tinjauan yuridis kepemilikan saham bank umum oleh investor
TRANSCRIPT
1
Tinjauan Yuridis Kepemilikan Saham Bank Umum oleh Investor Asing dalam Industri Perbankan Indonesia
Penulis:
Vinca Vinenska Aad Rusyad Nurdin
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
ABSTRAK
Penelitian ini menitikberatkan pada kepemilikan saham bank umum oleh investor asing, karena bank-bank besar di Indonesia sebagian besar telah dimiliki sahamnya oleh pihak asing. Dengan berlakunya ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 14/8/PBI/2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum ("PBI No. 14/8/PBI/2012"), terdapat kesatuan pengaturan yang baru sehubungan dengan kepemilikan saham pada bank umum. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membahas pengaturan hukum sehubungan dengan kepemilikan saham asing pada bank umum di Indonesia. Selain itu, penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk membahas terkait posibilitas yang dapat terjadi sebagai dampak dari berlakunya suatu peraturan, yaitu PBI No. 14/8/PBI/2012 terhadap industri perbankan Indonesia. Bentuk penelitian ini disajikan dalam bentuk kajian yuridis normatif, yang menggunakan metode penelitian berupa tinjauan kepustakaan. Kata Kunci: Kepemilikan Saham; Bank Umum; Investor Asing; Industri Perbankan Indonesia
ABSTRACT
This study focus on the law arrangements that regulating the ownership of commercial banks by foreign investors, with respect that ownership in major banks in Indonesia showed that most of it shares is owned by foreign investors. Entity of legal arrangements in relation to bank ownership has renewed within the enforcement of the provision of Peraturan Bank Indonesia No. 14/8/PBI/2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum ("PBI No. 14/8/PBI/2012"). This study aims to discuss the legal arrangements with respect to foreign ownership in Indonesian banking industry. In addition, the writing of this study also aims to discuss the related possible problems that can occur as a result of the enactment of the regulations of PBI No.14/8/PBI/2012 to the banking industry in Indonesia. The study written as a form of normative juridical, and using literatures review for the research methods. Key words: Bank Ownership; Commercial Banks; Foreign Investors; Indonesian Banking Industry.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
2
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana yang dipaparkan oleh Marsuki dalam Analisis Perekonomian Nasional &
Internasional bahwa, perekonomian dunia yang mengglobal telah menciptakan kondisi saling
ketergantungan ekonomi antar negara, dan cenderung menimbulkan proses penyatuan
aktivitas ekonomi baik di sektor riel maupun di sektor keuangan, sehingga batas-batas antar
negara dalam berbagai praktik kegiatan ekonomi tersebut seakan-akan tidak berlaku lagi.1
Pandangan Marsuki tersebut telah menunjukan bahwa globalisasi telah seakan menghilangkan
pembatas antar negara dalam menjalankan kegiatan perekonomian. Pada era globalisasi ini,
keberadaan sistem perbankan dalam pembangunan ekonomi mempunyai fungsi yang sangat
fundamental dan menentukan ketahanan perekonomian suatu negara. Industri perbankan
merupakan salah satu cabang industri yang paling banyak diatur oleh pemerintah karena
stabilitas sistem perbankan dan keuangan merupakan prasyarat mutlak bagi pertumbuhan dan
stabilitas perekonomian secara keseluruhan.2 Salah satu upaya dalam memastikan kekuatan
dan ketahanan industri perbankan pada era globalisasi yang rentan dengan krisis ekonomi
global, salah satunya dapat diupayakan melalui kepastian akan kepemilikan bank berada di
tangan pemilik yang benar-benar memiliki kompetensi dalam mengelola dan mengendalikan
bank.
Melalui disahkannya ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 14/8/PBI/2012 tentang
Kepemilikan Saham Bank Umum "PBI 14/8/PBI/2012", Bank Indonesia telah mengupayakan
adanya pembaharuan pengaturan terkait struktur kepemilikan saham bank umum di Indonesia.
Sehubungan dengan kepemilikan bank umum di Indonesia, sebagaimana yang diketahui
kurang lebih sudah hampir 40% bank umum di Indonesia dimiliki oleh pihak asing, yang
merupakan badan hukum lembaga keuangan bank. Menjelang masa-masa setelah krisis
moneter melanda Indonesia, pihak asing memiliki kesempatan yang begitu luas dalam
memasuki industri perbankan Indonesia. Dapat diperhatikan melalui ketentuan Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum, dimana ditentukan
bahwa pihak asing, baik merupakan warga negara asing maupun badan hukum asing dapat
membeli saham bank umum di Indonesia sampai dengan 99% dari jumlah saham bank yang
bersangkutan. Melalui ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 11/1/PBI/2009 tentang Bank
Umum sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1 Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005), hlm. 207. 2 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002), hlm. 68.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
3
13/27/PBI/2011, pihak asing juga ditentukan dapat memiliki saham bank umum sampai
dengan 99% dari jumlah modal bank.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa selama ini produk hukum telah mengakomodir
kemudahan bagi pihak asing dalam menguasai industri perbankan di Indonesia. Pembatasan
terhadap kepemilikan saham bank umum oleh investor asing bukanlah suatu urgensi utama
dalam membenahi struktur kepemilikan saham bank umum di Indonesia, namun melalui
pertimbangan dalam menjaga kepentingan nasional diperlukan suatu peratuan terkait
kepemilikan saham bank yang mengakomodasikan agar bank umum di Indonesia dimiliki
oleh pihak-pihak yang benar-benar memiliki komitmen dan kompetensi dalam mengelola
bank umum di Indonesia, termasuk kepemilikan bank oleh investor asing. Pada dasarnya PBI
14/8/PBI/2012, tidak memberikan batasan secara khusus terhadap kepemilikan saham bank
umum oleh pihak asing. Namun melalui Peraturan Bank Indonesia tersebut, Bank Indonesia
telah mengadakan pengaturan sehubungan dengan batas maksimum kepemilikan saham bank
umum yang berlaku baik untuk pihak asing maupun pihak pemodal dalam negeri.. Dengan
adanya batasan kepemilikan saham tersebut, secara tidak langsung maka pengaturan ini telah
memberikan dampak terhadap pengaturan sebelumnya yang telah memberikan batasan yang
begitu luas dalam hal kepemilikan saham bank umum oleh pihak asing. Sehubungan dengan
beberapa hal yang telah dikemukakan di atas, maka dengan demikian penulis tertarik untuk
memberikan judul penelitian ini sebagai "Tinjauan Yuridis Kepemilikan Saham Bank Umum
oleh Investor Asing dalam Industri Perbankan Indonesia".
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut pokok permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini:
1. Bagaimanakah pengaturan terkait kepemilikan saham bank umum oleh investor
asing dalam industri perbankan Indonesia?
2. Bagaimanakah potensi masalah terhadap kepemilikan saham bank umum oleh
investor asing dengan dikeluarkannya kebijakan Peraturan Bank Indonesia
sehubungan dengan kepemilikan saham bank umum?
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemaparan mengenai
pengaturan kepemilikan saham bank umum oleh investor asing pada sistem perbankan
Indonesia. Sedangkan, tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Meneliti pengaturan kepemilikan saham pada bank umum oleh investor asing pada
sistem perbankan Indonesia; dan
2. Mengetahui potensi masalah yang dapat timbul terhadap kepemilikan saham bank
umum oleh investor asing di Indonesia dengan dikeluarkannya kebijakan batas
kepemilikan saham yang diatur pada Peraturan Bank Indonesia.
1.4 Definisi Operasional
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.3
2. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.4 Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi
pembahasan penelitian pada bank umum konvensional saja.
