tgs laringitis

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi baik akut maupun kronik.Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis.Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam bisa disebabkan karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi virus. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot, dan membran mukos yang membentuk pintu masuk dari trakea. Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan. Bila terjadi laringitis, makan pita suara akan mengalami proses peradangan, pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan perubahan suara. Akibatnya suara akan terdengar lebih serak. Berdasarkan hasil studi laringitis terutama menyerang pada usia 18-40 tahun untuk dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya terkena pada usia diatas 3 tahun. 1

Upload: sesha748

Post on 02-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laringitis

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi baik akut maupun kronik.Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis.Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam bisa disebabkan karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi virus.

Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot, dan membran mukos yang membentuk pintu masuk dari trakea. Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan. Bila terjadi laringitis, makan pita suara akan mengalami proses peradangan, pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan perubahan suara. Akibatnya suara akan terdengar lebih serak. Berdasarkan hasil studi laringitis terutama menyerang pada usia 18-40 tahun untuk dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya terkena pada usia diatas 3 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa landasan teoritis dari penyakit Laringitis

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita penyakit Laringitis

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui landasan teoritis dari penyakit Laringitis

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penderita Larin

BAB IILANDASAN TEORITIS

2.1 LANDASAN TEORITIS PENYAKIT

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Laring

Anatomi

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan ditampilkan laring secara anatomi.

Gambar 1. Laring

Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama padastruktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis.

Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar struktur anatomi laring pada gambar 2. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradapat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis.

Gambar 2. struktur anatomi laring

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstrinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk tegangan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis.

Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.

Sumber :(Cohen JL 1997,369-76)

Fisiologi

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur besar kecilnya rima glotis.

Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorongbolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.

Sumber : (Cohen JL 1997,369-76)

2.1.2 Definisi Laringitis

Laringitis adalah inflamasi laring. Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suaradua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan.

Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.

Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.

Sumber : (http://www.sehatgroup.web.id/).

2.1.3 Etiologi

Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.

Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.

Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri.

Sumber : (Brunner & Suddarth. 1997. P 551)

2.1.4 Klasifikasi Laringitis

a. Laringitis Akut

Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).

Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca

Pemakaian suara yang berlebihan

Trauma

Bahan kimia

Merokok dan minum-minum alcohol

Alergi

b. Laringitis Kronik

Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).

Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.

Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring.

Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.

Laringitis tuberculosis

Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.

Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :

Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus

Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.

Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.

Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.

Laringitis luetika

Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat.

2.1.5 Patofisiologi

Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.

Sumber : (Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)

2.1.6 Manifestasi Klinis

1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).

2. Sesak nafas dan stridor

3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.

4. Gejala radang umum seperti demam, malaise

5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.

7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .

8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru

9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.

Sumber : (http://www.news-medical.net/)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.

Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.

Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis

a. Laringitis Akut

Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan. Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.

Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.

b. Laringitis Kronik

Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring, serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.

Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.

Sumber : (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003)

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

2.2.1 Pengkajian

a. Identitas Klien

Pasien (diisi lengkap): nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS.

Penanggung Jawab (diisi lengkap) : (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, pekerjaan, alamat)

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit).

Kaji apakah klien demam, tidak enak badan, kesulitan menelan, sakit tenggorokan, rasa gatal dan kasar di tenggorokan, tenggorokan kering, batuk kering, kesulitan bernapas (pada anak-anak), dan suara serak/hilang.

Riwayat kesehatan yang lalu

Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.

Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis.

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

GCS

Tanda Vital ( tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)

Kesadaran

2.2.3 Pengkajian 11 Fungsional Gordon

a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Biasanya klien menganggap sepele penyakitnya. Klien menganggap penyakitnya hanya batuk-batuk biasa atau bisa juga disebabkan oleh flu biasa sehingga menyebabkan suaranya serak dan tenggorokannya sakit. faktor lain yang bisa memperberat penyakit pasien yaitu pasien merokok atau minum alkohol. Biasanya pasien ini kurang minum air putih, menggunakan suaranya berlebihan, sakit flu yang tidak diobati.

b. Pola nutrisi metabolik

Biasanya klien mengalami sulit menelan makanan disebabkan karena tenggorokan yang sakit dan juga merasa mual dan muntah. jadi asupan nutrisi klien yang masuk ke tubuh sedikit.

