teodas granulasi basah (tablet antalgin)

22
PEMBUATAN TABLET ANTALGIN MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAH I. Tujuan 1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah. 2. Melakukan uji Quality Control  (QC) terhadap tablet. II. Prinsip 1. Metode Granulasi Basah Metode granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi pertikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. 2. Evaluasi tablet Evaluasi tablet berdasarkan standar quality kontrol, meliputi kadar air (Loss on drying), kemampuan alir serbuk dan sudut istirahat, kompresibilitas, keseragaman bobot dan ukuran, kekerasan tablet, friabilitas, abrasi dan waktu hancur. III.  Teori Dasar Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung. Mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat  pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979). Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan,

Upload: indah-hardani

Post on 14-Oct-2015

622 views

Category:

Documents


73 download

TRANSCRIPT

  • PEMBUATAN TABLET ANTALGIN MENGGUNAKAN METODE

    GRANULASI BASAH

    I. Tujuan

    1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah.

    2. Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet.

    II. Prinsip

    1. Metode Granulasi Basah

    Metode granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif

    dan eksipien menjadi pertikel yang lebih besar dengan menambahkan

    cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab

    yang dapat digranulasi.

    2. Evaluasi tablet

    Evaluasi tablet berdasarkan standar quality kontrol, meliputi kadar

    air (Loss on drying), kemampuan alir serbuk dan sudut istirahat,

    kompresibilitas, keseragaman bobot dan ukuran, kekerasan tablet,

    friabilitas, abrasi dan waktu hancur.

    III. Teori Dasar

    Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,

    dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau

    cembung. Mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat

    tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat

    pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat

    lain yang cocok (Depkes RI, 1979).

    Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena

    secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif

    dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan,

  • homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir dengan lancar

    agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas sediaan dan harus

    dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat, kompak,

    dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi banyak

    dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa

    tablet (Ilma, 2002).

    Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal, atau granulat, umumnya

    dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yag sesuai, dengan

    menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder,

    kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis

    tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g

    (Voigt, 1995).

    Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi

    kering (mesin rol atau mesin slag), dan kempa langsung. Tujuan granulasi

    basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau

    kemampuan kempa (Depkes RI, 1995). Butiran granulat yang diperoleh,

    partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih

    baik sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan

    homogen. Keseragaman bentuk granulat menyebabkan keseragaman

    bentuk tablet (Voigt, 1995).

    Granulasi basah yaitu memproses campuran zat aktif dan eksipien

    menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat

    dalam jumlah yang tepat sehingga didapat massa lembab yang dapat

    digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan

    terhadap lembab dan panas. Pada granulasi basah, zat berkhasiat, pengisi,

    dan penghancur dicampur homogen, lalu bila perlu ditambahkan pewarna.

    Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu

    40-50oC. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan

  • ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak

    dengan mesin tablet (Anief, 1994).

    Evaluasi sediaan tablet meliputi:

    1. Keseragaman bobot

    Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu

    dari dua metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman

    kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung

    satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif

    (Depkes RI, 1995).

    2. Uji kekerasan

    Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji

    kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara

    keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap

    diameter tablet. Tablet harus mempuyai kekuatan dan kekerasan

    tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik

    pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi. Alat yang

    biasa digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson,

    1984).

    3. Uji kerapuhan (friabilitas) tablet

    Keregasan/kerapuhan tablet dapat ditentukan dengan

    menggunakan alat friabilator. Pengujian dilakukan pada kecepatan

    25 rpm, tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap utaran,

    dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan

    sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil

    dari 0,5% sampai 1% (Lachman dkk., 1994).

    4. Uji disolusi

    Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan

    persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi

    untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan

    bahwa tablet harus dikunyah (Lachman dkk., 2008).

  • 5. Waktu hancur

    Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah

    menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan

    diabsorbsi. Uji waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat

    uji waktu hancur. Masing-masing sediaan tablet mempunyai

    prosedur uji waktu hancur dan persyaratan tertentu. Uji waktu

    hancur tidak dilakukan jika pada etiket dinyatakan tablet kunyah,

    tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif bertahap dalam jangka

    waktu tertentu (Siregar, 2008).