3. Saham Bank adalah bukti penyetoran modal atas nama pemegangnya bagi bank
yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas atau bentuk lain yang disamakan dengan
saham bank yang berbentuk hukum lainnya.5
4. Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu tata kelola bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi
(independency), dan kewajaran (fairness).6
3 Indonesia, Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, UU No. 10 Tahun 1998, LN No. 182, TLN No. 3790, Ps. 1 ayat (2). 4 Indonesia, Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, UU No. 10 Tahun 1998, LN No. 182, TLN No. 3790, Ps. 1 ayat (3). 5 Bank Indonesia, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Persyaratan dan Tata Cara Meger, Akuisisi, Konsolidasi dan Akuisisi Bank Umum, SK DIR BI Nomor 32/51/KEP/DIR, Ps. 1. 6 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, PBI No. 8/14/PBI/2006, LN No. 71, TLN No. 4640, Ps. 1 ayat (6).
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
5
5. Merger adalah penggabungan dari 2 (dua) bank atau lebih, dengan tetap
mempertahankan berdirinya satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya tanpa
melikuidasi terlebih dahulu.7
6. Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap bank.8
7. Konsolidasi adalah penggabungan dari 2 (dua) bank atau lebih, dengan cara
mendirikan bank baru dan membubarkan Bank-bank tersebut tanpa melikuidasi
terlebih dahulu.9
8. Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan
terhadap risiko dan kinerja bank.10
1.5 Metode Penelitian
Keberadaan suatu metodologi adalah suatu unsur yang harus ada dalam setiap penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan.11 Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif dimana penelitian ini mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan dan konvensi-konvensi internasional yang ada. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinjauan kepustakaan karena dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan, dan didukung dengan hasil
wawancara yang dilakukan penulis baik kepada informan maupun dengan narasumber.
2. Pembahasan
2.1 Pengaturan Terkait Kepemilikan Saham Bank Umum oleh Investor Asing dalam
Industri Perbankan di Indonesia
Dengan berlakunya ketentuan PBI 14/8/PBI/2012 maka bagi pemegang saham yang
akan memiliki saham bank di Indonesia diwajibkan untuk menyesuaikan proporsi
7 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi Bank, PP No. 28 Tahun 1999, LN No. 61, TLN No. 3840, Ps. 1 ayat (2). 8 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi Bank, PP No. 28 Tahun 1999, LN No. 61, TLN No. 3840, Ps. 1 ayat (4). 9 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi Bank, PP No. 28 Tahun 1999, LN No. 61, TLN No. 3840, Ps. 1 ayat (3). 10 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, PBI No. 13/1/PBI/2011, LN No. 1, TLN No. 5184, Ps. 1 ayat (4).
11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984), hlm. 7.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
6
kepemilikan saham dan keseluruhan prasyarat kepemilikan saham sebagaimana yang telah
diatur pada ketentuan tersebut. Selain itu, juga terdapat kewajiban dalam hal penerapan
penyesuaian batas maksimum kepemilikan saham pada bank, yang berlaku bagi pemegang
saham bank yang sudah memiliki saham bank sebelum diberlakukanya ketentuan PBI
14/8/PBI/2012.
2.1.1 Pengaturan Kepemilikan Saham Bank Umum yang Berlaku bagi Pihak Asing yang
merupakan Calon Pemegang Saham Bank Umum di Indonesia Setelah Berlakunya
Ketentuan Peraturan Bank Indonesia Mengenai Kepemilikan Saham Bank Umum
Melalui ketentuan PBI 14/8/PBI/2012 berlaku ketentuan terkait batas maksimum
kepemilikan saham bank, yang didasarkan pada kategori pemegang saham dan hubungan
keterkaitan antar pemegang saham.12 Penerapan batas maksimum kepemilikan saham bank
merupakan upaya Bank Indonesia, dalam menata struktur kepemilikan saham bank agar
industri sektor perbankan Indonesia dapat meningkatkan ketahanannya dalam rangka
menghadapi dinamika perkembangan perekonomian regional dan global. 13
Bagi calon pemegang saham bank yang merupakan pihak asing, baik yang merupakan
warga negara asing maupun badan hukum asing, maka terlebih dahulu harus memperhatikan
ketentuan batas maksimum kepemilikan saham pada bank yang diatur pada PBI
14/8/PBI/2012. Berdasarkan pertimbangan tertentu, Bank Indonesia dapat memberikan
persetujuan yang berlaku untuk jangka waktu tertentu, kepada pemegang saham yang
berkehendak dalam memiliki saham bank melebihi batas maksimum kepemilikan saham
berdasarkan ketentuan kategori dan keterkaitan pemegang saham yang berlaku. 14
Pertimbangan tertentu yang dapat digunakan oleh Bank Indonesia antara lain adalah dalam
hal mendukung stabilitas sistem keuangan dan/atau mendorong perekonomian nasional.15
Terhadap calon pemegang saham bank yang merupakan warga negara asing, ketentuan
batas kepemilikan saham yang berlaku ialah sebagaimana yang berlaku untuk kategori
pemegang saham perorangan. Dimana berdasarkan penjelasan Pasal 2 ayat (2) huruf c PBI
12 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 2. 13 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Bagian Menimbang.
14Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 22. 15 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Penjelasan Ps. 22.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
7
14/8/PBI/2012, bahwa yang dimaksud dengan "perorangan" adalah orang perseorangan baik
warga negara Indonesia atau warga negara asing. Sehingga bagi calon pemegang saham bank
yang merupakan warga negara asing berlaku ketentuan batas maksimum kepemilikan saham
bank sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari modal bank, pada bank umum konvensional,
dan 25% (dua puluh per seratus) dari modal bank, pada bank umum syariah.16
Apabila calon pemegang saham bank merupakan badan hukum asing, maka terlebih
dahulu harus ditentukan jenis badan hukumnya. Kategori pemegang saham bank yang berlaku
pada PBI 14/8/PBI/2012, membedakan badan hukum atas tiga macam, yaitu badan hukum
lembaga keuangan bank, badan hukum lembaga keuangan bukan bank, dan badan hukum
bukan lembaga keuangan. Terhadap ketiga macam kategori badan hukum tersebut, berikut
dibawah ini ketentuan batas maksimum kepemilikan saham yang berlaku:
a. 40% (empat puluh per seratus) dari modal bank, untuk kategori pemegang saham
berupa badan hukum lembaga keuangan bank dan badan hukum lembaga keuangan
bukan bank; dan
b. 30% (tiga puluh per seratus) dari modal bank, untuk kategori pemegang saham
berupa badan hukum bukan lembaga keuangan.
Apabila terdapat badan hukum asing yang merupakan badan hukum lembaga keuangan
bank ingin memiliki saham bank melebihi dari ketentuan batas maksimum 40% (empat puluh
per seratus) dari modal bank, maka terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan dan
persetujuan dari Bank Indonesia. Sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:
a. Memperoleh penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan perolehan peringkat
komposit 1 (satu) atau 2 (dua) atau peringkat tingkat kesehatan bank yang setara
bagi lembaga keuangan bank yang berkedudukan di luar negeri;
b. Memenuhi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai
profil risiko, modal inti (tier 1) paling kurang sebesar 6%;
c. Mendapatkan rekomendasi dari otoritas pengawasan lembaga keuangan bank
tersebut;
d. Merupakan lembaga keuangan bank yang telah go public;
16 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 2 ayat (2) huruf c dan Ps. 2 ayat (3).
