timah bgs baca.doc
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Timah merupakan salah satu bahan galian yang dimiliki tanah air indonesia yang
tidak dapat diperbaharui keberadaannya. Pertambangan timah Indonesia hingga saat ini
merupakan produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan menghasilkan salah
satu produk komoditiekspor terbesar di dunia. Belakangan ini harga timah di
pasaran dunia cenderung naik, sehingga menjadikan timah merupakan barang jenis
logam yang dicari keberadaannya, Sehingga negara-negara penghasil timah berusaha
untuk menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan kebutuhannya.
Di indonesia sendiri pertambangan timah hanya tersisa di Pulau Bangka dan
Pulau Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Sedangkan
perusahaan milik Negara yang melakukan penambangan timah adalah PT. Timah
(Persero).
Industri pertambangan timah mempunyai tahapan kegiatan yang tidak sederhana,
mulai dari kegiatan pra-penambangan, kegiatan penambangan dan kegiatan pasca
penambangan. Dalam perkembangan terakhir, PT. Tambang Timah Unit Kundur telah
menitik beratkan operasi penambangan pada cadangan timah alluvial yang berada di laut
dengan mengoperasikan Kapal Keruk dan Kapal Isap Produksi.
Kapal Isap Produksi dapat dikatakan seperti pabrik terapung karena selain alat
penggalian umumnya dilengkapi dengan mesin-mesin unit pencucian. Dengan
memperhatikan besarnya peranan Kapal Isap Produksi di sektor industri pertambangan
timah dewasa ini, maka perencanaan kerja dan evaluasi pada Kapal Isap Produksi perlu
dilaksanakan dengan baik dan terukur.
Hasil Produksi bijih timah yang dihasilkan oleh Kapal Isap Produksi Timah II di
instalasi pencucian akan menghasilkan bijih timah dengan kadar Sn 60 % sampai 70 %
yang kemudian akan di proses lebih lanjut lagi di Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT)
untuk ditingkatkan kadarnya hingga mencapai > 72% Sn sebagai syarat utama
peleburan.
1. 2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
harus diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan Kapal Isap Produksi yang
nantinya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan pencucian timah
selanjutnya dan juga agar mengetahui alat-alat yang digunakan dalam kegiatan aktivitas
pencucian bijih timah dengan menggunakan Kapal Isap Produksi, Khususnya pada Kapal
Isap Produksi Timah II.
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah memperoleh wawasan
dan ilmu pengetahuan mengenai Aktivitas Pencucian Bijih Timah Menggunakan
Kapal Isap Produksi khususnya pada Kapal Isap Produksi Timah II.
1. 3. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini Penulis hanya mengkaji mengenai aktivitas pencucian bijih
timah pada Kapal Isap Produksi Timah II.
BAB IITINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah PT. Tambang Timah (Persero)
Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan wilayah sejauh
lebih dari 800 km, disebut sebagai “The Indonesian Tin Belt” yang merupakan bagian
dari “The South East Asia Tin Belt” yang membujur sejauh kurang lebih 3.000 km dari
daratan Asia kearah Thailand semenanjung Malaysia dan Indonesia yang mencakup
wilayah Pulau-pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian didaratan Sumatera
(Bangkinang) di utara terus kearah selatan yaitu Pulau-pulau Bangka, Belitung dan
Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan.
Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu
di Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852.
Dengan kekayaan cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu Negara
produsen timah terbesar di dunia.
Bijih timah di Indonesia pertama gali digali pada tahun 1709 di sungai olim,
Toboali, Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk dengan
cara pendulangan dan mencangkul dengan dengan system penggalian sumur
Palembang atau system kolong/parit. Bijih timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual
kepada pedagang-pedagang yang dating dari Portugis, Spanyol, dan juga dari Belanda.
Keadaan ini berubah ketika belanda dating ke Indonesia, pada saat mana penggalian
timah mulai lebih digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah dilakukan secara besar-
besaran dibiayai oleh para pengusaha belanda yang tergabung dalam VOC yang
kemudian monopoli dan mengawasi seluruh tambang di pulau Bangka.
Pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengambil alih tambang-tambang di pulau
Bangka dan dikelola oleh badan yang diberi nama "Bangka Tin” Winning Bedrijf" (BTW).
Sedangkan di Pulau Belitung dan Pulau Singkep diserahkan kepada pengusaha swasta
Belanda, masing-masing kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij
Biliton (Biliton Mij.) atau lebih dikenal dengan nama GMB di Pulau Belitung, dan NV
Singkep Tin Exploitatie Maatschappij atau dikenal dengan nama NV SITEM di Pulau
Singkep.
Secara historis pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan dalam
dua masa pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan masa
pengelolaan Belanda, di mana Bangka, Belitung dan Singkep merupakan badan usaha
yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangka dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah
Belanda sedangkan Belitung dan Singkep oleh perusahaan swasta Belanda. Status
kepemilikan usaha ini memberikan ciri manajemen dan organisasi yang berbeda satu
dengan yang lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku organisasi dalam arti
luas, baik struktur maupun budaya kerjanya.
Masa yang kedua adalah masa pengelolaan Negara Republik Indonesia. Status
berdiri sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus berlangsung tetapi dalam bentuk
Perusahaan Negara (PN) berdasarkan Undang-undang No. 19 PRP tahun 1960, yaitu
PN Tambang Timah Bangka, PN Tambang Timah Belitung dan PN Tambang Timah
Singkep. Selanjutnya berdasarkan PP No. 87 tahun 1961 ketiga Perusahaan
Negara tersebut dikoordinasikan oleh Pemerintah dalam bentuk Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU Tambang Timah) dengan
pembagian tugas dan wewenang seperti bentuk "holding company".
Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1968 di mana ketiga PN dan BPU
ditambah Proyek Pabrik Peleburan Timah Mentok dilebur menjadi satu dalam bentuk PN
Tambang Timah, yang terdiri dari Unit Penambangan Timah (UPT) Bangka, Belitung, dan
Singkep serta Unit Peleburan Timah Mentok (Unit Peltim).