    IV. Alat dan Bahan

    4.1 Alat

    1. Alat Uji Kekerasan

    2. Alat Uji Kompresibilitas

    3. Alat Uji Friabilitas

    4. Alat Uji LOD

    5. Alat Uji Laju Alir

    6. Granulator

    7. Jangka Sorong

    8. Mesin Pencetak Tablet

    9. Oven

    10. Pengayak

    11. Timbangan Digital

    4.2 Bahan

    1. Amprotab

    2. Amprotab untuk pasta

    3. Laktosa

    4. Magnesium Stearat

    5. Antalgin

  • 6. Talkum

    7. Vitamin C

    4.3 Gambar Alat

    Alat Uji Kekerasan Alat Uji Kompresibilitas Alat Uji Friabilitas

    Alat Uji LOD Alat Uji Laju Alir

  • Granulator Jangka Sorong

    Mesin Pencetak Tablet Oven

    Pengayak Timbangan Digital

    V. Prosedur

    Pertama bahan-bahan ditimbang terlebih dahulu yaitu antalgin 100

    g, laktosa 16,35 g, amilum 35 mg, amilum for pasta/ amprotab 15 g, avicel

    10 %, talcum 2 %, dan mg stearat 0,5 %. Kemudian dilakukan pembuatan

    pasta dengan cara amprotab 15 g yang telah ditimbang, dimasukkan

  • kedalam beaker glass 250 ml dan ditambahkan 100 ml air panas. Diaduk

    diatas kompor hingga membentuk campuran yang bening. Ditimbang

    pasta amilum yang telah terbentuk.

    Selanjutnya dilakukan pembuatan fase dalam. Bahan-bahan fase

    dalam (antalgin, laktosa, amilum) dicampurkan dan diaduk hingga

    homogen. Lalu ditambahkan sedikit demi sedikit pasta amilum yang telah

    dibuat sebelumnya dan diaduk hingga rata sampai menjadi massa yang

    bisa dikepal dan ketika kepalan tersebut diijatuhkan tidak hancur.

    Ditimbang sisa pasta amilum yang tidak digunakan. Kemudian massa yang

    sudah dapat dikepal tersebut kemudian dibuat granul dengan

    granulator. Granul yang terbentuk ditampung diatas baki (loyang) yang

    telah disiapkan sebelumnya. Permukaannya diratakan agar panas yang

    diterima merata. Granul tersebut kemudian dikeringkan dalam oven

    dengan suhu 40 - 50C selama 24 jam. Kemudian dimasukkan bahan-

    bahan fasa luar seperti vitamin C, talkum dan Mg stearat, dan dilakukan

    evaluasi granul, seperti :

    a. Uji LOD

    Granul yang telah kering diletakkan pada wadah alat uji LOD

    sebanyak 10 gram, granul diratakan pada tempat LOD, alat ditutup dan

    kemudian tekan tombol start hingga muncul tanda rest over. Lalu

    dilihat nilai persennya.

    b. Uji daya alir granul

    Granul ditimbang sebanyak 15 gram. Disiapkan alat untuk

    menentukan kecepatan alir serbuk dan sudut istirahat, pastikan bagian

    bawah alat (berupa corong) telah tertutup rapat. Di bawah alat diberi

    alas berupa kertas untuk membuat plot diameter yang berbentuk.

    Kemudian granul yang akan diuji dimasukkan ke dalam wadah

    berbentuk corong dan dibuka penutupnya. Stopwatch dinyalakan

  • bersamaan dengan dibukanya penutup corong. Setelah granul telah

    mengalir semua, diukur tinggi dan diameter tumpukan granul yang

    dihasilkan. Hasil waktu dicatat.

    c. Uji Kompresibilitas Granul

    Granul ditimbang sebanyak 15 gram, kemudian dimasukkan

    pada gelas ukur penampung massa cetak. Dan dicatat volume awalnya.

