trauma abdomen tumpul

24
BAB I PENDAHULUAN Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomenAkut abdomen merupakan sebuah terminologi yang me-nunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pen-cemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti pada appendisitis atau sekunder melalui suatu pencemaran peritoneum karena perforasi tukak lambung, perforasidari Payer's patch,pada typhus abdominalis atau perforasi akibat trauma. Pada akut abdomen, apapun 1

Upload: andy-brandy-tarzz

Post on 01-Dec-2015

88 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

zz

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma Abdomen Tumpul

BAB I

PENDAHULUAN

Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut

yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini

memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya

pada perforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan

cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga

perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Peradangan peritoneum

merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi

dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus

gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi,

atau dari luka tembus abdomenAkut abdomen merupakan sebuah terminologi

yang me-nunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir

dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat

dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau

obstruksi pada alat pen-cemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat

pencernaan seperti pada appendisitis atau sekunder melalui suatu pencemaran

peritoneum karena perforasi tukak lambung, perforasidari Payer's patch,pada

typhus abdominalis atau perforasi akibat trauma. Pada akut abdomen, apapun

penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah

abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas seperti pada trauma

abdomen berupa vulnus abdominis penetransi namun kadang-kadang diagnosis

akut abdomen baru dapat ditegakkan setelah pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

tambahan berupa pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan radiologi yang

lengkap dan masa observasi yang ketat. Ditinjau dari lokasi nyeri dapat dibuat

tabel diagnosis

1

Page 2: Trauma Abdomen Tumpul

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PENYAKIT

1. DEFINISI

Trauma tumpul adalah perdarahan intra abdomen (ruptur hepar, lien,

ren, perforasi usus).

2. ETIOLOGI

Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya

Deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai

kelenturan (noncompliant organ) seperti hati, limpa, pankreas, dan ginjal.

3. MANIFESTASI KLINIS

Adanya darah atau cairan usus akan menimbulkan rangsangan

peritonium berupa nyeri tekan, nyeri ketok dan nyeri lepas, dan kekakuan

dinding perut. Adanya darah dapat pula ditentukan dengan shifting

dullness, sedangkan adanya udara bebas dapat diketahui dengan hilang

atau beranjaknya pekak hati. Bising usus biasanya melemah atau

menghilang. Rangsangan peritonium dapat pula berupa nyeri alih di daerah

bahu terutama sebelah kiri.

Pada luka tembak atau luka tusuk tidak perlu lagi di cari tanda-tanda

peritonitis karena ini merupakan indikasi untuk dilakukan laparotomi

eksplorasi. Namun pada trauma tumpul seringkali diperlikan observasi dan

pemerikasaan berulang karena tanda rangsangan peritonium bisa timbul

perlahan-lahan.

2

Page 3: Trauma Abdomen Tumpul

Trauma tumpul abdomen dengan perforasi multipel ileum.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Berbeda dengan trauma tajam, pada keadaan ini kita sering dihadapkan

pada diagnosis yang meragukan, sehingga memerlukan pemeriksaan

penunjang untuk menegakan dianosis.

Diagnosis perdarahan intra abdomen akibat trauma tumpul lebih sulit

dibandingkan dengan akibat trauma tajam, lebih-lebih pada tahap

permulaan. Untuk membantu menetukan apakah ada perdaran dapat

dibantu dengan metode Von Lany dengan memebandingkan leukosit /mm3

dengan eritrosit/mm3 setiap setengah jam. Bila leukosit terus meningkat

sedangkan eritrosit menurun tanpa adnya tanda-tanda radang, ini memberi

petunjuk adanya perdarahan.

Pemeriksaan laboratorium yang menunjang adalah kadar Hemoglobin,

hematokrit, lekosit, dan analisis urin. Tetapi yang terpenting adalah

monitoring gejala klinis dengan seksama. Bila terjadi perdarahan akan

terjadi penurunan hemoglobin dan hematokrit dan biasanya disertai dengan

leukositosis. Bila meragukan harus dilakukan pemerikasaan seria.

