total plate count (tpc)

Upload: ayu-tirtamara

Post on 19-Oct-2015

1.381 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGIPEMERIKSAAN TOTAL PLATE COUNT (TPC)

Disusun oleh :A.A. Ayu TirtamaraNIM P07134012027Semester III

Disampaikan kepada :Dosen Pembimbing Praktikum Bakteriologi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASARDIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN2013

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme.Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya.Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi.Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahan pangan.Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit. Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc, mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gagguan perut akibat makanan disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, keracunan langsung oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun; toksintoksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yan mengandung parasit-parasit hewan dan mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering dikelompokkan menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukar dalam penentuan penyebabnya.Apabila terjadi kontaminasi makanan yang berlebihan di tengah tengah masyarakat secara otomatis gangguan kesehatan masarakat akan pula menigkat karena adanya peningkatan kontaminasi makanan yang tinggi. Untuk mencegah terjadinya peningkatan kontaminasi makanan yang tinggi sebaiknya yang sangat utama adalah kebersihan higiens dan sanitasi yang perlu di tingkatkan, karena dengan program tersebut angka kontaminasi makanan yang ada dapat menurun. Banyaknya penjual makanan yang instan serta pedagang makanan yang memerlukan bahan makanan yang tidak berstandar taraf kesehatan, ini memicu juga angka kontaminasi makanan akan tinggi. Hal tersebut yang melatar belakangi penulis untuk mengangkat permasalahan tersebut sebagai bahan yang akan dibahas dalam laporan praktikum dengan judulPenentuan Angka Kuman pada Tahu.Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan (makanan, minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba.Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut.Bahan yang dapat dikatakan baik jika jumlah mikroba yang terkandung dalam bahan tersebut masih di bawah jumlah standar yang ditentukan oleh suatu lambaga.Kandungan mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya, serta dapat ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi.

1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang yang dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam praktikum dan penulisan laporanpraktikum ini adalah sebagai berikut :1. Bagaimana prosedur pengolahan sampel untuk pemeriksaan angka kuman pada tahu ?2. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengolahan sampel tahu untuk pemeriksaan angka kuman ?3. Bagaimana teknik isolasi bakteri menggunakan media PCA untuk pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu ?4. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam penanaman bakteri menggunakan media PCA untuk pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu ?5. Apakah ada koloni yang tumbuh pada media PCA yang digunakan sebagai kontrol dan penanaman sampel untuk pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu ?6. Jika ada, bagaimana ciri-ciri koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA dalam pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu ?7. Berapa jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA dalam pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu ?8. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam perhitungan angka kuman sampel bahan makanan?9. Berdasarkan hasil pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu, apakah sampel tahu yang diperoleh memenuhi kualitas higienitas bahan makanan secara bakteriologis ?

1.3 TujuanDari rumusan masalah di atas, tujuan dalam praktikumdan penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :1. Untuk mengetahui prosedur pengolahan sampel untuk pemeriksaan angka kuman pada tahu.2. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan sampel tahu untuk pemeriksaan angka kuman.3. Untuk mengetahui teknik isolasi bakteri menggunakan media PCA untuk pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu.4. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman bakteri menggunakan media PCA untuk pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu.5. Untuk mengetahui ada/tidaknya koloni yang tumbuh pada media PCA yang digunakan sebagai kontrol dan penanaman sampel untuk pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu.6. Untuk mengetahui ciri-ciri koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA dalam pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu.7. Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA dalam pemeriksaan angka kuman pada sampel tahu.8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan angka kuman sampel bahan makanan.9. Untuk mengetahui kualitas bahan makanan (tahu) secara bakteriologis.

