tentang tms (transcranial magnetic stimulation)

9
Transcranial Magnetic Stimulation Mengisap Listrik di Otak Stroke ringan bisa disembuhkan dengan terapi elektromagnetik. Cukup manjur, tapi tidak semua percaya. Terapi otak dengan alat terapi rangsang otak transcranial magnetic stimulation di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih oleh dr. Ananda S. Sp.S. AMINAH Harsini, 65 tahun, pusing mendadak setelah makan siang. Ia mengira masuk angin karena telat makan. Karena lemas, Aminah memutuskan tidur siang. Bukan merasa lebih baik, ia malah semakin lemas dan pusing. Aminah terpaksa dipapah kedua anaknya ke

Upload: aditya-kusuma

Post on 10-Nov-2015

106 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Terapi syaraf dengan metode elektromagnet

TRANSCRIPT

Transcranial Magnetic Stimulation

Mengisap Listrik di Otak

Stroke ringan bisa disembuhkan dengan terapi elektromagnetik. Cukup manjur, tapi tidak semua percaya.

Terapi otak dengan alat terapi rangsang otak transcranial magnetic stimulation di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih oleh dr. Ananda S. Sp.S.

AMINAH Harsini, 65 tahun, pusing mendadak setelah makan siang. Ia mengira masuk angin karena telat makan. Karena lemas, Aminah memutuskan tidur siang. Bukan merasa lebih baik, ia malah semakin lemas dan pusing. Aminah terpaksa dipapah kedua anaknya ke rumah sakit terdekat di Depok, Jawa Barat. Selama diobservasi di rumah sakit, Aminah Merasa satu sisi tubuhnya hilang.

Aminah tidak merespons saat diajak bicara oleh anak-anaknya yang berdiri di sebelah kirinya. Saya tidak menyadari bahwa sisi kiri tubuh saya benar-benar lumpuh. Ini sangat aneh, karena tubuh saya seolah-olah mengakui sisi kanan saja. Perasaan ini membuat saya sangat frustrasi, ujarnya.

Dokter menyebut keadaan Aminah sebagai hemispatial neglect, atau pengabaian salah satu sisi tubuh. Penyebabnya adalah kerusakan di sisi otak yang berlawanan. Pada kebanyakan penderita hemispatial neglect, otak yang rusak adalah otak bagian kanan (stroke hemisfer) di wilayah depan (temporo parietal). Ketika otak kanan rusak, bagian tubuh yang lumpuh adalah sebelah kiri.

Beberapa peneliti memperkirakan 25 48 persen penderita stroke mengalami kondisi ini. Angka kejadiannya meningkat seiring dengan luasnya kerusakan otak yang terjadi pada saat awal, ujar ahli Neurologi yang juga Dokter Spesialis Saraf dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Julintari Indriyani.

Biasanya, untuk menormalkan keadaan pasien stroke dengan kondisi pengabaian sisi tubuh sebelah, dokter menggunakan terapi gerak atau latihan konsentrasi. Media yang digunakan bisa berupa pensil atau buku, bahkan komputer. Namun sebulan yang lalu, sebuah penelitian di Italia membuktikan, pasien stroke yang mengalami masalah pengabaian salah satu sisi tubuh dapat disembuhkan dengan cara dirangsang otaknya dengan medan magnet.

Dalam dunia kedokteran, metode merangsang otak secara magnetis disebut Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)Pada awalnya metode TMS digunakan untuk memantau pasien yang mengalami kelainan saraf, seperti epilepsi, atau alzheimer. Namun seiring dengan perkembangannya, TMS dapat digunakan sebagai sarana penyembuhan stroke.

Ini memang bukan cara baru. Di Indonesia bahkan sudah dipakai sejak 2 3 tahun lalu. Penelitian yang dipimpin Profesor Giacomo Koch itu hanya membuktikan keampuhan terapi yang banyak diragukan ini.

Penelitian dilakukan terhadap 20 pasien stroke yang mengalami pengabaian salah satu sisi tubuh. Koch membagi pasien ke dalam dua kelompok, yaitu yang menerima rangsangan magnetis dan yang hanya meminum obat secara biasa.