Dengan pertimbangan memberi keleluasaan bergerak di sektor ekonomi
umumnya, terutama dalam menghadapi persaingan, status PN Tambang Timah ini pada
tahun 1976 diubah lagi menjadi bentuk Perseroan yaitu PT Tambang Timah (Persero)
dengan Bangka, Belitung, Singkep dan Peleburan Timah Mentok tetap sebagai unit
kegiatan operasi yang dipimpin masing-masing oleh Kepala Unit sedangkan Kantor Pusat
berada di Jakarta sehingga secara manajemen perubahan dimaksud belum terintegrasi
dalam arti sebenarnya.
PT. Tambang Timah Unit Kundur merupakan unit PT.Timah yang bergerak dalam
bidang penambangan, ekplorasi serta peleburan dari bijih timah. Hal ini dapat terlihat dari
adanya dua tanur smelter yang terdapat di pulau Kundur dan satu unit system pabrikan
solder.
2. 2. Lokasi penambangan PT. Tambang Timah Unit Kundur
Lokasi penambangan PT. Tambang Timah Unit Kundur berada di Pulau Kundur.
Kecamatan Kundur Barat, sebelah utara dari kota Tanjung Batu. Dengan jarak tempuh ±
45 km dari pelabuhan utama Pulau Kundur di kota Tanjung Batu. Perjalanan dapat
ditempuh lebih kurang 45 menit waktu penyeberangan dari pulau karimun menuju
pelabuhan Sekumbang yang merupakan pelabuhan utama dari PT. Tambang Timah Unit
Kundur. Di pulau Kundur sendiri terdapat dua pelabuhan utama, yaitu pelabuhan Tanjung
batu, dan pelabuhan Selat Belia.
Operasi penambangan bijih timah di perairan Pulau Karimun-Kundur menempati
wilayah KP ekploitasi yang umumnya mempunyai masa berlaku 30 tahun. Tuntutan
peraturan perundangan (memenuhi surat edaran Dirjen Minerba Dan Panas Bumi
No.03.E/31/Djb/2009) dan telah disesuaikan dengan izin usaha penambangan (IUP)
yang diterbitkan bupati Kabupaten Karimun, maka secara administrasi jalur endapan bijih
timah perairan P. Karimun-Kundur tercakup kedalam Kecamatan Kundur, Kecamatan
Kundur barat, Kecamatan Meral, Kecamatan Karimun dan Kabupaten Karimun. Dari
sudut geologi, sumber timah perairan tersebut merupakan bagian jalur timah Asia
Tenggara. Di indonesia jalur timah ini 2/3 berada pada zona lautan, sedangkan zona
daratan berupa deretan pulau-pulau dari arah barat laut, Pulau Karimun, Kundur,
Singkep, Bangka sampai Belitung dan jejak granit bertimah terakhir berada di pulau
Karimata di timur Belitung.
Secara implisit RTRW Kabupaten Karimun (2001-2002) menunjukkan bahwa
perairan tersebut tergolong strategi umum pola pengembangan potensi jalur endapan
bijih timah, sehingga lokasi tersebut diterapkan peruntukannya sebagai kawasan
pertambangan dengan kriteria lokasi untuk potensi bahan tambang bernilai tinggi.
2.3. Iklim dan Suhu regional
Berdasarkan data badan BMG tanjung balai karimun, dengan periode pencatatan
tahun 2006-2010 dapat diketahui komponen iklim.
a. Curah hujan rata-rata tahunan di perairan P. Karimun-Kundur adalah 2.400 mm. Curah
hujan bulanan rata-rata tercatat sebesar 230,4 dengan jumlah hari hujan 17 hari dalam
sebulan (Tabel II.1). Curah hujan harian tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu
sebesar 509,3 mm dengan hari hujan sebanyak 19 hari sedangkan terendah adalah pada
bulan Januari sebesar 30,7 mm dengan hari hujan sebanyak 13 hari.
a. TABEL II.1
CURAH HUJAN DAN PENYINARAN MATAHARI BULANAN
RATA-RATA
BulanPenyinaran
Matahari (%)Curah Hujan (mm)
Jumlah Hari Curah
Hujan
Januari 67 30,7 13
Febuari 84 76,2 8
Maret 49 128,1 18
April 55 330,4 21
Mei 46 152,0 21
Juni 53 141,5 17
July 45 180,3 17
Agustus 47 499,1 20
September 46 287,1 19
Oktober 50 509,3 19
November 43 255,0 10
Desember 48 175,0 20
Rata-rata
201053 230,4 17
Rata-rata
200949 226,7 18
Rata-rata
200853 226,6 15
Rata-rata
200757 233,2 -
Rata-rata
200662 163,8 -
Sumber BMG Kepri 2010
b. Suhu udara rata-rata bulanan pulau Kundur 27oC. Tertinggi pada bulan Juli sebesar
33oC, dan terendah pada bulan Januari temperatur udara rata-rata bulanan mencapai
23,20oC. Pengukuran di daerah pantai menunjukkn suhu udara berkisar antara 28,5 –
31,4o.
c. Kelembapan udara nisbi di atmosfer sekitar P.Karimun-Kundur pada umunya tinggi
sepanjang tahun atau rata-rata bulanan sekitar 86%. Kelembapan relatif terendah pada
bulan Mei dan Juli 2010 yaitu 59% sedangkan kelembaan relatif tertinggi dicapai 99%
(Tabel II.3). tekanan udara rata-rata pada sepanjang tahun 2010 adalah 1010,4 mb,
terendah sebesar 1006,5 mb pada bulan Mei dan bergerak mencapai tekanan tinggi
1013,4 mb di awal 2010.
