tugas fix. promkes

61
PROMOSI KESEHATAN Oleh: Anisa Karamina W, S. Ke Zahra Kamilah, S.Ked 04084811416104 Firdhani Yufinta Putri, S.Ked 04084811416106 Herdinta Yudaristy, S.Ked 04084811416107 Aprilia Damayanti, S.Ked 04084811416108 Ayu Agustriani, S.Ked 04084811416110 Ade Kurnia Oprisca, S.Ked 04084811416111 Noviyanti Eliska,S.Ked 04054811486050 Pembimbing:

Upload: hyudaristy

Post on 14-Nov-2015

270 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

PROMOSI KESEHATAN

Oleh:Anisa Karamina W, S. Ke

Zahra Kamilah, S.Ked

04084811416104Firdhani Yufinta Putri, S.Ked 04084811416106Herdinta Yudaristy, S.Ked

04084811416107Aprilia Damayanti, S.Ked

04084811416108Ayu Agustriani, S.Ked

04084811416110Ade Kurnia Oprisca, S.Ked

04084811416111

Noviyanti Eliska,S.Ked

04054811486050Pembimbing:Dr.dr.M.Zulkarnain,M.Med,Sc,PKK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2015

HALAMAN PENGESAHANPromosi Kesehatanoleh:

Zahra Kamilah, S.Ked

04084811416104

Firdhani Yufinta Putri, S.Ked 04084811416106

Herdinta Yudaristy, S.Ked

04084811416107Aprilia Damayanti, S.Ked

04084811416108

Ayu Agustriani, S.Ked

04084811416110

Ade Kurnia Oprisca, S.Ked

04084811416111

Noviyanti Eliska,S.Ked

04054811486050

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Kesehatan & Kedokteran Komunitas Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang

periode 6 April 2015 s/d 15 Juni 2015

Palembang, April 2015

Dr.dr.M.Zulkarnain,M.Med,Sc,PKKKATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul Promosi Kesehatan ini dapat diselesaikan. Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Pemahaman mengenai Promosi kesehatan ini sangat penting dalam ilmu kedokteran masyarakat dan komunitas.Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada Dr.dr.M.Zulkarnain, M.Med.Sc., PKK, selaku dosen pembimbing, atas waktu, ilmu, kritik serta saran yang telah diberikan selama penulisan tugas ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dalam hal metode penulisan dan telaah pustaka yang dilakukan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan bagi penulisan makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat di dalam dunia pendidikan kedokteran khusunya, dan masyarakat pada umumnya. Terima kasih.

Palembang, April 2015

PenulisDAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

HALAMAN PENGESAHANiiKATA PENGANTARiii

DAFTAR ISIiv

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Promosi Kesehatan.

2.2 Pengertian Promosi Kesehatan.

2.3 Visi dan Misi Promosi Kesehatan.

2.4 Sasaran Promosi Kesehatan.

2.5 Strategi Promosi Kesehatan.

2.6 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

2.7 Hambatan dalam Promosi Kesehatan

2.8 Perencanaan Promosi Kesehatan

2.9 Metode Promosi Kesehatan

2.10 Media Promosi Kesehatan

BAB IIIKESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi suatu negara. Tingginya derajat kesehatan masyarakat dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Akan tetapi masih banyak masalah kesehatan masyarakat yang tersebar di beberapa daerah sehingga derajat kesehatan masyarakat Indonesia masih belum merata. Masalah-masalah kesehatan di Indonesia muncul akibat beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan yang saling memengaruhi satu sama lain. Status kesehatan akan tercapai optimal apabila keempat faktor tersebut bekerja dengan baik. Dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat, diperlukan suatu pendekatan khusus yang disebut dengan promosi kesehatan.

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Promosi kesehatan tidak hanya mencakup pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Tujuan 1. Tujun Umum Mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami prinsip, strategi, metode, dan media promosi kesehatan.

2. Tujuan Khusus Mahasiswa dan mahasiswi mampu menjelaskan:a. Prinsip prinsip promosi kesehatan, b. Strategi promosi kesehatan,c. Metode promosi kesehatan, d. Media promosi kesehatan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Sejarah Singkat Promosi Kesehatan di Indonesia

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada, pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang memuat definisi dan prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum bergema. Pada waktu itu, istilah yang ada tetap Penyuluhan Kesehatan, disamping juga populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), Pemasaran Sosial (Social Marketing), Mobilisasi Sosial, dan lain-lain

Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia tersebut dipacu oleh perkembangan dunia internasional. Nama Unit Health Education di WHO baik di Headquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi Unit Health Promotion. Nama organisasi profesi internasional juga sudah berubah menjadi International Union for Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

Bertolak dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari tentang Promosi Kesehatan, pada pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah Strategi atau Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (disingkat PHBS), sebagai bentuk operasional atau setidaknya sebagai embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan melalui serangkaian pertemuan baik internal Pusat Penyuluhan Kesehatan maupun external secara lintas program dan lintas sektor.

Pada era pergantian sistem pemerintahan sentralisasi menjadi desentralisasi (otonomi daerah), dengan adanya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diberlakukan pada tahun 2001, maka Gubernur, Bupati dan Walikota kini dipilih langsung oleh rakyat dan karenanya mempunyai kewenangan yang sangat menentukan, termasuk dalam penentuan organisasi daerah, jabatan dan personilnya. Sementara itu lembaga legislatif, baik DPR di Pusat maupun DPRD di daerah serta partai-partai politik melalui wakil-wakilnya yang duduk di pemerintahan (ekskutif) dan lembaga perwakilan (legislatif), baik di Pusat maupun di daerah, mempunyai kewenangan yang lebih besar (bahkan sangat besar) dalam penyusunan anggaran keuangan baik Pusat maupun Daerah

Untuk mengantisipasi hal ini Departemen Kesehatan dalam hal ini Promosi Kesehatan menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota seluruh Indonesia pada bulan Juli 2000 yang menyepakati tentang perlunya perhatian Daerah secara lebih sungguh-sungguh terhadap program kesehatan, kelembagaan, ketenagaan serta anggaran yang mendukungnya. Berbagai pertemuan khusus untuk menjelaskan dan mendiskusikan tentang Paradigma Sehat dan Visi Indonesia sehat 2010 juga diselenggarakan kepada partai-partai politik dan anggota DPR kkhususnya komisi yang mengurusi bidang kesehatan. Pada November 2001, dibentuklah suatu lembaga baru oleh Kementrian Kesehatan bernama Pusat Promosi Kesehatan yang menggantikan Direktorat Promosi Kesehatan.

Demikian pula dengan tujuan yang sama beberapa kali pertemuan khusus juga digelar di daerah, paling tidak di beberapa propinsi, seperti Banten, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Sumatera Barat, dll. Belum lagi panduan tertulis tentang penanganan program-program kesehatan termasuk promosi kesehatan di daerah.

Selanjutnya dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah, setelah dilakukan pembahasan dan sosialisasi dengan daerah, telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Stndar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Salah satu SPM bidang kesehatan tersebut adalah tentang Penyuluhan perilaku sehat, yang harus mencakup setidaknya: Rumah tangga sehat (65%) dan Desa Posyandu Purnama (40%). Selain itu juga ditetapkan bahwa promosi kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang wajib dilakukan di Puskesmas.

Indonesia memperoleh banyak masukan dan perbandingan dari banyak negara mengenai promosi kesehatan yang ada di Indonesia melalui berbagai pertemuan internasional yang diikuti, seperti Konferensi Internasional Promosi Kesehatan (salah satunya adalah the 4th International Conference on Health Promotion, Jakarta, 1997), Konferensi Internasional Promosi dan Pendidikan Kesehatan, Pertemuan-pertemuan WHO tingkat regional dan internasional, Pertemuan regional ASEAN, dan Pertemuan-pertemuan internasional atau regional lainnya.2.2 Pengertian Promosi Kesehatan

Pengertian sehat menurut UU 23/1992 adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial. Dalam konteks kesehatan, istilah promosi berarti upaya memperbaiki kesehatan dengan cara memajukan, mendukung, dan mendapatkan kesehatan lebih tinggi dari target awal, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Cakupan pokok kesehatan adalah aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang seringkali berada di luar kotrol perorangan atau masyarakat secara kolektif.

