the source information - taufik hery purwanto | sains...

71
The source information The manipulator and The final image Thematic Cartography Approach

Upload: lyduong

Post on 23-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

The source information

The manipulator

and

The final image

Thematic Cartography Approach

• pendefinisian maksud dan tujuan pembuatan peta tematik bersama dengan pemesan atau pengguna peta;

• penentuan topik yang dipilih untuk peta tematik yang akan dibuat;

• perencanaan format hasil akhir peta tematik yang akan dibuat.

1. Pikir sebelum menggambar

a. Apa motif, daya tarik, atau tujuan dari peta?• Apa yang diinginkan dari pembaca peta?• Alasan membuat peta?

Tema menarik - menimbulkan minat dan semangat untuk membuat peta - sesuai

dengan bidang/keahlian/hobi/passion si pembuat

Bermanfaat bagi masyarakat dalam kehidupan nyata.

Masalah bersifat baru - mengembangkan dan menemukan sesuatu yang baru tentu

akan lebih dihargai daripada hanya sekadar meniru apa lagi plagiasi (jiplak).

Tema yang sedang tren/hot topik

Dalam jangkauan pembuat peta:

o Tersedia dana yang cukup

o Batas waktu untuk menyelesaikan penelitian

o Sponsor dan konsultan

o Kerja sama dengan pihak lain

Data dari topik mudah didapatkan - Meskipun dapat memilih topik yang sangat baik,

namun belum tentu data yang diperlukan tersedia dan mudah diperoleh.

Topik cukup penting untuk diteliti - Topik yang dipilih harus penting untuk akademis dan

masyarakat luas dan tidak merupakan duplikasi dari topik-topik yang telah diteliti oleh

orang lain.

Bigfoot sightings in the Pacific Northwest by Chad Shuey, George Mason University

Foto penampakan Bigfoot di hutan Inggris (Caroline Toms/Facebook)

http://travel.detik.com/read/2015/11/10/182443/3067376/1382/sosok-bigfoof-tertangkap-kamera-di-hutan-inggris

https://id.berita.yahoo.com/jejak-kaki-raksasa-

gegerkan-warga-kotawaringin-timur-045855035.html

http://pilkadaapps.kompas.com/#/

b. Siapa audience yang anda maksud ?

• Berapa usia audience?

• Berapa banyak dari audience yang tahu tentang subjek masalah pada peta ?

• Bagaimana audience “melek” peta/ Berapa banyak pengalaman kartografis dari pembaca peta? Peta untuk buku pelajaran sekolah dasar memiliki kebutuhan yang berbeda

dari peta dalam karya ilmiah.

• Bagaimana penglihatan mereka? Peta untuk tunanetra memiliki kebutuhan yang berbeda dari peta bagi

mereka dengan penglihatan normal.

• Bagaimana pembaca akan menggunakan peta? • Di mana mereka akan menggunakan peta? • Bagaimana kondisi dalam membaca peta?

Akan peta dikonsultasikan sambil duduk di meja, saat mengemudi, tur sepeda, atau sebagai referensi

peta untuk sopir taksi (harus membaca "dengan cepat") berbeda dengan wisata jalan di alam.

• Apa kebutuhan pengguna? Kebutuhan perencana kota, pilot, dan mahasiswa yang berbeda.

Contour, Vol 13, Fall 1998

Map design varies with the audience. The map on the right is for elementaryschool children and identifies climates with descriptive terms; the map on the left is designed for college age and uses Koeppen climate designations.

They state that in a GIS environment visualization can be used to explore unknown and often raw data, to analyse or manipulate known data, and to present or communicate knowledge of spatial information.

The map use cube according to Kraak & OrmelingGoals of use arrayed in the map use cube(MacEachren & Kraak, 1997)

• private (where an individual generates a map for his or her own needs)

• public (where ready-made maps are made available to a group of users)

c. Dimana peta akan ditempatkan ?• laporan, suratkabar, atlas, web

Format mengacu pada ukuran dan bentuk dari halaman atau layar dan warna yang dapat digunakan.

o Peta pada banyak jurnal - format standar sesuai editor o Peta pada tesis dan disertasi memiliki format khusus yang ditentukan oleh

universitaso peta di koran harus sesuai dengan ukuran kolomo peta dalam laporan bisnis akan sesuai dengan ukuran halaman dari laporan

dicetak. o Peta yang akan dilihat pada monitor atau yang akan diproyeksikan ke layar

memiliki kebutuhan yang berbeda dari peta dicetak. o Peta pada monitor kecil yang digunakan pada layar GPS, ponsel, dan

perangkat MP3 memiliki kebutuhan yang berbeda dari monitor komputer layar lebar.

o Sebuah peta yang dirancang untuk warna tidak dapat direproduksi warna hitam dan putih.

Web Map: 200 Kb GIF file Report Map: 4 Mb TIF file

d. Apakah data yang tersedia dapat untuk komposisi peta?

• Pengumpulan data merupakan tahap permulaan dalam proses pembuatan peta

tematik.

