tugas individu jurnal promkes

27
JURNAL PROMOSI KESEHATAN KESEHATAN STUDI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT ACEH DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE Oleh: Renny Ismaya I1A111026 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: almira-shabrina-saraswati

Post on 18-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Tugas Individu Jurnal Promkes

TRANSCRIPT

JURNAL PROMOSI KESEHATAN KESEHATANSTUDI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT ACEH DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Oleh:

Renny Ismaya

I1A111026

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU

2014I. JURNAL ASLIII. ANALISIS JURNAL SECARA MENDALAMA. Batasan DBD

1. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang diakibatkan oleh virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Namun Aedes albopictus juga dianggap sebagai vektor sekunder (1). DBD disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae (2).2. Gejala

Gejala pada anak-anak dapat berupa demam ringan yang disertai ruam. Demam berdarah yang lebih parah ditandai dengan demam tinggi yang bisa mencapaisuhu 40-41oC selama dua sampai tujuh hari, wajah kemerahan, dan gelaja lainnya yang menyertai demam berdarah ringan (3). Ciri-ciri demam pada demam berdarah dengue disebut juga sebagai Demam Pelana Kuda.

Gambar 1. Siklus Demam Pelana Kuda

Gambar 2. Kurva Fase Demam pada DBD

Dari grafik dan kurva tersebut, dapat dilihat fase-fase demam pada demam berdarah dengue, sebagai berikut (4):

a. Hari 1-3 Fase Demam Tinggi

Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, nyeri otot, serta mual/muntah, kadang disertai bercak merah di kulit.

b. Hari 4-5 Fase Kritis

Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan. Namun inilah fase kritis yang kemungkinan dapat terjadi Dengue Shock Syndrome.

c. Hari 6-7 Fase Masa Penyembuhan

Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahapa penyembuhan.Perdarahan terjadi pada semua organ umumnya timbul pada hari 2-3 setelah demam. Sebab perdarahan adalah trombositopenia. Bentuk perdarahan dapat berupa (5):

a. Ptechiae

b. Purpura

c. Echymosis

d. Perdarahan cunjunctiva

e. Perdarahan dari hidung (mimisan atau epestaxis)

f. Perdarahan gusi

g. Muntah darah (Hematenesis)

h. Buang air besar berdarah (melena)

i. Kencing berdarah (Hematuri)

Gejala ini tidak semua harus muncul pada setiap penderita, untuk itu diperlukan toreniquet test dan biasanya positif pada sebagian besar penderita Demam Berdarah Dengue (5). Gejala DBD yang lainnya yaitu hepatomegali (pembesaran hati) dan renjatan (shock). Renjatan dapat terjadi pada saat demam tinggi yaitu antara hari 3-7 mulai sakit. Renjatan terjadi karena perdarahan atau kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapilar yang rusak (2).Berdasarkan krteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini terpenuhi (6):a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik,

b. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena.

c. Trombositopenia (jumlah trombosit 20% dibanding standar sesuai umur dan jenis kelamin.

2) Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematocrit sebelumnya.

3) Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, hiponatremia.

3. Cara Penularan

Penyebab penyakit DBD adalah infeksi virus Dengue. Penularan virus Dengue yaitu (7):

a. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang disebut Aedes aegypti.

b. Sewaktu menggigit untuk menghisap darah, virus yang berkembang biak di dalam kelenjar liur di pangkal belalai, ikut masuk ke dalam darah. Virus hidup dan berkembang subur di dalam darah manusia. Keadaan ini disebut viremia (berkembangbiaknya virus di dalam darah).

c. Sebagai reaksi tubuh melawan benda asing di dalam tubuh, timbul panas badan yang secara alamiah maksudnya untuk melebarkan lubang saluran pembuluh darah untuk mempercepat aliran darah hingga zat penangkal yang normalnya ada di dalam darah manusia, bisa segera memusnahkan benda asing tersebut.Nyamuk aedes aegypti menggigit pada tidur siang, terutama di pagi hari antara jam 9-10 atau sore hari sekitar jam 3-5, karena nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit pada jam-jam tersebut. Pada jam-jam ini lebih baik anak-anak bermain di luar rumah. Agaknya nasihat dulu agar anak tidur siang perlu dipertimbangkan lagi (7).4. Faktor Risiko

a. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk turut menunjang atau sebagai salah satu faktor risiko penularan penyakit DBD. Semakin padat penduduk, semakin mudah nyamuk Aedes menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tidak memiliki pola tertentu dan urbanisasi yang tidak terencana serta tidak terkontrol merupakan salah satu faktor yang berperan dalam munculnya kembali kejadian luar biasa penyakit DBD (9).b. Mobilitas PendudukPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (8).

c. Sanitasi Lingkungan

Kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes, terutama apabila terdapat banyak kontainer penampungan air hujan yang berserakan dan terlindung dari sinar matahari, apalagi berdekatan dengan rumah penduduk (9).

d. Keberadaan Kontainer

Letak, macam, bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air yang tersimpan dalam kontainer sangat mempengaruhi nyamuk Aedes betina untuk menentukan pilihan tempat bertelurnya (9).

Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD. Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan kesehatan masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD antara lain dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M) sangat tepat dan perlu dukungan luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya (9).

e. Kepadatan Vektor

Semakin tinggi angka kepadatan vector akan meningkatkan risiko penularan penyakit DBD (9).f. Tingkat Pengetahuan tentang DBDPengetahuan merupakan hasil proses keinginan tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan (terutama indera pendengaran dan pengelihatan) terhadap obyek tertentu yangmenarik perhatiannya (9).

g. Sikap

Sikap masyarakat terhadap penyakit DBD, yaitu semakin masyarakat bersikap tidak serius dan tidak berhati-hati terhadap penularan penyakit DBD akan semakin bertambah risiko terjadinya penularan penyakit DBD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Thurstone et al. seperti dikutip oleh Azwar (2003) bahwa sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. Pendapat senada juga dikemukakan oleh La Pierre seperti dikutipoleh Azwar (2003) yang menyatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku atau tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial (9).

Secara sederhana, sikap dapat dikatakan adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Disimpulkan bahwa semakin kurang sikap seseorang atau masyarakat terhadap penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD maka akan semakin besar kemungkinan timbulnya KLB penyakit DBD (9).5. Pencegahan

a. LingkunganMetode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh: Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali. Menutup dengan rapat tempat penampungan air. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya (10).b. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14) (10).

c. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

1) Pengasapan/fogging (menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.2) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan3M Plus, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dan lain-lain sesuai dengan kondisi setempat (10).B. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (11).Pengetahuan yang tercakup didalam kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu (11):

a. Tahu (know), bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajarinya atau tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, sehingga tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.

b. Memahami (comprehension), bila seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar dan dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya, atau memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut benar.

c. Aplikasi (application), bila seseorang mampu untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya dari satu situasi untuk diterapkan pada situasi lain, atau dapat pula diartikan sebagai kemampuan untuk dapat menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis), bila kemampuan seseorang lebih meningkat sehingga ia dapat menerangkan bagian-bagian menyusun suatu bentuk pengetahuan dan menganalisis, atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam sturktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis), bila seseorang disamping mempunyai kemampuan untuk menganalisis ia pun mampu menyusun kembali ke bentuk semula atau bentuk lain, atau sintesis merupakan sesuatu yang menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation), bila seseorang telah mampu untuk mengetahui secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket untuk menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden. Atau evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi penilaian terhadap suatu materi atau objek, yang didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.2. Sikap

Sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tidakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa. Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (11).

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu: (a) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. (b) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. (c) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku (11).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni: (a) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). (b) Merespon (responding) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas, yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. (c) Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain untuk menggunakan jamban. (d) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi (11).3. Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri (12). Perilaku ditentukan oleh persepsi dan kepribadian, sedang persepsi dan kepribadian dilatarbelakangi oleh pengalamannya (13).Perilaku merupakan keadaan jiwa (berfikir, berpendapat, bersikap dan sebagainya) untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subjek tertentu. Respon ini dapat bersifat positif (tanpa tindakan) dan bersifat aktif (dengan tindakan) (13). Bentuk tingkah laku seseorang dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi dan rangsangan dari luar;

b. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri subyek;

c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah nyata yaitu berupa perbuatan terhadap situasi rangsangan dari luar, misalnya keikutsertaan dalam suatu kegiatan tertentu.

Menurut L.W.Green, di dalam Notoatmodjo (2003) faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu (12):

a. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai dan juga variasi demografi, seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

1) Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:a) Awareness (kesadaran)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b) Interest (merasa tertarik)

Tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah muali timbul.

c) Evaluation (menimbang-nimbang)

Menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d) Trial

Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e) Adoption

Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2) Keyakinan

Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau objek benar atau nyata. Kebenaran adalah kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkapkan atau menyiratkan keyakinan agar terjadi perubahan perilaku.

a) Seseorang harus yakin bahwa kesehatannya terancam

b) Orang tersebut harus merasakan potensi keseriusan kondisi itu dalam bentuk nyeri atau ketidaknyamanan, kehilangan waktu untuk bekerja, kesulitan ekonomi.

c) Dalam mengukur keadaan tersebut, orang yang bersangkutan harus yakin bahwa manfaat yang berasal dari perilaku sehat melebihi pengeluaran yang harus dibayarkan dan sangat mungkin dilaksanakan serta berada dalam kapasitas jangkauannya.

d) Harus ada isyarat kunci yang bertindak atau suatu kekuatan pencetus yang membuat orang itu merasa perlu mengambil tindakan. 3) Nilai

Secara langsung bahwa nilai-nilai perseorangan tidak dapat dipisahkan dari pilihan perilaku. Konflik dalam hal nilai yang menyangkut kesehatan merupakan satu dari delema dan tantangan penting bagi para penyelenggara pendidikan kesehatan.

4) Sikap

Sikap merupakan salah satu di antara kata yang paling samar namun paling sering digunakan di dalam kamus ilmu-ilmu perilaku. Sikap sebagai suatu kecenderung jiwa atau perasaan yang relatif tetap terhadap kategori tertentu dari objek, atau situasi (12).

b. Faktor-faktor Pemungkin (Enambling Factors)

Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misalnya dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.

1) Sarana

Segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja.

2) Prasarana

Alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

a) Dana merupakan bentuk yang paling mudah yang dapt digunakan untuk menyatakan nilai ekonomis dan karena dana atau uang dapat dengan segera dirubah dalam bentuk barang dan jasa.

b) Transportasi adalah pemindahan manusia, hewan atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia dan atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

3) Fasilitas

Segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.

4) Kebijakan Pemerintah

Suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi

c. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

1) Sikap

Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.2) Tokoh Masyarakat

Orang yang dianggap serba tahu dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Sehingga segala tindak-tanduknya merupakan pola aturan patut diteladani oleh masyarakat.

3) Tokoh Agama

Panutan yang merepresentasikan kegalauan umatnya dan persoalan yang sudah diungkap oleh para tokoh agama menjadi perhatian untuk diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya.

4) Petugas Kesehatan

Tenaga profesional, seyogyanya selalu menerapkan etika dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang merupakan suatu norma perilaku atau biasa disebut dengan asas moral, sebaiknya selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat kelompok manusia (12).III. REKOMENDASITingkat pengetahuan merupakan awal dari perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Oleh karena itu dalam mencegah dan menanggulangi DBD perlu adanya promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai DBD. Misalnya pengertian DBD, cara penularan, gejala, dan cara pencegahannya berdasarkan faktor risiko. Sehingga akan merubah sikap dan perilaku masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi DBD.IV. KESIMPULANPengetahuan, sikap dan perilaku manusia mempengaruhi seluruh tindakan manusia. Salah satunya adalah perilaku terhadap penyakit DBD. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan virus yang cara penularannya melalui gigitan nyamuk. Perilaku yang tidak sesuai akan mempengaruhi tingkat kejadian penyakit DBD. Perilaku dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan terhadap penyakit DBD. Salah satunya tingkat pengetahuan terhadap pencegahan DBD.DAFTAR PUSTAKA

1. Hariadi. Dampak Pemberian Pyriproxyfen Terhadap Aedes aegypti Vektor Demam Berdarah Dengue Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagian Entomologi Kesehatan Program Studi Ilmu Kedokteran Tropis Jurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan

2. Lestari, Keri. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Jurnal Farmaka. 5 (3). Desember 2001

3. Pusat Perlindungan Kesehatan. Tersedia dalam http://www.chp.gov.hk4. Sugiono, Mutiana Melati.(2011).Hubungan Pengetahuan,Sikap, dan Perilaku Orang Tua Mengenai Demam Berdarah Dengue Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Anak Dirawat Inap di Rumah Sakit Dr.Suyoto. Jakarta5. Siregar, Faziah. (2004). Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Sumatera Utara6. Khi Chen, dkk. (2009). Diagnosis dan Terapi cairan Pada Demam Berdarah Dengue.

7. Yatim, Faisal. (2001). Macam-Macam Penyakit Menular dan Pencegahannya. Jakarta : Pustaka Populer Obor

8. Ririh Y., Anny V., Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, Dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2 (1), 2005.9. Fathi., Soedjajadi K., dan Chatarina U.W., Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2 (3), 2005.

10. Kristina., Isminah., Leny W. (2004). Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Badan Litbang Kesehatan Depkes RI

11. Otaya. Lian G., Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat terhadap Penggunaan Jamban Keluarga. Dosen Pendidikan Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo. 2012.12. Notoatmodjo, Soekidjo, Prof. Dr., S.K.M., M.Com. H. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT Rineka Cipta. 2007.

13. Umar. Persepsi Perilaku Masyarakat dalam Pelestarian Fungsi Hutan sebagai Daerah Resapan Air. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana. UNDIP. 2009.