    Kemudian tombol on pada alat ditekan, sehingga menghasilkan

    beberapa ketukan, dan alat dinyalakn selama 5 menit. Lalu dicatat

    kembali volume akhirnya dan hitung % kompresibilitas. Kemudian

    dilakukan penambahan fase luar. Bahan-bahan fase luar yang telah

    ditimbang ditambahkan ke dalam granul yang telah kering, kemudian

    diaduk hingga homogen.

    Setelah itu dilakukan pencetakan tablet. Pada alat pencetak tablet ,

    beberapa gram granul dimasukkan kedalamnya. Cetak beberapa tablet dan

    ditimbang beratnya harus sesuai (dalam rentang 500-650 mg). Jika sesuai,

    tablet diperbanyak hingga 500 tablet. Dipisahkan 40 tablet untuk evaluasi

    tablet. Evaluasi tablet dilakukan, meliputi :

    a. Uji keseragaman bobot

    Tablet sebanyak 20 buah, ditimbang satu per satu diatas alat

    timbangan. Kemudian hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya. Analisis

    keseragaman bobot tablet dengan membandingkan bobot tablet dalam

    rentang penyimpangan bobot rata-rata tablet.

    b. Uji keseragaman ukuran

    Tablet sebanyak 20 buah diukur satu per satu menggunakan

    jangka sorong untuk mengetahui ukuran panjang, lebar dan tinggi

    tablet, setelah itu dihitung rata-ratanya. Kemudian hasilnya dicatat.

  • c. Uji friabilitas

    Timbang 6 buah tablet, drum putar dilepaskan dari mesinnya

    dengan cara melonggarkan sekrup. tablet yang akan diuji dimasukkan

    ke dalam drum putar, pasang kembali drum putar ke mesinnya dan

    kencangkan sekrup. Kecepatan putaran diatur per menit dengan

    memutar tombol putar SPEED. Untuk mengatur waktu putaran

    gunakan tombol putar hitam. Kemudian mesin dinyalakan dengan

    menekan tombol MAIN SWITCH dan lampu menyala. Setelah

    pengujian selesai mesin dimatikan dengan menekan kembali tombol

    MAIN SWITCH dan lampu mati. Setelah itu lepaskan drum putar

    dari mesin dengan melonggarkan sekrup, tablet diambil dan drum putar

    dibersihkan menggunakan kuas. Setelah selesai massa tablet ditimbang

    kembali.

    d. Uji kekerasan tablet

    Disiapkan 20 tablet untuk pengujian kekerasan tablet. Tombol

    diputar ke posisi EINS dan lampu penunjuk kekerasan menyala.

    Jarum penunjuk kekerasan diperiksa ada di titik nol atau tidak. Bila

    belum tekan tombol . Tablet diletakkan vertikal dan tepat di tengah

    tengah jarum penekan. Berdirikan tablet dinaikkan dengan memutar

    sekrup di bawahnya sampai tablet menekan jarum penekan dan lampu

    stop menyala. Lalu tombol ditekan, jarum penunjuk skala

    bergerak dan berhenti saat tablet pecah dan menunjukkan angka unit

    kekerasan dengan skala newton. Lampu stop padam. Dan

    tombol ditekan untuk mengembalikan jarum penunjuk ke angka nol.

    Hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya.

  • VI. Data Pengamatan dan Perhitungan

    6.1 Data Pengamatan

    No. Perlakuan Hasil

    1. Bahan-bahan yang diperlukan

    ditimbang terlebih dahulu

    R/ Antalgin 500 mg

    Laktosa 81,75 mg

    Vit. C 50 mg

    Amilum 35 mg

    Amilum for pasta 15%

    Talkum 2%

    Mg Stearat 0,5%

    Dibuat 200 tablet:

    Antalgin = 100 g

    Laktosa = 16,35 g

    Vit. C = 9,9 g

    Amilum = 35 mg

    Amilum for pasta = 15 g

    Talkum = 2,735 g

    Mg stearat = 0,6838 g

    2. Pembuatan Pasta

    - 15 gram amprotab

    dimasukkan ke dalam beaker

    glass yang telah diisi 100 mL

    air panas.

