tinjauan pustaka skabies dan penyebabnya · gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya...

14
TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya Menurut Paradis et al. (1997), skabies pada anjing adalah penyakit kulit non musim yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var.canis. Penyakit ini sangat mudah menular dan bersifat zoonosis. Klasifikasi dari tungau ini menurut Taylor et al. (2007) adalah sebagai berikut: Filum : Arthropoda Kelas : Arachnida Subkelas : Acari Ordo : Acariformes Subordo : Sarcoptiformes (Astigmata) Famili : Sarcoptidae Genus : Sarcoptes Spesies : Sarcoptes scabiei var.canis (d) (d) (d) (d) Gambar 1 Tungau Sarcoptes scabiei var. canis jantan tampak dorsal (a) kepala (b) pulvilli (c) duri (d) kaki (Sumber : Cornell 2010 ) 1 mm (b) (a) (c)

Upload: nguyennguyet

Post on 13-Mar-2019

308 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

TINJAUAN PUSTAKA

Skabies dan Penyebabnya

Menurut Paradis et al. (1997), skabies pada anjing adalah penyakit kulit

non musim yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var.canis. Penyakit ini

sangat mudah menular dan bersifat zoonosis.

Klasifikasi dari tungau ini menurut Taylor et al. (2007) adalah sebagai

berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Subkelas : Acari

Ordo : Acariformes

Subordo : Sarcoptiformes (Astigmata)

Famili : Sarcoptidae

Genus : Sarcoptes

Spesies : Sarcoptes scabiei var.canis

(d)

(d)

(d)

(d)

Gambar 1 Tungau Sarcoptes scabiei var. canis jantan tampak dorsal

(a) kepala (b) pulvilli (c) duri (d) kaki

(Sumber : Cornell 2010 )

1 mm

(b) (a)

(c)

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

Gambar 2 Tungau Sarcoptes scabiei var.canis betina tampak ventral

(a) kelisera (b) pulvilli (c) lubang kelamin (d) kaki

(Sumber : Cornell 2010)

Tungau ini berbentuk bulat atau oval, cembung pada bagian punggung dan

rata pada bagian perut serta berwarna transparan dan agak kehitaman. Tungau

betina berukuran panjang 0.3–0.6 mm, dan lebar 0.25–0.4 mm. Tungau jantan

berukuran lebih kecil yakni 0.2–0.3 mm panjangnya, dan lebar 0.1–0.2 mm

(Taylor et al. 2007). Gambaran S.scabiei var. canis sebagaimana terlihat pada

Gambar 1 dan 2.

Secara umum, bagian tubuh dari tungau terbagi menjadi dua, yaitu

gnathosoma (anterior) atau capitulum, dan idiosoma (posterior). Gnathosoma

hanya terdiri atas mulut, sedangkan beberapa organ lainnya seperti otak ada pada

bagian idiosoma. Bagian idiosoma terbagi menjadi dua, bagian tubuh yang

memiliki kaki disebut podosoma, dan bagian belakang tubuh yang tidak berkaki

disebut opisthosoma. Tungau dewasa memiliki delapan kaki, sedangkan larvanya

hanya memiliki enam kaki. Pada tungau dewasa, dua pasang kaki depan berbentuk

lebih ramping dan termodifikasi menjadi organ sensoris yang dapat membantu

pergerakan dan makan (Wall & Shearer 2001). Pembagian tubuh tungau lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

0.5 mm

(a)

(b)

(c)

(d)

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

Gambar 3 Bagian tubuh tungau

(Sumber : Krantz 1975)

Kaki tungau, terdiri atas enam bagian. Bagian kaki yang bertaut pada

tubuh, disebut koksa atau epimere, yang diikuti oleh trokanter, femur, genu, tibia,

dan tarsus. Pada ujung tarsus, terdapat pretarsus yang ujungnya disebut

ambulacrum. Bagian ambulacrum terdiri atas sepasang cakar, yang pada bagian

tengahnya terdapat struktur yang bernama empodium. Bagian ini memiliki bentuk

yang bervariasi pada setiap tungau,terkadang menyerupai filamen rambut,

penebalan, cakar, dan sucker (alat pengisap). Pada Sarcoptes scabiei var. canis,

cakar di bagian ambulacrum hilang, dan berubah menjadi sebuah struktur ramping

yang dinamakan pulvilli. Pada tungau jantan, pulvilli tidak terdapat pada pasangan

kaki ketiga, sedangkan pada tungau betina pulvilli tidak terdapat pada pasangan

kaki ketiga dan keempat. Pulvilli tersebut digunakan tungau untuk membantu

pergerakannya (Wall & Shearer 2001). Segmentasi kaki dan bentuk kaki pada

tungau dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

Gambar 4 Segmentasi kaki dan berbagai bentuk kaki pada tungau

(Sumber : Wall & Shearer 2001)

Mulut tungau ini berbentuk bulat dan lebar. Bagian permukaan dorsal

tungau ini ditumbuhi oleh seta yang kuat dan menyerupai duri. Anusnya terdapat

di terminal, dan tungau ini tidak mempunyai mata atau disebut juga astigmata

(Taylor et al. 2007).

