tugas isd klmpok 11-1.doc

22
perilaku manusia dalam kesehatan Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Lingkungan Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya 2. Perilaku Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya. 3. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi

Upload: jessy-luph-chyieeyyvici

Post on 16-Sep-2015

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

perilaku manusia dalam kesehatanMenurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. LingkunganLingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya

2. PerilakuPerilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

3. Pelayanan kesehatanPelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.

4. KeturunanKeturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu:

1. Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.

2. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.

3. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.

4. Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.

5. Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.

6. Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.

7. Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.

8. Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.

9. Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.

10. Reserve or positive health: yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.

11. External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.

12. Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.

Perilaku kesehatan, ada tiga teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavioral factors) dan faktor non-perilaku (non behavioral factors).

Lawrence Green menganalisis bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:

a. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku.

Pada saat promosi kesehatan digencarkan aksinya melalui pemberdayaan masyarakat bahwa petugas kesehatan membekali sasaran kesehatan (masyarakat) dengan pengetahuan/informasi yang bermanfaat bagaimana untuk sehat, dan walau ketersediaan sarana kesehatan memadai, tetapi tetap diperlukan dukungan dari masyarakat itu sendiri. Snehandu B. Karr dalam Notoatmojo (2005), mengidentifikasi adanya lima determinan perilaku, yaitu:

a. Adanya niat, (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan objek atau stimulus diluar dirinya.

b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Di dalam kehidupan di masyarakat, perilaku seseorang cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman, paling tidak untuk berperilaku kesehatan tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.

c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil seseorang.

d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri dalam mengambil keputusan masih sangat bergantung kepada suami.

e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apapun memang diperlukan kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi yang tepat mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada.

Untuk membangun rumah sehat misalnya, jelas sangat tergantung kepada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak ada masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan terjadi. WHO yang merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana. Dikatakan mengapa seseorang berperilaku, karena ada empat alasan pokok (determinan), yaitu:

a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling). Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Didasarkan pertimbangan untung ruginya, manfaatnya dan sumber daya atau uang yang tersedia dan sebagainya.

b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personnal references). Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistic masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat bergantung acuan kepada tokoh masyarakat setempat.

c. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung terjadinya perubahan perilaku. Dalam teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana, prasarana, fasilitas).

e. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas.

Dari uraian ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Kemudian timbul persepsi dari individu dan memunculkan sikap, niat, keyakinan/kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan.

Penguatan konsep mulai dari tahu menjadi mau dan mampu, akan terlaksana apabila ada faktor eksternal yang turut mempengaruhi situasi di luar diri individu seperti: dukungan sosial, fasilitas yang tersedia, sarana dan prasarana yang mendukung. Persepsi untuk proses perubahan perilaku menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah penilaian suatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima dan diproses oleh individu tersebut sehingga memunculkan sikap individu menerima dan memformulasikan ide tersebut menurut versi dirinya sendiri.

Perilaku hidup bersih dan sehat bukan hal yang baru bagi masyarakat. Di tengah kecanggihan teknologi pada masa sekarang, informasi dan pengetahuan mudah diakses masyarakat. PHBS adalah semua perilaku yang dapat menjadikan kita hidup sehat. Hidup sehat tidak terbatas dengan melaksanakan sepuluh indikator saja. Tetapi indikator dengan sepuluh perilaku adalah yang dipilih sebagai penilaian apakah masyarakat sudah berperilaku hidup bersih dan sehat dan perlu dikembangkan di tengah masyarakat kita. Dari sepuluh Indikator PHBS yang dicanangkan Depkes RI, pentingnya bersalin menggunakan tenaga kesehatan, program ASI Eksklusif apalagi Inisiasi Menyusui Dini, jamban keluarga, kesesuaian lantai dengan jumlah penghuni dan pentingnya olah raga serta makanan bervitamin dan berserat masih merupakan hal baru bagi masyarakat.

Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan

Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.

Di dalam program program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma norma kesehatan diperlukan usaha usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian:

1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan peraturan / undang undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.

