toto_kasus distorsi makna

Upload: iiz-izzuddin

Post on 11-Jul-2015

156 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1. Kasus-Kasus Distorsi Makna dalam Mukadimah

)( Mendisiplinkan Jiwa, Mendidik Akhlak, dan Mengobati Penyakit Hati

1. # Kitab Kedua tentang Kejahatan-Kejahatan Manusia Bab Kedua dari Seperempat Kitab Ihy yang Membahas KejahatanKejahatan Moral. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan kata rub, ketakpadanan makna almuhlikt, dan pilihan diksi kitab untuk al-kitb. Penulis memadankan alkitb dengan bab karena Kitb Riydhah al-Nafs ini merupakan salah satu bahasan dalam seperempat Kitab Ihy bagian ketiga, yakni bab ke-22. Ketidakterjemahan rub dan ketakpadanan al-muhlikt disebabkan penerjemah ke bahasa Indonesia (penerjemah-2) mengabaikan makna quarter dan moral dalam teks terjemah edisi Inggris, yaitu: Being the second Book of the Quarter of Moral Vices.1

2. # Segala puji bagi Allah, Yang telah mengatur segala sesuatu menurut kehendak-Nya; Yang telah menciptakan makhluk-Nya, dan memberinya paras rupawan.

Segala puji bagi Allah yang telah mengatur segala sesuatu dengan pengaturan-bijak-Nya dan menyeimbangkan komposisi ciptaan-Nya kemudian memperindah penampilannya. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna tadbr, adala tarkbal-khalq, dan faahsana fi tashwrih. Distorsi diduga karena penerjemah-2 kurang teliti dalam menerjemahkan: through His arrangement thereof untuk tadbr dan Who has equitably composed His creation untuk adala tarkbal-khalq.2

Lihat terjemah Winter dalam Al-Ghazali on Disciplining The Soul, Refining The Character, And Curing The Sicknesses of The Heart, (Cambridge: The Islamic Texts Society, 1995), cet. ke-1, h. 3 2 Winter dalam Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 3

1

3. . # Yang menghiasi bentuk manusia dengan tinggi badan dan kadar yang baik, melindunginya dari penambahan maupun pengurangan tubuh dan ukurannya.

Yang menghiasi rupa manusia dengan keindahan tinggi badan dan ukurannya, dan memeliharanya dari tambahan dan kekurangan dalam bentuk tubuh dan ukuran-ukurannya. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan syakl dan husn, serta ketakpadanan taqwm, taqdr, ziydah, dan nuqshn.

4. . # Yang menyerahkan kebaikan akhlak kepada segala daya dan upaya hambahamba-Nya, dengan mendorong dan menanamkan dalam hati mereka rasa takut dan peringatan. Yang menyerahkan perbaikan akhlak kepada kesungguhan dan kecekatan hamba dan mendorong upaya pendidikannya melalui pemberian rasa takut dan peringatan. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan tahdzb serta kekurangpadanan makna ijtihd, tasymr, dan tahsn.

5. . # Bagi hamba-hambanya yang istimewa, Dia memudahkan upaya perbaikan itu melalui bimbingan dan pertolongan, serta menganugerahkan kepada mereka keringanan dari segala kesulitan dan halangan.

Dan Yang memudahkan hamba-hamba-Nya yang istimewa untuk mendidik akhlak melalui bimbingan dan pertolongan-Nya, serta menganugerahi mereka kemudahan dari kesulitan dan kepayahan pendidikan akhlak. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan tahdzb al-akhlq dan dhamr (kata ganti) hi pada taufqih wa taisrih yang kembali kepada Allah dan dhamr hi pada shabih wa asrih yang kembali kepada tahdzb al-akhlq.

.6. # Sesungguhnya akhlak yang baik itu sebagian dari iman. Sesungguhnya akhlak baik itu sebagian agama. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna al-dn. Pada teks BSu-2, penerjemah-1 memadankan kata al-dn dengan faith yang di antara maknanya: keimanan atau keyakinan. Padahal, faith juga bermakna: agama.3

7. .# Akhlak yang buruk ialah racun yang mematikan dan pembawa kebinasaan dan kehinaan yang merendahkan serta kejahatan-kejahatan yang menjauhkan manusia dari hadirat Tuhan semesta alam

Akhlak yang buruk ialah racun-racun yang mematikan, perusak-perusak yang tandas, aib-aib yang menelanjangi (diri), kehinaan-kehinaan yang jelas, dan kotoran-kotoran yang menjauhkan (manusia) dari persandingan dengan Pemelihara semesta. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan al-makhz al-fdhihah dan al-radzail al-wdhihah serta ketakpadanan makna al-muhlikt al-dmighah dan jiwr.

.8. # Maka akhlak yang buruk merupakan penyakit hati dan jiwa. Dan akhlak yang buruk merupakan penyakit-penyakit hati dan derita-derita jiwa. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan kata asqm. Dalam BSu-2, penerjemah-1 memadankan kata asqm dengan diseases, sementara amrdh dengan sicknesses.4 Kuat dugaan, distorsi ini terjadi karena penerjemah-2 menganggap dua kata ini sinonim.

Lihat John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1995), cet. ke-21, h. 231 4 Selengkapnya ditulis: Foul characteristics are the very sicknesses of heart and the diseseas of souls. Lihat Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 5

3

9. . # Karenanya, mencari obat mujarab untuk kesembuhan hatiyang sekaligus pula mencegah hilangnya kehidupan yang kekaljelas jauh lebih penting.

Maka, upaya untuk menetapkan kaidah-kaidah penyembuhan bagi penyakit hatiyang kesakitannya bisa melenyapkan kehidupan abadijelas lebih utama. Catatan: distorsi pada ketakpadanan dhabth qawnn al-ilj; penerjemahan terlalu bebas meski maksudnya bisa dipahami.

01. .# Kami akan senantiasa mengingat hal itu dan menjadikan penyembuhan badan sebagai analogi agar mudah dipahami. Kami akan menjelaskan hal itu dan menjadikan pengobatan fisik sebagai perumpamaan untuk memudahkan pemahamannya. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna nadzkuru. Dalam teks BSu-2, penerjemah-1 menulis: In the course of this discussion, we shall make use of the symbol of the treatment of the body. Di sini, penerjemah-2 tampaknya keliru memahami in the course of this discussion yang bermakna: dalam (selama) pembahasan ini 5 bukan senantiasa mengingat.

11. . # Metode mendidik akhlak. Cara-cara yang untuk mengenali metode pendidikan akhlak dan pelatihan jiwa. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan tafshl al-thuruq dan riydhah al-nafs. Dalam teks BSu-2 ditulis: an Exposition Detailing the Method Used in Refining the Character and Disciplining the Soul. 6 Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 mengabaikan beberapa kata dalam teks BSu-2.5 6

Lihat makna in the course of dalam John M. Echols dan Hassan Shadily, op. cit., h. 151 Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 6

21. .# Penyebab utama penyakit hati, cara-cara menyembuhkan penyakit hati, dan orang-orang yang mencapai kebeningan hati. Beberapa dalil tentang meninggalkan syahwat sebagai satu-satunya cara untuk mengobati penyakit hati. Catatan: distorsi pada ketakpadanan hasil terjemah dengan teks yang diterjemahkan. Padahal, dalam teks BSu-2 ditulis: an Exposition of Textual Evidence of Showing that the Sole Way to cure the Heart is by Renouncing ones Desires.7 Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 mengabaikan teks yang diterjemahkan.

.31. # Cara-cara mendidik dan memperbaiki akhlak anak. Cara melatih jiwa anak pada awal pertumbuhan. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan awwal al-nasyw. Dalam teks BSu-2 ditulis: an Exposition of the Way in which Young Children should be Disciplined. 8 Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 mengabaikan kata disciplined.

.41. # Syarat-syarat, langkah awal, dan kesiapan murid untuk pendidikan jiwa. Syarat-syarat kemauan (melatih jiwa) dan persiapan-persiapan perjuangan batin. Catatan: distorsi pada keberlebihan makna irdah dan ketakterjemahan mujhadah. Dalam teks BSu-2 ditulis: an Exposition of the Requirements of Aspirancy and the Preliminaries to [Spiritual] Struggle. 9 Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 mengabaikan teks yang diterjemahkan, terutama aspirancy dan struggle.

7 8

Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 6 Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 6 9 Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 6

2. Kasus-Kasus Distorsi Makna dalam Bahasan Pertama

)( Keutamaan Akhlak Yang Baik dan Celaan Terhadap Akhlak Buruk

51. .# Bersikap pemaaf, menganjurkan kebaikan, dan berpaling dari orang-orang yang bodoh. Jadilah pemaaf, perintahkan kebaikan, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh. Catatan: distorsi pada penerjemahan bentuk kata perintah (shghah amr) menjadi kata kerja. Distorsi ini menyebabkan tekanan perintah dalam kalimat tersebut hilang. Padahal, kalimat itu merujuk firman Allah dalam QS Al-Arf (7): 199.

61. # Ya Rasulullah, apakah yang merugikan (syum) itu? Ya Rasulullah, apakah kesialan itu? Catatan: distorsi pada kata al-syum yang diterjemahkan dengan makna sifat. Dalam BSu-2, penerjemah-1 memadankannya dengan inauspiciousness: kesialan.10

.71. # Allah tidak pernah membuat baik akhlak (khuluq) dan paras (khalq) seseorang hanya untuk membiarkannya dimangsa oleh api neraka. Allah Swt. tidak akan membaguskan paras dan akhlak seseorang lalu menjadikannya makanan untuk neraka. Catatan: distorsi pada kekurangterjemahan fa-yuthimahu dan pilihan diksi membuat baik untuk hassana.

.81.

10

John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, h. 315

#

Kehormatan seorang muslim adalah agamanya, kebangsawanannya adalah akhlak yang baik, dan kebaikannya adalah akalnya. Kemuliaan orang mukmin adalah pada agamanya, ketinggian derajatnya pada akhlak baiknya, dan kekesatriaannya pada (kelurusan) akalnya. Catatan: distorsi pada kekurangterjemahan murah serta pilihan makna untuk karam dan hasab. Penerjemah-1 memadankan kata murah dengan virtue11 yang berarti kebajikan. Namun, salah satu padanan virtue dalam al-Maurid ialah fadhlah yang berarti keutamaan.12 Sedangkan dalam al-Wasth, di antara makna murah ialah kesempurnaan sifat kelelakian dan etika yang harus dijaga dalam keindahan akhlak. 13 Jadi, penulis memadankan kata ini dengan kekesatriaan.14

.91. # ..., sifat pemaaf yang menghalanginya mencelakai orang bodoh, dan akhlak yang mulia yang menjadi bekalnya untuk bergaul dengan sesama manusia ..., sifat santun yang menghalanginya dari mencelakai orang berbudi rendah, atau akhlak (baik) yang mendasari pergaulannya dengan manusia. Catatan: distorsi pada pilihan makna hilm dan safh. Penerjemah-1 memadankan kata hilm dengan clemency15: grasi, pengampunan. Namun, penulis lebih memilih sifat santun sebagaimana definisi dalam Al-Wasth: taann wa sakana inda ghadhab aw makrh maa qudrah aw quwwah, lembut dan tenang ketika marah atau dibenci meski ada kemampuan atau kekuatan untuk berbuat kasar.16 Sedangkan untuk safh, penulis memadankannya dengan: badz al-lisn dan rad al-khuluq, yang jelek ucapannya dan rendah perangainya. 17

.02. # Akhlak yang baik itu sangat menguntungkan. Keberuntungan ialah keindahan akhlak.11 12

Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 8 Munir al-Baalbaki, Al-Mawrid, h. 1032 13 Majma al-Lughah, Al-Mujam al-Wasth, h. 860 14 Achmad Warson, Al-Munawwir, h. 1322 15 Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 10 16 Al-Wasth, h. 194 17 Al-Munawwir, h. 639

Catatan: distorsi pada keterbalikan penyusunan kalimat. Semestinya pokok kalimat (mubtada) di atas adalah keberuntungan (al-yumn) bukan akhlak yang baik (husn al-khuluq, keindahan akhlak). Namun, hasil terjemah penerjemah-1 juga terbalik susunannya. 18 Jadi, distorsi berawal dari hasil terjemah edisi Inggris.

.12. # Hai Abu Dzarr, tidak ada kecerdasan yang menyamai tinjauan ke masa depan, dan tidak ada kebangsawanan yang menyamai akhlak yang baik.