Pada dua minggu pertama, otak pasien yang dirangsang secara magnetis pulih hingga 16 persen. Dua minggu berikutnya meningkat 23 persen.

Bagian otak pasien yang menghasilkan aktivitas listrik berlebihan, ketika menerima rangsangan magnetis, kembali menjadi normal, ujar Koch.

Menurut penelitian Koch, merangsang otak dengan medan magnet tidak hanya berguna bagi penderita stroke pengabaian salah satu sisi tubuh, tapi juga pada pasien yang dalam masa pemulihan setelah terkena stroke ringan. Teknik ini membantu proses pemulihan pasien setelah terserang stroke, ujar Koch. Hasil penelitian Koch ini dipublikasikan dalam World Journal of Neurology.Bagimana alat ini bekerja? Untuk mengetahuinya, kita harus tahu terlebih dulu penyebab hemispatial neglect. Rusaknya otak sebelah kanan ini karena kelebihan aktivitas di otak kiri. Menurut dr.Julintari Sp.S, kelebihan aktivitas di otak kiri disebabkan oleh meningkatnya aktivitas listrik disana.

TMS digunakan untuk menormalkan aktivitas otak dengan mengurangi aktivitas listriknya melalui medan magnet. Stimulasi magnetis ini secara aman dapat menembus jaringan saraf otak, tanpa mempengaruhi tulang atau lemak, dan tanpa rasa sakit, ujar dr.Julintari Sp.S.

Penggunaan TMS tidak memerlukan tindakan invasif atau memasukkan alat atau obat ke tubuh pasien. Tindakan ini juga tidak memerlukan operasi.

TMS menggunakan arus listrik yang dihantarkan melalui kumparan kawat tembaga dan diletakkan di atas kulit kepala. Arus kemudian menghasilkan medan magnet yang menembus kulit kepala serta tulang dengan leluasa.

Menurut dr.Julintari Sp.S, tidak ada perasiapan khusus untuk memulai terapi TMS. Namun, ia menegaskan, ada beberapa kondisi pasien yang tidak diperbolehkan menerima terapi TMS, yaitu pasien yang menggunakan alat pacu jantung dan pasien yang salah satu organ tubuhnya menggunakan implan tembaga.

Selain itu, saat TMS dilakukan, benda bermagnet seperti kartu kredit, kartu kunci hotel, disket, harus dijauhkan sekitar 50 sentimeter dari lempeng tembaga, ujar dr.Julintari Sp.S. Sebab, ada kemungkinan data yang ada dalam benda-benda tersebut bisa terhapus saat didekatkan dengan lempeng tembaga pada TMS, ujar dokter yang juga kepala staf medik fungsional Neurologi di sebuah rumah sakit di Jakarta ini.

Walaupun praktis, penggunaan TMS tetap beresiko, yaitu mengakibatkan kejang, mempengaruhi mood, mengganggu pendengaran, membuat telinga berdenging, mengakibatkan luka bakar pada kulit kepalaa, dan menyebabkan nyeri di beberapa bagian kepala. Meski begitu, secara umum penggunaan TMS relatif aman, asal memperhatikan indikasi dan kontraindikasinya, ujar dr.Julintari Sp.S.

Selain itu, biaya operasional yang relatif mahal tidak memungkinkan metode ini digunakan di banyak rumah sakit umum. Saat ini di Jakarta hanya ada tujuh rumah sakit yang menyediakan terapi TMS, antara lain RS. Gatot Subroto, RS. Medistra, RS. Jakarta, RS. Melia, RSCM, dan RSUD Budhi Asih.

Tidak semua dokter setuju dengan konsep penyembuhan melalui rangsangan medan magnet pada otak ini. Masih banyak dokter yang menganggap TMS sama sekali tidak bekerja pada pasien stroke. Alasan mereka, stroke hanya memiliki dua konsekuensi akhir, yaitu meninggal atau cacat permanen.