Sedangkan adanya eritrosit di dalam urin menunjan terjadinya trauma

saluran kencing. Kadar serum amilase 100 unit dalam 100 cairan abdomen

menunjang bahwa telah terjadi trauma pankreas.

3

Page 4: Trauma Abdomen Tumpul

Pemerikasaan radiologis yang biasa dilakukan adalah foto polos

abdomen 3 posisi. Yang perlu diperhatikan adalah tulang vertebrata dan

pelvis, benda asing, bayanga otot psoas, dan udara bebas intra atau

retroperitoneal. Sedangkan IVP atau sistogram hanya dilakukan bila

dicuragai adanya trauma pada saluran kencing. Selain itu dapat pula

dilakukan CT-scan untuk memebantu menegakan diagnosis pada trauma

tumpul. Tindakan lain yang efektif tetapi invasis adalah lavase peritoneal

diagnostik, untuk mengetahui adanya cairan intraabdomen dan sejenisnya.

Tindakan lavase peritoneal adalah tindakan yang melakukan bilasan

rongga perut dengan memasukan cairan garam fisiologis sampai 1000 ml

melalaui kanul, setelah sebelumnya pada pengisian tidak ditemukan darah

atau cairan. Hasilnya positif bila cairan yang keluar kemerahan adanya

empedu, ditemukannya bakteri atau eritrosit >100.000/m3, leukosit

>500/m3 dan kadar amilase >100u/100 ml.

Walaupun berbagai urutan penatalaksanaan trauma tumpul telah

dijelaskan, lavase peritoneal dan CT-scan adalah prosedur diagnosis yang

banyak digunakan pada pasien tanpa indikasi laparotomi yang jelas.

5. PENATALAKSANAAN

Hal umum yan perlu mendapat perhatian adalah atasi dulu ABC bila

pasien telah stabil baru kemudian kita memikirkan penatalaksnaan

abdomen itu sendiri. Pipa lambung selain untuk diagnostik, harus segera di

pasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin.

Pada trauma tumpul, bila terdapat tanda kerusakan peritonium harus

dilakukan laparotomi, sedangkan bila tidak, pasien di observasi selama 24-

48 jam. Tindakan laparotomi dilakukan untuk mengetahui organ yang

mengalami kerusakan. Bila terdapat perdarahan, tindakan yang dilakukan

adalah penghentian perdarahan. Sedangkan pada organ berongga,

penanganan kerusakan berkisar dari penutupan sederahan sampai reseksi

sebagian.

4

Page 5: Trauma Abdomen Tumpul

BAB III

ASUHAN KEPERWATAN

1. PENGUMPULAN DATA

a. Identitas Klien

Nama :

TTL :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Agama :

Suku/bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Tgl. MRS : Jam :

Tgl. Pengkajian : Jam :

Diagnosa medis :

b. Sumber informasi

Nama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat Keluhan Utama

o Nyeri pada bagian abdomen.

P (problem) : nyeri pada daerah adomen

Q (quality) : nyeri sering timbul.

R (Regio) : nyeri menyebar atau tidak

S (scale) : skala nyeri

T (time) : nyeri dirasak saat melakukan

pergerakan.

5

Page 6: Trauma Abdomen Tumpul

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

o Saat dikaji pasien mengeluh nyeri pada daerah abdomen.

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu

o Bagaimana riwayat penyakit pasien, apakah memiliki

penyakit lain, seperti penyakit komplikasi peritonitis dan

atau akut abdomen.

d. Riwayat Kesehatan Psikologi.

o Bagaimana perasaan pasien setelah operasi berhasil dan

sukses.

e. Riwayat Spriritual

o Bagaimana pasien mengucap syukur pada TUHAN atas

keberahasilan operasi.

3. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (GORDON)

a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen Kesehatan.

