tugas 2 kurban

24
Kewirausahaan & Pengembangan Bisnis Kurban Dosen: Prof. Dr. Ir. Dahmir Dahlan, MSc Disusun Oleh: Nama : Yunita Puspitasari

Upload: yunitapuspitasari

Post on 07-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kewirus

TRANSCRIPT

Kewirausahaan & Pengembangan Bisnis

Kurban

Disusun Oleh:

Nama : Yunita Puspitasari

NIM : 12110028

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kurban merupakan salah satu ibadah yang dijalani oleh umat muslim

didunia. Ibadah berkurban ini biasanya jatuh beberapa bulan setelah lebaran idul

fitri. Sejarah ibadah kurban ini dimulai ketika Nabi Ibrahim mendapatkan

perintah dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya sendiri yaitu Nabi Ismail.

Hal itu merupakan ujian terberat yang dialaminya. Akhirnya pada suatu hari,

Nabi Ibrahim bersiap untuk menyembelih anaknya sendiri. Ketika hendak

menyembelih, tiba-tiba Nabi Ismail digantikan dengan seekor domba.

Dari sejarah tersebut, ibadah berkurban mengajarkan kita untuk ikhlas

memberi apa yang kita miliki kepada orang lain. Ibadah kurban merupakan suatu

kegiatan menyembelih dan membagikan hewan kurban kepada kaum yang

berhak mendapatannya seperti orang yang tidak mampu, musafir, dsb.

Ibadah kurban memiliki banyak manfaat. Dari sisi agamau, kita telah

memenuhi kewajiban sebagai umat muslim. Dari segi hubungan sosial juga dapat

mempererat tali silahturahmi antar sesame umat manusia. Selain bermanfaat dari

sisi agama dan sisi hubungan sosial, dari sisi bisnis pun juga menguntungkan.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

manfaat dari bisnis berkurban serta penulis akan membahas tentang dampak yang

terjadi pada masyarakat.

2

Bab II

Kajian Pustaka

A. Bisnis

1. Pengertian Bisnis

Bisnis dalam arti luas adalah suatu istilah umum yang menggambarkan

suatu aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam

kehidupan sehari-hari (Amirullah, 2005:2).

Menurut Bukhori Alma (1993:2), bisnis adalah sejumlah total usaha

yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi,

komunikasi, usaha jasa dan pemerintah, yang bergerak dalam bidang

membuat dan memasarkan barang dan jasa kepada konsumen.

Menurut Louis E. Boone (2007:5), bisnis (bussines) terdiri dari seluruh

aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang

dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis

memproduksi barang berwujud sedangkan yang lain memberikan jasa.

2. Jenis-jenis Bisnis

Menurut Indriyo Gito Sudarmo (1993: 3), ada beberapa macam jenis

bisnis, untuk memudahkan mengetahui pengelompokannya maka dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

3

Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatan dalam bidang

pertambangan atau menggali bahan-bahan tambang yang terkandung

di dalam perut bumi.

Agraria, yaitu bisnis yang menjalankan bisnisnya dalam bidang

pertanian.

Industri, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang industri.

 Jasa, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang jasa yang menghasilkan

produk-produk yang tidak berwujud.

3. Etika Bisnis

Menurut Suhardana (2006) dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana

(2009: 127-128) istilah lain dari etika adalah susila, su artinya baik, sila

artinya kebiasaan. Jadi susila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan

manusia yang baik.

Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005) dalam Sukirno Agus dan I

Cekik Ardana (2009: 127-128) etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku

benar dan salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita

bermoral atau tidak berkaitan dengan hubungan

Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan

perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha

(Murti Sumarni, 1995:21). Chandra R (1998: 20) menambahkan bahwa

perubahan-perubahan besar dalam oraktik pengelolaan bisnis dewasa ini

menyebabkan perhatian terhadap etika bisnis semakin penting.

Oleh karena itu, etika bisnis merupakan pengetahuan pedagang tentang

tata cara pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma

4

dan moralitas melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.

5

B. Kesejahteraan Sosial

Secara umum, istilah kesejahteran sosial sering diartikan sebagai kondisi

sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk

kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan,

pakaian, perumahan, pendidikan dan perwatan kesehatan. Pengertian

kesejahteraan sosial juga menunjuk pada segenap aktifitas pengorganisasian

dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama

kelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups). Penyelenggaraan

berbagai skema perlindungan sosial (social protection) baik yang bersifat

formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial (Suharto,

2009).

