terjemahan jurna mata

26
Teknik Strip Tarsal Lateral untuk koreksi ectropion kelopak mata bawah. Mohamed A. Marzouk* , Ayman A. Shouman , Ehab S.Elzakzouk and M.Tarek A.Elnaggar Research Institute of Ophthalmology – Giza – Egypt. *[email protected] Abstrak: Tujuan: Untuk mengevaluasi teknik strip tarsal lateral sebagai prosedur sederhana yang dapat digunakan untuk memperbaiki kelemahan atau malposisi tendon canthal lateral. Teknik tersebut diterapkan pada kasus ektropion involusional, paralitik, dan cicatricial . Hasil pembedahan dari berbagai jenis ectropion dibandingkan dan dievaluasi. Pasien dan metode: Penelitian retrospektif ini meninjau hasil dari 30 pasien (41 kelopak) yang telah menjalani prosedur strip tarsal lateralis dari Januari- 2008 sampai Juni-2010. Semua catatan diperiksa untuk menentukan indikasi, manajemen, hasil, pascaoperasi, komplikasi dan tingkat keberhasilan. Hasil: Sebanyak 17 pria dan 13 perempuan yang terdiri atas kelompok-kelompok penelitian. Usia rata-rata dari penelitian yang bersifat kohort adalah 59.15 + \ - 6,2 thn (kisaran 4 - 65 tahun). Rata-rata masa pemantauan adalah 24 minggu. Para pasien dibagi menjadi 3 kelompok:. Grup A: 10 pasien dengan ectropion

Upload: una-aja

Post on 05-Dec-2014

32 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Terjemahan Jurna Mata

Teknik Strip Tarsal Lateral untuk koreksi ectropion kelopak mata bawah.

Mohamed A. Marzouk* , Ayman A. Shouman , Ehab S.Elzakzouk and M.Tarek A.Elnaggar

Research Institute of Ophthalmology – Giza – Egypt.

*[email protected]

Abstrak: Tujuan: Untuk mengevaluasi teknik strip tarsal lateral sebagai

prosedur sederhana yang dapat digunakan untuk memperbaiki kelemahan atau

malposisi tendon canthal lateral. Teknik tersebut diterapkan pada kasus ektropion

involusional, paralitik, dan cicatricial . Hasil pembedahan dari berbagai jenis

ectropion dibandingkan dan dievaluasi.

Pasien dan metode: Penelitian retrospektif ini meninjau hasil dari 30 pasien (41

kelopak) yang telah menjalani prosedur strip tarsal lateralis dari Januari-2008

sampai Juni-2010. Semua catatan diperiksa untuk menentukan indikasi,

manajemen, hasil, pascaoperasi, komplikasi dan tingkat keberhasilan.

Hasil: Sebanyak 17 pria dan 13 perempuan yang terdiri atas kelompok-kelompok

penelitian. Usia rata-rata dari penelitian yang bersifat kohort adalah 59.15 + \ - 6,2

thn (kisaran 4 - 65 tahun). Rata-rata masa pemantauan adalah 24 minggu. Para

pasien dibagi menjadi 3 kelompok:. Grup A: 10 pasien dengan ectropion

involusional bilateral (20 tutup). Grup B: 10 pasien dengan ectropion paralitik

unilateral (10 kelopak). Grup C: 10 pasien dengan ectropion cicatricial, 9 pasien

unilateral dan 1 pasien bilateral (11 kelopak). Keadaan yang paling umum adalah

sayatan yang menetap, yang terlihat pada semua pasien, termasuk kelemahan

kelopak, lagophthalmos dan tidak bagus dari segi kosmetik. Tiga puluh lima

kelopak mata ectropion dikoreksi dengan hasil yang memuaskan dengan prosedur

pembedahan strip tarsal lateral sederhana, sementara enam kelopak mata lainnya

memerlukan prosedur operasi tambahan untuk memperbaiki sisa kelemahan kulit,

scleral yang terpapar dan ectropion residual. Prosedur tambahan yang umum

digunakan adalah eksisi kulit dan strip otot, tarsorraphy lateral dan perbaikan

parut pada ectropion cicatricial yang berat. Sebanyak 85% dari kasus ini

menunjukkan hasil dengan nilai estetika dan fungsional yang baik.

Page 2: Terjemahan Jurna Mata

Kesimpulan: Tarsal Lateral Strip adalah teknik sederhana yang dapat digunakan

dalam berbagai jenis ectropion. Teknik ini diharapkan mampu memperbaiki

kecacatatan dari segi anatomi, mempertahankan anatomi dasar dan menjaga

keutuhan jalur dan aliran air mata, dan memberikan nilai kosmetik dan fungsional

terbaik. Prosedur tambahan yang digunakan dalam penelitian kami adalah sugestif

dari peran yang sangat spesifik untuk tarsal lateralis sebagai pengobatan tunggal

dalam mengoreksi berbagai jenis ectropion kelopak mata. [Mohamed A. Marzouk,

Ayman A. Shouman, Ehab S.Elzakzouk dan M.Tarek A.Elnaggar. Lateral Tarsal

Strip teknik untuk koreksi ectropion kelopak mata bawah. Journal of American

Sains 2011; 7 (5) :394-405]. (ISSN:

1.545-1.003). http://www.americanscience.org.