c. Pola eliminasi

Biasanya pola eliminasi klien tidak mengalami gangguan

d. Pola aktivitas latihan

Biasanya tubuh klien terasa lemah, malaise dan pasien juga mengalami demam. Bukan hanya itu, klien juga merasa sesak nafas atau stridor.

e. Pola istirahat tidur

Biasanya klien sulit tidur karena nyeri pada tenggorokan dan juga nyeri pada kepala.

f. Pola kognitif persepsi

Karena suara klien yang serak dan bahkan tidak bisa mengeluarkan suara sama sekali maka klien mengalami gangguan dalam komunikasi verbal dengan orang lain. Klien jadi sulit berinteraksi dengan orang lain.

g. Pola persepsi diri dan konsep diri

Biasanya klien tidak mengalmi rendah diri karena suaranya yang parau. Hanya saja klien merasa cemas dan takut kalau suaranya hilang

h. Pola peran hubugan

klien akan sulit bersosialisasi dengan orang lain karena suaranya yang serak. Apalagi kalau klien mempunyai pekerjaan yang menjual suara seperti guru, penyanyi, MC dll.

i. Pola reproduksi dan seksualitas

Tidak ada gangguan pada pola kesehatan reproduksi danseksualitas klien. Apakah

j. Pola koping dan toleransi stress

Tidak ada gangguan pada pola ini.

k. Pola nilai dan kepercayaan

Tidak ada gangguan pada pola ini.

2.2.4 Diagnosa NANDA, NOC dan NIC

27

DIAGNOSA KEPERAWATAN TEORITIS

NO

DIAGNOSA NANDA

NOC

NIC

1

BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF

DO :

Kesulitan untuk bersuara

Klien tampak gelisah(pada anak kecil)

DS :

dispneu

1. Status pernapasan : bersihan jalan napas

a. Tingkat pernapasan normal

b. Ritme pernapasan normal

c. Kedalaman inspirasi normal

d. Mampu membersihkan secret

e. Sesak napas tidak terasa lagi

f. Kapasitas vital dalam jumlah normal

2. Status pernapasan: ventilasi

a. Suara perkusi normal

b. Volume tidal mencukupi

c. Akumulasi sputum normal

Pengaturan jalan nafas

Aktivitas :

Posisikan pasien untuk meningkatkan potensi ventilasi

Keluarkan sekret dengan mendorong melakukan batuk efektif atau dengan menggunakan alat penghisap

Dukung bernapas dalam, pelan, berbalik dan batuk

Instruksikan bagaimana cara batuk yang efektif

Pantau pernapasan dan status oksigenasi

2

Nyeri akut b/d iritasi laring sekunder

DO :

Mukosa laring kering

DS :

Nyeri tenggorokan

1. Kontrol nyeri

Mampu mengenali gejala nyeri

Mampu menjelaskan faktor penyebab

Mampu melaporkan perubahan dalam gejala nyeri kepada petugas kesehatan

2. Tingkat rasa nyeri

Nyeri tidak terasa lagi

Tidak lagi menekan daerah nyeri

Tidak terlihat lagi raut wajah kesakitan

Otot rileks

a. manajemen nyeri

kaji ketidaknyamanan secara nonverbal

pastikan pasien mendapatkan perawatan degan analgesic

lakukan penilaian nyeri secara komprehensif di mulai dari lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,intensitas dan penyebab

bantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan dukunganmengurani atau menghapuskan faktor-faktor yang meningkatkan nyeri

mendorong pasien untuk memonitor nyerinya endiri

kaji tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat perubahan dalam catatan medis dan informasikan kepada tenaga medis lainnya

anjurkan untuk istirahat yang adekuat untuk mengurangi nyeri

monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri yang diberikan dalam interval yang ditetapkan

Bantuan Kontrol analgesik pada pasien

Aktivitas :

Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan anggota keluarga untuk memilih tipe obat bius yang digunakan.

Ajarkan pasien dan keluarga untuk memonitor intensitas,kualitas,dan durasi nyeri.

Pastikan pasien tidak alergi terhadap analgesic yang diberikan.