Kesejahteraan dalam pembangunan sosial ekonomi, tidak dapat

didefinisikan hanya berdasarkan konsep materialis dan hedonis, tetapi juga

memasukkan tujuan-tujuan kemanusiaan dan kerohanian. Tujuan-tujuan tidak

hanya mencakup masalah kesejahteraan ekonomi, melainkan juga mencakup

permasalahan persaudaraan manusia dan keadilan sosial-ekonomi, kesucian

hidup, kehormatan individu, kehormatan harta, kedamaian jiwa dan

kebahagiaan, serta keharmonisan kehidupan keluarga dan masyarakat. Salah

satu cara menguji realisasi tujuan-tujuan tersebut adalah dengan:

Melihat tingkat persamaan sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar

bagi semua.

Terpenuhinya kesempatan untuk bekerja atau berusaha bagi semua

masyarakat.

Terwujudnya keadilan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan.

Stabilitas ekonomi yang dicapai tanpa tingkat inflasi yang tinggi.

Tidak tingginya penyusutan sumber daya ekonomi yang tidak dapat

diperbaharui, atau ekosistem yang dapat membahayakan kehidupan.

Cara lain untuk menguji realisasi tujuan kesejahteraan tersebut adalah

dengan melihat tingkat solidaritas keluarga dan sosial yang dicerminkan pada

6

tingkat tanggung jawab bersama dalam masyarakat, khususnya terhadap anak-

anak, usia lanjut, orang sakit dan cacat, fakir miskin, keluarga yang

bermasalah, dan penanggulangan kenakalan remaja, kriminalitas, dan

kekacauan sosial.

Bab III

Analisis

A. Kurban Untuk Berbisnis

Di Indonesia, fenomena penjual kambing menjelang Idul Adha banyak

dijumpai di pinggir-pinggir jalan di berbagi kota. Dengan memajang kambing di

pinggir-pinggir jalan tersebut makin memudahkan calon konsumen untuk melihat

kualitas dari kambing yang dijualbelikan. Hal lain yang menjadikan bisnis ternak

domba dan kambing ini memberikan peluang adalah terus naiknya permintaan

akan pembelian domba kambing jika pembelian dilakukan dalam jumlah yang

besar.

Menjelang Idul Adha harga domba jantan biasanya  minimal Rp

1.000.000,00/ekor ukuran sedang, sementara yang besar di atas Rp 1 juta/ekor,

dengan kenaikan harga per tahun selisihnya rata-rata Rp 200.000,00/ekor sampai

Rp 300.000,00/ekor. Terus naiknya harga domba dan kambing disebabkan minat

pasar yang terus bertambah. Pebisnis dan lembaga belakangan harus memenuhi

kuota pesanan. Di beberapa kota besar di Indonesia, banyak lembaga pemasok

hewan qurban membutuhkan cadangan minimal seribu ekor/bulan. Sejauh ini,

terbuka lebar potensi peningkatan pemasaran domba dan kambing. Dengan

segmentasi pasar bervariasi berdasarkan klasifikasi kualitas, karakter, umur dan

lain-lain yang selama ini belum sepenuhnya terisi, baik kebutuhan lokal maupun

ekspor.

Melihat peluang tersebut, masih sangat mungkin dioptimalkan

pembangunan agrobisnis ternak domba dan kambing di Indonesia. Karena tidak

7

hanya produk dagingnya yang bisa menjadi komoditas bisnis, namun juga

peluang terbuka untuk industri pupuk organik, pakaian, tas, dan banyak lagi.

Melihat peluang usaha itu, upaya pembangunan agrobisnis ternak domba

dan kambing kini dibangun di Jawa Barat. Bukan hanya produk daging, makanan

olahan, tetapi juga industri pupuk organik, pakaian, tas, dan banyak lagi.

Pengembangan agrobisnis ternak domba dan kambing diharapkan pula mampu

menjadikan daging ternak ini makin luas konsumen. Setidaknya, pemasaran tidak

usah menunggu setahun sekali saat Hari Raya Kurban.

B. Kurban Untuk Kesejahteraan Masyarakat

Berkurban tidak semata menyembelih hewan lalu diberikan kepada fakir

miskin. Kurban merupakan wujud syukur atas nikmat yang didapat seperti yang

terdapat dalam Al-Kautsar ayat 1-2: “Sesungguhnya Kami telah memberikan

kepadamu sebuah sungai di surga, maka dirikanlah shalat karena Tuhamu dan

berkurbanlah.

