toksikologi - uji skrinning narkotika

27
UJI SKRINNING NARKOTIKA/PSIKOTROPIKA PADA DARAH/URIN PECANDU NARKOBA DENGAN TEKNIK IMMUNOASSAY Oleh Kelompok I (Ganjil) : Ni Wayan Windy Ferina (P07134012001) A.A.I.N Gayatri Agung (P07134012011) Kadek Ayu Lestariani (P07134012021) Ni Komang Mira Yanti (P07134012031) Luh De Trisna Dewi (P07134012041) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Upload: adhey-trisna-dewi

Post on 19-Jan-2016

560 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

TRANSCRIPT

Page 1: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

UJI SKRINNING NARKOTIKA/PSIKOTROPIKA

PADA DARAH/URIN PECANDU NARKOBA

DENGAN TEKNIK IMMUNOASSAY

Oleh

Kelompok I (Ganjil) :

Ni Wayan Windy Ferina (P07134012001)

A.A.I.N Gayatri Agung (P07134012011)

Kadek Ayu Lestariani (P07134012021)

Ni Komang Mira Yanti (P07134012031)

Luh De Trisna Dewi (P07134012041)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2014

Page 2: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melalukan uji skrinning senyawa golongan narkotika

atau psikotropikapada darah atau urin pecandu narkoba dengan teknik

immunoassay.

1.1.2 Tujuan Khusus

a. Mampu menggunakan striptest untuk uji skrinning senyawa golongan

narkotika atau psikotropika pada darah atau urin pencandu narkoba

dengan teknik immunoassay.

b. Mampu menginterpretasikan hasil uji skrining dengan teknik

immunoassay.

1.2 Latar Belakang

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.

Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen

Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Narkotika dan psikotropika dewasa ini merupakan suatu ancaman bagi

generasi muda penerus bangsa. Pengguna narkotika dan psikotropika tidak

memandang kelas sosial, umur, keadaan ekonomi dan gender. Sesuatu yang

menjadi ancaman adalah penyebaran NAPZA ini sangat berkembang

dikalangan remaja yang sedang mengalami masa mencari jati diri dan

memiliki sifat yang labil. Pergaulan bebas, kurangnya kontrol dari orang tua,

dan kurang kuatnya ilmu agama adalah beberapa factor yang dapat

menyebabkan generasi muda bangsa mudah terjerumus ke dalam lubang hitam

narkoba. Bahkan , di media masa baik dalam media cetak maupun media

Page 3: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

elektronik diberitakan bahwa tidak sedikit remaja selain menjadi pecandu

narkoba juga menjadi pengedar narkoba.

Hal ini menyebabkan dirasa perlu tindakan preventif atau pencegahan

agar tidak banyak terjadi penyalahgunaan narkotika. Pencegahan

penyalahgunaaan NARKOBA adalah seluruh usaha yang ditujukan untuk

mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap NARKOBA. Selama permintaan

itu ada, persediaan akan selalu ada, dan apabila permintaan itu berhenti atau

berkurang, persediaan akan berkurang termasuk pasarnya.

Ada banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui

seseorang tersebut terjerat NAPZA atau tidak. Salah satunya adalah

dilakukannya uji screening dan apabila mendapatkan hasil yang positif perlu

dilakukan suatu pemeriksaan lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih

akurat karena hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan jenis zat

narkotika atau psikotropika yang dikonsumsi oleh seseorang tersebut yang

disebut dengan pemeriksaan konfirmasi.

Pemeriksaan pendahuluan (Screening test) adalah pemeriksaan

laboratorium sebagai upaya penyaring untuk mengetahui ada/tidaknya

golongan narkotika dan psikotropika yang menimbulkan efek toksik atau efek

gangguan kesehatan. Salah satu metode analisis toksikologi yang digunakan

untuk mendeteksi adanya obat-obatan narkotika dan psikotropika, pada

serum , plasma, serta urine dengan menggunakan teknik immunoassay .

Page 4: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Umum Narkotika dan Psikotropika

Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa pengertian narkotika

adalah “Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang  menggunakannya

dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut  bisa berupa pembiusan,

hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-

khayalan. Sifat-sifat tersebut yang  diketahui dan ditemukan dalam dunia medis

bertujuan dimanfaatkan bagi  pengobatan dan kepentingan manusia di bidang

pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-

Undang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang

tersebut, namun setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika,

maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika.

Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut

psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang

termasuk psikotropika antara lain ; Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,

Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,

Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan

sebagainya.

