teodas titrasi redoks

23
 H 2 C 2 O 4  dan KMnO 4  C 2 O 4 -2  + MnO 4 -  2CO 2  + Mn 2+  Reduksi : MnO 4 - Mn 2+  Oksidasi : C 2 O 4 -2 2CO 2 Reduksi : MnO 4 - + 8H +  = 5e - Mn 2+  + 4H 2 O (x2) Oksidasi : C 2 O 4 -2 2CO 2  + 2e -  (x5) Reduksi : 2MnO 4 - + 16H +  = 10e - 2Mn 2+  +8H 2 O Oksidasi : 5C 2 O 4 -2 10CO 2  + 10e -  2MnO 4 + 16 H + + 5C 2 O 4 -2 2Mn 2+ +8H 2 O + 10CO 2  Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secar luas dalam analisa titrimetrik.Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks.Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi sy arat untuk digunakan dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak (Underwood, 1995). Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena  berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian, agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi (Rivai, 2006): 1. Harus tersedia pasan gan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stoikiometris. 2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempunaan 99,9%). 3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai. Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan  bilangan oksidasi.Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu  berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu senyawa, tidak kepada

Upload: astri-sulastri

Post on 09-Oct-2015

237 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Teodas Titrasi Redoks

TRANSCRIPT

H2C2O4dan KMnO4C2O4-2+ MnO4- 2CO2+ Mn2+Reduksi : MnO4- Mn2+Oksidasi : C2O4-22CO2

Reduksi : MnO4-+ 8H+= 5e- Mn2++ 4H2O (x2)Oksidasi : C2O4-22CO2+ 2e- (x5)