Siklus hidup tungau terdiri atas lima fase, yaitu telur, larva, protonimfa,

tritonimfa, dan dewasa. Semua fase tadi berlangsung pada tubuh inangnya.Tungau

jantan akan bertemu dan kawin dengan tungau betina di permukaan kulit dan

kemudian tungau betina akan menggali terowongan kira–kira sedalam 1 mm pada

permukaan kulit dengan menggunakan kelisera dan empodium yang berbentuk

seperti cakar pada dua pasang kaki depannya. Dalam terowongan tersebut hanya

berisi satu tungau betina, telur-telur, dan fesesnya (Wall & Shearer 2001). Setiap

hari tungau betina akan meletakkan telur sebanyak 3-4 butir (Grant 1986). Dalam

satu terowongan tungau betina dapat meletakkan telur sebanyak 30–40 butir

(Soulsby 1982).

Telur–telur tadi akan matang dan menetas setelah 3–8 hari, dan

menghasilkan larva tungau yang berkaki enam. Larva akan keluar dari

terowongan menuju permukaan kulit untuk mencari makan. Dua sampai tiga hari

kemudian larva akan berganti kulit (moulting) menjadi protonimfa. Selama fase

tersebut larva dan nimfa akan tinggal dan memakan folikel rambut. Protonimfa

kemudian akan berganti kulit kembali menjadi tritonimfa, dan beberapa hari

kemudian akan menjadi dewasa. Baik tungau jantan maupun betina dewasa akan

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

mencari makan dan kawin di permukaan kulit dan siklus hidup berulang kembali

(Wall & Shearer 2001).

Stadium telur menjadi dewasa berlangsung pada waktu yang singkat kira-

kira selama 17–21 hari, walaupun singkat tetapi tingkat mortalitas dari periode ini

cukup tinggi. Diperkirakan hanya 10% dari total telur yang dihasilkan berhasil

menjadi tungau dewasa (Wall & Shearer 2001).

Spesies tungau ini pada tiap-tiap jenis hewan hanya berbeda dalam hal

ukuran, sedangkan morfologinya sulit untuk dibedakan (Wardhana et al. 2006)

Patogenesis

Skabies merupakan penyakit kulit yang sangat menular, baik pada sesama

anjing dan dapat pula menulari spesies lain bahkan manusia (Nahm & Corwin

1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada satu spesies di dalam

genus Sarcoptidae dan adanya beberapa varian akibat terjadinya interbreeding

yang terus menerus antarpopulasi tungau yang menginfestasi manusia dan hewan

(Fain 1978 dalam Wardhana et al. 2006).

Wall & Shearer (2001) menyatakan bahwa, landak yang terinfestasi oleh

tungau Sarcoptes scabiei dapat menjadi reservoir skabies bagi hewan peliharaan

dan ruminansia.

Tungau yang ada pada hewan terbukti mampu menginfestasi manusia

namun diduga tidak mampu menyelesaikan siklus hidupnya (Thomas et al. 1987,

Meinking & Taplin 1990 dalam Wardhana et al. 2006). Banyak hewan yang

menderita skabies dilaporkan menjadi sumber penularan bagi manusia. Penularan

dari hewan ke manusia secara alami pernah dilaporkan dan menjadi wabah pada

populasi manusia (Estes et al. 1983, Schwartzman 1983 dalam Wardhana et al.

2006). Pernah juga dilaporkan sebanyak 48 orang yang kontak dengan kucing

penderita skabies 30 orang diantaranya positif tertular skabies (Chakrabarti 1986

dalam Wardhana et al. 2006).

Ruiz-Maldonado et al. (1977 dalam Wardhana et al. 2006) melaporkan

bahwa pernah terjadi kasus skabies pada gadis berusia empat belas tahun yang

tertular Sarcoptes scabiei var. canis. Gadis tersebut hidup bersama dengan anjing

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

yang menderita skabies. Bahkan dilaporkan juga anjing yang sehat tertular skabies

dari gadis tersebut.

Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita atau

kontak tidak langsung dengan berbagai objek yang digunakan oleh penderita,

seperti handuk, kasur, selimut, dan tempat tinggal yang terkontaminasi oleh

tungau (Goldsmid & Melrose 2005).

Infestasi awal tungau biasanya terjadi pada daerah yang jarang ditumbuhi

oleh rambut seperti daerah kepala, meliputi daerah sekitar mata, dan telinga,

daerah ventral tubuh meliputi bagian abdomen, dan daerah sekitar kelamin. Pada

kaki biasanya di bagian siku, lutut, lipatan paha, dan bahkan sela-sela jari (Kelly

1977). Tungau akan menembus lapisan korneum epidermis kulit, mengisap cairan

limfe dan juga memakan sel–sel epitel (Soulsby 1982).

Gejala klinis

Gejala klinis yang muncul akibat infestasi tungau ini bervariasi bergantung

kepada waktu berjalannya penyakit. Pada tahap awal infestasi, kegatalan belum

terlihat, dan kondisi ini akan terjadi pada minggu pertama sampai dengan minggu

ketiga. Sejalan dengan berlanjutnya infestasi dan aktivitas tungau, mulai terlihat

adanya lesio papula pada bagian tubuh penderita sebagaimana terlihat pada

Gambar 5. Biasanya lesio ini akan terlihat jelas pada bagian tubuh penderita yang

jarang ditumbuhi rambut (Bentley 2001).

Gambar 5 Papulae pada gejala awal skabies

(Sumber : Bentley 2001)

papula

papula

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

Gambar 6 Pola penyebaran lesio awal skabies pada anjing

(Sumber : Muller & Kirk 1976 dalam Latif 2001)

Bagian yang dilingkari pada Gambar 6 menunjukkan bagian tubuh yang

paling sering memperlihatkan adanya gejala awal berupa papula pada anjing yang

menderita skabies. Seiring dengan berjalannya waktu, aktivitas tungau akan

meningkat misalnya pada saat tungau betina kawin dan menggali terowongan

untuk meletakkan telurnya, anjing akan memperlihatkan gejala klinis berupa

kegatalan yang hebat. Biasanya hal ini akan terjadi pada minggu ketiga dan

keempat (Nahm & Corwin 1997).

Tungau Sarcoptes scabiei tidak mengisap darah, tetapi mengisap cairan

diantara sel kulit. Selama aktivitas tersebut tungau betina akan mengeluarkan

sekreta dan ekskreta yang menyebabkan terjadinya iritasi dan peradangan pada

inangnya (Wall & Shearer 2001).

Rasa gatal yang ditimbulkan oleh aktivitas tungau akan membuat anjing

menggaruk dan akan menyebabkan iritasi yang lebih hebat. Kulit akan

mengeluarkan cairan eksudat bening yang bilamana kering akan membuat kulit

menebal dan menjadi keropeng atau pecah–pecah. Selain itu, akan terlihat

kerontokan rambut pada daerah yang terinfestasi dan berakhir dengan kebotakan

(Nahm & Corwin 1997) sebagaimana terlihat pada Gambar 7.

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

Gambar 7 Anjing yang terjangkit Skabies.

Sumber : (Bentley 2001)

Apabila keadaan lebih parah, anjing akan menggaruk hingga berdarah.

Darah yang keluar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

Bakteri kemudian akan berkembang dan menyebabkan infeksi yang akan

menyebabkan adanya nanah, sehingga menimbulkan kondisi pyoderma. Bila tidak

segera ditangani, akan berakibat fatal pada anjing (Grant 1986). Goldsmid &

Melrose (2005) menyatakan bahwa bakteri yang paling banyak menyebabkan

infeksi sekunder pada skabies adalah Staphylococcus pyogenes.