Kurban tidak semata perwujudan taat kepada Allah SAW semata. Kurban

juga wujud kepedulian kepada sesama. Tidak semua orang mampu membeli

daging merah, padahal di dalamnya terdapat kandungan protein tinggi. Bagi fakir

miskin yang tinggal di kota besar, mendapatkan daging kurban amat mudah,

karena banyaknya orang yang mampu berkurban.

Dengan berkurban, kesejahteraan akan merata. Kesejahteraan akan

semakin merata lagi ketika kita peduli dengan saudara kita di pelosok nusantara.

Mari bersama-sama wujudkan pemerataan daging kurban.

Berdasarkan kisah singkat pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail,

hakikat penyembelihan hewan kurban yang rutin dilaksanakan umat Islam tidak

lebih dari bentuk ibadah yang meniscayakan arti pentingya kesetiakawanan sosial

dan wujud ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya. Hakikat ibadah kurban

adalah perintah Tuhan untuk mengorbankan dan menyembelih sifat egois, sikap

mementingkan diri sendiri, rakus, dan sikap serakah yang dibarengi dengan

kecintaan kepada Allah yang diwujudkan dalam bentuk solidaritas dan

8

kesetiakawanan sosial. Ibadah kurban juga mengajarkan umat Islam untuk

menolak segala bentuk egoisme dan keserakahan. Kedua sifat itu hanya akan

merampas hak dan kepentingan kaum dhuafa. Di sisi lain, ibadah kurban dapat

menjadi solusi terhadap berbagai bentuk ketimpangan dan ketidakadilan sosial

yang masih mewarnai di sekitar kita. Perintah berkurban bagi mereka yang

mampu dan membagikan dagingnya untuk kaum miskin dan dhuafa mengandung

pesan bahwa kita bisa dekat dengan Allah SWT hanya ketika kita bisa mendekati

dan menolong saudara-saudara kita yang serba kekurangan. Semangat ini

mengajarkan nilai-nilai solidaritas, kesetiakawanan, atau tolong-menolong

sesama manusia. Yang kaya menolong si miskin, sebaliknya yang miskin

menolong si kaya. Sikap solidaritas ini akan mengurangi kesenjangan sosial dan

menjaga suasana yang harmonis di antara sesama warga. Maka, membumikan

pesan moral ibadah kurban di negara kita yang masih terjerat kemiskinan

merupakan pekerjaan mendesak yang harus dikerjakan

9

Bab IV

Implikasi

A. Implikasi Kurban Terhadap Bisnis

Secara ekonomi, pelaksanaan ibadah qurban ini juga memiliki empat

implikasi. Pertama, dari sisi demand dan supply. Pada sisi permintaan, ibadah

qurban ini menjamin adanya permintaan terhadap hewan qurban, baik

kambing/domba maupun sapi/kerbau. Bahkan permintaan ini memiliki

kecenderungan untuk meningkat dari waktu ke waktu, seiring dengan

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, serta peningkatan kesadaran

masyarakat untuk menunaikan ibadah ini. Dirjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan Kementan RI Syukur Iwantoro menyatakan bahwa kenaikan permintaan

hewan qurban pada tahun 1433 H ini bervariasi. Khusus wilayah Jabodetabek,

kenaikan ini mencapai angka 10-15 persen.

Kondisi permintaan yang seperti ini memberikan sinyal kepada kita untuk

melakukan penataan dari sisi supply. Sisi penawaran ini harus bisa dimanfaatkan

seoptimal mungkin untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat,

terutama industri peternakan rakyat, yang notabene termasuk ke dalam kategori

UMKM. Pertanyaannya sekarang, siapa yang lebih menikmati kenaikan

penjualan domba dan sapi selama ini? Inilah tantangan besar bagi umat ini,

bagaimana caranya agar penjualan domba dan sapi ini lebih banyak dinikmati

oleh umat.

Kedua, dari sisi ketahanan ekonomi. Ibadah qurban ini bisa menjadi

instrumen untuk menjaga keseimbangan perekonomian domestik dalam

menghadapi tekanan krisis global. Tentu saja dengan catatan bahwa hewan

qurban tersebut merupakan hasil produksi dalam negeri. Jika pasokan hewan

qurban tersebut berasal dari impor, maka yang akan menikmati adalah

perekonomian negara eksportir hewan qurban. Permintaan domestik yang tinggi,

akan sangat menguntungkan negara mereka, seperti Australia yang menjadi

10

eksportir sapi terbesar ke tanah air. Oleh karena itu, perlu dipikirkan secara lebih

serius, bagaimana caranya meningkatkan produksi dalam negeri, sehingga

pengadaan hewan qurban ini bisa dipenuhi oleh para peternak lokal.