Reduksi : 2MnO4-+ 16H+= 10e- 2Mn2++8H2OOksidasi : 5C2O4-210CO2+ 10e-2MnO4+ 16 H++ 5C2O4-2 2Mn2++8H2O + 10CO2Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secar luas dalam analisatitrimetrik.Ion-iondari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks.Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak (Underwood, 1995).Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian, agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi (Rivai, 2006):1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stoikiometris.2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempunaan 99,9%).3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi.Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu senyawa, tidak kepada atomnyasaja.Jikasuatu reagen berperan baik sebagai reduktor dan oksidator, maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2003).Potensial sistem redoks merupakan peubah yang paling khas yang berubah selama berlangsungnya titrasi redoks.Karena itu, harga potensial yang diukur dapat dirajah pada kertas grafik sebagai fungsi volume pentiter yang ditambahkan sehingga memperolehkurva titrasiredoks.Darikurva itu ddapat diperoleh informasi yang berguna untuk penilaian titrasi redoks. Sedanngkan kurva titrasi teoretis dapat dibuat berdasarkan persamaan Nersnt, yaitu hubungan antara potensial elektroda baku kedua pasangan redoks dan kesetimbangan massanya. Biasanya kurva teoretis ini bersesuaian dengan kurva yang diperoleh dengan percobaan. Karena itu kurva teoretis ini sangat berguna untuk meramalkan ketelitian pengukuran, memilih indikator, dan memilih persyaratan titrasi yang sesuai (Rivai, 2006).Banyak sekali metode volumetri yang berprinsipkan pada transfer elektron. Pemisahan oksidasi-reduksi menjadi komponen-komponennya, yaitu reaksi separuhnya ialah cara untuk menunjukkan masing-masing spesies yang memperoleh maupun kehilangan elektron. Reaksi oksidasi-reduksi bersala dari transfer langsung elektron dari donor ke akseptor. Bermacam reaksi redoks dapat digunakan untuk analisis titrasi volumetri asalkan kesetimbangan yang tercapai setiap penambahan titran dapat berlangsung dengancepat.Dandiperlukan juga adanya indikator yang mampu menunjukkan titik ekivalen stoikiometri dengan akurasi yang tinggi.Banyak titrasi redoks dilakukan dengan menggunakan indikator warna. Dua setengah reaksi untuk setiap sistem titrasi redoks selalu dalam kesetimbangan pada seluruh titik setelah mulainya titrasi, sehingga potensial reduksi untuk separuh sel adalah identik pada seluruh titik. Sedangkan potensial sel yaitu E sel berubah selama titrasi, perubahannyaspesifik.Padasekitar titik ekivalen perubahan potensial adalah yang paling besar.Variasi E sel dengan volume titran menunjukkan bahwa sismtem titrasi redoks dapat digunakan untuk menentukan titrasi yang sulit ditentukan titik ekivalennya.Karena informasi mengenai laju atau mekanisme reaksinya tidak ada maka potensial elektroda dapat berperan sebagai petunjuk mengenai kondisi kesetimbangan. Banyak reaksi redoks yang berlangsung lambat, sehingga sering digunakan suatu katalis untuk mempercepatnya. Kurva titrasi dapat dibuat dengan mengalurkan potensial sel terhadap volume titran (Khopkar, 2003).Dalam banyak prosedur analitis, analitnya memiliki lebih dari satu kondisi oksidasi sehingga harus dikonversi menjadi satu kondisi oksidasi tunggal sebelum titrasi.Sebuah contoh yang sering kita jumpai adalah penentuan besi dalam suatu bijih besi. Begitu bijih besi tersebut dilarutkan, besi akan hadir baik dalam keadaan oksidasi +2 maupun keadaan oksidasi +3. Besi tersebut harus direduksi seluruhnya ke kondisi +2 sebelum penitrasian dengan sebuah larutan standar dari sebuah agen pengoksidasi.Reagen redoks yang dipergunakan dalam langkah pendahuluan ini harus dapat mengkonversi analit dengan cepat dan sempurna ke dalam kondisi oksidasi yang diinginkan.Kelebihan dari reagen ini biasanya ditambahkan, dan kita harus dapat membuang kelebihan tersebut sehingga kelebihan tersebut tidak bereaksi dengan titrannya dalam titrasi selanjutnya (Underwood, 1995).Bromatometri merupakan salah satu metode oksimetri dengan dasar reaksi reduksi dari ion bromat (BrO3-).BrO3-+ 6 H++ 6 e Br-+ 3 H2ODari persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalent sama dengan 1/6 gram molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karena kepekatan ion H+berpengaruh terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromida (Br-) (Wunas, 2003).Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator yangkuat.Hanyasaja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat (Wunas, 2003).Sejumlah agen pereduksi, seperti arsenik (III), antimon (III),besi (II), dan sulfida-sulfida serta disulfida-disulfida organik tertentu dapat dititrsi secara langsung dengan sebuah larutan kalium bromat. Reaksinya dengan arsenik (III) adalahBrO3-+ 3 HAsO2Br-+ 3 HAsO3Larutannya biasanya sekitar 1M dalam asam klorida. Titik akhir dari titrasinya ditandai dengan hadirnya bromin, sesuai dengan reaksiBrO3-+ 5 Br-+ 6 H+ 3 Br2+ 3 H2OKehadiran bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi.Beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk memberikan perubahan warna telah dipelajari. Perubahan warna ini biasanya tidak reversibel, dan kita harus berhati-hati agar kita bisa mendapatkan hasil-hasil yang baik. Ada tiga indikator yang diketahui berperilaku reversibel: -naphthoflavone, quinoline kuning, danp-ethoxychrysoidin. Indikator-indikator ini tersedia secara komersil (Underwood, 1995).Iodimetri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor, seperti misalnya natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara langsung.2 I-I2+ 2 eIodimetri dapat juga dilakukan dengan cara penambahan larutan iodin baku berlebihan, dan kelebihan larutan iodin dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat baku.I2+ 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6Iodometri adalah analisa titrimetri secara tidak langsung untuk zat-zat oksidator seperti garam besi (III), temabaga (II), dimana zat-zat oksidator ini direduksi lebih dulu dengan kalium iodida, dan iodin yang dihasilkan dalam jumlah yang setara ditentukan kembali larutan natrium tiosulfat baku, contohnya seperti tembaga (II) sulfat direaksikan dengan kalium iodida (Wunas, 2003).Larutan kalium pemanganat dapat dibakukan dengan mudah, dan konsentrasinya tetap dalam jangka waktu yang lama bila diperhatikan baik-baik cara-cara pembuatan dan pengawetannya.Reaksi ion permanganat dalam air dapat berlangsung cepat.Kalium permanganat dapat juga bertindak sebagai indikator bila dipakai dalam titrasi, karena kelebihan sedikit saja dari kalium permanganat menyebabkan larutan berwarna merah ungu (Wunas, 2003).Metode permanganometri didasarkan atas reaksi reduksi ion permanganat.Oksidasi ini dapat dijalankan dalam suasana netral, asam, ataupun alkalis (Wunas, 2003).DAFTAR PUSTAKADitjenPOM, 1979.Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III, Departemen Kesehatan RI:Jakarta.DitjenPOM, 1995.Farmakope Indonesia, Edisi Ke-IV, Departemen Kesehatan RI:Jakarta.Khopkar. 2003.Konsep Dasar Kimia Analitik.UI-Press: Jakarta.Rivai, H. 2006.Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press: Jakarta.Underwood. 1995.Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta.Wunas, Y. 2003.Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Universitasi Muslim Indonesia: Makassar.Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menetukan laju reaksi dan juga faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya laju reaksi.Adapun faktor faktor yang mempengaruhi jerjadinya laju reaksi adalah sebagai berikut: Sifat PereaksiSalah satu factor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan ada juga yang kurang reaktif. Misalnya saja bensin lebih cepat terbakar daripada minyak tanah. Demikian juga logam Natrium bereaksi cepat dengan air. Sedangkan logam magnesium lambat. Konsentrasi PereaksiDua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan terjadinya tabrakan antar molekul sehingga akan mempercepat jalannya reaksi. Akan tetapi harus bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi meningkatkan laju reaksi. Karena laju reaksi juga dipengaruhi oleh faktor lain yang akan diterangkan pada pasal. SuhuHampir semua reaksi menjadi lebih cepat apabila terjadi peningkatan suhu, karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan energi tabrakan bertambah besar. KatalisLaju suatu reaksi dapat ( umumnya dipercepat) dengan menambahkan zat yang disebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organik, termasuk dalam organisme. Katalis dalam organisme disebut enzim yang dapat mempercepat proses terjadinya reaksi di dalam tubuh( Syukri, 1999 : 468-469).Laju keseluruhan dari suatu reaksi kimia pada umumnya bertambah jika konsentrasi satu pereaksi atau lebih dinaikkan. Hubungan antara laju dan konsentrasi dapat diperoleh dai data eksperimen.Untuk reaksi: aA + bB ProdukDiperoleh bahwa laju reaksi dapat berbanding lurus dengan [A]xdan [B]yLaju = [A]x[B]yDisebut hukum laju atau persamaan laju, dengan k adalah tetapan laju x dan y merupakan bilangan bulat, pecahan atau nol.Reaksi adalah orde ke x terhadap A, orde ke y terhadap B, dan (a+y) adalah orde reaksi keseluruhan (Hiskia,1992 : 161).Laju reaksi suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai fungsi konsentrasi zat zat pereaksi yang berperan serta dalam reaksi tersebut.Mekanisme reaksi merupakan factor yang sangat berperan pada penetuan tingkat reaksi suatu reaksi kimia. Mekanisme ini tiidak dapat ditentukan hanya dengan meninjau saja, melainkan harus ditentukan secara experimental. Oleh karena itu tingkat reaksi suatu reaksi kimia harus ditentukan percobaan. Dalam percobaab kali ini akan ditentukan tingkat reaksi :5C2O42-(L)+ 2MnO4- (L)+ 16 H+ 10CO2 (L)+8H2O(L) + 2Mn2+Jika reaksi ini merupakan reaksi tingkat m terhadap H2C2O4dan tingkat n tehadap KMnO4, maka laju reaksi dinyatakan dalam persamaan:R = K [H2C2O4]m [KMnO4]nAndaikan suatu reaksi mempunyai tingkat reaksi n terhadap suatu zat pereaksi, maka laju pereaksinya akan sebanding dengan konsentrasi n dan berbanmding terbalik dengan waktu (t).r Cnr 1/tdimanaC = konsentrasin = tingkat reaksit = Waktu( Team Kimia Fisik, 2009 : 11).Kecepatan reaksi adalah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi terhadap waktu, jadi -dc/dt. Tanda minus menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu bertambah. Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada temperature tetap, berbanding lurus dengan konsentrasi pengikut pengikut ketiga dan masing masing berpangkat sebanyak molekul dalam persamaan reaksi. Jumlah molekul pereaksi yang ikut dalam reaksi disebut Molekul Aritas. Jumlah molekul pereaksi yang konsentrasinya menentukan kecepatan reaksi, disebut tingkat reaksi. Molekularitas dan tingkat reaksi tidak selalu sama. Sebab tingkat reaksi tergantung dari mekanisme reaksinya. Di samping itu juga perlu diketahui bahwa molekularitas selalu merupakan bilangan bulat. Sedangkan tingkat reaksi dapat pecahan bahkan nol (Sukardjo, 1989 : 324-325).Hiskia, 1992.Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung : ITB.Syukri, 1999.Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.Sukardjo, 1989.Kimia fisika.Yogakarta : Rineka Cipta.

