trend komunikasi keperawatan lansia

24
TREND KOMUNIKASI PELAYANAN KEPERAWATAN LANSIA DI SUSUN OLEH : FEBRIANA KUSUMA DEWI 14100052 K 6.2 STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA S1 ILMU KEPERAWATAN

Upload: febrianakusumadewi

Post on 13-Jul-2016

58 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

TREND KOMUNIKASI KEPERAWATAN LANSIA

TRANSCRIPT

Page 1: Trend komunikasi keperawatan lansia

TREND KOMUNIKASI PELAYANAN KEPERAWATAN LANSIA

DI SUSUN OLEH :

FEBRIANA KUSUMA DEWI

14100052

K 6.2

STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

S1 ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2014/2015

Page 2: Trend komunikasi keperawatan lansia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunianya sehingga kami apat meneyelesaikan makalah kami tentang “dislokasi” dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini kami buat sebagai pedoman  atau panduan dalam ilmu keperwatan  bagi mahasiswa dan mahasisiwi ilmu keshatan khususnya  bagi mahasiswa yang mengambil jurusan S1 ilmu keperawatan.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini untuk itu kami mengharapkan banyak – banyak masukan dan saran untuk perbaikan dalam penyusunan makalah berikutnya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususya mahasiswa keperawatan.

Yogyakarta , 21 September 2015 

 

Penyusun

Page 3: Trend komunikasi keperawatan lansia

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………..  i

Kata pengantar  ………………………………………………………………………...... ii

Lembar pengesahan  …………………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... iv

BAB I PENDAHULUAN                                                                           

1.1    Latar Belakang ………………………………………………………………………. 1

1.2    Tujuan

          a.    Tujuan Umum ………………………………………………………………….  2

          b.    Tujuan Khusus …………………………………………………………………  2

1.3    Manfaat ……………………………………………………………...........................  2

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 

2.1        Pengertian dislokasi………… ………………………………………………….    3

2.2        Anatomi Fisiologi………………………………………………………………..   5

2.3        Klasifikasi ………………………………………………………………………... 6

2.4        Etiologi …………………………………………………………………………... 6

2.5        Fatofisiologi………………………………………………………………………..8

2.6        Manifestasi Klinis………………………………………………………………. .. 9

2.7        Tanda Dan Gejala……………………………………………………………….... 9

2.8        Penataklasanaan ………………………………………………………………….. 9

2.9        Komplikasi ……………………………………………………………………….. 10

 

BAB III KONSEP ASKEP ……………………………………………………………....11

Page 4: Trend komunikasi keperawatan lansia

BAB IV PENUTUP

3.1        Kesimpulan ……………………………………………………………………… 21

3.2        Saran …………………………………………………………………………….. 22

DAFTAR PUSTAKA

 

Page 5: Trend komunikasi keperawatan lansia
Page 6: Trend komunikasi keperawatan lansia

Trend komunikasi pada pelayanan Keperawatan Lansia

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia,

sehingga komunikasi perlu dikembangkan dan dipelihara terus-menerus. Dalam

berkomunikasi dengan klien, perawat harus menggunakan tehnik pendekatan khusus agar

tercapai pengertian dan perubahan prilaku klien.

Kondisi lansia yang telah mengalami penurunan dalam struktur anatomis maupun fungsi

dari organ tubuhnya menuntut pemahaman dan kesadaran tersendiri bagi tenaga kesehatan

selama memberikan pelayanan kesehatan. Perubahan yang terjadi baik secara fisik,

psikis/emosi, interaksi social maupun spiritual dari lansia membutuhkan pendekatan dan

tehnik tersendiri. Untuk interaksi dalam berkomunikasi dengan lansia secara baik, perawat

perlu memahami tentang karakteristik lansia, penggunaan tehnik komunikasi yang tepat, dan

model-model komunikasi yang memungkinkan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi klien.

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, masalah  yang dapat kami kaji dalam makalah ini diantaranya:

1.      Bagaimana karakteristik lansia?

2.      Bagaimana pendekatan keperawatan lansia dalam konteks komunikasi?

3.      Bagaimana teknik komunikasi pada lansia?

4.      Apa hambatan komunikasi pada lansia?

5.      Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan?

6.      Bagaimana penerapan model komunikasi pada lansia?

C.    Tujuan Penulisan

Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:

1.      Untuk mengetahui karakteristik lansia

2.      Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia dalam konteks komunikasi

3.      Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia

4.      Untuk mengetahui hambatan komunikasi pada lansia

5.      Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan

6.      Untuk mengetahui penerapan model komunikasi pada lansia

Page 7: Trend komunikasi keperawatan lansia

D.    Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :

1.         Metode Kepustakaan

Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku

atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.

