tht rinitis alergi

Upload: ayunia-adha-hp

Post on 09-Mar-2016

66 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

rinitis alergi

TRANSCRIPT

REFERATRHINITIS ALERGIDiajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan di RSUD Salatiga

Diajukan kepada :Dr. Yunie Wulandarri, Sp. THT-KL, M.Kes

Disusun Oleh:Ayunia Adha Henanda Putri20110310046

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKRSUD SALATIGAFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

RHINITAS ALERGI

Diajukan oleh :

Ayunia Adha Henanda Putri20110310046

Telah diajukan dan di presentasikan pada tanggal29 September 2015

Disahkan oleh :Dokter pembimbing

Dr. Yunie Wulandarri, Sp. THT-KL

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangRhinitis alergi adalah penyebab paling umum dari rhinitis . Ini adalah kondisi yang sangat umum, mempengaruhi sekitar 20 % dari populasi. Meskipun rhinitis alergi itu sendiri tidak mengancam jiwa ( kecuali disertai dengan asma berat atau anafilaksis ) , morbiditas dari kondisi dapat menjadi signifikan.2Rhinitis alergi merupakan alah satu manifestasi reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantai oleh Imumoglobulin E (IgE) pada mukosa hidung. Gejala klinik dapat timbul bersin-bersin, rinore, hidung tersumbat, gatal pada hidung, mata dan palatum. Hal ini terjadi akibat infiltrasi sel-sel inflamasi dan dikeluarkannya mediator kimia seperti histamin, prostaglandin dll.Karena rhinitis alergi merupakan reaksi tipe cepat, maka saat seseorang tersensitisasi dengan alergen misalnya menghirup serbuk bunga, bulu binatang partikel debu akan menimbulkan gejala-gejala dan akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Meskipun rhinitis alergi bukan kondisi yang mengancam jiwa , komplikasi dapat terjadi dan kondisi secara signifikan dapat mengganggu kualitas hidup , yang mengarah ke sejumlah biaya tidak langsung . Total biaya langsung dan tidak langsung dari rhinitis alergi baru-baru ini diperkirakan $53 juta per tahun.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiRhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. 1Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Astma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar aleren yang diperantai oleh Ig E.1

B. EtiologiAlergen adalah sesuatu yang memicu alergi. Ketika seseorang dengan rhinitis alergi kontak dengan alergen seperti serbuk sari, jamur, bulu binatang atau debu, maka tubuh akan melepaskan zat kimia yang menyebabkan gejala alergi.3

C. Gejala klinisGejala yang terjadi tak lama setelah kontak dengan alergen dapat mencakup : hidung gatal , mulut , mata , tenggorokan , kulit , atau daerah manapun Masalah dengan bau Hidung berair BersinMata berair

Gejala yang mungkin berkembang kemudian meliputi : hidung Tersumbat ( hidung tersumbat ) Batuk tersumbat telinga dan penurunan indra penciumanSakit tenggorokan Lingkaran hitam di bawah mata bengkak di bawah mata Kelelahan dan mudah tersinggung Sakit kepala4

D. Klasifikasi rhinitis alergiDahulu rhinitis alergi dibedakan dlaam 2 macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu:1. Rhinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis).2. Rhinitis alergi sepanjang tahun (perennial).Saat ini digunakan klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi:1. Intermiten, bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.2. Persisten/menetap, bila gejala lebih dari 4 hari/minggu atau lebih dari 4 minggu.Sedangkan derajat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi:1. Ringan : bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, berkerja dan hal lain yang menggangu2. Sedang-berat : bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.E. Jenis AlergenBerdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas1. Alergen inhalanMasuk bersama udara pernafasan, misal : tungau debu rumah (D. Pteronyssinus, D. Farinae, B. Tropicalis), kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur2. Alergen ingestanMasuk kesaluran cerna seperti makanan3. Alergen injektanMasuk melalui suntikan atau tusukan misal penisili atau sengatan lebah4. Alergen kontaktanMasuk melalui kontak kulit dan jaringan mukosa misalnya bahan kosmetik, perhiasanF. PatofisiologiRinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu immediate phase allergic reaction atau reaksi alergi fase cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan late phase allergic reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung 24-48 jam.Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk komplek peptide MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T helper (Th0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) yang akan mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13.IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (Performed Mediators) terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor (PAF), berbagai sitokin (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor) dan lain-lain. Inilah yang disebut sebagai Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC).Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain histamin merangsang ujung saraf Vidianus, juga menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM1).Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte Macrophag Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM1 pada sekret hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic Derived Protein (EDP), Major Basic Protein (MBP), dan Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini, selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.