Salah satunya adalah dengan membangun dan mengembangkan sentra

industri peternakan rakyat. Beberapa upaya lembaga zakat, baik BAZNAS dan

LAZ, untuk membangun sentra usaha ternak yang dikelola oleh kaum dhuafa,

perlu didukung. Keberadaan sentra-sentra ini harus diperbanyak, dan kelompok

masyarakat calon pequrban perlu didorong untuk membeli dari ternak usaha

rakyat tersebut. Jika usaha membangun sentra peternakan rakyat ini mengalami

kendala permodalan, maka perbankan syariah dapat ikut terlibat dalam

pembiayaannya. Untuk itu, inovasi model bisnis yang menguntungkan semua

pihak perlu diciptakan.  

Ketiga,  qurban dapat membantu memperkuat ketahanan pangan nasional,

dimana kelompok dhuafa mendapatkan tambahan pasokan daging yang siap

dikonsumsi. Meskipun sifatnya sangat temporer, tapi paling tidak, qurban ini

diharapkan dapat meningkatkan konsumsi daging per kapita masyarakat, yang

saat ini baru mencapai angka tujuh kilogram per kapita per tahun. Masih jauh

lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi daging warga Malaysia yang

mencapai angka 44 kg per kapita per tahun. Rendahnya konsumsi daging ini

antara lain disebabkan oleh banyaknya jumlah warga yang tidak memiliki

kemampuan untuk membeli daging. Dengan qurban, minimal mereka memiliki

kesempatan untuk mengkonsumsi daging. Keempat, qurban dapat meningkatkan

produktivitas perekonomian. Semangat berqurban akan melahirkan pribadi-

pribadi yang produktif. Jika tidak produktif, maka seseorang tidak mungkin

memiliki kemampuan untuk  berqurban. Produktivitas individu dan masyarakat

merupakan modal sosial yang sangat berharga dalam upaya membangun

peradaban ekonomi syariah

 Ada sejumlah alasan mengapa ibadah Qurban penting dikelola sebagai

sebuah program masterpiece pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hampir semua

11

bentuk ritual ibadah dalam Islam membawa manfaat universal dan multidimensi,

termasuk di dalamnya adalah manfaat ekonomi. Jadi, ibadah dalam Islam adalah

sebuah peluang ekonomi, sebuah peluang bisnis. Wajar jika ekonomi dalam

Islam ibarat darah dalam tubuh yang fungsinya menghidupi. Ibadah Haji (rukun

Islam ke 5) misalnya. Bukan sekadar ritual ibadah semata berdimensi hablum

minallah, tetapi juga merupakan sebuah aktivitas ekonomi yang dahsyat

(hablumminannas). Perputaran ekonomi langsung atau tidak langsung dari ibadah

Haji ini sangatlah besar. Pemerintah Saudi memperoleh devisa luar biasa

besarnya, karena jutaan Muslim tiap tahun menunaikan ibadah Haji.

 Qurban pun demikian, sebuah peluang yang sangat besar yang bisa

membangkitkan dan mendatangkan kekuatan ekonomi yang luar biasa. Tidak

seperti ibadah haji, ber-Qurban bisa dilaksanakan di seluruh penjuru dunia.

Qurban bisa menjadi sebuah aset ekonomi, komoditas perdagangan global.

Potensi pasarnya adalah milyaran muslim di seluruh dunia. Sebab, setiap Muslim

pasti menginginkan dirinya untuk berqurban. Atau setidaknya sekian persen dari

jumlah masyarakat Muslim yang jumlahnya lebih dari satu milyar di dunia saat

ini. Berarti secara potensi dibutuhkan milyaran atau jutaan hewan ternak setiap

tahun di seluruh dunia untuk memenuhi permintaan Qurban. Yang berati pula

akan terjadi transaksi perdagangan bernilai milyaran dolar. Bukankah ini sebuah

peluang besar, bahkan sangat besar? Harusnya kita masyarakat Muslimlah yang

paling tepat untuk mengelola peluang ini.  Walaupun ternak bisa saja dibeli atau

diadakan dari masyarakat manapun termasuk non Muslim, tetapi potensi

masyarakat Muslim untuk mengembangkan usaha ternak ini sangat luar biasa.

Hampir semua negeri Muslim cocok untuk pengembangan ternak.

