tugas 1-rekayasa lingkungan-pencemaran minyak di perairan brazil-annike fatmawati

Upload: aboutme49

Post on 15-Jul-2015

382 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REKAYASA LINGKUNGAN TUGAS 1 (INDIVIDU)PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN BRAZIL

ANNIKE FATMAWATI

NIM 0909025019

TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2012

Peristiwa pencemaran minyak di perairan Brazil, Rio de Janeiro dari berbagai sumber Tim penegak hukum Brasil akan menjerat Chevron dengan pasal kriminal terkait tumpahan minyak mentah yang mencemari perairan Rio de Janeiro bulan lalu. Berdasarkan bukti yang dikumpulkan, Kepolisian pusat Brasil atau Brazilian Federal Police menuduh pejabat tinggi Chevron di negara itu melakukan kejahatan perang. Menurut inspektur polisi Fabio Scliar, pihaknya telah membuat laporan tuntutan dan sudah dikirim kepada jaksa penuntut umum. Dalam laporannya itu, Chevron dan Transocean telah merusak lingkungan dan menyembunyikan informasi penting dari pejabat berewenang. Transocean merupakan mitra Chevron dalam pengeboran minyak lepas pantai di Brasil. "Saya yakin atas temuan kepolisian pusat. Ada kelalaian saat pengoperasian sumur minyak di Brasil. Untuk itu, para pejabat eksekutif Chevron, termasuk Presiden Chevron di Brasil, George Buck, harus bertanggung jawab," kata Scliar kepada jaringan televisi Globo, Kamis (22/12). Scliar menambahkan dengan mengatakan bahwa Chevron dan Transocean bekerja melampaui batas kapasitas mereka. Dia menegaskan keputusan mengenai hasil temuan itu kini berada di

tangan penuntut umum. Hasil temuan baru kepolisian federal di Brasil tersebut semakin menambah tekanan bagi unit operasional Chevron di negara ekonomi terbesar di Amerika Latin. Jika tuntutan tersebut dikabulkan pihak pengadilan, denda yang harus dibayar raksasa minyak asal Amerika Serikat (AS) itu akan semakin tinggi. Musibah tumpahan minyak di lepas pantai Brasil bermula ketika sumur minyak atau rig Sedco 706 yang dioperasikan Chevron bocor pada 8 November lalu. Menurut Chevron, sekitar 220-330 barel minyak mentah mencemari perairan sampai saat ini. Namun, organisasi penyelamat lingkungan, Greenpeace, menaksir kebocoran minyak mencapai 3.700 barel per hari.Izin Dicabut Proses eksplorasi rig Sedco 706 melibatkan konsesi yang terdiri dari Petrobras dengan penguasaan saham sebesar 30 persen; Chevron sebesar 52 persen yang juga berperan sebagai operator; serta sisanya dimiliki oleh Frade Japao dari Jepang. Sebelumnya, Chevron mengklaim kebocoran minyak telah teratasi pada 13 November lalu. Tapi sejumlah pihak mengkritik klaim itu karena saat itu proses penyelidikan masih dilakukan. Bahkan, hasil pengawasan NPA menunjukkan kebocoran minyak masih belum terhenti di sejumlah titik. Akibat musibah tersebut, Pemerintah Brasil melalui lembaga lingkungan hidup Brasil, Ibama, mendenda Chevron sebesar 28 juta dollar AS untuk kerusakan lingkungan akibat kebocoran minyaknya. Denda tersebut diperkirakan bisa bertambah hingga menjadi 145 juta dollar AS, mengingat banyaknya potensi kesalahan Chevron dalam kasus itu. Sejak 23 November, pihak berwenang Chevron mencabut sementara izin operasi pengeboran minyak Chevron. Dampak dari musibah ini, juga membuat pihak berwenang Brasil menolak permintaan pembukaan lapangan pengeboran minyak baru. http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/79048

Cemari laut Para penggugat menuduh Texaco, yang diakuisisi oleh Chevron pada 2001, menyebabkan minyak tercecer mencemari hutan, menyebabkan penyakit dan kematian penduduk asli Indian. Mengomentari keputusan pengadilan banding itu, Presiden Ekuador Rafael Correa, mengatakan senang dan dia menggambarkan sengketa sebagai pertempuran David dan Goliat. "Saya kira keadilan telah dilakukan. Kerugian yang disebabkan Chevron di Amazon tidak bisa dipungkiri," kata Correa kepada wartawan di kota pesisir Guayaquil.Selain di Ekuador, Chevron juga terjerat masalah di Brasil. Hampir bersamaan dengan keputusan pengadilan Ekuador, pengawas industri minyak Negeri Samba itu mengeluarkan denda atas kebocoran ladang minyak Frade yang dikelola Chevron di perairan Campos Basin, negara bagian Rio de Janeiro, yang berlangsung sejak 7 November 2011. Jika sebelumnya Chevron hanya didenda sebesar US$28 juta atau sekitar Rp252,7 miliar, maka keputusan terakhir menyebutkan pengadilan Brasil mendenda Chevron senilai US$ 20 miliar. Tak cukup Chevron, para penegak hukum Brasil tanpa ragu menindak perusahaan pengeboran Transocean yang mengerjakan proyek Chevron di perairan Campos Basin tersebut. Menurut Badan Perminyakan Brasil (NPA), kebocoran itu menyebabkan gangguan produksi di kawasan kilang minyak Frade yang dimiliki perusahaan minyak Brasil, Petrobras, yang menggandeng konsorsium dari Jepang.Dalam sehari, kebocoran di ladang Frade imenyemburkan minyak mentah sebanyak 200 hingga 330 barel. Sebagai perbandingan, tumpahan minyak di Teluk Meksiko yang disebabkan BP mencapai lebih dari 3.000 barel