2.2 Uji Skrining Terhadap Narkotika dan Psikotropika dengan Teknik

Immunoassay.

Scrrening test adalah pemeriksaan laboratorium sebagai upaya penyaring untuk

mengetahui ada/tidaknya golongan narkotika dan psikotropika yang menimbulkan

efek toksik atau efek gangguan kesehatan (Gelgel Wirasuta. 2013)

Page 5: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

Immunoassay adalah suatu uji untuk mengidentifikasi keberadaan suatu obat

maupun metabolitnya dalam sampel biologis. Tujuannya untuk memonitor

penyalahgunaan obat maupun terapu suatu obat pada pasien (Kenny. 2011).

Immunoassay lebih sering menggunakan sampel urin karena dibutuhkan sampel

bebas protein. Pada sampel lain yang masih mengandung protein pelrlu dilakukan

pemisahan terlebih dahulu karena protein dapat mengganggu pembacaan absorbansi.

Beberapa jenis immunoassay adalah sebagai berikut:

1. Enzyme-multiplied immunoassay technique (EMIT)

2. Radioimmunoassay (RIA)

3. Fluorescent polarization immunoassay (FPIA)

4. Kinetic interaction of microparticles in solution immunoassay (KIMS)

5. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)

(Kenny. 2011)

Immunoassay mudah dilakukan, relatif murah untuk pengujian tiap sampel,

dan dapat mengidentifikasi suatu golongan obat. Namun perlu diperhatikan adanya

senyawa yang mirip dengan target dapat mengganggu pebgukuran atau hasil positif

yang salah (Kenny. 2011)

Salah satu analisis toksikologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya obat-

obatan narkotika dan psikotropika pada serum, plasma, serta urine dengan

menggunakan teknik immunoassay yaitu salah satunya enzyme multiplied

immunoassay technique (EMIT) yang disebut dengan rapid test. Pengujian dengan

menggunakan metode EMIT merupakan salah satu cara pengujian secara

immunoassay yang menggunakan suatu enzim yang sama untuk menguju beberapa

senyawa. EMIT sendiri merupakan teknik immunoassay untuk beberapa jenis obat

yang reseptornya berupa enzim. Pengujian dengan metode ini didasarkan dari adanya

kompetisi antara obat pada sampel dan obat yang telah dilabeli dengan enzim

glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6P-DH) dengan sisi aktif dari suatu antibody

(immunoassay competitive). Enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6P-DH)

diperoleh dari Leuconostoc mesenteroides yang digunakan dalam pengujian ini.

Page 6: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

Pereaksi EMIT tersedia dalam bentuk kit siap pakai. Kit pereaksi tersebut

dilengkapi dengan larutan kalibrator, yaitu obat dalam serum dengan berbagai

konsentrasi , dan larutan control serta larutan dapar dalam bentuk serbuk kering

(Sukasediati dan Matta, 1987)

EMIT dapat digunakan untuk mengidentifikasi antara lain :

1. Pengujian untuk benzodiazepine dan metabolitnya pada urin manusia.

Pengujian ini menggunakan larutan oxazepam dengan konsentrasi 200 ng/ml

untuk mengidentifikasi hasil positif/negative.

2. Pengujian untuk amfetamin monoclonal/metamfetamin pada urin manusia.

Pengujian ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya d-amfetamin ,

metilen-dioksi-amfetamin (MDA) pada urine manusia. Pengujian inni

menggunakan larutan d-metamfetamin dengan konsentrasi 1000 ng/ml untuk

mengidentifikasi hasil positif /negative.

2.3 Pengumpulan Sampel, Pengiriman, dan Penyimpanan

Analisis toksikologi bukan hanya terbatas pada seberapa rumit peralatan dan

seberapa teliti analisis, hasil yang diperoleh tidak akan berarti jika pengumpulan,

pengiriman, dan penyimpanan tidak memenuhi standar analisis. Analisis harus

mengetahui stabilitas analit, matriks sampel serta kondisi lingkungan saat analisis

dilakukan. Sehingga pengumpulan, pengiriman, dan penyimpanan sampel sangat

penting dalam analisis (Flannagen. 2007).

