tugas jurnal olahraga

65
TUGAS JURNAL OLAHRAGA Nama : Hibatullah Arif Yaasiin NIM : 21030114130152 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Upload: hibatullah-arif-yaasiin

Post on 07-Feb-2016

81 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas jurnal olahraga

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Nama : Hibatullah Arif Yaasiin

NIM : 21030114130152

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro

Semarang

2014

Page 2: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

OLAHRAGA RENANG SEBAGAI HIDROTHERAPY DALAM MENGATASI

MASALAH-MASALAH KESEHATAN

Ermawan Susanto Jurusan Pendidikan Olahraga

Abstrak

Konsep SEHAT menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah : Sejahtera Jasmani (kemandirian biologis), Sejahtera Rohani (kemandirian psikologis), dan Sejahtera Sosial (kemandirian sosiologis), bukan hanya bebas dari Penyakit, Cacat ataupun Kelemahan. Pada paradigma kesehatan terdapat 4 (empat) lingkup pembinaan yaitu kesehatan yang bersifat: (1) Promotif, (2) Preventif, (3) Rehabilitatif, dan (4) Kuratif. Oleh karena itu wujud kegiatan pembinaan kesehatan melalui olahraga, harus ditujukan kepada ketiga aspek sehat WHO tersebut. Kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rohaniah dilakukan dengan upaya untuk menghilangkan sebanyak mungkin stress dan beban-beban psikologis lainnya dengan cara meningkatkan volume dan kualitas pemahaman dalam peri kehidupan beragama beserta peningkatan frekuensi dan intensitas pelaksanaan ibadahnya. Olahraga renang sebagai salah satu cabang olahraga sangat berperan dalam masalah ini. Kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan jasmaniah dilakukan dengan upaya untuk meningkatkan derajat Sehat Dinamis melalui berbagai bentuk Olahraga Kesehatan. Olahraga Kesehatan adalah Olahraga untuk memelihara dan/atau untuk meningkatkan derajat Kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (Sehat statis) tetapi juga sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang memenuhi kebutuhan hidupnya (Sehat dinamis). Olahraga renang memiliki peran aktif dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan seperti stres (dalam segi rohaniah) dan juga mampu memberi rangsangan pada tubuh dalam menyembuhkan penyakit (dalam segi jasmaniah). Olahraga renang baik bentuk aktivitasnya maupun media kolam renang telah berfungsi sebagai terapi kesehatan (hydrotherapy) guna mengatasi masalah-masalah kesehatan seperti hipokinesia (kurang gerak), muskuloskeletal, penyakit dalam, dan masalah psikis.

Kata Kunci: renang, hidro therapy, program latihan.

Page 3: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

PENDAHULUAN

Hidro therapy atau terapi air adalah metode perawatan dan penyembuhan dengan

menggunakan air untuk mendapatkan efek-efek terapis (Chaiton, 2002). Secara khusus, air

memiliki kualitas untuk mencapai respon tubuh yang bisa menyembuhkan simpton-simpton dan

meningkatkan mekanisme tubuh dalam menghadapi ancaman eksternal. Media air bisa

digunakan karena faktor buoyancy (keterapungan) baik di kolam renang maupun kolam terapi.

Air dapat digunakan sebagai terapi dalam kondisi panas, hangat, netral (temperatur tubuh),

dingin, atau dalam kondisi beku (es).

Hidro therapy sesungguhnya merupakan metode terapi dengan pendekatan “lowtech”

yang mengandalkan pada respon-respon tubuh terhadap air. Beberapa keuntungan yang

diperoleh dari terapi air antara lain: untuk mencegah flu/demam, memperbaiki fertilitas,

menyembuhkan kelelahan, meningkatkan fungsi imunitas, meningkatkan energi tubuh, dan

membantu kelancaran sirkulasi darah (Chaiton, 2002; Bates A, & Hansen N, 1996). Salah satu

contoh perawatan terapi air yang sederhana adalah dengan cara mandi dengan air yang lebih

dingin dari biasanya. Dengan mandi air yang lebih dingin memungkinkan tubuh mengeluarkan

jumlah dan pannjang dingin yang lebih lama.

Air adalah media yang sangat ideal bagi program latihan dan rehabilitasi, ketika berdiri

pada kedalaman sebahu maka terjadi pengurangan berat badan sebesar 90%, selain itu air

mengurangi tekanan muskuloskeletal dan persendian (Rujito, 2008). Contoh lainnya ialah terapi

kolam renang dengan air hangat yang memberi dampak kebebasan bergerak bagi pasien dan

mengurasi rasa sakit. Terapi di dalam kolam renang memungkinkan untuk berdiri bebas tanpa

pegangan sehingga memiliki manfaat tidak terjadi benturan dan tekanan sebagaimana bila

dilakukan di darat. Artinya, terapi dengan media kolam renang sangat banyak manfaatnya pada

penderita dengan gangguan muskuloskeletal.

Tulisan ini membahas beberapa hasil penelitian dan artikel-artikel tentang terapi air.

Menengok dari maksud olahraga secara umum, olahaga renang bermanfaat untuk memelihara

dan membina kesehatan baik jasmani maupun rohani. Olahraga renang dapat dilakukan dengan

santai atau menjadi kegiatan rutin yang dapat membawa banyak manfaat bagi tubuh. Olahraga

Page 4: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

renang dapat mengatasi banyak masalah kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

jasmani, rohani dan sosial.

PEMBAHASAN

Hukum-hukum Hidrodinamika

Keuntungan-keuntungan terapi di dalam kolam renang selain faktor keunggulan sifat-

sifat zat cair itu sendiri seperti pada hukum archimides dan hukum pascal, juga karena faktor

yang bersifat psikologis berupa rekreasi dan hiburan sehingga pasien tidak merasa jenuh dan

bosan (Rujito, 2008). Apalagi apabila kolam renang memiliki suhu temperatur yang bisa dirubah

panas atau dingin, dan memiliki mesin turbulensi untuk menyemprotkan air sebagai pemijatan

dan rileksasi. Zat cair memiliki sifat-sifat yang unik berbeda dengan jenis zat yang lain. Di

bawah ini merupakan penjelasan dasar mengenai hukum pascal dan hukum archimides.

Hukum Pascal

Hukum Pascal mengatakan bahwa:“tekanan pada suatu titik akan diteruskan kesemua

titik lain secara sama”. Artinya bila tekanan pada suatu titik dalam zat cair ditambah dengan

suatu harga, maka tekanan semua titik di tempat lain pada zat cair yang sama akan bertambah

dengan harga yang sama pula.

Hukum Archimedes

Salah satu hukum hidrostatika yang lain adalah hukum Archimedes yang mengatakan

bahwa:“Setiap benda yang berada dalam satu fluida maka benda itu akan mengalami gaya ke

atas, yang disebut gaya apung, sebesar berat air yang dipindahkannya”. Hukum ini juga bukan

suatu hukum fundamental karena dapat diturunkan dari hukum newton juga. Bila gaya

archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya = 0 dan benda melayang .

Bila FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang

Bila FA<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam

Jika rapat massa fluida lebih kecil daripada rapat massa balok maka agar balok berada

dalam keadaan seimbang, volume zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume

balok. Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan perkataan lain benda

mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang dipindahkan harus sama dengan

Page 5: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

volume balok dan rapat massa cairan sama dengan rapat massa benda. Jika rapat massa benda

lebih besar daripada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami gaya total ke bawah yang

tidak sama dengan nol artinya benda akan jatuh tenggelam. Selain hukum-hukum hidrodinamika

di atas terdapat pula metode Program Halliwick. Menurut Rujito (2008), The Ten Point

Programe Halliwick Methods tersebut

antara lain:

1. Mental Adjustment. Menjadi mampu merespon dengan cara sewajarnya perbedaan

lingkungan, situasi, atau tugas yang sulit, belajar kontrol pernafasan. Salah satu

contohnya adalah menyesuaikan untuk bergerak di dalam air.

2. Disengage-ment. Sebuah proses yang terus menerus, seluruh pembelajaran dengan

seorang therapis yang ahli fisik dan mental.

3. Transversal Rotation Control (Formally Vertical Rotation). Kemampuan untuk

mengontrol rotasi yang mana saja yang dibuat frontotransversal axis.

4. Sagittal Rotation Control. Kemampuan mengontrol rotasi yang mana saja yang dibuat

sagittotransversal (anterior/posterior) axis.

5. Longitudinal Rotation Control (formally Lateral Rotation).

Kemampuan mengontrol rotasi yang mana saja yang dibuat sagitto-frontal (longitudinal)

axis.

6. Combined Rotation Control. Kemampuan mengontrol kombinasi rotasi.

7. Upthrust. Mempercayai air akan menyokong tubuh, kadang dinamakan ”pembalikan

mental” (karena therapis harus membalik pikiran mereka dan menyadari mereka akan

mengapung dan tidak tenggelam).

8. Balance in Stillness. Mengapung dan rileks didalam air dan ini tergantung pada mental

kedua dan kontrol keseimbangan fisik. Ketika seimbang, aktifitas lain bisa dilakukan

lebih mudah.

9. Turbulent Gliding. Terapungnya perenang adalah termasuk bergerak di dalam air dengan

seorang instruktur tanpa kontak fisik diantara mereka. Therapis mengontrol rotasi yang

tidak dikehendaki tetapi tidak membuat gerakan yang bersifat mendorong.

10. Simple Progression and Basic Swimming Movement. Pengembangan dari gerakan

sedehana yang mendorong, dibuat oleh gaya therapis yang mana bersifat individu ke

therapis yang lain.

Page 6: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Olahraga Renang sebagai Terapi

Renang sebagai salah satu cabang olahraga yang digemari, aman, mudah, dan murah ada

yang berpendapat bahwa renang dilakukan sejak adanya manusia di dunia ini. Renang dapat

dilakukan oleh siapapun baik tua-muda, pria-wanita, kecil-dewasa sehingga renang sangat efektif

meningkatkan derajat kehidupan manusia. Sebaliknya malas berolah raga dengan alasan kurang

memiliki waktu dalam jangka panjang dampaknya cukup buruk, yakni munculnya penyakit yang

disebabkan oleh hipokinesia (kurang gerak). Di antaranya, tekanan darah tinggi, diabetes

melitus, jantung, artritis, hiperkolesterolemia, dan obesitas.

Menurut Albert M. Hutapea (dalam Tamyiz, 2008), dalam bukunya Menuju Gaya Hidup Sehat

mengungkapkan, penelitian selama 16 tahun terhadap 17.000 alumnus Universitas Harvard

menunjukkan, mereka yang tidak aktif berolahraga (yang membakar tidak lebih dari 500 kalori

per minggu dalam kegiatan olah raga) lebih cenderung mengidap penyakit jantung. Berikut ini

dijelaskan beberapa manfaat olahraga renang sebagai terapi penyakit dalam yang banyak diderita

orang-orang yang malas berolahraga (Muchammad Tamyiz, 2008).