Kalau hanya saraf tepi yang masih terserang, mungkin masih bisa diperbaiki. Tapi, kalau sudah otak utama yang kena, tidak ada lagi yang dapat dilakukan, ujar ahli Neurologi dari RS PMI Bogor, dr. Yoeswar A.Darisan Sp.S.

Menurut dr.Yoeswar A.Darisan Sp.S, hanya ada satu cara menghindari stroke, yaitu menghindari tiga faktor resiko stroke, seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol. Mau pakai apapun, satu-satunya cara menghindari stroke harus menghindari faktor resikonya. Jika terlanjur memiliki faktor resiko, ada baiknya dijaga dan sering memeriksakan diri ke dokter, ujarnya.Stroke? Coba Transcranial Magnetic Stimulation (TMS).

Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah saiah satu alat bidang Neurofisiologi yang dapat digunakan dalam membantu diagnosis gangguan saraf maupun digunakan dalam terapi/pengobatan gangguan saraf, baik gangguan fungsi saraf pusat maupun saraf tepi. Dr. Tugas Ratmono, Sp.S, seorang dokter spesialis saraf dari RSPAD Gatot Subroto menjelaskan cara kerja alat ini adalah dengan memberikan stimulasi pada sel saraf otak sehingga sel-sel otak yang terganggu dapat bekerja kembali dengan lebih baik.TMS berguna meningkatkan aktivitas sel yang tidak begitu aktif melalui peningkatan kerja neurotransmiter, yaitu suatu zat penghantar padajalur sel-sel saraf. Terapi TMS dilakukan dengan rnemberikan gelombang elektromagnetik frekuensi rendahatau frekuensi tinggi untuk memberikan efek inhibisi/hambatan pada saraf yang terlalu aktif ataupun menga ktivasi sel-sel yang kurang aktif. "Prinsipnya adaiah menyeirnbangkan kerja sel saraf", imbuhnya.

TMS Adalah Terapi Lanjutan.TMS adalah terapi tambahan, bukan pengganti obat pada tatalaksana gangguan saraf. Pasien dengan gangguan sistern saraf tetap diberikan pengobatan sesuai standar setelah itu dapat diberikan terapi TMS untuk menunjang atau mempercepat proses penyembuhan.

Persiapan Sebelurn Terapi TMS.Beberapa persiapan perlu dilakukan sebelum penggunaan TMS, seperti pemeriksaan klinis, pemeriksaan neurobehavior, penelusuran riwayat kejang, ada tidaknya metal atau logam pada otak,serta skrining fungsi sel saraf otak.Pada pasien dengan riwayat kejang atau epilepsi, dapat dilakukan pemeriksaan EEG. Dari pemeriksaan EEG dapat diketahui apakah terdapat fokus epileptikus. Dengan ditemukannya fokus epileptikus pada pemeriksaan EEG dapat membantu untuk menentukan dosis TMS yang sesuai.Penggunaan TMS pada pasien epilepsi harus lebih hati-hati karena stimulasi yang berlebihan dapat memicu terjadinya kejang. Namun dengan pemberian dosis TMS yang tepat yaitu frekuensi rendah dapat membantu mengurangi kejadian frekuensi kejang pada kasus-kasus yang tidak dapat diatasi dengan obat rnaupun operasi. "Inilah pentingnya persiapan sebelurnTMS, salah satunya menggunakan EEG", tegas dokter yang telah hampir 3 tahun menggunakan TMS untuk terapi pasiennya ini. TMS ini tidak dapat dilakukan pada orang yang mempunyai benda logam di otaknya karena prinsip kerja TMS ini adalah menggunakan meclan magnet- Namun bila benda logam tersebut berada di Iuar kepala seperti pada pasien yang menggunakan kawat gigi, TMS masih bisa dilakukan.Pemeriksaan fungsi saraf otak bertujuan untuk memastikan bahwa pasien yang akan dilakukan TMS adalah pasien yang mengalami gangguan sistem sarafserta dapat menjadi acuan dalam pemberian dosis TMS.Untuk mengetahui fungsi saraf otak dapat menggunakan EEG, EMG/EP/ MEP, CT scan atau MRI.Sebelum diterapi pasien biasa nya juga akan diminta untuk menandatangani informed consent apabila dia setuju untuk dilakukan terapi TMS.