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
8
e. Berkomitmen untuk memenuhi kewajiban membeli surat utang yang bersifat
ekuitas yang diterbitkan oleh bank yang akan dimiliki;
f. Berkomitmen untuk memiliki bank paling kurang dalam jangka waktu tertentu,
dan;
g. Berkomitmen untuk mendukung pengembangan perekonomian Indonesia melalui
bank yang dimiliki.17
Selain itu, bank yang dapat dimiliki oleh badan hukum lembaga keuangan bank
dengan jumlah lebih dari 40% (empat puluh per seratus) dari modal bank, paling kurang
memenuhi kriteria:18
a. Wajib melakukan go public untuk mencapai kepemilikan publik paling kurang
sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari modal bank, yang dilakukan paling lama
5 (lima) tahun sejak badan hukum lembaga keuangan bank memiliki saham sesuai
dengan persetujuan Bank Indonesia;
b. Wajib memiliki persetujuan untuk menerbitkan surat utang yang bersifat ekuitas,
dimana persetujuan untuk menerbitkan surat utang yang bersifat ekuitas ini
dilakukan setelah 19 badan hukum lembaga keuangan bank merealisasikan
pembelian saham lebih dari 40% (empat puluh per seratus) sesuai dengan
persetujuan Bank Indonesia.
Apabila pihak asing baik yang merupakan warga negara asing dan/atau badan hukum
yang berkedudukan di luar negeri yang akan memiliki saham bank, juga memenuhi unsur
untuk menjadi pemegang saham pengendali, maka bagi mereka diwajibkan untuk memenuhi
persyaratan sebagai berikut:20
a. Memiliki komitmen untuk mendukung pengembangan perekonomian Indonesia
melalui bank yang dimiliki;
b. Memperoleh rekomendasi dari otoritas pengawasan dari negara asal, bagi badan
hukum lembaga keuangan, yang mana rekomendasi tersebut paling kurang
17 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 6 ayat (2). 18 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 7. 19 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Penjelasan Ps. 7. 20 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 5.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
9
memuat keterangan mengenai reputasi yang baik dan tidak pernah melakukan
perbuatan tercela di bidang perbankan; dan
c. Memiliki peringkat paling kurang sebagai berikut:21
i. 1 (satu) tingkat (notch) di atas peringkat investasi terendah, bagi badan
hukum lembaga keuangan bank;
ii. 2 (dua) tingkat (notch) di atas peringkat investasi terendah, bagi badan hukum
lembaga keuangan bukan bank; atau
iii. 3 (tiga) tingkat (notch) di atas peringkat investasi terendah, bagi badan
hukum bukan lembaga keuangan.
Pada kesimpulannya, dengan berlakunya ketentuan PBI 14/8/PBI/2012, telah terdapat
pengamanan terhadap kepemilikan saham bank umum di Indonesia, termasuk kepemilikan
bank yang tadinya sangat mudah dapat dilakukan oleh pihak asing. Melalui ketentuan batas
maksimum kepemilikan saham yang ditentukan berdasarkan kategori dan keterkaitan antar
pemegang saham, dominasi kepemilikan saham bank pada satu pihak kedepannya maka akan
diupayakan agar dapat dihindari.
2.1.2 Pengaturan Kepemilikan Saham Bank Umum yang Berlaku bagi Pihak Asing yang
merupakan Pemegang Saham Bank Umum di Indonesia yang telah Eksisting Sebelum
Berlakunya Ketentuan Peraturan Bank Indonesia Mengenai Kepemilikan Saham Bank
Umum
Sebagaimana diketahui bahwa sebelumnya ketentuan batas maksimum kepemilikan
saham bank sebagaimana yang baru diatur melalui PBI 14/8/PBI/2012, sudah banyak bank-
bank asing yang menjadi pemilik mayoritas dari bank umum di Indonesia atau yang biasa
disebut sebagai bank campuran di Indonesia. Seperti Bank Internasional Indonesia Maybank
(BII), dimana 97,29% (sembilan puluh tujuh koma dua puluh sembilan per seratus) sahamnya
dimiliki oleh Malayan Banking Berhard (Maybank), yaitu bank asal negara Malaysia.22 Selain
itu terdapat Bank OCBC NISP, yang 85,1% dari sahamnya dimiliki oleh OCBC Overseas
21 Peringkat yang digunakan adalah hasil penilaian lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
22Bank BII Maybank, “Laporan Keuangan 2012 Kuartal 3” http://www.bii.co.id/investor/financial-report/Documents/Laporan%20Keuangan%202012%20Kuartal%203.pdf, diunduh pada 10 Desember 2012.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
10
Investment Pte. Ltd., sebuah anak perusahaan dari Bank OCBC yang berkedudukan di negara
Singapura.23
Dengan berlakunya ketentuan PBI 14/8/PBI/2012, maka pemegang saham bank umum
yang memiliki saham bank melebihi ketentuan batas maksimum kepemilikan saham bank
yang diatur dalam ketentuan PBI 14/8/PBI/2012, memiliki kewajiban untuk menyesuaikan
batas maksimum kepemilikan saham sesuai dengan penilaian Tingkat Kesehatan Bank24
dan/atau penilaian Good Corporate Goverance 25 (GCG) bank yang bersangkutan pada posisi
penilaian akhir bulan Desember tahun 2013.26
Sebagaimana yang diatur pada ketentuan Pasal 12 PBI 14/8/PBI/2012, kewajiban
penyesuaian ketentuan batas maksimum kepemilikan saham terhadap pemegang saham yang
memiliki saham bank melebihi dari batas maksimum kepemilikan saham bank, ditentukan
sebagai berikut:
a. Bagi pemegang saham pada bank yang memperoleh penilaian Tingkat Kesehatan
Bank dan/atau penilaian GCG dengan peringkat 3 (tiga), 4 (empat) atau 5 (lima)
pada posisi penilaian bulan Desember 2013, diwajibkan untuk menyesuaikan
dengan batas maksimum kepemilikan saham yang berlaku berdasarkan kategori dan
keterkaitan pemegang saham sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Peraturan
Bank Indonesia No. 14/8/PBI/2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum
paling lama 5 (lima) tahun sejak 1 Januari 2014;27 dan
b. Pemegang saham pada bank yang memperoleh penilaian Tingkat Kesehatan Bank
dan Penilaian GCG dengan peringkat 1 (satu) atau 2 (dua) pada posisi penilaian
bulan Desember 2013 tetap dapat memiliki saham sebesar presentase saham yang
telah dimiliki.28
23 Bank OCBC NISP, “Komposisi Kepemilikan Saham” http://www.ocbcnisp.com/?opt=content&cid=8&task=view&id=121&item_id=32&lang=1, diunduh pada 10 Desember 2012. 24 Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank. 25 Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). 26 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 11. 27 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 12 huruf a. 28 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 12 huruf b.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
11
Walaupun terhadap pemegang saham yang memiliki saham pada bank yang
memperoleh penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan Penilaian GCG dengan peringkat 1 (satu)
atau 2 (dua) pada posisi penilaian bulan Desember 2013 diizinkan untuk tetap dapat dimiliki
saham sebesar presentase saham yang telah dimiliki, namun dalam keadaan tertentu
pemegang saham tersebut dapat diwajibkan untuk menyesuaikan kepemilikan atas sahamnya
dengan ketentuan batas maksimum kepemilikan saham. Keadaan yang mewajibkan
diadakannya penyesuaian kepemilikan saham tersebut ialah, apabila:29
a. Bank mengalami penurunan penilaian Tingkat Kesehatan bank dan/atau penilaian
GCG menjadi peringkat 3 (tiga), 4 (empat) atau 5 (lima) selama 3 (tiga) periode
penilaian berturut-turut; atau
b. Pemegang saham atas inisiatif sendiri melakukan penjualan saham yang
dimilikinya.
Dalam hal terjadinya keadaan tersebut, maka bagi pemegang saham bank diwajibkan
untuk menyesuaikan kepemilikan sahamnya dengan batas maksimum kepemilikan saham
yang berlaku sesuai dengan ketentuan PBI 14/8/PBI/2012 dengan jangka waktu yang
diberikan paling lama 5 (lima) tahun setelah periode penilaian terakhir atau setelah penjualan
saham yang dimilikinya. 30
2.2 Potensi Masalah Terhadap Kepemilikan Saham Bank Umum oleh Investor Asing
Dengan Dikeluarkannya Kebijakan Peraturan Bank Indonesia Sehubungan Dengan
Kepemilikan Saham Bank Umum
Terdapat beberapa hal yang akan dikaji lebih lanjut pada bagian berikut ini mengenai
potensi masalah terhadap kepemilikan saham bank umum oleh investor asing dengan
dikeluarkannya kebijakan PBI 14/8/PBI/2012. Penulis akan membahas lebih lanjut mengenai
potensi masalah terhadap kemungkinan terjadinya divestasi terhadap bank-bank di Indonesia
akibat adanya kewajiban penyesuaian kepemilikan saham dengan batas maksimum
kepemilikan saham yang berlaku. Pada bagian ini penulis juga akan mengkaji tinjauan potensi
masalah dengan diberlakukannya PBI 14/8/PBI/2012 dari sudut pandang Bank UOB
Indonesia sebagai salah satu bank yang mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak
asing. 29 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 13 ayat (1). 30 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 13 ayat (2).
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
12
Selain itu penulis juga akan meninjau kesesuaian pengaturan batas kepemilikan saham
bank umum oleh asing dengan berlakunya ketentuan Peraturan Bank Indonesia No.
14/8/PBI/2012, terhadap komitmen yang diadakan oleh Indonesia melalui perjanjian
internasional dan regional. Dengan dilatarbelakangi maraknya opini publik akan asas
resiprositas yang seharusnya diatur pada ketentuan kepemilikan saham bank umum oleh pihak
asing, maka penulis akan membahas pula mengenai urgensi asas resiprositas terhadap
pengaturan kepemilikan saham bank oleh pihak asing. Kemudian terakhir, penulis akan
membahas mengenai korelasi kepemilikan saham bank umum oleh investor asing sehubungan
dengan rencana pengaturan izin berjenjang atau multilicensy yang dicanangkan oleh Bank
Indonesia.
2.2.1 Konsekuensi Kewajiban Penyesuaian Ketentuan Kepemilkan Saham
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum
Terhadap Kemungkinan Divestasi Beberapa Bank di Indonesia
Melalui ketentuan PBI 14/8/PBI/2012, terdapat kewajiban penerapan batas maksimum
kepemilikan saham yang berlaku bagi seluruh bank umum di Indonesia. Dimana apabila bank
yang komposisi kepemilikan sahamnya melebihi ketentuan batas kepemilikan saham yang
telah ditentukan berdasarkan kategori dan keterkaitan pemegang saham dan merupakan bank
dengan peringkat Tingkat Kesehatan Bank dan/atau GCG pada posisi penilaian peringkat 3
(tiga), 4 (empat), atau 5 (lima) pada saat waktu penilaian Bulan Desember 2013, maka bank
yang bersangkutan diwajibkan untuk menerapkan ketentuan batas maksimum kepemilikan
saham yang berlaku. Selain itu, kewajiban penerapan batas maksimum kepemilikan saham
juga berlaku bagi bank yang dengan inisiatifnya sendiri melakukan penjualan atas sahamnya.
Dengan adanya kewajiban penerapan tersebut, maka terdapat konsekuensi yang
berlaku baik bagi bank dan juga pemegang saham dari bank yang bersangkutan yang tidak
melaksanakan kewajiban yang telah ditentukan. Bagi pemegang saham yang tidak memenuhi
kewajiban penyesuaian dengan batas maksimum kepemilikan saham maka akan dikenakan
pembatasan berupa31 perhitungan hak yang bersangkutan dalam perhitungan kuorum dan
pengambilan keputusan dalam RUPS hanya diperhitungkan paling tinggi sebesar batas
maksimum kepemilikan saham bank yang berlaku pada Pasal 2 dan Pasal 4 PBI
14/8/PBI/2012, serta terdapat pembatasan dalam hal pembayaran dividen untuk kelebihan
31 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327, Ps. 20 ayat (1).
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
13
saham yang dimiliki ditunda sampai dengan yang bersangkutan melakukan penyesuaian
dengan batas maksimum kepemilikan saham. Selain pembatasan tersebut, bagi pemegang
saham yang bersangkutan juga dapat diakukan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper
test) oleh Bank Indonesia. Pembatasan yang berlaku tersebut tidak menghilangkan kewajiban
pemegang saham yang dimaksud untuk melakukan penyesuaian kepemilikan sesuai dengan
batas maksimum kepemilikan saham yang berlaku.32
Pada beberapa artikel banyak ditemui pembahasan mengenai kemungkinan
dilakukannya divestasi oleh bank-bank yang tidak dapat mempertahankan kompsisi
kepemilikan sahamnya, dengan diberlakukannya kewajiban penerapan batas maksimum
kepemilikan saham sebagaimana yang diatur pada ketentuan PBI 14/8/PBI/2012.33 Namun,
dalam hal menjangkau potensi permasalahan sehubungan divestasi yang dilakukan oleh bank,
maka harus diperhatikan terlebih dahulu mengenai bagaimanakah hasil penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dan GCG bank yang bersangkutan pada waktu yang telah ditentukan,
sehingga belum tentu akan banyak bank yang melakukan divestasi karena adanya kewajiban
penerapan batas maksimum kepemilikan saham sebagaimana yang ditentukan pada PBI
14/8/PBI/2012. Selain itu, bagi bank yang komposisi kepemilikan sahamnya melebihi dari
batas kepemilikan saham yang ditentukan berdasarkan kategori pemegang saham, tetap dapat
mempertahankan susunan komposisi atas kepemilikan sahamnya tersebut, apabila bank yang
bersangkutan dapat memenuhi ketentuan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan GCG
sebagaimana yang ditentukan pada PBI 14/8/PBI/2012.
Pada kesimpulannya, konsekuensi kewajiban penyesuaian batas maksimum
kepemilikan saham sebagaimana yang diatur pada PBI 14/8/PBI/2012 memungkinkan untuk
terjadinya divestasi yang dilakukan oleh bank-bank yang tidak dapat mempertahankan
komposisi kepemilikan sahamnya. Namun, dengan berlakunya ketentuan PBI 14/8/PBI/2012
tersebut, maka adanya kewajiban penyesuaian batas maksimum kepemilikan saham bank
dapat dijadikan sebagai motivasi terhadap industri perbankan Indonesia, agar terus dapat
menjaga Tingkat Kesehatan Bank dan tingkat GCG nya, agar bank yang bersangkutan dapat
mempertahankan komposisi kepemilikan sahamnya, sehingga kewajiban penyesuaian
kepemilikan dapat terhindari.
32 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI No. 14/8/PBI/2012, LN. No. 144, TLN No. 5327, Ps. 20 ayat (3).
33 Istilah divestasi merupakan terminologi ekonomi. Antoni K. Muda dalam Kamus Lengkap Ekonomi menyatakan divestasi adalah pernyertaan/pelepasan sebuah investasi, seperti pelepasan saham oleh pemilik saham yang lama, tindakan penerikan kembali penyertaan modal yang dilakukan perusahaan modal Ventura dari perusahaan pasasangan perusahaannya.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
14
2.2.2 Tinjauan Potensi Masalah Terhadap Peraturan Bank Indonesia mengenai
Kepemilikan Saham Bank Umum Dari Sudut Pandang Bank Umum di Indonesia (Suatu
Tinjauan Umum Terhadap Bank UOB Indonesia)
Sebelum berganti nama menjadi PT Bank UOB Indonesia (Bank UOB Indonesia)
bernama PT Bank UOB Buana.34 PT Bank UOB Buana merupakan survived bank35 dari
proses penggabungan yang dilakukan antara PT Bank UOB Indonesia dengan PT Bank UOB
Buana pada tahun 2010. Pada tahun 2011, setelah berhasilnya proses penggabungan, PT Bank
UOB Buana mengganti namanya menjadi PT Bank UOB Indonesia. Dengan memperhatikan
susunan pemegang saham Bank UOB Indonesia, United Overseas Bank Limited, Singapura
("UOB Singapura") merupakan ultimate shareholder atau pemegang saham pengendali akhir
Bank UOB Indonesia yang memiliki saham bank melalui UOB International Investment
Private Limited, Singapura ("UOB II") sebagai pemegang saham sebesar 68,943% (enam
puluh delapan koma sembilan ratus empat puluh tiga per seratus) dan melalui UOB Singapura
sendiri dengan kepemilikan saham sejumlah 30,056% (tiga puluh koma lima puluh enam per
seratus) dari jumlah keseluruhan total saham Bank UOB Indonesia. UOB II merupakan
vehicle yang digunakan oleh UOB Singapura dalam memiliki saham pada Bank UOB
Indonesia. Keseluruhan saham dari UOB II merupakan milik dari UOB Singapura. Sehingga
pada kesimpulannya, UOB Singapura merupakan pemilik saham sejumlah 98,999%
(sembilan puluh delapan koma sembilan ratus sembilan puluh sembilan per seratus) dari total
saham Bank UOB Indonesia.36
Dari keterangan yang telah diberikan oleh Bapak Soehadi Tansol selaku Direktur
Kepatutan Bank UOB Indonesia, Bank UOB Indonesia tidak merasa dirugikan dengan
dikeluarkannya PBI 14/8/PBI/2012, karena Bank UOB Indonesia optimis untuk menyanggupi
ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan tersebut, sehingga Bank UOB Indonesia tidak
perlu melakukan perubahan penyusunan kepemilikan saham bank. Menurut beliau, kewajiban
penerapan kepemilikan saham bank yang diatur melalui PBI 14/8/PBI/2012, dapat dihindari
oleh Bank UOB Indonesia asalkan, Bank UOB Indonesia dapat menyanggupi untuk
memenuhi penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan/atau penilaian GCG pada peringkat 1 (satu)
34 "Sejarah Perusahaan" https://www.uob.co.id/personal/about/riwayat/sejarah-perusahaan.html, diunduh pada 1 Desember 2012. 35 Sebagaimana yang diatur pada Pasal 20 Ayat (1) Peraturan Pemerintah 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank, bahwa apabila merger telah dilakukan sesuai dengan ketentuan, maka bank yang menggabungkan diri bubar demi hukum, terhitung sejak tanggal persetujuan Menteri Kehakiman atas perubahan Anggaran Dasar. Dalam hal ini dengan diadakannya pengabungan antara Bank UOB Indonesia dengan Bank UOB Buana yang menjadi bank bertahan (survived bank) adalah Bank UOB Buana. 36 Informasi ini didapat dari wawancara penulis dengan Bapak Soehadi Tansol, narasumber dari Bank UOB Indonesia, pada tanggal 9 November 2012, di Gedung UOB Plaza Lantai 12, pukul 10.00 WIB.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
15
atau 2 (dua) pada posisi bulan Desember tahun 2012, bulan Juni tahun 2013, dan bulan
Desember tahun 2013.37 Pemenuhan penilaian terhadap Tingkat Kesehatan Bank dan /atau
GCG ini harus bersifat kontinuitas, dimana dalam tiga periode penilaian, peringkat Tingkat
Kesehatan Bank dan/atau GCG sampai dengan bulan Desember tahun 2013, tidak boleh
ditemukan adanya penilaian akan peringkat 3 (tiga), 4 (empat), atau 5 (lima) sekalipun
terhadap penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan/atau GCG bank.38
Pada kesimpulannya, Bank UOB Indonesia merupakan bank umum yang menyikapi
dengan tangan terbuka dengan adanya pengaturan mengenai kepemilikan saham baru
sebagaimana yang diatur melalui PBI 14/8/PBI/2012. Adanya konsekuensi kewajiban dalam
penerapan batas kepemilikan saham sesuai dengan kategori pemegang saham dan keterkaitan
pemegang saham sebagaimana yang diatur dalam PBI 14/8/PBI/2012 bukanlah suatu
hambatan operasional bagi Bank UOB Indonesia, sejauh Bank UOB Indonesia dapat terus
mempertahankan peringkat Tingkat Kesehatan Bank dan GCG nya pada peringkat yang
dipersyaratkan oleh Bank Indonesia, agar dapat mempertahankan komposisi kepemilikan
sahamnya. Sehingga kedepannya, langkah strategis yang akan menjadi perhatian utama Bank
UOB Indonesia untuk dapat mempertahankan komposisi kepemilikan sahamnya ialah untuk
menjaga kontinuitas peringkat Tingkat Kesehatan Bank dan GCG Bank UOB Indonesia di
peringkat 1 (satu) atau 2 (dua) sampai dengan penilaian bulan Desember tahun 2013 dan
seterusnya.
2.2.3 Kesesuaian Pengaturan Batas Kepemilikan Saham Bank Umum oleh Pihak
Asing di Indonesia terhadap Komitmen Indonesia yang diadakan melalui Perjanjian
Internasional
Indonesia merupakan salah satu negara yang mendukung liberalisasi perdagangan
barang dan jasa. Dukungan liberalisasi tersebut dapat terlihat dalam hal Indonesia merupakan
salah satu negara yang turut menyepakati Agreement Establishing the World Trade
Organization ("Perjanjian WTO") sebagai dasar pendirian World Trade Organization
("WTO").39 Salah satu kerangka perjanjian yang berlaku bagi anggota WTO adalah GATS
(General Agreement on Trade in Services). Perjanjian ini merupakan suatu Framework 37 Informasi ini didapat dari wawancara penulis dengan Bapak Soehadi Tansol, narasumber dari Bank UOB Indonesia, pada tanggal 9 November 2012, di Gedung UOB Plaza Lantai 12, pukul 10.00 WIB. 38 Informasi ini didapat dari wawancara penulis dengan Bapak Soehadi Tansol, narasumber dari Bank UOB Indonesia, pada tanggal 9 November 2012, di Gedung UOB Plaza Lantai 12, pukul 10.00 WIB. 39 Zulkarnaen Sitompul, “World Trade Organization, International Monetary Fund Dan Perubahan Sistem Perbankan”, Pro Justicia, (4 Oktober 1998), hlm. 1.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
16
Agreement, atau perjanjian yang mencakup keseluruhan kerangka konsepsional dan batasan-
batasannya. Prinsip-prinsip umum utama dalam perjanjian tersebut adalah: MFN atau non-
diskriminasi, National Treatment, Progressive Liberalization, disamping aturan lainnya yang
tercantum dalam perjanjian.40
Indonesia memberikan batasan melalui komitmennya sebagai anggota WTO
sebagaimana yang tercantum pada Schedule of Specific Commitments Supplement 3, bahwa
pihak asing dapat melakukan akuisisi bank lokal dengan pembelian saham sampai dengan
49% (empat puluh sembilan per seratus) dari seluruh saham yang didaftarkan di bursa efek.41
Terkait dengan presentase pembelian saham dalam akuisisi bank lokal tersebut, saat ini
Indonesia telah melakukan initial offering, dimana terdapat kenaikan presentase batas
pembelian saham bank lokal oleh pihak asing melalui akuisisi menjadi 51% (lima puluh satu
per seratus) dari seluruh saham yang didaftarkan di bursa efek, namun hal ini belum resmi
menjadi komitmen Indonesia.