    - Diaduk di atas kompor hingga

    membentuk campuran yang

    bening.

    Terbentuk pasta.

    3. Pembuatan Fase Dalam

    - Antalgin, laktosa, dan amilum

    dicampur dan diaduk hingga

    homogen.

    - Ditambahkan sedikit demi

    sedikit pasta amilum, diaduk

    hingga rata dan membuat

    massa yang dapat dikepal

    Terbentuk fase dalam berupa

    granul basah.

  • (granul basah).

    - Granul basah disaring

    - Hasil saringan dikeringkan

    dengan menggunakan suhu

    400 500 C selama 24 jam

    4. Granul kering dicampur dengan fase

    luar (vitamin c, talkum, dan

    magnesium stearat) hingga terbentuk

    massa yang homogen.

    Terrcampurnya granul kering

    dengan fase luar hingga

    terbentuk massa homogen.

    5. Pencetakan Tablet

    - Campuran granul dimasukkan

    ke dalam mesin pencetak

    tablet

    - Cetak beberapa tablet dan

    ditimbang. Beratnya harus

    sesuai/ dalam rentang 500 -

    650 mg

    Tablet dengan berat 500 650

    mg

    Pengujian Granul

    No. Perlakuan Hasil

    1. Uji Daya/ Sifat Alir

    15 gram granul ditimbang,

    dimasukkan ke corong alat uji

    waktu alir. Buka tutup corong

    bersamaan dengan

    dinyalakannya stopwatch,

    tampung pada bidang datar.

    Waktu alir dan sudut istiahat

    dicatat

    Waktu = 4 detik

    Tinggi = 0,5 cm

    Diameter = 9 cm

    Jari-jari = 4,5 cm

    0 (sudut istirahat) = 6,33390

    Laju alir = 3,75 g/s

  • 2. Tap Density

    15 gram sampel ditimbang,

    dimasukkan pada alat tap

    density, diratakan. Tinggi awal

    dicatat, alat dinyalakanselama 4

    menit. Tinggi akhir sampel

    dicatat.

    Massa = 15,00 g

    Volume awal = 31 mL

    Volume akhir = 27 mL

    Kompresibilitas = 12,905%

    3. Susut Pengeringan (LOD)

    10 gram serbuk ditimbang, alat

    dinyalakan, tutup alat terbuka.

    Tekan tombol tare untuk menara

    suhu dan bobot serbuk. Serbuk

    dimasukkan ke wadah dalam

    alat, tutup alat, tekan tombol

    start. Catat bobot akhir serbuk

    pada alat saat selesai.

    Massa awal = 10,020 g

    Massa akhir = 9,502 g

    LOD = 5,12%

    Pengujian Tablet

    No. Perlakuan Hasil

    1. a. Keseragaman Bobot

    20 tablet ditimbang satu

    per sat, berat tiap tablet

    dicatat.

    b. Keseragaman Ukuran

    20 tablet diukur diameter

    dan ketebalan dengan

    jangka sorong dan

    dicatat.

    No. Diameter

    (mm)

    Ketebalan

    (mm)

    Bobot

    (gram)

    1. 12,11 5,94 0,6278

    2. 12,09 5,82 0,6187

    3. 12,10 6,02 0,6647

    4. 12,12 5,83 0,6254

    5. 12,7 6,08 0,7071

    6. 12,13 5,99 0,5917

    7. 12,09 5,63 0,6077

  • 8. 12,14 5,86 0,557

    9. 12,10 5,99 0,6634

    10. 12,10 5,79 0,6151

    11. 12,09 5,92 0,6267

    12. 12,08 5,82 0,6678

    13. 12,08 6,14 0,6672

    14. 12,08 6,09 0,7031

    15. 12,08 5,98 0,6561

    16. 12,08 6,09 0,7049

    17. 12,08 6,08 0,6806

    18. 12,09 6,11 0,6978

    19. 12,09 5,86 0,6108

    20. 12,09 5,81 0,6361

    242,52 118,85 12,9297

    12,126 5,9425 0,6465

    2. Kekerasan Tablet

    20 tablet, satu per satu

    diletakkan di ruang penjepit

    antara pegas dan penekan,

    nyalakan alat, tunggu jarum

    bergerak sesuai tekanan,

    matikan alat, dicatat.