2. Pemberian informasiAdanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.

3. Diskusi partisipatif

Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.

Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.

Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makan makanan bergizi, danolahraga.

Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria, pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.

Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.

Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.

1. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat obat.

2. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur unsur yang terkandung di dalamnya., pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.

3. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan.itu sendiri.

Menurut Becker. Konsep perilakusehatini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yaknipengetahuankesehatan(health knowledge), sikap terhadap kesehatan(health attitude)dan praktik kesehatan(health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatanindividuyang menjadiunitanalisispenelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tigadimensi[4]:

1. Pengetahuan KesehatanPengetahuantentangkesehatanmencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentangpenyakitmenular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau memengaruhi kesehatan, pengetahuan tentangfasilitaspelayanankesehatan, dan pengetahuan untuk menghindarikecelakaan.

2. Sikap terhadap kesehatan sikap yang sehat dimulai dari diri sendiri, dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan dalam tubuh dibandig keinginan.

3. Praktek kesehatanPraktekkesehatan untuk hidup sehat adalah semuakegiatanatau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.

Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan. Menurut Solita, perilaku kesehatan merupakan segala bentukpengalamandaninteraksiindividu denganlingkungannya, khususnya yang menyangkutpengetahuandansikaptentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.Sedangkan Cals dan Cobbmengemukakan perilaku kesehatan sebagai: perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala(asymptomatic stage).

Menurut Skinnerperilaku kesehatan(healthy behavior)diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengansehat-sakit,penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti lingkungan,makanan,minuman, dan pelayanan 49kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati(observable)maupun yang tidak dapat diamati(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

Melihat perkembangan dan proses yang terjadi di dalam pelaksanaan program ada beberapa hal yang seharusnya menjadi perhatian untuk lebih mendorong proses perubahan perilaku kesehatan.

1. Terkait dengan determinan determinan perilaku di atas, perlu langkah langkah untuk lebih memperkuat predisposing factor, enabling factor dan reinforcing factor, karena faktor faktor tersebut saling mempengaruhi.

Tantangan bagi dinas kesehatan dan jajarannya sebagai reinforcing factor di dalam proses perubahan perilaku adalah bagaimana mereka mengimplementasikan paradigma sehat secara mikro dengan menekankan upaya promotif dan preventif seperti tergambar di dalam Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010 dengan action di tingkat masyarakat. Hal ini menjadi sangat penting karena sudah terlihat ada inisiatif dari masyarakat untuk melakukan beberapa upaya perubahan perilaku dengan mengorganisir pertemuan kelompok ataupun penyuluhan dengan niatbaik untuk memperbaiki derajat kesehatan dan kondisi lingkungannya. Sangat disayangkan kalau inisiatif inisiatif ini tidak bisa ditangkap dan dimaksimalkan oleh pihak pihak yang terkait demi terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, sebagai salah satu misi pembangunan kesehatan.

2. Di tingkat masyarakat sendiri, diperlukan kerelaan dan niat baik dari semua pihak untuk lebih mendorong terjadinya perubahan perilaku. Hal ini menjadi sangat penting karena adanya dana stimulan sebagai enabling factor mempunyai dua dimensi yang pertama dalam arti positif, apa yang sekarang sudah ada di tingkat masyarakat bisa dimaksimalkan untuk mendorong proses terjadinya perubahan perilaku. Dalam arti negatif adanya dana bisa menyulut konflik dan intrik yang tidak jarang justru melibatkan tokoh tokoh kunci ( pengurus kelompok, tokoh masyarakat , aparat desa ) yang seharusnya menjadi refference people di dalam proses perubahan perilaku.

