terapi komplementer

25
TERAPI KOMPLEMENTER A. Pengertian Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional. Terapi Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional (WHO). B. Perkembangan Terapi Komplementer Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer – alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil penelitian tahun 2010 telah digunakan oleh 40% dari penduduk Indonesia. C. Rumah Sakit Terapi Komplementer di Indonesia Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik yang telah menetapkan kewenangan terhadap 12Rumah Sakit Pendidikan untuk melaksanakan pelayanan pengobatan komplementer, dintaranya : 1. RSUP Sanglah Denpasar 2. RSUD Dr. Pringadi Medan 3. RSUP Persahabatan Jakarta 4. RS Kanker Dharmais Jakarta 5. RSUD Saiful Anwar Malang 6. RSUD Dr. Soetomo Surabaya 7. RS TNI AL Mintoharjo Jakarta 8. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 9. RSUP Prof. Dr. Kandau Menado 10. RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten 11. RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo 12. RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar D. Tujuan Terapi Komplementer Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk

Upload: julia-dewi-eka-gunawati

Post on 30-Dec-2015

368 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

ggg

TRANSCRIPT

TERAPI KOMPLEMENTER

A.      PengertianTerapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai

pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.

Terapi Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional (WHO).

B.      Perkembangan Terapi KomplementerBerdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer – alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil penelitian tahun 2010 telah digunakan oleh 40% dari penduduk Indonesia.

C.     Rumah Sakit Terapi Komplementer di IndonesiaBerdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik yang telah

menetapkan kewenangan terhadap 12Rumah Sakit Pendidikan untuk melaksanakan pelayanan pengobatan komplementer, dintaranya :

1.         RSUP Sanglah Denpasar 2.         RSUD Dr. Pringadi Medan3.         RSUP Persahabatan Jakarta4.         RS Kanker Dharmais Jakarta5.         RSUD Saiful Anwar Malang6.         RSUD Dr. Soetomo Surabaya7.         RS TNI AL Mintoharjo Jakarta8.         RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta9.         RSUP Prof. Dr. Kandau Menado 10.     RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten 11.     RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo12.     RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo MakassarD.     Tujuan Terapi Komplementer

Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.

E.      Jenis – Jenis Terapi Komplementera.         Nutrisi (Nutritional Therapy);b.         Terapi herbal (Herbal Therapy);c.         Terapi psiko – somatik (Mind – Body Therapy)d.         Terapi spiriyual berbasis doa (Spiritual Therapy Based on Prayer) F.      Metode Terapi Komplmentera.         Yoga;b.         Akupuntur;c.         Pijat refleksi;

d.         Chiropractic;e.         Tanaman obat herbal;f.           Homeopati, natuopati;g.         Terapi polaritas atau reiki;h.         Tekhnik – tekhnik relaksasi;i.           Hipnoterapi, meditasi dan visualisasi.

G.     Obat – Obat yang Digunakan dalam Terapi Komplmentera.          Bersifat natural yaitu mengambil bahan dari alam, seperti jamu – jamuan, rempah yang sudah

dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya).b.         Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses

penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan.

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk  dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :

1. Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.

2. Terapi  hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.

3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

         sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki kompetensi.         Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi.         Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari

Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus.Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk mengatasi

berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak  perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.

Pada beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini pun mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak metode pengobatan konvensional. Terapi komplementer ini juga dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan para dokter lainnya. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan konvensional dan pengobatan komplementer ini bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik.

Di Indonesia, Rumah Sakit Kanker “ Dharmais “ Jakarta merupakan satu dari 4 rumah sakit yang telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan dan mengembangkan pengobatan komplementer ini. Untuk saat ini, pengobatan komplementer yang sudah tersedia adalah pengobatan akupunktur medik. Sedangkan untuk terapi menggunakan herbal medik sedang dalam persiapan. 3 rumah sakit lain yang dipercaya untuk terapi pengobatan komplementer oleh Departemen Kesehatan adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, dan Rumah Sakit Kandouw Manado.Sumber : http://argitauchiha.blogspot.com/2010/12/terapi-komplementer.html

PENGOBATAN ALTERNATIF & KOMPLEMENTER

Dalam buku tersebut, dituliskan definisi pengobatan alernatif dan komplementer sebagai berikut: Pengobatan Alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak dilakukan oleh

paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang menguasai keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis.