3

HIPERTERMIA B/D PENYAKIT

Def: suhu tubuh meningkat melebihi batas normal

DO :

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal>= 38 C

Kulit memerah

Frekuensi napas meningkat > 24 X

Kulit hangat bila disentuh

Takikardi

DS :

mual

TERMOREGULASI

Def: Keseimbangan antara produksi panas, panas yang didapatkan, dan kehilangan panas

Criteria hasil:

Apikal Denyut

Jantung

Denyut Nadi Radial Normal

Peningkatan Suhu menurun

Kulit normal

Nyeri Otot berkurang

Sifat Lekas Marah

Kantuk

Perubahan Warna Kulit

Sesak Napas hilang

Otot Berkedut hilang

Pernapasan normal

PENGOBATAN DEMAM

Pantau suhu berkali-kali jika diperlukan

Pantau kehilangan cairan yang tidak sadar

Adakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jika diperlukan

Pantau warna kulit dan suhu

Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan, jika diperlukan

Pantau untuk penurunan tingkat kesadaran

Pantau aktivitas berlebihan

Pantau kadar WBC, Hgb dan Hct

Pantau intake dan output

Pantau adanya abnormalitas elektrolit

Pantau ketidakseimbangan asam basa

Pantau adanay irama jantung

Atur pengobatan dengan anti piretik, jika diperlukan

Tutup pasien dengan selimut, jika hanya diperlukan

Atur spon mandi suam-suam, jika diperlukan

Anjurkan peningkatkan asupan cairan oral, jika diperlukan

Atur cairan IV, jika diperlukan

Gunakan kantong es yang ditutup dengan handuk pada lipatan paha dan ketiak

Tingkatkan sirkulasi udara dengan menggunakan kipas angin

Anjurkan atau atur kebersihan oral, jika diperlukan

Berikan pengobatan yang tepat untuk mencegah atau mengontrol gemetaran

Atur oksigen, jika diperlukan

Tempatkan pasien pada bagian hipotermia, jika diperlukan

Pantau selalu suhu untuk mencegah indikasi hipotermia

REGULASI TEMPERATUR

Monitor temperatur tiap 2 hari

Monitr temperatur BBL hingga stabil

Selalu sediakan alat untuk memonitr suhu inti

Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi

Monitor warna kulit dan temperatur

Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia

Pantau asupan nutrisi dan cairan yang adekuat

Bedung BBl langsung estela lahir untuk mencegah kehilangna panas

Jaga kehangatan suhu tubuh BBL

Pakaikan stockinette cap untuk emncegah kehilangan panas BBL

Ajarkan pasien cara ntuk mencegah kelebihan dan strok panas

Tempatkan BBL dalam ruangan isolasi atau dibawah penghangat bila perlu

Diskusikan pentingnya termoregulasi dan kemungkinan efek negatif dari dingin yang berlebihan

Ajarkan pasien, terutama pasien lansia, cara mencegah hypotermi jira terexpose udara ddingin

Ajarkan indikasi dari keletihan dan penatalaksanaan emergency yang tepat

Ajarkan indikasi dari hypotermia dan penatalaksanaan emergency yang tepat

Guakan matras panas dan kantong hangat untuk mengatur perubahan suhu tubuh

Atur temperatur lingkungan sesuai kebutuhan pasien

Beri obat yang tepat untuk mencegah atu kontrol menggigil

Atur pemberian obat anti piretik

Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatur perubahan temperatur.

PANTAU TANDA-TANDA VITAL

Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status pernafasan, jika diperlukan

Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah

Mebgukur tekanan darah ketika pasien berbaring, duduk, dan berdiri, jika diperlukan

Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan, jika diperlukan

Mengukur tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas, jika diperlukan

Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan

Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom hypothermia dan hyperthermia

Memantau timbulnya dan mutu nadi

Dapatkan nadi apical dan radial scara stimultan dan catat perbedaannya, jika diperlukan

Mengukur pulsus paradoxus

Mengukur pulsus alternans

Memantau naik turunnya tekanan nadi

Memnatau tingkatan irama cardiac

Memantau suara jantung

Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g. kedalaman dan kesimetrisan)

Memantau suara paru

Mengukur oximetry nadi

Memantau pola pernafasan yang abnormal (e.g. Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apnea, ataxic, dan bernafas panjang)

Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban

Memantau sianosis pusat dan perifer

BAB IIIKASUS

Seorang pasien Ny. S yang berusia 60 tahun dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, datang ke RS dengan keluhan batuk kering terus menerus. Pasien juga merasakan suara serak, terasa gatal, dan ada yang mengganjal di tenggorokan. Nyeri telan (+), rasa tersumbat dan rasa panas di tenggorokan (-). Tidak terdapat keluhan pada hidung dan pendengaran. Os. demam, tidak mual dan muntah, serta tidak nyeri kepala. Riwayat Penyakit Asma (+), uriwayat alergi (-), dan riwayat bronkitis (+).Dilakukan pemeriksaan penunjang foto rontgen CT scan leher.

3.1 Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama : Ny. S

Usia : 60 th

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Alamat: Kapalo Koto, Limau Manis

b. Riwayat Penyakit sekarang

Klien mengeluh tenggorokannya kering, nyeri ketika menelan dan berbicara Keluhan di rasakan sejak 6 bulan yang lalu. Pasien juga merasakan suara serak, terasa gatal, dan ada yang mengganjal di tenggorokan. Nyeri telan (+), rasa tersumbat dan rasa panas di tenggorokan (-). Os demam, tidak mual dan muntah serta nyeri kepala.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit ini sebelumnya

d. Pemeriksaan penunjang

Hasil pemeriksaan laringoskopi menunjukkan pita suara yang meradang merah dan bengkak. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis

Keadaan umum: tampak sakit berat

Tekanan Darah: 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi: 84x/menit

Frekuensi nafas: 35 x/menit

Suhu: 380C

Berat badan : 45 kg

3.2 Pengkajian 11 fungsional gordon

1. Pola persepsi dan Manajemen kesehatan

Klien menganggap batuk yang dialaminya batuk biasa dank lien menagani penyakitnya ini dengan membeli obat diwarung yaitu konidin.

1. Pola nutrisi dan metabolik

Klien tidak mengeluh mual dan muntah. nafsu makannya berkurang karena sakit saat menelan,sebelum sakit klien makan normal 3x sehari, saat sakit klien makan 3x namun dengan porsi kecil,dan tidak habis. Klien tetap berusaha banyak minum walau sulit menelan. Minum klien kira-kira 6-7 gelas perhari. Klien mengalami penurunan berat badan dari 47 kg- 45 kg.

1. Pola eliminasi

Pasien tidak mengalami gangguan dalam pola miksi dan defekasi. Klien tidak menggunakan alat bantu. Volume urin klien perhari sekitar 1000 ml .Volume urin normal per hari adalah 900 1200 ml,

1. Pola aktivitas-latihan

Aktivitas klien tidak mengalami gangguan. Klien mengeluh batuk kering

1. Pola istirahat dan tidur

Klien mengalami kesulitan dalam tidur, karena batuk dan nyeri yang dirasakan pada tenggorokan yang menyebabkan ketidak nyamanan klien saat tidur. Klien tidur 5 jam saat malam hari, dan tidak dapat tidur pada siang hari.

1. Pola konsep diri dan persepsi diri

Klien mengalami kesulitan dalam berbicara karena gangguan suara yang dialami, mulai dari suara serak hingga hilangnya suara.

1. Pola kognitif- perseptual

Pasien mengalami kegelisahan karena sakit tengggorokan yang dirasakan, yang terkadang membuat hilangnya suara klien, keadaan umum klien lemah.

1. Pola peran dan hubungan

Klien mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, karena gangguan pita suara yang dialaminya, yang dalam kebanyakan kasus menyebabkan kehilangan suara sepenuhnya.

Komunikasi klien dengan keluarga terhambat.

1. Pola reproduksi- seksual

Klien seorang janda.

1. Pola pertahanan diri dan toleransi stres

klien mengalami stres karena tidak dapat melakukan aktivitas dan tidak dapat berkomunikasi seperti biasanya.

1. Pola keyakinan dan nilai

Aktivitas ibadah klien tidak terganggu dan tidak ada pantangan agama dalam pengobatan klien.