Jika ingin mengambil manfaat optimal, tak ada salahnya jika program

Qurban bukan sekadar bagaimana menggarap pasar (sektor hilir), tetapi bisa juga

menggarap sektor hulunya (usaha peternakan), misalnya dengan menggerakan

program ternak berbasis komunitas. Meskipun sebagai strategi manajemen,

program ekonomi qurban harus mengambil skala prioritas dalam

12

mengembangkan bisnisnya. Fokus bisnis ternak yang terpenting adalah

bagaimana bisa menjadi market leader di dunia bisnis Qurban. Program ekonomi

Qurban mutlak harus memiliki kemampuan dalam menggarap sektor hilir,

melakukan program pemasaran dengan segala propandanya. Menciptakan dan

menjadikan seluruh stakeholders Qurban untuk kepentingan program

pemasarannya. Ini semua merupakan tantangan sekaligus peluang untuk

menjadikan Qurban menjadi bisnis besar, menjadi bisnis dengan multi benefit.

B. Implikasi Kurban Terhadap Kesejahteraan Individu dan Masyarakat

Selain ibadah kurban berdampak dalam dunia bisnis, ibadah kurban juga

mempunyai peranan penting dalam kesejahteraan individu maupun masyarakat.

Hal tersebut dapat dilihat dari pengolahan dan pendistribusian hewan kurban

yang secara khusus diperuntukkan bagi mereka yang berhak. Selain itu, dari sisi

penerima, pemenuhan gizi pada masyarakat juga diperhitungkan. Dengan adanya

kurban, masyarakat kategori sangat miskin bisa memiliki kesempatan menikmati

daging kurban setahun sekali.

Dengan adanya kepekaan sosial maka akan membangun kesetaraan dan

pemerataan ekonomi. Kesetaraan merupakan salah satu esensi penting dalam

ibadah kurban pada Hari Raya Idul Kurban. Esensi pentingnya terletak pada

pendistribusian daging kurban, yakni diutamakan kepada orang-orang yang tidak

mampu agar mereka merasakan kebahagiaan pada Hari Raya Idul Adha dan hari-

hari setelahnya. Ibadah kurban yang membimbing umat Muslim agar berkorban

ini mengandung muatan pelajaran dan hikmah bahwa kaum Muslim hendaknya

selalu ingat untuk melakukan perbaikan agar kemaslahatan selalu meliputi

masyarakatnya dan agar kondisi masyarakatnya menjadi lebih baik.

Dengan demikian, persolan masyarakat, utamanya kelaparan dan

kemiskinan, sedikit banyak dapat teratasi melalui ibadah kurban, atau dengan

kata lain kurban yang dilakukan oleh umat Muslim yang berkecukupan

diharapkan mampu berkontribusi pada upaya penyetaraan serta penghapusan

13

kasta-kasta yang tidak terlihat di masyarakat, dan berkontribusi pula pada upaya

pemerataan ekonomi warga masyarakat sehingga kesenjangan ekonomi yang

terjadi tidak terlalu tinggi. Meskipun terkesan masih instan karena sifat ibadah

kurban hanya one time donation, namun ibadah kurban mengandung hikmah

besar, yakni bahwa kurban memberi petunjuk dan contoh nyata upaya

pemerataan ekonomi masyarakat dapat dimulai dari ibadah kurban itu sendiri.

14

Bab V

Kesimpulan

Ibadah kurban merupakan kewajiban yang dijalankan umat muslim di dunia. Ibdaha

kurban juga mtuk ketakwaan merupakan suatu bentuk dari ketakwaan manusia

kepada Penciptanya. Selain merupakan bentuk ketakwaan, ibadah kurban juga

mempunyai dampak terhadap bisnis maupun kesejahteraan masyarakat maupun

individu.

Dampak yang dirasakan dalam bisnis adalah dengan makin banyaknya umat muslim

tentu hal ini akan berdampak pada penjualan hewan kurban seingga keuntungan pun

akan menjadi besar. Sedangkan dampak yang dirasakan dalam kesejahteraan individu

maupun masyarakat, kita bisa merasakan keindahan dalam berbagi dengan orang lain.

Kesejahteraan bukan berarti hanya harta juga bisa dengan ketenangan hati. Hal serupa

juga dirasakan oleh orang yang kurang mampu karena mereka bisa merasakan

menikmati daging yang hanya setahun sekali.

15

Daftar Pustaka

http://eprints.uny.ac.id/7990/3/BAB%202-05404241009.pdf

http://qurrohayuniyyah.blogspot.co.id/2012/10/dimensi-ekonomi-qurban-oleh-

irfan.html

http://www.rmol.co/read/2011/11/06/44780/Makna-Qurban-dan-Kesejahteraan-

http://sejutamimpiku.blogspot.co.id/2012/11/makalah-qurban.html

16