    No. Kekerasan

    (N)

    No. Kekerasan

    (N)

    1. 27,5 11. 22,5

    2. 40 12. 47,5

    3. 57,5 13. 45

    4. 32,5 14. 60

    5. 65 15. 47,5

    6. 15 16. 65

    7. 10 17. 47,5

    8. 20 18. 42,5

    9. 50 19. 25

    10. 40 20. 32,5

    792,5 39,625

    3. Friabilitas Tablet

  • 10 tablet ditimbang

    bersamaan, dicatat massa

    awal, lalu dimasukkan ke

    alat uji friabilitas, alat diatur

    25rpm, dinyalakan selama 4

    menit, tablet diambil,

    ditimbang bersamaan untuk

    dicatat massa akhir.

    Massa awal = 6,3864 gram

    Massa akhir = 6,1632 gram

    Persen friabilitas = 3,495%

    6.2 Perhitungan

    1. Perhitungan untuk penimbangan fase luar tablet

    Wadah + pasta = 239,8 gram

    Wadah + sisa pasta = 218,3 gram

    Berat pasta yang digunakan = 21,5 gram

    Berat Fase Dalam (teoritis) = Berat (antalgin + laktosa + vitamin c +

    amilum)

    = 100 g + 16,35 g + 10 g + 7 g

    = 133,35 gram

    Fase Dalam (teoritis) = 97,5%

    Fase Luar (teoritis) = 2,5% (talkum + magnesium stearat)

    Talkum (teoritis) =

    Mg Stearat (teoritis) =

    Berat Fase Luar (teoritis) = 2,735 gram + 0,6838 gram = 3,4188 gram

    Berat total (teoritis) = Fase Dalam teoritis + Fase Luar teoritis

    = 133,35 gram + 3,4188 gram

    = 136,7688 gram

    % Vitamin C (nyata) =

    Fase Dalam (nyata) = 97,5% - 7,3116% = 90,19%

    = 133,35 gram 10 gram (untuk LOD)

    = 123,35 gram

    Vitamin C (nyata) =

    Talkum (nyata) =

    Mg Stearat (nyata) =

  • Berat satuan tablet =

    =

    =

    = 0,6838 gram 5%

    = 0,64961 gram hingga 0,71799 gram

    2. Evaluasi Granul dan Tablet

    Uji Laju Alir

    Laju alir =

    Tan =

    = 6,33390

    Uji Kompresibilitas

    Kerapatan ruah =

    Kerapatan mampat =

    Kompresibilitas =

    Uji Keseragaman Bobot

    Bobot rata-rata tablet

    =

    Uji Keseragaman Ukuran

    Diameter rata-rata tablet =

    Tebal rata-rata tablet =

    Uji Kekerasan Tablet

    Kekerasan rata-rata tablet =

    Uji Friabilitas

    Persen Friabilitas =

    =

    VII. Pembahasan

    Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan tablet dengan zat aktif

    campuran yaitu antalgin dan vitamin C. Antalgin memiliki nama lain

    metampiron yang bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi

  • sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu

    tubuh. Tiga efek utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dan anti-

    inflamasi. Vitamin C berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh.

    Metode pembuatan tablet ini adalah granulasi basah. Granulasi

    basah adalah proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi

    partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat

    dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat

    digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan

    terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak

    langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari

    metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan

    pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,

    kemudian masa basah tersebut digranulasi. Metode ini membentuk granul

    dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti

    pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan atau suspensi yang

    mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan campuran serbuk atau

    dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk

    dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki

    peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk antara

    partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang

    ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler

    paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah

    ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang

    merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh

    massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan tujuannya

    agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses

    pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak

    kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yangdugunakan

    dan ukuran tablet yang akan dibuat.