Spesimen urin yang harus diuji harus dikumpulkan dalam wadah bersih, kering,

dan bisa dipecahkan tanpa kebocoran. Sampel urin harus ditangani dengan hati-hati,

karena ada risiko tertular infeksi dari urin. Sebuah wadah baru harus digunakan setiap

waktu untuk spesimen urin baru untuk menghindari kontaminasi spesimen. Untuk

sampel darah dan urine, jika pengujian harus dilakukan nanti, sampel urin dapat

disimpan pada suhu 2-80C selama 48 jam atau di bawah -200C untuk jangka waktu

lama. Jika ada partikel padat terlihat dalam sampel urin, maka harus disentrifugasi,

disaring, dan memungkinkan untuk menetap untuk mendapatkan spesimen yang jelas

untuk pengujian (Anonim, 2009).

Page 7: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Pipet tetes

Botol vial

Aluminium foil

Kulkas / freezer

Pipet ukur

Gelas beaker

Gelas beaker

Tabung reaksi

Ballfiller

Tabung eppendorf

Oven (memert)

Striptes benzodiazepine

THC

Metamfetamin dan Opiat dari

BIO-RAD

Strip pH dari MACHEREY

Nagel

Pemanas dari Caorning PC-

420D.

3.1.2 Bahan

Metanol

3.2 Skema Kerja

Page 8: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

Darah segar ditambah EDTA

Kecepatan 1500 rpm , selama 15 menit

disentrifugasi Fase cair (plasma)

Fase padat (sel darah)

terbentuk 2 lapisan

Card strip test disiapkan

Jika sampel urine keruh Disentrifugasi

Fase Bening Fase Keruh

Dipipet

3.2.1 Preparasi sampel

a. Preparasi Sampel Darah Segar

b. Preparasi Sampel Urin

Page 9: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

Card strip dibawa ke suhu ruang Tes strip dikeluarkan

dicelupkan

Plasma/urine, arah panah menunjuk tegak lurus pada sampel Tinggi sampel yang tercelup tidak melebihi batas tinggi maks strip

Ditahan ± 30 detik

Muncul warna merah keunguan pada stripStrip diletkkan dipermukaan datar, bersih , tidak menyerap

Hasil dibaca 10-30 menit setelah penambahan sampel

c. Uji Skrining narkotika dan Psikotropika dengan Teknik

Immunoassay

Page 10: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Tanggal : 25 April 2014

Kelompok : I (ganjil)

4.1 Interpretasi Hasil

Hasil negatif (-) tampak 2 garis pada huruf C dan T

Hasil positif (+) tampak 1 garis pada huruf C

Hasil invalid tidak muncul garis pada huruf C.

Keterangan :

1. Interpretasi hasil uji skrining pada sampel analisis tidak mengandung

senyawa golongan narkotika atau psikotropika.

2. Interpretasi hasil uji skrining pada sampel analisis mengandung

senyawa golongan narkotika atau psikotropika.

3. Interpretasi hasil uji skrining tidak valid.

4.2 Data Hasil Pengamatan

Jenis sampel : urine

Nama / kode sampel : S.I ganjil

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 20 tahun

Tanggal pemeriksaan : 25 April 2014

Pengamatan makroskopis

Warna : kuning

Bau : khas urine

321

Page 11: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

4.3 Dokumentasi

Gambar Keterangan

Sampel urine yang diperiksa.

Identitas Sampel:Nama/Kode : S.I ganjilJenis Kelamin : Laki-lakiUmur : 20 tahun

Pengamatan Makroskopis:Warna : kuningBau : khas urine

Strip test yang digunakan, yaitu:One Step Style BZO (Benzodiazepine), Shabu-shabu, ganja, dan Morphine.

Hasil akhir pemeriksaan. Muncul 1 garis merah pada

strip test shabu dan morphine, yang menandakan hasil positif.

Muncul 2 garis pada strip test BZO (Benzodiazepine) dan ganja, yang menandakan hasil negatif.

Page 12: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Uji Skrining dengan Teknik Immunoassay

Uji skirining merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan apabila

seseorang diduga mengidap penyakit tertentu atau mengonsumsi zat tertentu,

dalam praktikum kali ini yaitu narkotika/psikotropika. Uji skrining dilakukan

hanya untuk deteksi awal yang kemudian akan dilakukan uji konfirmatif

sebagai lanjutannya.