• Kekuatan pada peta tematik adalah kesediaan data yang dapat dipercaya,

lengkap, serta akurat.

• Data yang diperoleh haruslah mempunyai lokasi dengan penyebaran/distribusi

geografis yang memadai.

• Data yang diperoleh adalah hasil survey terbaru sehingga mempunyai daya

guna yang optimal.

• Pada pengumpulan data perlu memperhatikan:

• sumber data yang digunakan, yaitu:

o lapangan,

o sumber statistik,

o peta lain,

o data/citra PJ,

o on line

o kombinasi dari sumber data tersebut

• Data Quantitatif atau Qualitatif

e. Apa sumber-sumber pendukung tersedia ?• Perlengkapan : software pencetakan, teknik pilihan

pencetakan• Waktu : Berapa waktu untuk diinvetasikan pada projek,

waktu produksi, dll.

1. Data may be gathered in :– the field, – statistical sources, – other maps, – imagery, – online– any combination of these data sources

1-23

city

city

• Map scale determines the size and shape of features

• Large scale

• Small scale

1:500

1:2500001:24000

1:24000

20 times

no. of

lines

3 times

total

length of

lines

1:100,000 scale 1:24,000 scale

San Marcos Basin Flow Lines

1:100,000 scale – 557 lines,

Total length 1890 km

San Marcos Basin Flow Lines

1:24,000 scale – 11,338 lines,

Total length 5559 km

Perbedaan kerincian sungai pada perbedaan skala

Tipe data dibedakan menjadi dua yaitu :

1. data kualitatifContoh data kualitatif antara lain : jenis pekerjaan, jenis penggunaan lahan, jenis tanah.

2. data kuantitatif. Contoh data kuantitatif antara lain: iumlahpenduduk, curah hujan.

2. Tipe Data

Simbol dibuat dengan menggunakan visual variabel yang sesuaiagar dapat merepresentasikan tipe datanya. Simbol untuk data kuantitatif harus dapat merepresentasikan kuantitas.

With respect to quantitative data, it is also relevant to make a distinction between absolute quantities and relative quantities:

• Absolute quantitative data are observed, measured or counted (e.g. number of persons or number of tons produced).

• Relative quantitative data are calculated or derived (e.g. densities, ratios, percentages or averages).

Another characteristic of geographic data is whether they are continuous or discrete:

• Continuous geographic data extend over space unbroken (tak terputus) and without interruption (e.g. air temperature or rainfall).

• Discrete geographic data are distinguishable individual entities that do not occur in between spatial observations (e.g. locations of factories or iron ore production from mines).

Continuous fields – Discrete fields

LanduseElevation

Different types of geographic phenomena

Fields Objects

Continuous Discrete

Temperature Landuse Buildings

Topographic Maps

3. Tingkatan Data (Skala Pengukuran)

Attribute data consists of qualitative or quantitative data

Measurement types with map examples

tidak ada tingkatan/urutan

(ordering)

tipe penggunaan lahan,

nama kota

• ada tingkatan/urutan (ordering)

• tidak bisa digunakan untuk perhitungan aritmatika

kelas jalan, orde sungai

• tidak mempunyai nilai nol mutlak

• tidak dapat dikatakan lebih dari 2x

temperatur (Celsius atau Fahrenheit)

• mempunyai nilai nol mutlak• dapat dikatakan lebih dari 2x • disajikan dalam tipe integer atau

floating point [decimal fraction] sehingga dapat dipergunakan untuk perhitungan aritmatika

pendapatan, umur, curah hujan

• Constructing class boundaries, consider the following:

– logical relationship between the classes

– the classes should be reasonably equal in size in terms of the class interval or the number of data units in each class (equal interval vs. equal frequency)

– no vacant classes

• Optimum number of class= log (number of observation) x 5

Jenks (Natural breaks) Standard deviation Quantile Equal interval Custom

Classification methods

Comparing classifications

TA: Choropleth Mapping with Exploratory Data Analysis

Jenks ' Metode (memastikan homogenitas maksimum dalam kelompok dan heterogenitas maksimum antara kelompok)

distribusi normal dan klasifikasi standar deviasi adalah yang paling cocok untuk pemetaan distribusi

TA: Choropleth Mapping with Exploratory Data Analysis

Based on natural groupings of data

Minimizes variation within classes, and maximizes variation between classes.

Look for “gaps” between clusters of values

Each class has the same number of features (e.g., 10 polygons in each)

Total # of different data values / # classes

Good for ordinal level data (e.g., high, medium, low)

Each class has the same range of values (1-10, 11-20, 21-30,…)

Best applied to data with familiar ranges (e.g., percentages)

Good with evenly distributed values (terdistribusi merata)

These are best applied if the data ranges are familiar to the user of the map, such as temperature bands.