Pengobatan Komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvesional/medis.

Menurut  National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) Pengobatan di atas dapat dikategorikan menjadi 5 kategori yang kadangkala satu jenis pengobatan bisa mencakup beberapa kategori.  (Wikipedia-Alternative Medicine)   Sistemnya adalah:

1. Alternative Medical System/ Healing System – non medisterdiri dari Homeopathy, Naturopathy, Ayurveda dan Traditional Chinese Medicine (selanjutnya disingkat TCM)

seven chakras-ayurveda2. Mind Body Intervention

terdiri atas Meditasi, Autogenics, Relaksasi Progresif, Terapi Kreatif, Visualisasi Kreatif, Hypnotherapy, Neurolinguistik Programming (NLP), Brain Gym, dan Bach Flower Remedy.

3. Terapi Biologisterdiri dari Terapi Herbal, Terapi Nutrisi, Food Combining, Terapi Jus, Makrobiotik, Terapi Urine, Colon Hydrotherapy.

4. Manipulasi Anggota Tubuhterdiri atas Pijat/Massage, Aromatherapy, Hydrotherapy, Pilates, Chiropractic, Yoga, Terapi Craniosacral, Teknik Buteyko.

5. Terapi Energiterdiri dari Akupunktur, Akupressur, Refleksiologi, Chi Kung, Tai Chi, Reiki, dan Prana healing.

Sedangkan untuk pengobatan konvensional maupun pilihan diagnosa ada pula yang dilakukan seperti pengobatan alternatif :hyperbaric oxygen chamberPengobatan konvensional/medis – Gaya alternatifterdiri atas Terapi khelasi, Terapi Oksigen Hiperbarik, dan EECP.

Diagnosa Alternatifmelalui Foto aura, Iridologi, Radiestesi, Kinesiologi, dan Diagnosa TCMSumber : http://rumahherbalku.wordpress.com/2009/02/08/pengobatan-alternatif-komplementer-bersambung-bag-1/

--

SOP MEDITASI

RELAKSASI MEDITASI Banyak Perawat yang belum memahami bagimana membantu pasien mengurasi stress dan mengurangi rasa nyeri tanpa obat.Relaksasi meditasi merupakan terapi komplemen yang mudah dilakukan oleh siapa saja.Relaksasi meditasi merupakan bentuk pelayanan keperawatan dari aspek psikososial-spiritual

Meditasi diartikan sebagai proses pemusatan perhatian, yang menyebar menjadi satu perhatian, yang dilakukan secara sadar. Dengan meditasi, seseorang bisa belajar menjalani hidup dengan baik atas dasar keinginannya sendiri dan mencoba mengatasi masalah yang dihadapi

Meditasi adalah suatu usaha untuk mencapai keadaan yang disebut trance/hening ( stop thinking ), sehingga otak mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kondisi yang tidak seimbang ( homeostasis ).

Pada saat menghadapi stressor, maka otak ( hipothalamus ) akan mengirimkan sinyal tanda bahaya pada organ tubuh melalui syaraf untuk mengadakan serangkaian perubahan dalam tubuh seperti jantung, hormon, otot dan alat pernafasan.

Cocok untuk pasien asma dengan kategori tertentu, namun tetap tidak cocok untuk pasien asma kronis. Dan harus tetap dilakukan secara rutin.

CARA MENGISTIRAHATKAN OTAK$ Relaksasi.$ Meditasi

PROSES DALAM TUBUH DALAM KONDISI MEDITATIF# Penggunaan oksigen dalam tubuh sangat kecil.# Tubuh akan mengeluarkan endomorphin.# Proses homeostasis oleh otak.# Proses regenerasi sel.# Masuk dalam kesadaran jiwa.

TAHAPAN PROSES MEDITASIFase orientasi.Fase Relaksasi.Fase trance.Fase Terminasi.

FASE ORIENTASISelf evaluation.Bina trust dengan pasien.Eksplorasi perasaan pasien.Lakukan Konseling untuk meningkatkan sugesti/motivasi pasien.Siapkan pasien untuk pasrah kepada Tuhan.

FASE RELAKSASIDuduk / tidur telentang.Konsentrasi.Merasakan.

FASE TRANCEHening.Berdo’a sesuai dengan kebutuhan.Pasrah.

FASE TERMINASIUcapkan terima kasih kepadaTuhan karena telah mendapat bantuan dari Tuhan.Pertahankan kondisi meditatif dalam keadaan mata dibuka.