Hai Abu Dzarr, tidak ada kecerdasan yang menyamai penataan-diri, dan tidak ada kemuliaan derajat yang menyamai keindahan akhlak. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan al-tadbr dan ketakpadanan makna hasab. Penerjemah-1 memadankan al-tadbr dengan foresight19 yang bermakna: pandangan ke depan. Padahal, kata al-tadbr lebih dekat kepada penataan-diri sambil mencermatinya.20 Sedangkan kata hasab dipadankan oleh penerjemah1 dengan lineage yang berarti: keturunan atau kebangsawanan. Penulis memilih makna kemuliaan derajat sesuai dengan nuansa kajian sufi. 21

22. . # Hai Ibn Khaththab, demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidak akan pernah setan bertemu denganmu pada satu lorong kecuali dia akan lebih

suka memilih berjalan pada lorong yang lain. Hai Ibn Khaththab, demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidak sekalipun setan berjumpa denganmu di suatu lembah kecuali ia akan melintasi lembah lainnya (karena takut). Catatan: distorsi pada makna fajj yang diterjemahkan lorong. Penerjemah-1 memadankan kata ini dengan valley, 22 yang di dalam al-Mawrid dipadankan dengan wd: lembah.23 Sedangkan dalam Mukhtr al-Shihhh, fajjTerjemah Winter untuk kalimat tersebut ialah: Good character is auspicious. Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 11 20 Lihat Al-Mujam al-Wasth, h. 269 21 Di antara makna hasab ialah perangai terpuji (manqib) yang menjadi dasar seseorang dimuliakan derajatnya. Ibid., h. 171. 22 Periksa terjemah Winter dalam Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 12 23 Periksa Munir al-Baalbaki, Al-Maurid, h. 102219 18

dimaknai: jalan lebar di antara dua bukit (al-tharq al-wsi baina aljabalain).24

.32. # Prasangka buruk merupakan dosa yang akan menimbulkan (kejahatan). Buruk sangka adalah kejahatan yang menyebar. Catatan: distorsi pada kekurangterjemahan tafh dan pilihan makna khathah. Kata tafh sendiri bermakna: menebar, semerbak.25

.42 . ... # ..., niscaya dia adalah orang yang saleh dan suci, yang menjadi kekasih Allah dan dijauhi setan. ..., maka dia adalah orang yang berhati suci, bertakwa, menjadi kekasih Allah, dan dijauhi oleh setan. Catatan: distorsi pada pilihan makna naqiyy dan taqiyy. Kata naqiyy lebih tepat diterjemahkan suci atau murni, 26 sedangkan kata taqiyy lebih pas diterjemahkan bertakwa (berkesadaran Ilahiah). 27

.52. # Dalam ketinggian akhlak terdapat perbendaharaan rezeki. Dalam keluasan akhlak terdapat harta karun rezeki. Catatan: distorsi pada makna saah. Makna yang tepat ialah keluasan atau kelapangan.28 Oleh penerjemah-1, kata saah al-akhlq diterjemahkan dengan an expansive character yang berarti: keluasan akhlak, bukan ketinggian akhlak. 29 Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 kurang cermat memilih diksi.

.62. # Kesabaran, kesederhanaan, kemurahan hati, dan akhlak yang baik.24 25

Muhammad ibn Abi Bakr al-Razi, Mukhtr al-Shihh, (Beirut: Dar al-Fikr, 2001), h. 206 Lihat Al-Mujam al-Wasth, h. 705 26 Al-Mujam al-Wasth, h. 950 27 Al-Mujam al-Wasth, h. 1058 28 Al-Mujam al-Wasth, h. 1031, Al-Munawwir, h. 1558 29 John M. Echols, h. 224

Kesantunan, kerendahan hati, kedermawanan, dan keindahan akhlak. Catatan: distorsi pada makna hilm, tawdhu, dan sakh. Penerjemah-1 memadankan ketiga kata itu dengan: forbearance, modesty, dan generosity. 30 Forbearance berarti: kesabaran, penahanan nafsu;31 modesty berarti: kesederhanaan, kerendahan hati, kesopanan;32 dan generosity berarti: kemurahan hati, kedermawanan. 33 Di sini, penerjemah-2 memilih maknamakna yang umum, padahal kata-kata ini memiliki makna khas dalam literasi sufi. Misalnya, hilm lebih dekat kepada makna kesantunan, 34 dan tawdhu lebih dekat kepada makna kerendahan hati.35

72. . .# Orang yang telah mencapai derajat yang tinggi, mencapainya karena akhlak yang baik, dan tidak ada yang memperoleh kesempurnaannya kecuali Yang

Terpilih Saw. Tidak seorang pun meningkat derajatnya kecuali dengan akhlak yang baik. Dan tak seorang pun meraih kesempurnaan akhlak kecuali Rasul yang terpilih Saw. Catatan: distorsi pada susunan kalimat yang kurang efektif dan pilihan diksi Yang Terpilih Saw. Pengulangan kata mencapai dalam susunan kalimat di atas tidak efektif, meski dalam teks asli disebutkan dua kata kerja irtafaa (bandingkan dengan hasil terjemah penulis). Dan, meski kata Mushthafa dalam teks BSu-2 diterjemahkan Chosen One, ia pada dasarnya merujuk kepada Rasulullah Saw. Jadi, kata ini lebih pas jika diterjemahkan dengan Rasul yang terpilih Saw. 3. Kasus-Kasus Distorsi Makna dalam Bahasan Kedua

)( Al-Ghazali on Disciplining, h. 14 John M. Echols, h. 252 32 John M. Echols, h. 384 33 John M. Echols, h. 265 34 Lihat catatan penulis tentang makna hilm pada kasus no. 19. Dalam kasus no. 26, penerjemah-1 tidak memadankan kata hilm dengan clemency, seperti dalam kasus no. 19. 35 Munir al-Baalbaki dalam Al-Maurid memadankan modesty dengan tawdhu dan hay.31 30

Hakikat Akhlak yang Baik dan Akhlak yang Buruk

82. . # Ketahuilah bahwa orang-orang telah berbicara tentang hakikat akhlak yang baik, dan apa saja yang digolongkan dalam pengertian akhlak yang baik. Akan tetapi, sesungguhnya mereka bukan membicarakan hakikatnya, melainkan buah yang dihasilkannya. Ketahuilah, banyak orang telah berbicara tentang hakikat keindahan akhlak dan pengertiannya tetapi mereka sebenarnya tidak mencapai hakikatnya dan hanya menghasilkan buahnya. Catatan: distorsi pada keberlebihan makna wa-annah m huwa dan ketakpadanan makna taarradha. Dalam Al-Wasth, idiom taarradha lidimaknai: shra urdhah wa hadaf[an] lahu, menjadikannya sebagai tujuan. 36

92. ... ...# Mereka bahkan tidak pernah menangkap keseluruhan buah tersebut, .... Mereka tidak pernah mengerahkan perhatian untuk menyebutkan definisinya dan hakikatnya... Mereka juga belum mengambil semua buahnya .... dan belum mengerahkan perhatian untuk menyebutkan definisinya dan hakikatnya.... Catatan: distorsi pada makna lam yastauib dan lam yashrif. Dalam sintaksis Arab, kata lam yang menyertai fiil mudhri bermakna belum, sedangkan istauaba bermakna akhadza dan ajmaa (mengambil dan menghimpun)37.

.03. # Akhlak yang baik adalah wajah yang berseri-seri, kemurahan hati, dan menahan diri dari perbuatan yang menyakiti orang lain. Keindahan akhlak ialah menampakkan keceriaan, mencurahkan kemurahan, dan mencegah perbuatan menyakitkan.36 37

Al-Mujam al-Wasth, h. 594 Al-Mujam al-Wasth, h. 1042

Catatan: distorsi pada makna basth al-wajh yang dalam BSu-2 diterjemahkan: cheerful face (wajah yang ceria) dan badzl al-nad yang diterjemahkan magnanimity (spirit berbagi). Pokok kalimat di atas, yakni husn al-khuluq (keindahan akhlak), menghendaki pelengkap yang berbentuk sikap atau perbuatan. Karena itu, penulis memadankan basth al-wajh dengan menampakkan keceriaan dan badzl al-nad dengan mencurahkan kemurahan. Untuk husn al-khuluq, penulis memadankannya dengan keindahan akhlak, bukan akhlak yang baik (hasan al-khuluq atau al-khuluq al-hasan).

.13. # Hendaknya seseorang tidak berdebat atau didebat orang lain karena kekuatan makrifatnya terhadap Allah Swt. Hendaknya seseorang tidak mau bertengkar atau diajak bertengkar karena kekuatan makrifatnya terhadap Allah Swt. Catatan: distorsi pada kekurangpadanan makna an l yukhshima wa-l yukhsham. Penerjemah-1 memadankan kata khshama dengan argue yang salah satu maknanya: berdebat (mujdalah, saling berargumen). Padahal argue sendiri bersinonim dengan disagree (tidak setuju) dan fight (melawan). Ini berarti, pemadanan khshama dengan argue memberikan peluang distorsi kepada penerjemah-2 dalam memilih diksi berdebat. Penulis memilih diksi bertengkar karena kata khshama berimplikasi kepada sikap negatif, yaitu berbantah, bermusuhan, bertengkar, cekcok.38

.23. # Itu berarti tidak melakukan perbuatan yang menyakiti orang lain dan bahkan bersabar menghadapi perbuatan yang menyakitkan.

Akhlak yang baik ialah tidak menyakiti orang lain dan bersabar sambil memaafkan orang mukmin (yang bersikap buruk). Catatan: distorsi pada ketakterjemahan ihtiml al-mumin. Dalam teks BSu-2, penerjemah-1 memadankan ihtimal al-mumin dengan: to endure harm instead (bahkan bersabar terhadap penderitaan), tanpa menerjemahkan kata mumin. Padahal, salah satu makna ihtiml ialah: aghdh alaihi wa af38

Lihat Al-Mujam al-Wasth, h. 239 dan Al-Munawwir, h. 344

anhu (diam-bersabar dan memaafkan).39 Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 mengikuti teks BSu-2 tanpa merujuk kepada BSu-1.

33. . Dan dia pernah berkata, Itu berarti bahwa seorang hamba tidak menuduh Allah berkenaan dengan rezeki dan bahwa sang hamba percaya kepada-Nya, yakin bahwa Dia akan memenuhi apa yang pernah Dia janjikan. Dan dia (al-Tustari) sekali waktu berkata, Orang yang berakhlak baik tidak # akan meragukan Allah dalam masalah rezeki, bertakwa kepada-Nya, dan tenang dalam memenuhi apa yang telah Dia jamin. Catatan: distorsi pada kekurangpadanan makna an la yattahima, yattaqiya bihi, dan yaskuna il al-waf bi-m dhamina. Oleh penerjemah-1, frasa an l yattahima al-Haqq diterjemahkan dengan: you do not direct accusations at your Lord (Anda tidak mengajukan tuduhan-tuduhan kepada Tuhan). Padahal, kata yattahim berarti meragukan, yattaq berarti bertakwa atau takut kepada Allah sehingga menjaga diri, dan yaskun berarti tenang.40

43. . # Kebaikan akhlak terletak pada tiga perilaku: menjauhkan diri dari apa yang diharamkan, mencari yang dihalalkan, dan bersikap pemurah kepada

keluarga. Keindahan akhlak terletak pada tiga perilaku: menjauhi keharaman, mencari yang halal, dan menyenangkan keluarga. Catatan: distorsi pada kata al-tausiah. Pembendaan dari wassaa ini berarti: melapangkan atau meluaskan,41 bukan bersikap pemurah. Sebab, sikap pemurah melazimkan pemberian sesuatu kepada orang lain, sedangkan kelapanganatau menyenangkan sebagaimana pilihan diksi penulis

Al-Mujam al-Wasth, h. 199, Al-Munawwir, h. 297 Lihat makna-makna tersebut dalam Al-Mujam al-Wasth, lema wahama-ittahama (h. 1060), waqiya-ittaq (h. 1052), dan lema sakana (h. 440) 41 Al-Mujam al-Wasth, h. 1031, Al-Munawwir, h. 155840

39

mencakup sikap memberi, mengasihi, empati, peduli, dan sebagainya. Di sini, diksi menyenangkan lebih tepat karena objeknya adalah keluarga.42

.53. # Engkau tidak boleh terpengaruh oleh kekasaran umat manusia setelah engkau menyaksikan kebenaran. Engkau tidak terpengaruh oleh sikap kasar orang lain setelah engkau mencermati Al-Haqq (Allah Yang Mahabenar). Catatan: distorsi pada kekurangterjemahan frasa muthlaatik li al-haqq. Dalam teks BSu-2, kata muthlaah dipadankan dengan having beheld the Truth (menyaksikan Kebenaran). Padahal, beheld sinonim dengan observe yang bermakna: mengamati atau mencermati. Kata muthalaah sendiri bermakna: mengkaji dan merenungkan. 43 Selanjutnya, dalam literasi sufi, Al-Haqq merujuk kepada realitas dan Yang Mahabenar (Al-Haqq, satu dari asma Allah).44

63. . # Dengan demikian, perangai (khuluq) adalah kondisi yang mapan (haiah) dari jiwa, yang dari perbuatan-perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa perlu pemikiran atau pertimbangan. Jadi, khuluq (akhlak) ialah kondisi yang menetap kuat di dalam jiwa, yang melahirkan perbuatan-perbuatan secara mudah dan ringan tanpa pemikiran dan pertimbangan. Catatan: distorsi pada ketakjelasan maksud: anh tashdur al-afl. Dalam terjemah di atas, subjek dari muncul tidak ada. Perhatikan kata yang digarisbawahi! Penulis menduga, penerjemah-2 lupa menambahkan kata ganti -nya pada yang dari. Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 tidak cermat menyusun kalimat.