Fungsi Sel Saraf Yang Diperiksa.Sebelum dilakukan TMS, pasien akan diperiksa fungsi sel sarafnya rnenggunakan Evoked Potential yang merupakan salah satu alat dalam rangkaian TMS. Melalui alat ini dapat mendeteksi gelombang otak melalui permukaan otak (cortex cerebri) yang di dalamnya terdapat banyak sel - sel saraf atau neuron. Melalui pemeriksaan Evoked Potential, dapat diketahui koneksitas antar sel saraf, efek menimbulkan gelombang - gelombang, sensitifitas sel saraf dimana semakin sensitif sel saraf, semakin baik, dan waktu konduksi sentral sel saraf. Waktu konduksi ini menggambarkan kemampuan sel saraf untuk menghantarkan sinyal atau pesan,jika semakin panjang waktunya berarti terdapat gangguan. Selain itu juga dapat diketahui tingginya gelombang (amplitudo) yang dihasilkan sel saraf. Semakin rendah amplitudo biasanya terdapat gangguan.

Dr. Tugas Ratmono, Sp.s

Gambar 1 . Alat Evoked Potential Pemberia

Pemberian TMS.Satu program terapi TMS diberikan sebanyak 10 kali selarna dua minggu secara berurutan. Minggu pertarna diberikan 1 kali sehari selama 5 hari, kemudian jeda 2 hari untuk mengistirahatkan otak setelah pemberian stimulasi, lalu dilanjutkan minggu kedua selama 5 hari juga seperti minggu pertama. Satu kali pemberian TMS dapat berlangsung antar 10-20 menit untuk masing-masing belahan otak Terapi 'TMS dapat dilakukan lebih dari satu program tergantung keperluan. Misalnya pada kasus stroke dapat diberikan sampai 4 minggu. Pemilihan lokasi pemberian tergantung dari kebutuhan pasien. Misalnya pada pasien yang mengalami gangguan bicara, maka sel-sel saraf yang berfungsi untuk bicara yang akan distimulasi. Pada pasien dengan gangguan motorik seperti tidak bisa berjalan, maka akan dipilih lokasi yang sesuai yang mengatur proses berjalan. Demikianjuga untuk gangguan lainnya pemberian TMS disesuaikan dengan fungsi otak yang terganggu.Setelah pemberian TMS terka dang pasien dapat merasa sakit kepala atau mengantuk. Tapi tidak perlu khawatir, efek ini sifatnya sementara. Sakit kepala yang timbul dapat diredakan dengan obat sakit kepala biasa. Dan sampai saat ini belum ada yang melaporkan adanya efek jangka panjang.

Dimana Bisa Terapi TMS? Terapi TMS telah digunakan di Klinik Stimulasi Otak Non lnvasif di RSPAD Gatot Subroto, tepatnya di Jl. Dr. Abdul Rach man Saleh No.24,Jakarta Pusat untuk membantu proses penyembuhan pasiennya yang mengalami gangguan saraf. Cakupan pelayanan klinik ini adalah terapi pada kasus stroke, Parkinson, pasca trauma otak dan saraf, neuropati, distonia, depresi, nyeri kronik termasuk Low Back Pain, gangguan keseimbangan, tinitus (telinga berdenging), gangguan bahasa (sulit bicara), gangguan kognitif, penyakit degeneratif seperti Multiple Sclerosis, dan post Barre Syndrome (GBS). Sebagian besar pasien yang telah diterapi menggunakan TMS di klinik ini adalah pasien stroke dan beberapa penyakit saraf lainnya.

Gambar 2. Kasus stroke: amplitude normal [atas], amplitudo lemah (bawah)

Gambar 3. Kasus Stroke Dengan Sisi Kiri Lumpuh. Sebelum Terapi (A) dan Setelah Terapi TMS, Pasien Sudah Bisa Berjalan (B)