Kata kunci: jalur Tarsal Lateral, malposisi, lumpuh; ectropion cicatricial

1. Introduksi

The tarsal lateral (LTS) strip adalah prosedur sederhana yang dapat

digunakan untuk memperbaiki kelemahan atau malposisi tendon canthal lateralis.

Sebagian besar kelemahan dan ectropion non-cicatricial disebabkan oleh

kelemahan atau pemanjangan tendon canthal lateral atau medial. Prosedur

pemendekan kelopak mata biasanya disertai dengan pemotongan bagian mid tarsal

kelopak mata, hal ini bisa mengakibatkan kecacatan, merusak jalur atau aliran air

mata yang mengakibatkan bergesernya punctum lakrimalis tanpa mengatasi

penyebab cacat. (1)Teknik Strip lateral diharapkan mampu memperbaiki

kecacatan dari segi anatomi, mempertahankan anatomi dasar, dan menjaga

keutuhan dari jalur dan aliran air mata.

Ectropion involutional merupakan bentuk ektropion yang paling sering

berakibat terjadi robekan, terpaparnya konjungtiva, hiperemis, dan fotofobia.

Ectropion yang tidak tertangani bisa menyebabkan terjadinya ulkus kornea,

walaupun kasusnya jarang. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya ektropion

involutional adalah proses degenerasi yang progresif pada jaringan fibrotik dan

elastik pada kelopak seiring bertambahnya usia. Hal ini mengakibatkan terjadinya

ketidakseimbangan antara kekuatan kelopak sehingga terjadi kelemahan, pada

kedua bagian yaitu horizontal (dasar tarsal dan orbicularis) dan vertikal (penarik

Page 3: Terjemahan Jurna Mata

kelopak mata bawah dan septum orbital), sehingga eversi terjadi lebih awal,

kemudian bagian medial dari kelopak akan keluar, akhirnya kelopak mata dalam

akan berbalik dan berakibat ektropion.

Penanganan medis dengan pelumas hanya meringankan gejala dalam

waktu sementara (2,3,4); tindakan pembedahan tetap tindakan andalan untuk

pengobatan permanent. (5-11). Prosedur operasi yang berbeda telah diperkenalkan

yang dapat memperlihatkan faktor-faktor patofisiologis yang dapat memberikan

hasil operasi yang lebih dapat diterima dengan baik. (11-27) Begitu banyak teknik

operasi meningkatkan pertanyaan apakah ada pembedahan yang dapat

menyembuhkan 100%. Hal ini secara umum dapat diterima, untuk hasil terbaik,

pembedahan harus dipusatkan pada kelemahan horizontal dan vertikal. (9, 10, 17,

18, 19, 20, 21, 24, 26, 28-33).

Pemantauan sangat sulit dilakukan pada kelompok usia lanjut karena

mungkin mereka sulit untuk menceritakan keluhan saat pemantauan, mereka bisa

bergerak, atau mereka mungkin meninggal. Seringkali pemantaun klinis terlalu

singkat untuk menentukan hasil jangka panjang. (11) Untuk memperbaiki

ektropion involusional, diperlukan tindakan pembedahan minimal, dan

morbiditas, agar menghasilkan effektifitas yang berkelanjutan. (34,35,36).

Pasien yang menderita keratitis akibat ektropion paralitik mengalami

masalah estetika dan fungsional pada matanya. Mereka mengalami disfungsi pada

retraksi kelopak mata atas dan bawahnya serta adanya kelemahan kelopak mata

secara horizontal yang mengakibatkan timbulnya ektropion pada kelopak mata

bawah, lagoptalmus, serta memiliki resiko tinggi terhadap timbulnya eksposure

keratopaty. Hal ini penting ketika terdapat anastesia kornea, serta berkurangkah

celah palpebra vertical yang diperlukan untuk mengurangi lagoftalmus.

Tujuan dari rehabilitasi pembedahan kelopak mata adalah untuk

mengurangi celah palpebra dan bukan untuk membuat palpebra telalu pendek dan

untuk memperbaiki proses penutupan kelopak , melicinkan permukaan ocular, dan

untuk memperbaiki nilai estetika dari pasien.

Teknik ini juga bermanfaat untuk kasus ektropion cicatrical ringan hingga

sedang, sebagai tindakan pembedahan tunggal atau pada kasus yang berat

diperlukan tindakan tambahan untuk mengurangi tarikan, yang menjadi sangat

Page 4: Terjemahan Jurna Mata

penting adalah mengembalikan kelopak ke posisi normal pada letak anatomis

serta memperbaiki fungsinya.