Selain itu, penerjemah-1 juga memadankan kata tausiah dengan being generous yang berarti: bermurah hati, dermawan. Lihat Al-Ghazali on Disciplining, op. cit., h. 16 43 Al-Mujam al-Wasth, h. 562 44 Lihat catatan kaki Winter, no. B, dalam Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 85

42

73. .# Sesungguhnya kami katakan, ia merupakan kondisi yang menetap (rsikhah). Sebab, orang yang menyedekahkan sebagian hartanya karena nazar (kaul) untuk keperluan tertentu tidak disebut memiliki akhlak pemurah, mengingat sifat ini belum mapan dan tertanam kuat dalam jiwanya. Kami menyebutnya kondisi yang menetap. Sebab, orang yang menyedekahkan hartanya sesekali saja untuk keperluan tertentu tidak disebut berakhlak dermawan selama sedekah itu belum menetap kuat dalam jiwanya. Catatan: distorsi pada kesalahan terjemah al al-nudr dan pilihan makna alsakh. Dalam teks BSu-2, al al-nudr diterjemahkan rarely yang berarti jarang. Sedangkan, sakh diterjemahkan generous. Rujukan dzlika juga kurang tepat; semestinya ia merujuk kepada badzl al-ml: sedekah. Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 tidak cermat memahami teks BSu-2.

.83. # Seperti yang dengan tegas kami kemukakan, tindakan semacam itu harus muncul dari seseorang dengan mudah dan tanpa pertimbangan. Dan kami benar-benar mempersyaratkan bahwa tindakan-tindakan itu harus muncul dari seseorang dengan mudah tanpa pertimbangan. Catatan: distorsi pada kekurangpadananan makna innam isytarathn. Dalam teks BSu-2, penerjemah-1 menulis: as we specified yang bermakna: sebagaimana kami tetapkan. Penulis berpendapat, kata isytaratha tidak cukup padan diterjemahkan dengan tegas kami kemukakan. Sebab, kalimat setelahnya menjelaskan satu syarat dalam definisi akhlak, yaitu kemudahan bertindak. Jadi, isytaratha semestinya diterjemahkan kami persyaratkan.

93. . # Sebab, orang yang menyedekahkan harta atau diam ketika marah karena dia berpikir dan berusaha keras untuk itu tidak bisa dikatakan berakhlak pemurah atau penyantun.

Sebab, orang yang merasa berat menyedekahkan harta atau menahan marah dengan kepayahan dan pertimbangan tidak bisa dikatakan berakhlak dermawan atau penyantun. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan takallafa dan pilihan makna al-sakh. Dalam bahasa Arab, takallafa berarti melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki atau terbebani. 45 Sedangkan kata sakh lebih tepat dipadankan dengan dermawan. Hemat penulis, ada perbedaan antara bersikap pemurah dan dermawan. Sikap pemurah merupakan ciri dermawan, tetapi orang berperangai dermawan tidak mesti bersikap pemurah ketika tidak punya uang. 46

.04. # Demikian pula orang yang berwatak kikir yang mau bersedekah karena pamrih atau ingin dipuji orang lain.

Dan adakalanya orang yang berwatak kikir tapi mau bersedekah karena pamrih atau pamer. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna rubbam dan pilihan makna riy. Kata riy lebih pas dipadankan dengan pamer alih-alih ingin dipuji. Sebab, ia berasal dari kata r yang berarti: arhu annahu muttashif bi alkhair wa al-shalh al khilf m huwa alaih (memperlihatkan amal baik yang sebenarnya bukan tabiatnya).47

14. . # Di samping itu, setiap manusia diciptakan dengan sifat bawaan (fithrah) yang menjadi potensi untuk menahan dan memberi, sifat kikir atau murah hati. Setiap insan yang diciptakan dengan fithrah (potensi dasar) mampu untuk memberi dan tidak memberi. Hal itu tidak mengharuskan adanya perangai kekikiran dan kedermawanan. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan qdir dan l yjib, serta kekurangpadanan kata khuluq. Tampak bahwa pelengkap kalimat (khabar) dalam terjemah di

45 46

Al-Mujam al-Wasth, h. 795 Lihat Al-Ghazali, Ihy Ulm al-Dn, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), jil ke-3, h. 52. 47 Al-Mujam al-Wasth, h. 320

atas ialah diciptakan, padahal dalam teks BSu-1 dan BSu-248, khabarnya ialah qdir yang berarti mampu. Distorsi terjadi karena penerjemah-2 kurang memperhatikan struktur kalimat. Selanjutnya, kata khuluq lebih tepat diterjemahkan perangai (watak), bukan sifat.

24. . # Sebab, jika keempat hal itu ada, seimbang, proporsional, tercapailah kebaikan akhlak. Keempat hal itu adalah daya rasional, daya amarah, daya syahwat, dan daya pengendali keseimbangan bagi ketiga daya sebelumnya. Jika keempat tiang ini sejajar, seimbang, dan serasi, tercapailah keindahan akhlak, yaitu daya pengetahuan, daya amarah, daya syahwat, dan daya keseimbangan di antara ketiga daya itu. Catatan: distorsi pada kekurangpadanan makna al-arkn, istawat, tansabat, quwwah al-ilm dan quwwah al-adl, serta pilihan makna husn. Dalam teks BSu-2, penerjemah memadankan kata quwwah al-ilm dengan rational faculty. Padahal, kata al-ilm lebih tepat diterjemahkan pengetahuan bukan rasional yang berpadankan maql. Bahkan, Hans Wehr sama sekali tidak memasukkan rational sebagai salah satu makna ilm.49

34. . # Daya rasional itu dapat dikatakan baik dan benar jika ia mampu dengan mudah memilah perbedaan antara kejujuran dan kedustaan. Keindahan dan kebaikan daya pengetahuan ialah dalam kemampuannya membedakan dengan mudah antara kebenaran dan kebohongan. Catatan: distorsi pada ketakseimbangan struktur kalimat, dan ketakpadanan makna quwwah al-ilm, husn, dan shalh.

Terjemah Winter untuk kalimat di atas ialah: every man has been created to be by disposition [fitrah] capable of withholding and giving. Di sini pelengkap kalimatnya ialah: capable. 49 Hans Wehr, Mujam al-Lughah..., h. 635

48

44. . # Jika daya ini baik, ia akan membuahkan hikmahyakni prinsip dasar dari ciri-ciri akhlak yang baik.

Jika daya ini baik, ia akan menghasilkan buah kearifan (hikmah); dan kearifan adalah pangkal akhlak yang baik. Catatan: distorsi pada keberlebihan makna ras al-akhlq al-hasanah. Dalam teks BSu-2 ditulis: the chief of the good traits of character. Di sini, penerjemah-1 menambahkan makna traits (ciri-ciri atau sifat bawaan) untuk kata akhlq.

54. . # Adapun daya amarah, maka kualitas kebaikannya tercermin melalui sepak terjangnya yang masih berada di dalam batas-batas yang ditentukan oleh hikmah. Keindahan daya amarah (emosi) adalah dalam pengendalian gejolaknya yang tinggi dan yang rendah pada batas yang dibenarkan oleh kearifan (hikmah). Catatan: distorsi pada f an tushayyira inqibdhah wa-inbisthah. Meski maknanya hampir padan, kata inqibdh dan inbisth tidak bisa diwakili dengan sepak terjang atau dalam teks BSu-2 diterjemahkan movements.

64. . # Sesungguhnya fungsi akal analog dengan penasihat yang memberi petunjuk sedangkan daya keseimbangan analog dengan pelaksana perintah-perintah

akal. Akal dapat diumpamakan sebagai penasihat yang mengarahkan, sedangkan daya keseimbangan adalah kemampuan yang diumpamakan sebagai pelaksana yang mengikuti arahan akal. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan qudrah, ketakpadanan makna isyrah, dan pilihan diksi mitsl. Dalam teks BSu-2, kata qudrah diterjemahkan

power (kekuatan, kemampuan), sedangkan isyrah diterjemahkan orders yang bermakna: perintah. Padahal, isyrah bermakna: petunjuk atau arahan.50

.74. # Oleh karena itu, orang yang memiliki sifat-sifat ini, dalam jiwanya, dan seimbang, maka berarti dia memiliki akhlak yang secara keseluruhan baik. Barang siapa yang memiliki sifat-sifat ini secara sejajar dan seimbang, ia secara mutlak disebut berakhlak mulia. Catatan: distorsi pada kata istawat yang berarti sejajar, itadalat yang berarti seimbang, dan muthlaq yang berarti tanpa syarat. Dalam BSu-2, penerjemah-1 memadankan kata muthlaq dengan under all circumstances51 yang berarti: dalam semua keadaan, bukan secara keseluruhan baik. Kata muthlaq sendiri bermakna umum atau tanpa syarat.52

.84. # Kualitas kebaikan maupun keseimbangan daya syahwat disebut sebagai setimbang (iffah). Keindahan dan keseimbangan daya syahwat disebut iffah (penjagaan diri dari laku tercela akibat menuruti nafsu). Catatan: distorsi pada kata iffah yang diterjemahkan setimbang. Penerjemah-1 memadankan iffah dengan temperance (kesederhanaan) sehingga penerjemah-2 memaknainya dengan setimbang. Padahal, salah satu sinonim temperance adalah self-control (pengendalian diri), meski Hans Wehr tidak menetapkan temperance sebagai makna iffah.53 Sementara, iffah bermakna: kaff amm l yahillu wa l yajmulu min qaul aw fil,54 mencegah diri dari tindakan atau ucapan yang tidak halal dan tidak pantas.

94. .Lihat makna isyrah dalam Al-Mujam al-Wasth, h. 499 Al-Ghazali on Disciplining the Soul, h. 20 52 Al-Mujam al-Wasth, h. 564 53 Anehnya, Hans Wehr, penyusun kamus Arab-Inggris yang cukup diakui, tidak memasukkan temperance ke dalam makna iffah. Lihat Hans Wehr, Mujam al-Lughah, h. 624 54 Al-Mujam al-Wasth, h. 61151 50

#

Jika daya amarah itu kehilangan keseimbangannya dan condong pada sisi yang berlebihan, ia disebut kecerobohan (tahawwur). Jika daya amarah itu condong dari keseimbangan kepada sisi yang berlebihan, ia disebut kenekatan. Catatan: distorsi pada pilihan diksi tahawwur yang oleh penerjemah-1 dipadankan dengan recklessness (kesembronoan, kenekatan) 55. Di sini, penerjemah-2 mengambil makna yang umum, yakni ceroboh (carelessness). Padahal, frasa condong kepada sisi berlebihan menjadi indikator-makna bagi kenekatan.

.05. # Kalau ia condong kepada kekurangan disebut sebagai sikap masa bodoh. Jika condong kepada kekurangan, ia (daya syahwat) disebut lemah ambisi. Catatan: distorsi pada pilihan diksi jumd yang oleh penerjemah-1 dipadankan dengan indifference. Penulis memilih diksi lemah ambisi berdasarkan konteks kalimat yang ada, yaitu kelemahan daya syahwat (hasrat, ambisi). Sedangkan masa bodoh bersifat eksternal, karena orang yang berambisi boleh jadi bersikap masa bodoh untuk mencapai ambisinya.

.15. # Yang paling terpuji dan paling utama adalah posisi menengah. Sedangkan kedua ujung ekstrem itu adalah kejahatan-kejahatan yang patut dicela. Yang terpuji adalah keadaan tengah-tengah, yaitu keutamaan; sedangkan kedua ujung ekstremnya adalah dua keburukan yang tercela. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan al-fadhlah. Padahal, dalam teks BSu-2 ditulis: The mean is the praiseworthy thing, and it is which constitutes virtue. Di sini, penerjemah-1 memadankan fadhlah dengan virtue (kebajikan). Padahal, kata fadhlah diartikan: tingkat tertinggi dalam keindahan akhlak (aldarajah al-rafah f husn al-khuluq).56 Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 atau penyuntingnya tidak cermat membaca teks BSu-2.

55 56

John M. Echols, h. 470 Al-Mujam al-Wasth, h. 693

25. . # Sedangkan kepandaian, jika disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang buruk disebut memperdaya dan menipu.

