea : Edema (-) Jernih
Edema (-)Jernih
COA : Dalam, Hifema (-) Hipopion (-)
Dalam, Hifema (-) Hipopion (-)
Pupil : Bulat, regular Refleks Cahaya :- Direct (+)- Indirect (+)
Diameter : 3 mm
Bulat, regularRefleks Cahaya :- Direct (+)- Indirect (+)
Diameter : 3 mmIris : Coklat, Kripta jelas Coklat, Kripta jelas
Lensa : Keruh sebagian, iris shadow (+)
Keruh totalIris shadow (-)
Lain –lain
IV. PEMERIKSAAN SLIT LAMP DAN BIOMICROSKOPYCilia : Trikiasis (-) madarosis (-)
Trikiasis (-)madarosis (-)
Conjunctiva : Injeksi Siliar (-) Injeksi Konjunctiva (-)
Injeksi Siliar (-)Injeksi Konjunctiva (-)
Cornea : Edema (-) Jernih
Edema (-)Jernih
COA : Dalam, Hifema (-) Hipopion (-)
Dalam, Hifema (-) Hipopion (-)
Iris : Coklat, Kripta jelas Coklat, kripta jelas
Lensa : Keruh sebagian Keruh Total
V. TONOMETRIPALPASI : NormalSCHIOTZ : tidak dilakukanAPPLANASIA : tidak dilakukan
Normaltidak dilakukantidak dilakukan
VI. GONIOSKOPY tidak dilakukan tidak dilakukan
VII. VISUAL FIELDTes Konfrontasi: sama dengan pemeriksa Menyempit
VIII. PEMERIKSAAN PADA KEADAAN MIDRIASIS
OD OSLensa : Keruh sebagian Keruh total
Vitreous : Sulit dinilai Tidak bisa dinilai
Fundus : Sulit dinilai
Tidak bisa dinilai
IX. PEMERIKSAAN UMUMTinggi Badan : Cardio Vasc : tidak ada kelainan
Berat Badan : 70 kg G.I. Tract : tidak ada kelainan
Tekanan darah : 140/100 mmHg Paru-Paru : tidak ada kelainan
Nadi : 88 x/mnt Neurology : tidak ada kelainan
Suhu : afebris
Pernafasan : 16 x/mnt
X. PEMERIKSAAN LAIN
XI. DIAGNOSAKatarak Senilis Imatur OD + Katarak Senilis Matur OS + Presbiopi ODS
XII. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS -
XIII. ANJURAN PEMERIKSAAN- GDS- Darah Lengkap
- Tonometri Schiotz
XIV. PENGOBATAN - Mata Kanan: Karena penglihatan masih baik, sebaiknya tidak dilakukan operasi. Medikamentosa: Obat-obat penghambat katarak, seperti:
1. Katarlen2. Vitamin
- Mata Kiri:Dilakukan operasi katarak dan IOL
- Presbiopi: Menggunakan kaca mata baca +300
XV. PROGNOSA
Quo Ad Vitam: ad bonam Quo Ad Fungsionam: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 LENSA
3.1.1 Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (vesikel optic), dan lensa berasal dari
ectoderm permukaan pada tempat lensplate yang kemudian mengadakan
invaginasi dan melepaskan diri dari ectoderm permukaan, membentuk vesikel
lensa dan bebas terletak didalam batas-batas dari batas optic cup. Segera setelah
vesikel lensa terlepas dari ectoderm permukaan, maka sel-sel bagian posterior
memanjang dan menutupi bagian yang kosong. Kapsul hialin dikeluarkan oleh
sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah ekuator dan
tumbuh dan tumbuh kedepan dibawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis
dan kebelakang dibawah kapsula lentis. Serat ini saling bertemu dan
membentuk sutura lentisyang membentuk huruf Y tegak di anterior dan Y
terbalik di posterior.3,4
Pembentukan lensa selesai pada umur 7 bulan penghidupan fetal. Inilah
yang membentuk substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan nucleus.
Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus selama
hidup, tetapi lebih lambat, kemudian terjadi kompresi dari serat-serat tersebut
dengan disusul oleh proses sklerosis.3,4
Gambar 1. Embriologi Lensa5
3.1.2 Anatomi dan Fisiologi Lensa
3.1.2.1 Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
transparan. Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate.1,3 Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula
(zonula Zinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior
lensa terdapat humour aquos dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa
adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik.1,6,7,8
Lensa terdiri dari 65% persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau
pun saraf di lensa.1,6,7,8
Gambar 2. Bentuk dan Posisi Lensa di Mata5
Bagian-bagian lensa6:
1. Kapsul
Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang
transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel
epitelial. Kapsula terdiri dari substansi lensa yang dapat mengkerut selama
perubahan akomodatif. Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis
yang berperan dalam melekatnya serat-serat zonula.
Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial dan
tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki ketipisan sekitar
2-4 m. Kapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan terus
meningkat ketebalannya selama kehidupan.
Pinggir lateral lensa disebut ekuator, yaitu bagian yang dibentuk oleh
gabungan capsule anterior dan posterior yang merupakan insersi dari zonula.
2. Serat Zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis
dari epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-
serat zonula ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu.
Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis
anterior dan posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan
melintang dari cincin zonula
3. Epitel Lensa
Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.
Sel-sel epitel ini mengandung banyak organel sehingga Sel-sel ini secara
metabolik ia aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel normal termasuk
biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid . sehingga dapat menghasilkan ATP
untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa.
Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel epitelial
memanjang membentuk sel serat lensa. yang sering disertai dengan
peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan
organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan ribosom.
Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya
dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini. Tetapi
dengan hilangnya organel maka fungsi metabolikpun akan hilang sehingga
serat lensa bergantung pada energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis
Ket :
- CZ : sentral lensa
- PZ: preequator
- EZ : equator
Gambar 3. Epitel Lensa
4. Nukleus dan Korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan
serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat paling tua
yang terbentuk merupakan lensa fetus yang diproduksi pada fase embrionik
dan masih menetap hingga sekarang. Serat-serat yang baru akan membentuk
korteks dari lensa.
Gambar 4. Anatomi Lensa5
3.1.2.2 Fisiologi Lensa
Fisiologi lensa menurut AAO (1999-2000)6:
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh karena itu,
sel-sel yang berada di tengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap
lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction antar
sel.
1. Keseimbangan Elektrolit dan Air Dalam Lensa
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak berubah
seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada di
ruangan ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah sekitar 20μM
dan potasium sekitar 120μM. Konsentrasi sodium di luar lensa lebih tinggi
yaitu sekitar 150μM dan potasium sekitar 5μM.
Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa. Konsentrasi
kalsium di dalam sel yang normal adalah 30μM, sedangkan di luar lensa
adalah sekitar 2μM. Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya
oleh pompa kalsium Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan kalsium ini
dapat menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein
high-molecular-weight dan aktivasi protease destruktif.
Transpor membran dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan
nutrisi lensa. Asam amino aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa
sodium yang berada di sel epitel. Glukosa memasuki lensa secara difusi
terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transport aktif.
2. Lensa Sebagai Media Refraksi
Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara
normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang
berbeda dari aqueous humor dan vitreous yang mengelilinginya. Pada
keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 dioptri
(D) dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia.
Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksinya diberikan oleh udara dan
kornea.
3. Akomodasi Lensa
Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke
benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa
oleh aksi badan silier terhadap serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun,
kekakuan yang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya
akomodasi.
Saat otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa
menjadi lebih cembung. Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial
lensa meningkat, kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat
otot silier relaksasi, serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan
kekuatan dioptri menurun.
Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi.
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus III
(okulomotorius). Obat-obat parasimpatomimetik (pilokarpin) memicu
akomodasi, sedangkan obat-obat parasimpatolitik (atropine) memblok
akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot silier disebut
cycloplegik.
3.1.3 Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium
dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar
kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar
natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan
keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak
ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif
Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-
ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt
(5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak
dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase.
Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan
sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen.6
3.2 KATARAK
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa atau kapsula lensa.1,2,5,6,9,10
Klasifikasi Katarak menurut waktu terjadinya5:
Klasifikasi Katarak secara umum dibagi menjadi:3
1. Katarak Developmental
Bentuk dari katarak developmental:
Arteri Hialoidea yang persisten
Katarak polaris anterior ( piramidalis anterior )
Katarak polaris posterior ( piramidalis posterior )
Katarak aksialis
Katarak zonularis.
Katarak stelata
Katarak totalis.
Katarak membranasea
2. Katarak Degenerativa
Katarak Primer
Klasifikasi katarak primer menurut umur:
a. Katarak Yuvenilis umur < 20 tahun
b. Katarak Presenilis umur sampai dengan 50 tahun
c. Katarak Senilis umur lebih dari 50 tahun
Katarak Komplikata
katarak yang terjadi sekunder atau sebagai penyulit dari
penyakit lain .
Penyebab biasanya:
- Penyakit lokal di mata
(Uveitis, Glaukoma, Miopia Maligna, Ablasio Retina)
- Penyakit sistemik
(Galaktosemia, Diabetes Melitus,
- Trauma
3. Katarak iatrogenik
Katarak yang timbul karena pemakaian berbagai obat – obatan, seperti:
- kortikosteroid.
- sulfonamid.
- khlorpromazine..
4. Katarak Sekunder
Katarak yang timbul setelah operasi katarak
3.3 KATARAK SENILIS
3.3.1 Definisi
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.1,2,5,6,9,11 Pada katarak senilis terjadi penurunan
penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif.
Katarak senilis menjadi salah satu penybeab kebutaan di dunia saat ini.1-6,11,12,13
3.3.2 Etiologi
Penyebab sebenarnya dari katarak senilis belum diketahuidan pada kasus-
kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk
mengetahui riwayat keluarga pasien secara detil.9,11,13,14
Selain itu, faktor resiko untuk terjadi katarak antara lain; diet, merokok, sering
terpapar sinar UV.11,13,14
3.3.3 Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh
belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan
dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat
puluh juta.2
Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan.
90% dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5% dari golongan
usia 70 tahun dan 10% dari golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi
katarak.13
3.3.4 Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya
diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan
dalam terjadinya katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui.6,13
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi
tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih
padat. Lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan
fokus untuk melihat benda dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi
pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa’ yang mengakibatkan
nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi
perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat molekul yang
tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga
memantulkan sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia
ini juga diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear lensa.6
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan
pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi
kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan
penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang. 13
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil
berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada
berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi
semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan
reaksi fundus bisa hilang sama sekali.6,13
Konsep penuaan:1
Imunologis
dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel
Teori “a free radical“
o Radikal bebas terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
o Radikal bebas dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
o Radikal bebas dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E
Teori “ a cross-link”
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga mengganggu fungsi
Perubahan lensa pada usia lanjut: 1,6
1. Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk
lamel kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular
2. Epitel – makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak
dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa :
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic
nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin,
triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa
nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal. Korteks
tidak berwarna karena:
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
4. Proses pada nukleus
Oleh karena serabut- serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong
ke arah tengah menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi,
penimbunan kalsium dan sclerosis. Pada nucleus ini kemudian terjadi
penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetrop.
Lama kelamaan nukleuus lensa yang pada mulanya berwarna putih, menjadi
kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-
hitamn. Karna itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.
5. Proses pada korteks
Timbulnya celah celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan
penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi
ke arah myopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan
kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
3.3.5 Klasifikasi Katarak Senilis
Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:1,3,5,6
1. Katarak Nuklear
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan
nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya
terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi
gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai
coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling
banyak terjadi.Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat
(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik.
Gambar 5. Katarak Nuclear
2. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa
serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa.Katarak menyerang
lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul
sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat
dibandingkan katarak nuklear. Terdapat wedge-shape opacities/cortical
spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan yang biasa terjadi yaitu
penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.
Gambar 6. Katarak Kortikal
3. Katarak Subkapsular Posterior
Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian
lensa belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60
tahun dan progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang
orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang.
Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada
kondisi cahaya terang.
Gambar 7. Katarak Subkapsular
Berdasarkan stadium klinisnya, katarak senilis dibagi dalam 4 stadium yaitu
insipien, imatur, matur, dan hipermatur.1,3,5,6
Perbedaan stadium katarak senilis:1
Insipien Imatur Matur HipermaturKekeruhan Ringan Sebagian Seluruh MasifCairan Lensa
Normal Bertambah (air masuk)
Normal Berkurang (air+masa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal TremulansBilik Mata Depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test
Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-
bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior.
Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada
stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap
untuk waktu yang lama.
Gambar 8. Katarak Insipien
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke
depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma
sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat
bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
Gambar 9. Katarak Imatur
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak
terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.
Gambar 10. Katarak Matur
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan
nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni.Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.
Cairan/protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi
inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing.
Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran
melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan
cairan/protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.
Gambar 11. Katarak Hipermatur
3.3.6 Diagnosis Katarak
Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang lengkap.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:1,3,5,6,13
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif
atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan
dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana
tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang
menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang
hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau
sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini sering kali
muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam
mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda
warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata
sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus daripada menggunakan
bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi penglihatan; namun uji
ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh
adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri
lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.
Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang
karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian
waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini
berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik
nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa
menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung
untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan
menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari,
sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan
pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak
tumpul atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada
penderita glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari
lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan
dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan
perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih
kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-
gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau
badan vitreous yang sering bergerak-gerak.
Anamnesis
Gejala utama: penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
Berkabut, berasap, penglihatan seperti tertutup film
Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film
didepan mata
Seperti ada titik gelap di depan mata
Penglihatan ganda
Perubahan daya lihat warna
Lampu dan matahari sangat mengganggu
Sering meminta ganti resep kaca mata
Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.
Halo, warna disekitar sumber sinar
Warna manik mata berubah atau putih
Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari
Penglihatan dimalam hari lebih berkurang
Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari
Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah
Penglihatan menguning
Pemeriksaan Fisik
Untuk menegakkan diagnosa katarak dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan refleks pupil .
Pemeriksaan oftalmoskop.
Pemeriksaan Slit Lamp
Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler.
Gambar 12. Penglihatan pada katarak
3.3.7 Tatalaksana Katarak
a. MedikaMentosa
Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol. Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol-
lowering agent, aspirin, glutathion-raising agent dan antioksidan vitamin
C dan E. Obat yang dikenal di pasaran dapat memperlambat proses
pengeruhan antara lain Catalin®, Quinax®, Catarlen® dan Karyuni®.5,13
Obat-obatan yang digunakan pada saat pre dan post operasi katarak,
adalah:13
Midriasil
Phenylephrin ophthalmic (Neo-Synephrine)
Bekerja secara langsung sebagai vasokonstriktor dan midriatik dengan
mengkontriksi pembuluh darah oftalmika dan otot radial iris. Biasanya
digunakan pada konsentrasi 2,5%-10% karna mengurangi efek
sistemik. Onset kerjanya 30-60 menit dan diulang setiap 3-5jam.
Biasanya diberikan pada saat preoperasi katarak
Kortikosteroid
Prednisolon asetat 1%, dexametason 0,1%, dll
Membantu menurunkan dan mengontrol inflamasi khususnya pada saat
postoperasi katarak.
Antibiotik
Ciprofloxasin, Eritromisin, dll
Digunakan sebagai profilaksis postoperasi katarak
Anti Inflamasi Non Steroid
Nepafenac, dll
b. Pembedahan
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Sosial
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika
penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga
mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera,
bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak matur/hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus
optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat
diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat
dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun
pengelihatan tidak akan kembali.
Kontraindikasi dan hati-hati untuk operasi katarak:
1. Infeksi sekitar mata Anel test.
2. Tekanan bola mata cukup tinggi--> TIO
3. Fungsi retina harus baik light perception
4. Keadaan umum harus baik.. ( hipertensi, diabetes, batuk kronis,
5. Adanya nystagmus,.
6. Anevia gravis
Teknik-teknik pembedahan katarak
Teknik pembedahan katarak yang dikenal saat ini adalah:
Discisio Lentis
Extra Capsuler Cataract Extraction (ECCE)
Intra Capsuler Cataractextraction (ICCE)
Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Phacoemulcification
Ekstraksi Linier
Afakia
Setelah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia.
Tanda-tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam.
Pada keadaan ini mata kehilangan daya akomodasinya (hipermetropia tinggi
absolut), terjadi gangguan penglihatan warna, sinar UV yang sampai ke retina
lebih banyak, dan dapat terjadi astigmatisme akibat tarikan dari luka operasi.
Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sferis +10.0 Dioptri supaya dapat
melihat jauh dan ditambah dengan S +3.0 D untuk penglihatan dekatnya. Ada
tiga cara untuk mengatasi gangguan visus ini, yaitu:3,9
Insersi lensa intraokuler/IOL (pseudofakia)
Menggunakan lensa kontak
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat dan tidak
nyaman.
Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua
kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.
Intraokular Lens (IOL)/Pseudofakia
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa
buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun
kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.
Komplikasi yang dapat terjadi pada saat intra dan pasca operasi
• Komplikasi Intraoperasi
- Perdarahan
- Prolaps iris
- Edema kornea
- Kerusakan endotel kornea
- Ruptur kapsula posterior
- Prolaps vitreus
- COA dangkal
- Dislokasi nukleus lensa ke dalam vitreus
• Komplikasi pascabedah dini
- Peradangan
- Hifema
- Edema kornea
- Kebocoran luka
- Prolaps iris
- Glaukoma sekunder
- Dislokasi IOL
- Endoftalmitis
• Komplikasi pascabedah lanjut
- Ablasio retina
- Posterior Capsular Opacification (PCO)
- Cystoid Macular Edema (CME)
- Vitreous touch syndrome
- Bullous Keratopathy
- Glaukoma sekunder
3.3.8 Komplikasi Katarak5,6,13
1. Glaukoma
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi
karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. 9,16
• Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan
keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama
bagian kapsul lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior
akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi
merabsorbsi substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga
timbul glaukoma.
• Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut
kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor
aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya
tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma
• Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi
mata sendiri (auto toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang
kemudian akan menjadi glaukoma.
2. lens induced uveitis
3. subluksasi lensa
4. dislokasi lensa
3.3.9 Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan
pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.13
3.4 PRESBIOPI
3.4.1 Definisi
Presbiopi merupakan kondisi mata dimana lensa kristalin kehilangan
fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang
dekat. Presbiopi merupakan bagian alami dari penuaan mata. Presbiopi ini
bukan merupakan penyakit dan tidak dapat dicegah.17
Presbiopi atau mata tua yang disebabkan karena daya akomodasi lensa mata
tidak bekerja dengan baik akibatnya lensa mata tidak dapat memfokuskan
cahaya ke titik kuning dengan tepat. sehingga mata tidak bisa melihat yang jauh
maupun dekat. daya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk
mencembung dan memipih.3,17
3.4.2 Etiologi
Presbiopi disebabkan oleh proses penuaan. Presbiopi dipercaya disebabkan
karena penebalan secara bertahap dan kehilangan fleksibilitas dari lensa.