2.         Metode Media Informatika

Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Komunikasi dengan Lansia

1.      Karakteristik Lansia

Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut

menjadi empat macam, meliputi:

a.       Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b.      Usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60 sampai 70 tahun.

c.       Usia lanjut usai (old), kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun.

d.      Usia tua (veryold), kelompok usia diatas 90 tahun

Page 8: Trend komunikasi keperawatan lansia

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-

perubahan akibat dari usia tersebut telah dapat diindentifikasi, misalnya perubahan pada

aspek fisik berupa perubahan neurologis & sensorik, perubahan visual, perubahan

pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan &

interpretasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognitif yang berpengaruh

pada tingkat intelegensia, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.

Perubahan emosi yang sering nampak adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi

yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:

a.       Tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan

petugas kesehatan

b.      Mengubah keterangan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru

c.       Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit

d.      Menolak ikutserta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang langsung

mengikutsertakan dirinya

e.       Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila

nasehat tersebut demi kenyamanan klien

2.      Pendekatan Keperawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi

a.       Pendekatan fisik

Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan

fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan serta

penyakit yang dapat dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah

dilaksansakan dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.

b.      Pendekatan psikologis

Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka

umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk meaksanakan pendekatan ini,

perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang

asing atau sebagai penampung masalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat

yang akrab bagi klien.

c.       Pendekatan sosial

Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan ketrampilan berinteraksi dengan

lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain atau mengadakan

kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat

berinteraksi dengan sesame lansia maupun dengan petugas kesehatan.

Page 9: Trend komunikasi keperawatan lansia

d.      Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau

agama yang dianutnya terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.

Pendekatan spiritual ini cukup efektif terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran yang

tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.

3.      Tehnik Komunikasi pada Lansia

a.       Teknik asertif

Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukan

sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar

maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti, asertif merupakan pelaksanaan dan

etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga

hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

b.      Responsif

Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk

perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau

kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang

perubahan tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, “apa yang sedang bapak/ibu

fikirkan saat ini? Apa yang bisa saya bantu?”. Berespon berarti bersikap aktif, tidak

menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan

menciptakan perasaan tenang bagi klien.

c.       Fokus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang

diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang

diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi yang

diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu

diperhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak

relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.

d.      Supportif

Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap

menyebabkan emosi klien relative menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan

menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum dan

mengangguk kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan

menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien

lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian

Page 10: Trend komunikasi keperawatan lansia

diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama

memberi dukungan baik secara materiil dan moril, petugas kesehatan jangan sampai terkesan

menggurui atau mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada

perawat atau petugas kesehatan lainnya.

e.       Klarifikasi

Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak

berlangsung dengan lancer. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan

memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud

pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh klien.

f.       Sabar dan ikhlas

Klien lansia mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-

kanakan, bila perubahan ini tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan

perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik, solutif,

namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan

hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

4.      Hambatan Komunkiasi pada Lansia

Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila

ada sikap agresif dan sikap nonasresif

a.       Agresif

Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku di bawah ini :

1)      Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)

2)      Meremehkan orang lain

3)      Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain

4)      Menonjolkan diri

5)      Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan

b.      Nonasertif

Tanda-tanda dari sikap nonasertif ini adalah :

1)      Menarik diri bila diajak berbicara

2)      Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)

3)      Merasa tidak berdaya

4)      Tidak berani mengungkapkan keyakinan

5)      Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya

6)      Tampil diam (pasif)

7)      Mengikuti kehendak orang lain

Page 11: Trend komunikasi keperawatan lansia

8)      Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain

 Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupakan hal yang wajar seiring dengan

menurunnya fungsi fisik dan psikologis klien. Namun sebagai tenaga kesehatan professional,

perawat dituntut mampu mengatasi hambatan tersebut, untuk itu perlu adanya tehnik atau tip-

tip tertentu yang perlu diperhatikan agar komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain :

a.       Selalu mulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien.

b.      Kerakan suara anda jika perlu.

c.       Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia sehingga ia dapat melihat mulut

anda.

d.      Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi gangguan

visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.

e.       Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan

menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.

f.       Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak

mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai patner yang tugasnya memfasilitasi

klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.

g.      Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek dengan

bahasa yang sederhana.

h.      Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.

i.        Serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil

tes yang diinginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya

dibuktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang mengembirakan (mislanya

dengan senyum, ceria atau tertawa secukupnya).

j.        Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.

k.      Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.

l.        Biarkan ia membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan anda

untuk menyelesaikan kalimat.

m.    Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya.

n.      Arahkan ke suatu topik pada suatu saat.

o.      Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama anda. Orang ini

biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.

5.      Teknik Perawatan Lansia pada Reaksi Penolakan

Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar

terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian-kejadian nyata atau

Page 12: Trend komunikasi keperawatan lansia

sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia

menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.

Perawat dalam menjalin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin

komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.

Adanya beberapa langkah yang bisa dilaksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan

reaksi penolakan, antara lain:

a.       Kenali segala reaksi penolakan klien

Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan

mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta

lingkungannya, kemudian lakukan langkah-langkah berikut:

1)      Identifikasi pikiran-pikiran yang paling membahayakan dengan cara mengobservasi klien

bila sedang mengalami puncak reaksinya.

2)      Ungkapkan kenyataan-kenyataan yang dialami klien secara perlahan-lahan dimulai dari

kenyataan yang merisaukan.

3)      Jangan menyokong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien

dan bicarakan sesering mungkin bersamanya jangan sampai menolak.

b.      Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri

Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap

perawatan yang akan dilakukan serta upaya untuk memandirikan klien, dengan jalan sebagai

berikut:

1)      Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya perencanaan waktu, tempat dan macam

perawatan.

2)      Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.

3)      Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya dengan

mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan meluangkan waktu bersamanya.

c.       Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat

Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber

informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana/tindakan dapat terealisasikan dengan

baik dan cepat. Upaya ini dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:

1)      Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan perasaan-

perasaannya.

2)      Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang

sedang terjadi pada klien lansia serta hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka membantu.

3)      Hendaknya pihak-pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.

Page 13: Trend komunikasi keperawatan lansia

4)      Menyadarkan pihak-pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila

klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.

6.      Penerapan Model Komunikasi pada Lansia

a.       Model komunikasi Shanon Weaver

Tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah adanya perubahan

perilaku lansia dari penolakan menjadi kooperatif. Dalam komunikasi ini diperlukan

keterlibatan anggota keluarga sebagai transmitter untuk mengenal lebih jauh tentang klien.

Kelebihan dalam komunikasi ini melibatkan anggota keluarga atau orang lain yang

berpengaruh. Kekurangan model komunikasi ini memerlukan waktu yang cukup lama karena

klien dalam reaksi penolakan. Tidak dapat melakukan evaluasi sejauhmana perubahan

perilaku yang terjadi pada klien, karena tidak ada feed back (umpan balik)

b.      Model SMCR

Rumus S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah : S singkatan dari Source yang

berarti sumber atau komunikator ; M singkatan dari Message yang berarti pesan ; C singkatan

dari Channel yang berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan dari Receiver yang

berarti penerima atau komunikan

Kelebihan model ini adalah proses komunikasi yang terjadi relatif simple. Model ini akan

efektif bila kondisi lansia masih sehat, belum banyak mengalami penurunan baik aspek fisik

maupun psikis. Kekurangan model ini klien tidak memenuhi syarat seperti yang diterapkan

mempunyai keterampilan, pengetahuan, sikap, sistim social dan kultur; karena penolakannya.

Memerlukan proses yang lama dan tergantung kondisi klien lansia.

c.       Model Leary

Model ini antar individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi, dimana respon seseorang

dipengaruhi oleh bagaimana orang tersebut diperlakukan. Oleh karena itu dalam

berkomunikasi dengan lansia harus hati-hati, jangan sampai menyinggung perasaannya.

Dalam berkomunikasi dengan klien lansia seseorang perawat diharapkan pada rentang love

yang banyak karena sifat social perawat sangat dibutuhkan oleh lansia. Lansia membutuhkan

perhatian yang lebih dalam berkomunikasi, untuk mengungkapkan perasaannya. Diharapkan

perawat harus lebih banyak mendengar apa yang diungkapkan.

Kelebihan model ini adalah terjadinya interaksi atau hubungan relationship; hubungan

perawat-klien lebih dekat sehingga masalah lebih dapat terselesaikan. Dan kelemahan model

ini perawat lebih dominan dank lien lansia patuh

d.      Model terapeutik

Page 14: Trend komunikasi keperawatan lansia

Model ini membantu mendorong melaksanakan komunikasi dengan empati, meghargai

dan harmonis. Dimana dibutuhkan kondisi empati, kesesuaian dan penghargaan. Lansia

dengan penolakan sulit bagi kita melaksanakan empati. Kita tidak boleh menyokong

penolakan tetapi berikan perawatan yang cocok dan berbicara sesering mungkin, jangan

sampai menolak.

Kelebihan model ini lansia akan lebih paham apa yang kita bicarakan; kopingnya lebih

efektif. Sedangkan kelemahan model ini kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh

perawat lansia dengan reaksi penolakan.

e.       Model keyakinan kesehatan

Menekankan pada persepsi klien untuk mencari sehat, menjauhi sakit, merasakan adanya

ancaman/manfaat untuk mempertahankan kesehatannya. Padahal lansia dengan reaksi

penolakan, tidak mersakan adanya ancaman kesehatan, sehingga dalam berkomunikasi

dengan lansia dengan reaksi penolakan diperlukan motivasi yang kuat.

Kelebihan model komunikasi ini lansia yang mengetahui adanya ancaman kesehatan akan

dapat bermanfaat dan sebagai barrier dalam melaksanakan tindakan pencegahan penyakit.

Sedangkan kelemahannya tidak semua lansia merasakan adanya ancaman kesehatan.

f.       Model komunikasi kesehatan

Komunikasi yang berfokus pada transaksi antara professional kesehatan-klien yang sesuai

dengan permasalahab kesehatan klien. Pandangan system komunikasi lebih luas yang

mencangkup tiga faktor mayor yaitu:

1)      Relationship

Perawat professional mengadakan komunikasi dengan klien lansia haruslah menggunakan

ilmu psikososial dan teknik komunikasi dimana perawat haruslah ramah, rapi, bertanggung

jawab, tidak sembarangan mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan klien

lansia sehingga terjalin hubungan saling percaya. Dalam mengadakan hubungan transaksi

hendaknya seorang perawat professional mengetahui permasalahan yang dihadapi klien

lansia tersebut. Kemudian bersama-sama menyelesaikan masalah.

2)      Transaksi

Dalam berkomunikasi dengan lansia hendaknya disepakati untuk menyelesaikan masalah

klien bukan untuk hal lain. Pada lansia dengan reaksi penolakan harus hati-hati mencari

informasi dari klien, memberikan feed back baik verbal maupun non verbal dan hendaknya

secara berkesinambungan.

3)      Konteks

Page 15: Trend komunikasi keperawatan lansia

Perawat professional harus mengetahui situasi dan permasalahan yang dihadapi klien.

Apabila masalah bersifat individu haruslah diselesaikan secara individu dengan tidak

mengabaikan tempat/ruangan  dan jenis pelayanan apa yang digunakan. Apabila masalah

bersifat umum/kelompok harus diselesaikan secara kelompok.

Kelebihan: dapat menyelesaikan masalah klien lansia dengan tuntas. Klien lansia merasa

sangat dekat dengan perawat dan merasa sangat diperhatikan. Kelemahan: membutuhkan

waktu yang lama untuk menyelesaikan permasalahan; fasilitas dalam memberikan pelayanan

harus lengkap.

g.      Model interaksi King

Kesepakatan sebelum mengadakan interaksi dengan klien lansia. Perawat harus

mempunyai persepsi secara ilmiah tentang hal-hal yang akan dikomunikasikan. Persepsi ini

kemudian disepakati dengan klien sehingga dapat terjadi suatu aksi yang menyebabkan

terjadinya reaksi-interaksi dan transaksi. Kelebihan model ini dimana komunikasi dapat

sesuai dengan tujuan jika lansia sudah kooperatif. Sedangkan kelemahan model ini klien

lansia dengan reaksi penolakan akan mengalami kesulitan untuk dilakukan komunikasi model

ini, karena tidak kooperatif.

Page 16: Trend komunikasi keperawatan lansia

BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

Tehnik komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan harus disertai pengetahuan

perawatan lansia baik fisik, psikologis, biologis dan spiritual. Klien lansia dengan reaksi

penolakan tidak menyadari adanya ancaman pada kesehatannya, karena itu model

komunikasi yang sesuai adalah model Leary.

B.     Saran

Dalam tehnik komunikasi model Leary terdapat dua dimensi yang bertentangan,

diharapkan perawat dapat menyesuaikan situasi bagaimana seharusnya dia bertindak. Jika

klien dalam puncak penolakan maka perawat harus mengobservasi pikiran-pikiran klien, jika

klien lansia kooperatif maka perawat dapat berfungsi sebagai teman dan guru serta tempat

mencurahkan perasaan klien.

Page 17: Trend komunikasi keperawatan lansia

DAFTAR PUSTAKA

Mundakir.2006.Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.Surabaya: Graha Ilmu

http://yh4princ3ss.wordpress.com/2010/04/17/asuhan-keperawatan-pada-lanjut-usia-lansia/

(Diakses pada tanggal: 1 November 2012)

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/model-model-komunikasi.html

(Diakses pada tanggal: 2 November 2012)Makalah Keperawatan Lansia