Pendekatan dari metode yang dilakukan untuk mengakses lingkaran bawah

orbita dan dasar dari orbita adalah pendekatan transkonjungtiva, subsiliaris,

subtarsal, dan subpalpebral, hal ini dilakukan untuk mengontrol trauma yang

dapat terjadi pada mata dan blepharoplastypada kelopak mata bawah. Semua

metode ini memilki kelebihan dan kekurangannya masing- masing dan pemilihan

metode yang digunakan tergantung pada penilaian operator ketika melakukan

tindakan. Apapun penyebabnya malposisi dari kelopak mata bawah akan

berakibat komplikasi jangka panjang. Malposisi akan mengakibatkan terjadinya

retraksi pada kelopak sehingga sklera inferior akan terpapar atau terjadinya frank

ektropion. Hasilnya secara kosmetik tidak dapat diterima dan dapat berakibat

terjadinya robekan, iritasi, dan gejala-gejala lain yang mengarah kepada keratitis.

Faktor-faktor yang berkontribusi dalam timbulnya malposisi tersebut terdiri dari

kelemahan horizontal kelopak mata bawah, terbentuknya jaringan parut pada kulit

dan bagian tengah lamella (septu, orbita). Untuk memperbaiki malposisi tersebut,

dapat dilakukan disinsersi pada kelopak mata bawah serta menggunakan bagian

lateral dari tarsus palpebra untuk memperkuat dan mengganti canthus lateral.

Prosedur ini memberikan support secara horizontal dan vertikal pada kelopak

mata bawah. Teknik lateral tarsal strip ini relatif sederhana dan dapat

memperbaiki malposisi post taruma.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hasil pembedahan

dari teknik LTS pada berbagai kasus ektropion.

2. Pasien dan Metode

Penelitian yang bersifat retrospektif ini menunjukkan hasil dari 30 pasien,

17 pria dan 13 wanita, dengan ektropion kelopak mata bawah, dengan kasus 11

bilateral dan 19 unilateral, sehingga totalnya adalah 41 kelopak mata, dimana

mereka telah menjalani tindakan lateral tarsal strip dari Januari 2008 hingga Juni

2010. Semua catatan hasil diperiksa untuk menentukan indikasi operasi,

management, hasil, komplikasi post operasi dan tingkat keberhasilan. Para pasien

telah menerima inform consent tentang prosedur pembedahan. Tiga puluh lima

Page 5: Terjemahan Jurna Mata

kelopak telah diperbaiki dengan tindakan pembedahan LTS sederhana, dimana

lima kelopak membutuhkan tindakan operatif tambahan untuk memperbaiki sisa

kelemahan kulit, sklera yang terpapar, dan ektropion residual.

Pasien dibagi dalam 3 kelompok yaitu :

Grup A : 10 orang pasien dengan ektropion involutional bilateral, 9 orang telah

dikoreksi dengan teknik LTS sederhana dan 1 orang membutuhkan prosedur

tambahan pada kulit dan eksisi otot.

Grup B : 10 orang pasien dengan kelemahan nervus fasialis , 9 orang telah

diterapi dengan tindakan LTS sederhana, dan 1 orang membutuhkan tindakan

tambahan yaitu lateral tarsorraphy (10 kelopak). Semua pasien telah mengalami

kelumpuhan nervus fasialis selama lebih dari 1 tahun dengan lagoftalmus dan

keratitis.

Grup C : 10 orang pasien dengan ektropion sikatrik, 9 pasien unilateral, dan 1

orang pasien bilateral (totalnya 11 kelopak). Dari keseluruhan, 8 pasien yang telah

menjalani operasi blepharoplasty karena ektropion sikatrik sedang, mengeluh

bahwa mereka memiliki tampilan yang kurang baik (tidak dapat diterima), terjadi

robekan, mata kemerahanm dan fotofobia, mereka telah ditangani dengan teknik

LTS sederhana. Diantaranya 2 pasien (3 kelopak) dengan ektropion sikatrik

setalah trauma berat, telah ditangani dengan rekonstruksi total pada kelopak mata

bawah dengan teknik LTS ditambah perbaikan jaringan parut.

Metode

Penilaian setelah operasi pada tiap-tiap pasien bergantung pada performa

standar. Detail dari setiap tindakan operasi yang dilakukan telah dikumpulkan,

efektifitas dari teknik lateral tarsal strip dinilai dari abolisi yang terjadi pada

kelopak mata bawah dengan menggunakan ibu jari yang menyebabkan

tertekannya jaringan lemak orbita, pemendekan dan pengangkatan kelopak mata

secara lateral memberikan masukan yang baik terhadap hasil yang ditimbulkan

oleh teknik operasi yang digunakan.