Reaksi reduksi oksidasi atau reaksi redoks berperan dalam banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi redoks dapat berguna bagi pembakaran bahan bakar minyak bumi, dan digunakan juga sebagai cairan pemutih. Selain itu, sebagai unsure logam dan nonlogam diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi atau reduksi. Contohnya dalam reaksi pembentukan kalsium oksida (Cao) dari kalsium dan oksigen. 2Ca(s) + O2(g)2CaO(s)Kalsium oksida (CaO) adalah senyawa ionic yang tersusun atas ion Ca2+dan O2-. Dalam reaksi pertama, dua atom Ca memberikan atau memindahkan empat electron pada dua atom O (dalam O2). Agar lebih mudah dipahami, proses ini dibuat sebagai dua tahap terpisah, tahap yang satu melibatkan hilangnya empat electron dari dua atom Ca dan tahap lain melibatkan penangkapan empat electron oleh molekul O2. 2Ca2Ca2++ 4e- O2 + 42O2-Setiap tahap diatas dapat disebut sebagai reaksi setengah sel ( hal-reaction), yang secara eksplisit menunjukkan banyaknya electron yant terlibat dalam reaksi. Reaksi setengah sel yang melibatkan hilangnya electron disebut reaksi oksidasi. Istilah Oksidasi pada awalnya berarti kombinasi unsur dengan oksigen. Namun, istilah itu sekarang memiliki arti yang lebih lua. Reaksi setengah sel yang melibatkan penengkapan electron disebut reaksi reduksi. Dalam contoh diatas, kalsium bertindak sebagai zat pereduksi karena memberikan electron pada oksigen dan menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen tereduksi bertindak sebagai zat pengoksida Karena menerima electron dari kalsium dan menyebabkan kalsium teroksidasi. Dalam persamaan reaksi redoks tingkat oksidasi harus sama dengan tingkat reduksi yaitu jumlah electron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah electron yang diterima oleh suatu zat pengoksida (Raymond, Chang,2005). Definisi tentang oksidasi dan reduksi dapat juga dikembangkan menjadi pengertian yang lebih luas dan jelas Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu electron atau lebih dari dalam zat ( atom, ion atau molekul ). Bila suatu unsur dioksida, keadaan oksidasinya berubah ke harga lebih positif. Suatu zat pengoksidasi diartikan sebagai zat yang memperoleh electron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Reduksi, sebaliknya adalah suatu proses yang melibatkan diperolehnya satu electron atau lebih dari suatu zat ( atom, ion atau molekul ). Bila suatu unsure direduksi, keadaaan oksidasi berubah menjadi lebih negative ( kurang positif ). Jadi zat pereduksi merupakan zat yag kehilangan electron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan, maupun gas. Sejumlah besar reaksi oksidasi dan reduksi akan dicantumkan diantara reaksi yang digunakan untuk identifikasi ion. Beberapa contoh zat pengoksidasi kuat adalah KMnO4.1.Kalium permanganat (KMnO4), merupakan zat padat cokelat tua yang merupakan pengoksidasi kuat, yang bekerja berlainan menurut pH dari medium. Dalam suasana asam, ion pemanganat direduksi menurut proses 5 elektron, Mn berubah dari +ke +2,MnO4-+ 8H++5Mn2++ 4H2Odalam suasana netral atau setengah basa permanangat direduksi jadi mangan dioksida. MnO4-+ 4H++ 3MnO2+ 2H2O2.Logam seperti zink, besi, dan aluminium, seringkali logam ini digunakan sebagai bahan pereduksi. Kerja logam ini disebabkan oleh pembentukan ion, biasanya ion itu ada dalam keadaan oksidasi terendah, Contohnya :ZnZn2++ 2FeFe2++ 2 AIAI3++ 3( G. Svehla, 1990 ).a. Bilangan OksidasiSuatu unsur dapat bergabung dengan unsure lain membentuk senyawa dengan valensi tertentu. Istilah valensi dikemukakan oleh Wichelhaus yang artinya jumlah ikatan suatu unsure terhadap yang lainnya. Dalam menentukan valensi unsur, kita harus menuliskan struktur molekul senyawa terlebih dahulu. Oleh karena itu, cara ini kurang praktis dan sebagai gantinya ditemukan cara bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi suatu unsure adalah muatan suatu atom dalam senyawa, seandainya semua electron yang dipakai bersama menjadi milik atom yang lebih elektronegatif. Contohnya molekul H2O, karena O2lebih elektronegatif maka ia kelebihan dua electron dari dua hydrogen. Akibatnya bilangan oksidasi oksigen = -2 dan hydrogen = +1. Bilangan oksidasi dapat positif atau negative. Nilai itu bukan merupakan hasil percobaan melainkan merupakan perjanjian. Perjanjian atau atau aturan dalam menentukan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut :1.Setiap unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0, Contohnya H2,Fe, He, S8, dan P42.Hidrogen dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1, Contohnya HCI, H2SO4dan HCIO4.3.Oksigen dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi -2 Contohnya H2O, HIVO3dan NOH.4.Unsur-unsur golongan alkali ( IA ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1, Contohnya NaCI, KOH, dan Li2SO4.5.Unsur-unsur golongan dikali tanah ( II A ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +2 contohnya CaO, BaCO, dan SrSO4.6.Ion Fluar ( F ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi -1, Contohnya Hf, LIF, dan CaF2.7.Sebuah ion mempunyai bilangan oksidasi sama dengan muatannya Contohnya C1-=-1, SO42-=-2, dan Ca+2=2.8.Senyawa netral mempunyai bilangan oksidasi 0 contohnya HCI = 0, KBr = 0, dan Na2SO4= 0.Dari aturan diatas dapat ditentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam senyawa tanpa menuliskan struktur molekulnya. Bilangan oksidasi berguna dalam menuliskan rumus senyawa antara ion positif dan ion negative. Rumus harus sedemikian rupa sehingga bilangan oksidasi senyawa adalah 0 atau jumlah muatan negatf dan positifnya sama ( Syukri S, 1999 ) .