1.3 ManfaatManfaat dari praktikum yang telah dilakukan dan penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Mahasiswa :Laporan praktikum ini dapat menambah wawasan mahasiswa tentang Pemeriksaan Angka Kuman, sehingga dapat mengatahui prosedur pemeriksaan angka kuman pada makanan dan minuman, dan dapat mengoalh sampel, serta dapat menghitung angka kuman pada makanan dan minuman.2. Bagi Dosen Pembimbing :Laporan praktikum ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam proses perkulihan dan dapat dijadikan acuan dalam memberikan penilaian serta laporan ini dapat digunakan sebagai bahan ajar.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi higienitas bahan makananSetiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya berbeda.Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung dengan sumber-sumber pencemar mikroba, seperti tanah, air, debu, saluran pencernaan dan pernafasan manusia atau hewan.Dalam batas-batas tertentu kandungan mikroba pada bahan pangan tidak banyak berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut. Akan tetapi, apabila kondisi lingkungan memungkinkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, maka bahan pangan akan rusak karenanya (Dwidjoseputro 2005). Menurut Fardiaz (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah zat makanan, pH, air, oksigen, dan senyawa penghambat pertumbuhan. Adapun menurut Buckle (1987), selain zat makanan, suhu, pH, dan aktifitas air, pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh waktu, potensial reduksi oksidiasi (redoks), struktur biologi, dan faktor pengolahan.1. Zat MakananKomponen kimiawi dan bahan makanan dapat ikut menentukan jenis mikroorganisme yang dominan di dalam bahan makanan tersebut.Komponen kimiawi tersebut sangat menentukan jumlah zat-zat gizi yang paling penting untuk perkembangan mikroorganisme (Buckle 1987).2. Suhu PertumbuhanMenurut Buckle (1987), suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dengan dua cara yang berlawanan yaitu (1) apabila suhu mengalami kenaikan sekitar suhu optimalnya, kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat sedangkan bila suhu turun sekitar suhu optimalnya, kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhan juga diperlambat. Selanjutnya, Winarno (2002) menyebutkan bahwa setiap penurunan suhu 8C akan membuat kecepatan reaksi berkurang menjadi setengahnya. (2) bila suhu naik hingga diatas suhu maksimal atau turun dibawah suhu minimal, maka pertumbuhan mungkin akan terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel mengalami kematian.3. Nilai pHSetiap organisme memiliki kisaran pH tertentu yang masih memungkinkan bagi pertumbuhannya dan juga mempunyai pH optimum. Pada umumnya, mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran suhu 6,6-8,0 dan nilai pH luar pada kisaran 2,0-1,0 sydah bersifat merusak (Buckle 1987). Mikroorganisme juga memerlukan pH tertentu untuk pertumbuhannya, namun pada umumnya bakteri memiliki kisaran pH yang sempit, yaitu sekitar pH 6,5-7,5 atau pada pH netral.4. Aktifitas AirJumlah air yang terkandung didalam bahan makanan atau larutan disebut sebagai aktivitas air (water activity). Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhnkan jumlah air yang berbeda pula untuk pertumbuhannya. Bakteri umumnya memerlukan media yang memiliki nilai aw tinggi (0,91), khamir membutuhkan nilai aw 0,87-0,91 sedangkan kapang membutuhkan nilai aw yang lebih rendah lagi, yaitu 0,80-0,87 (Buckle 1987).5. Ketersediaan OksigenMasing-masing organisme membutuhkan jumlah oksigen yang berbeda untuk metabolismenya. Ada organisme yang tidak membutuhkan oksigen sama sekali untuk pertumbuhannya (anaerob), ada yang membutuhkan sedikit oksigen (mikroaerofil) dan ada yang dapat tumbuh dan berkembang biak pada kondisi lingkungan yang cukup oksigen maupun tidak ada oksigen sama sekali (anaerob fakultatif).6. Senyawa penghambatPertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh senyawa-senyawa dalam bahan makanan yang bersifat antimikroba yang secara ilmiah ada didalam bahan makanan tersebut maupun yang sengaja ditambahkan seperti asam benzoat dan asam sorbat.7. WaktuMenurut Fardiaz (1992), perbedaan dalam sifat-sifat sel suatu organism dan mekanisme pertumbuhannya menyebabkan perbedaan dalam kecepatan pertumbuhan. Umumnya, semakin komplek dalam sifat-sifat sel suatu organisme, maka waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk membelah semakin lama.Bakteri membelah lebih cepat dari pada khamir, sedangkan khamir lebih cepat dari pada kapang. Bakteri membelah secara cepat dan tumbuh maksiimal dalam waktu 45 menit, khamir baru membelah dengan cepat dalam waktu 90 menit, kemudian kapang membelah dalam waktu 180 menit.8. Potensial Reduksi Oksidiasi ( Redoks )Potensial reduksi oksidasi menunjukkan kemampuan substrat untuk melepaskan elektron (oksidasi) atau menerima elektron (reduksi).Potensial redoks sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroba.Mikroba memerlukan potensial redoks positif (teroksidasi), sedangkan pada mikroba anaerob memerlukan potensial redoks negatif (tereduksi).9. Struktur BiologiStruktur biologi seperti kulit pada telur, kulit kacang-kacangan dan kulit buah berperan mencegah masuknya mikroba ke dalam bahan pangan tersebut.10. Faktor PengolahanMikroba spesifik yang terdapat di dalam bahan pangan dapat dikurangi jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan atau pengawetan pangan. Jenis-jenis pengolahan atau pengawetan pangan yang berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, antara lain suhu tinggi, suhu rendah, penambahan bahan pengawet dan irradiasi.2.2 Pemilihan media pembiakan untuk pemeriksaan angka kuman bahan makananMikroorganisme dibiakan di laboratorium yang terdiri dari bahan nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bargantung pada banyak faktor seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harus mengandung sema zat makanan yang diperlukan oleh mikroorganisme tersebut. Faktor lain seperti pH, suhu, dan pendimginan harus dikendalikan dengan baik. (Buckle, 2007)Selain untuk tujuan diatas medium juga memiliki fungsi lain seperti tempat untuk mengisolasi, seleksi, evaluasi dan differensiasi biakan yang didapatkan. Agar tiap-tiap medium memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan sehingga seringkali digunakan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba(Suriawiria, 2005)