Berikut adalah test dan ukuran untuk menentukan keberhasilan operasi :

1. Lid Distraction Test : kelopak mata bawah dibawa ke arah sentral lalu

ditarik menjauh dari bola mata tanpa menimbulkan ketidak nyamanan dan

Page 6: Terjemahan Jurna Mata

jarak maksimumdari pemisahan kelopak mata bawah dari limbus bawah

diukur pada posisi primer.

2. Snap-Back Test : kelopak mata bawah ditarik ke bawah menjauhi bola

mata, lalu lepaskan. Pada keadaan normal kelopak akan kembali ke posisi

semula karena elastititasnya dalam waktu maksimal 1 detik setelah

dilepaskan. Jika ada penambahan jangka waktu, maka hitung waktunya.

Hasil yang positif dilihat dari kelemahan kelopak horizontal bawah,

percobaan ini dilakukan dengan menggunakan stopwatch.

3. Margin-reflex distance : jarak di antara tepi kelopak bawah dengan reflek

kornea berada pada posisi primer

4. Capsulopalpebral Fascia Disinsertion Sign : Posisi kelopak mata bawah

yang lebih tinggi pada resting position, gerakan kelopak mata bawah yang

tidak sempurna ketika melihat ke bawah, adanya pita horizontal berwarna

merah mda di sepanjang forniks kelopak mata bawah yang terlau dalam

serta tidak adanya lipatan palpebra bawah.

5. Rose Bengal Staining Test : gambaran kerato konjungtiva karena terpapar.

Nomor Pasien 30

Jenis kelamin Pria 17 pasien 56, 6 %

Wanita 13 pasien 43, 3 %

Umur (tahun) Rata-rata 59, 15 +/- 6,2 tahun

Jarak 40-60 tahun

Kelopak Mata Kanan 21 kelopak

Kiri 20 kelopak

Malposisi

Kelopak

Ektropion Involuntional 20 kelopak (10 bilateral)

Ektropion paralitik 10 kelopak ( 10 unilateral

Post operasi ektropion

sikatrik

8 kelopak ( 8 unilateral)

Ektropion sikatrik post

Trauma

3 kelopak ( 1 unilateral dan 1

bilateral )

Page 7: Terjemahan Jurna Mata

Diagnosa Klinis Nomor Pasien Prosedur Pembedahan

Ektropion Involutional 9 pasien 18 kelopak LTS

1 pasien 2 kelopak LTS + Skin Muscle Excision

Ektropion Paralitik 9 pasien 9 kelopak LTS

1 pasien 1 kelopak LTS + LT

Post Operasi Ektropion

sikatrik

8 pasien 8 kelopak LTS

Ektropion Sikatrik Post

Trauma

2 pasien 3 kelopak LTS + Scar Revision

LTS : Lateral Tarsal Strip LT : Lateral Tarsorraphy

Scar Revision : Scar Excision + Rotational flaps

Skin Muscle Excision : Removal of a horizontal skin and muscle strip

along the whole width of the lower lid 3-4 mm from the lower lid margin

Sembilan pasien dengan ektropion involuntional (18 kelopak) telah

dioperasi dengan teknik tersal lateral strip sebagai satu-satunya prosedur

untuk mengobati kelainan kelopak, satu pasien dengan ektropion

involuntional bilateral (2 kelopak) memerlukan tindakan pengangkatan

kulit dan otot horizontal sepanjang lebar kelopak sepanjang 3-4 mm dari

tepi kelopak untuk mencegah terjadinya penolakan dari bagian preseptal

dari otot orbicularis, pada pasien ini kelopak mata tebal dan bengkak, luka

dijahit dengan prolene 6-0 dan sisa jahitan dinilai bagus dari segi kosmetik

dan menambah efek lateral tarsal strip.

Sepuluh pasien dengan kelumpuhan nervus facialis telah ditangani

dengan teknik LTS, pada 1 kasus kami menerapkan LT untuk mengurangi

jarak antar palpebra vertikal. Teknik LTS meluruskan malposisi kelopak

mata bawah dengan sempurna. Pada 2 pasien dengan ektropion sikatrik

post trauma berat, dilakukan revisi jaringan parut dan rotasi flap, dimana

prosedur yang utama dilakukan untuk mengikat kembali kelopak mata

Page 8: Terjemahan Jurna Mata

pada tempatnya semula, revisi jaringan parut dan flap dilakukan untuk

menghilangkan tarikan dan karena alasan kosmetik, tapi hal ini tidak

cukup untuk memperbaiki malposisi kelopak mata bawah.

Pada delapan pasien dengan post operasi ektropion sikatrik sedang,

LTS menjadi prosedur yang sempurna. Semua operasi pada penelitian ini

dilakukan oleh ahli bedah senior yaitu Marzouk MA.