3. Penyuluhan bukan sesuatu yang baru, sebagai upaya untuk merubah perilaku hal ini sudah seringkali dilakukan akan tetapi seringkali pula perubahan perilaku yang diharapkan belum muncul. Salah satu sebab dari kurang berhasilnya penyuluhan adalah karena ia bersifat top down, seringkali masyarakat dianggap sebagai tong kosong yang bisa diisi dengan ide ide baru dengan menafikan ide , pengalaman atau pemahaman mereka tentang satu masalah kesehatan. Untuk sekedar membentuk perilaku pasif ( covert behaviour ) cara ini mungkin cukup manjur akan tetapi untuk membentuk perilaku aktif ( overt behaviour ) cara diatas kurang efektif karena mengubah perilaku kesehatan itu lebih dari sekedar menambah pengetahuan kesehatan masyarakat. Seringkali yang terjadi adalah bahwa masyarakat menganggap ada nilai nilai lain yang lebih penting seperti perjuangan untuk bertahan hidup ( survival ), status, prestise, keindahan fisik dan lain sebagainya. Ada dua dimensi yang bisa ditangkap dari uraian diatas yaitu :

Untuk mendorong perubahan perilaku yang lebih efektif di perlukan interaksi pada saat kegiatan penyuluhan dengan melakukan diskusi partisipatif, memadukan apa yang diketahui oleh masyarakat dengan nilai nilai kesehatan. Untuk melakukan hal ini tentunya diperlukan ketrampilan memfasilitasi secara partisipatip, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian bagi semua stake holder baik di tingkat dinas dan puskesmas maupun di tingkat masyarakat.

Content materi pada saat penyuluhan / diskusi bisa lebih dikembangkan untuk lebih memotivasi terjadinya perubahan perilaku dengan mengkombinasikan pendekatan kesehatan dengan aspek aspek yang lain, misalnya aspek religius, estetika, kenyamanan, penghargaan diri , budaya dan lain sebagainya..

Pada akhirnya kita memang harus menyadari bahwa untuk mewujutkan terjadinya proses perubahan perilaku ( kesehatan ) perlu keterlibatan , pengorbanan dan niat baik dari semua komponen di atas, sehingga diperlukan kerjasama yang harmonis,efektif dan efisien dalam mewujutkannya, karena meskipun upaya kesehatan sudah dilakukan secara maksimal, peningkatan derajat kesehatan tidak akan optimal jika perilaku dan lingkungan belumlah sehat.1. Konsepsi perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.2. Konsepsi kesehatan

Pengertian kesehatan pertama kali diterjemahkan oleh freund (1991) dalam bukunyaThe International Disctionary of Medicine and Biologymendefinisikan kesehatan sebagai suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organism atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit juga sampai pada kesimpulannya mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu ciri kalau organism disebut sehat. Kamus lainnya tampaknya mengartikan kesehatan (health) mirip ndengan pengertian kesehatan seperti yang diungkap oleh freund tersebut yaitu sebagai 1. Condition of a persons body or mind . state of being well and free from illness (hornby,1989)MODEL-MODEL KESEHATAN: ANTARA MODEL BARAT DAN MODEL TIMUR

Menurut einshberg (helman, 1990) yang dimaksud dengan model adalah cara merekonstruksi realita, memberikan makna kepada fenomena alam yang pada dasarnya bersifat chaos. Model kesehatan barat dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu model psikosomatis dan model biomedis

Model biomedisberakar jauh pada pengobatan tradisional yang berada di yunani. Pengobatan ini dipengaruhi oleh filosofi yunani, terutama dari pemikiran plato dan aristoteles yang bersifat abstrak dan sistematis serta dijalankan dengan rasional dan logis.konsepsi mengenai dunia pada dasarnya bersifat dualistik sehingga manusia dapat dibedakan menjadi fisiologis(fisik) dan psikologi(jiwa). Cara pandang yang sedemikian ini memengaruhi dunia barat sampai beberapa abad kemudian. Yang dapat ditemui kembali jejaknya pada Descartes.

Perkembangan ilmu biologi yang pesat, lebih lebih degan diketemukannya virus dan bakteri sebagai sumber terjadinya penyakit. Menyebabkan model biomedis ini berkembang dengan sangat pesat dan memengaruhi konsep manusia mengenai kesehatan dibarat. Sejak itu penyakit dan kesehatan semata mata dihubungkan dengan kebutuhan fisiolois saja.berbagai upaya dilakukan untuk menjadikan tubuh tetap sehat.

