tekhnik pemberian imunisasi dasar

42
TEKHNIK PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK Delliani Jeffry kurniawan Raihanah Sri Fajar Mawarni

Upload: morgan-cox

Post on 02-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

TEKHNIK PEMBERIAN IMUNISASI DASARPADA ANAK

Delliani

Jeffry kurniawan

Raihanah

Sri Fajar Mawarni

Page 2: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

PENGERTIAN

Pengertian Imunisasi Dasar - Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunisasi ) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini, Y, 2004).

Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan awal secara aktif.

Tujuan imunisasi : Mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada

seseorang menghilangkan penyakit tertentu pada

sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia

Page 3: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila

tidak divaksinasi Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi

ikutan yang tidak diharapkan Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan,

jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum

melakukan imunisasi Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan

diberikan Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan

dengan baik Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda

perubahan, periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan adanya kerusakan

Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan

Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin.

Page 4: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

TEKNIK DASAR DAN PETUNJUK KEAMANAN PEMBERIAN VAKSIN

Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet (tutup karet di desinfeksi)

Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru sekali pakai dan steril

Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis

Kulit yang akan disuntik dibersihkan Semprit dan jarum harus dibuang dalam

tempat tertutup dan diberi label tidak mudah robek dan bocor

Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak.

Page 5: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

Umur Jadwal imunisasi dan tempat

0 hari Imunisasi Hepatitis B

(vastus lateralis kanan)

0 bulan Imunisasi BCG

(area deltoit kanan)

2 bulan Imunisasi Polio (IVP) 1            dan        DPT-Hepatitis B 1

(Imunisasi Lateralis Kanan)                   (vastus lateralis kiri)

3 bulan Imunisasi Polio (IVP) 2            dan        DPT-Hepatitis B 2

(vastus lateralis kanan)                         (vastus lateralis kiri)

4 bulan Imunisasi Polio (IVP) 3            dan        DPT-Hepatitis B 3

(Vastus laateralis kanan)                       (vastus lateralis kiri)

9 bulan Imunisasi Polio (IVP) 4            dan        Campak

(vastus lateralis kanan)                         (area deltoit kiri)

Page 6: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

1. VAKSIN HB0

a. Pengertian Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus

rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B

Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius Pencegahan dapat diberikan dengan imunisasi pasif

ataupun imunisasi aktif.

b. Indikasi  Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi

yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus

Hepatitis A atau C atau yang diketahui dapat menginfeksi hati.

Page 7: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

c. Kontra indikasi Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi

absolut terhadap pemberian imunisasi hb terkecuali pada ibu hamil, alergi pada komponen vaksin.

d. Efek samping Nyeri Bengkak Panas Mual nyeri sendi maupun otot

f. Kejadian ikutan pasca imunisasi Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2

hari Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot,

nyeri sendi.

Page 8: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

f. Jadwal pemberian Imunisasi Hb diberikan sedini mungkin setelah lahir Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status

HbsAg ibu pada saat melahirkan yaitu: Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya

Vaksin rekombinan (Hb Vax-II 5 ug at Engerix-B10ug) atau vaksin plasma derived 10 ug (dalam waktu 12 jam), dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan

Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (+)Diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara bersamaan di sisi tubuh yang berbeda dalam waktu 12 jam, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan.

Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (-)Diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada umur 2-6 bulan, dosis kedua pada 1-2 bulan kemudian, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi kesatu

Idealnya dilakukan Px anti HbsAg (paling cepat 1 bulan) Imunisasi ulang Hb (pada umur 10-12 tahun).

Page 9: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

g. Persiapan alat Sarung tangan satu pasang Alat suntik PID berisi vaksin dosis

tunggal hepatitis B Bak instrumen Kapas Air hangat dalam kom Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuai dengan

kebutuhan Safety box Bengkok buku injeksi atau daftar obat

Page 10: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

h. prosedur cuci tangan Menggunakan sarung tangan bersih Mengatur posisi pasien, sesuai tempat penyuntikan yaitu vatus

lateralis Memasang perlak dan pengalasnya Menentukan tempat penyuntikan dengan benar Membebaskan daerah yang akan dinjeksi dari pakaian Membersihkan kulit dengan air hangat, melingkar dari arah

dalam ke luar. Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit. Hal-hal yang harus diperhatikan.