TEHNIK RELAKSASI MEDITASIDuduk dengan santai.Tatap satu titik satu meter didepan anda hingga mata anda merasa perih, tahan hingga tidak mampu lagi menahan perih dan biarkan mata anda menutup sendiri.

Tarik nafas dalam melalui hidung dan niatkan dalam hati bersamaan dengan menarik nafas untuk menarik energi penyembuhan dari sekitar kita.Keluarkan nafas pelan melalui hidung, bersamaan dengan itu keluarkan energi melalui telapak kedua kaki. Lakukan secara berulang-ulang ( 3 x).Tarik nafas dalam , keluarkan energi melalui kedua telapak tangan. Lakukan berulang-ulang sebanyak 3 kali.Tarik nafas dalam , keluarkan energi melalui ubun-ubun. Lakukan berulang-ulang sebanyak 3 kali.Tarik nafas dalam , keluarkan energi ke seluruh tubuh. Lakukan berulang-ulang sebanyak 3 kali.Berdo’a kepada Tuhan, “ Tuhan berikanlah penyembuhan pada diri saya”. Kemudian rasakan energi dari atas kepala masuk kedalam tubuh anda dan menyapu bersih semua energi negatif dalam diri anda. Biarkan energi ilahi membersihkan energi negatif, sementara anda pasrah kepada Tuhan dengan fokus pada hati nurani anda.

TEHNIK TIDUR RELAKSASILakukan posisi tidur telentang dan pejamkan mata.Kendorkan semua organ tubuh mulai kaki sampai ujung kepala.Fokuskan pikiran anda pada kedua kaki anda.Rasakan energi masuk mulai ujung ibu jari anda.Biarkan energi naik ke mata kaki, betis, lutut, paha hingga ujung kepala.Biarkan energi mengalir terus mulai ujung kaki hingga ujung kepala.Anda pasrah kepada Tuhan biarkan Tuhan mengobati diri anda.Kalau anda ngantuk , biarkan anda tertidur dengan nyenyak.

EKSPLORASI PERASAANRelaksasi.Kembali pada masa lalu yang menyakitkan.Menyadari bahwa masalah tsb merupakan bagian dari kehidupan dan terima apa adanya.

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER - KONSEP PRANA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGGUNAAN PRANA

Penyembuhan dengan Prana tak hanya bisa menanggulangi penyakit fisik, tetapi juga masalah

emosi, psikologis dan juga spiritual. Hal itu dikarenakan kualitas energi Prana membentuk pribadi dan

diri manusia. Energi Prana mempengaruhi cara orang berfikir, mempengaruhi seseorang dalam

bertindak, mempengaruhi dalam mengambil keputusan dan mempengaruhi kehidupan seseorang secara

holistik.

Prinsip-prinsip dasat transfer energi merupakan konsep ilmiah, dapat diterapkan dalam kasus

penyembuhan prana dimana energi prana yang digunakan untuk mempengaruhi reaksi dalam tubuh,

dengan demikian menyembuhkan penyakit apapun yang ada dalam tubuh. Konsep dasar adalah bahwa

ketika seseorang menderita penyakit, prana atau tingkat energi terpengaruh. Penyembuhan Prana

membantu seseorang untuk memulihkan energi vitalnya dengan bekerja pada chakra prana pasien dan

aura.

Penyembuhan Prana bekerja pada dua hukum dasar – hukum pemulihan diri dan hukum energi

kehidupan. Hukum pemulihan diri menyatakan bahwa tubuh memiliki kekuatan atau kemampuan untuk

menyembuhkan dirinya sendiri sedangkan hukum energi kehidupan menegaskan bahwa energi

kehidupan atau prana dapat digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan. Proses

penyembuhan prana menegaskan bahwa energi prana benar-benar dapat mempengaruhi reaksi kimia

dalam tubuh untuk menyembuhkan penyakitnya.

1.2 PROSES PENYEMBUHAN MELALUI PRANA

Penyembuhan prana dapat digunakan untuk kondisi gangguan spiritual, psikologis dan fisik. Seperti

dengan mengobati pasien melalui aura mereka. Pengobatan ini sangat non-invasif. Penyembuhan Prana

disebut sebagai sumber terapi alternatif selain penggunaan obat.

