trauma fix

33
FRAKTUR ANTEBRACHII

Upload: ina-nauroh-wf

Post on 03-Oct-2015

238 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Neurology

TRANSCRIPT

  • FRAKTUR ANTEBRACHII

  • PENGERTIANFraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna. Yang dimaksud dengan antebrachii adalah batang (shaft) tulang radius dan ulna (andi, 2012).

    Fraktur antebrachii merupakan suatu perpatahan pada lengan bawah yaitu pada tulang radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan. Dibagi atas tiga bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial , serta distal dari kedua corpus tulang tersebut. (Putri,2008).

  • KLASIFIKASIFraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulnaFraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulnaFraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi sendi radioulna proksimalFraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radiusFraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi radioulna distal

  • PENATALAKSANAANPrinsip penatalaksanaan fraktur adalah mengembalikan ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulangCara pertama : penanganan proteksi saja tanpa reposisi dan imobilisasiCara kedua : imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap diperlukan imobilisasiagar tidak terjadi dislokasi fragmen

  • LanjutanCara ketiga : reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasiCara keempat : reposisi dengan cara terus-menerus selama masa tertentu, selama beberapa minggu, lalu diikuti dengan imobilisasi.Cara kelima : reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Fiksasi fragmen fraktur dengan menggunakan pin baja yang ditusukan pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam dibawah kulit. Alat ini dinamakan fixator externa

  • LanjutanCara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fixator tulang secara operatif , misalnya reposisi patah tulang kolum femur. Fragmendireposisi secara non-operatif dengan meja traksi; setelah tereposisi, dilakukan pemasangan protesis pada kolum femur secara operatifCara ketujuh : reposisi secara operatif diikuti dengan fixasi interna. Cara ini disebut dengan reduksi terbuka fixasi interna (open reduction internal fixation), ORIF. Fixasi interna yang dipakai berupa plat dan sekrup.

  • LanjutanCara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan protesis, yang dilakukan pada patah tulang kolum femur . Kaput femur dibuang secara operatif lalu diganti dengan protesis.

  • TRAUMA KEPALA

  • HEAD INJURYTrauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak / otak atau kulit seperti kontusio / memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi, dengan derajat yang bervariasi tergantung pada luas daerah trauma.

  • Tipe trauma kepala

    Trauma kepala terbuka

    Trauma kepala tertutup (Komusio serebri/Gegar otak, Kontusio serebri /Memar otak, Perdarahan sub dural, Perdarahan Intraserebral )

  • Trauma kepala terbukaTrauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak battle sign (warna biru dibelakang telinga diatas os mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar dari telinga). Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak.

  • Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik yang dapat membantu mendiagnosa adalah :Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid )Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga )Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung )Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)

  • Komplikasi Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis dan perdarahan / serosanguinis.

  • Trauma kepala tertutupKomusio serebri ( Gegar otak ) Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan (kurang dari 10 menit ). Gejala lain mungkin termasuk pusing, noda-noda didepan mata dan linglung

  • Kontusio serebri (Memar otak )Merupakan perdarahan kecil / ptechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau otak yang akan menimbulkan edema jaringan otak di daerah sekitarnya

  • Berdasarkan atas lokasi benturan, lesi dibedakan atas koup kontusio dimana lesi terjadi pada sisi benturan, dan tempat benturan. Pada kepala yang relatif diam biasanya terjadi lesi koup, sedang bila kepala dalam keadaan bebas bergerak akan terjadi kontra koup.

  • Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang makin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral. SEdangkan perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang tidak membaik setelah beberapa hari.

  • Perdarahan sub duralMerupakan perdarahan antara duramater dan arakhnoid, yang biasanya meliputi perdarahan vena. Perdarahan subdural dibedakan atas akut, subakut, dan kronis

  • Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang otak. Tanda-tanda akan gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan kantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, dan gelisah. Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.

  • Perdarahan subdural subakut, biasanya berkembang 7 sampai 10 hari setelah cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat. Tekanan serebral yang terus-menerus menyuebabkan penurunan tingkat kesadaran yang dalam

  • Perdarahan subdural kronik, terjadi karena luka ringan. Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural. Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar membran vaskuler dan pelan-pelan meluas. Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa mingggu atau bulan. Keadaan ini pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik.

  • Perdarahan Intraserebral Merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Perdarahan mungkin menyertai contra coup phenomenon. Kebanvalan dihubungkan dengan kontusio dan terjadi dalam area frontal dan temporal. Akibat adanya substansi darah dalam jaringan otak akan menimbulkan edema otak. Gejala neurologik tergantung dari ukuran dan lokasi perdarahan.

  • PatofisiologiOtak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.

  • Faktor kardiovaskuler Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup aktivitas atipikal miokardial, perubahan tekanan vaskuler dan edema paru. Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan kontraktilitas ventrikel. Hal ini menyebabkan penurunan curah jantung dan meningkatkan tekanan atrium kiri. Akibatnya tubuh berkompensasi dengan meningkatkan tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan atrium kiri adalah terjadinya edema paru.

  • Faktor Respiratori Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokonstriksi paru atau hipertensi paru menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida mempengaruhi aliran darah. Bila PO2 rendah, aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan terjadi alkalosis yang menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan CBF (cerebral blood fluid). Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan tingginya tekanan intra kranial (TIK) yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan batang otak atau medulla oblongata.

  • Faktor metabolisme Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh lainnya yaitu kecenderungan retensi natrium dan air dan hilangnya sejumlah nitrogen Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap hipotalamus, yang menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron.

  • Faktor gastrointestinal Trauma kepala juga mempengaruhi sistem gastrointestinal. Setelah trauma kepala (3 hari) terdapat respon tubuh dengan merangsang aktivitas hipotalamus dan stimulus vagal. Hal ini akan merangsang lambung menjadi hiperasiditas.

  • Faktor psikologisSelain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, trauma kepala pada pasien adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala sisa yang timbul pascatrauma akan mempengaruhi psikis pasien. Demikian pula pada trauma berat yang menyebabkan penurunan kesadaran dan penurunan fungsi neurologis akan mempengaruhi psikososial pasien dan keluarga.

  • Pemeriksaan diagnostik X-Ray tengkorak CT-ScanAngiografi

  • Penatalaksanaan medis pada trauma kepala Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.Pemberian analgetika.Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40% atau gliserol 10%.Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole

  • Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.Pembedahan.

  • Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dekstrosa 5% 8 jam pertama, ringer dekstrose 8 jam kedua dan dekstrosa 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500-3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai urea N.