trauma-vertebra-cervical.doc
DESCRIPTION
Trauma-Vertebra-CervicalTRANSCRIPT
TRAUMA VERTEBRA CERVICAL (805)
TRAUMA VERTEBRA CERVICAL (805)
Tujuan utama dari management trauma vertebra adalah :
1. (Stabilitas vertebra bebas nyeri) Painless stable spine.
2. Mencegah komplikasi pada medula spinalis.
Gangguan stabilitas ada 2 macam
1. Gangguan stabilitas permanent :
Bila lesi atau kerusakan lewat diskus atau jaringan lunak. Dalam hal ini perlu mutlak untuk dilakukan stabilisasi anterior, posterior atau kombinasi anterior & posterior terganutng dari kerusakannya.
2. Gangguan stabilitas temporer :
Kerusakan lewat komponen tulang, tindakan konservatif kecuali ada pendesakan fragmmen ke spinal canal yang mneimbulkan spinal canal enroachment dengan neorologic deficit
a. Penangann cidera acut cervical tanpa gangguan neurologis.
1. Cervical sprain derajat I & II oleh karena whiplash injury.
Plain foto cervical AP/Lat tidak tampak kelainan
Pasang collar brace 6 mg
Ulangan dinamic foto setelah 3-6 mg post trauma
Untuk melihat adanya chronic instability
Kriteria untuk melihat adanya instability secara radiologis
a. Dislokasi facet > 50%
b. Loss of paralelisme dari facet joint
c. Vertebrae body angles > 110 pada posisi flexi
d. Widening interspinosus space
e. Pelebaran ADI (Atlanto Dental Interval) > 3,5 masing-masing pada dewasa dan > 5 masing-masing pada anak-anak.
Catatan :
X-ray dynamic dikerjakan dnegna image intensifier atau dengan hati-hati memflexikan leher penderita dan dibuat foto polos lateral pada vertebrae cervicalis (dikerjakan oleh yang berpengalaman).
f. Pelebaran body mass CI terhdap corpus cervical II (axis) > 7 masing-masing pada foto AP
3. Dislokasi cervical spine
Sebaiknya dilakukan emergency closed reduction dengan atau tanpa anaesthesia, dianjurkan tanpa anaesthesia cukup dengan premedikasi.
Keuntungannya : masih ada kontrol otot-otot leher yang dapat mencegah over stretching dari spinal cord.
Reposisi dilakukan dnegan pertolongan image intensifier proyeksi lateral. Bila fasilitas tidak ada, sebaiknya dikerjakan gradual traksi dengan pemasangan crutch field dengan bnadul bertahap dan kontrol x-ray proyeksi lateral.
SURGERY :
Tujuan stabilisasi :
1. Stabilisasi mutlak diperlukan untuk mencegah kerusakan spinal cord akibat instability
2. Pada kondisi yang stabil, penyembuhan jaringan lunak akan lebih baik
Indikasi operasi :
Instability (C.I < 2)
Spinal canal enroachment > 30%
Neurologic deficit (complete/incomplete)
Waktu operasi : dianjurkan urgent dalam periode 24-48 jam bukan emergency (6-8 jam) atau late lebih 1 minggu post trauma.
Surgical approach :
Anterior untuk : herniasi diskus dan burst fracture yang menimbulkan canal enroachment tanpa posterior ligamentum instability
Posterior untuk : bilateral facet dislocation yang disertai putusnya posterior ligament complex.
3. Fracture of the atlas (Jeffersons fractures) (805.01)
a. MOI : axial loading : menghasilkan bursiting fracture os atlas dengan displacement fragment secara sentripetal.
b. Sign & symptoms :
- Nyeri leher bagian atas atau occipital neuralgia dan torticolis
Kadang-kadang tidak dapat mempertahankan kepala dalam posisi tegak (sense of instability) kepala ditopang dengan kedua tangan
Deficit neurologis sangat jarang terjadi oleh karena terdapat disporporsi yang besar antara spinal cord dan spinal canal pada cervical bagian atas.
Bila terdapat kelumpuhan biasanya dalam bentuk pentaplegia yang berakibat fatal dan penderita tidak sempat masuk rumah sakit.
c. Diagnostik :
Foto standard AP (open mouth view) terjadi displacement body mass
Foto lateral : fraktur dari arcus posterior
CT-scan
d. Therapy :
Konservatif dengan minerva jacket atau halo traction selama 3 bulan.
Operatif : bila disertai denagn ruptur ligamnet transversum dilakukan stabilisasi posterior dengan posterior fusion antara occipital, vertebrae cervical 1 & vertebral cervical 2
Rupture ligamen : transversum bisa dilihat padafoto AP terdapat lateral displacement dari body mass CI terhadap C2 > 7 masing-masing.
4. Fracture os odontoid 805.02 (3)
a. MOI : kejatuhan benda berat dikepala kil
b. Sign & symptoms :
Nyeri pada setiap pergerakan leher
Nyeri pada leher bagian belakang : occipital neuralgia
Torticolis dan occipito cervical instability
Neurologic deficit akibat ternagsangnya n. occipitalis mayor dan menimbulkan occipital neuralgia atau rasa tebal pada daerah occipital
Penyulit : pentaplegia akibat penekanan batang otak oleh odontoid berakhir dengan kematian.
c. Diagnostik :
Foto proyeksi AP / lat
Tomografi AP/lat
Kalau perlu dikejakan dinamic x-ray untuk memastikan ada tidaknya instability
Pada proyeksi lateral : terjadi instability bila ADI > 3,5 mm pada dewasa, ADI > 5 mm pada anak-anak.
Pada foto proyeksi open mouth menurut Anderson & Alanzo dibagi 3 type :
Type I : fracture diujung odontoid
Type II : fracture dibasis odontoid : paling sering terjadi non union
Type III : fracture ditubuh C2 (body of C2) (805.02) (8)
d. Therapy :
Konservatif : immobilisasi dengan crutch field, kemudian dilanjutkan dengan minerva jacket selama 2-3 bulan.
Operatif : bila terdapat instability C1 & C2
5. Traumatic spondylolisthesis of the axis (Hangmans fracture) (805.02) (1)
a. Definisi :
Fraktur dislokasi pedikel vertebrae C2
b. MOI :
Axial loading pada posisi extensi cervical putusnya part, inter articular VC2 putusnya anterior longitudinal ligament robeknya diskus anterior C2 & C3 serta pelebaran part, interarticular & pergeseran ke posterior instability
c. Diagnostik :
Foto proyeksi lateral : terdapat fraktur part interarticularis dengan subluksasi anterior dari VC1 dan body vertebrae C2 terhadap C3.
d. Therapy :
pada type I & II (stabil) dapat konservatif dengan minerva jacket, four boster brace atau halo cast selama 8-12 mg.
Pada type III dimana terjadi dislokasi terhadap C3 dilakukan operatif denagn stabilisasi interval.
6. Lower cervical spine injury (VC3 7) (805.03-805.07)
a. MOI : - axial loading fracture kompresi
hyperflexi
whiplash injury (extensi & diikuti flexi)
distraksi & rotasi
b. Type fracture :
Type vertikal
Type kompresi
Unilateral facet dislokasi
Bilateral facet dislokasi
Tear drop
clay schoveler fracture
c. Sign & Symptom
Nyeri leher pasca trauma, kaku leher dan gangguan pergerakan oleh karena spasme otot-otot pada vertebral.
Bila terdapat lesi spinal cord, antara lain :
anterior cord syndrome
brown sequard syndrome
complete transection
central cord syndrome
d. Diagnostik :
- Foto cervical standard AP/lat
Dynamic cervical proyeksi lateral
displacement facet joint > 50%
loss of paralelisme dari facet joint
vertebrae body angle > 110 pelebaran interspinosus
pergeseran vertebrae body ke anterior > 3,55 mm
Tomogram
CT-scan dengan atau tanpa kontras
MRI
3 TD (tri dimentional tomogram)
e. Therapy :
- stabil misal pada tepy kompresi koservatif dengan
collar brace minerva jacket 8-12 mg.
Harus dievaluasi radiologis agar tidak timbul kyphosis deformity
Problem static & neurologis
- operatif : pada type kompresi dengan kyphosis pada dislokasi.
7. Dislokasi cervical bawah
a. MOI : sering pada whiplash terjadi robekan komponen posteior komplex & herniasi discus.
b. Sign & Symptom :
Nyeri leher yang menjalar kebahu dan kedua lengan pergerakan leher terbatas oleh karena spasme otot-otot paravertebral
Kelumpuhan keempat anggota gerak oleh karena penekanan atau penyempitan spinal canal atau herniasi discus
Gangguan dapat berupa :
brown sequard misal pada unilateral facet dislokasi.
Anterior facet syndrome
Complete transection
Central cord syndrome
c. Diagnostik
foto standard cervical AP/lat
dynamic lateral atau
test white (traksi leher 3-5 kilo dan dikontrol apakah ada pelebaran interdistal pada foto atau image intensifier proyeksi lateral
Myelografi dikerjakan bila ada kecurigaan herniasi diskus
CT scan with/without contras
MRI
d. Therapy :
Mutlak perlu stabilisasi setelah reposisi
Posterior stabilisasi & fusi : bila tidak ada herniasi discus
Anterior dekompresi dilanjutkan posterior fusi dan stabilisasi bila ada herniasi discus
Tidak pernah dilakukan laminectomy
e. Revaliditas :
- Cidera cervical dengan neurologic deficit diatas segmen thoracal akan terjadi gangguan sistem sympatis
Harus diperhatikan sistem respirasi, pencernaan, urogenital, kulit dan masalah kejiwaan.
Multidisplinier approach
f. Prognosa :
- Baik bila : type stabil tanpa gagguan neurologis incomplete neurology deficit pada brown sequard & central cord syndrome
- Jelek bila complete transection & anterior cord syndrome
Kepustakaan
1. Bucholz, RW. et al : Orthopaedic Decision Making, Toronto BC, Decker, 1894
2. Prijambodo B. : Penatalaksanaan Cedera Cervical, MOI Vol. 21 No. 2 Des. 92, p. 55-67
Tidak jelas
Tidak jelas
Bila tidak jelas
Terdapat instability bila :
Bila tidak tampak oleh karena auto reposisi