b. Penggunaan Bilangan OksidasiDalam reaksi redoks, ada beberapa perbedaan dalam bidang oksidasi atau keadaan oksidasi atau keadaan oksidasi ( istilah ini digunakan untuk memperlihatkan sesuatu yang saling mengubah ) dari dua atau lebih suatu unsure. Perhatikan suatu reaksi yang melibatkan magnesium dan oksigen. 2Mg + O22MgO 0 0 +2 -2Dimana ditulis bilangan oksidasinya dibawah nama senyawa tesebut, terlihat bahwa bilangan oksidasi Mg berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan oksidasi 0 berubah dari 0 menjadi -2. Dengan demikian, oksidasi Mg diikuti oleh bertambahnya bilangan oksidasi ( bertambah maksudnya disini adalah bilangan oksidasi Mg menjadi lebih positif ). Reduksi O2sebaliknya diikuti oleh berkurangnya bilangan oksidasi 0 menjadi kurang positif atau kurang negatif.Dengan demikian, hal ini memberikan kita cara yang lebiih umum untuk mendefinisikan oksidasi dan reduksi yang berkaitan dengan perubahaan bilangan oksidasi. Berdasarkan perubahan bilangan oksidasinya, oksidasi adalah bertambahnya bilangan oksidasi dan reduksi adalah berkurangnya bilangan oksidasi.Untuk tetap konsisten dengan definisi sebelumnya, senyawa Pengoksidasi adalah zat yang direduksi, dan senyawa pereduksi adalah zat yang dioksidasi ( James E. Brady,1987 )c. Menyeimbangkan Persamaan Oksidasi ReduksiAdasatu cara untuk menyeimbangkan persamaan oksidasi-reduksi. Cara ini disebut metode setengah reaksi atau electron ion. Pendekatan cara lainnya berdasarkan pada definisi oksidasi dan reduksi dalam hubungannya dengan bilanganoksidasi disebut metode perubahaan bilangan oksidasi. Metode electron ion atau setengah reaksi, terdiri dari beberapa tahap. Dalam metode ini setengah persamaan oksidasi dan reduksi ditulis terpisah kemudian digabungkan menjadi persamaan keseluruhan yang seimbang. Beberapa tahap dalam metode electron ion atau setengah reaksi antara lain :Tahap 1 : Identifikasi spesies yangterlibat dalam perubahan bilangan oksidasi dan tulislah rangka setengah reaksi melibatkan penambahan bilangan oksidasi. Reduksi setengah reaksi melibatkan pengurangan bilangan oksidasi. Contohnya pada reaksi sulfite dan Peermanganat SO3-2+ H++Mn04SO42-+ Mn2++ H2OOksidasi : SO3-2SO42-Reduksi : Mn04Mn2+Tahap 2 : Seimbangkan Jumlah atom dari tiap persamaan. Untuk mendapatkan jumlah atom yang sama perlu ditambahkan H2O dan H+( untuk suasana asam ) danOH-( untuk suasana basa, pada sisi yang kekurangan O )Oksidasi :SO32-+H2OSO42-+2H+Reduksi : MnO4-+8H+Mn2++4H2OTahap 3 : Seimbangkan muatan listrik dari tiap setengah persamaan. Pada sisi kanan setengah persamaan oksidasi ditambahkan sejumlah electron agar kedua sisi memiliki muatan keseluruhan yang sama. Lakukan hal yang sama untuk reduksi, penambahan electron disebelah kiriOksidasi : SO3-2+ H2OSO42-+ 2H++ 2 ( Muatan keseluruhan tiap sisi, -2 )Reduksi : MnO4-+ 8H++ 5Mn2++ 4H2O ( Muatan keseluruhan tiap sisi +2 )Tahap 4 : Dapatkan persamaan oksidasi-reduksi keseluruhan dengan menggabungkan kedua setengah pesamaan. Kalikan electron oksidasi dengan electron reduksi agar electron dalam pesamaan dapat saling menghapuskan.