Praktisi akan menggunakan tangan mereka untuk menyerap dan menyalurkan prana itu ke daerah-

daerah di mana energi aura pasien yang sakit, menghilangkan energi buruk dan menggantinya dengan

energi segar. Hasilnya sering langsung. Karena penyembuhan Prana bekerja pada “tubuh energi”, ia

mampu mengambil gangguan potensial atau penyakit sebelum mereka terwujud dalam pasien. Setiap

sesi pengobatan disesuaikan dengan kondisi dan kombinasi spesifik warna energi dan getaran yang

digunakan untuk efek pengobatan atau penyembuhan.

Sementara penyembuhan prana dapat dilakukan secara mandiri atau digabungkan dengan

pengobatan kedokteran modern. Jika Anda menderita masalah serius atau persisten, praktisi akan

mendorong Anda untuk konsultasi dengan dokter serta melanjutkan pengobatan secara medis.

1.3 DAMPAK TERAPI PRANA

1. Dampak Positif

Menyembuhkan gangguan fisik atau psikologis kronis dan akut

Dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang dan membantu untuk mencapai tujuan, dan makmur

dalam pribadi maupun kehidupan professional

Membantu untuk menanamkan sejumlah spiritualitas dalam praktisi dari bentuk terapi

2. Dampak Negative

Sampai saat ini, belum ditemukan adanya efek samping setelah seseorang di terapi dengan

energi prana. Akan tetapi, penanganan menggunakan energi prana yang kurang tepat, mampu memicu

gangguan penyakit ringan seperti telinga berdengung, muncul alergi dan beberapa anggota tubuh

seperti jari kelingking tangan kesemutan. Oleh sebab itu, jika ingin mendapatkan pengobatan dengan

energi prana pastikan praktisi yang didatangi merupakan praktisi yang telah bersertifikat nasional dan di

keluarkan oleh asosiasi prana ternama, seperti dari Asosiasi Prana Indonesia. dan jika ingin belajar

penyembuhan dengan prana, pastikan untuk mencari seorang guru pembimbing yang kompeten dan

telah berpengalaman.

BAB II

KONSEP TEORI

2.1 PENGERTIAN PRANA

Prana adalah istilah sansekerta yang berarti energi vital atau daya hidup yang memberikan

kehidupan bagi seluruh alam semesta termasuk kehidupan manusia. Prana adalah universal. Di China

disebut Chi, di Jepang Ki, di Yunani Pneuma, di Polynesia Mana, dan dalam bahasa Ibrani disebut dengan

Ruah yang kesemuanya mempunyai arti yang sama yaitu ‘Nafas Kehidupan’.

Prana merupakan energi yang berorientasi terhadap makrosmos. Contoh dari energi-energi yang

termasuk dalam kelompok ini adalah : Reiki, Ling Chi, Karuna, Seichim, Prana (Choa Kok Sui), Drisana,

Neriya, Golden Triangle, Ra-Sheeba, dan lain-lain.

2.2 KONSEP DASAR PENYEMBUHAN PRANA

Dalam ilmu pengobatan kuno, terdapat lima tingkatan kemampuan penyembuhan:

1. Tingkat Pertama

Tingkat ini disebut tuena. Penyembuh menggunakan tangannya untuk mengurut dan memijat. Hal ini

disebut juga dengan acupressure. Ini merupakan kemampuan tingkat pertama.

2. Tingkat Kedua

Pada tingkat ini, penyembuh menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan (herbal), kadang juga

menggunakan ramuan yang berasal dari hewan serta mineral untuk menyembuhkan pasien.

3. Tingkat Ketiga

Pada tingkat ini, penyembuh menggunakan teknik akupunktur dan moxibustion. Menggunakan jarum

untuk memperlancar aliran energi.

4. Tingkat Keempat

Pada tingkat ini penyembuh menggunakan akupunktur sambil memproyeksikan chi pada jarum,

meridian dan organ dalam. Ini merupakan teknik penyembuhan tingkat tinggi, di China untuk menguasai

teknik penyembuhan ini membutuhkan waktu bertahun-tahun.

5. Tingkat kelima

Merupakan kemampuan penyembuhan tingkat tertinggi, dilakukan dengan cara mengalirkan chi tanpa

menggunakan jarum ataupun kontak fisik. Energi chi dialirkan dari jarak dekat maupun jarak jauh,

misalnya dari daerah satu ke daerah lainnya. Dalam kebudayaan China dan India kuno, teknik

mengalirkan energi chi atau prana dalam jarak dekat maupun jarak jauh tanpa merasa lelah ini pada saat

itu sangat dijaga kerahasiaannya dan hanya sangat sedikit orang yang mampu melakukannya.