d. Arah dan kecepatan pergerakan mata angin relatif setimbang selatan dan utara, pada
bulan Juni – Oktober angin bertiup dari selatan dengan kecepatan 3 – 6 knot (1,5 – 2,5
m/det) kemudian periode bulan Januari – April angin bergerak dari arah utara dengan
kecepatan 3 – 5 knot. Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Oktober – November
mencapai 20 knot (Tabel II.2)
TABEL II.2
KELEMBAPAN UDARA, ARAH DAN KECEPATAN ANGIN BULANAN RATA-RATA
Bulan
Kelembapan udara (%) humidity Arah dan kecepatan angin (knot)
Rata-
rata
harian
Maximum Minimum
Rata-
rata
harian
Maximum minimum
Januari 82 98 63 5 18 Utara
Febuary 82 100 62 5 11 Timur
Maret 87 100 67 3 8 Utara
April 85 100 66 5 10 Utara
Mei 89 98 59 5 10 Timur
Juni 87 98 64 6 9 Selatan
July 88 100 59 5 18 Selatan
Agustus 87 98 67 6 17 Selatan
September 87 100 62 3 20 Selatan
Oktober 88 100 69 3 20 Selatan
November 88 100 65 4 7 Barat
Desember 86 100 66 5 9 Barat
Rata-rata
201086 99 64 5 13
Rata-rata
200986 99 63 4 20
Timur
laut
Rata-rata
200886 97 62 6 15 Selatan
Rata-rata
200785 97 61 4 20 Selatan
Rata-rata
200684 98 60 3 15
Sumber BMG Kepri 2010
2.4. Fisiografi dan Morfologi
Secara regional Pulau Karimun-Kundur dan pulau sekitarnya dimasukkan
kedalam fisiografi pulau-pulau lepas pantai (offshore island). Kondisi geologi gugusan
pulau-pulau ini berbeda dengan daratan bagian timur laut pulau Sumatra yang
dimasukkan dalam fisiografi daratan pantai (coastal pain). Karakteristik pulau-pulau lepas
pantai adanya perbukitan yang biasanya terbentuk dari batuan dasar (granit) baik batuan
beku maupun batuan metasedimen dari kerak benua paparan sunda yang berumur pra
tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya berupa dataran rendah berawa dan
ditempati oleh batuan sedimen yang mengisi cekungan sumatra tengah yang berumur
tersier dan lebih mudah selain itu gugusan pulau-pulau ini merupakan jalur timah asia
tenggara (The south east asia tin belt) yang membentang dari Cina-Thailand-Myanmar-
Malaysia-P.Karimun-Kundur hingga berakhir di Bangka-Belitung dan Kalimantan.
Keberadaan granit yang menempati gugus pulau-pulau ini menjadi menarik karena
mengandung mineral ogam, non logam dan mineral jarang yang memiliki nilai ekonomis.
Morfologi, topografi kundur relatif lebih rendah dengan kelerengan sedang hingga
landai-datar dengan ketinggian kurang dari 125 m dpl. Dengan kekerasan batuan granit
lebih lembek dibanding P.karimun. keadaan sungai umunya pendek, beberapa bersifat
musiman dan relatif berpola dendrik, yakni mengikuti lembah-lembah perbukitan.
Perairan diwilayah kundur merupakan perairan selat yang berada di antara pulau-pulau
dan berada didepan muara sungan kampar, sehingga kondisi perairan wilayah tersebut
dipengaruhi oleh sistem estuari muara sungai. Secara umum kedalaman dasar laut
perairan kundur kurang dari 25 meter dari muka laut.
2.5. Stratigrafi dan Struktur Geologi
Stratigrafi P.Karimun-Kundur dan pulau sekitar dengan urutan stratigrafi tua ke
muda sebagai berikut:
1. Formasi papan tersingkap di P.Kundur dan pulau sekitarnya, terdiri dari serpih, batu
pasir, konglomerat kuarsa kontak dengan granit, berumur karbon akhir – trias.
2. Formasi malam tersingkap di P.Karimun terdiri dari serpih, konglomerat, batu gamping
dan batu gunung api riodasitik, berumus trias awal.
3. Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah P.Batam-Bintan, terdiri dari serpih karbonat
dan batu pasir, trias tengah
4. Granit Kundur terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan graisen timah
dan tungsten. Berumur trias tengah.
5. Granit Karimun terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan graisen
timah dan tungsten. Berumur trias tengah.
6. Granit tak terbedakan, tidak diketahui apakah masuk granit karimun, atau kundur
7. Endapan permukaan tua (aluvial tua) terdiri dari lempung lanau, kerikil lempungan, sisa
tumbuhan dan pasir granit, berumur plistosen akhir
8. Endapan permukaan muda (aluvial muda ) terdiri dari lempung, lanau, kerikil, sisa
tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral berumur holosen.
Sedimen permukaan dasar laut yang berada di wilayah studi termasuk dalam
aluvium muda. Pengelompokan sedimen permukaan dasar laut didasarkan pada
prosentase besar butir klasifikasi folk (1980) yang dapat dibedakan menjadi beberapa
satuan sedimen dengan fraksi kasar (kerikil-pasir) tersebar lebih kearah dekat pantai,
sedangkan kearah lepas pantai lebih didominasi oleh sedimen berfraksi halus (lempung
dan lumpur)
Berdasarkan batuan yang tersingkap menunjukkan struktur geologi berarah barat
laut-tenggara yang sama dengan arah struktur bentong suture di Malaysia. Sejarah
geologi diawali dengan dijumpainya batuan dasar metasedimen era peleozoik kelompok
tapanuli (Put) yang berumur karbon-perm. Kelompok ini tersingkap di daratan pulau
sumatara sedangkan didaerah karimun kundur terbentuk formasi papan (Mpt). Pada
waktu yan bersamaan terjadi pengangkatan kala permo-triass dengan munculnya batuan
magmatik granit yang berbentuk batholit.
Pada era mesozoikum didaerah P.Karimun-Kundur hanya dijumpai batuan
sedimen/metasedimen formasi malang dan duriangkang. Tidak banyak yang diketahui
pada proses yang terjadi di daerah karimun-kundur pada era kenozoik khusunya kala
tersier. Sedangkan didaerah daratan sumatra, pada kala tersier diendapkan formasi
pematang, sihapas, telisa, petani dan minas yang merupakan cekungan sumatra tengah
dan berpotensi migas. Pada kala kuarter 2 juta tahun lalu terendapkan aluvial tua (Qp)
dan hingga saat ini aluvial muda (Qh).
Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat
menentukan keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama adalah fase
pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik-hidrotermal tinggi dan fase
terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal.Fase yang terakhir ini merupakan fase
terpenting dalam penambangan karena mempunyai arti ekonomi, dimana larutan yang
mengandung timah dengan komponen utama silica (Si02) mengisi perangkap pada jalur
sesar, kekar dan bidang perlapisan.
2.6. Endapan Timah
Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia, yang
membujur mulai dari Cina selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan berlanjut ke
Indonesia. Jalur di Indonesia mengarah dari utara ke selatan yaitu dari pulau Karimun, P.
Kundur, P. Singkep, P. Bangka, Bangkinang (Sumatera bagian tengah)serta terdapat
tanda-tanda di kepulauan Anambas, Natuna dan Karimata. Sampai ini ada dua jenis
utama timah yang berdasarkan proses terbentuknya yaitu timah primer dan timah
sekunder,kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya
(genesa). Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada batuan granit daerah
sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder kebanyakan terdapat pada sungai-
sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di laut.
Produksi delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang merupakan
hasil proses pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya ada dua puluh persen
berasal dari endapan timah primer itu sendiri. Penyebaran cadangan timah terdapat di
Negara-negara yang berada di jalur mineralisasi, seperti Negara-negara tersebut di atas.
Di Indonesia bahan tambang timah merupakan komoditi andalan untuk ekspor, selain
minyak bumi dan batu bara, dan kemungkinan masih cukup banyak endapan timah yang
masih belum ditemukan.
Bentuk - Bentuk Pengendapan Timah
Batchelor. D, (1980), dan Worojati. D, (1994), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk
pengendapan (depositional form) yang potensial terhadap konsentrasi endapan timah
dibagi kedalam 5 (lima) kelompok :
a. Pengendapan eluvial dan kolovial
Gejala pengendapan eluvial dan kolovial di lapangan dapat dikenali
dengan memperhatikan perubahan secara berangsur-angsur pada interval bawah
hingga ke atas tanpa dipisahkan oleh bidang erosi.
b. Kipas Aluvial (Aluvial fan)
Secara umum model kipas aluvial dibagi atas :
1) Bagian Proksimal (dekat dengan sumber), tersusun atas batupasir
kasar yang mempunyai struktur masif dan berlapis.
2) Bagian tengah kipas aluvial (mid fan) terusun atas batupasir kasar hingga sedang.
3) Bagian ujung kipas aluvial (distal fan) tersusun atas batupasir berukuran sedang hingga
batulempung.
c. Brainded Stream
Merupakan pola pengaliran yang bancuh / simpang siur, yang
menghasilkan banyak point bar.
d. Meandering Stream
Merupakan pengendapan yang dibagi atas endapan dasar sungai dan
endapan point bar.
e. Endapan pantai
Fasies endapan pantai secara umum mempunyai nilai ekonomi terhadap kandungan
mineral bijih.
2. 7. Sifat Fisik dan Karakteristik Mineral Dalam Bijih Timah
Kasiterit (SnO2) merupakan mineral utama yang mengandung unsur Sn. Dalam
pembentukannya, mineral ini disertai dengan beberapa mineral berat berharga serta
sekelompok mineral pengganggu. Endapan bijih timah didalam kasiterit pada umumnya
berasal dari magma granitik, yaitu magma dari larutan yang bersifat asam (pembentukan
granit), sehingga keterdapatan endapan bijih Timah berhubungan erat dengan
terdapatnya batuan granit. Kandungan rata-rata kadar Sn dalam batuan sebagai indikasi
pegangan eksplorasi mineral dalam menentukan nilai latar belakang yang diberikan oleh
Hawkess dan Webb (1962). Harga rata-rata ini untuk batuan beku adalah 32 ppm Sn,
dengan kandungan Sn yang kecil sebesar 6 ppm pada batuan beku mafik dan dengan
maksimum 45 ppm pada batuan fesilik, sedangkan untuk batuan sedimen serpih dapat
mencapai 40 ppm. Nilai rata-rata yang digunakan ditentukan oleh Onishi dan Sandell
(1957) dan Hamaguchi (1964) dengan kisaran nilai yang dikumpulkan oleh Wedepohl
(1974) dan Durasova (1967).1) Mineral berat berharga.a. Mineral Utama
Mineral utama yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur
adalahkasiterit (SnO2). Warna kasiterit ini bermacam-macam yaitu kuning coklat, kuning
kemerahan, coklat kehitaman dan coklat tua dengan berat jenis 6,8 – 7,1.
Mineral kasiterit permukaannya mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak tembus
cahaya, tetapi lapisan permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada
yang primer ada pula yang aluvial. Dengan sistem kristal tetragonal4/m 2/m 2/m. Mineral
mineral bersifat konduktor.
b. Mineral ikutan berharga
Secara umum mineral berharga yang terbawa
oleh mineral kasiterit, dan mineral ikutan berharga yang diproses di Pusat Pencucian
Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur antara lain:
1. Ilmenit (FeTiO3)
Umumnya ilmenit berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki berat
jenis 4,5 – 5 dan bersifat konduktor dan sifat magnetik kuat. Biasa digunakan
sebagai rutil (TiO2) untuk industri keramik pigmen dan konsentrat titanium.
2. Zircon
Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 –
4,7. zircon bersifat non konduktor dan non magnetik digunakan sebagai
bahan zirkonia untuk industri keramik.
3. Monazit [(Ce, La, Y, Th)PO4]
Umunya memiliki warna kuning atau jaring-jaring hijau. Berat jenis monazite antar
4,6 – 5,3 dan bersifat non konduktor dan megnetik lemah. Mineral ini dijual secara
berkala tergantung pesanan konsumen.
2.) Mineral ikutan lainnya.
Mineral – mineral lainnya yang sangat berpengaruh dalam bijih timah, yang
memiliki perbedaan warna, kekerasan, berat jenis, sifat kelistrikan dan
sifat magnetic (Tabel II-1). Dari hasil kondisi lapangan, pada penambangan kapal isap
produksi (KIP TIMAH II) Timah diperoleh beberapa mineral ikutan yang utama antara
lain: Pyrite/ Marcasite, ilmenit, zircone, anatase, turmalin, siderit dan mineral pengotor
utama pasir kuarsa.