Terdapat beberapa definisi mengenai promosi kesehatan, diantaranya:

Soekidjo Notoatmojo (2005),

Promosi kesehatan dalam konsepLevel and Clark(4 tingkat pencegahan penyakit) berartipeningkatan kesehatan. Promosi kesehatan merupakan upaya memasarkan, menyebarluaskan, memperkenalkan pesan-pesan kesehatan, atau upaya-upaya kesehatan sehingga masyarakat menerima pesan-pesan tersebut.

WHO (1984), jika pendidikan kesehatan diartikan sebagaiupaya perubahan perilakumaka promosi kesehatantidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Green (1984), promosi kesehatan adalahsegala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Ottawa Charter (1986), the process of enabling people to control over and improve their health. (Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya). Victorian Health Fundation Australia (1997),a program are design to bring about change within people, organization, communities and their environment. Bangkok Charter (2005), the process of enabling people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve their health

Sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan, sistem dan kebijakan kesehatan.

Gambar 1. Proses promosi kesehatan (Sumber: Depkes RI, 2007)2.3 Visi dan Misi Promosi Kesehatan Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan, Visi merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization).Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :1. Advokasi (Advocation)Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.2. Menjembatani (Mediate)Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.2.4 Sasaran Promosi Kesehatan Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.

1. Sasaran PrimerSasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).

Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha.

2. Sasaran SekunderSasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.

3. Sasaran TersierSasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat

Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.2.5 Strategi Promosi Kesehatan Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan. a. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS.

b. Bina suasana

Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya. c. Advokasi

Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.

Gambar 2. Strategi Promosi Kesehatan (Sumber: Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI, Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan, 2011) Menurut WHOBerdasarkan keputusan WHO pada tahun 1994, strategi promosi kesehatan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:a.AdvokasiAdvokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya.Kegiatan advokasi ini bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian ataupresentasidan seminartentangissu atau usulan program yangingin dimintakandukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian dapat di advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor yang terkaitdengan masalah kesehatan (sasaran tertier).b.Dukungan Sosial (Social support)Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.Tujuan utama kegiatan ini adalahagar paratokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi dalam program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).c.Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misaln ya terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan- kegiatan semacam ini di masyrakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut sasaran pemberdayaanmasyarakatadalah masyarakat. Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piagam OttawaKonferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986 menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:a.Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)Suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentuatau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan.Dengan perkataan lain, agar kebijakan- kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusab dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkingan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).b.Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)Strategi ini ditujukan kepada para pengelolatempat umum, termasukpemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yangmendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya air bersih,tersedianya ruangan bagi para perokok dan non-perokok dan sebagainya.c.Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan kesehatanitu ada provider dan consumer. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan harus diorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu.Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatanini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan diri, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam mengorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatansangat penting.d.Keterampilan Individu (Personnel Skill)Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebabitu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatanindivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok- kelompok tersebut terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personel skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatanadalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa.e.Gerakan masyarakat (Community Action)Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karenaitu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, maka akan terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.Dalam piagam Ottawa tersebut juga mencantumkan ada 9 (sembilan) faktor sebagai prasyarat untuk kesehatan, yaitu:1. Perdamaian/keamanan.2. Tempat tinggal.3. Pendidikan.4. Makanan.5. Pendapatan.6. Ekosistem yang stabil dan seimbang.7. Sumber daya yang berkesinambungan.8. Keadilan sosial.

9. Pemerataan.2.6 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.

4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).

6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, danb).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspekpokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :

a. Aspek promotifdengan sasaran kelompok orang sehat, dan

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua yaitu :

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan PelaksanaanRuang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat PelayananPada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.a. Promosi Kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection).