Secara histopatologi, skabies ditandai dengan adanya lesio berupa fokal

hiperkeratosis, epidermal hiperplasia (penebalan kulit), dan ditemukan tungau

Sarcoptes scabiei yang membentuk sarang pada lapisan korneum kulit yang

menebal tersebut (Grant 1986). Gambaran histopatologi lainnya adalah

ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas

neutrofil, makrofag, dan sel–sel mononuklear. Antigen yang diekskresikan tungau

masuk ke bagian lapisan epidermis dan dermis kulit. Aktivitas ini menginduksi

sirkulasi antibodi dan respon imun sel media di sekitar lesio, sebagai reaksi

pertahanan tubuh inang (Arlian et al. 1996)

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

Gambar 8 Gambaran histopatologi kulit yang terinfestasi tungau

(Sumber : Sarma et al. 2009)

Ada beberapa penyakit kulit yang memiliki gejala klinis yang hampir sama

dengan skabies yang menjadi diagnosis pembanding skabies. Beberapa penyakit

kulit tersebut diantaranya adalah dermatitis alergi karena makanan atau udara,

yang pada tahap awal menyerupai skabies dengan terbentuknya pustulae, tetapi

akan berlanjut menjadi berminyak. Penyakit lain seperti ringworm juga

membentuk lesio yang hampir sama dengan skabies, perbedaannya adalah pada

ringworm lesio yang terjadi lebih sedikit dan terlokalisasi pada satu tempat saja

(Muller & Kirk 1976). Selain itu ada pula penyakit demodekosis yang juga

disebabkan oleh tungau Demodex canis. Tungau Demodex canis merupakan

parasit alami yang ada pada tubuh anjing. Anjing yang terjangkit demodekosis

akan memperlihatkan gejala klinis yang sama dengan skabies tetapi dengan aspek

yang lebih basah. Demodekosis biasanya berhubungan dengan kondisi

imunosupresi (Wall & Shearer 2001). Agar tidak terkecoh dengan penyakit –

penyakit yang menyerupai skabies tadi, dibutuhkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan laboratorium yang tepat untuk

menghindari kesalahan penanganan skabies.

Diagnosis

Dalam penegakan diagnosis penyakit kulit yang disebabkan oleh beberapa

jenis tungau seperti demodekosis, skabies, dan penyakit kulit lain seperti

ringworm, biasanya dilakukan pengerokan kulit. Metode ini bertujuan untuk

Tungau Sarcoptes scabiei

Epidermis

Dermis

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

menemukan dan mengidentifikasi jenis parasit dengan memeriksa di bawah

mikroskop. Tungau sangat sulit untuk ditemukan pada hewan, terutama pada

hewan yang sudah cukup lama terinfestasi atau hewan yang baru saja dimandikan

dengan metode dipping (Hammet 1999).

Menurut Hammet (1999), ada dua metode yang biasa digunakan untuk

penegakan diagnosis, yaitu kerokan kulit (skin scraping) dan flotasi sentrifugasi.

Proses dari kedua metode diagnosis adalah sebagai berikut :

1. Preparat natif / kerokan kulit

Sampel diambil dengan cara membuat luka kerokan pada kulit hewan yang

terserang (pada lokasi yang menunjukkan lesio) dengan menggunakan skalpel.

Hasil kerokan kulit tadi kemudian diletakkan pada kaca objek yang kemudian

ditetesi NaOH atau KOH 10% sebanyak beberapa tetes dan ditunggu beberapa

detik hingga jaringan kulit lisis.

Kaca objek tadi kemudian ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di

bawah mikroskop dengan perbesaran 100–400 kali. Hasil positif akan

memperlihatkan tungau pada lapang pandang mikroskop (Hammet 1999)

2. Metode Flotasi Sentrifugasi

Sampel kerokan kulit diambil dengan cara yang sama pada metode

pertama, kemudian diletakkan pada tabung sentrifugasi. KOH dan NaOH

ditambahkan sebanyak 3-5 ml pada tabung tadi, kemudian dilakukan pemanasan

dengan Bunsen selama beberapa menit (Hammet 1999).

Sampel tadi akan menjalani proses selanjutnya yaitu dengan dilakukannya

sentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 3 menit. Proses sentrifugasi

tersebut akan membentuk endapan pada dasar tabung. Endapan diambil dengan

pipet pastur, kemudian diletakkan pada kaca objek, selanjutnya ditutup dengan

kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 100–400 kali.

Hasil positif akan memperlihatkan tungau pada lapang pandang mikroskop

(Hammet 1999).

Selain dari dua metode diatas, dapat juga dilakukan metode pemeriksaan

sel hidup (biopsi), yang kemudian diperiksa gambaran histopatologinya. Cara ini

memang tidak berguna secara langsung, tetapi dengan cara ini dapat diketahui

perubahan–perubahan yang terjadi akibat adanya infestasi dari beberapa

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

ektoparasit. Menurut Wall & Shearer (2001), beberapa perubahan histopalogi

yang dapat terlihat pada kulit karena infestasi tungau Sarcoptes antara lain

infiltrasi sel eosinofil pada jaringan kulit yang biasanya disertai oleh degenerasi

kolagen dan pembentukan formasi pustula oleh sel–sel eosinofil.

Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan skabies berfokus pada eradikasi agen penyakitnya, yaitu

tungau Sarcoptes scabiei. Banyak sekali jenis obat yang bersifat akarisidal yang

dapat digunakan untuk pengobatan skabies. Obat-obat tersebut dapat diaplikasikan

dalam berbagai rute baik secara oral, subkutan, semprot, atau topikal.

Penanganan penyakit skabies cukup sederhana, tetapi ada beberapa faktor

yang harus diperhatikan. Selain berfokus pada eradikasi tungau parasit, nutrisi,

dan manejemen pemeliharaan harus diperhatikan. Nutrisi dan manejemen

pemeliharaan yang buruk akan menyebabkan hewan menjadi stress dan

menurunkan imunitas hewan, sehingga akan menyebabkan hewan rentan terhadap

penyakit lainnya (Huang et al. 1998). Beberapa akarisida yang biasa digunakan

oleh praktisi di Ingggris untuk pengobatan skabies pada anjing adalah amitraz,

ivermectin dan turunannya ,serta fipronil (British Veterinary Association 2005).

Sediaan–sediaan tersebut juga telah digunakan oleh praktisi di seluruh dunia

sebagai obat pilihan untuk mengobati skabies.

Amitraz adalah salah satu jenis obat yang berasal dari golongan Amidin.

Amitraz bekerja pada reseptor oktopamin pada tungau yang akan meningkatkan

aktivitas sistem saraf (British Veterinary Association 2005). Aplikasi obat ini

pada anjing yaitu dengan cara memandikan anjing dengan amitraz berkonsentrasi

0,05%. Amitraz juga tidak boleh digunakan untuk anjing ras cihuahua, anjing

yang sedang bunting atau menyusui, serta anak anjing yang berusia kurang dari 12

minggu, karena amitraz dapat menurunkan motilitas dari organ gastro-intestinal

yang mengakibatkan hipomotilitas pada usus besar (British Veterinary

Association 2005). Menurut Paradis et al. (1997), penggunaan amitraz berpotensi

meracuni orang yang memandikan pasien skabies. Efek samping lain yang dapat

terjadi dari penggunaan obat ini adalah lethargia, bradikardia, depresi sistem saraf

pusat, dan efek sedasi sementara (British Veterinary Association 2005).

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

Ivermectin dan turunannya termasuk avermectin, abamectin, doramectin,

eprinomectin, dan selamectin adalah senyawa lakton makrosiklik alami dan semi

alami yang diisolasi dari kapang Streptomyces avermitilis yang ditemukan di

Jepang. Tidak hanya dapat membunuh ektoparasit, ivermectin juga dapat

digunakan sebagai obat pilihan pada beberapa penyakit yang disebabkan oleh

beberapa jenis Nematoda (Praag 2003).

Obat ini bekerja dengan cara mengatur jumlah ion klorida (Cl-) yang

masuk ke dalam sel ektoparasit. Ketika ion–ion klorida tadi masuk ke dalam sel,

membran sel akan mengalami hiperpolarisasi, sehingga sinyal saraf tidak dapat

ditransmisikan. Setelah itu ektoparasit akan mati perlahan–lahan karena

mengalami paralisis. Pada konsentrasi yang lebih tinggi ivermectin akan bekerja

antagonis dengan neutotransmitter GABA (asam γ–aminobutirat). Pada Nematoda

dan ektoparasit, reseptor GABA terdapat pada sistem saraf tepi, sedangkan pada

mamalia terdapat pada sistem saraf pusat (Praag 2003).

Ivermectin dapat diaplikasikan secara oral, topikal, ataupun sistemik.

Dosis tunggal yang dianjurkan untuk Sarcoptes scabiei var.canis adalah 200

µg/kg berat badan, dan dosis untuk aplikasi sistemik maupun oral adalah 200–400

µg /kg berat badan (Curtis 2004). Obat ini memiliki efek samping berupa edema

kulit pada kuda. Efek samping tersebut terjadi karena toksin yang dikeluarkan

oleh ektoparasit yang mati, dan efek ini berlangsung sekitar 5 hari (Praag 2003).

Selain itu, obat ini memberikan efek samping berupa batuk–batuk setelah

diberikan secara oral pada domba (British Veterinary Association 2005).