Adapun penggunaan kebijaksanaan secara berlebihan untuk tujuan-tujuan yang merusak disebut keburukan dan penipuan. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna ifrth57 inda al-istiml dan khubts. Dalam teks BSu-2, penerjemah-1 memadankan khubts dengan: swindling (penipuan, pengecohan). Padahal, kata khubts lebih tepat bermakna: kesalahan, keburukan, dan sesuatu yang dibenci. 58

35. . # Sedangkan yang kami maksudkan dengan keseimbangan adalah kondisi dan daya jiwa yang dengannya peningkatan maupun penurunan rasa marah dan syahwat dapat dikendalikan, dan membawanya untuk berada di bawah

putusan akal. Yang kami maksud keseimbangan (adl) adalah kondisi dan daya jiwa yang mampu mempengaruhi marah dan syahwat, membawa keduanya sesuai dengan hikmah, dan mengendalikan keduanya dalam keaktifan dan kepasifan berdasarkan hikmah tersebut. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna tuwaswisu dan tahmilu, serta ketakterjemahan frasa: wa tathbathuhum fi al-istirsl wa al-inqiydh. Bandingkan hasil dua terjemah di atas.

45. .

Ifrth dan tafrth digunakan untuk sikap melampaui batas dari titik keseimbangan. Jika condong kepada sisi berlebihan, sikap itu disebut ifrth; sedangkan jika condong kepada sisi kekurangan, ia disebut tafrth. Lihat Al-Mujam al-Wasth, h. 683 58 Al-Mujam al-Wasth, h. 214

57

Yang kami maksudkan dengan keberanian adalah kondisi tunduknya daya, sedangkan kesederhanaan adalah terdisiplinkannya daya syahwat oleh akal dan hukum. Yang kami maksud dengan keberanian adalah kondisi tunduknya daya marah pada akal dalam tindakannya dan pengekangannya, sedangkan penjagaan # diri (iffah) adalah terdidiknya daya syahwat dengan pendidikan akal dan syariat. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan kata ghadhab, f iqdmih, ihjmih, tadb, dan iffah; juga pilihan makna disiplin untuk kata taaddub.

55. .... # Dari keseimbangan daya, muncullah keterampilan reflektif, ketepatan pemahaman, ketajaman pikiran, kebenaran pendirian....

Karena dari keseimbangan daya akal, muncullah kecakapan penataan-diri, kebaikan pemahaman, ketajaman pandangan, ketepatan perkiraan.... Catatan: distorsi pada ketakterjemahan al-aql serta ketakpadanan makna altadbr,59 jaudah, dan ishbah al-zhann.

.65. # Yang saya maksudkan dengan kebodohan adalah kurangnya pengalaman, tetapi masih disertai pemahaman yang benar.

Yang saya maksud keluguan adalah kurangnya pengalaman tetapi disertai perkiraan yang benar. Catatan: distorsi pada pilihan diksi ghamrah yang diterjemahkan inexperience (lugu, tak berpengalaman). Penulis memilih makna keluguan, alih-alih kebodohan sebagai makna jahl, berdasarkan indikator makna sesudahnya.

.75. # Bahwa niat orang yang tolol itu baik. Namun, cara mewujudkan niat tersebut tidak baik.

Tujuan orang dungu itu benar tapi jalan yang ia tempuh salah.Dalam Al-Wasth, dabbara al-amr bermakna: ssahu wa nazhara f qibatihi, (mengatur masalah dan mengamati hasilnya). Periksa Al-Mujam al-Wasth, h. 269.59

Catatan: distorsi pada pemilihan diksi shahh dan fsid.60

85. .Adapun sifat keberanian menimbulkan kehormatan, tidak mengenal rasa takut, kejantanan, pengendalian diri, kesabaran, pengampunan, ketabahan, menekan amarah, martabat, kasih sayang, dan sifat terpuji lainnya. Watak keberanian memunculkan sifat pemurah, berani berperang, jantan, # pengekangan nafsu, sabar, memaafkan, teguh hati, menahan amarah, menjaga wibawa, menyayangi, dan sebagainya. Catatan: distorsi pada pilihan makna al-karam,61 najdah,62 kasr al-nafs, tsabt, waqr.63

95. . # Sedangkan kecondongan kepada sisi ekstrem, yaitu kecerobohan, akan menimbulkan sifat angkuh, congkak, cepat tersinggung, sombong, dan besar kepala. Adapun keberlehihan watak berani, yaitu kenekatan, akan melahirkan sifat angkuh, congkak, brutal, sombong, dan bangga diri. Catatan: distorsi pada ketakjelasan makna ifrth serta ketakpadanan makna tahawwur, istisythah, dan ujb. Penulis memadankan istisytah dengan brutal atau marah yang meluap-luap.64 Sedangkan ujb, penulis padankan dengan bangga diri, sebagaimana makna yang tertera dalam Al-Wasth: alkibr wa al-zahw (sombong dan bangga diri).65

Lihat ragam makna shahh dalam Al-Mujam al-Wasth, h. 507, dan fsid, h. 688 Makna karuma: ath bi-suhlah wa jda (mudah memberi dan murah hati). Lihat AlMujam al-Wasth, h. 784 62 Makna najdah: syajah fi al-qitl (berani dalam peperangan). Periksa al-Wasth, h. 902 63 Untuk makna tsabt dan waqr, lihat Al-Munawwir h. 145 dan 1573. 64 Achmad Warson, Al-Munawwir, h. 756 65 Periksa Al-Wasth, h. 584 dan Al-Munawwir, h. 89661

60

06. . # Sedangkan dari kecondongannya ke arah kekurangan, ia akan menimbulkan kehinaan, rasa minder, pengecut, kikir, nyali kecil, dan takut mengambil

keputusan mengenai apa yang benar dan wajib. Kekekurangan watak berani menimbulkan kehinaan, rendah diri, pengecut, rela direndahkan, ciut nyali, dan takut menuntut hak yang mesti dituntut. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna inqibth an tanwul al-haqq alwjib dan pilihan makna tafrth, dzillah,66 dan khassah.67

16. . # Sedangkan sifat kesederhanaan, melahirkan kemurahan hati, rasa malu, kesabaran, lapang dada, ikhlas menerima keadaan diri sendiri, kecermatan, ketelitian, kesenangan membantu orang lain, keceriaan, dan hilangnya sifat tamak. Watak penjagaan diri melahirkan sifat dermawan, malu, tabah, memaafkan, menerima keadaan, kehati-hatian, kehalusan budi, suka membantu, kebersihan, dan sedikit tamak. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan khuluq al-iffah, serta pilihan makna sakh, musmahah, wara, lathfah, zharf,68 dan qillah al-thama.

26. . # Dari kecondongannya kepada kekurangan, timbul keserakahan, ketamakan, dan sifat rakus, sifat jahat, boros, kikir, suka pamer, tidak bermoral, kegilaan, kecongkakan, suka menjilat, iri, suka mencaci, sikap minder di hadapan orang kaya, menghina orang miskin, dan sebagainya.66 67

Dzalla: dhaufa wa hna (lemah dan merasa hina), Al-Mujam al-Wasth, h. 314 Khassah: al-hlah yaknu alaiha al-khass, Al-Mujam al-Wasth, h. 234 68 Untuk makna-makna musmahah, wara, lathfah, dan zharf, periksa Al-Munawwir h. 657, 1025, 1269, dan 879.

Kecondongan watak penjagaan kepada sisi berlebihan dan kekurangan melahirkan sifat kikir, rakus, kurang ajar, jahat, boros, lalai, pamer, melanggar moral, tak tahu malu, bermain-main, menjilat, dengki, senang melihat derita orang lain, minder di hadapan orang kaya, merendahkan orang fakir, dan sebagainya. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan ifrth, ketakpadanan syamtah69 dan pilihan diksi waqhah, taqshr, majnah, abats, dan hasad. 70

36. # Dengan demikian, sumber kebaikan akhlak adalah empat sifat utama ini, yaitu kepandaian, keberanian, kesederhanaan, dan keseimbangan. Jadi, sumber-sumber keindahan akhlak adalah empat karakter-utama ini, yaitu kepandaian, keberanian, penjagaan diri, dan keseimbangan. Catatan: distorsi pada pilihan makna fadhil,71 iffah, dan mahsin.

46. . # Oleh kerena itu, iman kepada Allah dan Rasul-Nya yang bersih dari keraguan merupakan keyakinan yang kuat, buah dari akal dan hikmah. Jadi, iman tanpa keraguan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan daya keyakinan, buah dari akal dan puncak hikmah. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan muntah dan ketakpadanan quwwah alyaqn. Hemat penulis, susunan quwwah al-yaqn bermakna: daya keyakinan, bukan keyakinan yang kuat (qawiyy al-yaqn, al-yaqn al-qawiyy).

.56. # Dengan demikian, kesempurnaan bukanlah terletak pada sikap tegas yang membabi buta atau pada kasih saying yang membabi buta pula.

Achmad Warson, Al-Munawwir, 738 Untuk makna waqhah, majnah, abats, dan hasad, lihat Al-Munawwir, h. 1573, 1312, 886, dan 262. 71 Jamak dari fadhlah ini bermakna: tingkat tertinggi dalam keindahan akhlak (al-darajah al-rafah f husn al-khuluq), Al-Mujam al-Wasth, h. 69370

69

Jadi, kesempurnaan itu tidak terletak pada sikap keras dan sikap lembut dalam setiap keadaan. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan bi-kulli hl. Dalam teks BSu-2, penerjemah-1 memadankannya dengan: in every situation. Jadi, penerjemah-2 terlalu jauh memaknai kata situation (keadaan).

4. Kasus-Kasus Distorsi Makna dalam Bahasan Ketiga

)( # Mengubah Akhlak Melalui Pendisiplinan Mengubah Akhlak dengan Cara Pelatihan-Ruhani

66. . # Ketahuilah bahwa manusia yang dikuasai oleh sikap malas akan dihinggapi rasa enggan untuk menempuh perjuangan spiritual, pendisiplinan diri, atau upaya menyucikan jiwa, dan mendidik akhlak. Ketahuilah bahwa sebagian orang yang dikalahkan oleh kemalasan akan merasa berat untuk memerangi nafsu, melatih ruhani, dan menyibukkan diri dengan penyucian jiwa dan pendidikan akhlak. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan badha, ketakpadanan makna istatsqala, wa al-isytighl bi-, dan pilihan makna mujhadah dan riydhah. Kata mujhadah dalam Al-Wasth bermakna: memerangi, 72 sedangkan riydhah bermakna: pendidikan akhlak dengan menetapi ibadah dan menjauhi syahwat (tahdzb al-akhlq bi-mulzamah al-ibdt wa al-takhall an alsyahawt).73

76. .72 73

Al-Mujam al-Wasth, h. 142 Al-Mujam al-Wasth, h. 382

#

Seandainya akhlak itu tidak mungkin diubah, tentu tidak ada gunanya segala nasihat, khutbah, dan pendisiplinan. Seandainya akhlak tidak menerima perubahan, tentu segala nasihat, wejangan, dan pengajaran akhlak (pelatihan etika) tidak bermanfaat. Catatan: distorsi pada pilihan makna mawizh dan tadbt. Dalam teks BSu-2, mawizh dipadankan dengan sermons yang berarti: khutbah, sedangkan tadbt dipadankan dengan diciplines yang berarti disiplin atau ketertiban. Untuk tadbt sendiri, penulis memadankannya dengan pengajaran atau pelatihan etika.74 Jadi, distorsi berawal dari pilihan diksi penerjemah-1.

86. . # ..., seekor anjing dari sifat rakus terhadap makanan menjadi berperilaku baik dan menahan diri, seekor kuda dari liar menjadi patuh dan tunduk.

..., anjing dari rakus makan menjadi sopan, menahan diri, dan merelakan; dan kuda dari liar menjadi penurut dan mudah dikendalikan. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan takhliyah serta pilihan makna salsah dan inqiydh.75 Maksud merelakan ialah tidak memakan buruan tuannya.

.96. # Namun, kita hanya mampu menjadikannya patuh dan terkendali melalui pendisiplinan-diri dan perjuangan batin.

Jika kita ingin menjinakkannya dan mengendalikannya dengan pelatihanruhani dan memerangi nafsu, niscaya kita mampu melakukannya. Catatan: distorsi pada pilihan makna riydhah dan mujhadah serta perbedaan susunan kalimat antara terjemah dari BSu-2 dengan teks BSu-1.