  • Granulasi basah digunakan dalam pembuatan tablet kali ini karena

    memiliki keuntungan yaitu memperoleh aliran yang baik, meningkatkan

    kompresibilitas, mendapatkan berat jenis yang sesuai, mengontrol

    pelepasan, mencegah pemisahan komponen campuran selama proses,

    distribusi keseragaman kandungan yang baik, dan meningkatkan

    kecepatan disolusi.

    Namun terdapat kekurangan metode granulasi basah yaitu banyak

    tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi, biaya cukup tinggi, zat

    aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan

    dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non airdan

    seuai dengan sifat-sifat zat yang akan dibuat menjadi tablet. Formula tiap

    tablet yang dibuat adalah sebagai berikut: Antalgin 500 mg, Vitamin C 50

    mg, Laktosa 81,75 mg, amylum for pasta 15%, talkum 2%, dan Mg

    stearat 0,5 %.

    Pertama-tama dibuat fasa dalam terlebih dahulu. Antalgin

    dicampurkan dengan laktosa. Laktosa berfungsi sebagai zat pengisi. Zat

    pengisi berfungsi untuk meningkatkan volume tablet agar dapat dikempa.

    Kemudian dibuat amylum for pasta dengan cara melarutkan amylum

    dengan air dan dipanskan hingga membentuk pasta yang homogen.

    Amylum for pasta berguna untuk menambah daya kohesi serbuk,

    membentuk granul menjadi tablet. Pasta ini juga berguna sebagai zat

    pengikat untuk meningkatkan daya ikat partikel agar dapat digranulasi.

    Amylum sendiri juga dapat berfungsi untuk memfasilitasi pemecahan

    tablet setelah digunakan atau desintegrator. Perlahan-lahan pasta

    dimasukkan ke dalam campuran serbuk hingga membentuk massa yang

    dapat dikepal. Pasta yang dibutuhkan untuk pencampuran, dicatat

    massanya. Setelah membentuk massa yang dapat dikepal, campuan

    tersebut diayak pada mesh no. 20. Fungsinya untuk memperluas

    permukaan granul dan mempercepat pengeringan granul. Setelah diayak,

    granul basah diletakkan pada tray dan dimasukkan ke dalam oven untuk

  • dikeingkan. Pengeringan dilakukan selama 16-20 jam. Fungsi pengeringan

    adalah menghilangkan kelembaban dan kandungan air pada granul

    sehingga menjadi granul kering.

    Setelah dikeringkan, granul dikeluarkan dari oven kemudian

    ditimbang massanya dan dievaluasi. Evaluasi terhadap granul ini

    dilakukan dengan menentukan laju alir, kompresibilitas, dan susut

    pengeringan atau Loss On Drying (LOD). Laju alir granul memegang

    peranan penting dalam pembuatan tablet. Apabila granul mudah mengalir,

    tablet yang dihasilkan mempunyai keseragaman bobot yang baik. Laju alir

    ini dapat ditentukan dengan menentukan sudut istirahat dari granul dengan

    menggunakan metode corong,

    Sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh tumpukan

    serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir

    secara bebas melalui suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong. Jadi,

    sudut istirahat diperoleh dengan memasukan sekitar 15 gram serbuk ke

    dalam corong yang ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung

    waktu alir serta tinggi dan diameter dari tumpukan granul yang

    dihasilkan. Dari hasil uji terhadap granul yang dihasilkan, diperoleh sudut

    istirahat granul sebesar 6,34 0 dengan waktu alir selama 4 detik. Nilai ini

    menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan memiliki sifat laju alir yang

    baik karena pada umumnya granul dikatakan mengalir baik (free flowing)

    apabila sudut diamnya lebih kecil dari 30 0, sehingga granul dapat dicetak

    menghasilkan tablet yang homogen.

    Evaluasi terhadap granul yang berikutnya adalah penentuan nilai

    kompresibilitas dari granul dengan menggunakan alat tap density.

    Sebanyak 15 gram granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada

    alat, kemudian dicatat volume awal nya. Selanjutnya alat dinyalakan

    selama 4 menit dan kemudian volume akhir nya dicatat. Suatu granul yang

    baik memiliki nilai persen kompresibilitas dibawah 20 %. Dari hasil

  • pengujian dan perhitungan, diperoleh nilai persen kompresibilitas dari

    granul sebesar 12,816 %. Nilai ini menunjukan bahwa granul memiliki

    nilai kompresibilitas yang baik.