minyak per hari.Pada puncak dari tumpahan di Rio de Janeiro, NPA melaporkan bahwa ada 200 hingga 330 barel minyak per hari yang bocor ke lautan. Jumlah denda yang dijatuhkan seperti dikutip dari Rio Times tak kalah gilanya, mencapai US$10,8 miliar atau setara Rp97,2 triliun. Keputusan rasanya cukup berat bagi Brasil karena Transocean adalah pemain besar di bisnis minyak lepas pantai. Per Agustus 2011, utilisasi atas fasilitas pengeboran lepas pantai di Brasil mencapai 95%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia yang mencapai 80%, sementara harga sewa kapal sehari mencapai US$310.000 lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata dunia yang mencapai US$230.000. Bagi Transocean, operasional di Brasil menjadi penyumbang terbesar perusahaan yang bermarkas di Swiss tersebut disusul Amerika Serikat, Inggris dan India. Di Brasil, Transocean memiliki 10 rig lepas pantai, tujuh di antaranya dikontrak oleh Petrobras.Rig Transocean paling mahal di Brasil dalam sehari harus dibayar US$535.000 dan tak satu pun dari sembilan rig lainnya yang disewa dengan harga kurang dari US$253.000.Dengan ancaman denda dan larangan operasional di Brasil, utilitas rig Transocean diprediksi akan turun hingga separuh pada tahun ini dan membuat harga sewanya melorot hingga US$ 240.000 yang berimbas pada penurunan nilai saham hingga 10%. www.bisnis.com/articles/pil-pahit-amerika-selatan-buat-chevron

Pencemaran minyak dari ladang yang dikelola Chevron di perairan Brasil

Perusahaan minyak internasional, Chevron, diperintahkan menghentikan operasional satu dari 11 ladang minyak produktifnya di lepas pantai Rio de Janeiro, Brasil. Keputusan itu diambil setelah terjadinya kecelakaan pengeboran pada 9 November lalu. Keputusan penghentian operasional dari salah satu ladang milik anak usaha Chevron di Brasil ini dikeluarkan oleh

National Petroleum Agency (NPA) di Brasil. Hal itu menambah panjang daftar perusahaan minyak asal Amerika Serikat yang mengalami masalah di Amerika Selatan. Seperti dikutip VIVAnews.com dari laman Forbes, Jumat, 2 Desember 2011, Brazils National Petroleum Agency atau ANP memerintahkan penghentian operasional salah satu ladang minyak milik Chevron di laut dalam Brasil, Frade. Chevron merupakan pemegang saham terbesar dari sumur minyak Frade yang menggunakan sistem fasilitas floating production Storage and offloading (FPSO) bersama Transocean (RIG).Keputusan ANP ini diperoleh setelah dilakukan audit keselamatan FPSO Frade yang dilaksanakan pada 23-25 November lalu. Kebocoran yang terjadi di ladang Frade muncul akibat proses pemompaan ketika perusahaan tengah mencari minyak di lepas pantai. Awalnya, Chevron menganggap masalah itu muncul karena gerakan alami dari dasar laut. Namun, perusahaan akhirnya mengaku bertanggung jawab terhadap musibah tersebut.Chevron dan ANP memperkirakan ribuan barel minyak mentah telah keluar dari ladang minyak yang berlokasi 74 mill dari lepas pantai Rio de Janeiro tersebut. Perusahaan telah mengerahkan 18 kapan untuk membersihkan tumpahan minyak tersebut kendati aparat keamanan setempat menilai langkah Chevron tersebut sangat lambat. vivanews.com/news/read/269199-bocor--sumur-minyak-chevron-dipaksa-berhenti Pemerintah Brasil mengganjar denda kepada perusahaan minyak Amerika Serikat, Chevron, sebesar US$28 juta (sekitar Rp252,7 miliar) karena kebocoran di ladang minyak lepas pantai yang mereka kelola telah mencemari perairan di negeri itu. Chevron pun bahkan bisa dikenakan denda tambahan dan digugat secara hukum. Menurut kantor berita Reuters, kebocoran ladang minyak Frade yang dikelola Chevron di perairan Campos Basin, negara bagian Rio de Janeiro, berlangsung sejak 7 November 2011. Kebocoran itu mengancam habitat mahluk hidup di sekitar ladang minyak. Presiden Brasil, Dilmar Roussef, dan para menteri di bidang energi dan lingkungan hidup mengadakan pertemuan khusus, sehari setelah Chevron menyatakan mengemban tanggungjawab sepenuhnya atas kebocoran ladang minyak yang mereka kelola sebanyak 2.400 barel. Menurut Badan Perminyakan Brasil (NPA), kebocoran itu menyebabkan gangguan produksi di kawasan kilang minyak Frade. Kawasan itu dimiliki perusahaan minyak Brasil, Petrobras, dengan menggandeng konsorsium dari Jepang. Kebocoran di ladang Frade itu setiap hari menyemburkan minyak mentah sebanyak 200 hingga 330 barel. Badan Lingkungan Hidup Brasil menyatakan bahwa Chevron akan dikenakan denda sebesar 50 juta reais (US$28 juta) dan bisa digugat secara hukum. Bahkan