Metode Pembedahan

Operasi dilakukan dengan lokal anastesi pada 28 pasien dan

dengan general anastesi pada 2 pasien, salah satunya anak umur 4 tahun

yang tidak mampu menjalani lokal anastesi, dan pasien dengan deformitas

kelopak mata yang berat, dimana memerlukan tindakan operasi yang lama.

Lokal anastesi meliputi tetes mata tetracain pada konjungtiva dan

memasukkannya ke dalam subkutaneus pada kelopak mata bawah dengan

perbandingan 1:1 lidocaine 2 % dengan 1:200.000 epinephrine dan

bupivacain 0.5 %. Lateral canthus juga dimasukkan ke dalam periostium

kelopak mata bawah.

Canthotomy lateral dan inferior cantholylis awalnya dilakukan.

Tarsal Strip dibentuk dari kelopak mata lateral bawah dengan mengupas

jaringan muscokutaneus junction, lalu membersihkan epitel konjungtiva

posterior, membuat sayatan pada lamella, dan membuat garis insisi di atas

untuk membuat “tendon” dari dasar tarsus. Panjang dari tendon buatan ini

tergantung dari taksiran tekanan yang diinginkan untuk memperkuat

kelopak mata bawah. Tarsal strip dijahit pada lingkaran orbita lateral

internal dengan double-armed 5-0 polyglactin dengan membuat simpul

kecil pada tendon dan hingga 2 jahitan hingga akhir pada bagian orbita

internal dari lingkaran periostium lateral orbita. Tujuannya adalah agar

mengkoreksi secara sederhana ketinggian dari kelopak mata dengan

menjahit lebih superior dari sudut canthal lateral selama pemeliharaan

tekanan. Setelah jahitan disimpul, susunan canthal lateral dapat dicapai

dengan dilakukan penjahitan dengan 6-0 polyglactin. Poly glactin 6-0

Page 9: Terjemahan Jurna Mata

digunakan untuk menutup otot cantahal orbicularis lateral diikuti dengan

penutupan kulit dengan penjahitan menggunakan polyglactin 7-0.

Antibiotik topikal diberikan pada fornix konjungtiva inferior dan

pada tempat jahitan, dan pada bantalan kedua mata yang digunakan

sebagai pembalut tetap selama 24 jam. Pasien juga diinstruksikan untuk

memakai tetes mata tobramycine 4 kali sehari selama 3 minggu. Pasien

diminta untuk tidak menarik kelopak matanya ketika meneteskan obat,

karena hal tersebut dapat meningkatkan resiko dari dehisence. Penilaian

post operasi pada pasien adalah 1 minggu setelah keluar dari rumah sakit.

Kemudian pasien diperiksa kembali pada minggu ke 4, 8, 12, dan 24

minggu setelah operasi.

Semua pasien dipantau minimal 6 bulan untuk memastikan

kegagalan jangka panjang. Keberhasilan operasi ditentukan oleh resolusi

dari malposisi kelopak mata.

3. Hasil

Total keseluruhan pasien adalah 30 orang, 17 pria dan 13 wanita,

yang dibentuk dalam kelompok penelitian. Umur rerata adalah 59, 15 +/-

6, 2 tahun (jangka umur 40- 65 tahun). Rata- rata masa pemantauan adalah

24 minggu. Pasien dibagi dalam 3 kelompok :

Grup A : 10 pasien dengan ektropion involuntional bilateral (20 kelopak)

Grup B : 10 pasien dengan ektropion paralitik unilateral (10 kelopak)

Grup C : 10 pasien dengan ektropion sikatrik, 9 pasien unilateral dan 1

bilateral (11 kelopak).

Keadaan umum yang tampak adalah bekas sayatan yang menetap,

terlihat pada semua pasien, termasuk kelemahan kelopak, lagophthalmos

dan tidak bagus dari segi kosmetik. Tiga puluh lima kelopak mata

ectropion dikoreksi dengan hasil yang memuaskan dengan prosedur

pembedahan strip tarsal lateral sederhana, sementara enam kelopak mata

lainnya memerlukan prosedur operasi tambahan untuk memperbaiki sisa

kelemahan kulit, scleral yang terpapar dan ectropion residual. Prosedur

tambahan yang umum digunakan adalah eksisi kulit dan strip otot,

Page 10: Terjemahan Jurna Mata

tarsorraphy lateral dan perbaikan parut pada ectropion cicatricial yang

berat.

N.B : kami mengeluarkan 2 pasien dengan ektropion sikatrik berat (3

kelopak) dari perhitungan statistik karena mereka memiki ektropion

dengan ukuran abnormal mengarah pada kedaan fibrosis.

Pada preoperatif test dan ukuran telah dinilai dan dianalisa sebagai berikut;

- Lid Distraction test berkisar antara 14 hingga 15 mm dengan rata-rata

14,4 +/- 0,48 mm pada grup A, dan dari 14 hingga 16 mm denan rata-

rata 14,8 +/- 0,49 mm pada grup B dan dari 11 hingga 13 mm dengan

rata-rata 12,2 +/- 0,39 mm pada grup C.