2.3 INDIKASI

Indikasi dari terapi perana ini antara lain:

a. Bagi Terapis

1. Terapis tidak tertular atau tidak terkontaminasi penyakit pasien, karena praktisi tidak menyentuh pasien

dan ntidak menarik energi negatif dari tubuh pasien.

2. Terapis hanya menyalurkan energi positif selanjutnya energi positif ini bekeja mencari energi negatif

yang terbanyak di dalam tubuh pasien dan mendorong keluar dari tubuh pasien.

3. Terapis tidak akan kelelahan atau kehabisan tenaga, karena hanya menyalurkan .

4. Terapis tidak mengolah maupun menahan nafas.

5. Semakin sering terapis melakukan penyambuhan atau penyaluran energi akan semakin baik sirkulasi

energi positif didalam diri praktisi tersebut.

b. Bagi Pasien

1. Mampu mengoptimalkan metabolisme, kebugaran dan stamina tubuh secara jasmani.

2. Mampu mencapai tingkat kesehatan spiritual atau rohani tubuh yang lebih baik dan sehat.

3. Mampu mencapai tingkat kecerdasan tubuh secara jasmani dan spiritual atau rohani yang lebih baik.

4. Untuk aplikasi penyembuhan dan pemulihan tubuh (baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain).

5. Ketika penyembuhan dengan prana di kolaborasikan dengan pengobatan medis. Kesembuhan pasien

bisa 2-3 kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan pengobatan hanya menggunakan obat medis saja.

2.4 KONTRAINDIKASI

Ada banyak sumber dari alam yang menghasilkan prana, tetapi tidak semua sumber dapat

bermanfaat baik untuk tubuh kita (baik secara jasmani dan, ataupun rohani). Oleh karena itu pasien

yang akan melakukan terapi prana sebaiknya memilih terapis yang berpengalaman atau yang telah kita

percayai.

PROSEDUR TINDAKAN

PENERAPAN METODE PRANA KEPADA PASIEN

Menurut Pusat Pelatihan dan Penyembuhan Reiki dan Ling-Chi

1. TAHAP PERSIAPAN

a. Persiapan Alat

Tempat tidur, atau

Kursi dengan sandaran

b. Persiapan Lingkungan

Tempat nyaman dan tenang agar klien dapat rileks

c. Persiapan Pasien

1) Dalam posisi duduk

Pakai kursi yang ada sandarannya

Alas kaki dilepaskan telapak kaki langsung menyentuh lantai

Telapak tangan terbuka, letakan di atas paha

Duduk punggung tegak lurus, jangan bersandar

Mata dipejamkan

Pasien berdoa sesuai agama dan kepercayaan sendiri lalu pasrah

2) Dalam posisi berbaring atau tidur

Usahakan posisi punggung dan kepala luruh atau datar, jangan pakai bantal

Telapak tangan terbuka menghadap ke atas di letakan di samping tubuh

Mata dipejamkan

Pasien berdoa sesuai agama dan kepercayaan sendiri lalu pasrah

2. TAHAP PELAKSANAAN

1) Cuci tangan

2) Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa

3) Senyum agar klien dapat rileks

4) Posisi terapis dibelakang pasien

5) Membuka cakra mahkota dan aura sendiri

6) Membuka cakra mahkota dan aura pasien

7) Salurkan energi positif dengan cara merentangkan tangan 3-5 cm di atas bahu pasien (tidak menyentuh

pasien)

8) Rileks, jangan tergesa-gesa

9) Niatkan penyembuhan terjadi lalu pasrah

10) Bila selesai (setelah 10-15 menit)

11) Tutup aura pasien

12) Tutup aura sendiri dilanjutkan dengan doa sesuai dengan agama dan keyakinan sendiri

13) Sampaikan kepada pasien untuk buka mata secara perlahan, gerakan jari-jari kedua tangan perlahan-

lahan, lalu berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan pasien

14) Jangan menutup cakra mahkota pasien

15) Berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa

16) Mencuci tangan

PANTANGAN:

1) Jangan melakukan terapi dalam keadaan emosi atau marah

2) Terapis tidak boleh mendiagnosa penyakit pasien

DAFTAR PUSTAKA

http://annunaki.me/produk/layanan-terapi-aura-dan-prana/

http://id.prmob.net/prana/kausal-tubuh/weda-1350733.html

http://pranaindonesia.wordpress.com/artikel-prana/manfaat-penyembuhan-prana/

http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/artikel/seberapa-besar-manfaat-pengobatan-alternatif

TERAPI SPIRITUAL DOA

Saat ini perkembangan terapi di dunia kesehatan sudah berkembang kearah pendekatan keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubunganya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. WHO telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan. Keempat unsur kesehatan tersebut adalah sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial dan sehat spiritual. Klesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural). Kesehatan spiritual sangat berpengaruh terhadap koping yang dimiliki individu. Semakin tinggi tingkat spiritual individu, maka koping yang dimiliki oleh individu tersebut juga akan semakin meningkat. Sehingga mampu meningkatkan respon adaptif terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut. Peran tenaga kesehatan adalah bagaimana mampu mendorong klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap perubahan yang terjadi pada individu tersebut.

DEFINISI

MEMASYARAKATKAN TERAPI SPIRITUAL Pengertian terapi spiritual adalah sebuah terapi dengan pendekatan terhadap kepercayaan yang dianut oleh klien, pendekatan ini dilakukan oleh seorang pemuka agama dengan cara memberikan pencerahan, kegiatan ini dilakukan minimal 1 kali seminggu untuk semua klien dan setiap hari untuk pasien. Terapi spiritual berbeda dengan berdoa, doa tersebut ditiupkan disebuah gelas berisi air minum kemudian meminta klien meminum air tersebut, meskipun sama - sama menggunakan sebuah perilaku dalam sebuah agama atau kepercayaan tetapi akan sangat berbeda dengan terapi spiritual.

Terapi spiritual lebih cenderung untuk menyentuh satu sisi spiritualitas manusia, mengaktifkan titik godspot dan mengembalikan klien ke sebuah kesadaran darimana dia berasal, alasan mengapa manusia diciptakan, tugas - tugas yang harus dilakukan manusia didunia, beberapa hal yang pantas dilakukan didunia, hal - hal yang tak pantas dilakukan didunia, mengembalikan manusia ke kesucian, mengembalikan sebuah kertas yang berisikan tulisan tinta kembali menjadi selembar kertas putih.

Terapi spiritual dalam bentuk massal dilakukan disebuah ruangan tertentu, pembicara yang sudah menguasai komunikasi terapeutik memberikan pencerahan tentang hakekat mengapa manusia diciptakan, mengenalkan tujuan manusia diciptakan dll, pencerahan - pencerahan ini bertujuan mengurangi manusia terhadap keinginan dan memprioritaskan kebutuhan, meskipun kebutuhan bagi setiap orang itu berbeda tetapi minimal dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia maka terapi ini akan membantu manusia kembali ke kesadaran awal.

Terapi spiritual juga bisa dilakukan dalam bentuk bimbingan individu, terapi dilakukan oleh satu perawat dengan satu pasien, perawat membacakan sesuatu yang harus ditirukan oleh klien kemudian perawat meminta klien membaca bacaan tertentu sebanyak beberapa kali, selain itu membimbing klien dalam proses ibadah, meski mengalami gangguan jiwa beberapa klien masih memiliki satu kesadaran terkait dengan spiritualitas.

Memasyarakatkan terapi spiritual bertujuan menreduksi lamanya waktu perawatan klien gangguan jiwa, memperkuat mentalitas dan memperkuat konsep diri klien, seorang penderita gangguan jiwa berasal dari persepsi yang salah terkait dengan dirinya, orang lain dan lingkungan, dengan terapi spiritual maka klien akan dikembalikan persepsinya terkait dengan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan

INDIKASI DAN KONTAINDIKASI

Jiwa manusia sekarang lebih diartikan sebagai pikiran dan alam perasaan manusia akan eksistensinya, makna hidupnya, menyerahkan dan mendekatkan diri pada Tuhannya. Maka mulailah terapi spiritual, yang dulu di jaman demonologi (gangguan jiwa karena setan) dalam sejarah psikiatri pernah menjadi terapi pokok pada gangguan mental, kembali dipertimbangkan sebagai upaya terapi selain terapi-terapi lain pada gangguan mental psikotik dan nonpsikotik. Masalahnya pada psikotik, ego dan pikiran rasional (penalaran) runtuh, timbul waham, halusinasi dan kerusakan daya nilai realitas, sehingga ini harus diperbaiki dulu dengan obat-obat antipsikotik sebelum terapi spiritual yang membutuhkan abstraksi itu bisa dijalankan.