Electron tidak boleh terlihat pada suatu persamaan keseluruhan. Pada contoh ini oksidasi dikalikan 5 dan reduksi dikalikan 2.Oksidasi : 5SO32-+ 5H2O5SO4-2+ 10H++ 10 Reduksi : 2MnO4-2+ 16H++ 102Mn+2+ 8H2O 5SO3-2+5H2O + 2MnO4-+ 16 H+5SO4-2+10H+ +2 Mn2++ 8H2OTahap 5 : Sederhanakan, Bila persamaan keseluruhan mengandung spesies yang sama pada kedua sisinya yang jumlahnya lebih sedikit. Kurangi lima H2O dari tiap sisi persamaan keseluruhan pda langkah 4, dengan demikian akan tersisa 3 H2O pada sisi kanan, Serta pengurangan 10 H+dari tiap sisi sehingga tinggal 6 H+pada sisi kiri. 5SO3-2+ 2MnO4-+ 6 H+5SO4-2+ 2 Mn2++ 3H2OTahap 6 : Teliti persamaan keseluruhan yang telah selesai. Pastikan bahwa persamaan keseluruhan seimbang, baik jumlah atom yang ada dalam pesamaan maupun jumlah elektronnya. Pada contoh terebut dapat dilihat jumlah electron kiri dan kanan adalah -6 (Ralph H. Petrucci, 1987).