    Pengujian berikutnya adalah penentuan kadar susut pengeringan

    atau loss of drying (LOD) unutk menentukan kadar air yang terkandung

    dalam granul. Sebanyak 10 gram granul disimpan secara merata diatas

    piringan logam pada alat uji. Kemudian suhu diatur pada 70 0C, dan

    kemudian alat dinyalakan selama 10 menit. Dari hasil pengujian diperoleh

    persen LOD atau kadar air yang terkandung dalam granul sebesar 5,17%.

    Nilai ini menujukan bahwa granul memiliki kadar air yang kurang baik,

    karena batas maksimum kadar air untuk granul adalah 2 %.

    Setelah uji granul, dilakukan pembuatan fasa luar. Fasa luar yang

    dicampurkan adalah vitamin C, talkum dan Magnesium Stearat, kemudian

    dicampurkan dengan fasa dalam (granul kering) hingga terbentuk massa

    yang homogen. Tujuannya agar kandungan tiap zat tesebar merata. Fungsi

    dari talkum adalah sebagai pelincir yang bertujuan untuk mereduksi

    gesekan granul dengan lubang cetakan selama kompresi dan pengeluaran,

    mencegah lengket pada punch dan dinding die, dan memperbaiki sifat alir

    granul. Mg Stearat digunakan sebagai zat pelincir yang berfungsi sebagai

    lubrikan.

    Setelah tercampur homogen, granul dapat langsung dikempa

    menjadi tablet. Setelah itu dilakukan evaluasi tablet. Pengujian

    keseragaman bobot dan ukuran dilakukan untuk melihat keseragaman

    dosis pada masing-masing tablet. Pada evaluasi keseragaman bobot,

    didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,6465 gram. Berdasarkan FI III, untuk

    uji keseragaman bobot pada tablet yang telah dibuat dengan bobot rata-rata

    tersebut (di atas 300 mg), dinyatakan bahwa tidak boleh ada lebih dari 2

    tablet yang bobotnya menyimpang dari 5% bobot rata-rata dan tidak boleh

    ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-rata.

  • Pada pengujian keseragaman ukuran, didapatkan diameter rata rata

    tablet sebesar 12,1265 mm.dan tebal tablet sebesar 5,289 mm. Pengujian

    kekerasan dilakukan untuk melihat seberapa kuat tablet sehingga

    mempengaruhi pengemasan dan penyimpanannya. Pada pengujian

    kekerasan, tablet diletakan dengan posisi panjang vertikal seperti angka

    0 karena pada posisi ini tekanan maksimalnya dapat terukur. Dari hasil

    yang didapatkan, kekerasan tablet yang didapat rendah, menyebabkan

    tablet pecah pada tekanan dibawah 80 N, sedangkan tablet yang baik

    memiliki tekanan antara 40-80 N. Hal ini dapat disebabkan karena efek

    dari lubrikan yang kuat sehingga meningkatkan kekerasan serta granul

    yang kurang baik.

    Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan

    tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan

    pengiriman. Persen friabilitas tidak boleh lebih dari 1%. Setelah diuji,

    didapatkan persen friabilitas sebesar 3,49%. Hasil ini tidak memenuhi

    syarat. Hal ini dikarenakan nilai LOD yang kecil.

  • VIII. Kesimpulan

    1. Pembuatan tablet antalgin dapat dilakukan dengan metode granulasi

    basah.

    2. Uji quality control terhadap tablet yang memenuhi persyaratan adalah

    uji keseragaman ukuran dan uji kekerasan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anief, M. 1994. Ilmu Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

    Banker, G.S. dan Anderson, N.R. 1984. Tablet: Teori dan Praktek Farmasi

    Industri. Jakarta: UI Press.

    Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia.

    Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia.

    Lachman, L., H.A Lieberman, dan J.L Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi

    Industri Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.

    Siregar, C.J.P. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar Praktis.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.