BAB IIILANDASAN TEORI
3.1. Devinisi Kapal Isap Produksi
Kapal isap produksi adalah suatu alat gali atau pemindahan tanah yang
dipergunakan untuk menggali lapisan tanah bawah air, dimana peralatan mekanis dan
pengolahan materialnya bertumpu pada sebuah ponton. Selanjutnya material hasil
penggalian tersebut dipindahkan ke bagian pengolahan sementara, yaitu: instalasi
pencucian. Bagian pengolahan sementara ini berfungsi sebagai media pemisah antara
material endapan bijih timah ( Sn ) dengan material pengotor lainnya. Material endapan
bijih timah ( Sn ) hasil pencucian ditampung di dalam kampil bijih ( karung tempat bijih
timah ), sedangkan material pengotornya langsung terpisah dan dibuang ke dalam laut.
3.2. Bagian-Bagian Utama Kapal Isap Produksi
Secara garis besar bagian utama pada Kapal Isap Produksi adalah sebagai
berikut :
1. Alat Apung ( Ponton )
Ponton adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau kompartemen
yang membentuk suatu badan kapal, ponton berbentuk tabung berdiameter 1,8
meter.Selain sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk menyimpan HSD ( bahan
bakar solar ) dan air tawar.
3.3. Peralatan Pengoperasian Penggalian
Untuk mendukung operasional penggalian di KIP,ada beberapa peralatan sangat
dominan:
1. Cutter
2. Ladder
3. Pipa Hiap
4. Pompa tanah
5. GPS
6. Mesin dorong/propeller
7. Mesin (Engine)
1. Cutter
Cutter adalah alat gali atau alat potong dan alat yang mampu memberai,
mengiris(menggali) lapisan tanah. Dibuat dari bahan besi baja yang keras
sehingga tidak mudah haus karna gesekan dengan tanah, didalam cutter terdiri
dari 6 buah pisau dan tiap pisau terdiri dari 8 kuku yang bertugas memotong
lapisan tanah, cutter ditempatkan pada ujung ladder.
2. Ladder.
Berfungsi untuk penempatan cutter,pompa tanah,pipa isap dan pipa
tekan.panjang ladder sangat menentukan untuk mencapai kedalaman gali,setiap
KIP mempunyai panjang ladder yang berbeda-beda.Kontruksi ladder terdiri dari
besi siku dan plat sebagai dinding.ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder
dipasang as sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder. Pompa tanah diletakkan
di ladder dengan jarak 9-12 meter dari cutter.
Dalam proses penggalian, Ladder digerakan oleh kawat ladder
untuk naik turunladder dalam proses penggalian. Kinerja ladder sangat
ditentukan oleh keahlian operator yang mengendalikan kawat Lader sesuai dengan
kedalaman pengalian. Kawat lader bisa saja putus bila ada arus dan
longsoran. Panjang ladder sangat menetukan untuk mencapai kedalaman
gali, kedalaman gali maksimum mencapai 35 m.Konstruksi ladder terdiri dari
besi siku dan plat sebagai dinding. Ujung ladder dipasang cutter dan pangkal
ladder dipasang as sebag tumpuan naik turunnya ladder.
3. Pipa Hisap
Pipa hisap adalah pipa yg berbentuk mulut bebek yg berfungi untuk
menghisap tanah yang telah di hancurkan oleh cutter akan tetapi yg memberikan
daya hisap adalah pompa tanah karena pipa hisap alat bantu pompa tanah.
4. Pompa Tanah
Pompa tanah berfungsi menghisap material hasil gali dari
cutter yang selanjutnya ditransportasi ke saring putar melalui pipa keong, pipa
press dan pipa spiral menuju ke saring putar. Pompa tanah di letakkan pada ladder
dengan jarak sekitar 9-12 meter dari cutter,untuk memindahkan campuran tanah
dan air yang sudah digali dengan cutter,melalui pipa isap dan pipa tekan dialirkan
ke saringan putar.
Kinerja cutter dan pompa tanah harus betul2 dikuasai oleh operator dalam
operasional penggalian KIP. Pompa tanah juga dapat menghisap tanah yang
terberai oleh cutter, dapat memperlemah dinding tanah sehingga mudah tuk
dihisap.
5. GPS
Peralatan dalam proses penggalian dibantu oleh adanya GPS yang dapat
memonitor koordinat posisi kapal isap dengan ketelitian hingga 1 m setiap saat
dan juga kedalaman penggalian. Kapten menyimpan titik-titik lokasi yang pernah
digali sehingga kemungkinan akan tergalinya tanah yang sudah digali sangat
kecil.
6. Mesin dorong/propeller
Mesin dorong berfunsi sebagai menggerakkan kapal untuk belayar,dalam
operasional penggalian berfungsi untuk memberi dorongan kapal kekiri dan
kekanan,agar bisa berputar 360o mendorong untuk menekan ujung cutter terhadap
tanah yang akan digali.
5 . Mesin (engine)
Mesin (engine) KIP terdiri dari.
1. Engine For gravel pump, mesin funsinya untuk
menggerakkan pompa tanah.
2. Engine for hydrolic pump for cutter and ladder wich, mesin yang fungsinya untuk
menggerakkan cutter and ladder.
3. Engine for water pump & hydrolic plant ,mesin yang fungsinya menggerakkan Saringan
putar,penggerak Jig dan pompa onderwater.
4. Engine for operation dredge (engine for propeller swing),mesin yang fungsinya untuk
menggerakkan propeller,janggka labuh.
5. Engine for sailing dredge(propeller moving engine),mesin yang berfungsi
untuk Menggerakkan propeller ketika berlayar.
6. Electric Generator , mesi yang fungsinya untuk menggerakkan generator
Penerang dan motor las.