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).

d. Pembatasan cacat (disability limitation)

e. Rehabilitasi (rehabilitation).2.7 Hambatan dalam Promosi Kesehatan.Promosi kesehatan tidak selalu mudah untuk dilaksanakan akan tetapi banyak hambatan yang akan diterimanya baik hambatan dari luar maupun dari dalam.hambatan dlam perubahan adalah sebagai berikut :

a. Ancaman kepentingan pribadiHal ini merupakan hambatan dalam promosi kesehatan karena adanya kekhawatiran adanya perubahan segala kepentingan dan tujuan diri. b. Persepsi yang kurang tepatPersepsi yang kurang tepat atau informasi informasi yang belum jelas ini dapat menjadi kendala dalam proses perubahan. Berbagai informasi yang akan dilakukan dalam sistem perubahan jika tidak dikomunikasikan dengan jelas atau informasinya kurang lengkap, maka tempat yang akan dijadikan perubahan akan sulit menerima sehingga timbul kekhawatiran dari perubahn tersebut.c. Reaksi psikologis

Ini merupakan factor yang menjadi hambatan dalam promosi kesehatan karena setiap orang memiliki reaksi psikologis yang berbeda dalam merespon perbedaan sistem adaptasi sehingga bisa menjadi hambatan dalam perubahan.d. Toleransi terhadap perubahan rendah

Toleransi terhadap perubahan tergantung dari individu, kelompok atau masyarakat. Apabila individu, kelompok atau masyarakat tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan maka akan memudahkan proses perubahan tetapi apabila toleransi terhadap perubahan rendah maka perubahan akan sulit dilaksanakan.e. KebiasaanPada dasarnya seseorang akan lebih senang pada sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya dibandingkan dengan sesuatu yang baru dikenal, karena keyakinan yang dimiliki sangat kuat. Factor kebiasan ini yang menjadi hambatan dalam perubahan.

f. KetergantunganSeseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai tujuan tertentu, suatu perubahan akan menjadi masalah bagi seseorang yang selalu menggantungkan diri sehingga perubahan akan sulit dilakukan.g. Perasaaan tidak amanPerasaan tidak aman juga merupakan penghambat dalam perubahan karena adanya ketakutan terhadap dampak dari perubahan yang juga akan menambah ketida amanan pada diri kelompok atau masyarakat.

h. NormaNorma merupakan segala aturan yang didukung oleh anggota masyarakat dan tidak mudah untuk merubahnya. Apabila akan mengadakan proses perubahan namun bertentangan dengan norma maka perubahan tersebut akan mengalami hambatan.

Kendala dan hambatan dalam melakukan promosi kesehatan menurut Wilson :

Sistem dan proses perubahan

Sumber daya manusia

Sistem dan lingkungan organisasi2.8 Perencanaan Promosi Kesehatan

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Berikut ini adalah beberapa model perencanaan promosi kesehatan yang sering digunakan. Model PERT

Model ini dikembangkan sejak tahun 1960 (Ross dan Mico) dan dalam beberapa versi dan modifikasi, model ini masih digunakan dalam aplikasi kegiatan atau program. Model PERT terdiri atas enam fase, yaitu initiation, Needs assessent, goal ssettings, planning/programing, immplementation, dan evaluation. Dimensi model ini adalah sebagai berikut:

1. Dimensi isi. Hal ini berarti diperlukan informmasi untuk setiap fase.

2. Dimensi metode. Hal ini meliputi cara mendapatkan dan menganalisis informasi.

3. Dimensi proses. Hal ini menunjukkan adanya tahapan tertentu secara sistematis.

Model PRECEDE-PROCEED

Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECED (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis dan Evalution). PRECEDE merupakan kerangka untuk membantuk perencana mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sapai pengembangan program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi model PRECED-PROCEED, PROCEED merupakan singkatan dari Policy, Regulatory and Organizational Contructs in Educational and Environental Developent. Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Precede digunakan dalam fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan, pelasanaan, dan evaluasi. Menurut Schmit dkk. (1990), model ini paling banyak diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan, serta model ini dianggap lebih berorientasi praktis.

PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program.PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi.

PRECEDE terdiri dari 5 Fase : Fase 1: Social diagnosis Fase 2: Epidemiological diagnosis Fase 3: Behavioral and environmental diagnos Fase 4: Educational and organizational diagnos Fase 5: Administrative and policy diagnosis

PROCEED terdiri dari 4 Fase :

Fase 1

: Implementation

Fase 2

: Process evaluationFase 3

: Impact evaluationFase 4

: Outcome evaluation

Langkah-Langkah Perencanaan Promosi Kesehatan

a) Fase 1 (Diagnosis sosial)

Diagnosis sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya,melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Untuk mengetahui masalah sosial, digunakan indikator sosial seperti pada gambar di atas. Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, focus group discussion (FGD), nominal group process, dan survei.b) Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)

Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di samping itu, dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah, yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, serta kemungkingan untuk diubah. Prioritas masalah harus tergambar pada tujuan program dengan ciri who eill benefit how much of what outcome by when.c) Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)

Untuk fase ini, masalah perilaku dan lingkungan yang memengaruhi perilaku dan status kesehatan atau kualitas hidup seseorang atau masyarakat diidentifikasi. Penting bagi promotor kesehatan untuk membedakan masalah perilaku yang dapat dikontrol secara individu atau harus dikontrol melalui institusi. Contohnya, pada kasus mmalnutrisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan membeli bahan makanan, intervensi pendidikan tidak akan bermmanfaat sehingga diperlukan pendekatan perubahan sosial untuk mengatasi masalah lingkungan.

Indikator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (prevention action), pola konsumsi akanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality, persistence, frequency, dan range. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan. Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis perilaku dan lingkungan, yaitu:a. Memisahkan faktor perilaku dan non-perilaku penyebab timbulnya masalah kesehatan.

b. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan/pengobatan, sedangkan untuk faktor lingkungan dengan mengeliminasi faktor-faktor lingkungan yang tidak dapat diubah seperti faktor genetis dan demografis.

c. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap masalah kesehatan.

d. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk diubah.

e. Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.

Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai program.

d) Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasi)

Identifikasi diagnosis pendidikan dan organisasional dilakukan berdasarkan deterinan perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakt, yaitu

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), meliputi pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai atau normma yang diyakini seseorang

2. Faktor pendorong (enabling factor), yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang

3. Faktor penguat (reinforcing factor), yaitu perilaku orang yang berpengaruh toma, toga, guru, petugas kesehatan, orang tua, peegang kekuasaan) yang dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi, dan menetapkan tujuan organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong yang telah diidentifikasi elalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya.

e) Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)

Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya, PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima dan dapat dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.

Data yang dibutuhkan untuk perencanaan promosi kesehatan dapat diperoleh dari berbagai sumber berikut:

1. Dokumen yang ada2. Langsung dari masyarakat, di mana kita bisa mendapatkan data mengenai status kesehatan masyarakat, perilaku kesehatan dan determinan dari perilaku tersebut,3. Petugas kesehatan di lapangan4. Tokoh masyarakat

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Key informant approach

Informasi yang diperoleh dari informan kunci melalui wawancara mendalam atau Focus Group Discussion (FGD) sangat menolong untuk memahami masalah yang ada. Cara ini cukup sederhana dan relatif murah, karena informasi yang diperoleh dapat mewakili berbagai perspektif dan informan kunci sendiri selain memberikan data yang dapat digunakan dalam membuat perencanaan, juga akan membantu dalam mengimplementasikan promosi kesehatan.b. Community forum approach

Cara lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data adalah melalui forum diskusi. Di sini health promotor bersama-sama masyarakat mendiskusikan masyarakat yang ada.melalui cara ini dapat dicari jalan keluar dari masalah yang ada. Bila dilihat dari sudut program, cara ini sangat ekonomis, di samping itu promotor kesehatan juga dapat memahami masalah dari berbagai sudt pandang masyarakat.c. Sample survey appproach

Merupakan cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan akurat, karena estimasi kesalahan bisa diseleksi. Namun demikian cara ini merupakan cara yang paling mahal. Metode yang dapat digunakan adalah wawancara dan observasi (terutama bilaingin melihat keterampilan atau skill).Menetapkan prioritas masalah

Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan meliputi hal-hal berikut. a) Menentukan status kesehatanmasyarakat.

b) Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada.

c) Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan kesehatan di masyarakat

d) Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan atau perilaku dan kepercayaan yang dianut).