pemerintah negara bagian Rio de Janeiro berencana mengganjar denda tambahan kepada Chevron, yaitu sebesar 30 juta reais. Menurut Chevron, denda 50 juta reais itu kira-kira sama dengan pendapatan produksi minyak mentah selama tiga setengah hari dari kilang Frade.Wilayah itu memproduksi minyak sebesar 79.000 barel per hari. Kebocoran minyak terparah di Brasil sejak 2000 itu bisa mengancam kredibilitas Chevron di Negeri Samba setelah mereka mengungkapkan bahwa kasus tersebut terjadi akibat kesalahan perhitungan teknis. vivanews.com/news/read/266320-sumur-minyak-bocor--brasil-mendenda-chevron Polisi federal Brazil, Jumat (18/11) memulai penyelidikan pencemaran atas pencemaran yang diduga melibatkan raksasa minyak AS, Chevron.Pencemaran itu diakibatkan tumpahan minyak di lepas pantai akibat kebocoran proyek lepas pantai di Frade. Aktivis lingkungan menuduh kerusakan akibat pencemaran itu jauh lebih besar daripada yang dilaporkan perusahaan.Fabio Scliar, polisi federal yang mengepalai divisi lingkungan dan warisan sejarah, mengatakan bukti menunjukkan pengeboran Chevron dilakukan 500 meter di luar izin yang diberikan.Scliar menyebut informasi yang disediakan Chevron pada polisi tidak sesuai dengan keadaan yang ditemukan polisi dilapangan. Kami melihat tumpahan besar minyak, di daerah yang sangat besar dan kami tidak bisa menemukan batasnya, kata Scliar seperti dilansir Al Jazeera.Saya tidak akan mengatakan Chevron berbohong, tapi saya berpikir bahwa mereka tidak transparan seperti sebagaimana yang seharusnya. Saya pikir itu adalah sebuah bencana, saya tidak ragu bahwa itu adalah masalah besar kerusakan lingkungan hidup dengan proporsi yang sangat besar.Menurut regulator perminyakan di Brasil, minyak merembes di lepas pantai Rio de Janeiro akibat kebocoran sumur minyak Frade milik Chevron. Sebelumnya, diperkirakan 650 barel minyak tumpah ke laut.Menteri Energi Lobao Edison kepada wartawan di Brasilia, Kamis kemarin menyebut bahwa kebocoran itu tidak baik, namun juga bukan seperti kuburan seperti yang dikatakan. Dia mengatakan ANP, minyak Brasil dan regulator gas, bisa mengambil tindakan hukum terhadap perusahaan jika ada alasan untuk itu. Dia juga memperingatkan bahwa Chevron bisa didakwa untuk setiap pelanggaran yang mungkin dilakukan. Jika Chevron tidak melakukan kewajibannya, dia akan dihukum berat, kata Lobao.

Kerjasama Chevron Menjawab pertanyaan Reuters tentang penyelidikan polisi, juru bicara Chevron mengatakan perusahaan, akan sepenuhnya menginformasikan dan bekerja sama dengan instansi pemerintah Brazil sebagai bagian dari upaya tanggap perusahaan.Selasa lalu, Chevron mengatakan akan memulai operasi pemulihan di sumur pengeboran dan mengatakan kebocoran sepertinya telah terhenti. Menurut mereka kebocoran akhir pekan lalu meliputi area seluas 163 kilometer persegi.Chevron menyebut kapal milik mereka sudah berada di perairan itu dan memulai menyedotan minyak yang tumpah itu Skalanews.com Pencemaran Air (Laut) karena Limbah Industri Minyak SUMBER PENCEMARAN LAUT Lingkungan laut merupakan tempat hidupnya berbagai jenis biota laut dan tumbuhan yang sangat beraneka ragam dan harus dilindungi untuk mempertahankan ekosistem yang telah ada. Kerusakan lingkungan laut diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak peduli dan akibat pencemaran. Penyebab pencemaran laut dan lingkungan perairan berasal dari sumber-sumber pencemar antara lain sebagai berikut: 1. Ladang minyak di bawah dasar laut, baik melalui rembesan maupun kesalahan pengeboran pada operasi minyak lepas pantai 2. Kecelakaan pelayaran misalnya kandas, tenggelam, tabrakan kapal tanker atau barang yang mengangkut minyak/bahan bakar 3. Operasi tanker dimana minyak terbuang ke laut sebagai akibat dari pembersihan tanki atau pembuangan air ballast, dll. 4. Kapal-kapal selain tanker melalui pembuangan air bilge (got). 5. Operasi terminal pelabuhan minyak, dimana minyak dapat tumpah pada waktu memuat atau membongkar muatan dan pengisian bahan bakar ke kapal. 6. Limbah pembuangan refinery. 7. Sumber-sumber darat misalnya minyak pelumas bekas atau cairan yang mengandung hidrokarbon 8. Hidrokarbon yang jatuh dari atmosfir misalnya asap pabrik, asap kapal laut, asap pesawat udara, dll. Sedangkan minyak bumi yang masuk ke dalam lingkungan laut, seperti diperlihatkan