2.3 Persiapan ruangan untuk pemeriksaan angka kuman bahan makanan Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin dan sebagainya.Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalanagar tekena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986).

2.4 Teknik isolasi bakteri untuk perhitungan angka kuman sampel padat (bahan makanan)1. Teknik preparasi sampel padat dengan cara pengenceran (Dilution)Salah satu jenis preparasi sampel adalah dengan caramaseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air.Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Contoh sampelnya antar lain bakso, tahu, biji, dll. Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v). Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count).Pada proses dilusi dapat dilakukan teknik pengenceran bertingkat. Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan.Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya.Gambar teknik pengenceran bertingkat

2. Teknik Pour Plate (agar tuang)Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat.Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir, sedangkan pada perhitungan angka kuman suatu bahan makanan, suspensi diambil dari setiap sampel pada tabung pengenceran.Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen.Gambar teknik isolasi bakteri dengan metode pour plate

Dalam pour plate, cawan petri yang telah berisi campuran media dan sampel tersebut kemudian diputar dengan lembut untuk memastikan bahwa media dan sampel bercampur secara merata.

Gambar perbedaan teknik spread plate dengan teknik pour plate

Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar yang telah memadat, sedangkan pada metode pour plate suspensi bakteri dicampurkan terlebih dahulu pada media yang belum memadat sebelum dituangkan ke cawan petri.Alasan diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 mL untuk spread plate dan 1 mL untuk pour plate karena spread plate ditujukan untuk menumbuhkan bakteri hanya pada permukaan media saja, sedangkan pour platedigunakan untuk menumbuhkan bakteri pada permukaan dan bagian tengah media sehingga membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penyebarannya maka diberikan lebih banyak suspensi sampel daripada spread plate.2.2 Cara Menghitung Jumlah Mikroba dan Pengaruh Faktor PengenceranPada teknik isolasi dengan pour plate memungkinkan mikroorganisme untuk tumbuh baik di permukaan dan di dalam media. Sebagian besar dari koloni tumbuh dalam media dan dalam ukuran kecil dan mungkin konfluen. Beberapa daerah koloni yang tumbuh di permukaan dapat berupa ukuran yang sama.Suspensi bakteri yang telah ditanam pada media agar (PCA= Plate Count Agar), setelah inkubasi pada suhu 37C selama 24-48 jam dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Satuan perhitungan jumlah mikroba dikenal dengan istilah Colony Forming Units (CFUs) untuk perhitungan bakteri dan kapang.Analisis mikroorganisme digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan. Analisis tersebut dapat menggunakan standar yang disebut Standar Plate Count (SPC), menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu bahan pangan yang dianalisis. Cara menghitung koloni adalah sebagai berikut:1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300.2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satumerupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai 1 koloni.3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai 1 koloni.Adapun rumus untuk menghitung jumlah koloni per ml adalah sebagai berikut:Jumlah koloni per ml = jumlah koloni per cawan x (1/Fp)Keterangan: Fp = Faktor pengenceran

BAB IIIMETODE

3.1 Waktu dan TempatPraktikum pemeriksaan TPC/angka kuman makanan dan minuman ini dilakukan pada :a) Hari, tanggal: Kamis, 13 Juni 2013b) Tempat: Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar

3.2 Alat dan Bahan A. ALATPemeriksaan angka kuman pada tahu | 1

1. Mortir steril2. Tabung reaksi3. Rak tabung reaksi4. Gelas ukur 250 ml5. Pipet ukur 1 ml, 10 ml6. Bola hisap7. Petridish steril8. Neraca analitik9. Erlenmeyer 100, 250, 500 ml

10. Api spiritus/Bunsen11. Pinset12. Inkubator13. Kertas label 14. Spatel15. Batang pengaduk16. Kompor listrik17. Benang pulung/ tali18. Botol semprot

B. BAHANC. MEDIA/REAGENSIA1. Kristal NaCl1. Larutan garam fisiologis/Pz2. Serbuk media PCA2. Media PCA3. Aquades steril4. Kapas berlemak5. Aluminium foil6. Tahu3.3 Cara Kerja3.3.1 Preparasi sampel padat (tahu)1. Sampel tahu dihancurkan dengan blender, apabila tidak ada blender bisa dengan mortir steril.2. Memasukkan 10 g sampel tersebut ke dalam labu erlenmeyer/botol steril.3. Menuangkan 90 ml aquades steril ke dalamnya.4. Bahan dengan pengencer tersebut siap digunakan untuk pemeriksaan angka kuman, MPN dan pemeriksaan biakan.3.3.2 Pemeriksaan angka kuman1. Menyiapkan 6 buah tabung reaksi steril, disusun dalam rak tabung. Masing-masing tabung secara berurutan diberi tanda 10-1,10-2,10-3,10-4, 10-5, 10-6 dan seterusnya sebagai kode pengenceran.2. Menyiapkan 7 buah petridish steril, pada 6 buah petridish diberi tanda pada bagian belakangnya sesuai dengan kode pengenceran dan tanggal pemeriksaan seperti butir a, satu petridish diberi tanda control.3. Pada tabung kedua sampai enam diisi 9 ml larutan garam fisiologis atau aquades steril atau larutan buffer phosfat. Untuk pemeriksaan Bacillus cereus harus menggunakan buffer phosfat.4. Mengocok bahan di atas sampai homogen (+25 kali) kemudian ambil 10 ml dimasukkan pada tabung ke satu.5. Memindahkan 1 ml bahan dari tabung kesatu ke tabung kedua dengan pipet kemudian dikocok hingga homogen.6. Memindahkan 1 ml bahan dari tabung kedua ke tabung ketiga dengan pipet kemudian mengocok hingga homogen.7. Demikian selanjutnya dilakukan hal yang sama sampai tabung keenam sehingga diperoleh pengenceran tabung 10-1,10-2,10-3,10-4, 10-5, 10-6 atau sesuai dengan kode pengenceran yang telah dibuat sebelumnya. Dari masing-masing tabung di atas, dimulai dari tabung keenam diambil 1 ml. Dengan pipet steril dimasukkan ke dalam masing-masing petridish steril sesuai dengan kode pengenceran yang sama.8. Kemudian ke dalam masing-masing petridish ini dituangi media plat count agar (PCA) yang telah dipanaskan dalam waterbath 450C sebanyak 15-20 ml. Dan masing-masing petridish digoyang perlahan-lahan sehingga tercampur merata kemudian dibiarkan dingin dan membeku.9. Memasukkan ke dalam inkubator suhu 370C selama 24-48 jam dalam posisi terbalik.10. Kontrol media dibuat dengan media PCA tanpa diberi sampel. Kontrol ruangan dibuat dengan memakai PCA dengan cara membuka tutup petridish selama 5 menit.11. Pembacaan dilakukan setelah 18-24 jam dengan cara menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada setiap petridish.3.3.3 Pemeriksaan hasil dan pelaporanA. Pembacaan Hasil1. Menghitung koloni yang tumbuh pada masing-masing petridish.2. Koloni-koloni yang bergabung menjadi satu atau membentuk satu deretan/koloni yang terlekat sebagai garis tebal atau jumlah koloni yang meragukan, dihitung sebagai satu koloni kuman.3. Menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada petridish control. Apabila jumlah koloni pada petridish control lebih besar dari 10, maka pemeriksaan harus menggunakan PCA dari pembuatan yang lain.B. PelaporanPelaporan hanya dilakukan pada petridish yang menghasilkan jumlah koloni antara 30-300 koloni serta apabila jumlah pada petridish kontrol kurang dari 10 koloni, jumlah koloni pada masing-masing petridish ini harus dikurangi terlebih dahulu dengan jumlah koloni pada petridish kontrol.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan preparasi sampel tahuGambarKeterangan

Sebelumnya tahu ditimbang terlebih dahulu dengan neraca analitik sebanyak 10 gram lalu di hancurkan sampai halus dengan pestle dalam mortir steril dalam keadaan steril dengan cara bekerja didekat api bunsen.

Larutan Pz yang telah disterilisasi di takar dengan labu ukur sebanyak 90 ml.Pengerjaan selalu dalam keadaan steril yaitu di daerah api bunsen yang menyala.

Setelah bahan halus dituangkan sedikit demi sedikit larutan pz steril yang telah ditakar ke dalam mortir.

GambarKeterangan

Erlenmeyer yang telah steril tutupnya dibuka di daerah steril yaitu di daerah api bunsen agar kesterilannya terjaga.

Larutan pz yang telah bercampur dengan bahan dituangkan ke dalam Erlenmeyer tadi. Lalu dibilas sisa-sisa tahu dalam mortir dengan larutan pz sampai larutan pz yang telah ditakar tadi habis.

Bahan telah siap digunakan untuk pemeriksaan angka kuman. Lalu diberi label 10-1 sebagai tanda sampel awal.

4.2 Preparasi sampel tahu dengan pengenceran bertingkatGambarKeterangan

Sampel awal dengan label 10-1 dipipet dengan pipet ukur sebanyak 1 ml. Pengerjaan dari awal sampai akhir tetap didaerah api bunsen agar tetap steril.

Lalu 1 ml larutan tadi dimasukkan dalam tabung dengan label 10-2 yang sebelumnya telah berisi larutan pz steril sebanyak 9 ml. Kemudian dikocok hingga homogen.

Lalu dipipet larutan dalam tabung 10-2 sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam tabung 10-3, dikocok hingga homogen. Begitu seterusnya sampai tabung dengan label 10-6. Hal ini disebut dengan pengenceran bertingkat.

Setelah dilakukan pengenceran bertingkat terlihat bahwa dari tabung dengan label 10-1 ke tabung 10-6 larutannya semakin jernih.

Setelah itu dipipet larutan dari tabung 10-6 sebanyak 1 ml.

Kemudian larutan sebanyak 1 ml tadi dimasukkan dalam petridish steril dengan label10-6 dengan tutup petridish dibuka sedikit untuk menjaga kesterilan.

Lalu dipipet 1 ml larutan dari tabung 10-5 kedalam petridish dengan label 10-5 begitu seterusnya sampai semua petridish dari 10-1 sampai 10-6 terisi larutan.

Kemudian petridish yang telah terisi larutan tadi ditambahkan dengan larutan media PCA sampai merata sebanyak 15-20 ml. Lalu ditunggu hingga membeku.

Gambar disamping menunjukkan keenam petridish yang berisi label 10-1 sampai 10-6 berisi media yang telah membeku. Lalu dimasukkan dalam incubator suhu 370C selama 24-48 jam dalam keadaan terbalik.

Gambar disamping menunjukkan kontrol media yang dibuat dengan media PCA namun tanpa diberi sampel lalu dimasukkan dalam incubator dengan perlakuan yang sama.

Setelah 24 jam media dikeluarkan dari inkubator. Untuk pemeriksaannya yang pertama kali harus kita amati dan dihitung jumlah koloninya adalah kontrol media. Terapat 1 koloni bakteri dalam kontrol media. Pemeriksaan dapat dilanjutkan.

4.3 Gambar hasil pemeriksaan angka kuman pada sampel tahuGambarKeterangan

Pada petridish 10-2 terdapat 13 koloni bakteri.

Pada petridish 10-3 terdapat 10 koloni bakteri.

Pada petridish 10-4 terdapat 8 koloni bakteri.

Koloni bakteriPada petridsh 10-5 terdapat 7 koloni bakteri.

Pada petridish 10-6 terdapat 5 koloni bakteri. Hasilnya dicatat dan dilakukan pelaporan jika jumlah koloni antara 30-300 koloni bakteri. Namun dari hasil praktikum ini tidak terdapat jumlah koloni antara 30-300 koloni bakteri.

4.4 Pembahasanmengenai preparasi sampel tahuSampel tahu termasuk ke dalam sampel padat, sehingga digunakan teknik preparasi sampel dengan caramaseration (pengancuran), saat sampel tahu yang berbentuk padat ditumbuk hingga halus dengan menggunakan mortar dan pestle, kemudian dilakukan proses dilution dengan menggunakan larutan PZ (garam fisiologis) steril. Pada proses dilution mikroba yang ada di permukaan atau di dalam sampel tahu dapat terlepas kemudian akan tersuspensi pada larutan PZ steril. Tujuan dilakukannya dilution terhadap sampel tahu adalah untuk melarutkan atau melepaskan mikroba dari sampel tahu ke dalam PZ steril sehingga lebih mudah penanganannya.Proses dilusi (dilution) yang dilakukan pada pemeriksaan ini adalah teknik pengenceran bertingkat yang bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam larutan PZ steril.Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses maseration dan dilution adalah :a. Selalu mengunakan alat dan bahan yang steril, sebab alat yang tidak steril dapat menyebabkan sampel yang diuji terkontaminasi oleh bakteri yang berasal dari alat dan bahan yang tidak steril. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan kondisi angka kuman pada sampel yang sebenarnya. Maka dari itu, sebelum dilakukan preparasi sampel telah dilakukan proses sterilisasi alat dan bahan yang digunakan, seperti : sterilisasi cawan petri, mortar dan pestle, tabung reaksi yang berisi larutan PZ, sterilisasi pipet ukur, sterilisasi larutan media PCA (Plate Count Agar).b. Praktikan tidak boleh menyentuh sampel (tahu) dengan tangan. Tujuannya dalah untuk menghindari kontaminasi oleh bakteri yang berasal dari tangan praktikan.c. Proses maseration selalu dilakukan pada zona steril, misalnya : di dekat api spiritus yang menyala. Hal ini untuk meminimalisir kontaminasi oleh bakteri yang berasal dari udara.d. Diusahakan agar sampel yang dihancurkan harus sehalus mungkin, agar nantinya ampas sampel tahu tidak mengganggu pengamatan saat mengitung jumlah koloni yang tumbuh pada media.e. Saat membuka tabung reaksi (tempat pengenceran sampel) untuk melakukan pengenceran bertingkat harus dilakukan pada zona steril, kemudian tabung segera difiksasi saat ingin menutup tabung.

4.5 Pembahasanmengenai pemeriksaan angka kuman pada tahu dengan metode pour platePada pemeriksaan angka kuman pada tahu digunakan media PCA sebab media ini baik untuk pertumbuhan semua jenis mikroba karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh bakteri.Pada pemeriksaan angka kuman sampel tahu digunakan metode pour plate sebab tidak semua bakteri dapat tumbuh pada permukaan media, ada pula bakteri yang tumbuh pada bagian tengah media, sehingga media pour plate adalah yang paling cocok digunakan, sebab sampel yang terdiri dari suspensi bakteri pada tahu dapat menyebar pada seluruh bagian media.Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan angka kuman dengan metode pour plate adalah :a. Media PCA yang digunakan harus masih dalam keadaan cair (belum membeku) agar dapat dilakukan homogenisasi campuran media dan sampel.b. Media PCA yang belum membeku dituang pada cawan petri pada suhu 45-50C setelah penuangan sampel pada cawan petri. Hal tersebut bertujuan untuk memperkecil kontaminasi oleh air kondensasi yang dapat timbul apabila media dituang pada suhu yang sangat tinggi.c. Homogenisasi campuran media dan sampel pada cawan petri harus dilakukan secara perlahan dan jangan terlalu lama, sebab jika media telah setengah padat, hal tersebut dapat merusak penampilan/bentuk permukaan media.

4.6 Pembahasan hasil perhitungan jumlah koloni bakteri per cawan petriPada perhitungan angka kuman pada media kontrol ditemukan 1 buah koloni kuman dengan bentuk bulat dan berwarna putih yang tumbuh pada permukaan media.Media kontrol yang terdiri dari campuran media PCA dan PZ (garam fisiologis) steril tanpa diberi suspensi sampel (tahu), seharusnya tidak ditumbuhi koloni bakteri, karena alat dan bahan yang digunakan sudah disterilisasi. Hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya koloni kuman pada media kontrol adalah :a. Kurangnya proses sterilisasi alat (cawan petri dan pipet ukur)b. Kurang optimalnya proses sterilisasi pada media PCA dan larutan PZ yang dibuat, sehingga bahan-bahan tersebut tidak dalam keadaan sterilc. Kontaminasi oleh bakteri di udara akibat proses isolasi bakteri yang tidak dilakukan pada zona steril.

Pada media PCA yang ditanami sampel tahu (hasil pengenceran bertingkat), koloni yang tumbuh pada masing-masing cawan petri berjumlah kurang dari 30 koloni, maka tidak perlu dilakukan perhitungan angka kuman per mL, sampel tahu yang diuji dapat dinyatakan layak untuk dikonsumsi karena memenuhi persyaratan kualitas bahan makanan secara bakteriologis.Semakin tinggi faktor pengenceran sampel, jumlah koloni yang tumbuh pada media PCA adalah semakin sedikit.Itu berarti hasil yang didapat tidak menyimpang, dalam arti tidak terdapat kesalahan dalam teknik isolasi, karena telah sesuai dengan dasar teori yaitu pengenceran berikutnya mengandung sel mikroorganisme yang lebih sedikit dibandingkan dengan pengenceran sebelumnya.Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan perhitungan jumlah koloni yang tumbuh pada media, yaitu harus dibedakan antara bentuk yang termasuk koloni bakteri dan bentuk yang termasuk ampas tahu, terutama pada pengenceran 10-1 dimana ampas tahu masih sangat banyak terlihat.