Apakah pasien percaya sepenuhnya dan menyerahkan segala

masalah kesehatannya pada peetugas kesehatan?

b. Pola Nutrisi / Metabolik

a) Makan :

b) Kaji jenis, jumlah dan pola makanan dan minuman yang di

konsumsi oleh pasien sebelum masuk RS.

c) Kaji jenis, jumlah dan pola makanan dan minuman yang

dikonsumsi oleh pasien selama dirawat di RS.

c. Pola Eliminasi :

a) BAK:

d) Rasa nyeri waktu BAK :

e) Bau urine :

f) Warna urine :

b) BAB:

o Pola BAB terganggu karena bising usus menghilang.

d. Pola Aktivitas :

a) Mobilisasi

6

Page 7: Trauma Abdomen Tumpul

b) Aktivitas klien : Dibantu oleh perawat

c) Gangguan lain yang dirasakan saat beraktivitas : merasa

lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.

e. Pola Tidur dan Istirahat :

a) Kaji pola istirahat tidur pasien, tidur pada malam hari mulai

dari jam berapa dan sampai jam berapa, serta istirahat pada

siang hari.

f. Pola Perseptual / Kognitif :

a) Penglihatan : perubahan dalam penglihatan /

tidak.

b) Pendengaran : kehilangan pendengaran / tidak.

c) Perabaan : sensitive terhadap sentuhan dan

gerakan / tidak.

d) Bagaimana persepsi terhadap panca indra :terjadi

kehilangan pengindraan seperti,pengecpan,penciuman dan

pendengaran / tidak.

g. Pola Persepsi Diri / Konsepsi Diri

o Gambaran diri : terganggu karena perubahan bentuk tubuh.

o Mekanisme koping : terganggu karena nyeri.

h. Pola Peran / Hubungan

o Hubungan teman tetangga dan orang lain terganggu atau

tidak.

i. Pola Seksual /Reproduksi

o Pola seksual terganggu akibat ketidak berdayaan.

j. Pola Nilai Kepercayaan

o Pasien selalu percaya dan yakin pada Tuhan sang pencipta

akan pemulihan kesehatannya seperti sediakala dan pasien

hanya bisa berdoa di atas tempat tidur.

7

Page 8: Trauma Abdomen Tumpul

4. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum :

Keadaan sakit :

Kesadaran :

TTV, TD : mmHg

N : x/menit

R : x/menit

S : 0C.

b. System Cardiovaskuler

Tergantung respon klien.

c. System pernafasan

Tergantung respon klien.

d. System Pencernaan

Auskultasi, bising usus melemah atau menghilang.

Kaji flatus pasien.

e. System Perkemihan

Kaji pola eliminasi

f. System persarafan

Tingkat kesadaran : Menurun

Perilaku : Kurang.

g. System musculoskeletal

Ekstremitas Atas.

Ekstermitas bawah

8

Page 9: Trauma Abdomen Tumpul

5. KLASIFIKASI DATA

Data objektif / Keluhan :

Pasien mengatakan nyeri tekan, dan nyeri ketuk pada abdomen.

Pasien mengatakan rasa tegang pada permukaan abdomaen.

Pasien mengatakan tidak mampu beraktifitas/lemah karena nyeri

dirasakan.

Pasien mengatakan merasa cemas dengan penyakit yang di

deritanya.

Pasien mengatakan pusing karena kehilangan banyak darah pada

kasus perdarahan.

Pasien mengeluh nyeri bahu terutama sebelah kiri.

Data subjektif / data yang didapat :

Bengkak pada daerah abdomen.

Tekanan darah menurun.

Kadar leukosit meningkat, eritrosit menurun pada kasus

perdarahan.

Pada pemerikasaan histogram ditemukan adanya trauma pada

saluran kencing.

Aktivitas di Bantu oleh perawat

Ekspresi wajah cemas/meringis.

9

Page 10: Trauma Abdomen Tumpul

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. NYERI B/D TRAUMA ABDOMEN.