3.4. Peralatan pencucian/pemisahan
Peralatan pencucian yang digunakan kapal isap produksi timah II , ada beberapa
peralatan yang sangat berperan penting antara lain :
1. Saringan Putar
2. Jig primer
3. Jig Clean Up
4. Sakan
5. bandar tailing
3.5. Latar Belakang KIP Timah II
1. Riwayat KIP Timah II
KIP Timah II Dirancang oleh PT. Timah (Persero) Tbk pada tahun 2008, yang
lokasinya di Air Kantung Sungailiat Kabupaten Bangka. Uji coba operasi pada tanggal 22
Mei 2009 di perairan Bangka dan di resmikan pada tanggal 31 Desember 2009 oleh
Direktur PT. Timah (Persero) Tbk. Bapak Wachid Usman.
KIP Timah II beroperasi mulai dari September 2010 sampai sekarang di wilayah
Laut Kundur Kepulauan Riau pada saat ini operasional KIP Timah II berada di wilayah
Kuasa Penambangan (KP-6183) pada koordinat 310000 - 310200 LU dan 10093400 -
10093600 BT.
2. Konstruksi KIP Timah II
Konstruksi KIP Timah II ada dua. yaitu konstruksi Atas dan Bawah. Untuk di atas
yaitu:
6. Atas : Merupakan Tempat Operasional KIP Timah II. Yang terdiri
atas Dua dek. Dan berisi peralatan mesin, pencucian, Ruang
komando, dan ruang karyawan dan lain-lain.
7. Bawah : Merupakan Konstruksi dari pada seluruh KIP Timah II. Di
mana konstruksi berbentuk tabung dengan berdiameter 1,8 m
yang merupakan gabungan beberapa Konstruksi seluruh sebagai pondasi bawah yang
berfungsi Sebagai tempat penyimpanan bahan bakar dalam air tawar.
BAB IVPEMBAHASAN
4.1. Pencucian
Pencucian merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan penambangan,
sehingga besar kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh kegiatan pencucian,
Pencucian yang digunakan dengan pemisahan menggunakan media air laut.
4.2. Fungsi Pencucian
Fungsi pencucian dalam suatu kegiatan penambangan adalah untuk mencuci
atau mengolah atau memisahkan bahan galian dari mineral-mineral pengotor, untuk
mendapatkan mineral utama dan mineral-mineral ikutan berharga lainnya. Setelah
dilakukan pencucian bijih timah pada kapal isap produksi timah II kadar sn yang
didapatkan adalah ± 60-70 %.
4.3. Fungsi Peralatan Pencucian
Pencucian dapat berfungsi dengan baik apabila peralatan maupun prosesnya
berfungsi dengan baik pula. Apabila Posisi instalasi peralatan pencucian yang kurang
baik maka akan mengakibatkan kehilangan mineral timah dan mineral-mineral berharga
lainnya. Peralatan pencucian inilah sebagai media pembersih timah yang di bantu oleh
air. Alat pencucian merupakan media atau alat bantu dalam pencucian.
4.4. Peralatan Pencucian
Peralatan pencucian terdiri dari:
4.4.1. Saringan putar (grizzly)
Merupakan alat pemisahan material bahan galian awal, dimana material halus
bertimah sebagai undersize dan material kasar seperti bongkahan tanah besar, batu, dan
kerang-kerangan, dan lain-lain sebagai oversize. Untuk ukuran undersize adalah <10 mm
sedangkan oversize >10 mm, dan kemiringan sudut saring putar pada KIP Timah II
adalah 6o.
4.4.2. JIG
Jig adalah suatu alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat
jenis ( BJ ) dari bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Seperti halnya
sakan, jig juga menggunakan prinsip gravitasi. Butiran bijih timah akan turun secara
gravitasi akibat adanya gaya isap (suction) dan tekan (pushion) dari air yang berada
dalam kompartemen jig akibat gerakkan dari penggerak jigdengan sistem hidrolik.
Proses pencucian bijih timah di kapal isap dilakukan dengan menggunakan
alat Jig tipe Pan America, yaitu tipe jig diafragma dengan posisi membran berada di
bawah. Gerakanmembran-nya dari atas ke bawah dengan gerakan tekanan isap.
Tiap kompartemen dapat diatur panjang dorongannya (stroke) masing-masing Pada
kapal isap produksi peralatan pencuciannya menggunakan jig tipe Pan America, yaitu
suatu tipe peralatan pencucian yang terjadi akibat adanya gaya tekan dan gaya isap
dengan bersumber dari media air yang didorong dari atas ke bawah peralatan jig. Kapal
isap produksi hanya menggunakan 2 tingkatan, yaitu jig primer dan jigclean up. Jig
primer menerima umpan / feed dari undersize grizzly dan saring putar (revolving
screen). Oversize jig primer berupa material kasar akan terbuang sebagai tailing melalui
bandartailing sedangkan undersize berupa material halus campuran bijih timah dan pasir
kemudian diolah lebih lanjut melalui jig clean up.
4.4.2.1. Saringan (Rubber Screen)
Saringan gunanya untuk menahan jig bed (hematite) jangan sampai turun ke
bawah dan melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan dibuat dari
bahan yang tahan terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet.
Ukuran lubangnya harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah,
biasanya dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm
untuk kompartemen BC, ukuran lubang 6-10. Saringan berukuran lebih besar diletakan
melintang terhadap arah aliran, dengan tujuan agar lubang saringan tidak mudah buntu
atau tersumbat.
4.4.2.2. Bed
Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari
batu hematite yang berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih timah
yang berat jenisnya lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih rendah.
Ukuran pada jig primer = 25 – 40 mm
Ukuran pada jig clean up = 8 – 10 mm
Contoh perhitungan kebutuhan batu hematite sebagai bed jig :
PA jig dengan opening area/cell = 1,25 m x 1,25 m
Luas area/cell = 1,25 m x 1,25 = 1,5625 m2
Tinggi rooster = 100 mm = 0,1 m
Volume = 1,5625 m2 x 0,1 m = 0,15625 m3
BJ pure = 2,3 ton/m3
Berat bed jig = 0,15625 m3 x 2,3 ton/m3 = 0,359 ton/cell
Jadi kebutuhan bed jig untuk 1 unit jig PA 2 x 3 cell
(2 x 3 cell/unit) x 0,359 ton/cell = 2,154 ton/unit dibulatkan menjadi 2,2 ton/unit.