DAFTAR PUSTAKABrady, James. E. 1987.Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi 5. Binarupa Askara :Jakarta Chang, Raymond. 2005.Kimia Dasar Konsep Konsep Inti. Jilid 1. Edisi 3Erlangga :Jakarta Pttrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Edisi 4 . Jilid 3.Erlangga :Jakarta S.Sukri . 1990.Kimia Dasar 1. ITB : Bandung Svehla, G. 1990.Analisis Anorganik Kualitatif .PT Kaman Media Pustaka :Jakarta

Titrasi redoksadalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analit harus bersifat reduktor atau sebaliknya (Hamdani, S: 2011).Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi antara analit dan titran. Analit yang mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran berupa larutan standar dari oksidator atau sebaliknya. Berbagai reaksi redoks data digunakan sebagai dasar reaksi oksidimetri, misalnya penetapan ion besi(II), Fe2+dalam analit dengan menggunakan titran larutan standar cesium(IV), Ce4+yang mengikuti persamaan reaksi Fe2++Ce4+ Fe3++ Ce3+Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Sepertinya akan menjadi tidak mungkin bisa mengaplikasikan titrasi redoks tanpa melakukan penyetaraan reaksinya dulu. Selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah. Perlu diingat dari penyetaraan reaksi kita akan mendapatkan harga equivalen tiap senyawa untuk perhitungan (Hamdani, S: 2011).Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuatkurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant (potensiomteri), atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat (Hamdani, S: 2011).Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan indicator (Hamdani, S: 2011).1. B.Macam-macam Titrasi RedoksBerdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri dan permanganometri.1. 1.Iodimetri dan IodometriTitrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung), dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai oksidator, sedangkan dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor. Baik dalam iodometri ataupun iodimetri penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya I2yang bebas. Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk mentitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan dapat distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat. Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut larutan baku primer, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan zat secara seksama yang digunakan untuk standarisasi suatu larutan karena zatnya relatif stabil. Selain itu, pembakuan juga bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer, karena sifatnya yang labil, mudah terurai, dan higroskopis (Khopkar, 1990).Day & Underwood (2002) dalam Steven (2012) mengatakan syarat-syarat larutan baku primer yaitu : Mudah diperoleh dalam bentuk murni Mudah dikeringkan Stabil Memiliki massa molar yang besar Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometri sehingga dicapai dasr perhitungan.Teknik ini dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine dengan natrium tiosulfat. Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi dibawah iniI2+ 2 e 2 I- Eo = + 0,535 voltSifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa dan berwarna merah pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi redoks dapat diikuti dengan menggunaka indikator amilosa atau amilopektin.Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut dengan titrasi iodimetri. Namun titrasi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan iodida, dimana larutan tersebut diubah menjadi iodine, dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat, titrasi tidak iodine secara tidak langsung disebut dengan iodometri. Dalam titrasi ini digunakan indikator amilosa, amilopektin, indikator carbon tetraklorida juga digunakan yang berwarna ungu jika mengandung iodine.Day & Underwood (2002) dalam Steven (2012), larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat.1. 2.PermanganometriPermanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan standar Kalium permanganat. Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam suasana asam maupun dalam suasana basa. Dalam suasana asam, kalium permanganat akan tereduksi menjadi Mn2+ dengan persamaan reaksi :MnO4- + 8 H+ + 5 e Mn2+ + 4 H2OBerdasarkan jumlah ellektron yang ditangkap perubahan bilangan oksidasinya, maka berat ekivalen Dengan demikian berat ekivalennya seperlima dari berat molekulnya atau 31,606.Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat, dan asam sulfat cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.Larutan permanganat berwarna ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak berwarna, indikator tidak diperlukan. Namun jika larutan permangant yang kita pergunakan encer, maka penambahanindikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang dapat dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil antranilat.Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti dalam analisis vitamin C (asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri dipergunakan. Pertama-tama, sampel ditimbang seberat 400 mg kemudian dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas carbondioksida (CO2), selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer sebanyak 10 mL. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan larutan kanji atau amilosa (Steven, 2012).1. 3.DikromatometriDikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah dari permanganat. Kalium dikromat merupakan standar primer. Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi(II) dalam asam klorida (Zulfikar, 2010).1. 4.SerimetriSerimetri adalah titrasi menggunakan larutan baku serium sulfat, untuk zat uji yang bersifat reduktor.Contoh : Titrasi zat uji yang mengandung ion ferro.Prinsip :Larutan zat uji dalam suasana asam dititrasi dengan larutan baku serium sulfat (Ce(SO4)2).Reaksi :(untuk zat uji yang mengandung ion ferro)Fe2+ Fe3++ eoksidasiCe4++ e Ce3+reduksiFe2++ Ce4+ Fe3++ Ce3+redoksReaksi yang terjadi:Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi adalah dari merah menjadi biru pucat.Titrasi dilakukan dalam suasana asam , karena pada kebasaan yang relatif rendah mudah terjadi hidrolisis dari garam serium (IV) sulfat menjadi serium hidroksida yang mengendap, oleh karena itu titrasi harus dilakukan pada media asam kuat.kebaikan serium sulfat:1. Sangat stabil pada penyimpanan yang lama dan tidak perlu terlindung dari cahaya dan pada pendidihan yang terlalu lama tidak mengalami perubahan konsentrasi.2. Reaksi ion serium (IV) dengan reduktor dalam larutan asam memberikan perubahan valensi yang sederhana (valensinya satu) Ce4++ e- Ce3+sehingga berat ekivalennya adalah sama dengan berat molekulnya.3. Merupakan oksidator yang baik sehingga semua senyawa yang dapat ditetapkan dengan kalium permanganat dapat ditetapkan dengan serium (IV) sulfat.4. Kurang berwarna sehingga tidak mengkaburkan pengamatan titik akhir dengan indikator.5. Dapat digunakan untuk menetapkan kadar larutan yang mengandung klorida dalam konsentrasi tinggi.keburukan serium sulfat:Larutan serium (IV) sulfat dalam asam klorida pada suhu didih tidak stabil karena terjadi reduksi oleh asam dan terjadi pelepasan klorin (Zulfikar, 2010).1. 