.07. # Pada tahapan paling dini dari hidupnya, dalam diri seorang anak telah diciptakan daya nafsu. Sebab, seorang bayi telah dibekali nafsu pada awal penciptaannya.Addabahu: rdhahu al mahsin al-akhlq (melatihkan akhlak yang baik), ibid., h. 9 Untuk makna takhliyah dan salsah, lihat Al-Munawwir, op. cit., h. 366 dan h. 649, sedangkan untuk inqiydh, lihat Al-Mujam al-Wasth, h. 947.75 74

Catatan: distorsi pada ketakterjemahan kata idz yang bermakna: sebab, dan ketakpadanan makna takhallaqa yang bermakna: dibekali. 76 Dalam teks BSu2 ditulis: For it is the first thing to be created in a child (sebab, nafsu merupakan sesuatu yang paling awal diciptakan di dalam diri bayi). 77

17. # Orang dungu yang tidak mampu membedakan kebenaran dan kesalahan Orang lugu yang tidak mampu membedakan kebenaran dan kesalahan Catatan: distorsi pada pilihan diksi al-ghafl. Dalam teks BSu-2, ghafl dipadankan dengan who is innocent and without discernment (orang tak bersalah dan tanpa pertimbangan). Kata ini berasal dari kata kerja: ghafala (lupa, lalai) yang di antara maknanya: orang yang belum memiliki pengalaman (al-rajul al-ladz lam tasimhu al-tajrub).78 Dengan demikian, makna ghufl ialah lugu.

27. # karena perbuatan buruknya justru tampak baik di matanya. Di samping itu, dia melakukan perbuatan-perbuatan buruk tersebut karena tunduk kepada

hawa nafsu yang telah menguasai dirinya dan membuatnya berpaling dari kebaikan. Bahkan, keburukan amalnya tampak indah baginya sehingga ia mengulanginya karena tunduk kepada hawa nafsunya dan berpaling dari kebenaran pendapatnya karena penguasaan nafsu atas dirinya. Catatan: distorsi pada kekurangterjemahan fatathhu, ketakpadanan struktur wa-irdhan an shawbi rayih, dan ketakterjemahan l-istl al-syahwah alaih. Makna taath: sibuk mengerjakan, mengambil, menjalankan. 79 Penulis memilih diksi mengulangi dengan mempertimbangkan kontekstual kalimat.

.37. 76 77

Takhallaqa: takallafa (dibebani) dan tathabbaa (dibekali sejak lahir), Al-Wasth, h. 252 Al-Ghazali on Disciplining, h. 26 78 Al-Mujam al-Wasth, h. 657 79 Achmad Warson, Al-Munawwir, h. 946

#

Sebab, pertama-tama dia harus menghilangkan sama sekali kebiasaankebiasaannya berbuat buruk. Sebab, mulanya dia harus mencabut (menghilangkan) kebiasaan-kebiasaan buruk yang tertancap dalam jiwanya. Catatan: distorsi pada kekurangterjemahan qalu m rasakha f nafsih.

47. .# Sungguhpun demikian, secara umum dia masih memiliki peluang untuk menerima upaya pendisiplinan-diri, jika memang dia bersedia melakukannya dengan sungguh-sungguh, tegas, dan yakin. Namun, secara umum ia masih bisa menerima pelatihan-ruhani jika ia mau mengupayakannya dengan kesungguhan, kesiagaan, dan keteguhan hati. Catatan: distorsi pada riydhah, tasymr, dan hazm.80

.57. # bahwa justru akhlak buruklah yang diwajibkan dan dianggap benar lagi baik. bahwa akhlak buruk adalah kewajiban yang dianggap baik, suatu kebenaran dan keindahan, serta sesutau yang layak dipelajari. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan al-wjibah al-mustahsanah, tarbiyy alaih, dan ketakpadanan struktur kalimat hasil terjemah dengan BSu-1.

.67. # sebagai perumpamaan acap dikatakan bahwa memperbaiki orang yang sudah lanjut usia sangat sulit, sedangkan mengubah seekor srigala sama artinya dengan menyiksa diri. Untuk orang seperti dia, berlaku pepatah, olahraga berat bagi tua renta adalah usaha sia-sia, dan memperhalus watak srigala adalah penyiksaan diri. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna al-an81 dan tahdzb.82 Dalam teks BSu-2 ditulis: improving an old man is hardship itself, while reforming a wolf

80 81

Untuk makna tasymr, lihat Al-Wasth, ibid., h. 493; hazm, lihat Al-Munawwir, h. 260 Aniya, an: taiba wa ashbahu masyaqqah (lelah dan kepayahan), Al-Wasth, h. 633 82 Hadzdzaba al-shabiyya: rabbhu (mendidiknya), Al-Wasth, h. 979

is torture.83 Di sini, distorsi sudah terjadi karena ketakpadanan makna riydhah dengan improving.

.77. # Pendapat semacam ini absurd, sebab sesungguhnya nafsu diciptakan dengan faedah tertentu dan merupakan kemestian mutlak bagi hakikat manusia Pendapat ini meyimpang. Sebab, nafsu diciptakan untuk faedah tertentu; dan ia niscaya dalam tabiat (makhluk). Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna jibillah84 dan li-fidah. Padahal, dalam teks BSu-2, kata jibillah diterjemahkan human nature yang berarti: tabiat manusia, bukan hakikat manusia. Di sini, penerjemah-2 kurang cermat.

87. . # Maka ketika landasan bagi nafsu itu tetap ada, tentu kecintaan terhadap sesuatu yang dimiliki akan tetap ada pula sehingga mendorong seseorang untuk melindunginya. Selama akar syahwat ada, niscaya tetap ada pula cinta harta yang mengantarnya pada syahwat hingga mendorongnya menahan harta (kikir). Catatan: distorsi pada ketakterjemahan imsk al-ml dan pilihan diksi ashl dan ml.

.97. # Mengenai amarah, maka yang dibutuhkan adalah cara mempertahankan diri yang tepat. Dan yang diharapkan dalam sifat marah adalah kebaikan menjaga diri (dari ledakan emosi). Catatan: distorsi pada pilihan makna husnul-himyah.85

08. . 83 84

Al-Ghazali on Disciplining, h. 27 Jibillah: tabiat atau perangai, Al-Munawwir, h. 166 85 Himyah: penjagaan atau perlindungan diri, Al-Munawwir, h. 300.

#

Sebab, orang yang terlalu berambisi membelanjakan atau menyimpan harta, hatinya disesatkan oleh kedua kecenderungan ini. Sebab, orang yang rakus menggunakan harta, hatinya dibelokkan untuk berbelanja, sebagaimana hati orang yang kikir dibelokkan untuk menahan harta. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna al-harsh86 dan mashrf al-qalb.

18. . # Seandainya dia bertujuan mencabut akar sifat ini, niscaya akan jelas baginya bahwa dia hanya mampu melemahkan kekuatannya sekadar untuk mengembalikannya kepada keadaan yang seimbang. Oleh karena itu, yang benar baginya adalah berniat mencabut akarnya sehingga memudahkannya mencapai tingkatan yang dibutuhkan. Jika guru bermaksud bersikap keras (qath al-ashl, memotong akar), bersungguh-sungguh, dan tidak memberi toleransi kepada murid kecuali mematahkan kekerasannya supaya ia kembali ke arah yang seimbang, maka yang benar adalah guru bersikap tegas (mencabut akar, qal al-ashl) sehingga ia mudah mencapai nilai (hasil) yang diharapkan. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan wa blagha fhi wa lam yatayassar lah dan kekaburan makna mencabut akar. Ungkapan mencabut akar hemat penulis adalah sikap tegas, sedangkan memotong akar ialah bersikap keras. Ini merupakan metafora yang mengumpamakan proses pendidikan akhlak dengan merawat tanaman.

5. Kasus-Kasus Distorsi Makna dalam Bahasan Keempat

)( Cara-Cara Mendapatkan Akhlak yang Baik Cara Memperoleh Akhlak yang Baik Secara Umum

86

Harsh: rakus, kikir (kata antonim), Al-Munawwir, h. 254

28. . # bahwa akhlak yang baik merupakan buah dari keseimbangan daya rasional, kesempurnaan hikmah dan daya amarah maupun daya syahwat.

bahwa keindahan akhlak bersumber kepada keseimbangan daya akal dan kesempurnaan hikmah, serta kepada keseimbangan daya amarah dan syahwat. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan yarji il. Dalam teks BSu-2 ditulis: proceeds from an equilibrium in the rational faculty ..., and in the irascible and appetitive faculties.... Di sini, penerjemah-2 kurang cermat dalam menerjemahkan and in.

38. . # Pertama, dengan rahmat Allah, dan kesempurnaan sifat bawaan, yakni seseorang dilahirkan dengan kesempurnaan daya rasional, kebaikan akhlak dan daya nafsu maupun amarah. Pertama, melalui kemurahan Ilahi dan kesempurnaan sifat bawaan, yaitu ketika seorang insan dicipta dan dilahirkan dengan memiliki akal yang sempurna dan akhlak yang baik, serta mampu mengendalikan daya hasrat dan emosinya. Catatan: distorsi pada pemilihan diksi jd87 serta ketakterjemahan yukhlaq dan qad kaf sulthan al-syahwah wa al-ghadhab. Dalam teks BSu-2, jd ilhi dipadankan dengan Divine grace yang maknanya: keanggunan, kebaikan, kemurahan. Jadi, ada distorsi sejak pamadanan kata jd dengan grace.

48. . # Oleh karena itu, sifat-sifat baik hanya dapat diperoleh melalui pembiasaan, bergaul dengan orang-orang yang berakhlak seperti itu, dan berpendidikan.

87

Lihat makna jd dalam Al-Munawwir, h. 222

Karena itu, akhlak baik dapat diperoleh melalui pembiasaan diri dan pergaulan dengan orang-orang yang berakhlak baik; dan kadang dengan pembelajaran. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan wa rubbam yuhshal.

58. . # berupaya memperoleh sifat-sifat baik melalui perjuangan batin dan pendisiplinan. Yang saya maksudkan dengannya adalah membiasakan diri

mengerjakan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan akhlak yang dicitacitakan. berupaya memperoleh akhlak baik dengan perjuangan batin dan pelatihanruhani, yaitu memaksa jiwa untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan akhlak yang diharapkan. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan riydhah dan haml al-nafs, serta pilihan diksi akhlq dan mathlb. Dalam teks BSu-2, haml al-nafs diterjemahkan: constraining of the soul (mendesak atau memaksa jiwa). Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-2 tidak cermat. 85

68. . # Misalnya, orang yang ingin memiliki sifat pemurah harus melatih dirinya bersikap dermawan. Karena itu, siapa saja yang ingin memperoleh akhlak pemurah, misalnya, ia harus memaksa diri untuk terus menerus bersikap pemurah. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan kata khuluq dan frasa an yatakallafa tath fil al-jd. Semestinya, khuluq diterjemahkan: watak atau akhlak, bukan sifat.

78. . # ... dan terus menjalankan upaya bijak ini dengan sungguh-sungguh sehingga sifat pemurah betul-betul menjadi wataknya.

Lalu, ia terus menerus menuntut dan melatih dirinya untuk bederma dengan pemaksaan yang sungguh-sungguh sehingga kedermawanan menjadi karakter baginya, dan ia merasa ringan ketika bederma sehingga disebut dermawan. Catatan: distorsi pada hasil terjemah yang tidak lengkap.

88. ... .# Orang pemurah adalah orang yang dengan ikhlas menyumbangkan hartanya.... Orang yang rendah hati ialah yang merasakan sifat itu sebagai hal yang

menyenangkan. Dermawan ialah orang yang merasa nikmat menyumbangkan harta.... Dan orang yang rendah hati ialah yang menikmati kerendahan hati. Catatan: distorsi pada yastalidzdzu dan al-tawdhu.88 Dalam teks BSu-2 ditulis: For the generous man is he that takes pleasure in giving money, ... the modest man is he who finds modesty delightful. Di sini, penerjemah-2 kurang cermat menerjemahkan pleasure (kesenangan) dan delightful (amat menyenangkan).

98. . # Mustahil watak religius dapat ditanamkan di dalam diri seseorang jika orang itu tidak dididik mengerjakan kebiasaan yang baik.

Akhlak religius tidak akan tertanam kuat di dalam jiwa selama jiwa itu belum membiasakan diri melakukan semua kebiasaan baik. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan m lam tataawwad al-nafs.89

.09. # Dan dijadikan shalat sebagai kesenangan bagiku. Dan penenteram hatiku diwujudkan di dalam shalat. Catatan: distorsi pada pilihan makna qurrah ain90 dan struktur kalimat hasil terjemahan jika dibandingkan dengan teks BSu-1. Dalam teks BSu-2, qurrah

88 89

Untuk makna istaladzdza, periksa Al-Munawwir, h. 1264; tawdhu, h. 1565 Taawwada: membiasakan, Al-Munawwir, h. 983

ain diterjemahkan dengan: my delight (kesenanganku). Jadi, distorsi bermula dari teks BSu-2.

19. . # Namun, jika ibadah dan meninggalkan perbuatan-perbuatan terlarang masih terasa berat lagi menyakitkan, berarti upaya itu masih kurang dan belum mencapai rasa cinta yang utuh. Selama melaksanakan ibadah dan meninggalkan perbuatan haram masih terpaksa dan terasa berat, hal itu pertanda kekurangandan seseorang tidak bisa mencapai kebahagiaan paripurna dengan kekurangan itu. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan karhah dan kaml al-sadah. Karhah bermakna: terpaksa, tidak disukai, 91 bukan terasa berat atau menyakitkan.

.29. # Memang, melatih diri atasnya melalui mujahadah itu lebih baik. Memang, tekun beribadah dengan usaha keras (mujhadah) itu baik. Catatan: distorsi pada kata muwzhabah yang semestinya bermakna tekun. 92 Dhamir ha kembali kepada ibdt.

.39. # Beribadahlah kepada Allah atas dasar keikhlasan. Beribadahlah kepada Allah dengan perasaan senang (ridha, puas). Catatan: distorsi pada makna al-ridh yang lebih tepat dipadankan dengan perasaan senang atau puas.93 Dalam teks BSu-2 ditulis: with pleasure.

49. .

Qurrah al-ain: m qarrat bihi al-ain aw m yurdh wa yasurr (sesuatu yang menyenangkan mata atau yang memuaskan dan menggembirakan), Al-Wasth, h. 725 91 Al-Munawwir, h. 1204 92 Al-Munawwir, h. 1567 93 Al-Munawwir, h. 505

90

#

Hakikat tujuan ibadah, sesungguhnya, adalah untuk membentuk hati (yang bersih), dan hati hanya akan bertambah bersih melalui ketekunan beribadah. Sesungguhnya tujuan ibadah ialah memberikan kesan kepada hati; dan kesan ibadah itu hanya akan bertambah kuat dengan ketekunan beribadah. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan dua kata tatsr dan kekeliruan subjek yataakkad yang kembali kepada tatsr. 94 Dalam teks BSu-2, kata tatsr diterjemahkan influence dan yataakkad diterjemahkan grow strong (tumbuh kuat). Jadi, ada celah distorsi dari penerjemah-1, dan ada kekeliruan dari penerjemah-2 dalam memadankan grow strong.

.59. ... # Kita saksikan raja-raja ... yang justru hidup dalam tekanan batin. Kita melihat para raja ... hidup dalam kesedihan yang berlarut-larut. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan ahzn dimah. Dalam teks BSu-2 ditulis: constant misery (kesedihan terus menerus). Jadi, penerjemah-2 kurang cermat.

69. . # Kita juga pernah menyaksikan penjudi bangkrut yang tidak berkurang kegembiraan dan kesenangannya karena kebangkrutan itu. Tak ada dalam dirinya rasa iri terhadap kegembiraan orang lain yang tidak berjudi...

Kita juga melihat penjudi bangkrut yang sering diliputi kegembiraan dan kesenangan oleh perjudian dan kebangkrutannya melampaui kegembiraan orang lain yang tidak berjudi. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan qad yaghlibu alaihi, bi-qimrihi wa m huwa fhi, dan m yastaqillu maahu. Bandingkan kedua terjemah di atas.

.79. # Ini tak lain karena dia telah betul-betul jatuh hati dan menyatu dengan perjudian dalam jangka waktu yang sangat lama.

94

Atstsara fi al-nafs: berkesan di dalam jiwa, Al-Munawwir, h. 7

Hal ini karena kejinakan dirinya dan ketundukan jiwanya kepada perjudian dalam waktu yang lama. Catatan: distorsi pada pilihan diksi ilf dan sharf.95 Penulis memilih diksi ketundukan untuk sharf, alih-alih keberpalingan berdasarkan konteks kalimat.

.89. # Orang yang kesukaannya memelihara burung merpati. Orang yang suka bermain-main dengan merpati. Catatan: distorsi pada kata al-lib yang bermakna bermain-main. Kata lib dalam teks BSu-2 diterjemahkan: the man whos hobby is pigeons. Jadi, ada celah distorsi dari penerjemah-1.

99. . # Bahkan, sering kita saksikan penjahat busuk yang membanggakan daya tahan tubuhnya terhadap pukulan maupun tusukan atau ketabahannya menerima cambukan. Atau bahwa dia pernah dibawa ke tiang gantungan sambil

membual tentang betapa kuat dirinya menghadapi (hukuman) tersebut. Bahkan kita saksikan penjahat tercela yang merasa bangga dengan hukuman pukul dan potong tangan yang ditimpakan kepadanya, serta ketabahannya terhadap cambukan dan hukuman salib. Ia pun membual atas kehebatan dirinya. Catatan: distorsi pada al-dharb dan al-shalb96, dan pada perbedaan gaya ungkap kalimat terjemah.

....001. # Sikap sombong dan saling membanggakan diri dapat juga kita saksikan di kalangan tukang masak dan tukang sapu.... Sikap sombong dan saling membanggakan diri bahkan berlaku di kalangan para tukang bekam dan tukang sapu....

95 96

Ilf: kejinakan; sharf: ketundukan, periksa Al-Munawwir, h. 34 dan 774. Shalb: pensaliban, Al-Munawwir, h. 787

Catatan: distorsi pada ketaksesuaian makna al-hajjmn dan yajr. Kata hajjm oleh penerjemah-1 dipadankan dengan cupper sehingga diterjemahkan: tukang masak. Padahal, jika maksudnya tukang masak, akan lebih pas diterjemahkan chef. Hans Wehr memang memadankan hajjm dengan cupper.97 Namun, dalam kamus-kamus Arab, kata hajjam bermakna: tukang bekam (pengobatan tradisional dengan cara menyedot darah dari belakang leher atau punggung).98

.101. # bagaimana mungkin jiwa tidak dapat menyukai kebenaran jika memang diarahkan ke sana dalam jangka waktu tertentu dan terus menerus ditekuni? Bagaimana mungkin jiwa tidak dapat menyukai kebenaran jika ia diarahkan kepadanya dalam waktu tertentu dan terus menerus menekuninya? Catatan: distorsi pada ketakterjemahan iltazamat al-muwzhabah alaih.99

201. . # bahwa akhlak yang baik dapat diperoleh melalui pendisiplinan-diri, yakni membiasakan diripada mulanyamengerjakan perbuatan yang muncul dari akhlak semacam itu secara terus menerus sehingga akhirnya menjadi watak. bahwa akhlak yang baik dapat diperoleh melalui pelatihan-ruhani, yakni pada mulanya memaksa diri mengerjakan perbuatan yang melahirkan akhlak yang baik sehingga perbuatan itu pada akhirnya menjadi karakter. Catatan: distorsi pada pilihan makna riydhah dan takalluf al-afl al-shdirah.

.301. # ... sehingga ia mampu menulis dengan baik secara wajar. ... sehingga ia mampu menulis kaligrafi yang indah secara alamiah. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan khathth al-hasan dan pilihan makna althab.100 Dalam teks BSu-2, al-thab diterjemahkan: naturally (asli, alami),97 98

Hans Wehr, Mujam al-Lughah, h. 158; lihat juga Munir, Al-Mawrid, h. 239. Periksa Al-Wasth, h. 158 dan Al-Munawwir, h. 240 99 Al-Munawwir, h. 1567

sedangkan kata wajar masih kurang padan dengan kata thab yang berkonotasi pada makna: tabiat, watak.

.401. # Demikian pula orang yang bermaksud menjadi orang bijak. Demikian pula orang yang ingin menjadi ahli agama yang pandai memperbaiki keburukan jiwa. Catatan: distorsi pada pilihan makna faqh al-nafs.101 Dalam teks BSu-2, faqh al-nafs diterjemahkan: sage of the soul (orang bijak dalam masalah kejiwaan). Penerjemah-1 mengulas secara khusus terminologi al-Ghazali ini dalam catatan kaki terjemahnya. 102

501. . # Demikian pula orang yang ingin bersifat pemurah, mawas diri, pemaaf, dan rendah hati harus terus menerus melatih dirinya meneladani orang-orang yang bersifat demikian sehingga peneladanan itu membentuk wataknya. Demikian pula orang yang ingin menjadi dermawan, wawas diri, penyantun, dan rendah hati. Ia mesti terus menerus meniru perilaku orang-orang yang bersifat demikian secara terpaksa hingga perilaku itu menjadi karakternya. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan kata takalluf, ketakpadanan makna an yatath, dan pilihan makna sakhiyy dan halm. Secara kontekstual, kata yatath afl menghendaki makna peniruan. Karena itu, penulis memaknainya dengan: meniru perilaku alih-alih melakukan perbuatan. 103

.601. # Oleh karena itu, tidak ada amal ibadah yang tidak mendatangkan pengaruh betapapun kecil dan tersembunyi.

Maka, tidak ada ketaatan kecuali ia menimbulkan kesan betapapun tersembunyi.Lihat ragam makna thab dalam Al-Munawwir, h. 838. Faqh al-nafs: sangat memahami masalah-masalah kejiwaan. Lihat makna faqh dalam Al-Munawwir, h. 1068. 102 Lihat catatan kaki Winter dalam Al-Ghazali on Disciplining the Soul, h. 36. 103 Ibid., h. 946. Makna lain tath ialah: berdiri di atas jari-jari kaki sambil mengangkat tangan untuk meraih sesuatu, Al-Wasth, h. 609101 100

Catatan: distorsi pada kata thah dan atsar. Ill wa lah penulis terjemahkan: kecuali ia menimbulkan, bukan memilikimeskipun lm pada lah berfaedah milkiyyah (kepemilikan). Di sini penulis memilih makna kontekstual.

.701. # sehingga akhirnya dia gagal mencapai hikmah itu. jiwanya akan musnah hari demi hari hingga karakternya tidak menerima pemahaman agama (fiqh). Catatan: distorsi pada ketakterjemahan kalimat yasfu104 nafsuhu dan seterusnya. Tampaknya penerjemah-2

801. # Sesungguhnya iman muncul di dalam hati laksana cahaya putih. Sesungguhnya iman muncul di dalam hati laksana titik putih (dalam gelap). Catatan: distorsi pada kata nuktah. Kata ini bermakna: titik putih di tengahtengah bayangan hitam. 105 Jika maksudnya cahaya, teks BSu-nya ditulis: nr.

901. # Merekalah kerabat kebenaran dan penolong kebajikan. Merekalah para sahabat kebaikan dan para kerabat kedamaian. Catatan: distorsi pada ketaksesuaian makna quran al-khair dan ikhwn alshalah. Quran (jamak qarn) berarti: teman atau sabahat. Sedangkan ikhwn berarti: saudara atau kerabat.

.011. # Sebab sifat seseorang dapat mencontoh kebaikan maupun keburukan sekaligus.

Sebab, tabiat itu mencuri (meniru) tabiat lain yang baik dan buruk sekaligus. Catatan: distorsi pada pilihan makna thab dan yasriq.106 Dalam teks BSu-2, kata yasriq diterjemahkan purloin (mencuri, mencolong). 107 Jadi, penerjemah-2

104 105

Al-Munawwir, h. 679 Al-Munawwir, h. 1460 106 Untuk makna thab, lihat Al-Munawwir, h. 838; untuk saraqa, periksa Al-Munawwir, h. 628107

John M. Echols, h. 457

memilih makna yang berbeda. Mungkin ia mengambil makna kontekstualnya. Sayangnya, kalimat di atas adalah pepatah yang cukup populer.

111. . # Maka, orang yang dalam dirinya termanifestasikan ketiga aspek itu, niscaya dia akan menjadi orang bijak, baik karena sifat bawaan, kebiasaan, dan pendidikan, maupun karena dia telah berada di puncak keutamaan. Maka, siapa yang dalam diri-sejatinya termanifestasikan tiga aspek itu sehingga menjadi empunya keutamaan karena sifat bawaan, pembiasaan, dan pembelajarania berada di puncak keutamaan. Catatan: distorsi pada perbedaan kalimat utama (jawab syarat). Semestinya, kalimat utamanya: fahuwa f ghyah al-fadhlah, bukan hatta shra dz fadhlah.

6. Kasus-Kasus Distorsi Makna dalam Bahasan Kelima

)( # Metode Mendidik Akhlak Penjelasan Jalan Menuju Pendidikan Akhlak

211. ... # Seperti halnya tubuh yang pada dasarnya seimbanglalu terganggu oleh kekacauan yang diakibatkan oleh pengaruh makanan, udara, dan keadaan lingkungan...