Gambar 1. Hidung normal (kiri) dengan hidung rhinitis alergi (kanan)

G. DiagnosisDiagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan:1. AnamnesisAnamnesis sangat penting karena hampir 50% diagnosis ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala rhinitis alergi khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang. Bersin ini terutama merupakan gejala pada RAFC dan kadang-kadang pada RAFL sebagai akibat dilepaskannya histamin.Gejala lain adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata yang keluar. Seringkali gejala timbul tidak lengkap terutama pada anak-anak. Kadang, keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan pasien.12. Pemeriksaan fisikPada rinoskopi anterior akan tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat, atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila persisten mukosa inferior akan hipertrofi.Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia.Gejala khas pada anak yaitu allergic shiner, ialah terdapatnya banyangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung.Selain itu juga bisa terjadi allergic salute. Biasanya anak-anak sering menggosok-gosokkan hidungnya karena gatal. Keadaan ini lama-kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah.

Gambar 2. Gambaran allergic shiner

Gambar 3. Gambaran allergic salute

3. Pemeriksaan Penunjang a. In vitro Dilakukan untuk memeriksa imunoglobulin E ( IgE ) antibodi dalam darah. Sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi ini dalam menanggapi alergen yang dicurigai.5Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total (prist-paper radio imunosorbent test) sering kali menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Lebih bermakna adalah dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test). Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri.b. In vivo Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point Titration/SET). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Keuntungan SET, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Untuk alergi makanan, uji kulit seperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan diet eliminasi dan provokasi (Challenge Test). Alergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu pada Challenge Test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan.

H. Penatalaksanaan1. Terapi yang paling ideal adalah menghindari kontak dengan alergen penyebabnya.2. MedikamentosaTerapi medikamentosa tidak dapat menyembuhkan alergi, tetapi dapat digunakan untuk mengobati gejala umum.a) Antihistamin Antihistamin meringankan gejala rhinitis alergi dengan menghalangi aksi dari bahan kimia yang disebut histamin , yang dirilis dari tubuh saat mendapat paparan dari alergen.7 Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1 sebagai obat lini pertama pada penanganan rhinitis alergi. Pemberian dapat dikombinasi atau tanpa kombinai dengan dekongestan.1 Contoh antihistamin yang dipakai adalah dipenhidramin, klorfeniramin, prometasin dll.b) KortikosteroidKortikosteroid membantu mengurangi peradangan dan pembengkakan . Kortikosteroid membutuhkan waktu lebih lama untuk bekerja daripada antihistamin, tetapi efeknya bertahan lebih lama. Efek samping dari kortikosteroid inhalasi jarang terjadi, tetapi bisa terjadi kekeringan hidung , iritasi dan mimisan.7Biasanya kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat respon fase lambat tidak bisa diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topikal (beklomatason, budesonid, triamsinolon).1Jika memiliki serangan yang sangat parah gejala dan perlu bantuan cepat , dokter mungkin meresepkan kursus singkat tablet kortikosteroid berlangsung lima sampai 10 hari.7c) Nasal DekongestanDekongestan digunakan untuk membantu melegakan hidung yang tersumbat. Bisa digunakan tablet, kapsul, atau spray. Namun dekongestan tidak boleh digunakan lebih dari lima atau sepuluh hari karena untuk menghindari rhinitis medikamentosa.7d) ImunoterapiCara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang sangat berat dan sudah berlangsung lama, serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan. Tujuan dari imunoterapi adalah pembentukan IgG blocking antibody dan penurunan IgE. Ada dua metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu intradermal dan sublingual.e) OperatifTindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple outfractured, inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai agNO3 25% atau triklor asetat.

Komplikasi1. Polip HidungBeberapa penelitian mendapatkan bahwa alergi hidung merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung2. Otitis media efusi yang sering residif, terutama pada anak-anak3. Sinusitis paranasal

BAB IIIKESIMPULANRhinitis alergi merupakan alah satu manifestasi reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantai oleh Imumoglobulin E (IgE) pada mukosa hidung. Gejala klinik dapat timbul bersin-bersin, rinore, hidung tersumbat, gatal pada hidung, mata dan palatum. Hal ini terjadi akibat infiltrasi sel-sel inflamasi dan dikeluarkannya mediator kimia seperti histamin, prostaglandin dll.Saat ini digunakan klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi intermiten dan persisten. Sedangkan derajat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi dan Sedang-berat :

DAFTAR PUSTAKA1. Arsyad Efiaty, Prof dr; Nurbaiti Iskandar, Prof dr; dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, Edisi ketujuh. FKUI. Jakarta2. http://emedicine.medscape.com/article/134825-overview3 https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000813.htm4http://www.nhs.uk/Conditions/rhinitis---allergic/Pages/Introduction.aspx5 http://www.nhs.uk/Conditions/Rhinitis---allergic/Pages/Diagnosis.aspx6. http://www.aafp.org/afp/2006/0501/p1583.html7.http://www.nhs.uk/Conditions/Rhinitis---allergic/Pages/Treatment.aspx