Berpikir abstrak, konseptual, menilai realitas, jelas membutuhkan kesadaran. Apakah kesadaran itu? Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima rangsang sensorik panca indra, minilai realitas dan orientasi, mengingat pengalaman yang lalu maupun sekarang. Kesadaran bisa dipandang dua hal. Kuantitatif, yaitu orientasi terhadap orang, waktu, tempat, situasi, bila baik disebut composmentis : dan kualitatif, untuk menilai realitas sekitar, yang bila terganggu nampak seperti mimpi atau berkabut. Kesadaran bisa terganggu oleh gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.

Untuk terapi spiritual gangguan mental bisa dibagi dua golongan besar saja, yaitu nonpsikotik dan psikotik. Untuk non psikotik banyak jenisnya, seperti gangguan cemas, gangguan somatoform, depresi,gangguan kepribadian, dll. Sedang gangguan psikotik adalah : (1) Skizofrenia (5 tipe); (2) Gangguan Afektif Berat dengan gejala psikotik ( Bipolar manik dan Depresi Berat); (3) Skizoafektif; (4) Psikosis Polimorfik Akut; (5) Gangguan Waham Menetap; (6) Psikosis Non Organik lainnya; dan (7) Gangguan Psikotik Organik.

Mengapa pada gangguan psikotik (skizofrenia) terapi spiritual tidak bisa langsung dikerjakan? Bahkan merupakan

kontraindikasi? Ciri gangguan psikotik adalah : ego yang collaps atau disfungsi, penalaran runtuh, adanya waham (pikiran terdistorsi), halusinasi (pendengaran, visual, penciuman, tactil) , gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), tingkah laku kacau atau katatonik, gangguan daya nilai realitas, da tidak adanya kesesuaian antara pikiran dengan perasaan dan tindakan. Karena hal itu semua maka pada psikotik, penderita tidak mampu mengarahkan kemauannya secara sadar, tidak mempunyai tilikan diri, dan tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pemberian terapi spiritual akan diinterpretasikan secara salah karena gejala-gejala itu semua berpengaruh kuat pada proses pikirnya. Misalnya, akan timbul rasa bersalah atau berdosa dan tidak berguna, yang berlanjut ke usaha bunuh diri. Atau munculnya kembali waham paranoid karena merasa mau ”dijejali” ide-ide agama oleh musuh-musuhnya secara terencana.

-Pasien dengan penyakit akut tidak dapat dilakukan terapi spiritual meditasi.

Meditasi yang benar adalah memperbaiki aura

-manipulasi energi keperawatan komplementer energi.

Apa syarat terapi spiritual bisa dikerjakan untuk pasien-pasien psikotik (skizofrenia)? Yaitu ; (1) bila dengan pengobatan antipsikotik selama 2-4 mg, gejala-gejala waham, halusinasi, inkoherensi dan tingkah laku kacau (gaduh gelisah) sudah mereda; (2) ego dan penalaran sudah mulai berfungsi kembali sehingga interpretasi terhadap ide-ide sudah tepat; (3) status mental tidak rentan/rapuh atau emosi sudah stabil; (4) bila perlu dengan skor Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) yang sudah minimal.

Seperti apakah variasi pasien psikotik yang siap menerima terapi spiritual? Misalnya : (1) skizofrenia tak terinci (F20.3) yang sudah membaik, sudah lebih 6 bulan tidak ditengok atau diambil keluarganya; (2) pasien masuk dengan gejala samar skizofrenia residual, pasif apatis, keluarga hanya tidak mau merawatnya di rumah dengan alasan apapun; (3) pasien psikotik yang waham dan halusinasinya sudah reda, tapi masih impulsif dan cenderung lari pulang; (4) pasien depresi berat dengan gejala psikotik yang waham dan halusinasinya sudah reda meski harus hati-hati karena terapi spiritual bisa menyulut waham bersalah dan berdosanya; (5) psikosis polimorf akut (E23.0) yang dalam 3-5 hari sudah reda gaduh gelisah dan halusinasinya, tapi keluarga belum berani mengambil..