Sehubungan dengan komitmen mengenai pembatasan kepemilikan asing tehadap
saham bank umum domestik di Indonesia terdapat juga kesepakatan Indonesia melalui
komitmen-komitmen lainnya, diantaranya komitmen Indonesia sebagai anggota ASEAN
melalui AFAS (ASEAN Framework Agreement on Services), AANZFTA (ASEAN Australia
New Zealand Free Trade Area), AKFTA (ASEAN Korea Free Trade Area). Melalui
komitmen yang diadakan Indonesia sebagai negara anggota ASEAN tersebut, Indonesia
membatasi kepemilikan saham asing pada bank umum domestik melalui akuisisi yang
dilakukan melalui pembelian saham sampai dengan 51% (lima puluh satu per seratus) dari
modal bank yang terdaftar pada bursa efek.42
Pada saat ini batasan kepemilikan saham oleh pihak asing pada bank umum Indonesia
masih mengacu pada ketentuan Pasal 3 PP 29/1999, yaitu:
“Jumlah kepemilikan saham bank oleh warga negara asing dan atau badan hukum asing yang diperoleh melalui pembelian secara langsung maupun melalui bursa efek sebanyak-banyaknya adalah 99% (sembilan puluh sembilan per seratus) dari jumlah saham bank yang bersangkutan.”43
40 HS. Kartadjoemena, GATT WTO dan Hasil Uruguay Round, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1997), hlm. 243-244. 41 World Trade Organization, Indonesia Schedule of Specific Commitments Supplement 3, 26 Februari 1998. 42 Informasi ini didapat dari wawancara penulis dengan Bapak Sudarmaji, narasumber dari Bank Indonesia, pada tanggal 19 November 2012, di Gedung D Lantai 5 Bank Indonesia, pukul 12.00 WIB.
43 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pembelian Saham Bank Umum, PP No. 29 Tahun 1999, LN No. 62, TLN No. 3841, Ps. 3.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
17
Melalui ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa pemerintah Indonesia memberikan
batasan kepada pihak asing yang hendak membeli saham bank melalui pembelian secara
langsung maupun melalui bursa efek, sebanyak-banyaknya 99% (sembilan puluh sembilan
per seratus) dari jumlah saham bank yang bersangkutan. Komitmen-komitmen yang diadakan
oleh Indonesia baik terhadap WTO, maupun terhadap negara anggota ASEAN melalui
ANZFTA maupun ANKFTA, memberikan batasan hanya terhadap kepemilikan saham bank
yang dilakukan melalui pembelian saham bank yang dilakukan melalui bursa efek.
Melalui ketentuan PBI 14/8/PBI/2012 diatur mengenai batas maksimum kepemilikan
saham bank. Dimana batas kepemilikan saham bank ini berlaku baik terhadap pemegang
saham bank yang merupakan pihak asing maupun pemegang saham bank yang merupakan
pihak lokal. Batas maksimum kepemilikan saham tersebut ditentukan berdasarkan kategori
pemegang saham, yang terdiri dari badan hukum lembaga keuangan bank dan non bank,
badan hukum non lembaga keuangan, dan perorangan. Ketentuan batas maksimum
kepemilikan saham sebagaimana yang ditentukan melalui PBI 14/8/PBI/2012, tidak secara
khusus bertujuan untuk membatasi ruang gerak investor asing dalam industri perbankan
Indonesia. Batas maksimum kepemilikan saham yang ditentukan tersebut bertujuan untuk
mengelola sistem perbankan yang sehat dan kuat serta mampu menjadi lembaga intermediasi
bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi. Ketentuan batas maksimum kepemilikan saham yang
berlaku untuk pihak asing maupun pihak lokal ini cenderung menjadi ketentuan yang lebih
mengedepankan kepentingan nasional, dimana dapat diperhatikan bahwa batas maksimum
kepemilikan saham bank sangat ditentukan pada penilaian tingkat kesehatan bank dan GCG
bank yang bersangkutan.
Pada kesimpulannya, pengaturan hukum perbankan di Indonesia yang mengatur
mengenai batas kepemilikan saham bank umum terhadap pihak asing tidak melanggar
ketentuan yang berlaku sehubungan dengan komitmen-komitmen yang terdapat dalam
perjanjian-perjanjian internasional yang diadakan oleh Indonesia. Indonesia telah melakukan
voluntary liberalization, atau liberalisasi sukarela, dimana melalui ketentuan sebagaimana
yang diatur pada PP 29/1999, Indonesia telah memberikan kesempatan yang lebih luas
sehubungan dengan kepemilikan saham oleh asing pada bank umum domestik di Indonesia
dibandingkan dengan komitmen yang justru diadakan oleh Indonesia pada serangkaian
perjanjian-perjanjian internasional maupun perjanjian regional. 44
44 Informasi ini didapat dari wawancara penulis dengan Bapak Sudarmaji, narasumber dari Bank Indonesia, pada tanggal 19 November 2012, di Gedung D Lantai 5 Bank Indonesia, pukul 12.00 WIB.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
18
2.2.4 Tinjauan Umum Mengenai Penilaian Urgensi Pertimbangan Asas Resiprositas
dalam Pengaturan terkait Kepemilikan Saham Bank Umum oleh Investor Asing
Sehubungan dengan topik pengaturan kepemilikan saham pada bank umum oleh
investor asing, banyak sekali ditemukan opini publik mengenai asas resiprositas atau asas
resiprokal. Pandangan terhadap asas resiprositas ini, kebanyakan dilatarbelakangi oleh
sentimen publik atas mendominasinya kepemilikan asing dalam saham bank umum di
Indonesia terlebih lagi dengan adanya wacana pada pertengahan tahun 2012, bahwa akan ada
salah satu bank umum Indonesia yang cukup besar yang akan diakuisisi oleh bank besar asal
Singapura. Dalam tulisan yang ditemui pada sebuah artikel, ditemukan sebuah pemaparan
bahwa yang menjadi faktor dikeluhkannya asas resiprositas oleh para kalangan perbankan
nasional ialah karena pandangan bahwa bank asing telah diberikan kemudahan yang cukup
leluasa untuk berekspansi ke Indonesia, sedangkan kemudahan bagi bank asing tersebut tidak
disertai dengan kemudahan bank lokal untuk berekspansi ke luar negeri. 45
Dalam pemahaman filosofis mengenai asas resiprositas, dapat diperhatikan pendapat
dari Karl Paul Polanyi, seorang tokoh antropologi ekonomi, yang juga merupakan seorang
filsuf dalam bidang ilmu sosial bahwa,
“Reciprocity is enormous facilitated by the institutional pattern of symetry, a frequent feature of organization among non literate peoples".46
Jika dilihat dari definisi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa menurut
Polanyi pada intinya, bentuk pola simetris dalam suatu kelompok masyarakat sangat
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam hal terjadinya hubungan timbal-balik atau
resiprositas. Sehingga berdasarkan pemikiran Karl Polanyi tersebut, maka keadaan hubungan
timbal-balik atau resiprokal cenderung tidak berlangsung apabila tidak ditemukan hubungan
yang simetrikal antar kelompok atau antar individu. Mendasarkan pada pemikiran filosofis
yang telah dipaparkan di atas, maka telah terdapat penguatan latar-belakang sebab, dalam hal
sulitnya penerapan asas resiprositas dalam hukum perbankan Indonesia sehubungan dengan
kepemilikan saham asing pada bank umum di Indonesia. Berdasarkan dengan pendapat
Polanyi, kemungkinan dapat diterapkannya hubungan timbal balik, hanya apabila terdapat
45 Ryan Kiryanto, "Menyoal Asas Resiprositas di Sektor Perbankan" http://www.sindoweeklymagz.com/artikel/08/I/26_april_2_mei_2012/analysis/32/menyoal_asas_resiprokal_di_sektor_perbankan, diunduh pada 19 November 2012. 46 Jennifer Coates, Men Talk, (Masachussets, USA: Blackwell Publisher Ltd, 2002), hlm. 42.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
19
hubungan dua pihak yang simetrikal, sehingga disini perlu dilihat kondisi serta posisi dari
Indonesia juga kondisi dari negara yang bersangkutan.