3.3 Diagnosa keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA

NOC

NIC

1

Nyeri akut b/d iritasi laring sekunder

DS :

klien mengatakan nyeri pada tenggorokan

DO :

Klien terlihat meringis saat menelan makanan

3. Kontrol nyeri

Mampu mengenali gejala nyeri

Mampu menjelaskan faktor penyebab

Mampu melaporkan perubahan dalam gejala nyeri kepada petugas kesehatan

4. Tingkat rasa nyeri

Nyeri tidak terasa lagi

Tidak lagi menekan daerah nyeri

Tidak terlihat lagi raut wajah kesakitan

Otot rileks

e. manajemen nyeri

kaji ketidaknyamanan secara nonverbal

pastikan pasien mendapatkan perawatan degan analgesic

lakukan penilaian nyeri secara komprehensif di mulai dari lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,intensitas dan penyebab

bantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan dukunganmengurani atau menghapuskan faktor-faktor yang meningkatkan nyeri

mendorong pasien untuk memonitor nyerinya endiri

kaji tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat perubahan dalam catatan medis dan informasikan kepada tenaga medis lainnya

anjurkan untuk istirahat yang adekuat untuk mengurangi nyeri

monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri yang diberikan dalam interval yang ditetapkan

Bantuan Kontrol analgesik pada pasien

Aktivitas :

Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan anggota keluarga untuk memilih tipe obat bius yang digunakan.

Ajarkan pasien dan keluarga untuk memonitor intensitas,kualitas,dan durasi nyeri.

Pastikan pasien tidak alergi terhadap analgesic yang diberikan.

2

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuuhan tubuh b/d nyeri telan dan penurunan nafsu makan

DO :

BB klien turun dari 47 kg ke 45 kg

DS :

Klien mengatakan bahwa ia merasa mual

Status nutrisi

a. Masukan nutrisi mencukupi

b. Masukan makanan dan cairan seimbang

c. Energy terpenuhi

d. Berat badan terkontrol

e. Stamina tercukupi

f. Ketahanan tubuh mencukupi

g. Tubuh tahan terhadap infeksi

h. Masukan kalori optimal harian tercukupi

i. Berat badan badan optmal tercapai

Manajemen Nutrisi

a. Cari tahu apakah klien alergi terhadap suatu makanan

b. Cari tahu makanan yang disukai oleh klien

c. Tentukan bersama dengan ahli nutrisi jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan unutk memenuhi kebutuhan nutrisi

d. Dukung masukan kalori yang sesuai dengan tipe tubuh dan gaya hidup

e. Dukung peningkatan makan yang mengandung zat besi sesuai kebutuhan

f. Dukung peningkatan masukan protein, zat besi, dan Vitamin C sesuai kebutuhan

g. Tawarkan makan ringan (misalnya : sering minum dan buah-buahan segar/jus buah) sesuai kebutuhan

h. Pastikan bahwa diet meliputi makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

i. Berikan pasien protein tinggi, kalori tinggi, makanan nutrisi untuk jari, dan minuman yang siap dikonsumsi, sesuai kebutuhan

j. Berikan pilihan makanan

k. Sesuaikan diet dengan gaya hidup klien

l. Berat badan pada interval yang sesuai

3

HIPERTERMIA B/D PENYAKIT

Def: suhu tubuh meningkat melebihi batas normal

DO :

Suhu tubuh > 38 C

Kulit memerah

Frekuensi 28 x

Kulit hangat bila disentuh

Takikardi = denyut nadi 120 x

DS :

Klien merasa mual

TERMOREGULASI

Def: Keseimbangan antara produksi panas, panas yang didapatkan, dan kehilangan panas

Criteria hasil:

Apikal Denyut

Jantung

Denyut Nadi Radial Normal

Peningkatan Suhu menurun

Kulit normal

Nyeri Otot berkurang

Sifat Lekas Marah

Kantuk

Perubahan Warna Kulit

Sesak Napas hilang

Otot Berkedut hilang

Pernapasan normal

PENGOBATAN DEMAM

Pantau suhu berkali-kali jika diperlukan

Pantau kehilangan cairan yang tidak sadar

Adakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jika diperlukan

Pantau warna kulit dan suhu

Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan, jika diperlukan

Pantau untuk penurunan tingkat kesadaran

Pantau aktivitas berlebihan

Pantau kadar WBC, Hgb dan Hct

Pantau intake dan output

Pantau adanya abnormalitas elektrolit

Pantau ketidakseimbangan asam basa

Pantau adanay irama jantung

Atur pengobatan dengan anti piretik, jika diperlukan

Tutup pasien dengan selimut, jika hanya diperlukan

Atur spon mandi suam-suam, jika diperlukan

Anjurkan peningkatkan asupan cairan oral, jika diperlukan

Atur cairan IV, jika diperlukan

Gunakan kantong es yang ditutup dengan handuk pada lipatan paha dan ketiak

Tingkatkan sirkulasi udara dengan menggunakan kipas angin

Anjurkan atau atur kebersihan oral, jika diperlukan

Berikan pengobatan yang tepat untuk mencegah atau mengontrol gemetaran

Atur oksigen, jika diperlukan

Tempatkan pasien pada bagian hipotermia, jika diperlukan

Pantau selalu suhu untuk mencegah indikasi hipotermia

REGULASI TEMPERATUR

Monitor temperatur tiap 2 hari

Monitr temperatur BBL hingga stabil

Selalu sediakan alat untuk memonitr suhu inti

Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi

Monitor warna kulit dan temperatur

Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia

Pantau asupan nutrisi dan cairan yang adekuat

Bedung BBl langsung estela lahir untuk mencegah kehilangna panas

Jaga kehangatan suhu tubuh BBL

Pakaikan stockinette cap untuk emncegah kehilangan panas BBL

Ajarkan pasien cara ntuk mencegah kelebihan dan strok panas

Tempatkan BBL dalam ruangan isolasi atau dibawah penghangat bila perlu

Diskusikan pentingnya termoregulasi dan kemungkinan efek negatif dari dingin yang berlebihan

Ajarkan pasien, terutama pasien lansia, cara mencegah hypotermi jira terexpose udara ddingin

Ajarkan indikasi dari keletihan dan penatalaksanaan emergency yang tepat

Ajarkan indikasi dari hypotermia dan penatalaksanaan emergency yang tepat

Guakan matras panas dan kantong hangat untuk mengatur perubahan suhu tubuh

Atur temperatur lingkungan sesuai kebutuhan pasien

Beri obat yang tepat untuk mencegah atu kontrol menggigil

Atur pemberian obat anti piretik

Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatur perubahan temperatur.

PANTAU TANDA-TANDA VITAL

Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status pernafasan, jika diperlukan

Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah

Mebgukur tekanan darah ketika pasien berbaring, duduk, dan berdiri, jika diperlukan

Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan, jika diperlukan

Mengukur tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas, jika diperlukan

Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan

Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom hypothermia dan hyperthermia

Memantau timbulnya dan mutu nadi

Dapatkan nadi apical dan radial scara stimultan dan catat perbedaannya, jika diperlukan

Mengukur pulsus paradoxus

Mengukur pulsus alternans

Memantau naik turunnya tekanan nadi

Memnatau tingkatan irama cardiac

Memantau suara jantung

Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g. kedalaman dan kesimetrisan)

Memantau suara paru

Mengukur oximetry nadi

Memantau pola pernafasan yang abnormal (e.g. Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apnea, ataxic, dan bernafas panjang)

Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban

Memantau sianosis pusat dan perifer

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Laringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada laring yang biasanya kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold. Penyakit ini pada orang dewasa merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak bagi penderita anak kurang dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga obstruksi jalan nafas yang sangat berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan mengalami obstruksi total jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada anak.

Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca, pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia, merokok dan minum-minum alkohol dan alergi.

Adapun gejala klinis yang sering kita temukan pada laringitis akut ini adalah suara parau bahkan sampai hilangnya suara atau afoni, sesak nafas bahkan stridor, nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan berbicara, gejala common cold dan inflenza, dan pada pemeriksaan fisik kita akan menemukan mukasa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru. Obstruksi jalan nafas akan ditemukan apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, dan pada pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak. Untuk penatalaksaan dari laringitis akut ini adalah pemberian antibiotik yang adekuat dan kortikosteroid. Umumnya penderita laringitis akut tidak perlu dirawat dirumah sakit namun ada indikasi dirawat di rumah sakit apabila penderitanya berumur kurang dari setahun, tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted, diagnosis penderita masih belum jelas dan perawatan dirumah kurang memadai. Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomi.