temper tantrumnmn

36
REFERAT MARET 2015 “ TEMPER TANTRUM” Nama : Nita Rachmawati No. Stambuk : N 111 14 041 Pembimbing : dr. Effendy Salim, Sp.A DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

Upload: rachman-usman

Post on 02-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hvh

TRANSCRIPT

REFERAT MARET 2015

TEMPER TANTRUM

Nama:Nita RachmawatiNo. Stambuk:N 111 14 041Pembimbing:dr. Effendy Salim, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKORUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATAPALU2015

BAB IPENDAHULUAN

Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit, dsb. 1,2Normalnya, tantrum pada anak-anak hanya terjadi sekitar 30 detik sampai 2 menit saja. Tapi, jika kemarahan berlanjut sampai pada tingkat yang membahayakan dirinya atau orang lain, maka ini bisa menjadi hal yang sangat serius. 1,2Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Meski tidak menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan orang dewasa pun pernah mengalami ledakan kemarahan ini. Dan pada dasarnya, marah-marah pada anak-anak usia 1-4 tahun adalah hal yang wajar terjadi bagi usia mereka. Kebanyakan anak-anak mengalami hal ini. 1,3Pada umumnya temper tantrum dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu usia dibawah 3 tahun yang sering diekspresikan dengan menangis, memukul, menjerit, menendang bahkan dalam kasus yang parah adalah membentur bentur kepalanya ke tembok. kedua pada usia tiga sampai empat tahun dengan ekspresi kemarahan yang diungkapkan dengan membanting, merengek, mengkritik bahkan sampai menghentak-hentakan kaki. Terakhir adalah pada usia 5 tahun ke atas dengan mengkritik diri sendiri, memukul bahkan yang lebih parah merusak benda benda yang ada disekitarnya. 1,2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Temper tantrum adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper tantrum seringkali muncul pada anak sesuai bulan hingga 6 tahun. Umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan marahnya atau temper tantrum. Sikap yang ditunjukkan untuk menampilkan rasa tidak senangnya, anak melakukan tindakan yang berlebihan, misalnya menangis, menjerit-jerit,melemparkan benda, berguling-guling, memukul ibunya atau aktivitas besar lainnya. 1,3,4

Tantrum lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap sulit dengan ciri-ciri memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar yang tidak teratur, sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru, lambat beradaptasi terhadap perubahan, suasana hati lebih sering negative, mudah terprovokasi, gampang merasa marah dan sulit dialihkan perhatiannya. Tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosi. Sebagai periode dari perkembangan, tantrum pasti akan berakhir. Berdasarkan teori-teori di atas disimpulkan bahwa temper tantrum merupakan luapan emosi yang meledak-ledak akibat suasana yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh anak. 3,4B. EPIDEMIOLOGI Temper tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Temper tantrumjuga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.Lambat beradaptasi terhadap perubahan.Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.Sulit dialihkan perhatiannya. 1,3

C. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi tantrum berdasarkan kelompok usia. Berdasarkan kelompok usia tantrum dibedakan menjadi :a. Dibawah 3 tahun Anak dengan usia di bawah 3 tahun ini bentuk tantrumnya adalah menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit, memekik-mekik, melengkungkan punggung, melempar badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan, menahan napas, membentur-benturkan kepala dan melempar-lempar barang. 2b. Usia 3-4 tahun Anak dengan rentang usia antara 3 tahun sampai dengan 4 tahun bentuk tantrumnya meliputi perilaku pada anak usia di bawah 3 tahun ditambah dengan menghentak-hentakkan kaki, berteriak-teriak, meninju, membanting pintu, mengkritik dan merengek. 1,3c. Usia 5 tahun ke atas Bentuk tantrum pada anak usia 5 tahun ke atas semakin meluas yang meliputi perilaku pertama dan kedua ditambah dengan memaki, menyumpah, memukul, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja dan mengancam.Menurut Purnamasari (2005) menyebutkan bahwa stiap anak yang setidaknya telah berusia 18 bulan hingga tiga tahun dan bahkan lebih akan menentang perintah dan menunjukkan individualitasnya sekali waktu. Hal ini merupakan bagian normal balita karena mereka terus menerus mengeksplorasi dan mempelajari batasan-batasan disekelilingnya. Anak akan menunjukkan berbagai macam tingkah laku, seperti keras kepala dan membangkang karena sedang mengembangkan kepribadian dan otonominya. Tantrum juga merupakan cara normal untuk mengeluarkan semua perasaan yang menumpuk. Seorang anak pada usia ini akan menunjukkan beberapa atau semua tingkah laku sebagai berikut : Penolakan atas kontrol dalam bentuk apapun Keinginan untuk mandiri, lebih banyak menuntut dan menunjukkan tingkah laku yang membangkang. Berganti-ganti antara kemandirian dan bertingkah manja. Ingin mendapatkan kendali dan ingin mengendalikan. 1,3,5

D. FAKTOR PENYEBAB Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya temper tantrum, diantaranya adalah :a. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatuAnak jika menginginkan sesuatu harus selalu terpenuhi, apabila tidak berhasil terpenuhinya keinginan tersebut maka anak sangat dimungkinkan untuk memakai cara tantrum guna menekan orangtua agar mendapatkan apa yang ia inginkan. 6,7b. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diriAnak-anak mempunyai keterbatasan bahasa, pada saatnya dirinya ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtua pun tidak dapat memahami maka hal ini dapat memicu anak menjadi frustasi dan terungkap dalam bentuk tantrum. 6,7c. Tidak terpenuhinya kebutuhanAnak yang aktif membutuhkan ruang dan waktu yang cukup untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Apabila suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil, maka anak tersebut akan merasa stress. Salah satu contoh pelepasan stresnya adalah tantrum. 6,7d. Pola asuh orangtuaCara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapat apa yang ia inginkan, bisa tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dan didominasi oleh orantuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku tantrum.Orangtua yang mengasuh anak secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak tantrum. 7,8Pola asuh orangtua dalam hal ini sebenarnya lebih pada bagaimana orangtua dapat memberikan contoh atau teladan kepada anak dalam setiap bertingkah laku karena anak akan selalu meniru setiap tingkah laku orangtua. Jika anak melihat orangtua meluapkan kemarahan atau meneriakkan rasa frustasi karena hal kecil, maka anak akan kesulitan untuk mengendalikan diri. Seorang anak perlu melihat bahwa orang dewasa dapat mengatasi frustasi dan kekecewaan tanpa harus lepas kendali, dengan demikian anak dapat belajar untuk mengendalikan diri. Orangtua jangan menghadapkan anak dapat menunjukkan sikap yang tenang jika selalu memberikan contoh yang buruk. 5,6e. Anak merasa lelah, lapar atau dalam keadaan sakitKondisi sakit, lelah serta lapar dapat menyebabkan anak menjadi rewel. Anak yang tidak pandai mengungkapkan apa yang dirasakan maka kecenderungan yang timbul adalah rewel, menangis serta bertindak agresif.f. Anak sedang stress dan merasa tidak amanAnak yang merasa terancam, tidak nyaman dan stress apalagi bila tidak dapat memecahkan permasalahannya sendiri ditambah lagi lingkungan sekitar yang tidak mendukung menjadi pemicu anak menjadi temper tantrum. 5,6

E. FAKTOR RISIKO Pemicu tantrum menurut Purnamasari (2005) menyebutkan bahwa :a. Mencari perhatian Walaupun tantrum jarang dilakukan hanya untuk memanipulasi orangtua, jika hasil dari tantrum adalah perhatian penuh orang dewasa, hal ini memberi alasan untuk mulai menunjukkan tantrumb. Meminta sesuatu yang tidak bisa ia milikiAnak memaksa ingin sarapan es krim atau meminta ibunya memeluknya saat menyiapkan makanan.c. Ingin menunjukkan kemandirianAnak ingin mengenakan pakaian yang kurang sesuai dengan cuaca hari itu, seperti kaus di hari-hari yang dingin, atau tidak mau makan makanan yang sudah disiapkan.d. Frustasi dengan kemampuan yang terbatas untuk melakukan aktivitas yang ia coba, anak ingin menunjukkan kemampuannya melakukan beberapa hal sendiri, seperti berpakaian, atau menemukan potongan puzle, tetapi tidak bisa berhasil menyelesaikannya.e. CemburuBiasanya ditunjukkan kepada kakak, adik atau lain. Ia menginginkan mainan atau buku mereka.f. Menantang otoritasAnak tiba-tiba tidak ingin melakukan rutinitas seperti rutinitas sebelum tidur, atau menolak berangkat ke tempat penitipan anak, walaupun ia selalu senang di sana. 4,5

F. Aspek-aspek dalam Temper TantrumBates, Freelow dan Lounsburry menyatakan ada empat aspek dalam temper tantrum, yaitu : a) fussy difficult, b) unudaptable, c) dull (positive affect), d) unpredictable. Fussy Difficult adalah perilaku protes anak yang memberikan respon yang ditandai dengan sikap menangis atau sikap mudah marah dengan lingkungan.Unadaptable adalah ketidakmampuan anak beradaptasi dengan lingkungan yang kemudian memunculkan sebuah reaksi negative, sebagai contoh anak bayi yang akan terus menangis di sepanjang acara keluarga dan anak bayi tersebut tidak mau digendong oleh orang lain selain ibunya sendiri.Dull atau efek positif adalah suatu perasaan positif dan aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan untuk mendekati lingkungan social anak. Unpredictable adalah suatu sikap atau respon emosi maupun perilaku yang sulit diduga seperti ketika anak stress maka akan muncul rasa lapar atau mengantuk. 5,6,7 G. PENATALAKSANAANDalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari proses perkembangan, episode tantrum pasti berakhir. Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku tantrum adalah bahwa dengan tantrum anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun demikian bukan berarti bahwa tantrum sebaiknya harus dipuji ataupun diberikan dukungan atau disemangati (encourage). 1,4,5Jika orangtua membiarkan tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia tantrum) atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentu orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut). Dengan bertindak keliru dalam menyikapi tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.8 Pertanyaan sebagian besar orangtua adalah bagaimana cara terbaik dalam menyikapi anak yang mengalami Tantrum. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kami mencoba untuk memberikan beberapa saran tentang tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk mengatasi hal tersebut. 7,8Ketika Tantrum Terjadi Jika tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah:1. Memastikan segalanya aman. Jika tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Selama tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika selama tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak. 3,5,82. Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak. 5,63. Tidak memberi perhatian pada tantrum anak (ignore). Selama tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan tantrumnya, karena anak tidak akan menanggapi/mendengarkan. Usaha menghentikan tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan semakin lama tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan. 7,84. Jika perilaku tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint. Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak dia. 7,8Ketika Tantrum Telah Selesai Saat tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya. 6,8Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya. 6,8Setelah tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginan anak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa mencegah tantrum berikutnya. 6,8Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi tantrum. Saat orangtua dan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal. 7,8Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang "sulit" dan mudah menjadi tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus diakui bahwa orang tualah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya dan mempermudah kehidupan anak agar tantrum tidak terus-menerus meletup. 7,8H. PENCEGAHANLangkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang. Maka supaya ia tidak tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil. 6,7,8Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya) dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun didampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk. 7,8Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan? Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun. 6,7,8

BAB IIIKESIMPULAN Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit, dsb.Pada umumnya temper tantrum dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu usia dibawah 3 tahun yang sering diekspresikan dengan menangis, memukul, menjerit, menendang bahkan dalam kasus yang parah adalah membentur bentur kepalanya ke tembok. kedua pada usia tiga sampai empat tahun dengan ekspresi kemarahan yang diungkapkan dengan membanting, merengek, mengkritik bahkan sampai menghentak-hentakan kaki. Terakhir adalah pada usia 5 tahun ke atas dengan mengkritik diri sendiri, memukul bahkan yang lebih parah merusak benda benda yang ada disekitarnya.Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul tantrum pada si anak. Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya karena pola asuh orang tua sangat mempengaruhi tingkah laku dari anak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA 1. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Bandung : PT. Refika Aditama, 20072. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT.Grasindo, 20063. Hasan, Maimun. Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Diva Press, 20094. Lichtenstein, R dan Ireton, H. Preeschool Screening:Identifying Young Children With Developmental and Educational Problem, Orlando : Groune and Statton,Harcout Brace Javanovich 19845. Shelov, Steven P. Caring For Your Baby and Young Child, New York : Bantam Book, 19936. Smith, K Mark, Dkk. Teori Belajar dan pembelajaran (Terjemh). Jakarta : Mirza Media Pustaka. 2009.7. Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT. Indeks,20098. Santrock, W John. Psikologi Pendidikan . Jakarta : Kencana. 2007