- Snap Back test positif pada semua pasien, dimana kelopak tidak

menutup kembali kecuali saat berkedip pada Grup A, menutup mata

secara paksa pada Grup B, dan setelah berkedip berkali-kali pada Grup

C.

- Margin Reflex distance berkisar antara 4,0 hingga 4,5 mm dengan rata-

rata 4,25 +/- 0,25 mm pada semua grup.

- Capsulopalpebral fascia dehinsence sign : posisi kelopak mata bawah

yang lebih tinggi pada resting position, tidak mampu untuk mengikuti

gerakan dari tatapan ke bawah, dan fornik bawah diperhatikan pada

semua grup.

- Rose Bengal staining positif pada semua grup.

Enam bulan setelah operasi perbaikan ;

- Lid Distraction test berkisar dari 9 hingga 10 m dengan rata-rata 9,4

+/- 0,49 mm. Hasil test menunjukkan perbedaan yang significant

p<0,05 dibandingkan pre operatif, dihitung pada semua kelompok.

- Snap Back test berkisar antara 3 hingga 5 detik dengan rata-rata 3,8 +/-

0,94 detik. Hasil test sangat significant dibandingkan preoperative,

dihitung pada semua grup.

- Margin reflex distance berkisar antara 4,5 hingga 5,5 detik dengan rat-

rata 4.95+/- 0,36 mm. Hasil test sangat sigificant dibandingkan

preoperatif, dihitung pada semua grup.

Page 11: Terjemahan Jurna Mata

- Rose Bengal staining menurun pada semua grup, menandakan indikasi

hasil fungsional yang baik.

Fungsi dan nilai kosmetik dicapai sebanyak 28 pasien. Tidak ada komplikasi

mayor kecuali nyeri, dan kelenturan pada canthal lateral dimana akan berakhir

secara cepat (1 minggu). ‘

4. Pembahasan

Perubahan anatomis yang tidak teratur pada kelopak mata dapat

mengakibatkan ketidaknyamanan dan gangguan penglihatan. Kelopak mata

bawah diibaratkan jaring tenis. Jaring akan tetap tegak lurus dan kuat jika

ditopang oleh bagian horizontal dari tiangnya. Jika kekuatan dari bagian

horizontal berkurang, jaring akan longgar dan akan terlepas atau akan tergantung

pada angin. Tujuan dari management relaksasi adalah pemulihan bagian kelopak

horizontal medekati normal dengan kekuatannya. Anderson dan Gordy telah

menggambarkan lateral tarsal prosedur pada tahun 1979. Prosedur Lateral tarsal

strip digunakan terutama untuk kasus ektropion paralitik, aktropion atau entropion

involuntional, kelemahan atau malposisi tendon canthal ateral, phimosis

iatrogenic yang reccurent, ektropion atau entropion yang sudah diterapi dengan

tindakan pemendekan, dan elevasi canthal, secara pembedahan efektif pada

kelemahan kelopak mata.

Pada penelitian ini kami membagi 30 pasien ke dalam 3 grup berdasarkan

penyebab terjadinya ektropion, grup A : involuntional, grup B : paralitik, dan grup

C :sikatrikal ektropion. Kami menggunakan sederetan tes klinis untuk

mengevaluasi ektropion pada semua kasus.

Lid Distraction test berubah dari 12 hingga 14 mm sebelum dilakukan

LTS menjadi 9 hingga 10 mm, ketika dihitung 6 bulan setelah tindakan, dan hal

ini menunjukkan perbedaan yang significant. Snap Back Test sulit untuk dihitung.

Bagaimanapun kami menggunakan stopwatch untuk mengandalkan test ini. Snap

Back Test sebelum LTS pada grup A terjadi ketika berkedip, pada Grup B jika

menutup mata dengan paksa, dan pada grup C jika berkedip berulang-ulang kali.

Test inidilakukan kembali setelah 6 bulan, dan hasilnya menunjukkan Sanap Back

Test menjadi 3 hingga 5 detik, dan ini menunjukkan perbedaan yang significant.

Page 12: Terjemahan Jurna Mata

Margin refleks distance berubah dari 4,0-4,5 mm sebelum LTS menjadi 4,5-5,5

mm (dihitung 6 bulan setelah tindakan), dan ini juga menunjukkan hasil yang

significant.

Snap Back test mengukur refleks elastisitas dari kelopak mata, Lid

distraction test mengukur seluruh relaksasi kelopak, dan hilangnya Rose Bengal

menunjukkan permukaan yang tidak normal. Ini membuat Rose Bengal test

adalah test yang penting saat evaluasi preoperatif dengan kelemahan kelopak dan

dapat dievaluasi pada saat post operatif. Pada penelitian kami 1 orang pasien

dengan ektropion involuntional enjalani tindakan eksisi otot dan kulit dengan

lateral tarsal strip sebagai psosedur tambahan. Satu pasien dengan kelemahan

nervus fasialis memerlukan laterlar tasorraphy. Tarsal strip adalah tindakan

terbaik untuk melalukan skin graft pada kasus ektropion sikatrik. 2 orang pasien

telah menjalani full thickness skin graft dengan lateral tarsal strip. Lateral tarsal

strip adalah tindakan yang relatif sederhana dana jarang ditemukan komplikasi.