Ivermectin tidak boleh diberikan kepada anjing ras Collie, Australian

sheepdog, Old English sheepdog, Shetland sheepdog dan anjing persilangan dari

beberapa jenis anjing tadi. Ivermectin juga tidak boleh diberikan pada anjing–

anjing muda yang berusia kurang dari 8 bulan, anjing yang sedang bunting dan

menyusui (British Veterinary Association 2005).

Menurut Praag (2003) anjing–anjing ras tersebut memiliki gen yang sangat

sensitif terhadap cara kerja ivermectin. Reaksi hipersensitivitas pada ras anjing

tersebut disebabkan oleh gen mdr1-1Δ yang berasal dari mutasi gen MDR1. Gen

MDR1 adalah gen yang mensintesa asam amino yang dapat menghambat

ivermectin untuk masuk ke dalam blood brain barrier. Ketika gen tersebut

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

bermutasi menjadi Gen mdr1-1Δ ivermectin akan dapat menembus blood brain

barrier (Neff et al. 2004). Anjing yang keracunan ivermectin akan menunjukkan

gejala klinis seperti ataksia dan depresi. Setelah beberapa lama kemudian anjing

akan memperlihatkan gejala seperti dilatasi pupil (mydriasis), stupor, tremor,

emesis, hipersalivasi, koma, dan akan berujung pada kematian. Biasanya

pertolongan pertama pada keracunan ivermectin adalah pemberian arang aktif dan

pemberian cairan elektolit secara intravena.

Fipronil adalah insektisida dari golongan phenylprazole yang bekerja

dengan cara menghambat kerja dari neurotransmitter asam γ–butirat (GABA)

ektoparasit, yang menyebabkan ektoparasit akan mati karena paralisis (Ghubash

2006). Obat ini diaplikasikan secara spot–on atau topical pada tubuh anjing yang

terinfestasi tungau. Untuk aplikasi spot-on dosis yang digunakan berbeda–beda

tergantung bobot anjing. Dosis yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Dosis pemberian fipronil berdasarkan bobot anjing pada aplikasi spot–on.

Bobot badan anjing Dosis yang diberikan

1–10 kg 0,67 ml

10–20 kg 1,34 ml

20–40 kg 2,68 ml

Diatas 40 kg 4,02 ml

(Sumber : British Veterinary Association 2005)

Fipronil juga dapat diaplikasikan secara disemprotkan (spray). Jika

diaplikasikan secara spray, konsentrasi fipronil yang dianjurkan adalah 0,25 %

dari larutan (Ghubash 2006). Apabila obat lain menjadi kontra indikasi dari

penderita skabies, fipronil merupakan obat pilihan yang efektif untuk pengobatan

skabies (Curtis 1996 ).

Kontra indikasi dari obat ini adalah anak anjing yang berusia kurang dari 8

minggu. Pengobatan untuk anak anjing yang berusia kurang dari 8 minggu,

biasanya digunakan collar agar anak anjing tidak menjilati lokasi obat

diaplikasikan. Jika ini terjadi, maka akan timbul efek samping yang berupa

hipersalivasi (British Veterinary Association 2005).

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA Skabies dan Penyebabnya · Gambaran histopatologi lainnya adalah ditemukannya perubahan berupa lesio infiltrasi sel–sel radang yang terdiri atas ... sel hidup (biopsi),

Dalam penanganan skabies perlu juga diperhatikan terapi suportif untuk

mengurangi lesio yang diakibatkan oleh tungau, diantaranya keratolitik, untuk

mengikis kulit yang keropeng. Antibiotik, untuk mengobati infeksi sekunder

akibat bakteri. Asupan vitamin juga dibutuhkan untuk perawatan jaringan tubuh

pasien (Curtis 1996).

Agar tidak menulari hewan lain atau manusia di sekitarnya, anjing yang

terjangkit skabies hendaknya dipisahkan selama masa pengobatan. Selain itu

kandang, perlatan bermain, peralatan makan, dan alat-alat grooming hendaknya

dibersihkan setiap hari untuk mencegah penularan skabies. Lingkungan sekitar

rumah tempat anjing bermain juga sebaiknya dibersihkan. Kebersihan personal

pemilik juga merupakan salah satu hal wajib yang harus diperhatikan mengingat

penyakit ini bersifat zoonotik (Wall & Shearer 2001).

Pengembangan vaksin skabies hingga saat ini masih mengalami kendala.

Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) bekerja sama dengan DFID (Department for

International Development) Inggris telah melakukan penelitian pengembangan

vaksin skabies untuk kambing, namun hasilnya belum memuaskan (Wardhana et

al. 2006).