4.4.2.3. Afsluiter Underwater
Berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur pemasukan air ke tiap
tangki jig dan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air perlu ditambahkan dan
dimasukkan ke dalam jigdari sebelah bagian bawah
saringan (Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu fungsi yang terpenting
adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga tailing yang sudah
masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali ke atas dan keluar sebagai tailing.
4.4.2.4. Kisi – Kisi (Rooster)
Kisi-kisi (rooster) adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan
menahan bedagar tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar
merata di seluruh permukaan jig sesuai kompartemen. Bahan kisi-kisi terbuat dari kayu
(papan) dan dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.
4.4.2.5. Alat Penggerak
Untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara terus
menerus (continuitas). Alat yang digunakan sebagai penggerak
adalah menggunakan pompa hidrolik yang dihubungkan dengan satu
sumbu eksentrik yang dibagi untuk 3 kompartemen ABC dengan panjang stang yang
sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan salah satu alat penggerak
untuk proses pencucian, yang dipergunakan pada jig type Pan America. Stang
balance diafragma ini berfungsi untuk merubah gerakan berputar yang ditimbulkan oleh
pompa hidrolik menjadi gerakan atas bawah. Alat ini fungsinya untuk menimbulkan
isapan (Suction) dan tekanan (Pushion) pada permukaan bed jig. Gerakan atas
bawahnya dapat disetel (diubah-ubah) disesuaikan dengan kebutuhan.
4.4.2.6. M e m b r a n
Gunanya adalah untuk memberikan gaya isapan (Suction) dan
dorongan (Pushion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan oleh
motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi
kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan mudah retak
dan pecah.
4.4.2.7. Pushion
Torak mendorong air di mana ada pengendapan atau bed sehingga
terjadi pushion atau dorongan, sehingga partikel di atas saringan bergerak mengembang
dan bed akan terbuka. Ukuran saringan lebih kecil dari ukuran bed, tetapi lebih besar dari
ukuran partikel yang disaring sehinggamaterial yang mempunyai berat jenis besar akan
disaring dan terpisah dengan berat jenis kecil.
4.4.2.8 Suction
Apabila terjadi suction, maka di dalam hutch terjadi penyedotan terhadap partikel-
partikeldi dalam atau diatas saringan, bila penyedotan ini besar maka material akan ikut
tertarik. Untuk memperkecil penyedotan ini diberikan air tambahan ( underwater ) agar air
dalam hutch tenang, sehingga terjadi pemisahan. Pada waktu Pushion, bed akan
terangkat dan merenggang, makamaterial berat akan menerobos masuk melalui sela -
sela bed, yang biasanya berupa hematitedan material dengan berat jenis besar akan
masuk kedalam hutch sebagai produk, dan pada waktu suction, bed akan menutup
dan material ringan terus mengikuti aliran air bagian atas sebagai tailing.
4.4.2.9. S p i g o t
Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati
saringan dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk dari Spigot ialah
kerucut yang berbahan dari karet.
4.4.2.10. Spesifikasi Jig
1. Revolving Screen /Trommel :
- 1 set dia 2000 x 4860, steel construction
- Trommel drive hydraulic,torque 38 NM/MPA,10 RPM
2. Primary Jigs :
- 25 cell Pan American Jigs 1250 x 1250
- Jig drive hydraulic,torque 411NM,speed 192 RPM
3. Clean-up Jigs
- 16 cell Pan American Jigs 900 x 900
- Jig drive hydraulic torque 411NM,speed 192 RPM
4.2.3. SHAKAN (sluice box)
Shakan atau yang disebut sluice box yaitu suatu saluran yang dasarnya rata dan
di atasnya dialirkan air bersama butiran-butiran mineral. Pada dasar saluran dipasang
beberapa kayu penahan ( riffles) tegak lurus arah aliran air dengan jarak tertentu. Proses
pemisahannya berdasarkan berat jenis melalui suatu aliran air yang tipis di atas sebuah
permukaan yang sedikit miring berupa papan atau deck. Sakhan atau palong yang
digunakan pada instalasi pencucian berjumalah 1 unit dengan panjang bervariasi
antara 4 – 6 m lebar perjalur sekitar 1 - 1,5 m Dengan tinggi dinding 40 – 80 cm dan
kemiringan 5o – 6o. Fungsi alat ini adalah untuk mencucikonsentrat bijih timah
yang dialirkan melalaui pipa spigot pada jig clean up kompertemen Adengan pasir halus
untuk menghasilkan kadar Sn 60 – 70 %. Final konsentratnya yaitu konsentrattersebut
dimasukkan kedalam karung dan takaran berat konsentrat adalah 50 kg/karung.
4.2.4. Bandar Tailing
Bandar tailing merupakan jalur atau bandar pembuangan material yang tidak
berharga seperti pasir, batuan dan lain-lain. Sistem buangan limbah dari masing-masing
proses pencucian KIP dengan cara tailing dipisahkan dan langsung dibuang ke laut
melalui buritan kapal, dan dimanfaatkan untuk menutup kembali lubang bekas galian.
Untuk limbah hidrokarbon ditampung dan diamankan dari TPS limbah B3 Prayun, sesuai
dengan izin PSL-B3 kepmen LH No. 360/2007 tentang izin penyimpanan limbah bahan
berbahaya beracun.