Terapi spiritual ada dua jenis, individual dan kelompok. Yang individual berarti suatu psikoterapi religius. Psikoterapi dengan memasukkan unsur-unsur religius. Yang kedua berbentuk kelompok. Mungkin seperti psikoterapi kelompok tapi memakai unsur keagamaan. Untuk kedua jenis ini berarti harus ada interaksi antara terapis dengan pasien. Bagi yang kelompok, saya usulkan dua model. Pertama, dalam bentuk ceramah keagamaan (religius) intensif untuk 15-20 pasien psikotik (setelah diseleksi, tidak seluruh pasien satu bangsal). Dengan memberi kesempatan pasien bertanya atau memancing pertanyaan. Model yang kedua sama dengan yang pertama tapi ditambah kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, doa, dzikir, pengkajian ayat-ayat suci.

Bagaimana substansi materi keagamaan yang cocok untuk diberikan sebagai terapi spiritual bagi pasien-pasien psikotik? Sebaiknya materi yang bersifat : (1) ajaran keagamaan yang tidak terlalu dogmatis, memvonis atau menghukum, penuh larangan, ancaman siksa neraka, dll; (2) ajaran agama (firman Tuhan, sabda Nabi, hadist) yang memberi tuntunan untuk berbagai tindakan dalam kehidupan sehari-hari; (3) ajaran keagamaan yang menyejukkan, bisa menetralisir konflik, memberi solusi problematika dalam kehidupan sehari-hari; (4) ajaran keagamaan yang mendekatkan diri pada Tuhan, memasrahkan diri dengan ichlas, tabah dan tawakal, memberi harapan dan pencerahan rochani.

Larson dkk (1982) dalam Dadang Hawari (2001) melaksanakan penelitian tentang terapi spiritual untuk pasien skizofrenia di RSJ. Mereka membandingkan keberhasilan terapi pada dua kelompok pasien skizofrenia. Kelompok pertama mendapat terapi konvensional (psikofaramaka) dan lain-lain tapi tidak mendapat terapi sipitual (keagamaan). Kelompok kedua mendapat terapi konvensional dan lain-lain dan mendapat terapi spiritual. Kedua kelompok tersebut dirawat di RSJ yang sama. Hasil penelitian ini cukup bermakna bahwa : (1) gejala klinis gangguan jiwa skizofrenia lebih cepat hilang pada kelompok kedua yang mendapat terapi spiritual; (2) pada kelompok kedua lamanya perawatan lebih pendek daripada kelompok pertama; (3) pada kelompok kedua, hendaya (impaiment) lebih cepat teratasi daripada kelompok pertama; (4) pada kelompok kedua kemampuan adaptasi lebih cepat daripada kelompok pertama. Terapi spiritual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian pada Tuhan, ceramah keagamaan dan kajian kitab suci.

Dalam diskusi, saya usulkan penelitian ini bisa ditiru dan diulang kembali disini, dengan memakai instrumen Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) oleh para psikiater dan instrumen kesiapan pasien pulang oleh para perawat sebelum dan sesudah penelitian dikerjakan. Diambil 30 pasien skizofrenia dan 30 pasien skizofrenia untuk kontrol, yang sudah di matching, di seleksi dari sekitar 800 pasien yang tersebar di 26 bangsal RSJ Magelang. Untuk lama perawatan tidak relevan, karena di kebanyakan RSJ lama perawatan ditentukan oleh ”kesediaan” keluarga untuk mengambil pasien pulang. Meski pasien sudah baik dan dinyatakan boleh pulang, bila keluarga tak pernah menengok dan disurati tiga kali tak pernah datang, pasien akan tetap dirawat meski sudah lebih dari setahun.

Muncul kritik dari para perawat terhadap materi dari guru keperawatan yang menyamakan terapi spiritual sebagai terapi modalitas. Terapi spiritual tidak tepat bila dianggap sebagai terapi modalitas, kata para perawat yang tahu benar terapi modalitas itu. Muncul pula pertanyaan, kita ini bukan ahli agama, ulama, atau rochaniwan, bagaimana mungkin harus memberikan terapi spiritual? Ini dijawab, bahwa para ulama, rochaniwan, tidak menghadapi, merawat dan memikirkan pasien skizofrenia. Yang ”bergulat” setiap hari merawat skizofrenia adalah para perawat dan psikiater, jadi kitalah yang harus memberikan terapi religious itu dengan mempelajari ilmu agama masing-masing.