Pada kesempatan mewawancarai Bapak Sudarmaji, beliau turut menambahkan
opininya mengenai penerapan asas resiprokal ini. Pada dasarnya, beliau memaparkan bahwa
asas resiprokal memang baik jika dipandang hanya dalam batas teoritikal, karena menurut
beliau asas ini sulit untuk diimplementasikan dan dijalankan dalam bentuk penerapan
kebijakan perbankan Indonesia terhadap negara asal pemegang saham bank umum di
Indonesia. 47 Dalam sebuah tulisan karangan Zulkarnaen Sitompul 48 , disebutkan bahwa
dengan adanya komitmen Indonesia dengan WTO, maka ditemukan bahwa asas resiprositas
ini bertolak belakang dengan prinsip GATS (General Agreement on Trade in Services) yaitu
prinsip Most Favoured Nation (MFN) atau non diskriminasi. Prinsip non diskriminasi atau
MFN adalah49 suatu prinsip yang menyatakan bahwa suatu kemudahan yang diberikan kepada
suatu negara juga harus diberikan untuk negara lain.
Dalam sesi wawancara dengan Bapak Sudarmaji, beliau juga turut menjelaskan
bahwasannya, tidak mudah untuk Indonesia memberlakukan asas resiprositas bagi negara asal
bank yang mengikutsertakan dirinya sebagai pemilik dari Bank Campuran di Indonesia.
Dalam memandang hal ini, harus dipandang dari kedua belah mata, bahwa apabila asas
resiprositas dipaksakan untuk diberlakukan, maka Indonesia sendiri akan kesulitan. Kesulitan
yang akan dirasakan ini, diantaranya bahwa Indonesia belum tentu dapat mampu untuk
membuka bank di negara tempat bank yang mengikutsertakan dirinya di Indonesia,
kemampuan tentunya berkaitan dengan kemampuan finansial, dan kemampuan persaingan
bisnis. Menurut Bapak Sudarmaji bahwa penerapan asas resiprositas ini akan lebih
memungkinkan untuk diterapkan pada dua negara yang memiliki tingkat perkembangan yang
hampir sama. Dimana, apabila asas resiprositas ini diterapkan pada negara yang mempunyai
tingkat pertumbuhan yang jauh berbeda, maka berbagai kesulitan seperti hambatan dalam
tingkat permodalan, dan persaingan tentu hanya akan menghambat perkembangan dari
industri perbankan itu sendiri.50
47 Informasi ini didapat dari wawancara penulis dengan Bapak Sudarmaji, narasumber dari Bank Indonesia, pada tanggal 19 November 2012, di Gedung D Lantai 5 Bank Indonesia, pukul 12.00 WIB. 48 Zulkarnaen Sitompul, “World Trade Organization...”, Op. Cit., hlm. 13. 49 Ibid., hlm. 7. 50 Informasi ini didapat dari wawancara penulis dengan Bapak Sudarmaji, narasumber dari Bank Indonesia, pada tanggal 19 November 2012, di Gedung D Lantai 5 Bank Indonesia, pukul 12.00 WIB.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
20
2.2.5 Korelasi Kepemilikan Saham Bank Umum oleh Investor Asing Sehubungan
Dengan Rencana Pengaturan Izin Berjenjang Yang Dicanangkan oleh Bank Indonesia
Pada tahun 2012, Bank Indonesia akan mengarahkan kebijakannya dalam bidang
perbankan untuk menjaga keseimbangan antara peningkatan daya saing dan memperkuat
ketahanan perbankan, dengan tetap mendorong intermediasi bank termasuk memperluas akses
masyarakat ke layanan jasa perbankan berbiaya rendah. 51 Dalam ketentuan Booklet
Perbankan, rencana pengaturan izin berjenjang atau multi license sudah menjadi arah
kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2012. Rencana pengaturan mengenai multi license ini
merupakan pengaturan yang sedang dikaji oleh Bank Indonesia seiring dengan semakin
kompleksnya kegiatan usaha bank di Indonesia. Melalui kebijakan multi license, nantinya
direncanakan akan ada pembagian bank menjadi 4 (empat) kelompok berdasarkan kondisi
modalnya, yang menentukan kelompok usaha yang dapat dilakukan oleh bank yang
bersangkutan.52
Dalam sebuah makalah yang dituliskan oleh Dwityapoetra S. Besar, yang disampaikan
pada Workshop On Trade In Financial Services And Development, yang diadakan di Genewa
pada Juni 2012, terdapat pemaparan mengenai perbandingan singkat mengenai liberalisasi
perbankan yang diberlakukan di lima negara ASEAN, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filipina. Dimana dalam pemaparan tersebut diketahui bahwa Indonesia adalah
satu-satunya negara yang masih memberlakukan single license dalam hal pemberian izin
usaha dalam bidang jasa perbankan, sedangkan ke-4 (keempat) negara lainnya telah
memberlakukan ketentuan multi license atau izin berjenjang.53
Berdasarkan pemaparan dari Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, penataan
kebijakan perbankan melalui multi license akan dapat dibedakan kelompok bank satu dengan
yang lain, termasuk kegiatannya. Dimana, penataan baru tersebut akan berdampak pada
konsolidasi perbankan, yang dinilai baik karena dapat menjadi instrumen penataan industri
dengan mendasar pada Arsitektur Perbankan Indonesia (API). 54 Ryan Kiryanto selaku
51 Bank Indonesia, "Booklet Perbankan Tahun 2012" http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/1AAD881B-2213-4436-81C2-A1B33AE656B2/25983/BookletPerbankan2012.pdf, diunduh pada 9 September 2012. 52 Informasi ini didapat dari wawancara penulis dengan Bapak Sudarmaji, narasumber dari Bank Indonesia, pada tanggal 19 November 2012, di Gedung D Lantai 5 Bank Indonesia, pukul 12.00 WIB. 53 Dwityapoetra S. Besar, "Indonesian Banking Development: Financial Services Liberalization, The Regulatory Framework, and Financial Stability" http://www.wto.org/english/tratop_e/serv_e/wkshop_june12_e/besar_e.pdf, diunduh pada 10 September 2012. 54 Rika Novayanti, "Aturan Perbankan: Izin Bejenjang Kian Tegaskan Klasifikasi Industri Perbankan" http://www.bisnis.com/articles/aturan-perbankan-izin-berjenjang-kian-tegaskan-klasifikasi-industri-perbankan, diunduh pada 9 September 2012.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
21
Ekonom PT BNI Tbk, menilai positif rencana Bank Indonesia dalam memberlakukan
peraturan izin berlapis atau "multiplelicense" di sektor perbankan. Beliau menilai bahwa
aturan tersebut dapat mendorong terciptanya kompetisi di industri keuangan. 55 Dengan
adanya rencana pengaturan izin berjenjang yang akan diberlakukan di Indonesia, tentunya
nantinya akan berimbas ke banyak sektor pengaturan dalam kegiatan usaha industri
perbankan Indonesia. Dalam pengamatan sementara, rencana kebijakan izin berjenjang atau
multi license ini dapat memberikan dampak terhadap kepemilikan asing pada bank umum di
Indonesia.
Dalam wawancara penulis dengan Bapak Soehadi Tansol, selaku Direktur Kepatutan
dari Bank UOB Indonesia, beliau menyampaikan pandangannya bahwa dengan ketentuan
multi license maka bank yang ingin melakukan ekpansi dan mengeluarkan produk-produk
baru sangat ditentukan pada kekuatan permodalan bank yang bersangkutan, sehingga bagi
bank yang kekuatan modalnnya lemah harus terlebih dahulu mengadakan penambahan modal
atau mau tidak mau bank yang bersangkutan dimungkinkan menjadi terpaksa harus menjual
banknya.56 Selain itu, dapat diperhatikan pula pendapat dari Ryan Kiryanto mengenai
kemungkinan dampak yang dapat terjadi dengan diaturnya ketentuan multi license, 57 bahwa
menurut beliau melalui ketentuan peraturan multi license maka dapat mendorong bank-bank
kecil untuk melakukan konsolidasi atau merger, dan tidak menutup kemungkinan juga
terbukanya peluang bagi bank-bank kecil untuk diakuisisi oleh bank-bank yang lebih besar
termasuk oleh bank asing. Sehingga sehubungan dengan kepemilikan saham bank umum di
Indonesia, dengan demikian kepemilikan saham bank umum oleh asing di dalam industri
perbankan di Indonesia dimungkinkan meningkat dengan berlakunya ketentuan peraturan
multi license yang direncanakan tersebut.