BAB VPENUTUP

5.1. KesimpulanDari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :1. Pengolahan sampel pada pemeriksaan angka kuman pada makanan dan minuman dilakukan dengan menggerus sampel tahu dengan mortar dan pastel kemudian dilarutkan dengan Pz steril.2. Tujuan dari pengenceran sampel pada pemeriksaan angka kuman untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam larutan PZ steril. 3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan sampel untuk pemeriksaan angka kuman Selalu mengunakan alat dan bahan yang steril, sebab alat yang tidak steril dapat menyebabkan sampel yang diuji terkontaminasi oleh bakteri yang berasal dari alat dan bahan yang tidak steril, praktikan tidak boleh menyentuh sampel dengan tangan, proses maseration selalu dilakukan pada zona steril, misalnya : di dekat api spiritus yang menyala, diusahakan agar sampel yang dihancurkan harus sehalus mungkin, agar nantinya ampas sampel tahu tidak mengganggu pengamatan saat mengitung jumlah koloni yang tumbuh pada media, saat membuka tabung reaksi (tempat pengenceran sampel) untuk melakukan pengenceran bertingkat harus dilakukan pada zona steril, kemudian tabung segera difiksasi saat ingin menutup tabung.4. Teknik penanaman sampel pada media PCA untuk pemeriksaan angka kuman pada makanan dan minuman dilakukan dengan menanam sampel berdasarkan teknik pengenceran bertingkat. 5. Yang perlu diperhatikan dalam penanaman sampel pada media Media PCA yang digunakan harus masih dalam keadaan cair (belum membeku) agar dapat dilakukan homogenisasi campuran media dan sampel. Media PCA yang belum membeku dituang pada cawan petri pada suhu 45-50C setelah penuangan sampel pada cawan petri. Hal tersebut bertujuan untuk memperkecil kontaminasi oleh air kondensasi yang dapat timbul apabila media dituang pada suhu yang sangat tinggi. Homogenisasi campuran media dan sampel pada cawan petri harus dilakukan secara perlahan dan jangan terlalu lama, sebab jika media telah setengah padat, hal tersebut dapat merusak penampilan/bentuk permukaan media. 6. Teknik perhitungan koloni kuman pada media dilakukan secara visual dengan menghitung jumlah koloni yang terlihat.7. Cara menentukan angka kuman pada makanan dan minuman melalui jumlah koloni yang ada dilakukan dengan mengamati kumpulan koloni dimana kumpulan koloni tersebut berbentuk bulat sempurna dan muncul kepermukaan.8. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung koloni kuman serta penentuan angka kuman dalam makanan dan minuman yaitu harus dibedakan antara bentuk yang termasuk koloni bakteri dan bentuk yang termasuk ampas tahu, terutama pada pengenceran 10-1 dimana ampas tahu masih sangat banyak terlihat.5.2. SaranMungkin inilah yang dapat diwacanakan pada laporan kelompok ini meskipun penulisan laporan ini jauh dari kata sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami manusia yang tidak luput dari kesalahn dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah Bakteriologiyang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Afrianti LH. 2004. Cara mengawetkan makanan. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0304/25/cakrawala/lainnya02.htm. Diakses tanggal 15 Juni 20132. Akhiarif. 2011. Definisi mikroorganisme. http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2121956-definisi-mikroorganisme/#ixzz1MfMFrqJk. Diakses tanggal 15 Juni 20133. Buckle et al. 1987. Ilmu Pangan terjemahan Purnomo H, Adiono. Jakarta: UI Press.4. Buckle KA, RA Edwards, GH Fleet, M Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia Press.5. Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.6. Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.7. Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Dirjen Pendidikan Tinggi, Dekdikbud, PAU IPB.8. Fatmarina S. 2000. Pengaruh konsentrasi sukrosa dan starter terhadap beberapa karakteristik kombucha [skripsi]. Bandung: Fakultas Teknologi Industri Pertanian, UNPAD.9. Frank. 1991. Kombucha: Healthy beverage and natural remedy from the far east. Dalam Gandjar dan Sjamsuridzal. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.10. Hafizah S. 2010. Gambaran Pengetahuan Penyaji Makanan (Food Handler) Pada Rumah-Rumah Makan Di Jalan Dr Mansur Tentang Amebiasis [skripsi]. Medan: Fakultas kedokteran, Universitas Sumatera Utara.11. Widodo Y. 2004. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penjamah Makanan Mengenai Hygiene Dan Sanitasi Makanan Dengan Kualitas Bakteriologis Makanan Pada Rumah Makan Di Kota Magelang [skripsi]: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.12. Wijayanti R. 2011. Kerusakan bahan pangan. http://foodsciencetech46.wordpress.com/2011/01/24/kerusakan-bahan-pangan/. Diakses tanggal 15 Juni 201313. Winarno, 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.14. Yudhabuntara D. 2010. Pengendalian mikroorganisme dalam bahan pangan. http://milkordie.blogspot.com/2008/05/pengendalian-mikroorganisme-dalam-bahan.html. Diakses tanggal 15 Juni 2013