Keluhan yang pailing sering dikeluhkan adalah kelenturan, terdapat mukus, pada

regio canthal lateral, yang kami temukan pada semua pasien pada masa post

operasi. Komplikasi lainny seperti glanuloma pyogenis, abses sutura, dan wound

dehisence tidak kami temukan. Pasien yang telah menjalani prosedur Lateral tarsal

strip harus diperingatkan untuk menggosok atau menggaruk kelopak mata secara

berlebihansetela operasi, dan kami selalu memperingatkan hal tersebut pada

semua pasien. LTS adalah teknik yang sederhana, dan bisa digunakan untuk

berbagai jenis ksus ektropion, dan menghasilkan hasil terbaik dari segi kosmetik

serta fungsional. Beberapa tindakan tambahan digunakan pada penelitian ini

selain lateral tarsal strip sebagai tindakan tambahan untuk memperbaiki berbagai

tipe ektropion.

.

Page 13: Terjemahan Jurna Mata

Daftar Pustaka

1. Anderson RL. Tarsal strip procedure for correction of eyelid laxity and canthal

malposition in the anophthalmic socket. Ophthalmology 1981; 88:895-903.

2. Anderson RL. Medial Ectropion. Arch Ophthalmol 1979; 97:521.

3. Fox SA. Marginal (tarsal) Ectropion. Arch Ophthalmol 1960; 63:660.

4. Jones LT. The anatomy of the lower eyelid and its relation to the cause and cure

of entropion. Am J Ophthalmol 1960; 29–36.

5. Frueh BR, Schoengarth LD. Evaluation and Treatment of the patient with

Ectropion. Ophthalmology 1982; 89:1049.

6. Smith B, Bosniak S, Sachs M. The Management of Involutional Lower Lid

Ectropion. Adv Ophth Plas Reconstr Surg 1983; 2:287.

7. Wheeler JM. Spastic-entropion correction by orbicularis transplantation. Am J

Ophthalmol 1939; 22:477– 83.

8. Van der Meulen JC. Radical correction of senile entropion and ectropion. Plast

Reconstr Surg 1983; 71:318 –23.

9. Schaeffer AJ. Variation in the pathophysiology of involutional entropion and its

treatment. Ophthalmic Surg 1983; 14:653–5.

10. Carroll RP, Allen SA. Combined procedure for repair of involutional

entropion. Ophthal Plast Reconstr Surg 1991; 7:123–7.

11. Wright M, Bell D, Scott C, Leatherbarrow B. Everting suture correction of

lower lid involutional entropion. Br J Ophthalmol 1999;83:1060 –3.

12. Kirby DB. Surgical correction of spastic senile entropion. Am J Ophthalmol

1953; 36:1372– 80.

13. Wies FA. Spastic entropion. Trans Am Acad Ophthalmol Otolaryngol 1955;

59:503– 6.

14. Bick MV. Surgical management of orbital tarsal disparity. Arch Ophthalmol

1966;75:386 –9.

15. Schimek RA. Modification of buried horizontal suture for entropion. Am J

Ophthalmol 1970; 70:236 –9.

16. Jones LT, Reeh MJ, Wobig JL. Senile entropion. A new concept for

correction. Am J Ophthalmol 1972; 74:327–9.

Page 14: Terjemahan Jurna Mata

17. Collin JRO, Rathbun JE. Involutional entropion. A review with evaluation of a

procedure. Arch Ophthalmol 1978; 96:1058–64.

18. Dortzbach RK, McGetrick JJ. Involutional entropion of the lower eyelid. Adv

Ophthal Plast Reconstr Surg 1983; 2:257–67.

19. Wesley RE, Collins JW. Combined procedure for senile entropion.

Ophthalmic Surg 1983; 14:401– 5.

20. Nowinski TS. Orbicularis oculi muscle extirpation in a combined procedure

for involutional entropion. Ophthalmology 1991; 98:1250 –56.

21. Dresner SC, Karesh JW. Transconjunctival entropion repair. Arch Ophthalmol

1993; 111:1144–8.

22. Charonis GC, Gossman MD. Involutional entropion repair by posterior

lamella tightening and myectomy. Ophthal Plast Reconstr Surg 1996; 12:98 –103.

23. Mauriello JA Jr, Abdelsalam A. Modified corncrib (inverted T) procedure

with Quickert suture for repair of involutional entropion. Ophthalmology

1997;104:504 –7.