1. Obesitas

Obesitas atau overweight merupakan pemicu segala penyakit. Peningkatan gizi global

ternyata menyebabkan epidemi obesitas makin meluas. Latihan fisik berupa olahraga

renang ternyata juga dapat menjadi aktivitas untuk membakar kalori. Pembakaran kalori

tubuh ternyata tidak selalu ditandai oleh keluarnya keringat. Saat berenang, tubuh akan

terasa lebih berat bergerak di dalam air. Otomatis energi yang dibutuhkan pun menjadi

lebih tinggi, sehingga dapat secara efektif membakar sekitar 24% kalori tubuh. Ketika

berenang kalori dalam tubuh akan terbakar sehingga secara langsung sangat efektif

membakar lemak. Ini tentu sangat membantu anak-anak yang mengalami obesitas

disamping perlunya pengaturan pola makan. Jika asupan makanan tidak diatur, mungkin

saja olahraga ini tidak jadi melangsingkan sebab olahraga berenang memicu rasa lapar.

2. Nyeri Sendi

Saat ini, nyeri sendi sering diderita oleh banyak orang. Gaya hidup yang terlalu banyak

mendiamkan tubuh mengakibatkan nyeri sendi dibagian tertentu. Misalnya pada lutut dan

pergelangan kaki, hal tersebut dapat dialami oleh siapapun. Namun paling rentan

Page 7: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

terhadap usia dewasa-lanjut. Oleh sebab itu, dengan berenang dapat menurunkan risiko

cedera persendian, terutama di bagian lutut dan pergelangan kaki bagi mereka yang

kelebihan berat badan atau mengalami gangguan persendian tulang. Penelitian

menunjukkan bahwa berolah raga di dalam air dengan ketinggian sebatas pinggang dapat

mengurangi ketegangan sendi hingga 50%, dan 75% jika dalamnya air sebatas dada.

3. Kardio-Vaskular

Salah satu akibat kurang gerak, apalagi disertai stress dapat mengundang berbagai

penyakit non-infeksi di antaranya adalah penyakit kardio-vaskular (penyakit jantung,

tekanan darah tinggi dan stroke). Hal ini banyak dijumpai pada kelompok usia

pertengahan, tua dan lanjut, khususnya yang tidak melakukan olahraga. Berenang (di

tempat dan kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan dan keamanan), termasuk

sebagai olahraga aerobik yang akan membuat paru-paru sehat, sendi lebih lentur terutama

di bagian leher, bahu dan pinggul, karena bagian-bagian tubuh tersebut digerakkan.

Meningkatnya kerja dan fungsi jantung, paru-paru dan pembuluh darah ditandai dengan

denyut nadi istirahat menurun, isi sekuncup bertambah, kapasitas bertambah,

penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan pembuluh darah kolateral,

menigkatkan HDL kolestrol, mengurangi aterosklerosis. Berenang selama 3-5 kali

seminggu serupa manfaat olahraga aerobik yang dapat membantu meningkatkan

kesehatan jantung dan paru-paru.

4. Wanita Hamil

Bagi sebagian orang, olah raga sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Dengan begitu,

bukan alasan bagi wanita hamil untuk tidak atau bahkan malas berolah raga. Jika ditelisik

dari sisi medis, renang merupakan olahraga ini yang banyak diminati oleh mereka yang

sedang hamil. Ini lantaran renang memiliki sifat aerobik dan relatif aman dari benturan.

Namun, berenang boleh dilakukan oleh ibu hamil asalkan keadaan tubuhnya sehat dan

bugar sedangkan air yang menopang berat badan si ibu hamil disinyalir berguna di

trimester terakhir kehamilan, untuk memudahkan proses persalinan kelak.

5. Asma

Asma merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa menyebabkan disabilitas

(ketidakmampuan) penderita. Serangan asma memang tidak bisa ditebak dan biasanya

mendadak. Begitu orang yang menderita asma terkena bahan penyebab alergi, ia pasti

Page 8: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

langsung susah bernapas. Banyak faktor yang menimbulkan serangan asma misalnya,

lingkungan, bahan alergen (penyebab alergi), infeksi saluran napas dan polusi udara.

Padahal dengan aktifitas berenang serangan asma bisa berkurang. Ini bisa dilakukan oleh

orang dewasa maupun anak-anak. Terutama penderita asma anak, renang sangat

dianjurkan. Gerakan berirama teratur membantu pola pernapasannya lebih stabil.

6. Masalah Psikis

Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran

jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya perasaan bahagia. Bahwa olahraga

membuat peredaran darah menjadi lancar, membakar lemak dan kalori, serta mengurangi

risiko darah tinggi dan obesitas merupakan suatu hal yang diketahui umum. Riset terbaru

menunjukkan suatu kelebihan lain dari aktivitas ini. Olahraga sedikitnya 10 menit setiap

hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu

timbulnya perasaan bahagia. Menurut Daniel Landers ( dalam Muchammad Tamyiz,

2008), profesor pendidikan olahraga dari Arizona State University mengungkapkan lima

manfaat olahraga renang.

1. Meningkatkan Kemampuan Otak

Latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan kesehatan

mental. Karena olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan

mempercepat aliran darah menuju otak. Para ahli percaya bahwa hal-hal ini dapat

mendorong reaksi fisik dan mental yang lebih baik. Hasil penelitian yang telah

dipublikasikan Proceeding on the National Academy of Science, menyebutkan bahwa

manfaat olahraga secara benar dan teratur, bisa memacu pertumbuhan neuron (sel saraf)

yang telah rusak.

2. Membantu menunda proses penuaan

Riset membuktikan bahwa latihan sederhana seperti jalan kaki secara teratur dapat

membantu mengurangi penurunan mental pada wanita di atas 65 tahun. Semakin sering

dan lama mereka melakukannya makan penurunan mental kian lambat. Kabarnya,

banyak orang merasakan manfaat aktivitas itu setelah sembilan minggu melakukannya

secara teratur tiga kali seminggu. Latihan ini tidak harus dilakukan dalam intensitas

tinggi. Cukup berupa jalan kaki di sekitar rumah.

3. Mengurangi Stress

Page 9: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Olahraga dapat mengurangi kegelisahan. Bahkan lebih jauh lagi, bisa membantu

mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat meningkatkan kemampuan jantung dan

membuat tubuh lebih cepat mengatasi stres. Aktivitas seperti jalan kaki, berenang,

bersepeda, dan lari merupakan cara terbaik mengurangi stress

4. Menaikkan daya tahan tubuh

Senang melakukan olahraga meski tak terlalu lama namun sering atau lama namun

dengan santai melakukannya, maka aktivitas itu bisa meningkatkan hormon-hormon baik

dalam otak seperti adrenalin, serotonin, dopamin, dan endorfin. Hormon ini berperan

dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Studi yang dilakukan di Inggris memperlihatkan

bahwa 83 persen orang yang memiliki ganguan mental mengandalkan olahraga untuk

meningkatkan mood dan mengurangi kegelisahan. Sementara para peneliti di Duke

University menemukan bahwa 60 persen orang depresi yang melakukan olahraga selama

empat bulan dengan frekuensi tiga kali seminggu dan setiap latihan selama 30 menit bisa

mengatasi gejala ini tanpa obat. Meski tergolong langkah yang mujarab namun bukan

berarti pengobatan bisa langsung dihentikan, apalagi bagi yang mengalami depresi berat.

5. Meningkatkan kepercayaan diri

Umumnya semakin mahir seseorang dalam suatu jenis aktivitas, maka kepercayaan diri

pun akan meningkat. Bahkan suatu riset membuktikan bahwa remaja yang aktif

berolahraga merasa lebih percaya diri dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak

melakukan kegiatan serupa.

Hidro Terapi untuk Osteoporosis

Istilah sederhana osteporosis berarti tulang keropos atau memiliki masa tulang yang

rendah dan ciri khasnya adalah penurunan masa tulang dan kemunduran jaringan tulang yang

menyebabkan tulang mudah patah dan resiko terjadinya fraktur. Sering kali, penyakit ini

berlangsung tak terdeteksi sampai terjadinya patah tulang oleh karena tabrakan kecil, terjatuh,

atau saat berjabat tangan. Untuk mencegah atau mengurangi efek dari osteoporosis ini adalah

dengan menjaga latihan secara rutin. Aktifitas menumpu berat badan (weightbearing), seperti

jalan atau berlari kecil, latihan daya tahan otot, latihan kekuatan otot dapat meningkatkan

keseimbangan tubuh, dengan demikian mengurangi resiko terjatuh. Hidroterapi sangat aman

Page 10: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

untuk latihan bagi penderita osteoporosis. Jenis fisioterapidi dalam kolam renang ini

menyediakan tempat yang aman untuk latihan tanpa menimbulkan risiko terjatuh atau

mengalami patah tulang. Hidroterapi meningkatkan kekuatan otot, mengurangi nyeri dengan

mengurangi tekanan penumpuan berat badan pada sendi dan tulang, meningkatkan

keseimbangan, mempercepat kesembuhan, dan meningkatkan propioseptif (reseptor sendi).

Hidroterapi membantu untuk rileks dan meningkatkan sirkulasi darah, lingkup gerak sendi, tonus

otot, dan kepercayaan diri. Berikut ini beberapa bentuk latihan di kolam renang untuk penderita

osteoporosis diambil dari Bates A, &Hansen N. The Principles and Properties of Water: Aquatic

Exercise and Therapy (1996:21-28).

Page 11: TUGAS JURNAL OLAHRAGA
Page 12: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Terapi Air Hangat

Air adalah media terapi yang tepat untuk pemulihan cedera. Pengaruh gaya apung air

membuat beban terhadap sendi tubuh berkurang. Demikian juga, suhu air yang hangat akan

meningkatkan kelenturan jaringan. Terapi air hangat mempunyai banyak keunggulan, yakni

menurunkan rasa nyeri, memperbaiki bentuk tubuh, dan meningkatkan kemampuan alat gerak.

Hal itulah yang mengurangi rasa nyeri serta memungkinkan hasil terapi didapat secara optimal.

Hidroterapi merupakan salah satu bentuk dari terapi latihan. Metodenya berupa pengobatan

menggunakan air hangat biasanya menggunakan therapeutical pool (terapi latihan di kolam).

Menurut Peni Kusumastuti (2008), dasar utama penggunaan air hangat untuk pengobatan

adalah efek hidrostatik dan hidrodinamik. Secara ilmiah air hangat berdampak fisiologis bagi

tubuh. Pertama, berdampak pada pembuluh darah. Panasnya membuat sirkulasi darah menjadi

lancar. Kedua, faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot dan ligamen yang

mempengaruhi sendi-sendi tubuh. Cedera fisik dengan gangguan encok dan rematik sangat baik

bila diterapi air hangat. Ketiga, latihan di dalam air berdampak positif terhadap otot jantung dan

paru-paru. Latihan di dalam air membuat sirkulasi pernapasan menjadi lebih baik. Efek

hidrostatik dan hidrodinamik pada terapi membantu menopang berat badan saat latihan jalan.

Selain hal-hal positif di atas, air bersuhu 31°Celsius mempengaruhi oksigenisasi jaringan,

sehingga dapat mencegah kekakuan otot, mampu menghilangkan rasa nyeri, menenangkan jiwa,

dan merilekskan tubuh.

Bagi penderita stroke akan lebih mudah berjalan di dalam air daripada di darat karena

pengaruh gaya apung air membuat tubuh lebih ringan. Jika berjalan di darat, tubuh manusia lebih

berat karena mengalami gaya tarik bumi atau gravitasi. Itu sebabnya pasien stroke yang

mengalami kelumpuhan cenderung sulit berjalan jika di darat. Hal ini terjadi karena ketika

masuk dalam kolam air sebatas pusar, berat tubuh tinggal 50 persennya. Bila kita berendam

dalam kolam air setinggi dada, berat tubuh akan berkurang sekitar 70 persen (Peni Kusumastuti,

2008), karena itu latihan yang sulit dilakukan di darat dapat dilakukan di dalam air.

Hidroterapi sangat baik untuk penderita masalah tulang belakang, misalnya HNP (hernia

nucleus polposus) dan kelainan bentuk (skoliosis). Pemberian terapi ini memberi rileksasi,

peregangan, dan penguatan otot, yang dimaksudkan agar tulang belakang menjadi lebih stabil

Page 13: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

dan otot lentur. Hasil akhirnya, rasa nyeri hilang secara signifikan. Lebih dari itu, terapi ini bisa

memperbaiki postur tubuh. Terapi air juga cocok untuk mereka yang baru saja menjalani operasi

panggul yang secara umum mengalami kekakuan otot. Setelah melakukan gerakan-gerakan di

air, otot yang kaku bisa dilenturkan kembali dan menjadi rileks (Peni Kusumastuti, 2008).

Program Latihan Terapi Air

Untuk mendapatkan keberhasilan program terapi air perlu ditentukan sarana prasarana terutama kedalam kolam renang. Ada beberapa kedalaman kolam air yang diprogramkan yakni 90, 120, dan 180 cm. Pasien stroke yang baru pertama kali berlatih berjalan diterapi di kolam dengan kedalaman 90 cm. Kolam dengan kedalaman 120 cm dan 180 cm ditujukan untuk pasien yang ingin melatih sendi dan otot-otot menggunakan alat bantu tambahan, seperti dumbel ataupun bola. Untuk mendapatkan hasil signifikan, program latihan dapat dilakukan terapi selama 6-8 minggu, dengan durasi dua kali seminggu, sekali terapi waktunya 1 jam.

Gerakan berenang juga akan lebih efektif dan aman jika dilakukan secara perlahan. Awali dengan berenang santai selama 5-10 menit. Setelah itu boleh diulangi dengan jangka waktu yang lebih panjang. Frekuensi pun sebaiknya diatur, sekitar 1-2 kali seminggu. Baru, setelah tubuh dirasakan bisa beradaptasi, dapat meningkatkan intensitas dan frekuensinya sesuai dengan kemampuan. Berenang terbilang minim risiko cedera fisik. Hal ini terjadi karena pada saat berenang seluruh berat badan ditahan oleh air (mengapung). Wajar saja jika berenang kemudian menjadi olahraga yang paling dianjurkan bagi mereka yang kelebihan berat badan (obesitas) dan penderita gangguan persendian tulang atau arthritis.

Namun demikian, ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan sebelum, saat, dan setelah berenang. Misalnya, supaya tubuh tidak ‘kaget’, dianjurkan melakukan gerakan pemanasan dan pendinginan. Mulailah dengan gerakan-gerakan ringan, seperti mengayunkan tangan dan kaki atau berjalan-jalan di sekitar kolam renang selama 10-15 menit. Agar bisa menmemperoleh manfaat renang, hendaklah berenang dengan benar. Kalau hanya bermain-main dengan air memang menyenangkan, tetapi hal ini hanya melibatkan aktivitas fisik yang sangat rendah dan memberikan efek yang kurang maksimal pada tubuh. Dianjurkan dengan bantuan instruktur renang yang berpengalaman.

Hal lain yang perlu diperhatikan ialah keamanan tempat renang demi kesehatan karena pada orang tertentu kejadian sakit akan lebih sering bila berenang. Perhatikan juga kualitas air misalnya: kejernihan, derajat-keasaman (pH) antara 10-11 pH, bahkan polusi, yang bisa saja dapat mengganggu kesehatan. Hal-hal di atas perlu diperhatikan agar mendapatkan manfaat dari olahraga renang secara maksimal. Perlakuan yang bijak kepada semua jenis olahraga termasuk olahraga renang dapat meningkatkan derajat kesehatan tubuh secara dinamis. Berikut ini disajikan bentuk-bentuk latihan air yang bisa dilakukan :

Page 14: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

1. Jalan di air/water jogging yaitu dengan menggunakan beberapa langkah dan gerakan

lengan di dalam air.

2. Aerobik air: gerakan ritmik seluruh badan selama 20 menit atau lebih di tempat dangkal

atau dalam air. Tujuannya adalah untuk daya tahan jantung paru.

3. Latihan penguatan air: gerakan atas dan bawah badan dengan menggunakan ketahanan air

dan atau perlengkapan untuk memperkuat dan membentuk otot.

4. Latihan kelenturan: gerakan yang luas dengan menggunakan seluruh gerakan dan

rentangan badan yang penuh.

5. Terapi air dan rehabilitasi: adalah prosedur di air yang diterapkan untuk tujuan kesehatan

tertentu.

6. Yoga air dan relaksasi: gerakan mengapung yang mudah dengan air sebagai media

relaksasi.

7. Latihan di air yang dalam: merupakan gerakan-gerakan di air yang dilakukan dimana kaki

tidak menyentuh dasar kolam. Jaket pengapung sebaiknya digunakan.

8. Jogging atau berlari di air yang dalam: simulasi jogging di daratan dan berlari di kolam

dangkal digunakan dengan berulang-ulang.

9. Latihan dinding: menggunakan dinding kolam renang untuk mendukung

perlindungan berbagai bagian badan.

10. stretching adalah gerakan pelan khusus yang digunakan setelah pemanasan dan pada

akhir latihan untuk mengulur otot-otot badan yang telah bekerja keras dan menolong dari

cedera.

11. Renang berjarak: berenang dengan memilih berbagai gaya renang yang ada dengan

berbagai macam teknik merupakan salah satu pilihan kebugaran.

Page 15: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

KESIMPULAN

Olahraga renang selain berfungsi olahraga rekreasi, juga berfungsi sebagai sarana terapi

bagi masalah-masalah kesehatan. Dengan mengetahui dan memahami olahraga khusususnya

olahraga renang, dapat meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang manfaat olahraga

renang. Olahraga renang juga dapat menjadi alternatif proses penyembuhan beberapa penyakit

dalam seperti: asma, obesitas, nyeri otot persendian dan lain sebagainya. Olahraga renang

mampu menangani kasus atau masalah psikis misalnya, stress, depresi, meningkatkan

kemampuan otak (intelegential).

Page 16: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

DAFTAR PUSTAKA

Bates A, & Hansen N. (1996). The Principles and Properties of Water: Aquatic Exercise and Therapy. Philadelphia, PA: WB Saunders Co; Pages: 21-28.

Chaiton, Leo. (2002). Terapi Air untuk Kesehatan dan Kecantikan. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta-Indonesia.

Garrison, Susan J. (2001). Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Alih Bahasa: dr. Anton Cahaya Widjaja. Jakarta: Hipokrates Publisher.

Muchammad Tamyiz. (2008). Olahraga Renang sebagai Terapi Penyakit Dalam.

http://www.blog.muchammadtamyiz.com. Selasa, 16 Desember 2008.

Peni Kusumaastuti, dr. Sp.RM. (2008). Hidroterapi, Pulihkan Otot dan Sendi yang Kaku. http://www.gayahidupsehat.com. Rabu, 09 Januari 2008.

Rujito. (2008). Fisioterapi pada Pool Therapy. http://webblog.griyafisioterapi.com. 31 Desember 2007.

Page 17: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Metode Latihan Backhand Short Service Dalam Permainan Bulutangkis

Drs. Kusnaedi M.Pd., Prof.Dr.H. Abdulkadir Ateng, M.Pd.,

Prof. Dr. Ratna Sayekti

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis antara yang dilatih dengan menggunakan metode latihan massed practice dan yang dilatih dengan menggunakan metode distributed practice. Penelitian ini dilaksanakan di Pendidikan dan Latihan Bulutangkis FPOK UPI Bandung dengan metode eksperimen, dengan rancangan kaktorial 2x2. Sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang siswa. Analisis data yang digunakan adalah Analisis Varians (ANAVA) dua arah. Hasil penelitian menyatakan bahwa :

1. Secara keseluruhan, tanpa memperhitungkan faktor kemampuan awal siswa, tidak terdapat perbedaan hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis yang dilatih dengan metode latihan Massed Practice dan yang dilatih dengan metode latihan distributed practice.

2. Pada kelompok siswa yang memiliki kemampan awal tinggi hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis yang dilatih dengan metode massed practice lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilatih menggunakan metode distributed practice.

3. Pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal rendah tidak terdapat perbedaan secara nyata antar yang dilatih dengan metode massed practice dan yang dulatih dengan metode distributed practice.

4. Terdapat interaksi antara metode latihan dan kemampuan awal terhadap hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis.

Kata kunci : metode latihan, kemampuan awal, hasil latihan backhand short service.

Page 18: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Pembinaan olahraga sedini mungkin perlu terus diupayakan dan dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi; yang mengkhususkan diri untuk memajukan prestasi olahraga. Prestasi yang tinggi dalam olahraga merupakan prestasi dari pembawa prestasi tersebut., tidak terkecuali apakah itu seorang pribadi, ataupun kelompok bahkan kemenangan yang diperoleh suatu bangsa sudah bisa mencerminkan tingkat kemajuan bangsa tersebut. Indonesia merupakan negara raksasa bulutangkis. Sebutan itu saat ini hanya sejarah saja, karena beberapa tahun ini prestasinya semakin menurun.Supaya prestasi bulutangkis nasional lebih meningkat kembali di tingkat dunia, maka sedini mungkin harus melakukan pembinaan secara professional dengan pola yang terencana dan menyeluruh meliputi berbagai jenjang dengan berkesinambungan. Pembinaan atlet untuk mencapai prestasi puncak “ Golden age” membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun ( kantor Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga, 1992)

Berkenaan dengan itu PBSI dalam pembinaannya mengelompokkan umur siswa sebagai berikut : (1) Kelompok Pemula, umur di bawah 11 tahun, (2) Kelompok remaja A, berumur di bawah 13 tahun, (3) Kelompok Remaja B, berumur di bawah 15 tahun (4) Kelompok Taruna, berumur dibawah 18 tahun, dan (5) Kelompok Dewasa , berumur di atas 18 tahun.

Menurut tahapan di atas, tahap spesialisasi ditujukan pada kelompok pemula umur di bawah 11 tahun. Dalam tahap ini sasaran yang ditekankan adalah sasaran pembinaan fisik umum dan fisik khusus, penguasaan teknik dasar yang benar dan pembinaan mental terutama disiplin, sportifitas, serta minat terhadap permainan bulutangkis. Penguasaan teknik dasar bulutangkis dengan benar adalah salah satu sasaran pembinaan di perkumpulan-perkumpulan bulutangkis. Teknik-teknik pukulan dasar bulutangkis meliputi ; (1) service, (2) lob, (3) netting, (4) drive, (5) dropshort, (6) cop, dan (7) smash ( Toni Grice, 1996 ).

Dari ketujuh teknik tersebut diatas, service merupakan keterampilan yang paling mendasar dan penting dalam bulutangkis ( Pudjianto, 1979 ). Service harus lebih dulu dipelajari/dilatih sebelum melakukan latihan teknik yang lainnya (PBSI, 1985 ). Dalam pelaksanaannya service dapat dilakukan dengan forehand dan backhand dan hasilnya dapat berupa service pendek dan service panjang.

Bila dilihat sekilas, teknik gerakan backhand short-service merupakan gerakan yang sederhana dan mudah untuk dipelajari.Tetapi jika dipelajari lebih teliti, melakukan teknik ini dengan benar sulit untuk dilakukan, apalagi bagi siswa yang baru melakukan teknik ini. Oleh sebab itu perlu dirancang suatu metode yang tepat agar siswa dapat melakukan teknik ini dengan mudah dan benar. Oleh karena itu perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar gerak sebelum merancang metode pelatihan pukulan backhand short-service.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar gerak menurut Rusli Rutan ( 1988 ) terbagi menjadi dua kelompok yaitu; (1) kondisi internal ; dan (2) kondisi eksternal. Kondisi internal adalah

Page 19: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

kondisi yang mencakup faktor-faktor yang ada pada individu atau atribut lain yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, salah satunya adalah tingkat kemampuan awal siswa. Kondisi eksternal mencakup faktor-faktor yang ada diluar diri individu yang dapat memberi pengaruh terhadap hasil latihan, salah satunya adalah metode atau cara memberikan pelatihan agar tujuan dapat tercapai secara optimal ( Abdul Kadir Ateng, 1992 ).

Hasil dari survey yang dilakukan, terdapat beberapa fakta yang menjadi focus perhatian yaitu yang berasal dari siswa dan yang berasal dari pelatih. Yang berasal dari siswa bahwa kemampuan awalnya berbeda-beda berkenaan dengan materi yang akan diberikan. Hal ini disebabkan oleh latar belakang siswa yang pada saat proses pelatihan dilakukan. Pelatih harus benar-benar serius memperhatikan siswanya berkenaan dengan materi yang diberikan.

Atas dasar itulah, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan menerapkan metode latihan yang berbeda, dengan memperhitungkan kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa pada saat memasuki kegiatan pelatihan.

METODE LATIHAN

Metode menurut Winarno ( 1994) adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Pasaribu dan Simanungkalit ( 1982 ) mengatakan bahwa metode adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut Suparman ( 1987 ) menyatakan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk menyajikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode adalah suatu cara yang digunakan untuk memudahkan penyampaian materi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sedangkan latihan menurut Harsono ( 1988 ) adalah suatu proses yang sistematis dari suatu kegiatan berlatih atau melakukan suatu kerja, yang pada pelaksanaanya dilakukan secara berulang-ulang dan kian hari kian bertambah beban latihan atau pekerjannya.

METODE MASSED PRACTICE

Dalam dunia pendidikan persoalan tentang metode sangalah penting artinya bagi proses pendidikan. Metode merupakan penghubung antara pelatih/guru dengan murid, antara pendidik dengan anak didik, siswa dengan guru, anak didik dengan pendidik, dan antara mahasiswa dengan dosen. Metode merupakan sarana penyalur dan pengarah secara timbal balik antara pelatih/guru dan siswa, pendidik dan anak didik, dan sebaliknya.

Page 20: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Bermacam-macam metode yang dapat diterapkan pada proses pelatihan keterampilan gerak salah satu diantaranya adalah metode Massed Practice” ( Singer, 1975 ). Yan dimaksud dengan metode Massed Practice adalah suatu metode latihan gerak yang dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi waktu istirahat. Sejalan dengan itu Supandi ( 1996 ) mengatakan bahwa metode massed practice adalah praktek suatu keterampilan olahraga yang dipelajari dan dilakukan secara kesinambugan dan konsisten tanpa diselingi waktu istirahat.

Guthrie (1996) menekankan bahwa dalam proses pembelajaran gerak sangat diperlukan adanya ulangan atau drill. Melalui ulangan atau drill keterampilan atau kemahiran motorik akan lebih dikembangkan. Dengan praktek yang banyak akan membina kebiasaan melakukan gerakan yang benar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode massed practice adalah suatu cara pelatihan keterampilan gerak olahraga yang dipelajari dan dilaksnakan secara terus menerus tanpa diselingi wakti istirahat.

METODE DISTRIBUTED PRACTICE

Distributed Practice merupakan suatu pembagian waktu untuk proses berlatih keterampilan gerak dan olahraga tertentu yang dapat menimbulkan sebuah masalah yan serius bagi pendidikpendidik olahraga dan pelatih-pelatih olahraga, terutama karena biasanya terlalu banyak keterampilan yang haus dipelajari, sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas.

Metode distributed practice adalah suatu metode pelatihan gerak yang dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dengan sesi latihan yang lebih intensif, dimana tiap sesi diselingi waktu istirahat. Supandi ( 1996 ) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan metode distributes practice adalah praktek dalam waktu yang pendek dan sering diselingi waktu ostirahat yang pendek pula.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode distributed practice adalah suatu cara pelatihan ketarampilan gerak olahraga yang dipelajari dan dilaksanakan dengan waktu yang pendek dan sering diselingi waktu istirahat yang pendek pula.

KEMAMPUAN AWAL

Yang dimaksud kemampuan awal dalam penelitian ini adalah tingkat kekuatan otot lengan yan dimiliki siswa pada saat akan memasuki program kegiatan latihan teknik backhand short-service permainan bulutangkis.

Page 21: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Kekuatan otot lengan tinggi adalah kekuatan otot lengan siswa yang timbul berdasarkan 27% dari siswa yang memperoleh skor tertinggi dari hasil tes yang dilakukan. Sedangkan kekuatan otot lengan rendah adalah kekuatan otot lengan yang diambil berdasarkan 27% dari siswa yang memperoleh skor terendah dari hasil tes yang dilakukan.

BACKHAND SHORT SERVICE

Agar dapat bermai bulutangkis dengan mahir, seseorang harus dapat menguasai teknik-tenik dasar permainan bulutangkis. Menurut Tony Grice ( 1996) ternik dasar permainan bulutangkis meliputi : (1) pegangan raket dan kerja kaki (footwork), (2) service, (3) pukulan dari atas kepala (overhead), (4) pukulan dari bawah (underhand), (5) pukulan datar (drive), dan (6) pukulan menukik tajam ( smash).

Dari teknik-teknik dasar tersebut, teknik service merupakan keterampilan yang paling penting dan sangat mendasar yang harus dikuasai oleh seorang pebuluangkis. Soehartono ( 1991 ) mengatakan bahwa biasakanlah berlatih service terleboh dahulu sebelum melatih teknik yang lainnya. Lebih lanjut Tohar ( 1992 ) mengatakan bahwa service merupakan pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis. Jenis pukulan service (PBSI,1985) adalah terdiri dari ; (1) service pendek ( short service ) yang dapat dilakukan dengan forehand dan backhand, (2) service tinggi ( long service ) dan (3) service kejut ( flik service).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan factorial 2 x 2. Penelitian ini dilaksanakan di Pendidikan dan Latihan Bulutangkis FPOK UPI Bandung dengan subjek 32 orang siswa yang terbagi menjadi 4 kelompok.

Variabel bebas yang dimanipulasi dalam penelitian ini adalah metode latihan yang terdiri dari : (a) metode latihan massed practice dan (b) metode latihan distributed practice. Variabel bebas yang dikendali ( atributif ) adalah kemampuan otot tangan tinggi dan kemampuan otot tangan rendah. Sedangkan variable terikat adalah hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis, yang diukur dengan melakukan backhand short service sebanyak 20 kali dari French.

Page 22: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Tabel 1 Pengelompokkan Sampel dan Perlakuan Eksperimen

Metode latihan (A)

Kemampuan otot tangan (B)

Massed practice (A1)

Distributed Practice (A2)

Jumlah

Otot tangan tinggi (B1) 8 8 16

Otot Tangan Rendah (B2) 8 8 16

Jumlah 16 16 32

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melaluintes dan pengukuran dengan teknik analisis varian (ANAVA) dengan rancangan factorial dan taraf signifikansi α = 0.05.

HASIL Data yang dikumpulkan dan diolah adalah data yang diperoleh dari nilai short service yang didapat oleh peserta sebagai hasil perlakuan selama 18 kali pertemuan. Perlakuan yang dilaksanakan adalah metode massed practice backhand short service dan metode distributed practice backhand short service. Hasil latihan backhand short service dan untuk setiap perlakuan terangkum pada table di bawah ini :

Tabel 2 Data Hasil Penelitian.

Kemampuan otot tangan Metode latihan

Massed Practice Distributed Practice

Tinggi n = 8 X = 70,5 S = 12,02

n = 8 n = 8 X = 70,5 S = 12,83

Rendah n = 8 X = 53 S = 13,58

n = 8 X = 63,88 S = 12,29

Jumlah n = 16 X = 61,75 S = 15,33

n = 8 X = 56,31 S = 14,43

Page 23: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Dari data hasil latihan kelompk metode massed practice secara keseluruhan dengan rentangan skor 40 sampai dengan 80, diperoleh nilai rata-rata (X) sebesar 61,75 ; sipangan baku (s) sebesar 15.33. Dari data hasil latihan kelompok distributed practice secara keseluruhan, rentangan skor 30 sampai dengan 79, diperoleh nilai rata-rata (X) sebesar 56,31 ; simpangan baku (S) sebesar 14,43. Dari data hasil penelitian kelompok kemampuan awal otot tangan tinggio dengan metode latihan massed practice, rentangan skor 45 sampai dengan 80, diperoleh nilai rata-rata (S) sebesar 12,02. Dari data hasil penelitian kelompok kemampuan awal otot tangan tinggi dengan metode latihan distributed practice, rentangan skor 30 sampai dengan 63, diperoleh nilai rata-rata (X) sebesar 48,75 ; simpangan baku sebesar 12,83. Dari data hasil penelitian kemampuan awal otot tangan rendah dengan metode massed practice, rentangan skor 30 sampai dengan 78, diperoleh nilai rata-rata (X) sebesar 53; simpangan baku (s) sebesar 13,58. Dari data hasil penelitian kelompok kemampuan awal otot tangan rendah dengan metode latihan distributed practice, rentangan skor 40 sampai dengan 79, diperoleh nilai rata-rata (X) sebesar 63,88; simpangan baku (s) sebesar 12,29.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara keseluruhan metode massed practice dan metode distributed practice tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis. Hal ini menyatakan bahwa kedua metode tersebut sama-sama memiliki pengaruh yang dapat dipergunakan untuk dapat meningkatkan hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis.

Demikian juga halnya dengan hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, metode distributed practice. tidak memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode massed practice terhadap hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis.

Untuk lebih menguatkan hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan usaha membandingkan dengan basil penelitian sebelumnya yang relevan. Seperti halnya dalam mengulas pentingnya memilih metode latihan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada diri siswa dan pentingnya faktor kemampuan awal siswa dalam berlatih keterampilan olahraga.

Hasil penelitian Robert N. Singer (1975) menyimpulkan bahwa salah satu aspek dalam proses pembelajaran bagi siswa adalah metode latihan/pembelajaran. Metode latihan/pembelajaran adalah merupakan hal yang penting untuk dicermati oleh guru dan pelatih dalam menyampaikan bahan ajar. Macam-macam metode perlu dipilih secara cermat agar efektifitas belajar/berlatih dapat tercapai secara optimal.

Dick dan Carey (1990) melakukan penelitian tentang pentingnya latar belakang dan pengalaman siswa dalam belajar keterampilan olahraga. Dari basil penelitiannya menunjukkan bahwa setiap siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda pada saat akan memulai situasi belajar. Ia

Page 24: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

menyatakan bahwa latar belakang siswa dan pengalaman siswa mempakan dasar bagi kegiatan siswa dalam belajar.

Berdasarkan pada perbandingan hasil penelitian ini dengan hasil-hasil penelitian yang relevan menjadikan keyakinan pada kebenaran penelitian ini. Bila melihat hasil pengujian hipotesis yang pertama dan hipotesis yang kedua belum teruji kebenarannya karena tidak didukung oleh data yang ada pada hasil penelitian ini. Tetapi jika berdasarkan kepada teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya kiranya masih dapat diduga bahwa secara keseluruhan hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis dengan menggnnakan metode massed practice lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode distributed practice. Hal ini juga pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal rendah masih dapat diduga bahwa metode disributed practice dapat memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode massed practice terhadap basil lauban backhand short service dalam permainan bulutangkis

Dengan ditolaknya kedua hipotesis tersebut perlu dikaji berbagai kemungkinan yang menjadi dasar penyebabnya. Dalam hal ini lebih ditekankan kepada prosedur penelitian dibandingkan kepada landasan teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan pada penelitian ini.

Jika ditelusuri dari prosedur penelitian yang sudah dilakukan, ditolaknya hipotesis tersebut diduga masih terdapat kelemahan-kelemahan diantaranya : (1) pengaruh waktu latihan; (2) pengaruh perbedaan guru mengajar; (3) pengaruh lingkungan.

Pengaruh Waktu Latihan. Waktu latihan yang diberikan + 1,5 bulan diduga kurang mencukupi untuk dapat meningkatkan basil belajar backhand short service dalam permaman bulutangkis

Pengaruh Perbedaan Pe1atihlGuru. Pada masing-masing kelompok kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah diajarkan oleh pelatih yang berbeda. Walaupun kemampuan pelatih/guru pada awal penelitian diasumsikan sama dan telah diberikan pengarahan dan latihan tentang pelaksanaan program pelatihan, namun dalam pelaksanaannya kemungkinan terdapat perbedaan kemampuan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Pengaruh Lingkungan. Pada saat eksperimen berlangsung, sempat terjadi benturan sebanyak dua kali antara waktu pelaksanaan eksperimen dengan kejuaraan tingkat daerah, yaitu kejuaraan aerobik dan kejuaraan gulat, sehingga jadwal pengganti untuk memenuhi jumlah pertemuan telah dapat mempengaruhi konsistensi pada pelaksanaan jadwal eksperimen yang telah direncanakan sebelumnya. Hal tersebut diduga dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dan kemampuan awal terhadap hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis. Hal ini menunjukkan bahwa adanya variasi metode latihan akan memberikan hasil

Page 25: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

yang berbeda bila kemampuan awal siswa merupakan faktor yang diperhitungkan. Kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dapat beradaptasi dengan waktu yang padat. Dengan menggunakan metode massed practice mereka dapat melakukan tuntutan gerakan yang harus dilakukan. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, waktu yang padat tanpa diselingi istirahat menjadi suatu kendala untuk memperoleh keterampilan geraknya. Dengan demikian akan lebih tepat bila siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dilatih dengan menggunakan metode distributed practice yang dalam pelaksanaan eksperimen menggunakan waktu istirahat yang telah ditetapkan.

Hasil dari pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis yang dilatih dengan menggunakan metode massed practice lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilatih dengan menggunakan metode distributed practice.

Proses pelatihan dengan menggunakan metode massed practice sangat memerlukan kreatifitas yang tinggi dan menekankan pada pengulangan gerak yang sebanyak-banyaknya. Dengan praktek yang banyak akan membina kebiasaan melakukan gerakan yang benar serta kemahiran motorik akan lebih tinggi.

KESIMPULAN

1. Secara keseluruhan, tanpa memperhitungkan faktor kemampuan awal siswa, tidak terdapat perbedaan hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis yang dilatih dengan menggunakan metode pelatihan massed practice dan yang dilatih dengan menggunakan metode pelatihan distributed practice.

2. Pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis yan dilatih dengan menggunakan metode pelatihan massed practice lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilatih menggunakan metode pelatihan distributed practice.

3. Pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal rendah tidak terdapat perbedaan secara nyata antara metode pelatihan massed practice dan metode pelatihan distributed practice terhadap hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis.

4. Terdapat interaksi antara metode pelatihan dan kemampuan awal terhadap hasil latihan backhand short service dalam permainan bulutangkis yang dilatih dengan menggunakan metode pelatihan massed practice lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode pelatihan distributed practice.

Page 26: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

DAFTAR PUSTAKA

Alter, Michael J. 300 Teknik Peregangan Olahraga. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996.

Arismunandar, Wiranto. Seminar dan Pameran Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga dan Peranan Perguruan Tinggi. makalah disajikan dalam Seminar dan Peranan Olahraga ITB. Bandung : Panpel ITB, 1992.

Ateng, Abdulkadir. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud, 1992.

------------------------------. Pendidikan Jasmani di Indonesia. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Keolahragaan Yayasan Ilmu Keolahragaan "Gema Krida Prakasa Jati" FPOK IKIP, 1993.

Baddeley, Steve. Go and Play Badminton Techniques and Tacties. London: Great Britanian by Clays Ltd., 1992.

Brundle, Fred. Olahraga Bulutangkis. Semarang: Dahara Plaza, 1995.

Cholik, Toho M., dan Lutan, Rusli. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud, 1996/1997.

Dick, Walter dan Carey, Lou. The Systematic Design of Instruction. USA: Harper Collins Publisher, 1996. .

Garis-garis Besar Haluan Negara Ketetapan MPR-Rl1993. Jakarta: Penabur Ilmu, 1993.

Glass, Gene V., and Hopkins, D. Kenneth. Statistical Methods in Education and Psychology-Second Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc, 1984.

Grice, Tony. Bulutangkis Petunjuk Praktis Untuk Pemula dan Lanjut. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Gunarsa, Singgih G. Psikologi Olahraga~Jakarta: Gunung Mulia, 1989.

Johnson, M.L. Bimbingan Bermain Bulutangkis. Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1990.

Kantor Mentri Negara Pemuda dan Olahraga. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Usia Dini. Jakarta, 1992.

Karundeng Max. Pasang Surut Supremasi Bulutangkis Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan, 1982.

Kirkendall, Don. R., Gruber, Joseph. 1., and Johnson, Robert E. Measurement and Evaluation for Physital Educators. Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers, 1980.

Lutan, RusH. Belajar Keterampilan Motorik; Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud, 1988.

Page 27: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Margaret, Vonner, dan Bloss. Badminton. Iowa: Wm. C. Brown Publisher, 1987. Mc Ardle D. William, Katch 1. Frank, dan Katch L. Victor. Exercise Physiology. USA: Lea & Febiger, 1994.

Mutohir, T. Cholik. Keterkaitan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dengan Pembinaan Kesegaran Jasmani Anak Usia Sekolah. makalah disajikan dalam Seminar dan Widiakarya Nasional Olahraga dan Kesegaran Jasmani, Jakarta, 1999.

Oxendine, Joseph B. Psychology of Motor Learning. New Jersey: Prentice Hall Inc., 1984.

PBSI. Buku Pedoman PBSI. Jakarta: 1993 - 1997.

PBSI. Pola Pembinaan Bulutangkis Nasional. Jakarta: PBSI, 1985. Poole,

James, Belajar Bulutangkis. Bandung : Pionir Jaya, 1986. Pudjianto. dkk, Dasar

Bermain Bulutangkis. Klaten : Intan, 1979.

Rahantoknam, B. Edward. Belajar Motorik : Teori dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, 1988.

Schmidt, Richard A. Motor Control And Learning A Behavioral Emphasis. Los Angeles: Hutnan Kinetics Publishers, Inc., 1988.

Singer, Robert N. Motor Learning and Human Performance. USA: Macmilan Publishing Co., INC., 1975.

Soekartono, Materi Penataran Pelatih Se-Jawa Barat. makalah disajikan dalam Penataran Pelatih Bulutangkis Jawa Barat. Bandung, 1991.

Strand, Bradford N., dan Wilson, Roloyne. Assessing Sport Skills, USA: Human

Kinetics Publishers, 1993.

Sudjana, Desain dan Analisis Eksperimen, Bandung : Tarsito, 1994.

Sudjana, Metoda Statistika-Edisi ke 5~ Bandung : Tarsito, 1992.

Supandi, Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakurikuler, Kokurikuler, dan Ekstrakurikuler.Jakarta : Universitas Terbuka, 1996

Surakhmat, Winarno. Pengantar Interaksi Mengajar – Belajar Dasar dan Teknik Metodologi

Pengajaran. Bandung : Tarsito, 1994

Suryabrata, Sumadi. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Y ogyakarta : Andi Offset, 1983.

Sujana, Nana. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit FE - UI, 1991.

Tohar, Olahraga Pilihan Bulutangkis. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud, 1992.

Page 28: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Thomas, Jerry R., dan Nelson, Jack K. Research Methods in Physical Activity. USA: Human Kinetics, 1996.

Verducci, Frank M., Measurement Concepts in Physical Education,- London: The CV. Mosby Company, 1980.

Page 29: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

ANALISIS SECARA BIOMEKANIKA TEKNIK GERAK

SERANG DALAM ANGGAR

Oleh :

Faidillah Kurniawan

Abstrak

Olahraga sudah merupakan kebutuhan yang skala dan intensitasnya global, secara kultural dihadapi dengan sikap kritis. Mutu kehidupan ilmiah, selayaknya menjadi faktor tumbuhnya kehidupan olahraga yang berkualitas. Sayang tidak semua pelaku dan pembina olahraga mempunyai dasar ilmu pengetahuan mekanika dan dibekali pengetahuan biomekanika yang memadai.

Suatu gerakan serang sempurna akan meninggalkan lengan, tangan, pantat, bahu, pinggul, dan tinggi paha kanan/kiri, sejajar dengan lantai. Kepala akan tegak lurus sejajar tulang belakang, yang sedikit condong dari badan vertikalnya sepanjang gerak itu. Lutut harus secara langsung sejajar di atas tumit sepatu, dengan kaki yang menunjuk ke arah depan. Dalam posisi ini, pemain anggar harus dengan sama mampu untuk mengimbangi pemain depan atau mundur kepada posisi bersiap/kuda - kuda. Batang tubuh dan bahu juga harus diperlonggar, memberi kesempatan penuh untuk melanjut berkelahi gerakan serang. Hukum – hukum Biomekanika yang dapat diterapkan dalam teknik gerak serang dalam anggar antara lain: (a) Titik Berat, (b) Keseimbangan, (c) Rantai Kinematis, (d) Gaya, (e) Momentum, (f) Gerak linear, dan (g) Stabilitas dan mobilitas.

Pada teknik gerak serang anggar sendiri, pelatih terkadang hanya mengevaluasi hasil latihan atletnya hanya secara oral, sedangkan di luar sana sudah banyak sekali para pelatih yang sukses menangani atlet dalam mencapai performance terbaiknya. Dengan kemajuan teknologi yang sudah ada saat ini, para pelatih hendaknya dapat mengevaluasi hasil latihan atletnya tidak hanya secara visual, tapi juga dapat dengan secara visual, sehingga atletnya dapat melihat secara langsung dimana letak kesalahan yang harus diperbaiki nantinya.

Kata kunci : Biomekanika, Teknik gerak serang anggar.

Page 30: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

PENDAHULUAN

Olahraga sudah merupakan kebutuhan yang skala dan intensitasnya global, secara

kultural dihadapi dengan sikap kritis. Mutu kehidupan ilmiah, selayaknya menjadi faktor

tumbuhnya kehidupan olahraga yang berkualitas. Sayang tidak semua pelaku dan pembina

olahraga mempunyai dasar ilmu pengetahuan mekanika dan dibekali pengetahuan biomekanika

yang memadai.

Hal tersebut seharusnya dapat menjadi satu renungan bagi semua elemen olahraga, baik

yang berperan secara ilmiah dengan pengembangannya secara akademis maupun tenaga-tenaga

praktis lapangan lainnya. Sebetulnya secara sadar maupun tak sadar bahwasanya semua gerakan

manusia itu dilakukan dengan suatu cara yang diatur oleh prinsip-prinsip fisika. Dengan

demikian, penting bagi pelatih untuk benar-benar mengenal faktor-faktor mekanika yang

mempengaruhi penampilan olahragawan.

Seseorang yang sudah menyandang predikat atlet, guru dan pelatih olahraga dengan

sendirinya harus melakukan pendekatan ilmiah terhadap gerakan tubuh manusia. Melalui

biomekanika atlet, guru dan pelatih akan mengubah cara berfikir dogmatis. Masalah utama bagi

dunia olahraga ialah mengakui prinsip-prinsip mekanika dari gerakan manusia. Semua gerakan

pada manusia, terjadi atas dasar atau prinsip mekanika. Ilmu pengetahuan biomekanika

merupakan suatu ”kebangunan” dari kebiasaan dan kelaziman yang salah.

Pada ilmu olahraga juga sudah sangat dikenal suatu disiplin ilmu yang secara khusus

mempelajari gerakan. Ilmu tersebut dikenal dengan nama biomekanika. Penggunaan ilmu ini

menjadi penting saat gerakan atlet dianalisis dengan sebuah software komputer yang memuat

data tentang rumus - rumus mekanika. Rumus-rumus yang merupakan aplikasi mekanika dalam

olahraga inilah yang menjabarkan bagaimana gerakan manusia bisa sangat efektif dan efisien

sehingga dapat menghasilkan prestasi. Analisis gerak yang didapatkan kemudian dijadikan

pegangan pelatih untuk memberikan instruksi yang benar kepada atletnya. Software khusus

inilah yang bisa membuat pelatih menentukan gerakan-gerakan yang efektif dan efisien agar

atletnya bisa berprestasi.

Page 31: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Masalah pemanfaatan database prestasi atlet di Indonesia belum banyak yang

menggunakannya. Jangankan membandingkan pemanfaatan teknologi. Padahal, di Jepang

misalnya, kondisi fisik juara lari maraton putri pada Olimpiade Sydney 2000, Naoko Takahashi,

menjadi bahan riset para ahli ilmu olahraga. Itulah gambaran tentang perbandingan antara Jepang

dan Indonesia dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk kepentingan peningkatan prestasi. Di

Jepang, database hasil kesegaran jasmani seorang siswa sekolah dasar hampir tercatat di tiap

wilayah. Salah satu staf pengajar di Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Surabaya

(Unesa), mengatakan, "Sebenarnya ilmuwan olahraga di Indonesia mampu menghitung data-data

prestasi atlet dan variabel apa saja yang mendukungnya. Namun, ketiadaan peralatan yang serba

canggih membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa". Menurutnya ketiadaan peranti lunak

menjadi kendala di Indonesia.

Sementara ada sebagian ilmuwan olahraga mengatakan, penggunaan teknologi dalam

peningkatan prestasi atlet di Indonesia bisa dikatakan masih sangat minim kalau tidak boleh

dikatakan sama sekali tidak ada. Para ilmuwan tersebut juga menilai, penggunaan biomekanika

di Indonesia masih dalam taraf manual. "Visualisasi dan perekaman gerakan atlet masih

menggunakan mata pelatih sehingga yang menganalisis pun adalah pelatih, bukan komputer".

Dengan mempelajari biomekanika atlet seperti Takahashi, ilmuwan olahraga di Jepang

bisa memberi perkiraan yang tepat tentang menu dan konsumsi latihan seorang atlet maraton.

Biomekanika dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gaya luar dan gaya dalam yang

bekerja pada seseorang. Bila penggunaan satu aspek teknologi seperti biomekanika saja belum

ada, jangan diharapkan prestasi atlet olahraga Indonesia mampu bersaing dengan atlet dari

negara yang mungkin telah mampu menerapkan teknologi untuk prestasi atletnya, seperti

Malaysia.

Menurut Amung Ma’mun, dkk (2003 : 2-3), olahraga anggar memiliki karakteristik yang

unik dimana tangan dan kaki sangat berperan saat menyerang dan bertahan. Oleh karena itu

penguasaan gerak teknik dasar terlebih dahulu dilatihkan tanpa mengabaikan teknik yang lain,

hal ini dikarenakan beberapa gerak dasar bermain anggar tersebut adalah teknik yang

frekuensinya paling banyak dilakukan dalam permainan/bertanding. Tingkat keberhasilan

seseorang dalam memenangkan pertandingan dapat dilihat dari kemampuan menampilkan

Page 32: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

gerakan beranggar dengan baik dan benar sehingga pemain anggar dapat bergerak seefektif dan

seefisien mungkin.

Untuk itu diharapkan para pelatih mempunyai kemampuan analisis gerak dari sudut

pandang biomekanika yang diharapkan mampu memberikan informasi teknik yang benar dan

melakukan terapi terhadap gerakan yang masih salah secara tepat kepada anak latih khusunya

pada saat setelah pertandingan anggar.

PEMBAHASAN

1.Pengertian Biomekanika

Pate dkk (1984:2) mengemukakan bahwa; ”mekanika adalah suatu subdisiplin ilmu yang

berhubungan dengan aplikasi dari prinsip-prinsip ilmu fisika yang mempelajari gerak pada setiap

bagian dari tubuh manusia”. Menurut Hay (1985:2), Biomekanika adalah ilmu yang mempelajari

mengenai gaya-gaya internal dan eksternal dan bekerja pada tubuh manusia dan akibat – akibat

dari gaya-gaya yang dihasilkan. Adapun menurut Herbert, Hatze dalam M.Mc Ginnis, Peter

(2005 : 3) bahwasanya biomekanika adalah bidang ilmu mengenai struktur dan sistem biologi

dalam pengartian metode mekanika.

Mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan

perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan mekanik yang disebut gaya.

Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika. Biomekanika

didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada system biologi. Biomekanika

merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi.

Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam

biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan

pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedoteran (Biomekanika_teaching.htm,

2008 : 1).

a.Peranan Biomekanika dalam Olahraga

Dalam bidang olahraga, yang tujuannya adalah pencapaian prestasi yang setingi-tingginya,

mutlak perlunya penerapan ilmu dan teknologi apa yang mereka perlukan sebenarnya tidak lain

adalah pengetahuan tentang bagaimana menganalisis gerakan keterampilan (Soedarminto, 1992 :

Page 33: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

162). Hal ini sangat didukung oleh pernyataan Pate dkk (1984 : 2), bahwa biomekanika olahraga

memberikan penjelasan mengenai pola – pola gerakan yang efisien dan efektif para olahragawan,

misalnya para ahli biomekanika telah menggunakan fotografi berkecepatan tinggi untuk

mempelajari pola – pola gerakan pitcher baseball yang berhasil. Hasil penelitian semacam itu

memberikan informasi yang dapat digunakan untuk menyempurnakan teknik olahragawan

mereka.

Keterangan bagan di bawah ini : Atlet yang belajar gerak dapat ditafsirkan sebagai seseorang

yang mengolah informasi dan dunia luar sedemikian rupa sehingga dapat ditransfer dan

dimanifestasikan. Atlet menangkap informasi, mengolah pengetahuan yang baru didapat,

diendapkan sampai dibutuhkan kembali dan direproduksi kembali. A.F. Sanders (1967)

menyebutkan dalam bukunya

”Psikologi Pengolahan Informasi” suatu model belajar yang disebut model komputer. Model ini

menekankan ”Betapa pentingnya seorang dihadapkan kembali dengan hasil yang diperolehnya

(mempelajari kembali/umpan balik). Pemikiran yang sama juga telah dituangkan Pate dkk

(1984 : 3) mengenai penggunaan teknologi komputer yaitu, penerapan teknologi komputer pada

biomekanika kemungkinan besar dapat menambah secara besar – besaran jumlah penelitian

keolahragaan di tahun – tahun mendatang.

Black box:Suatu alat dengan sistem elektronis yang berada di dalam kotak gelap (pesawat

terbang) dan mencatat / merekam seacara otomatis kejadiankejadian dalam pesawat. Pada model

tersebut di bawah ini, atlet dianalogikan sebagai organisme yang mengolah informasi dan

menghasilkan keterampilan gerak, memberitahu apa yang telah terjadi dalam dirinya. Hasilnya

diobservasi dan dianalisis oleh pelatih melalui pengolahan sistematis. Hal ini juga di dukung oleh

Rothstein, Anne L (1985 : 269), bahwa Stewart pada Tahun 1982 ”melatih dengan komputer”,

menjelaskan teknik dengan Gideon Ariel (Program komputer analisis biomekanika) dalam

penelitian biomekanika dan penerapannya.

Dia (Stewart) juga menggunakan komputer dalam menganalisis gerak secara biomekanika yang

meliputi : Mem film-kan (merekam) atlet dengan kamera yang berkecepatan tinggi dari dua (2)

sudut atau lebih. Memproyeksikan film pada layar lebar dan kemudian dengan

menggunakanpena magnetic diwujudkan menjadi gambar dan dipecah dan disusun pada bagan –

Page 34: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

bagan. Menggunakan komputer untuk memproses informasi. Menghasilkan simulasi tiga

dimensi dengan tongkat pengarah pada pusat (terminal) grafik. Pengukuran kekuatan, akurasi,

kecepatan, dan daya tahan/ketahanan.

b. Fungsi dan Pentingnya Biomekanika Bagi Pelatih

Sebelum sampai langsung kepada teori mengenai fungsi dan pentingnya biomekanika bagi

pelatih, ada sepenggal kisah pelatih ilmiah sesuai yang disampaikan oleh Pate dkk (1984 : 8)

seperti berikut ;

“ Pada kamis, jam 15.00, pelatih golf Tom Green menjumpai seorang mahasiswa berbakat

tingkat dua calon harapan di tempat latihan memukul. Tujuan utama pelatih tersebut pada hari ini

adalah mau menentukan apakah pemain ini perlu ganti tongkat pemukul yang bertangkai lebih

panjang daripada yang pernah dipakainya sebelumnya. Pelatih Green merasa kurang yakin,

meskipun pemain ini telah bertambah tinggi 2-3 inci selama tahun yang lalu, tetap ia tidak

kelihatan telah mencapai berat badan dan kekuatan otot yang semestinya. Si pelatih sadar bahwa

menurut biomekanika, tongkat yang lebih panjang akan lebih bermanfaat karena kecepatan

kepala tongkat akan lebih besar pada kecepatan sudut siku – siku tertentu. Namun, apabila

pemain tersebut tidak cukup kuat mengendalikan tongkat yang lebih panjang itu, ketepatan dan

bahkan kecepatan tongkat akan bertambah buruk. Untuk memecahkan dilema ini, pelatih

memutuskan untuk memerintahkan pemain tersebut agar selama beberapa hari mencoba dengan

pemukul yang lebih panjang sementara pelatih akan mengamati dengan seksama aspek – aspek

mekanis ayunan, ketepatan dan jarak tembakan. Selama praktek awal ini, pelatih memusatkan

seluruh perhatiannya kepada aspek – aspek mekanis ayunan, ketepatan dan jarak tembakan.

Selama praktek awal ini, pelatih memusatkan seluruh perhatiannya kepada aspek – aspek

mekanis pokok. Setelah berpraktek lima atau enam kali, pelatih merencanakan mengevaluasi

kecepatan tongkat dengan membuat film pemain tersebut pada saat ia mengayun keduanya,

tongkat panjang dan tongkat pendek.

Menyikapi fenomena tersebut di atas, menurutHay (1985:7) fungsi dan pentingnya biomekanika

bagi pelatih sebagai pendukung profesinya adalah:

1. Dapat mempelajari teknik-teknik sesuai dengan prinsip-prinsip hukum mekanika pada

aplikasi di bidang olahraga.

Page 35: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

2. Mampu membina dan melatih teknik-teknik yang benar serta tepat sesuai dengan cabang

olahraga yang ditekuni.

3. Dapat menganalisis gerak yang ditampilkan para anak latih dalam aktivitas olahraga

dengan tepat dan mampu memahami dalam setiap analisisnya secara benar.

4. Mampu memprediksi atau meramalkan setiap prestasi yang akan dicapai baik itu pada

tingkat keberhasilan menuju suatu kemenangan maupun ketika terjadi suatu kegagalan,

kekalahan tanpa mengandung faktor-faktor kebetulan.

5. Mampu mengembangkan teknik-teknik yang diperlukan kepada para anak latihnya secara

benar dan tepat dan berhasil guna untuk mencapai prestasi optimal.

6. Mampu menciptakan teknik-teknik baru.

7. Mampu memberikan petunjuk mengenai peralatan-peralatan yang digunakan sesuai

kebutuhan dan kemampuan anak latihnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Putut Marhaento (2000 : 5) bahwa kemampuan untuk

menerapkan gaya maksimum sesuai dengan arah gerak yang diinginkan ditentukan oleh :

1. Jumlah otot yang ikut berkontraksi, semakin banyak jumlah otot yang terlibat dalam

gerak tersebut, semakin besar gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot tersebut.

2. Kombinasi power yang dihasilkan oleh otot-otot pada sendi yang digunakan, semakin

besar otot-otot yang menghasilkan gaya yang lebih besar dibandingkan dengan otot-otot

yang kecil dan gaya yang diterapkan oleh otot-otot bermacammacam melewati sudut

yang dibentuk oleh persendian.

3. Presentase gaya yang diterapkan yang melewati pusat gaya berat tubuh sesuai dengan

gerak yang diharapkan.

2. Hakekat Anggar (Floret)

Anggar bermula sebagai latihan berpedang beberapa abad lalu, anggar mempergunakan

pedang sebagai alat untuk bertanding, pedang digunakan oleh tentara untuk berperang dan

pedang telah digunakan mulai sejak masa Persi, Yunani, Romawi, Babilonia (Ikasi Online,

2000 : 1).

Page 36: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Dari sejarah gerak anggar itulah akhirnya dalam perkembangannya olahraga anggar

selanjutnya tumbuh sangat pesat, sehingga pada abad ke – 16 tersebar di seluruh Eropa dan

diresmikan sebagai olahraga anggar Renier. Dengan penekanan pada keterampilan, para

pendekar anggar telah memadukan dengan gerak tipu olahraga seperti gerak tipu pada gulat

sehingga tercipta gerakan serangan ke depan (lunge) sehingga terbentuk anggar sebagai olahraga

seni bela diri. Seni bela diri anggar dapat diartikan pula sebagai permainan bela diri yang

menggunakan pedang sebagai alat.

Menurut Sucipto dan Ramlan (1997 : 1-2), dalam cabang olahraga anggar ada 3 jenis

senjata yaitu; 1) Floret/foil, 2) Degen/epee, 3) Sabre/sabel, dimana masing-masing mempunyai

karakteristik permainan dan peraturan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Olahraga anggar dipertandingkan untuk pria dan wanita dengan pengelompokan kelas

umur, yaitu ; Usia dibawah 17 tahun dikategorikan kelas kadet, untuk usia di atas 17 tahun

sampai 20 tahun dikategorikan ke dalam kelas junior, dan kelas di atas 20 tahun dikategorikan ke

dalam kelas senior (IKASI, 2000 : 5).

Floret/foil

Bentuk irisannya segi empat, lentur dan ringan, ujungnya datar dan bulat tumpul dan berpegas. Pelindung

tangan (kom) kecil cukup untuk melindungi bagian tangan saja. Jenis senjata ini digunakan untuk

menusuk dengan bagian pangkal senjata untuk menangkis dan menekan. Bidang sasaran adalah pada

bagian togok yaitu dari pangkal paha ke atas sampai pangkal tangan dan leher. Panjang senjata = 110 cm,

berat = 500 gram.

Gbr. 2.Bidang sasaran jenis senjata floret Gbr.3. Senjata Floret (FOIL)

Page 37: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

3. Gerak Serang dalam Anggar

Gerakan Serang dalam anggar merupakan salah satu jalan menuju keberhasilan dari

peanggar untuk dapat mencapai satu kesempurnaan dalam bermain, dimana menurut Gaugler

(1997 : 33), “fencing is a sport in which both sexes can participate on equal footing because

success depends on skill rather than physical”. Jadi anggar merupakan cabang olahraga yang

dapat dimainkan oleh laki-laki dan perempuan, dimana keberhasilan dalam bermain anggar tidak

hanya terletak pada fisik semata, namun juga ditopang pada keterampilan pelakunya dan fisik

yang memadai.

Gerakan serang dibentuk mulai dengan memposisikan gerak penuh ke depan dengan kaki

depan diimbangi posisi panggul yang harus stabil, bersama-sama dengan lengan tangan

diluruskan penuh sebagai ancaman lurus dan mengarah ke lawan, menciptakan suatu power maju

dengan tolakan kaki belakang sehingga bergeraknya badan. Pergerakan ini diawali oleh suatu

gerak meluruskan lengan tangan yang memegang pedang, yang menjangkau dengan ujung

pedang untuk mengarahkan dan menusuk lawan pada area target. Bersamaan waktu dengan

tangan yang memegang pedang, kaki dilontarkan menjangkau lurus kedepan dalam mencapai

gerak penuh, dengan tumit sepatu kaki depan mendarat ke tanah terlebih dahulu yang akhirnya

akan jatuh dalam posisi serangan penuh.

Gbr. 4.Gerak serang dalam anggar

Suatu gerakan serang sempurna akan meninggalkan lengan, tangan, pantat, bahu, pinggul, dan

tinggi paha kanan/kiri, sejajar dengan lantai. Kepala akan tegak lurus sejajar tulang belakang,

yang sedikit condong dari badan vertikalnya sepanjang gerak itu. Lutut harus secara langsung

Page 38: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

sejajar di atas tumit sepatu, dengan kaki yang menunjuk ke arah depan. Dalam posisi ini, pemain

anggar harus dengan sama mampu untuk mengimbangi pemain depan atau mundur kepada posisi

bersiap/kuda - kuda. Batang tubuh dan bahu juga harus diperlonggar, memberi kesempatan

penuh untuk melanjut berkelahi gerakan serang.

4.Hukum-hukum Mekanika untuk Mengkaji Teknik Gerak Serang dalam Anggar

Hukum – hukum Biomekanika yang dapat diterapkan dalam teknik gerak serang dalam anggar antara

lain:

a. Titik Berat

Pelaksanaan gerak serang dalam anggar merupakan salah satu gerakan yang cukup kompleks dalam

olahraga anggar. Dalam teorinya letak titik berat selalu berubah sesuai dengan sikap, dan sangat

menentukan terhadap teknik gerak. Titik berat adalah titik dimana gaya berat. Dapat juga dikatakan

bahwa titik berat adalah titik yang mewakili berat dari benda atau tubuh (Soedarminto, 1992: 149-151).

Titik berat berpengaruh terhadap keseimbangan pemain ketika melakukan gerak serang. Semakin titik

berat dekat dengan lantai maka pemain akan semakin seimbang dalam melakukan gerak serang. Tolakan

yang akan dihasilkan ke arah horisontal pun akan semakin jauh jarak yang dihasilkan apabila disertai

kecepatan awal yang tinggi pula.

b. Keseimbangan

Salah satu keterampilan yang sangat penting dalam olahraga adalah kemampuan untuk mempertahankan

keseimbangan dalam berbagai macam posisi karena akan menentukan hasil akhir setiap gerak yang

dilakukan (Putut, 1998: 46). Menurut Soedarminto (1992: 152-153) stabilitas yang dimaksud di sini

adalah tingkat keseimbangan. Semua objek yang diam dikatakan dalam keadaan seimbang. Semua gaya

yang bekerja padanya seimbang, jumlah gaya-gaya linear yang bekerja sama dengan nol dan jumlah

semua momen sama dengan nol. Tetapi, tidak semua objek yang diam memiliki stabilitas yang sama. Jika

posisi sebuah objek diubah sedikit dan objek itu cenderung untuk kembali pada posisi semula, maka

objek itu dalam keadaan seimbang stabil atau seimbang mantap.

Keseimbangan yang stabil terjadi apabila sebuah objek diletakkan sedemikian sehingga usaha untuk

mengganggunya harus mengangkat titik beratnya. Dengan demikian objek tersebut cenderung jatuh

kembali ketempat semula. Bila untuk menggulingkannya, makin tinggi titik beratnya harus diangkat

Page 39: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

makin stabil keseimbangannya. Batu bata yang terletak pada sisinya yang luas lebih stabil daripada

berdiri pada sisi ujungnya sebab titik beratnya harus diangkat lebih tinggi untuk menggulingkannya.

Keseimbangan yang tidak stabil atau goyah terjadi bila hanya dibutuhkan dorongan sedikit untuk

merobohkan objek. Hal ini terjadi bila titik berat jatuh pada titik yang lebih rendah jika objek itu diangkat.

Jenis keseimbangan yang ketiga disebut keseimbangan netral, dan terjadi bila titik berat tidak lebih tinggi

atau lebih rendah bila digerakkan. Sebuah bola yang terletak di meja dalam keadaan seimbang netral.

Objek dalam keadaan seimbang netral dapat diam pada setiap posisi tanpa perubahan tingginya titik berat.

Jika mendapat sedikit dorongan objek itu tidak akan jatuh ke belakang atau ke depan.

Pada saat gerak serang dalam anggar posisi keseimbangan termasuk dalam bagian keseimbangan stabil.

Karena tumpuan pelaksanaan gerak serang masih menumpu pada dua kaki sehingga kemungkinan jatuh

sangat cukup kecil (bukan berarti menutup kemungkinan kalau gerak serang anggar sepenuhnya stabil).

Pemain akan selalu memperoleh keseimbangan baru dalam setiap perubahan gerak yang terjadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas (keseimbangan tubuh) adalah 1) Tingginya titik berat, 2)

Letak garis berat, 3) Luas dasar penumpu, 4) Massa objek, 5) Gesekan, 6) Posisi segmen-segmen badan,

7) Penglihatan dan psikologis, dan 8) Fisiologis (Soedarminto 1992: 301-307).

Selain itu, lutut ditekuk dan badan dipersempit dengan tujuan untuk memperkecil luas tubuh agar badan

dapat dengan mudah didorong ke depan dan keseimbangan dapat tercapai. Setiap individu mempunyai

gerakan berbeda dalam keadaan ini.

c. Rantai Kinematis

Dalam melakukan gerak serang maupun gerak tangkisan bergerak dari tahap persiapan hingga follow

through merupakan sebuah rantai kinematis. Rantai kinematis sendiri adalah alat gerak yang terdiri dari

beberapa segmen. Kalau satu ujung dari segmen dapat bergerak bebas, disebut rantai kinematis terbuka.

Rangkaian segmen yang tidak ada ujungnya yang bebas disebut rantai kinematis tertutup (Imam Hidayat,

1999: 48).

Pada teknik gerak serang dalam anggar terjadi rantai kinematis terbuka dan tertutup. Pada saat kaki

melangkah hingga selesai melakukan gerak serang merupakan rantai kinematis tertutup karena ujung kaki

tidak dapat melakukan gerakan dengan bebas.

Page 40: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

d. Gaya

Setiap ada perubahan keadaan dari diam ke gerak atau dari gerak ke diam pasti ada sebab atau pengaruh.

Oleh karenanya dapat dikatakan pengaruh atau sebab adalah sesuatu yang mengubah keadaan. Pengaruh

itu tidak lain adalah gaya (Soedarminto, 1992: 77). Gaya adalah besaran yang mempunyai arah maka

tergolong dalam besaran vektor (Putut, 1998: 26). Melakukan gerak serang dalam anggar atau semua

aktiviatas sehari-hari mutlak memerlukan gaya dari dalam tubuh yang berupa gaya kontraksi otot atau

kekuatan (strength).

Hukum I Newton berbunyi ”Bila resultan gaya yang bekerja pada benda nol atau tidak ada gaya yang

bekerja pada benda, benda itu diam (tidak bergerak) atau akan bergerak lurus beraturan”. Resultan gaya

adalah jumlah gaya yang bekerja pada benda (Putut, 1998: 26). Gaya resistance juga terjadi ketika

langkah akan melakukan gerak serang dalam anggar untuk melakukan lontaran ke depan.

Gaya resitance atau tahanan adalah gaya yang menyebabkan gerakan negatif atau hambatan gerak. Ini

sejalan dengan percepatan ke arah horisontal dan terjadi perlambatan ketika gaya tahanan untuk

melakukan gaya dorong ke depan.

Pada Hukum III Newton berbunyi: ”Bila dua benda berinteraksi, gaya yang diadakan oleh benda yang

satu kepada benda yang lain sama besarnya dan berlawanan arahnya” sering disebut hukum aksi-reaksi.

Saat melakukan teknik gerak serang tubuh akan melakukan gaya pada lantai dan lantai akan memberikan

gaya pada tubuh yang besarnya sama dengan gaya yang dihasilkan ketika tubuh mendorong lantai pada

arah gayanya.

e. Momentum

Momentum adalah hasil perkalian massa dan kecepatan dan setiap perubahan dalam momentum sama

dengan impuls yang menghasilkannya (Gt = m.Vt – m.Vo). Momentum merupakan besaran gerak yang

bertambah atau berkurangnya dengan cara menambah atau mengurangi massa atau kecepatanya

(Soedarminto, 1992: 248). Momentum juga dinamakan dengan kuantitas gerak yang besarnya berbanding

lurus dengan massa dan kecepatan (Putut, 1998: 30).

M = m. v

dimana

M = Momentum kg. m/detik

m = massa dalam kg

v = kecepatan dalam m/detik.

Page 41: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

Peningkatan momentum terjadi bila gaya yang digunakan searah dengan gerak. Gaya yang digunakan

searah dengan geraknya. Hal itu terjadi bila peanggar melakukan gerak serang dan gerak tangkisan yang

bergerak cepat atau mendarat dari lontaran. Besarnya waktu penghentian akan mengurangi gaya

penghentian yang dibutuhkan untuk mengubah momentum objek menjadi nol. Inilah sebabnya, mengapa

harus memperpanjang waktu penghentian dengan gerakan-gerakan tertentu, baik pada aktivitas melontar

ke depan atau mendarat dari lontaran. Tanpa gerakan-gerakan itu impulsnya tidak akan mencukupi,

momentumnya tidak akan berkurang sampai nol, atau momentumnya akan mencapai nol tetapi gaya

menjadi begitu besar sehingga akan berakibat cedera dalam bentuk kerusakan tulang atau sendi.

Pada kejadian gerak serang ini, badan cenderung maju dan tangan lurus ke depan sehingga terjadi

momentum atau jumlah gerak ke arah depan sehingga badan terbawa ke depan pada saat melakukan

lontaran. Pengaruh ini juga dapat diakibatkan berat badan subjek. Semakin berat subjek maka momentum

juga akan semakin besar pula. Begitu juga di saat berhenti dari melakukan teknik gerak serang pemain

yang berat badannya relatif besar akan sulit berhenti dan melakukan gerak selanjutnya.

f. Gerak Linear

Seringkali gerakan suatu objek merupakan gabungan antara gerak rotasi dan translasi. Gerak – gerak

angular dari beberapa segmen tubuh seringkali dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga satu

segmennya dapat bergerak linear (Soedarminto, 1992 : 79). Senada juga dengan ungkapan Imam Hidayat

(2003 : 77) yang cukup singkat yaitu gerak dengan lintasan lurus, disebut gerak lurus (linear movement).

Seperti gerakan menusuk dan menyerang pada anggar, karena gerak – gerak angular dari lengan bawah

dan lengan atas, telapak tangan dapat bergerak linear, dengan demkian dapat memberikan gerak linear

kepada pedang.

g. Stabilitas dan Mobilitas

Beberapa cabang olahraga ternyata tidak hanya memerlukan stabilitas saja, sebalikya ada aktivitas yang

silih berganti membutuhkan stabilitas dan mobilitas sekaligus. Suatu saat harus stabil dan dalam fraksi

persekian detik harus mobil. Terutama dalam cabang olahraga bela diri (salah satu contohnya anggar

sebagai salah satu cabang olahraga bela diri), nyata sekali kebutuhan akan stabilitas dan mobilitas secara

berurutan (Imam Hidayat, 2003 : 53). Salah satu contoh posisi kaki pada atlet bela diri adalah pada saat

sikap sedia (kuda-kuda) hanya sesaat dengan posisi kaki yang selalu berpindah – pindah tumpuan, dengan

lutut yang ditekuk sedikit oleh karena harus bergerak, dan tumpuan ada pada telapak kaki oleh karena

harus tetap stabil.

Page 42: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

KESIMPULAN

Pelatih dalam melatih tidak bisa hanya dengan cara manual terus menerus ataupun turun

temurun, tetapi diharapkan dapat mengubah pola berpikir yang secara dogmatis tersebut, dimana seiring

dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi penunjang dalam melatih sudah banyak diciptakan.

Atlet berprestasi itu tidak hanya lahir dengan sendirinya, melainkan sangat membutuhkan proses

pembentukan yang baik agar dapat mencapai hasil yang terbaik pula. Sehingga janganlah malu bagi para

praktisi olahraga untuk memanfaatkan teknologi yang sudah banyak berkembang saat ini dengan

mempelajari batang ilmu yang sesuai sebagai penunjang.

Ilmu penunjang tersebut adalah biomekanika, dimana biomekanika itu sendiri adalah

merupakan salah satu batang ilmu gerak yang mempelajari tentang mekanika atau mekanisme bergerak

berdasarkan dengan prinsip – prinsip fisika. Selain itu juga sekarang sudah banyak ditemukan software –

software komputer yang khusus diperuntukan untuk menganalisis gerak atlet dalam pencapaian

performance terbaiknya dengan ditunjang penjelasan secara biomekanika tentunya.

Pada teknik gerak serang anggar sendiri, pelatih terkadang hanya mengevaluasi hasil latihan

atletnya hanya secara oral, sedangkan di luar sana sudah banyak sekali para pelatih yang sukses

menangani atlet dalam mencapai performance terbaiknya. Dengan kemajuan teknologi yang sudah ada

saat ini, para pelatih hendaknya dapat mengevaluasi hasil latihan atletnya tidak hanya secara visual, tapi

juga dapat dengan secara visual, sehingga atletnya dapat melihat secara langsung dimana letak kesalahan

yang harus diperbaiki nantinya.

Page 43: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

DAFTAR PUSTAKA

Bartlet, Roger. (2007). Introduction to Sports Biomechanics (Analysing Human Movement Patterns)

Furqon,H.M. (1995). Teori Umum Latihan. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Gaugler M.William. (1999). The Science of Fencing. Edisi Ke-2. Laureate-Press, Bangor,Maine.

Hidayat, Imam (1999), Biomekanika, Bandung: FPOK-IKIP Bandung

Http://www.Biomekanika teaching_files\teaching.htm.(Senin, 3-11-2008:10.20WIBB) - IKASI.(2000). Sekilas Anggar. http//www.Ikasi Online.htm. (dikutip: 10 Januari 2008).

Ismayarti. (2006). Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta; LPP dan UNS Press.

Isoleho,Juha. (2007). Bulletin ; Regional Development Center. Jakarta : IAAF.

James. G. Hay (1985), The Biomechanic of Sport Techniques, Prentice Hall Englewood Cliffs, New Jersey.

Marhento,Putut. (2000). Majalah Ilmiah Olahraga. Yogyakarta : MAJORA Volume 6 Edisi April 2000.

Ma’mun, Amung (2003). Konstruksi Tes Kemampuan Fisik Atlet Anggar. Jakarta: IKASI.

Nugroho, Sigit. (2007). Majalah Ilmiah Olahraga. Yogyakarta : MAJORA Volume 13, April 2007, Th. XIII, No.1.

Sodarminto. (1992). Kinesiologi. Jakarta; DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI.

Sucipto dan Ramlan (1997). Peraturan Permainan Anggar. Makalah Penataran PelatihAnggar Madya, Karawang, 1997.

Page 44: TUGAS JURNAL OLAHRAGA

DAFTAR PUSTAKA JURNAL

Susanto, Ermawan . 2008. Mengatasi Masalah-Masalah Olahraga Renang sebagai

Hidroteraphy Dalam Kesehatan. http://uny.ac.id diakses 26 Desember2014.

Kurniawan , Faidillah . 2010. Analisis secara Biomekanika Teknik Gerak Serang dalam Anggar.

http://staff.uny.ac.id diakses 26 Desember 2014.

Kusnaedi, Abdulkadir Ateng dan Ratna Sayekti . 2012. Metode Latihan Backhand Short Service

Dalam Permainan Bulutangkis. http://portalgaruda.org. diakses 26 Desember 2014.