RENCANA KEPERAWATAN

a) Tujuan :

- nyeri pada abdomen hilang, atau berkurang setelah di

beri tindakan keperawatan selama 3 hari, dengan

kreteria hasil, pasien mengatakan nyeri pada daerah

perut berkurang atau hilang, akspresi wajah tampak

tenang atau rileks.

b) Intervensi :

- observasi vital sign

- kaji karateristik nyeri, lokasi, durasi dan frekuensi

nyeri.

- Atur posisi pasien senyaman mungkin

- Anjurkan tehnik relaksasi bila nyeri.

- Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi.

c) Rasional :

- dengan mengetahui TTV pasien, sehingga indicator

untuk mengetahui kualitas nyeri, sehingga dapat

digunakan sebagai pedoman untuk diberikan tindakan

keperawatan selanjutnya.

- Membantu dalam menetukan pilihan atau ke efektifan

intervensi.

- Dengan mengatur posisi pasien senyaman mungkin

dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien.

- Dengan tehnik relaksasi, sirkulasi oksigen meningkat,

ketegangan otot melemas sehimgga nyeri berkurang.

d) Implementasi :

- Mengobservasi TTV.

- Mengkaji tingkat nyeri pasien :

lokasi :

10

Page 11: Trauma Abdomen Tumpul

intensitas :

tingkat nyeri :

- mengatur posisi pasien senyaman mungkin.

- Mengajarkan tehnik relaksasi pasien bila nyeri, yaitu

latihan nafas dalam, pasien diperintahkan menarik

nafas dalam, tahan 2-3 detik kemudian dihembuskan

perahan-lahan melalui mulut, dan dilakukan 2-3 kali.

- Melakukan kolaborasi dengan pemberian terapi :

IUFD ringer laktat 20 gr/enit

Mefadifin 10 mg, 3 x 1

Metronidasol 2 x 0.5%

e) Evaluasi :

S : tanyakan keadaan pasien,apakah sudah

berkurang

O : lihat apakah ekspresi wajah sudah tampak

tenang.

A : -

P : masalah belum teratasi.

2. INTOLERANSI AKTIVITAS B/D NYERI YANG DIRASAKAN.

RENCANA KEPERAWATAN

a) Tujuan :

- pola aktivitas pasien terpenuhi dan dapat melakukan

aktivitas secara mandiri setelah diberi tindakan

keperawatan selama 3 hari dengan criteria hasil :

pasien dapat beraktivitas sendiri, pasien mengatakan

sudah bisa duduk dan mengerakan badanya.

- Aktivitas pasien tidak dibantu lagi oleh

perawat/keluarga.

- Pasien tampak kuat.

b) Intervensi :

- kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas.

- Tentukan tingkat bantuan yang diperlukan

11

Page 12: Trauma Abdomen Tumpul

- Berikan waktu yang cukup bagi pasien untuk

melakkan aktivitas.

- Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam

beraktivitas.

a) Rasional :

- Mobilisasi yang dipaksakan dapat memperbesar

kegelisahan peka rangsangan.

- Untuk mendorong kemandirian pasien.

- Membebani pasien dengan aktivitas yang ringan, agar

pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap.

- Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisis yang

khusus tetapi biasanya berkembang sesuai dengan

toleransi peran keluarga untuk membantu pasien

dalam beraktivitas.

b) Implementasi :

- mengkaji tingkat kemampuan pasien beraktivitas

dalam memenuhi kebutuhannya.

- Menentukan tingkat kemampuan yang diperlukan

pasien.

- Memberikan waktu yang cukup bagi pasien untuk

melakukan aktivitas secara bertahap mulai dari yang

ringan, memiringkan badan ke kiri/kanan.

- Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien

dalam melakukan aktivitas.

c) Evaluasi :

S : sudah dapat beraktivitas atau belum

O : aktivitas pasien masih di bantu oleh perawat

atau belum

A : masalah teratasi atau belum

P : -

12

Page 13: Trauma Abdomen Tumpul

3. CEMAS B/D STRESS PSIKOLOGIS

1. NANDA ( ANXIETY)

Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang

tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom

(sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh

individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi

bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya

bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil

langkah untuk menghadapinya.