4.5. Tahapan Operasi Penambangan dan Pencucian Timah di Kapal Isap Produksi
Sistem pencucian untuk KIP memiliki prinsip kerja yakni Mekanisme KIP,
pengisapan yang dilakukan sistem kombinasi tekan dan memutar/melingkar. Gerakan
isap dilakukan pada lapisan melalui tekanan ladder yang ujungnya dilengkapi pipa hisap
dan cutter, gerakan berhenti optimasi bila tekanan lapisan keras. Kemajuan tambang
relatif mengikuti putaran KIP bergerak dari suatu titik ke titik lain sesuai dengan peta
rancangan kerja material yang terhisap tersebut kemudian masuk ke bak
penampungan/bejana tuang untuk proses pencucian. Material dari pompa tanah
diteruskan ke saringan putar, didalam bejana saringan putar yang sedang berputar
inimaterial sekaligus disemprotkan oleh pipa hisap dan dilengkapi oleh air tambahan
untuk mengalirkan batu-batu besar kebandar batu menuju bandar tailing. Hasil dari
saringan putar merupakan material yang berupa pulb yang dalam hal ini
merupakan feed. Feed tersebut dialirkan ke instalasi pencucian melalui bak pembagi (boil
box), material pengotor (keras) sebagai taillingdibuang melalui bandar batu atau
bandar tailling. Sedangkan pulb (feed) dicuci lebih lanjut dengan menggunakan jig
primer, jig sekunder . Bijih timah bersih yang telah terpisah dari materialpengotor/lumpur
dibagi menjadi dua golongan, masing-masing berupa konsentrat A high grade dan B low
grade dengan kadar 20 – 30% (basah). Pada kapal isap adanya penambahan alat
pencucian yang akan meningkatkan kadar dari bijih timah tersebut
yaitu shakan. konsentrat hasil pencucian jig akan dicuci pada shakan untuk
menghasilkan konsentrat dengan kadar berkisar Sn 60 – 70%.
4.6. Sistem Kerja Pencucian Kapal Isap Produksi
Proses pencucian pada Kapal Isap Produksi adalah sebagai berikut:
1. Cutter memotong lapisan tanah yang mengandung pasir timah kemudian lapisan tanah
yang terberai dihisap oleh pompa isap tanah.
2. Pompa isap tanah menghisap feed dan kemudian menyemprotkannya kedalam saring
putar.
3. Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat
pemisah ( sizing ), oversize saring putar keluar sebagai tailing melalui
bandar tailing sedangkan undersize dialirkan oleh bandar saring putar ke dua unit jig
primer.
4. Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat jenis
mineral.Oversize jig primer keluar sebagai tailing sedangkan undersize jig primer dari
semuakompartemen ( A,B,C,) dialirkan langsung ke jig clean up.
5. Jig clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat
jenis. Oversize jig clean up keluar sebagai tailing, sedangkan undersize jig clean
up kompartemen A dialirkan ke penampung konsentrat A Sn = 45-50 %
6. Konsentrat A diproses di shakan untuk menghasilkan konsentrat akhir dengan
kadar Sn > 70 % yang dikemas dalam karung dan ditimbang dengan berat ± 50
kg/karung.
7. Undersize jig clean up kompartemen B dan C ditampung di penampung konsentrat B dan
C itu sendiri kemudian disirkulasi kembali ke kompartemen A jig clean up.
8. Oversize dari shakan juga ditampung dan disirkulasi kembali ke kompartemen A jig clean
up.Konsentrat akhir yang dihasilkan harus mempunyai kadar Sn > 60 - 70 %.
4.7. Hasil Produksi Yang di Dapatkan
Hasil produksi merupakan jumlah bijih timah atau cassiterite yang didapatkan tiap
bulan dimana pada Kapal Isap Produksi Timah II ditargetkan perbulannya untuk
menghasilkan 30 ton/bulan atau 600 kampil/50kg, sedangkan hasil yang dicapai pada
Kapal Isap Produksi Timah II adalah ± 30 - 45 ton/bulan. Bijih timah yang telah di
kumpulkan tiap empat hari, bijih timah tersebut diangkut oleh kapal penjangkaran untuk di
bawa ke pusat pengolahan bijih timah unit kundur untuk dileburkan menjadi timah
balok ingot, tin ball, tin soldier, dan lain-lain.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penulisan laporan ini penulis menyimpulkan faktor-faktor yang harus
diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan alat pencucian pada Kapal Isap
Produksi dalam pemisahan mineral berharga dengan mineral pengotor sehingga
mendapatkan kadar sn ± 60-70 %adalah :
1. Setelan arus air yang tepat/sesuai, arus air tidak boleh terlalu deras karena apabila arus
airnya terlalu deras maka bijih timah akan ikut terbuang bersama tailing.
2. Ukuran ruber screen yang digunakan adalah <10 mm karena apabila ukuran ruber
screen >10 mm maka mineral pyrite, kuarsa dan batuan akan mudah masuk kedalam Jig
Primer dan Jig Clean Up atau dapat disimpulkan semakin besar lubangnya, makin besar
ruang antara batu-batu bed dan makin besar butir yang melaluinya. Jika lubang saringan
kecil <10 mm, maka kecil juga material yang masuk seperti bijih timah
sehingga konsentrat menjadi lebih bersih. Pada saat final
konsentrat melalu shakan Kadar sn yang didapatkan adalah 60-70%.
5.2. Saran
Dari hasil pengamatan dan pencarian data dilapangan bahwa penulis memberi
saran yaitu :
1. Pada KIP Timah II berat bijih timah perkaleng susu yang diambil adalah >1,2 kg/kaleng
susu, sedangkan bijih timah yang berat 0,9 - 1,1 kg/kaleng susu di buang, saran saya
ada baiknya bijih timah yang di buang tersebut diambil untuk diolah dan
diambil mineral ikutannya.
2. Untuk menghindari off kerja karena kerusakan alat ada baiknya setiap satu minggu dua
kali bagian perawatan melakukan pengecekan alat-alat penggalian dan pencucian KIP
Timah II agar dapat mengetahui keausan dan kerusakan alat.
DAFTAR PUSTAKA
TAMBANG TIMAH PT.,STRATEGI PERUSAHAAN, 1995 – 2004 ; PT. TIMAH, Pangkalpinang 1994 (unpublished document).
Mirza Ibrahim Drs.; Sejarah dan Perkembangan Penambangan Timah di wilayah Kundur; PT. Tambang Timah (Persero) Tbk. Unit Penambangan Timah Kundur; Kundur 1990 (unpublished).
Badan Meteorologi dan Geofisika Kepulauan Riau 2010.Tambang Timah PT.; Pedoman Teknik Kerja, Data-data, laporan-laporan, serta buku-buku
yang diijinkan, PT. Tambang Timah.
Irwan Ir.; Pengolahan Bahan Galian, Pemisahan Bijih Timah Dengan Jig, mesh ruber screen;Universitas Bangka Belitung; Balunijuk 2012.