pada Tabel berikut ini. Tabel 1. Sumber Pencemaran Laut No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. SUMBER PENCEMAR MINYAK BUMI Pembuangan limbah industri/perkantoran Operasi kapal Kecelakaan kapal tanker Atmosfir Sumber alam Eksplorasi dan produksi JUMLAH 37% 33% 12% 9% 7% 2%

Sebab-Sebab Terjadinya Tumpahan Minyak dari Kapal Tumpahan minyak dari kapal terjadi karena faktor-faktor :

A. Kerusakan Mekanis Kerusakan mekanis pada kapal pada umumnya disebabkan oleh, antara lain : 1. Kerusakan dari sistim peralatan kapal 2. Kebocoran lambung kapal 3. Kerusakan katup-katup hisap atau katup pembuangan ke laut 4. Kerusakan selang-selang muatan bahan bakar Kerusakan mekanis dapat diatasi dengan sistem pemeliharaan dan perawatan yang lebih baik dan pemeriksaan berkala oleh pemerintah dalam hal ini instansi yang terkait

B. Kesalahan Manusia Terjadinya tumpahan minyak dari kapal yang disebabkan oleh kesalahan manusia antara lain : 1. Kurang pengetahuan atau pengalaman. 2. Kurang perhatian dari personil pada saat pengisian bahan bakar. 3. Kurang ditaatinya ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. 4. Kurang pengawasan terhadap pentingnya menjaga lingkungan laut. Kesalahan manusia dapat di atasi dengan memberikan training kepada personil kapal

untuk meningkatkan keterampilan sehingga ABK dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih efektif Pengaruh Tumpahan Minyak Pengaruh tumpahan minyak terhadap lingkungan laut ditentukan oleh faktor biologis dan non biologis, yaitu antara lain : Tipe Minyak Yang Tumpah Sifat fisika dan kimia dari minyak yang tumpah bervariasai dan minyak yang paling beracun adalah fraksi aromatis, yang kebanyakan terdapat dalam minyak ringan hasil penyulingan. 1. Minyak aromatis bersifat volatile (sangat mudah menguap) tetapi mudah larut dalam air dan dalam kosentrasi yang encer dapat mematikan beberapa organisme. 2. Bensin dan naphtaleura lebih beracun daripada minyak olahan (fuel oil, binker) yang juga lebih beracun dari pada minyak mentah. 3. Lapisan minyak tebal yang sudah lama bersifat kurang daya racunnya, namun menimbulkan kerusakan mekanis yang lebih besar. Lapisan minyak yang tebal dapat menyebabkan binatang di daerah intertidal mati perlahan atau menyebabkan kelebihan berat yang berakibat fatal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapisan minyak hitam dapat menyebabkan panas, dan dapat menyebabkan kondisi panas yang mematikan bagi binatang laut beberapa bulan setelah terkena tumpahan minyak. Daerah Sekitar Secara Geografis Daerah perairan sekitar tumpahan minyak terkadang juga menentukan seberapa cepat kondisi bisa pulih. Di daerah tropis dimana biota masa hidupnya singkat dan menghasilkan banyak biota, dan alih generasi terjadi lebih cepat daripada daerah kutub, dimana binatangnya bermasa hidup panjang dan tidak begitu cepat menghasilkan biota baru. Kecepatan biodegresi yang terjadi di daerah yang lebih dingin juga berkurang.Tumpahan minyak pada lingkungan perairan yang luas diduga juga menyebabkan kerusakan biologis yang lebih parah, dari pada daerah perairan yang sempit. Jumlah minyak yang tertumpah juga penting tetapi pengaruhnya tergantung kepada daerah yang tertutup tumpahan. Sebagai contoh 50 barel minyak yang tertumpah di sebuah teluk kecil seluas beberapa area mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kerusakan biota laut dari pada 50 barel minyak atau tertumpah di lautan yang terbuka. Kondisi Meteorologis dan Oceanografis