Pada praktikum kali ini, dilakukan uji skirining terhadap sampel darah

dengan tujuan mengetahui ada atau tidaknya zat narkotika/psikotropika dalam

sampel tersebut. Dalam deteksi penyalahgunaan narkotika/psikotropika, uji

skrining dilakukan untuk menentukan golongan analit (narkotika dan

psikotropika) yang digunakan. Hasil dari uji skrining dapat dijadikan dasar

dugaan atau hanya sebagai petunjuk dan bukan merupakan bukti yang kuat

bahwa seseorang telah mengkonsumsi narkotika dan psikotropika karena uji

skrining belum mampu mendeteksi jenis zat narkotika dan psikotropika spesifik

yang terkandung di dalam sampel. Teknik yang digunakan pada uji skirining

kali ini adalah immunoassay. Immunoassay adalah suatu teknik untuk

mengidentifikasi keberadaan suatu obat maupun metabolitnya dalam sampel

biologis. Teknik ini didasari oleh reaksi antara antigen dan antibodi yang terjadi

dalam strip test pada uji skrining. Teknik immunoassay yang digunakan kali ini

adalah Enzyme Multiplied Immonuassay Technique (EMIT), dimana metode ini

merupakan cara pengujian yang menggunakan suatu enzim yang sama untuk

menguji beberapa senyawa. Pengujian dengan menggunakan metode ini

didasarkan dari adanya kompetisi obat pada sampel dan obat yang telah dilabeli

dengan enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6P-DH) dengan sisi aktif suatu

antibodi.

Page 13: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

Prinsip dalam uji skrining dengan teknik immunoassay ini adalah pada

saat spesimen mengandung narkotika atau psikotropika di zona S, spesimen

akan berikatan dan menjenuhi IgG anti - narkotika/psikotropika substrat,

sehingga waktu didifusikan ke zona T tidak terjadi ikatan dengan

narkotika/psikotropika-enzimnya (KNE) karena narkotika/psikotropika sudah

jenuh berikatan dengan IgG anti - narkotika/psikotropika substrat, sehingga

tidak terjadi reaksi enzim-substrat dan tidak muncul reaksi warna. Sebaliknya di

zona C terjadi reaksi warna sebab narkotika/psikotropika specimen tidak

spesifik untuk dapat berikatan dengan IgG goat. IgG-goat ini sudah disertakan

pada zona S sebagai control validitas. IgG-goat ini akan berdifusi bersama IgG

anti - narkotika/psikotropika substrat ke daerah C. IgG goat akan mengikat IgG

anti-IgG goat yang dikonjugasi enzim (KAGE) sehingga terjadi reaksi enzim-

substrat yang berwarna di zona C. Sementara itu jika spesimen tidak

mengandung narkotika/psikotropika, maka spesimen hanya mendifusikan IgG

anti - narkotika/psikotropika substrat dan IgG goat substrat dari zona S ke zona

T dan C. Di zona T, IgG anti - narkotika/psikotropika substrat akan berikatan

dengan narkotika /psikotropika-enzimnya (KNE) sementara di zona C IgG goat

akan berikatan dengan IgG anti-IgG goat yang dikonjugasi enzim (KAGE)

sehingga baik di zona T maupun C timbul garis warna.

5.2. Preparasi Sampel

Pada praktikum kali ini, dilakukan uji skrining narkotika/psikotropika

pada sampel darah dan urine. Sampel darah dan urine harus dipreparasi terlebih

dahulu sebelum dianalisis untuk mendapatkan hasil yang maksimum.

Sampel urine yang digunakan kali ini adalah sampel urine sewaktu, yaitu

urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin

sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah

putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup

baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus, serta dapat digunakan

Page 14: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

untuk uji skrining narkotika/psikotropika. Urine ini disentrifugasi sehingga

diperoleh fase bening (sampel) dan fase keruh (pengotor). Dipipet fase bening

dan digunakan sebagai bahan yang diperiksa.

Pada praktikum kali ini, sampel urine yang digunakan adalah sampel

urine dengan kode S.I ganjil. Hasil pengamatan makroskopisnya, urine

berwarna kuning dan berbau khas urine.

5.3. Hasil Praktikum

Kali ini, dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan 4 strip test berbeda

untuk 4 golongan narkotika/psikotropika, yaitu One Step Style BZO

(Benzodiazepine), Shabu-shabu, ganja, dan Morphine. Dan dari pemeriksaan

yang dilakukan, diperoleh hasil positif pada pemeriksaan Morphine dan shabu-

shabu, terlihat dari terbentuknya 1 garis yaitu hanya pada area “T” (tes) saja

karena, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kandungan narkotika dalam

spesimen sudah berikatan dan menjenuhi IgG anti narkotika/psikotropika

substrat sehingga hanya pada area “S” terbentuk garis warna. Sedangkan pada

strip tes ganja dan BZO menunjukan hasil negatif, terlihat dari terbentuknya

garis warna merah pada area “S” dan “T”.

Page 15: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

5.4. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada praktikum kali ini,

yaitu:

1. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) mengingat sampel yang digunakan

berupa cairan tubuh (urine) yang dianggap infeksius.

2. Kondisi strip test yang digunakan. Diperhatikan tanggal kadaluarsa dan juga

penyimpanannya, apakah sudah sesuai dengan yang dianjurkan atau tidak.

Sebab, penyimpanan yang kurang baik dapat menyebabkan reagen yang

terkandung dalam strip test rusak/tidak berfungsi secara optimal. Strip test

harus disimpan pada suhu 2-25oC. Bungkusan (kantong foil) dari strip test

juga dipastikan tidak rusak sebelum digunakan, untuk menjamin kesterilan

dan khualitas dari strip test.

3. Kondisi sampel. Harus diperhatikan apakah sesuai dengan ciri-ciri sampel

yang layak digunakan sebagai sampel atau tidak. Dapat dilihat dengan

memperhatikan ciri makroskopisnya.

4. Strip test dan sampel dipastikan dalam kondisi suhu ruang, agar komponen

yang ada didalamnya dalam bekerja secara optimal.

5. Setelah sampel dicelupkan, hasil dibaca antara 10-30 menit. Dalam

pembacaan jangan sampai lebih ataupun kurang karena meninmbulkan hasil

negatif maupun positif palsu.

Page 16: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan

yaitu sebagai berikut.

1. Uji skrining narkotika/psikotropika kali ini dilakukan dengan

menggunakan teknik immunoassay, yaitu Enzyme Multiplied

Immonuassay Technique (EMIT).

2. Dari pemeriksaan sampel urine dengan kode S.I ganjil, diperoleh hasil

positif pada pemeriksaan shabu-shabu dan morphine, sedangkan hasil

negatif pada pemeriksaan BZO dan ganja.

3. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum kali ini,

yaitu:

- Penggunaan Alat Pelindung Diri.

- Kondisi strip test (tanggal kadaluarsa, penyimpanan, dan kondisi

kantong foil pembungkus), serta dikondisikan pada suhu ruang

sebelum digunakan.

- Kondisi sampel, disesuaikan dengan syarat sampel yang baik

(pengamatan makroskopis).

- Hasil dibaca antara 10-30 menit untuk menghindari hasil negatif

ataupun positif palsu.

6.2. Saran

Pada saat akan melakukan pemeriksaan, sebaiknya benar-benar

memperhatikan hal-hal perlu diperhatikan seperti yang telah dijelaskan pada

pembahasan, karena hal tersebut sangat penting bagi keamanan diri dan hasil

yang diperoleh.

Page 17: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Farmakokinetik Obat. Diakses dari : http://ebie-bie-

bie.blogspot.com/2009/12/farmako-kinetik-obat.html. Diakses pada : Rabu, 23

April 2014.

Inar. 2013. Narkotika dan Psikotropika. Online.

http://anakessandikarsa011008.blogspot.com/2013/07/napza-narkotika-

psikotropika-dan-zat.html. Diakses pada : Rabu, 23 April 2014.

Kenny. 2011. Analisis Kualitatif Amfetamin dan Benzodiazepin Secara EMIT.

Online. http://www.scribd.com/doc/74127001/Bioanalisis-EMIT-Kualitatif-

Amfetamin-dan-Benzodiazepin. Diakses pada : Rabu, 23 April 2014.

Flanagan, R. J., A. Taylor, I.D. Watson, R. Whelpton. 2007. Fundamental of

Analytical Toxicology. West Sussex : John Willey and Sonds Ltd.

Wirasuta, Gelgel. 2013. Penuntun Praktikum Toksikologi. Denpasar : Universitas

Udayana

Page 18: Toksikologi - Uji Skrinning Narkotika

LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 25 April 2014

Praktikan

a.n. Kelompok 1

Mengetahui

Pembimbing I

(Dr. Rer.nat. I M.A. Gelgel W. M.Si.Apt.)

Pembimbing II

(Ni Md Widiastuti, S. Farm, Apt.)

Pembimbing III

(Pande M. Nova Armita S. S. Farm. M.Si. Apt)

Pembimbing IV

(G.A. Md. Ratih K R.D., S.Farm., Apt)

Pembimbing V

Dwi Ratna Sutriadi, A.Md.