5.NitrimetriMetode Nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic) dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah ini :NaNO2 + HCl NaCl + HONOAr- NH2 + HONO + HCl Ar-N2Cl + H2OReaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.Reaksi dilakukan dibawah 15oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium bromida.Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna dari pasta kanji iodide atau kertas iodida sebagai indicator luar.Kelebihan asam nitrit terjadi karena senyawa fenil sudah bereaksi seluruhnya, kelebihan ini dapat berekasi dengan yodida yang ada dalam pasta kanji atas kertas, reaksi ini akan mengubah yodida menjadi iodine diikuti dengan perubahan warna menjadi biru. Kejadian ini dapat ditunjukkan setelah larutan didiamkan selama beberapa menit. Reaksi perubahan warna yang dijadikan infikator dalam titrasi ini adalah :KI +HCl KCl + HI2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + H2OI2 + Kanji yod (biru)Penetapan titik akhir dapat juga ditunjukkan dengan campuran tropiolin dan metilen blue sebagai indikator dalam larutan. Titik akhir titrasi juga dapat ditentukan dengan teknik potensiometri menggunakan platina sebagai indikator elektroda dan saturated calomel elektroda sebagai elektroda acuan (Zulfikar, 2010).1. 6.BromometridanBromatometriBromometrimerupakan penentuan kadar senyawa berdasarkanreaksi reduksi-oksidasi dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan menambahkan bromine berlebih. Sedangkan bromatometri dilakukan dengan titrasi secara langsung karena proses titrasi berjalan cepat.Bromatometrimerupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi oksidasi dari ion bromat ( BrO3 ).BrO3 + 6 H + 6 e -> Br + 3 H2ODari persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen samasengan 1/6 gram molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karenakepekatan ion H+ berpengharuh terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromida.Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator yang kuat. Hanya saja kecepatanreaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat.Seperti yang terlihat dari reaksi di atas, ion bromat direduksi menjadi ion bromide selama titrasi. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromide bereaksi dengan ion bromatBrO3 + 6 H + 5 Br -> 3Br2+ 3 HBromine yang dilepaskan akan merubah larutan menjadi warna kuningpucat. Warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. Bromine yang dilepaskan tidak stabil karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan mudah menguap. Karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu serendah mungkin, serta labu yang dipakai harus ditutup.Jika reaksi antara senyawa reduktor dan bromine dalam lingkungan asam berjalam cepat, maka titrasi dapat dijalankan langsung, dimana titik akhir titrasi ditunjukkan denghan munculnya warna bromine dalam larutan.Tetapi jika reaksi antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan lambat, maka dilakukan titrasi secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan bromine yang berlebih dan bromine yang berlebih ini ditetapkan secara iodometri dengan dititrasi dengan natrium tiosulfat baku.(3). Dengan terbentunya brom, titik akhir titrasi dapat ditentukandengan terjadinya warna kuning dari brom, akan tetapi supaya warna inimenjadi jelas maka perlu ditambah indicator seperti jingga metal, merahfiuchsin, dan lain-lain (Zulfikar, 2010).1. C.Prinsip Kerja Titrasi RedoksReaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron). Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut: Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia.Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran (Steven, 2012).1. D.Penggunaan Titrasi Redoks2. 1.Penetapan Besi dalam Bijih BesiBijih besi terdiriatas Fe2O3(hematite), Fe3O4(magnetit), FeCO3(siderat), Fe2O3.nH2O (limonet), dan Fe3O4.nH2O (goethite).Prinsip pengerjaan: Gerus bijih besi sampai halus, larutkan HCl 2M. Hermatit dan magnetit larut secara lambat. Tambahkan SnCl2untuk memperbesar kelarutan oksida-oksida besi di atas (terutama untuk oksida hidratnya). Jika terdapat silikat harus dilebur dengan Na2CO3, asamkan dengan HCl dan encerkan lalu saring. Fe(III) harus direduksi jadi Fe(II) dengan SnCl atau Yohanes Reduktor (dilarutkan dalam kolom berisi Zn amalgam). Jika digunakan reduktor SnCl2harus dihilangkan dengan penamabahan HgCl2, agarSn(II) tidak mengganggu reaksinya Fe(II) dengan larutan baku oksidator (KMnO4atau K2Cr2O7dalam asam lingkungan). Titrasi dilakukan dengan larutan baku KMnO4atau K2Cr2O7(Shodiq, Ibnu, dkk: 2004).1. 2.Penetapan Klor dalam Kaporit/Kapur Klor atau KloroxKlorox : Larutan NaClOKaporit : Ca OCl OCl + Ca(OH)2+ CaCl2Kapur : Ca Cl OCl + Ca(OH)2+ CaCl2Reaksi yang terjadi biasa dituliskan sebagai berikut:ClO-+ I-+ H+ Cl-+ I2+ H2OCa(ClO)2+ 4HCl CaCl2+2H2O+ 2 Cl2Cl2+ 2KI 2HCl + I2I2+ 2 Na2S2O3 2 NaI + Na4S4O6Indicator ang digunakan adalah amilum (Shodiq, Ibnu, dkk: 2004).

Ibnu, Sodiq, dkk. 2004.Kimia Analitik I. Malang: JICAHamdani, S. 2012.Titrasi Redoks.http://catatankimia.com/catatan/titrasi-redoks.html diakses tanggal 01 Desember 2013SM, Khopkar. 2010.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI PressSteven, 2012.Titrasi Redoks.http://nevetstheanstag.wordpress.com/2012/05/27/titrasi- redoks/diakses tanggal 01 Desember 2013Zulfikar. 2010.Titrasi Redoks.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/ titrasi-redoks/diakses tanggal 01 Desember 2013

ANALISA PERMANGANOMETRIPermanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.

Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:

5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat.

Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama, yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4.

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih.. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi (Day, 1980).

Kalium permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan dioksida serta bukanlah suatu larutan standar primer (Basset, 1994).

Kalium permangatat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau (Rivai, 1995).

Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH (Rivai, 1995).

Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer (Basset, 1994).

https://www.academia.edu/7022431/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_ANALITIK_II_Permanganometri