Sebagaimana galibnya bahwa dasar kondisi tubuh adalah keseimbangandan pencernaan hanya akan mengalami gangguan karena perubahan-perubahan makanan, udara, dan lingkunganmaka... Catatan: distorsi pada kertaksesuaian makna al-mizj, madharrah, dan awridh, serta ketakterjemahan maidah dan ghlib.108 Dalam teks BSu-2, ashl al-mizj

Periksa Al-Munawwir, lema mizj, h. 1330; maidah, h. 1346; madharrah, h. 819; awridh, h. 918.

108

diterjemahkan: basic constitution (dasar kondisi jasmani). 109 Di sini, penerjemah-2 kurang cermat karena hanya menerjemahkan: tubuh.

311. . # Serupa dengan tubuh yang sehat, yakni ketika dokter akan memberikan resep untuk menjaga kesehatan akan menyembuhkan penyakit. Dan sebagaimana badan, jika ia sehat, maka tugas dokter adalah menyiapkan petunjuk untuk menjaga kesehatannya. Dan jika ia sakit, tugas dokter ialah mengembalikan kesehatannya. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan syan al-thabb tamhd al-qnn al-hfizh li al-shihhah dan susunan kalimat yang tidak efektif. Kalimat terakhir juga tidak diterjemahkan.

411. # Sebagaimana halnya obat penyejuk belum tentu menyembuhkan penyakit demam kecuali jika diberikan dalam dosis tertentu

Sebagaimana tidak setiap obat pendingin cocok untuk semua penyakit yang sebabnya panas kecuali jika ia (diberikan) dalam takaran dosis tertentu Catatan: distorsi pada ketakterjemahan kull, hadd, dan sababuh al-harrah. Dalam teks BSu-2 ditulis: a disorder caused by heat (sebuah penyakit yang disebabkan panas). Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah-1 tidak menerjemahkan kull (setiap) dan penerjemah-2 terlalu memadatkan makna caused by heat.

.511. ... # ...kemudian berubah melakukan pengobatan. ...kemudian melakukan pengobatan berdasarkan diagnosanya. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan bihasbih.

.611. 109

John M. Echols, h. 141

# Dan tidak ada kehinaan yang lebih besar selain kehinaan mengemis. Dan tiada kehinaan yang lebih besar selain kelesuan mengemis. Catatan: distorsi pada kall yang diterjemahkan kehinaan. Sebab, di antara makna kall ialah kelesuan (iy) dan kelemahan (dhuf).110

.711. # kemudian beralih menjadi kesenangan merapikan diri lalu beralih dari permainan itu kepada suka berdandan. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan al-lab dan pilihan makna al-znah.111

811. ... . # ..., dia harus menyuruhnya berbuka puasa dengan minum air tanpa roti atau secara bergantian dengan setiap dua malam.

..., maka dia menyuruhnya sehari berbuka puasa dengan air tanpa roti dan sehari berbuka dengan roti tanpa air. Catatan: distorsi pada wa lailah ala al-khubz duna al-m, dan susunan kalimat yang kurang efektif dan sulit dipahami.

.911. # Jika dia melihat si murid itu berwatak pemberang, dia harus mewajibkannya bersikap santun dan pendiam. Jika melihat muridnya bersifat pemarah, guru mewajibkannya bersikap santun dan meredakan amarahnya. Catatan: distorsi pada pemilihan diksi al-ghadhab ghliban alaih dan al-sukt. Dalam teks BSu-2 ditulis: a predominantly irascible disposition (sering dikuasai watak amarah). Selanjutnya, secara kontekstual, penulis memadankan sukt dengan: meredakan amarah. Sebab, ungkapan sakata an al-ghadhab berarti: meredakan amarah atau melenyapkannya (fatarahu aw zlahu).112

.021. Al-Munawwir, h. 1226 Periksa Al-Munawwir, h. 598 untuk znah; dan h. 1271 untuk lab. 112 Secara kontekstual, ungkapan sakata an al-ghadhab berarti: meredakan amarah atau menghilangkannya. Al-Wasth, h. 438111 110

# Dia pun berlayar ke laut di musim panas ketika ombak sedang pasang. Dia pun berlayar ke laut di musim dingin ketika ombak sangat membahayakan. Catatan: distorsi pada kesalahan terjemah al-syit dan ketakpadanan idhthirb. Semestinya syit113 diterjemahkan musim dingin. Dalam teks BSu-2 ditulis: wintertime (waktu musim dingin). Jadi, penerjemah-2 tidak cermat. 7. Kasus-Kasus Distorsi Makna dalam Bahasan Keenam

)( # Gejala-Gejala Penyakit Hati dan Tanda-Tanda Kesembuhannya

121. . # Dan bahwa sesungguhnya ia dikatakan sakit jika tidak mampu lagi menjalankan fungsinya itu atau cacat. Sungguh, sakitnya (badan) ialah ketika ia tidak mampu menjalankan fungsi penciptaannya sehingga tidak bisa berbuat sama sekali (cacat permanen) atau bisa berbuat tetapi dengan kekacauan. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan ashlan dan nau min al-idhthirb.114 Dalam teks BSu-2 ditulis: or else does so in a disturbed fashion (atau bisa berbuat dengan cara yang kacau). Jadi, penerjemah-2 tidak memadankannya secara lengkap.

221. # Hati yang sakit adalah hati yang tidak mampu lagi menjalankan fungsi seharusnya yang selaras dengan tujuan penciptaannya, yaitu ilmu, hikmah, makrifat, mencintai Allah, menyembah-Nya, .... Hati yang sakit ialah hati yang terhalang dari perbuatan khas yang menjadi fungsi penciptaannya, yaitu mengetahui, memahami, mengenali, mencintai Allah, dan menyembah-Nya, ....113 114

Al-Munawwir, 693 Idhthirb: kegoncangan, kerusakan, kekacauan. Lihat Al-Munawwir, h. 816

Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna filuhu al-khsh (perbuatan khas) dan pilihan diksi al-ilm, al-hikmah, dan al-marifah.

321. ... # Sesungguhnya keunggulan manusia bukanlah karena kekuatan untuk makan, bersanggama, melihat, dan sebagainya, melainkan karena kemampuannya mengenal hakikat segala sesuatu, asal usulnya, .... Sesungguhnya manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kemampuannya untuk makan, bersanggama, melihat, dan sebagainya, tetapi dalam kemampuannya mengenal hakikat penciptaan segala sesuatu, asal usulnya, .... Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna lam yatamayyaz anh dan al m hiya alaihi, serta pilihan diksi quwwah. Dhamir h pada anh merujuk kepada bahim (binatang).

.421. # Sama halnya dengan perut yang lebih memilih lumpur daripada roti dan air. Sama halnya setiap perut yang lebih menyukai lumpur daripada roti dan air. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan kull yang berarti setiap dan pilihan diksi ahabba ilaih (lebih dicintai). Dalam teks BSu-2 ditulis: just as a man who, loving to eat mud, and having lost his desire for bread and water. Di sini, penerjemah-2 berhasil menerjemahkan a man dengan perut yang merupakan padanan maidah.

521. ... # ..., namun secara batiniah tak lebih dari sekadar adat-istiadat yang dikerjakan hanya demi mengundang perhatian orang lain. ..., sedangkan hakikatnya ialah kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap kepameran. Catatan: distorsi pada wa (athaf bermakna: dan) yang diterjemahkan yang serta pilihan makna bthin dan murt.115 Penulis memaknai kata bthin115

Al-Wasth, h. 320

dengan hakikat secara kontekstual. Dalam teks BSu-2 ditulis: but inwardly are no more than customs and acts, perform when others are watching. Di sini, penerjemah-2 melewatkan kata and lalu menggantinya dengan yang (keterangan sifat).

621. ... . # ... sehingga tidak ada sedikit pun hubungan dengan sesuatu yang berkaitan dengan dunia yang mengakibatkan jiwa dapat berpaling dari dunia ini, terlepas dari belenggunya, tidak memedulikannya atau rindu kepada kekayaan-kekayaan yang terdapat di dalamnya. ...sehingga hati tidak lagi memiliki hubungan dengan apa pun yang berkaitan dengan dunia dan jiwa berpisah dari dunia dalam keadaan terlepas dari segala belenggunya, tidak berpaling kepadanya, dan tidak rindu kepada motifmotifnya. Catatan: distorsi pada ketaktepatan rujukan dhamir hu pada lahu yang kembali ke al-qalb (hati), ketidakterjemahan wa-l, dan keberlebihan makna asbb.116 Adapun kata hatt yang kedua lepih pas diterjemahkan dan.

721. Ya Rasulullah, mengapa engkau mengatakan bahwa orang Yahudi telah mengubah rambutmu menjadi kelabu? Rasulullah menjawab, Karena adanya firman Allah Swt., maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu. Wahai Rasulullah, apa sebabnya engkau bersabda, Rambutku beruban # karena Surah Hud. Beliau menjawab, Karena firman-Nya, maka beristiqamahlah kamu (pada jalan yang benar) sebagaimana kamu diperintahkan. Catatan: distorsi pada kesalahan terjemah hd dan syayyabatn. Dalam teks BSu2, ditulis: Why did you declare that Hd had turned your hair gray. 117 Di116 117

Asbb (jamak sabab): sebab, motif, perantara. Al-Munawwir, h. 602 Al-Ghazali on Disciplining The Soul, h. 50

sini penerjemah-2 tidak cermat menerjemahkan kata turned your hair gray yang berarti: rambut Anda beruban. 118 Penerjemah-2 juga salah menerjemahkan Hd yang semestinya berarti: Surah Hud, bukan Yahudi.

.821. # Jadi, berteguh pendirian di jalan yang lurus merupakan sesuatu yang sangat sukar. Jadi, istiqamah (ajeg) di atas jalan yang lurus merupakan sesuatu yang amat samar (sulit dilakukan). Catatan: distorsi pada padanan makna ghyah al-ghumd119 dan pilihan makna istiqmah. Penulis memilih diksi istikamah 120 karena telah menjadi serapan dalam bahasa Indonesia dan memiliki pengertian yang lebih khas wacana tasawuf.

8. Kasus-Kasus Distorsi Makna dalam Bahasan Ketujuh

)( # Cara-Cara Manusia Mengenali Aib Diri Cara Manusia Mengenali Aib-Aib Dirinya

.921. # Anehnya, dia bisa melihat semut di seberang lautan, namun gajah di pelupuk mata tidaklah tampak. Dia bisa melihat debu di mata saudaranya tapi tidak bisa melihat bukit di matanya sendiri. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna beberapa kata dalam ungkapan peribahasa di atas. Meski maksudnya bisa dikatakan seimbang, perjemahan peribahasa yang tidak setia pada teks aslinya tetap mengaburkan keaslian peribahasa dalam BSu yang diterjemahkan.

Lihat makna to turn gray dalam John M. Echols, h. 279 Ghamadha: inkhafadha inkhifdhan syaddan hatt l yur m fhi (sangat samar sampai tidak tampak rupanya), Al-Wasth, h. 662. 120 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), ed. ke-3, cet. ke-4, 2005, h. 446.119

118

031. . # Kedua, hendaklah dia mencari seorang sahabat sejati, bermata hati, dan beragama. Lalu meminta kesediannya untuk mencermati keadaan dirinya dan

memperhatikan sifat-sifat maupun perilakunya. Kedua, hendaklah mencari sahabat sejati yang jujur (menilai), tajam mata batinnya, dan menjaga agamanya, lalu mengangkatnya sebagai pengawas atas dirinya untuk memperhatikan semua keadaan dan perilakunya. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan shadq, kekurangpadanan bashr dan mutadayyin, serta ketakpadanan fayanshibuh raqban.121 Makna-makna yang penulis pilih sudah disesuaikan dengan konteks nuansa tasawuf.