Kondisi meteorologis (angin, badai) dan oceanografis (ombak, arus) yang ada sangat penting dalam pengaruhnya terhadap akibat tumpahan angin dan badai yang tertiup pada daerah tumpahan di pantai perairan terbuka dapat merugikan, tetapi sebaliknya menguntungkan karena akan mengaduk minyak dan air akan mengencerkannya. Badan kualitas lingkungan dalam penelitian dampak lingkungan untuk daerah dasar laut benua bagian luar melaporkan bahwa tumpahan minyak, cenderung pecah jika ketinggian ombak mencapai 10 feet atau lebih. Weathering (Perubahan Karena Cuaca) Maksud perubahan disini adalah penguapan, oksidasi, pelarutan dalam air dan degridasi biologis. Bila minyak tumpah di air akan tersebar dengan cepat di atas permukaan. Tenaga yang menyebabkan tersebar antara lain : 1. Berat jenis minyak yang lebih kecil dari berat jenis air laut 2. Tegangan permukaan minyak itu sendiri Penguapan minyak merupakan suatu peristiwa alam yang begitu penting.Penguapan akan terjadi dengan kecepatan yang tergantung dari sifat minyak, ombak, kecepatan angin, temperatur dan lain sebagainya. Minyak bumi terdiri dari sejumlah besar bahan yang mempunyai sifat sendiri- sendiri, yang teringan akan menguap lebih dahulu, meskipun demikian pasti ada yang tersisa. Setelah minyak tertumpah maka minyak itu akan menguap dan penguapan kandungan yang paling berbahaya akan hilang sekitar 20 % selang 24 jam pertama. Minyak fraksi berat dan minyak pelumas tidak mengandung komponen yang mudah menyerap dan biasanya tidak berkurang jumlahnya karena penguapan. Jika tumpahan menimbulkan tirai minyak, maka sejumlah besar komponen minyak ini akan kontak dengan satuan di daerah subtidal. Selain menguap sebagian minyak akan melarut dalam air, sebagian akan teroksidasi dan sebagian lagi akan dihancurkan oleh mikro organisme. Jumlah yang melarut dalam air tergantung kepada licin tidaknya minyak dan jumlah yang kena weathering. Penelitian menunjukkan bahwa air yang mengandung tumpahan minyak yang tebal mengandung 5-10 ppm minyak, tetapi tumpahan itu pecah, keadaannya berkurang sampai 1 ppm atau kurang. Sebaliknya air laut yang mengandung tumpahan benzene dalam bentuk tirai mengandung 1500 mg/lt benzene dalam air, yang sangat beracun terhadap beberapa organisme laut, namun benzene menguap dengan cepat dan akan menguap keseluruhannya dalam satu hari atau lebih. Degridasi biologis dan mikrobial menyebabkan pemecahan dan eliminasi minyak dari lingkungan. Mikro organisme yang ada dalam air laut, air danau, sungai mempunyai kemampuan besar memakan hidrokarbon (unsur minyak) tersebut. Lebih dari 100 jenis bakteri, ragi dan jamur telah ditemukan yang menyerang

hidrokarbon, memecahnya dan mendapatkan energi untuk kebutuhan hidupnya. Hidrokarbon dipakai untuk sumber energinya dan juga dipakai untuk membentuk tubuhnya. Adanya hidrokarbon ini mempercepat pertumbuhan mikro organisme tersebut. Bagaimanapun kecepatan pertumbuhannya akan dibatasi oleh jumlah organisme itu sendiri, jumlah oksigen dan pupuk yang dipakai guna mendukung metabolisme tersebut. Usaha-usaha riset yang utama sedang dilanjutkan dalam penggunaan pupuk dan peningkatan aktivitas biologis dan pembiakan mikrobial untuk membersihkan tumpahan minyak. Teknik pemulihan biologis ini meningkatkan cara-cara untuk membersihkan garis pantai yang sukar .

Musim Jika tumpahan minyak terjadi pada saat biota yang ada di laut baru melahirkan maka akan menimbulkan kematian yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena biota yang baru dilahirkan lebih rentan. Migrasi tahunan dari mamalia dan burung dari tempat pembiakkan seringkali menuju ke daerah yang terkena tumpahan minyak selama musim dingin. Temperatur rendah akan menyebankan biodegrasi minyak berjalan lambat. Jenis Biota Jenis tanaman dan biota laut yang tidak tahan terhadap fraksi minyak beracun dalam kadar yang rendah, dan ada jenis tanaman dan biota yang lain tampak tidak terpengaruh dalam kosentrasi yang tinggi. Rumput laut biasanya mempunyai lapisan lendir yang mencegah menempelnya minyak kecuali jika tanaman itu mati dan kering.Tanaman di daerah payau tidak mempunyai lapisan pelindung dan peka terhadap kontaminasi minyak. Untuk menentukan jenis tanaman dan binatang disuatu daerah yang peka terhadap minyak, harus berkonsultasi dengan ahli biologi setempat. Minyak mempengaruhi kehidupan laut baik secara langsung atau tidak langsung. Pengaruh secara langsung (keracunan, mati muda dan lain-lain). Minyak bisa membahayakan secara tak langsung melalui : 1. Elemenasi sumber bahan-bahan makanan 2.Penurunan daya tahan terhadap tekanan lain (misal kontaminasi terhadap minyak menyebabkan penurunan temperatur yang dapat menimbulkan suatu organisme) 3. Gangguan gelagat kimia yang perlu untuk tetap hidup 4. Gangguan keseimbangan ekologi Mencegah Pencemaran Laut Perairan dan lingkungan laut perlu dilindungi untuk menjaga kelestarian lingkungan dan hewan-hewan yang hidup di habitatnya dan terhindar dari bahaya pencemaran. Berdasarkan

ketentuan konvensi marpol 1973 bahwa tidak dibenarkan membuang minyak ke laut. Dan untuk menerapkan konvensi tersebut dibuat peraturan-peraturan untuk pelaksanaan pencegahan dan penanggulangannya. Usaha mengendalikan pencemaran oleh minyak sudah dimulai sejak tahun 1920. Pada tahun 1954 diadakan konvensi Internasional tentang pencegahan pencemaran laut oleh minyak dan diundangkan mulai tanggal 26 Juli 1958. Selanjutnya konvensi tahun 1954 berikut amandemen-amandemennya diganti oleh konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran Laut dari Kapal (International Convention for the Prevention of Pollution from Ship) tahun 1973 dan yang biasa disebut dengan Marpol (Marine Pollution) 1973 serta protokol-nya tahun 1978. Air yang bercampur minyak dari tanker dilarang dibuang ke laut kecuali dalam keadaan seperti dibawah ini : 1. Tanker sedang berlayar 2. Kecepatan pembongkaran dari minyak yang terkandung didalam campuran tidak boleh lebih dari 60 liter/mil. 3. Tanker harus berada pada lokasi laut yang jarak dari pantai terdekat lebih dari 50 mil. 4. Jumlah minyak yang boleh dibuang 1/15.000 kapasitas angkut tanker. Maksud dari persyaratan tersebut di atas selain untuk membatasi pembuangan minyak adalah bahwa minyak bisa dengan cepat dicerai-beraikan dan dimusnahkan dalam waktu 2-3 jam saja. Penerapan Konvensi Marpol 73/78 di Indonesia berlaku sejak tanggal 2 Oktober 1983. Setelah Indonesia meratifikasi konvensi Marpol 73/78 dengan Keppres nomor 46/86 tanggal 9 September 1986, maka kapal-kapal yang berbendera Indonesia yang berlayar ke luar negeri terhitung sejak tanggal 27 Oktober 1986 sudah harus dilengkapi dengan Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak (IOPP Certificate) dan bagi kapal-kapal Indonesia yang melakukan pelayaran dalam negeri sejak tanggal itu harus memiliki IOPP tersebut.

Cara Penanggulangan Pencemaran Pencegahan atau penanggulangan pencemaran lingkungan laut telah diatur didalam konvensi marpol 1973/1978, terdapat ketentuan-ketentuan pencegahan antara lain yaitu : 1. Pengadaan tanki ballast terpisah (separate ballast tank) pada ukuran kapal tertentu ditambah dengan peralatan-peralatan ODM (Oil Discharge Monitoring), Oil separator dan lain sebagainya.

2. Batasan-batasan jumlah minyak yang dapat dibuang di laut. 3. Daerah-daerah pembuangan minyak. 4. Keharusan pelabuhan-pelabuhan, khususnya pelabuhan minyak untuk menyediakan tanki penampungan slop (ballast kotor). Disamping itu juga timbul usaha-usaha untuk penanggulangan terhadap pencemaran lingkungan laut dan perairan dengan membuat prioritas penanganan dan daerah yang terkena pencemaran, misalnya membuat contigency plant regional dan lokal Contigency plant adalah tata cara penanggulangan pencemaran dengan muatan prioritas pelaksanaan serta jenis alat yang digunakan dalam: 1. Memperkecil sumber pencemaran. 2. Melokalisir dan pengumpulan pencemaran. 3. Menetralisir pencemaran . Ditemukan / dibuatnya peralatan-peralatan penanggulangan misalnya oil boom, oil skimmer, cairan-cairan sebagai dispersant agent dan lain-lain. Peralatan yang digunakan antara lain : oil boom (alat pengumpul tumpahan minyak/pencemaran), chemical dispersant, sinking agent dan sorbent (bahan-bahan/zat penetralisir). Menetralisir atau mencerai-beraikan pencemar tergantung dari : 1. Jenis minyak dan kepadatan (density). 2. Kepekatan (viscosity). 3. Titik endap (poux point). 4. Kadar lilin dan aspal . Sifat minyak dipermukaan laut adalah: 1. Akan terjadi penguapan kira-kira diatas 20-24 jam, tergantung dari angin, kondisi laut dan jenis minyak. 2. Oksidasi dan biodegradasi tergantung dari suhu dan kadar garam di laut 3. Penyebaran kecepatannya tergantung pada kepadatan relatif (kadar lilin dan aspal) Cara Untuk Pembersihan Tumpahan Minyak di Laut dan Perairan Untuk membersihkan tumpahan minyak dilingkungan laut dan perairan dapat dilakukan dengan metode : Menghilangkan Minyak Secara Mekanik Memakai boom atau barrier akan efektif di laut yang tidak berombak dan arus tidak kuat (maksimum 1 knot). Juga dipakai untuk minyak dengan ketebalan tidak melampaui tinggi

boom. Posisi boom dibuat menyudut, minyak akan terkumpul di sudut dan kemudian dihisap dengan pompa. Umumnya pompa hanya mampu menghisap sampai pada ketebalan minyak sebesar inci. Air yang terbawa dalam minyak akan terpisah kembali. Absorbents. Zat untuk menyerap minyak ditaburkan di atas tumpahan minyak dan kemudian zat tersebut menyerap minyak tadi. Umumnya zat yang digunakan untuk menyerap minyak adalah : lumut kering, ranting, potongan kayu. Ada pula zat sintetis yang dibuat dari polyethylene, polystyrene, polyprophylene dan polyurethane.

Menenggelamkan Minyak Suatu campuran 3.000 ton kalsium karbonat yang ditambah dengan 1 % sodium stearate dicoba dan berhasil menenggelamkan 20.000 ton minyak. Setelah 14 bulan kemudian, tidak lagi ditemui adanya minyak di dasar laut tersebut. Cara ini masih dipertentangkan karena dianggap akan memindahkan masalah kerusakan oleh minyak ke dasar laut yang relatif merusakan kehidupan. Untuk perairan laut dalam hal ini tidak akan memberikan efek. Dispersant. Dispersant dicampur dengan 2 kompponen lain dan dimasukkan ke lapisan minyak yang akhirnya berbentuk emulsi. Stabiliser akan menjaga emulsi tadi agar tidak pecah. Dispersant akan menenggelamkan minyak dari permukaan air. Keuntungan cara ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari permukaan air dan mempercepat proses penghancuran secara mikrobiologi. Dispersant tidak akan berguna pada daerah pesisir karena adanya unsur timbal yang terlarut. Perlu ditambahkan bahwa dispersant yang makin baik selalu menggunakan pelarut yang lebih beracun untuk kehidupan laut. Pembakaran Membakar minyak di laut lepas umumnya kurang berhasil, karena minyak ringan yang terkandung telah menguap secara cepat. Selain itu panas dari api akan diserap oleh air laut sehingga pembakaran tidak akan efektif. Masalah pencemaran di laut tidak akan ada habisnya selama manusia masih melakukan aktivitas atau kegiatan produksi di laut seperti menangkap ikan dengan menggunakan mesin, membuang air bilge, pengeboran lepas pantai, dan pembuangan minyak serta membuang bahan-bahan berbahaya yang seenaknya tanpa menghiraukan faktor lingkungan, jadi untuk menjaga keindahan laut serta keanekaragaman biotanya yang merupakan sumber daya alam diperlukan kesadaran dari kita akan kelestarian alam. Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan

minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya peledakan (blow aut) di sumur minyak. Ledakan ini mengakibatkan semburan minyak ke lokasi sekitar laut, sehingga menimbulkan pencemaran. Contohnya, ledakan anjungan minyak yang terjadi di teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari Pantai Louisiana pada 22 April 2010. Pencemaran laut yang diakibatkan oleh pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak British Petroleum (BP). Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000 galon minyak ke perairan di sekitarnya. Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantara proses tersebut adalah membentuk lapisan (slick formation), menyebar (dissolution), menguap (evaporation), polimerasi (polymerization), emulsifikasi (emulsification), emulsi air dalam minyak ( water in oil emulsions ), emulsi minyak dalam air (oil in water emulsions), foto oksida, biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh plankton dan bentukan gumpalan.Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan segera membentuk sebuah lapisan tipis di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak tersebut digerakkan oleh pergerakan angin, gelombang dan arus, selain gaya gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa hidrokarbon minyak bersifat mudah menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak akan menyebarkan lapisan menjadi tipis serta tingkat penguapan meningkat.Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air, bahan buangan cairan berminyak yang di buang ke air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan cairan berminyak mengandung senyawa yang volatile maka akan terjadi penguapan dan luar permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan luas permukaan ini tergantung pada jenis minyaknya dan waktu lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat juga terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, namun memerlukan waktu yang cukup lama.Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan mengganggu kehidupan organisme dalam air. Hal ini disebabkan oleh Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Kandungan oksigen yang menurun akan mengganggu kehidupan hewan

air. Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat berlangsung. Akibatnya, oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut tidak terjadi. Kandungan oksigen dalam air jadi semakin menurun. Tidak hanya hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak pada permukaan air tersebut, tetapi burung air pun ikut terganggu karena bulunya jadi lengket, tidak bisa mengembang lagi terkena minyak. Selain dari pada itu, air yang telah tercemar oleh minyak juga tidak dapat dikonsumsi oleh manusia karena seringkali dalam cairan yang berminyak terdapat juga zat-zat yang beracun, seperti senyawa benzene, senyawa toluene dan lain sebagainya. Akibat yang ditimbulkan

1. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah fitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.

2. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.

3. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai. 4. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya. Tindakan pertama yang harus dilakukan Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak yaitu dengan melakukan pemantauan banyaknya minyak yang mencemari laut dan kondisi tumpahan. Ada 2 jenis pemantauan yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan penginderaan jauh (remote sensing). * Pengamatan secara visual Pengamatan secara visual merupakan pengamatan yang menggunakan pesawat. Teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan sangat bervariasi. Pada umumnya, pemantauan dengan teknik ini kurang dapat dipercaya. Sebagai contoh, pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan mengalami penyebaran (spreading), sehingga menjadi lapisan sangat tipis di laut. Pada kondisi pencahayaan ideal akan terlihat warna terang. Namun, penampakan lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari, sudut pengamatan dan permukaan laut, sehingga laporannya tidak dapat dipercaya.

* Pengamatan penginderaan jauh Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan berbagai macam teknik, seperti Sidelooking Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat dioperasikan setiap waktu dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil penginderaan lebih detail. Namun,teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan minyak yang tebal. Teknik ini tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dalam kondisi laut yang tenang. Selain SLAR digunakan juga teknik Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite System. Berbagai teknik ini digunakan untuk menghasilkan informasi yang cepat dan akurat Penanggulangan menurut Ir. Ginting Perdana

Ir. Ginting Perdana Dalam bukunya yang berjudul Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, menerangkan bahwa pada umumnya, teknik bioremediasi in-situ diaplikasikan pada lokasi tercemar ringan, lokasi yang tidak dapat dipindahkan, atau karakteristik kontaminan yang volatil. Sedangkan Bioremediasi ex-situ merupakan teknik bioremediasi dimana lahan atau air yang terkontaminasi diangkat, kemudian diolah dan diproses pada lahan khusus yang disiapkan untuk proses bioremediasi. Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil.

y

In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.

y

Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.

y

Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.

y

Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).

y

Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan.

y

Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.

METODE PENANGGULANGAN TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penangannan tumpahan minyak (oil spill) di laut adalah dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah penanggulangan ini akan sangat efektif apabila dilakukan di perairan yang memiliki hidrodinamika air yang rendah (arus, pasangsurut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem.

Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan

kimia dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu.

y

a. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu pembakara yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol.

y

b. Cara kedua yaitu penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.

y

c. Cara ketiga adalah bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass. Selain memiliki dampak lingkunga kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan.

y

d. Cara keempat dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon)

y

e. Cara kelima dengan menggunakan dispersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat aktif permukaan).

Kesimpulan

Minyak dan air tidak mungkin bercampur. Tetapi, ketika minyak tumpah ke air, bahanbahan kimia yang berasal dari minyak tersebut pasti bercampur dengan air dan menggenang didalam air untuk beberapa waktu.Lapisan minyak yang lebih tebal menyebar di seluruh permukaan dan mencegah masuknya udara ke dalam air.Ikan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di air tidak bisa bernafas.Ketika minyak tumpah ke dalam air, bahan-bahan kimianya yang tertinggal di sana bisa membuat air tersebut tidak aman diminum, bahkan setelah minyak yang kasat mata dikeluarkan. Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak di sertai dengan program pengelolaan air yang baik akan mengakibatkan kerusakan ekosistem yang ada dalam hal ini adalah air, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri adalah penyebab terjadinya pencemaran air. Kasus pencemaran air laut akibat dari pengeboran Indusri minyak ditengah laut, tumpahan minyak, kebocoran kapal tanker dan lain-lain. Sehingga dapat berpengaruh pada beberapa sector , diantaranya lingkungan pantai dan laut, ekosistem biota pantai dan laut, dan mengganggu aktivitas nelayan sehingga mempengaruhi kesejahteraan mereka. Pengaruhpengaruh tersebut antara lain dapat mengubah karakteristik populasi spesies dan struktur ekologi komunitas laut, dapat mengganggu proses perkembangan dan pertumbuhan serta reproduksi organisme laut, bahkan dapat menimbulkan kematian pada organisme laut.

Daftar Pustakay

Ginting, Pedana, Ir., Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri (2007) Jakarta. MS.CV YRAMA WIDYA. Hal 17-18.

y

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/79048 (di akses pada tanggal 18 februari 2012) www.bisnis.com/articles/pil-pahit-amerika-selatan-buat-chevron (di akses pada tanggal 19 februari 2012)

y

y

vivanews.com/news/read/269199-bocor--sumur-minyak-chevron-dipaksaberhenti (di akses pada tanggal 19 februari 2012)

y y

Skalanews.com (di akses pada tanggal 19 februari 2012) vivanews.com/news/read/266320-sumur-minyak-bocor--brasil-mendendachevron (di akses pada tanggal 19 februari 2012)

y

Analisis

pencemaran

Laut

Akibat

Tumpahan

Minyak.

http://furkonable.wordpress.com (diakses pada tanggal 18 Februari 2011)