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan prioritas masalah antara lain beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, pertimbangan politik, dan sumber daya yang ada di masyarakat.

f) Fase 6 (Implementasi)

Pada tahap ini, merencanakan suatu intervensi (secara besar pada fase-fase sebelumnya), berdasarkan analisis. Sekarang, yang harus kita lakukan adalah menjalankannya. Fase ini hanya berupa pengaturan dan pengimplementasian intervensi yang telah direncanakan sebelumnya. Pada fase ini, intervensi yang telah disusun pada fase kelima diterapkan secara langsung pada masyarakat.

g) Fase 7 (Evaluasi proses)

Fase ini bukan lah mengenai hasil, tetapi mengenai prosedur. Evaluasi disini berarti apakah kita sedang melakukan apa yang telah kita rencanakan sebelumnya. Jika, sebagai contoh, kita menawarkan melakukan pelayanan kesehatan diare tiga hari dalam sepekan pada daerah pedesaan, apakah dalam kenyataannya kita benar-benar melakukan pelayanan kesehatan tersebut. Kita juga menetapkan untuk memberikan penyuluhan setiap hari senin dan kamis untuk melakukan penyuluhan tentang diare dan penanganannya di puskesmas berdekatan, setiap selasa dan rabu melakukan penyuluhan kesekolah-sekolah apakah kita benar- benar melaksanakan sesuai yang direncanakan.

h) Fase 8 (Evaluasidampak)

Pada fase ini, kita mulai melakukan evaluasi terhadap sukses awal dari upaya kita. Apakah intervensi tersebut menghasilkan efek yang kita inginkan pada faktor perilaku atau lingkungan yang kita harapkan untuk berubah. Mengukur efektifitas program dari sudut dampak menengah dan perubahan-perubahan pada faktor predisposing, enabling, dan reinforcing.Mengevaluasi dampak dari intervensi pada faktor-faktor pendukung perilaku dan pada perilaku itu sendiri.i) Fase 9 (Evaluasihasil)

Apakah intervensi kita sungguh bekerja dalam menghasilkan outcome yang teridentifikasi pada komunitas pada fase 1 sebelumnya? Intervensi ini mungkin dapat secara sukses dilakukan, prosesnya sesuai dengan yang direncanakan, dan terjadi perubahan yang memang diharapkan. Namun, hasilnya secara keseluruhan tidak memiliki dampak pada masalah yang lebih luas. Dalam hal ini, kita harus memulai kembali prosesnya sekali lagi, untuk melihat mengapa faktor yang kita fokuskan bukanlah faktor yang tepat, dan untuk mengidentifikasi faktor lain yang mungkin berhasil. Mengukur perubahan dari keseluruhan objek dan perubahan dalam kesehatan dan keuntungan sosial atau kualitas kehidupan (outcome) yang menentukan efek terbesar pada intervensi terhadap kesehatan dan kualitas kehidupan suatu populasi. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil, dan mungkin beberapa tahun untuk benar-benar melihat perubahan kualitas hidup pada populasi atau masyarakat.Beberapa outcome mungkin tidak terlihat nyata dalam beberapa tahun atau dekade. Bila outcome tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama, maka kita harus bersabar dan tetap mengawasi proses dan dampak dari intervensi kita, dengan keyakinan bahwa outcome tersebut akan terlihat dengan nyata nantinya.2.9 Metode Promosi Kesehatan

A. Jenis Metode Promosi Kesehatan

Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan (a) teknik komunikasi, (b) Sasaran yang dicapai dan (c) Indera penerima dari sasaran promosi.

a. Berdasarkan teknik komunikasi

Metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.

Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb. b. Berdasarkan sasaran yang dicapai

Pendekatan perorangan. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain: kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain

Pendekatan kelompok. Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain

Pendekatan massal. Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll

c. Berdasarkan indra penerima sasaran promosi

Metode melihat/memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film

Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll

Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba)

B. Kelebihan dan Kekurangan Metode

a. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh dengan masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat biasa mereka berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono, anjang karya, dsb. Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :

Ada maksud dan tujuan tertentu

Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu

Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat waktu

Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil

Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila metode-metode lainnya tidak mungkin.

Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :

Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian.

Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan memotong pembicaraannya.

Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya

Bicara dalam gaya yang menarik sasaran

Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan suasana menyenangkan

Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan

Jangan memperpanjang mempersilat lidah

Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang baik

Harus jujur dalam mengajar maupun belajar

Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan

Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji

Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada keluarga sasaran. Ini akan menjalin persahabatan

Kelebihan metode ini adalah :

Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan

Membina persahabatan

Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterima

Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik

Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi kurang

Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya

Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi

Keterbatasannya adalah :

Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas

Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh adalah terbatas sekali

Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya

b. Pertemuan Umum

Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana di sampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk dilaksanakan oleh masyarakat sasaran. Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti :

Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait

Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara sementara

Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)

Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan penerangan dan udara yang segar

Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat

Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan

Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan

Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan memberikan kesempatan untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran pendapat

Anjuran mempergunakan alat-alat peraga

Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong kegiatan

Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir

Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat

Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)

Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang didiskusikan

Kelebihan metode ini adalah :

Banyak orang yang dicapai

Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya

Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan

Segala macam topik/judul dapat diajukan

Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya

Kekurangan / keterbatasannya :

Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup

Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali

Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah campuran

Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat mengurangi jumlah kehadiran

c. Pertemuan Diskusi

Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang lebih rinci dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku kesehatan. Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh untuk :

Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta

Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta

Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja

Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang diajukan

Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan yang tepat. d. Demonstrasi Cara atau Percontohan

Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih menekankan pada bagaimana cara melakukannya suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan atau pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan orang-orang bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu ketrampilan yang baru. Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan, seperti: Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa peralatan dan bahan yang diperlukan

Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat melihatnya dan ikut dalam diskusi

Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan keinginan peserta untuk bertanya-tanya

Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan perilaku yang baru

Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan demostrasi itu

Anjuran :

Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat

Demonstrasi dilakukan tepat masanya

Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak perhatian dan peserta

Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang

Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut

Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat

Kelebihan / keuntungan metode ini :

Cara mengajar ketramilan yang efekif

Merangsasang kegiatan

Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri

Kekurangan / keterbatasannya :

Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan

Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk 2.10 Media Promosi KesehatanMedia atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi

Kegunaan

Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran

Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :

Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.

Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.

Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan

Dapat menarik serta memusatkan perhatian.

Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

Jenis / Macam Media Promosi Kesehatan Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :

1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :

Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb

Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dll

Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll

2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.

Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuanpertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.4. Gambar alat optik, seperti photo, slide, film, dll

PhotoSebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk: a) Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati. b. Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dllSlide

Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang

Film

Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa edukatif.BAB III

PENUTUP

3.1 KesimpulanPromosi Kesehatan (Health Promotion) adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif ( pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ada tiga yaitu :

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan yaitu pelayanan preventif dan promotif, dan pelayanan kuratif dan rehabilitative.

Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni : promosi kesehatan pada aspek promotif dan promosi kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan (primary prevention, secondary prevention, tertiary prevention)

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan yaituHealth promotion, Specific protection, Early diagnosis and treatment Disability limitation,danRehabilitation.3.2 Saran

Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Pemahaman mengenai Promosi kesehatan ini sangat penting dalam ilmu kedokteran masyarakat dan komunitas serta hendaknya dalam pelaksanaannya pun direncanakan dengan baik sehingga dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi promosi kesehatan itu sendiri.DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Jakarta 2004Dian, Ayubi. 2010. Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI.

Maulana, Herry. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.