...131. # Sangat sedikit teman yang tidak suka memuji-muji... Maka, sangat sedikit teman dekat yang menjauhi sikap menjilat... Catatan: distorsi pada kekuragterjemahan mudhanah.122 Kata ini dalam teks BSu-2 diterjemahkan flattery (bujukan yang berlebihan atau pujian yang bersifat menjilat).123 Jadi, penerjemah-2 kurang tepat

231. .... # Di antara kawan-kawan Anda, pasti akan ada saja yang memiliki rasa iri, atau maksud terselubung, sering menfitnah, atau penjilat.... Di antara teman dekat Anda, pasti ada saja pendengki atau orang yang punya maksud terselubung yang melihat aib yang tidak sebenarnya, atau penjilat.... Catatan: distorsi pada shhib ghardh yara ma laisa bi-aibin aiban. Dalam teks BSu-2 ditulis: or who has ulterior motive, who deems something a fault when it is not, or a flatterer.... Di sini, penerjemah-2 tidak cermat membaca teks. Perhatikan kata-kata yang digarisbawahi dan bandingkan dengan terjemah penulis.Lihat makna shadq dalam al-Munawwir, h. 770, bashr, h. 88, mutadayyin, h. 437, raqb, h. 520. 122 Al-Munawwir, h. 429. 123 John M. Echols, h. 246.121

.331. # Sesungguhnya adalah tekad orang-orang beriman untuk mengenali kesalahankesalahannya. Sudah menjadi hasrat orang-orang beragama untuk memperhatikan keburukan-keburukannya. Catatan: distorsi pada pilihan makna syahwah dan an yatanabbah.124 Dalam teks BSu-2, kata syahwah dipadankan dengan desire (hasrat, keinginan). Jadi, penerjemah-2 tampaknya berusaha mencari padanan yang secara kontekstual dekat tetapi secara tekstual menyimpang.125

431. . # ...meskipun rasa sakitnya hanya berlangsung dalam waktu satu hari saja. Sedangkan racun akhlak yang buruk dapat menembus hati seseorang yang dikhawatirkan akan terus berlangsung hingga sesudah kematian. Padahal, bencana-sengatannya hanya terbatas pada badan, dan rasa sakitnya berlangsung sehari atau kurang dari itu, sedangkan bencana akhlak buruk pada lubuk hati lebih dikhawatirkan berlangsung terus menerus setelah kematian. Catatan: distorsi pada ketakpadanan nikyah, shamm al-qalb, dan akhsy serta ketakterjemahan fam dnahu dan abadan. Kata nikyah dipadankan penerjemah-1 dengan ugly (keburukan, bahaya). Sedangkan dalam bahasa Arab, kata ini dimaknai pengalahan. 126 Di sini, penulis memadankannya dengan bencana berdasarkan makna kontekstualnya.

.531. # Namun, kita malah tidak berterima kasih kepada orang yang mengingatkan kita terhadap hal ini, dan tidak mau bersegera melaksanakan nasihatnya.124

Syahwah: hasrat, keinginan, Al-Munawwir, h. 1381; tanabbaha: memperhatikan, alMunawwir, h. 1381 125 Lihat Al-Ghazali on Disciplining the Soul, h. 53 126 Al-Wasth, h. 953, Al-Munawwir, h. 1464.

Kemudian, kita malah tidak senang kepada orang yang mengingatkan kita tentang bencana itu dan kita tidak segera menghilangkannya. Catatan: distorsi pada ketakpadanan makna l nafrahu127 dan kesalahan terjemah l nasytaghilu bi-izlatih. Dalam teks BSu-2, l nafrahu diterjemahkan: we are not delighted (kita tidak senang). Jadi, distorsi terjadi karena penerjemah2 tidak cermat atau tidak setia dengan makna dalam teks BSu. Kata isytaghala128 bermakna: sibuk, bekerja. Namun, penulis memadankannya dengan segera berdasarkan konteks kalimat.

631. # Inilah kekerasan hati yang diakibatkan oleh banyaknya dosa dan bersumber dari lemahnya iman. Sikap seperti itu bisa jadi bersumber dari kekerasan hati yang dihasilkan oleh banyaknya dosa. Dan pangkal semua dosa adalah lemahnya iman. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan wa yusybihu an yakna dan qaswah129 al-qalb allat atsmarath. Dalam teks BSu-2 ditulis: This is kind of hardness in the heart produced by many sins, which in turn are the consquence of weak faith. Jadi, distorsi bermula dari teks sumber terjemah.

731. .# Kami memohon kepada Allah Swt. agar memberikan petunjuk kepada kami, menunjukkan kesalahan-kesalahan kami, menyegerakan kami untuk memperbaikinya, dan memberikan taufik kepada kami untuk berterima kasih kepada orang yang bersedia mengungkapkan kelemahan-kelemahan kami.

Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar mengilhami kita kelurusan pikiran, membukakan mata hati kita agar melihat cacat-cacat kita, menyibukkan kita dengan perbaikannya, dan memberi kita taufik untuk

127 128

Al-Munawwir, 1042. Al-Munawwir, h. 727. 129 Qaswah: kekerasan, Al-Munawwir, 1119.

berterima kasih kepada orang yang bersedia menunjukkan keburukankeburukan kita melalui anugerah dan keutamaan-Nya. Catatan: distorsi pada ketakpadanan an yulhiman rusydan wa yubashshiran bi-uybin dan ketakterjemahan bi-mannih wa fadhlih. Kata alhama bermakna: mengilhami, sedangkan bashshara berarti: membukakan penglihatan. 130 Secara kontekstual, penulis memadankannya dengan: membukakan mata batin.

.831. # Aku hanya memperhatikan kebodohan orang yang dungu, lalu aku menjauhinya. Aku hanya melihat ketidaktahuan orang bodoh sebagai keburukan, lalu aku menjauhinya. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan syain dan pilihan diksi jahl dan jhil.131 Dalam teks BSu-2 ditulis: I perceived the ignorance of the ignorant man, and avoided it.132 Di sini, kata syain memang tidak diterjemahkan.

931. ... . # ...yang mampu melihat aib maupun kelemahan diri: pengasih, memberikan nasihat dalam urusan agama, dan yangsetelah mendisiplinkan jiwanya sendiritekun menasihati dan mendisiplinkan jiwa hamba-hamba Allah yang

lain. ...yang tajam mata batinnya terhadap aib-aib jiwa, pengasih, penasihat agama, mampu mendidik dirinya, serta tekun mendidik hamba-hamba Allah sebagai penasihat mereka. Catatan: distorsi pada pilihan makna bashr, nshih, frigh min tahdzb nafsih, dan ketakterjemahan tahdzb ibdillh tal nshihan lahum.133

9. Kasus-Kasus Distorsi Makna dalam Bahasan Kedelapan

130 131

Lihat makna alhama, Al-Munawwir, h. 1293 dan bashshara, Al-Munawwir, 87 Lihat makna ra, Al-Munawwir, h. 460 dan syain, Al-Munawwir, 758 132 Lihat al-Ghazali on Disciplining the Soul, h. 54 133 Untuk makna bashr, lihat Al-Munawwir, h. 87, dan uyb, Al-Munawwir, h. 989

( )# Penyebab Utama Penyakit Hati, Cara-Cara Menyembuhkan Penyakit Hati, dan Orang-Orang yang Mencapai Kebeningan Hati. Beberapa Bukti tentang Orang-Orang yang Memiliki Mata Batin dan DalilDalil Syariat tentang Meninggalkan Hawa Nafsu Sebagai Cara Mengobati Penyakit Hati serta Memperturutkan Nafsu sebagai Biang Penyakit Hati. Catatan: teks BSu dan hasil terjemahnya tidak padan.

041. # Artinya Allah membebaskan mereka dari kecintaan terhadap nafsu mereka. Maksudnya Allah mencabut dari hati mereka kecintaan terhadap hawa nafsu. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan nazaa134 dan dhamir h pada minh yang kembali kepada al-qulb. Dalam teks BSu-2 ditulis: He divested them of love for their desires. Jadi, distorsi terjadi pada hasil terjemah edisi Inggrisnya.

.... 141. : # Orang beriman itu dihadapkan kepada lima hal berat: adanya mukmin lain yang menaruh rasa iri kepadanya, orang munafik yang membencinya, .... dan jiwa yang berusaha melawannya. Orang mukmin berada di antara lima hal yang berat: adanya mukmin lain yang iri kepadanya, munafik yang membencinya, .... dan nafsu yang menentangnya. Catatan: distorsi pada kekurangpadanan makna baina dan pilihan diksi nafs. Secara kontekstual, penulis memadankan nafs (teks BSu-2: soul) dengan nafsu, alih-alih ego atau jiwa. Sebab, nafsu merupakan faktor dominan dalam jiwa.

241. 134

Nazaa: mencabut, Al-Munawwir, h. 1407

# Berjuanglah melawan nafsumu dengan pedang pendisiplinan-diri Perangilah nafsumu dengan pedang pelatihan-jiwa Catatan: distorsi pada pilihan makna jhid dan riydhah. Berbeda dengan kasus sebelumnya, penerjemah-2 memadankan soul (teks BSu-1: nafs) dengan nafsu secara kontekstual.

341. . # Lalu jika tergerak dalam jiwa, keinginan untuk memuaskan nafsu dan perbuatan dosa, serta kesenangan berbicara banyak, akan terhunuslah senjata untuk menyedikitkan makan, ketekunan shalat malam dan menahan tidur, serta terpukullah ia oleh sikap tidak peduli dan sedikit bicara hingga Anda terbebas dari perbuatan aniaya dan balas dendam. Dengan demikian, Anda terlindung dari malapetaka yang ada pada semua manusia, membersihkan jiwa dari pekatnya nafsu sehingga Anda selamat dari penyakit-penyakit yang membahayakan. Dan ketika keinginan memuaskan nafsu dan perbuatan dosa bergerak di dalam jiwa, dan manisnya omongan yang sia-sia ikut bergelora, hunuslah pedang pengurangan makan dari sarung kegelapan shalat malam, lalu pukullah ia dengan tangan kelemahan nafsu dan sedikit bicara sehingga Anda terlepas dari kezaliman dan kejahatan. Dengan demikian, Anda aman dari malapetaka syahwat di antara semua manusia, lalu Anda membersihkan jiwa dari pekatnya nafsu sehingga selamat dari pelbagai penyakitnya. Catatan: distorsi pada pilihan makna halwah fudhl al-kalm, jaradta, suyf, ghimd135 al-tahajjud, khuml,136 bawiq, serta ketakterjemahan wa-tasyfh min zhulmah syahawtih dan fatanj min awil ftih. Bandingkan perbedaan makna dalam dua terjemah di atas.

...441. 135 136

Ghimd: ghilf al-saif (sarung pedang), Al-Wasth, h. 661 Khuml: kelemahan, Al-Munawwir, h. 369

# Berhati-hatilah terhadap dunia dengan menjauhinya.... Berhati-hatilah terhadap dunia dengan sikap zuhud di dalamnya.... Catatan: distorsi pada pilihan diksi menjauhinya untuk makna zuhd. Padahal, zuhd merupakan kosa kata khas tasawuf yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi: zuhud. 137 Amatullah Armstrong mendefiniskan zuhd dengan: menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. 138 Sedangkan dalam al-Wasth, kata zahida (zuhd) dimaknai: berpaling dan meninggalkan sesuatu karena kerendahannya atau sedikitnya (aradha anhu wa tarakahu lihtiqrihi aw liqillatihi).139

541. # duduk di panggung kehormatan di sebelahnya. duduk untuk menghormatinya di pinggir jalan yang tinggi. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan rbiyah al-tharq dan lah. Kata rbiyah bermakna: m irtafaa min al-ardh (tanah yang tinggi).140 Secara kontekstual, penulis menerjemahkan kata qaadat lahu dengan: duduk untuk menghormatinya. Dalam teks BSu-2 ditulis: a nearby eminence (dekat bukit).141

.641. # Aku bangkit dan membaca doa (wird). Akan tetapi, tidak kurasakan kebahagiaan yang biasa kurasakan.... Lalu aku bangkit untuk melaksanakan wiridku, namun tak kujumpai kenikmatan yang biasa kurasakan.... Catatan: distorsi pada ketakterjemahan il wird dan pilihan makna al-halwah. Wird bermakna: kutipan bacaan Al-Quran, doa, dan zikir yang menjadi rutinitas,142 sedangan halwah: kenikmatan dan keindahan. 143 Karena sudah menjadi serapan dan merupakan istilah khas dalam tasawuf, penulis

137

Zuhud: hal meninggalkan keduniawian, pertapaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.

1281.138 139

Amatullah Armstrong, Khazanah Istilah Sufi, (Bandung: Mizan, 2001), cet. ke-4, h. 332. Munir al-Baalbaki, Al-Maurid, h. 403. 140 Al-Wasth, h. 326. 141 Salah satu makna eminence ialah bukit. Lihat John M. Echols, h. 211. 142 Al-Wasth, h. 1025. 143 Al-Wasth, h. 195.

mempertahankan diksi wirid. Secara kontekstual, penulis juga menerjemahkan qumtu il dengan: bangkit untuk melaksanakan.

.741. # kecuali dengan cara menghalangi jiwa dari hawa nafsu. kecuali dengan mencegah jiwa dari hawa nafsu dan menentang syahwatsyahwatnya. Catatan: distorsi pada mukhlafah al-syahawt yang tidak diterjemahkan. Dalam teks BSu-2 ditulis: souls whims and desires (tingkah polah jiwa dan hasrathasratnya). Jadi, penerjemah-2 melewatkan kata desires.

841. # Hal ini dilakukan dengan membatasi diri dari hal-hal yang bersifat duniawi sehingga tidak menghalanginya untuk mengingat dan merenung. ...dan membatasi dari dunia sekadar kebutuhan yang dapat menolak hambatan-hambatan zikir (mengingat Allah) dan merenung. Catatan: distorsi pada ketakterjemahan al m yadfa awaiq 144 al-dzikr.