Batasan karakteristik :

1) Perilaku

a. Penurunan produktivitas

b. Gelisah

c. Insomnia

d. Resah

2) Afektif

a. Kesedihan yang mendalam

b. Takut

c. Gugup

d. Mudah tersinggung

e. Nyeri hebat

f. Ketakutan

g. Distres

h. Khawatir

i. Cemas

3) Fisiologi

a. Goyah

b. Peningkatan respirasi (simpatis)

c. Peningkatan keringat

d. Wajah tegang

e. Anoreksia (simpatis)

f. Kelelahan (parasimpatis)

g. Gugup (simpatis)

13

Page 14: Trauma Abdomen Tumpul

h. Mual (parasimapatis)

i. Pusing (parasimpatis)

4) Kognitif

a. Bingung

b. Kerusakan perhatian

c. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas

d. Sulit berkonsentrasi

2. NOC : Anxiety Control (1402)

Domain : Psychososial Health (III)

Class : self Control (O)

Scale : Never Demonstrated To Consistenly

Demonstrated (m)

Indikasi :

140201 Kontrol instensitas cemas

140202 Eliminasi tanda cemas

140206 Menggunakan strategi koping efektif

140207 Menggunakan teknik relaksasi untuk

Menekankecemasan.

3. NIC : Counseling (5240)

Aktivitas :

a. Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan

kecemasan.

b. Bantu pasien untuk menfokuskan pada situasi saat

ini, sebagai alat untuk mengidentifikasi mekanisme

koping yang dibutuhkan untuk mengurangi

kecemasan.

c. Sediakan pengalihan melalui televise, radio,

permainan serta terapi okupasi untuk mengurangi

kecemasan dan memperluas focus.

14

Page 15: Trauma Abdomen Tumpul

d. Sediakan penguatan yang positif ketika apsien

mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan

lainnnya meskipun mengalami Kecemasan.

15

Page 16: Trauma Abdomen Tumpul

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di

rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai

keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang

sering berupa tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan

intraabdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat

menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut

oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Mekanisme terjadinya

trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya Deselerasi cepat dan

adanya organ-organ yang tidak mempunya kelenturan (noncomplian

organ) seperti hati, limpa, pankreas, dan ginjal.

B. SARAN

Pada trauma tumpul, bila terdapat tanda kerusakan peritonium harus

dilakukan laparotomi, sedangkan bila tidak, pasien di observasi selama 24-

48 jam. Tindakan laparotomi dilakukan untuk mengetahui organ yang

mengalami kerusakan. Bila terdapat perdarahan, tindakan yang dilakukan

adalah penghentian perdarahan. Sedangkan pada organ berongga,

penanganan kerusakan berkisar dari penutupan sederahan sampai reseksi

sebagian.

16

Page 17: Trauma Abdomen Tumpul

DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia ; buku ajar ilmu

penyakit dalam, jilid II, edisi IV, balai penerbit FKUI, Jakarta, 2006.

Budi santosa : Editor, Panduan Diagnosa Keperawatan, Diagnosa

Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2005-2006.

Marion Jones, etc, Nursing Outcomes Classification (NOC), Second Edition,

Mosby inc.

Joanne C. mcClowskey, etc, Nursing Intervention Classification (NIC), Fourth

edition, Mosby inc.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G., Keperawatan Medikal-bedah

Brunner & Suddarth edisi 8 vol. 2, EGC, Jakarta, 2001.

Judith M. Wilkinson, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7, EGC, 2007.

Marilyn E. Doengoes, etc ; Rencana asuhan keperawatan ; pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta, 2000.

www.google.com

Dikutip dari :Http://id.wikipedia.org/wiki/trauma tumpul abdomen

17