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Peraturan Bank Indonesia No. 14/8/PBI/2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum
merupakan ketentuan pengaturan yang pada saat ini dijadikan acuan utama dalam hal 55 ANT, "Izin Berjenjang Tingkatkan Kualitas Perbankan” http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt500ce44f52467/izin-berjenjang-tingkatkan-kualitas-perbankan, diunduh pada 20 November 2012.
56 Informasi ini didapat dari wawancara penulis dengan Bapak Soehadi Tansol, narasumber dari Bank UOB Indonesia, pada tanggal 9 November 2012, di Gedung UOB Plaza Lantai 12, pukul 10.00 WIB. 57 ANT, "Izin Berjenjang Tingkatkan Kualitas Perbankan” http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt500ce44f52467/izin-berjenjang-tingkatkan-kualitas-perbankan, diunduh pada 20 November 2012.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
22
kepemilikan saham bank. Dalam ketentuan tersebut terdapat ketentuan batas maksimum
kepemilikan saham yang ditentukan berdasarkan kategori pemegang saham dan
hubungan keterkaitan pemegang saham. Pada kesimpulannya, dengan berlakunya
ketentuan PBI 14/8/PBI/2012 maka pihak asing tetap dapat memiliki saham bank umum
di Indonesia sampai dengan 99% dari saham bank yang bersangkutan, namun harus
terlebih dahulu memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana yang ditentukan
dalam PBI 14/8/PBI/2012.
2. Walaupun adanya potensi masalah sehubungan dengan kebijakan kepemilikan saham
bank melalui PBI 14/8/PBI/2012, namun hal ini dapat dijadikan motivasi bagi bank-
bank di Indonesia agar dapat terus menjaga kontinuitas Tingkat Kesehatan dan
GCGnya, sehingga bank-bank yang komposisi susunan kepemilikan sahamnya melebihi
batas maksimum kepemilikan saham yang telah ditentukan dalam ketentuan PBI
14/8/PBI/2012, dapat terus mempertahankan komposisi kepemilikan sahamnya.
Sehingga divestasi akan saham bank umum yang akan berpotensi dalam mengganggu
stabilitas industri perbankan Indonesia dapat dihindari.
3.2 Saran
1. Sejak berlakunya ketentuan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan maka dengan demikian diketahui bahwa sejak 31 Desember 2013, fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
perbankan beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Dengan demikian
maka dibutuhkan adanya sinergi kerjasama yang kuat antara Otoritas Jasa Keuangan
dengan Bank Indonesia dalam berkoordinasi dan berkomunikasi dalam melakukan
pengawasan terhadap implementasi ketentuan PBI 14/8/PBI/2012 sehubungan dengan
kepemilikan saham bank umum di Indonesia.
2. Kedepannya, apresiasi dan perlakuan yang adil terhadap pihak asing dalam industri
perbankan Indonesia harus terus dipertahankan, dan motivasi agar pemodal dalam
negeri turut berpartisipasi dalam memajukan industri perbankan Indonesia harus selalu
diutamakan.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
23
DAFTAR REFERENSI
BUKU Coates, Jennifer. Men Talk. Masachussets: Blackwell Publisher Ltd, 2002. Kartadjoemena, HS.. GATT WTO dan Hasil Uruguay Round, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, 1997. Marsuki. Analisis Perekonomian Nasional & Internasional. Jakarta: Mitra Wacana Media,
2005. Sitompul, Zulkarnain, Perlindungan Dana Nasabah Bank. Jakarta: Program Pascasarjana
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia, 1984. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Indonesia. Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999
Tentang Bank Indonesia, UU No. 3 Tahun 2004, LN No. 7, TLN No. 4357. ________. Peraturan Pemerintah tentang Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi Bank, PP No. 28
Tahun 1999, LN No. 61, TLN No. 3840. ________. Peraturan Pemerintah tentang Pembelian Saham Bank Umum, PP No. 29 Tahun
1999, LN No. 62, TLN No. 3841. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Saham Bank Umum, PBI
No. 14/8/PBI/2012, LN No. 144, TLN No. 5327. _____________. Peraturan Bank Indonesia tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, PBI No. 13/1/PBI/2011, LN No. 1, TLN No. 5184 _____________. Peraturan Bank Indonesia tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, PBI No. 8/14/PBI/2006, LN No. 71, TLN No. 4640.
_____________. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Tata Cara Pembelian Saham Bank Umum, SK Dir BI No. 32/50/KEP/DIR.
_____________. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Persyaratan dan Tata Cara Meger, Akuisisi, Konsolidasi dan Akuisisi Bank Umum, SK DIR BI Nomor 32/51/KEP/DIR.
ARTIKEL DAN JURNAL
Sitompul, Zulkarnaen. “World Trade Organization, International Monetary Fund dan Perubahan Sistem Perbankan.” Pro Justicia No. XVI. (4 Oktober 1998).
INTERNET ANT. "Izin Berjenjang Tingkatkan Kualitas Perbankan”
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt500ce44f52467/izin-berjenjang-tingkatkan-kualitas-perbankan. Diunduh pada 20 November 2012.
Novayanti, Rika. "Aturan Perbankan: Izin Bejenjang Kian Tegaskan Klasifikasi Industri Perbankan" http://www.bisnis.com/articles/aturan-perbankan-izin-berjenjang-kian-tegaskan-klasifikasi-industri-perbankan. Diunduh pada 9 September 2012.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013
24
Bank Indonesia. "Booklet Perbankan Tahun 2012" http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/1AAD881B-2213-4436-81C2-A1B33AE656B2/25983/BookletPerbankan2012.pdf. Diunduh pada 9 September 2012.
Bank UOB Indonesia. "Sejarah Perusahaan" https://www.uob.co.id/personal/about/riwayat/sejarah-perusahaan.html. Diunduh pada 1 Desember 2012.
Bank BII Maybank. “Laporan Keuangan 2012 Kuartal 3” http://www.bii.co.id/investor/financial-report/Documents/Laporan%20Keuangan%202012%20Kuartal%203.pdf. Diunduh pada 10 Desember 2012.
Bank OCBC NISP. “Komposisi Kepemilikan Saham” http://www.ocbcnisp.com/?opt=content&cid=8&task=view&id=121&item_id=32&lang=1. Diunduh pada 10 Desember 2012.
Besar, Dwityapoetra S. "Indonesian Banking Development: Financial Services Liberalization, The Regulatory Framework, and Financial Stability" http://www.wto.org/english/tratop_e/serv_e/wkshop_june12_e/besar_e.pdf.Diunduh pada 10 September 2012.
Kiryanto, Ryan. "Menyoal Asas Resiprositas di Sektor Perbankan" http://www.sindoweeklymagz.com/artikel/08/I/26_april_2_mei_2012/analysis/32/menyoal_asas_resiprokal_di_sektor_perbankan. Diunduh pada 19 November 2012.
WAWANCARA Hasil wawancara penulis dengan Bapak Soehadi Tansol, narasumber dari Bank UOB
Indonesia, pada tanggal 9 November 2012, di Gedung UOB Plaza Lantai 12, pukul 10.00 WIB.
__________________________. Bapak Sudarmaji, narasumber dari Bank Indonesia, pada tanggal 19 November 2012, di Gedung D Lantai 5 Bank Indonesia, pukul 12.00 WIB.
Tinjauan yuridis kepemilikan..., Vinca Vinenska, FH UI, 2013