24. van den Bosch WA, Rosman M, Stijnen T. Involutional lower eyelid

entropion: results of a combined approach. Ophthalmic Surg Lasers 1998;29:581–

6.

25. Danks JJ, Rose GE. Involutional lower lid entropion. To shorten or not to

shorten? Ophthalmology 1998;105:2065–7.

26. O’Sullivan EP, Howe LJ, Barnes E, et al. Factors affecting the success rate of

the Quickert and Wies procedures for lower lid entropion [letter]. Orbit

1999;18:61–73.

27. Dalgleish R, Smith JLS. Mechanics and histology of senile entropion. Br J

Ophthalmol 1966;50:79 –91.

28. Fox SA. Relief of senile entropion. Arch Ophthalmol 1951; 46:424 –31.

29. Foulds WS. Surgical cure of senile entropion. Br J Ophthalmol 1961; 45:678–

82.

30. Hill JC, Feldman F. Tissue barrier modifications of a Wheeler II operation for

entropion. Arch Ophthalmol 1967; 78:621–3.

31. Schaefer AJ. Senile entropion. Ophthalmic Surg 1974; 5:33– 8.

Page 15: Terjemahan Jurna Mata

32. Leber DC, Cramer LM. Correction of entropion in the elderly: a muscle flap

procedure. Plast Reconstr Surg 1977; 60:704 –9.

33. Schaeffer AJ. Lateral canthal tendon tucks. Ophthalmology 1979; 86:1879–

82.

34. Dryden RM, Leibsohn J, Wobig J. Senile entropion. Pathogenesis and

treatment. Arch Ophthalmol 1978; 96:1883–5.

35. Saunders DH, Shannon GM, Nicolitz E. The “corncrib” repair of senile

entropion. Ophthalmic Surg 1980; 11:128 –30.

36. Jane M. Olver, Jonathan A. Barnes. Effective Small-incision Surgery for

Involutional Lower Eyelid Entropion. Ophthalmology Vo.107, No. 11, November

2000: 1982-1988.

37. Leatherbarrow B, Collin JR. Eyelid surgery in facial palsy. Eye 1991; 5:585–

90.

Journal of American Science, 2011;7(5)

http://www.americanscience.org

http://www.americanscience.org [email protected] 405

38. Becker FF. Lateral tarsal strip procedure for the correction of paralytic

ectropion. Laryngoscope 1982; 92:382– 4.

39. Tucker SM, Santos PM. Survey: Management of paralytic lagophthalmos and

paralytic ectropion. Otolaryngol Head Neck Surg 1999; 120:944 –5.

40. Frueh BR, Su CS. Medial tarsal suspension: a method of elevating the medial

lower eyelid. Ophthal Plast Reconstr Surg 2002; 18:133–7.

41. Lydia Chang, Jane Olver. A Useful Augmented Lateral Tarsal Strip

Tarsorrhaphy for Paralytic Ectropion. Ophthalmology Volume 113, Number 1,

January 2006: 84-91.

42. Holtmann B, Wray RC, Little AG. A randomized comparison of four incisions

for orbital fractures. Plast Reconstr Surg 1981; 67:731–7.

43. Bahr W, Bagambisa FB, Schlegel G, Schilli W. Comparison of transcutaneous

incisions used for exposure of the infraorbital rim and orbital floor: a retrospective

study. Plast Reconstr Surg 1992; 90: 585–91.

Page 16: Terjemahan Jurna Mata

44. Manson PN, Ruas E, Iliff N, Yaremchuk M. Single eyelid incision for

exposure of the zygomatic bone and orbital reconstruction. Plast Reconstr Surg

1987;79:120 6.

45. Waite PD, Carr DD. The transconjunctival approach for treating orbital

trauma. J Oral Maxillofac Surg 1991; 49:499–503.

46. Anderson RL, Gordy DD. The tarsal strip procedure. Arch Ophthalmol 1979;

97:2192–6.

47. Jordan DR, Anderson RL. The lateral tarsal strip revisited: The enhanced

tarsal strip. Arch Ophthalmol 1989; 107:604–6.

48. A.C. Salgarelli, P. Bellini, A. Multinu, B. Landini, U. Consolo: Tarsal strip

technique for correction of malposition of the lower eyelid after treatment of

orbital trauma. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery 2009; BJOM-

3034; 1-4.

49. Olver JM. Surgical tips on the lateral tarsal strip. Eye 1998; 12:1007–12.

50. Marius A. Scheepers, et al: A Randomized Controlled Trial Comparing

Everting Sutures with Everting Sutures and a Lateral Tarsal Strip for Involutional

Entropion. Ophthalmology Volume 117, Number 2, February 2010, 352-355.

51. J. A. Barnes, C. Bunce, Jane M. Olver: Simple Effective Surgery for

Involutional Entropion Suitable for the General Ophthalmologist. Ophthalmology

Volume 113, Number 1, January 2006: 92-97.