Model biomedis (freund 1991) memiliki 5 asumsi :

Asumsi yang pertama adalah bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakikni beada pada suatu bagian tubuh tertentu.

Asumsi kedua adalah penyakit dapat di reduksi pada gangguan fungsi tubuh, entah secara biokimia atau neurofisiologis(physical reductionism).

Asumsi ketiga adalah keyakinan bahwa setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi(specific etiology)

Asumsi keempat adalah melihat tubuh sebagai suatu mesin (sama dengan keterangan sebelumnya )

Asumsi kelima adalah mempunyai konsep bahwa tubuh adalah obyek yang perlu diatur dan dikontrol.dan adapun asumsi ini merupakan kelanjutan dari asumsi bahwa tubuh adalah suatu mesin yang perlu mendapatkan pemeliharaan.

model psikiatris (helman, 1990), sebenarnya masih berkaitan dengan modl biomedis. Model ini pada dasarnya masih mendasari diri pada pencarian bukti bukti fisik dari suatu penyakit dan penggunaan treatmen fisik(obat obatan atau pembedahan) untuk mengoreksi abnormalitas. Naun model ini menunjukan dengan jelas adanya modl model yang saling bertentangan yang digunakan oleh psikiater yang berbeda untuk menjelaskan gangguan psikosis. Model model tersebut meliputi : model organic yang menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak; model psikodinamik yang berkonsentrasi pada factor faktor pekembangan dan pengalaman; model behavioral yang menyatakan bahwa psikosis terjadi karena banyak kemungkinan lingkungan; dan model social yang menekankan gangguan dalam rangka performanya.

Model psikosomatis (tamm, 1993), merupakan model yang muncul kemudian karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis. Model ini dikembangkan oleh Helen flanders dunbar sekitar tahun 1930an.model ini muncul setelah jurang anta aspek aspek biologis dan psikologis terjembatani oleh karya Sigmund freud (ketidaksadaran0, ivan Pavlov (respon terkondisi, dan WB cannon (reaksi serang dan kabur). Gerakan psikosomatik ini dimulai di jerman dan Austria pada tahun 1920an,menyebar kebanyak Negara di eropa, kemudian dengan adanya migrasi ke amerika (seperti frans Alexander) minat terhadap gangguan psikosomatik ini pun turut terbawa kesana.

Model psikosomatik ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatic yang tanpa disebabkan oleh ateszenden emosional dan atau social. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom simtom somatic

Menurut model psikosomatik ini, penyakit berkembang melalui saling terkait secara berkesinambungan antara factor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks. Penyembuhan penyakit diasumsikan terjadi melalui cara yang sama juga.

4. pemahaman tentang penyakit

Istilah penyakit memiliki makna berbeda karena berasaldari kata yang berbeda. Yaitu illness dan disease. Cassel (helman, 1990) menggunakan kata illness untuk menyatakan apa yang dirasakan oleh pasien ketika dia dating ke dokter dan disease untuk yang menyatakan bahwa apa yang dibawa si pasien kerumah setelah dari ruang dokter. Dengan demiian penyakit disease adalah sesuatu yang memiliki organ, sedangkan penyakit illness adalah sesuatu yang dimiliki manusia. Yaitu respons subjektif pasien dan segala sesuatu yang meliputinya.

Sejalan dengan pendapat cassel, kleimanns (freund, 1991) mendefinisikan disease mengacu pada kondisi biofisik-masalah seperti yang dilihat dari erspektif praktisi biomedis. Sebaliknya, illness mengacu pada bagaimana orang yang sakit dan anggota keluarganya atau jaringan social yang lebih luas merasakannya.hidup dengan dan bereaksi terhadap simtom simtom dan ketidakmampuannya.