Shows the amount a feature varies from the mean

Good for looking at the “extremes”

Outliers are a problem for choropleth-Many counties have low density, few have high

1) How many classes?2) What variation is most important? (map purpose/intention)

Population density of Indiana (1980)

Equal interval – contrast too high Quantile – contrast too low

Natural Breaks – too much emphasison extremes

Optimal (Jenks) – good balance

http://www.crwr.utexas.edu/gis/gishydro05/Introduction/TermProjects/strahota.htm

Municipal Water Consumption and Health Issues in Texas

Mark Strahota

Final Report

3 December 2004

adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil dari proses analisis dan transformasi dari suatu peta tematik dasar.

Contoh: Peta Sistem Lahan, Peta Bentuk Lahan, Peta Neraca Sumber daya Alam, Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Peta Curah Hujan, Peta Temperatur dan Peta Perolehan Suara Pemilu.

adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil proses sintesis (penggabungan) dari peta tematik dasar, dan atau peta tematik analisis. Satuan pemetaan baru pada peta tematik sintesis diperoleh dari penggabungan dua atau lebih peta masukan (Sukwardjono, 1990; Sinaga, 1986).

Contoh: Peta Potensi Mikrohidro, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah, Peta Kemampuan Lahan, Peta Kesesuaian Lahan, Peta Potensi Wisata, Peta Resiko Bencana, Peta Kemiskinan, Peta Daerah Tangkapan Ikan, Peta Kerawanan Konflik, dan Peta Prediksi Penyebaran Penyakit Flu Burung.

1) Jaring kontrol geodesi horizontal 2) Jaring kontrol geodesi vertikal 3) Jaring kontrol gaya berat dan pasang surut laut

1) Peta Rupabumi Indonesia (RBI) 2) Peta Dasar Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) skala 1:50.0003) Peta Dasar Lingkungan Laut Nasional (LLN) skala 1:500.000

* Pasal 4, 5, 6, dan 11 UU IG

adalah peta yang mempelihatkan data secara kualitatif dan atau kuantitatif pada unsur-unsur yang spesifik. Unsur-unsur tersebut ada hubungannya dengan detail-detail topografi (T. Lukman Aziz dan Ridwan Rachman, 1977). Tema tersebut disajikan dalam bermacam-macam bentuk yang berhubungan dengan unsur asli dari muka bumi atau unsur-unsur buatan manusia. Peta tematik kadang-kadang juga memperlihatkan situasi atau keadaan sebenarnya.

Thematic maps concentrate on the spatial variations of single phenomenon on the relationship between phenomena. In the thematic maps the communication objective is to portray the structure of a distribution, that is., the character of the whole as consisting of the interaction of the parts (Robinson, A; Randall Sale; Joel Morrison, 1978).

adalah peta yang berisi satu tema tertentu yang menyajikan informasi dasar muka bumi, baik fisik maupun hasil budidaya manusia, serta merupakan fenomena muka bumi tunggal. Data untuk penyusunan peta tematik dasar dapat diperoleh dari hasil survai lapangan, interpretasi citra penginderaan jauh, dan data statistik. Peta tematik dasar bersifat terbuka dan dibuat oleh Instansi Pemerintah yang mempunyai otoritas pada tema tersebut.

Contoh: Peta Lereng, Peta Geologi, Peta Hidrologi, Peta Penutup Lahan, Peta Tanah, Peta Hutan, Peta Jalan, Peta Utilitas Perkotaan dan Peta Penduduk.

Good map design is like good writing :

•Eloquent (Mengesankan)

•Efficient (Efisien)

•Informative (Informatif)

•Pleasing (memuaskan)

•Well-structured (Terstruktur)

Semua unsur peta ada dan tersusun rapi : judul, legenda, skala batang, orientasi,

tanggal, dan sumber peta.

Ukuran font judul terbesar dan terlihat jelas

Legenda memungkinkan pembaca memahami apa yang diwakili titik-titik pada peta.

Estetika peta yang menyenangkan, dan semuanya tersusun rapi.

Warna-warna saling melengkapi satu sama lain tetapi tidak terlalu berlebihan.

http://mapdesign.icaci.org/2014/12/mapcarte-353365-life-in-

los-angeles-by-eugene-turner-1977/

A smiley-face is very expressive, statistically. By

tweaking the eyes, mouth and other bits, you can

literally put a meaningful face on any jumble of

numbers. Herman Chernoff pointed this out in 1973

in the Journal of the American Statistical

Association, in a monograph called “The Use of

Faces to Represent Points in K-Dimensional Space

Graphically.”

MapCarte 353/365: Life in Los Angeles by Eugene Turner, 1977

Based on Chernoff faces :

Bad map design is like bad writing :

• Sloppy (Tidak rapi, berantakan, nglomprot)

• Hard to read (susah untuk dibaca)

• Uninformative (Tidak informatif)

• Inefficient (tidak efisien)

• Costly (mahal)

• Disorganized (tidak terorganisasi)

Tidak ada elemen peta : judul, legenda, skala batang, serta orientasi.

Banyak titik coklat yang membuat sulit dipahami pembaca.

Simbol banyak yang tumpang tindih.

Tidak berisi nama, tanggal, dan sumber pencipta.

Estetika peta tidak menarik dan tidak memiliki harmoni warna.

SEKIAN