Perubahan karena penuaan ini dikaitkan dengan perubahan pada protein di
lensa mata yang membuat lensa lebih keras dan kurang elastis dari waktu ke
waktu.3
3.4.3 Gejala dan Tanda
Seorang yang mengalami presbiopi biasanya saat membaca buku, majalah,
koran dan bahan bacaan yang lain dengan memanjangkan tangan
(menempatkan bahan bacaan dengan jarak yang jauh dari mata) untuk
mendapatkan fokus yang sesuai. Ketika melakukan pekerjaan yang
membutuhkan jarak yang dekat dengan mata seperti menyulam dan menulis
biasanya otang dengan presbiopi merasakan sakit kepala, otot mata menegang ,
atau perasaan lelah.17
3.4.4 Tatalaksana17
• Eyewear
Kacamata dengan bifocal atau progressive addition lenses (PALs) merupakan
kacamata yang umum digunakan untuk mengoreksi presbiopi. Pilihan yang
lain dapat menggunakan kacamata baca. Kacamata baca tidak seperti bifocal
dan progressive addition lenses (PALs) yang digunakan yang digunakan
orang sepanjang hari tetapi kacamata baca ini hanya digunakan untuk
melakukan suatu pekerjaan yang butuh kontak mata yang dekat. Selain itu
presbiopi juga dapat diatasi dengan menggunakan lensa kontak baik
multifocal contact lenses maupun monovision
• Pembedahan
Prosedur pembedahan dapat nenjadi solusi apabila tidak ingin menggunakan
lensa kontak atau kacamata. Pembedahan ini meliputi implantasi
accommodative intraocular lenses (IOLs)
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1 Hasil Autoanamnesa
(dilakukan pada tanggal 9 Juni 2012)
Pasien bernama Ny.N (70 tahun) mengeluh mata kiri kabur. Rasa kabur
dirasakan ± 1 tahun yang lalu pada kedua mata, namun mata sebelah kiri yang
dirasa semakin kabur. Kabur dirasakan semakin berat semenjak 3 bulan
belakangan ini. Pasien juga merasakan penglihatan seperti berkabut dan ada rasa
gelap terutama pada mata kirinya.Apabila ditempat terang, atau terkena cahaya
matahari, mata pasien terasa silau dan lama-kelamaan pedih. Merah (-) Gatal (-),
berair (-), riwayat trauma (-). Riwayat penyakit, seperti hipertensi disangkal,
diabetes melitus disangkal. Pasien menggunakan kacamata baca sejak umur 45
tahun.
Setelah dilakukan anamnesa, kemudian dilakukan pemeriksaan visus
dasar. Adapun cara pemeriksaan visus pada pasien Ny. N ini adalah sebagai
berikut:
Mata Kanan
Pada mata kanan didapatkan hasil visus 6/60, kemudian dilakukan koreksi
dengan teknik “trial lens” yaitu diberikan +125 dan -125 tidak ada perbaikan,
kemudian ditambah menjadi +150 dan -150 juga tidak merasa ada perbaikan.
Dan kemudian dilakukan pinhole, untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan refraksi atau media refraksi.
Pada pemeriksaan pinhole, didapatkan visus tetap 6/60 (tidak ada
kemajuan). Hal ini mungkin disebabkan karena ada gangguan pada media
refraksi.
Mata Kiri
Pada mata kiri, pasien tidak dapat melihat kartu snelen card pada jarak 6
meter, kemudian dilakukan pemeriksaan hitung jari, namun juga tidak ada
perbaikan, dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan lambaian tangan.
Pada pemeriksaan lambaian tangan pasien dapat mengetahui pergerakkan
lambaian dan tangan dan berasal dari mana arahnya.
Kemudian pada mata kanan dan kiri diberikan lensa +300 dan pasien disuruh
untuk membaca dekat, dan pasien bisa membaca tapi terbatas hanya pada baris
pertama.
Setelah dilakukan pemeriksaan visus, maka dilakukan pemeriksaan luar.
Pada pemeriksaan luar, didapatkan semuanya dalam batas normal, namun hanya
ditemukan kekeruhan pada lensa di mata kiri dan keruh sebagian pada mata
kanan. Untuk membuktikan hal tersebut, maka dilakukan pemeriksaan dengan
slitlamp dan oftalmoskop, namum sebelumnya pasien diberi tetesan midriasil.
Selain itu, dilakukan pemeriksan iris shadow test, pada mata kanan (+) dan pada
mata kiri (-)
Pada pemeriksaan slitlamp, pada mata kanan ditemukan kekeruhan
sebagian, dan pada mata kiri ditemukan kekeruhan total. Pada pemeriksaan
oftalmoskop, pemeriksaan pada mata kanan sulit dinilai, karena yang tampak
hanya sedikit dibagian fundus. Sedangkan pada mata kiri, tidak bisa dilakukan,
karena pada pemeriksaan tidak bisa dinilai fundusnya, yang tampak hanya
bayangan putih.