Kesulitan muncul karena dokter yang dididik dengan sisitem pengobatan barat terlatih pada konsep penyakit dalam pengertian disease,sehingga mereka kurang mampu menangani penyakit dalam pengertian illness. Maka sebaliknya penyakit disease itu yang sama mungkn diartikan secara sangat berbeda dari dua pasien berlatar belakang budaya yang berbeda sehingga bisa mendapatkan treatmen yang berbeda pula. Misalnya,gejala flu dibarat mendapatkan perhatian yang cukup serius,sedangkan pada negeri kita flu itu di anggap sebagai penyakit yang wajar.

5. implikasi perbedaan konsep kesehatan dan penyakit terhadap perilaku

Penyembuh atau orang yang berperan mengobati pada system pengobatan barat dibedakan antara dokter dan psikolog. Dokter itu yang bertugas untuk mengobati pasien secara kebutuhan akan fisiologisnya sedangkan psikolog bertugas untuk mengobati klien secara kebutuhan akan psikisnya(joesoef, 1990). Bahkan karena pengaruh pandangan dualism tubuh dan jiwa ini.hampir hampir para dokter tidak bersinggungan sama sekali dengan sang psikolog dan mereka bekerja pada bidang yang sama sekali berbeda.hal ini berbeda pada pengobatan di timur dimana penyembuh biasanya dilakuka oleh tokoh setempat seperti pendeta atau dukun atau imam. Kemudian peranan penyembuh disini bukan menyembuhkan dari segi fisiologis saja, tetapi menyeluruh meliputi mental,moral, dan spiritual.

Diagnosis.gangguan yang sama bisa dilaporkan dengan gejala yang berbeda.depresi, misalnya (matsumoto, 1994)mengutip pendapat leff yang menyatakan bahwa budaya bermacam macam dalam membedakan dan mengkomunikasikan terminology emosional sehingga mempengaruhi bagaimana mengalami dan mengekspresikan depresi. Marsella menyatakan bahwa depresi itu gejala utamanya mengambil bentuk afektif dalam budaya dalam orientasi objektif yang kuat(budaya yang menekankan pada individualitas). Adapun pada budaya tersebut peasaan kesepian dan terisolasi atas mendominasi akan gambaran simtom. Sedangkan simotom somatic itu seperti sakit kepala akan dominan dalam budaya subjektif(yang memiliki struktur yang lebih bersifat komunal).

Treatmen.pengobatan system barat bertumpu pada pemberian obat (antibiotic)atau pembedahan pada bagian bagian tubuh yang sakit.

Plasehopada pengobatan barat memiliki konotasi yang negative(benson dan proctor, 2000)sehingga sering kali dicoba untuk dihilangkan atau diminimalkan pengaruhnya oleh dokter pengobatan barat.

Relasi dokter pasienpada system pengobatan barat bercirikan mekanistik,impersonal, dan rediksionistik. Dokter mengambil sikap lebih tahu dari pasien. Superior serta penentu keputusan. Sementara asien mengambil sikap pasif serta diharapkan menuruti apa yang dimaui oleh dokter.hubungan dari pasien dan dokter itu biasanya bersifat dingin, dokter berpusat ada hanya menangani sumber sakitnya saja. Hubungan ini pun tercerminlewat desain bangunan rumah sakit yang menempatkan pasien pada control yang rendah dan diharapkan bersifat pasif(veitch & arkkelin, 1995)

3. Faktor faktor yang membuat penyimpangan perilaku

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.Faktor Penyebab Terjadi Perilaku MenyimpangMenurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaituKetidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, SUmber : duniabaca.comFaktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia

1. Genetika2. Sikap adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadapperilakutertentu.

3. Norma sosial adalah pengaruhtekanan sosial.

4. Kontrolperilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.

Daftar pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_manusiahttp://ticorich.blogspot.com/2012/03/konsep-kesehatan-mental.htmlhttp://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/perubahan-perilaku-dan-proses-perubahannya.pdfhttp://portalberitaonline85.blogspot.com/2012/11/faktor-penyebab-perilaku-menyimpang.htmlhttp://mitaunair-fk12.web.unair.ac.idhttp://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/06/01/teori-blum-tentang-kesehatan-masyarakat/