5.2 Analisa Diagnosa
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, dignosa
pasien ini adalah: “Katarak Senilis Imatur OD + Katarak Senilis Matur OS
+ Presbiopi ODS”
Diagnosis dapat ditegakkan dengan jalan menyingkirkan diagnosis
banding tersebut melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan semua data di atas maka kami menegakkan diagnosis
kerja katarak senilis imatur okuli dextra dan katarak semilis matur okuli sinistra
serta presbiopi pada pasien ini.
Rencana penatalaksanaannya adalah ekstraksi lensa dan pemasangan
lensa tanam (IOL). Pembedahan dilakukan atas indikasi perbaikan visus dan
adanya gangguan aktifitas sehari-hari penderita.
Ada beberapa pilihan untuk teknik pembedahan pada kasus katarak,
antara lain: ECCE (extracapsular cataract extraction), ICCE (intracapsular
cataract extraction), SICS (small incision cataract surgery) dan
Fakoemulsifikasi. Prosedur yang digunakan pasien ini adalah SICS dan
pemasangan lensa tanam dipilih karena dapat mengembalikan visus paling
sempurna.
Operasi dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2012. Untuk persiapan
pembedahan direncanakan pemeriksaan menyeluruh dan perbaikan keadaan
umum pasien. Serta dianjurkan untuk pemeriksan GDS, darah rutin, dan
tonometri.
Prognosis pasien ini quo ad vitam bonam, quo ad functionam dubia ad
bonam.
BAB V
KESIMPULAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis ialah karena proses
degeneratif. Selain itu katarak senilis juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor
seperti adanya penyakit metabolisme, trauma serta paparan sinar ultraviolet. Katarak
senilis secara klinis dikenal dalam empat stadium, yaitu stadium insipien, imatur,
matur dan hipermatur.
Gejala umum gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti
terdapat kabut menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat terjadi
penglihatan ganda pada satu mata memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat
membaca, lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan kapan
katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan
dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Apabila dibiarkan katarak akan
menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis dan
kerusakan retina. Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya
katarak senilis ialah disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan
terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik,
mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca
mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C
dan E) secara teori bermanfaat.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada
saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-tiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. Hal:200-7
2. World Health Organization and International Agency for the Prevention of Blindness. Developing an Action Plan to Prevent Blindness. 2004
3. Wijaya, Nana, Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-6. Jakarta: Abaditegal. 1993. Hal: 190-212
4. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum. Edisi 14. Jakarta: Penerbit Widya medika. 2000
5. Lang,G. Glaukoma. In: Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas. 2ed ed. New York:Thieme Stuttgart. 2007. p: 174-189
6. American Academi of Ophthalmology. Basic clinical science; Lens and Cataract. Section 11. 1999-2000. p.7-21, 40-43, 64-76, 140-150
7. Augestein CR. On the growth and internal structure of the human lens. In: NIH Publis Access. 2010
8. Danysh BP, Duncan MK. The Lens Capsule. In: NIH Publis Access. 20099. National Eye Institute. Cataract. Downloaded from:
http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp#top 10. Perdami. Panduan Manajemen klinis Perdami. Jakarta: PP Perdami. 2006. Hal 5111. Allen D. Cataract. In: BMJ Publishing Group Ltd. 200812. Kohnen T, et al. Cataract Surgery with Implantation IOL. In: Dtsch Arztebl Int.
200913. Victor VD, et al. Senile Cataract. In: Medscape Referance. 2012. Downloaded
from: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview14. Sinha, et al. Etiopathogenesis of cataract: Journal review. In: Indian Journal of
Opthalmology. 2009.15. Ilyas S. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-tiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. Hal:13516. American Academi of Ophthalmology. Basic clinical science;
Optic, Refraction, and Contact Lens. Section 3. 1997-1998. p.145