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.

Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.  Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.  Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID,

pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha. 

Pemberian sebanyak 3 dosis. 

Page 11: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan). 

Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk merenggangkan kulit

Memasukan spuit berisi obat imunisasi : Sudut 90° dari permukaan kulit, kedalaman jarum 2/3 dari

serutuh panjang jarum untuk imunisasi pada area vastus lateralis

Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus lateralis) dan SC (deltoid)

Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Menekan daerah penusukan dengan kapas desinfektan

untuk imunisasi Membuang spuit kedalam safety box

Page 12: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

2.VAKSIN BCG

Pengertian BCG adalah vaksin hidup dengan bentuk

beku kering yang dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan secara berulang selama 13 tahun (basil tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas).

Indikasi  untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

penyakit tuberculosis (TBC) dimana vaksin BCG tidak mencegah infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat seperti meningitis, TBC tulang.

Page 13: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN BCG

Kontra indikasi : Reaksi uji tuberkulin > 5 mm Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi

HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid (leukimia), mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk Menderita demam tinggi Menderita infeksi kulit yang luas Pernah/masih menderita TBC Kehamilan

Page 14: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN BCG

Efek samping Tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang

timbul 2-3 minggu setelah penyuntikan dan meninggalkan luka parut dengan diameter 4-8 mm

Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di axila (ketiak) atau leher. Tergantung pada umur dan dosis yang dipakai, biasanya akan sembuh sendiri.

Proteksi Mulai 8-12 minggu pasca vaksinasi Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%) Mencegah TB berat 60-80%

Page 15: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN BCG

Jadwal pemberian

Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya diberikan pada umur ≤2 bulan

Apabila diberikan >3 bulan harus terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin (mantoux)

Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun (jika uji tuberkulin negatif)

Khasiat BCG selama 3 tahun dan lama kekebalan selama 9 tahun.

Page 16: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN BCG

Persiapan alat

Sarung tangan satu pasang Spuit berikut jarumnya steril dengan ukuran 26 Bak instrumen Kapas alkohol dalam kom Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuai dengan kebutuhan Bengkok buku injeksi atau daftar obat

Page 17: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN BCG

Prosedur Menggunakan sarung tangan bersih  Mengatur posisi pasien, sesuai tempat penyuntikan

yaitu : area deltoid Memasang perlak dan pengalasnya   Menentukan tempat penyuntikan dengan benar  membebasakan daerah yang akan dinjeksi dari pakaian Membersihkan kulit dengan kapas alkohol, melingkar dari

arah dalam ke luar dan kapas alkohol dibuang kebengkok Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit: Jenis obat bubuk dan pelarut. Jadi Sebelum disuntikkan

vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.

Page 18: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN BCG Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi. Spuit yang digunakan 10 mm ukuran 26 Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk

metenggangkan kulit Memasukan spuit berisi obat imunisasi :  Sudut 15°

dari permukaan kulit untuk imunisasi daerah deltoid yaitu BCG (intra kutan)

Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat SC (deltoid)  Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Isap secara perlahan daerah penusukan dengan kapas

desinfektan.  Membuang spuit kedalam bengkok.

Page 19: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

3. VAKSIN DPT/HB

Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non-infectious.

Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus

Page 20: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN DPT

Toksoid Difteria Vaksin pertusis Toksoid tetanus

Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid tetanus yang telah dilemahkan Kemasan tunggal (TT) Kemasan dengan vaksin difteri (DT) Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT)

Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi pasif (ATS).

Page 21: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN DPT

Indikasi 

Difteri Tetanus Pertusis

Kontra Indikasi

Riwayat anafilaksis Ensefalopati pasca DPT sebelumnya

Page 22: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN DPT

KIPI Lokal: Bengkak, Kemerahan, nyeri pada

tempat suntikan Demam, gelisah, menangis terus menerus Reaksi anafilaktik, ensefalopati 1/50.000

dosis.

Page 23: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

Imunisasi Spacing Masa perlindungan Tujuan

T1 Mengembangkan kekebalan tubuh pada

infeksi

T2 4 pekan setelah T1 3 tahun Menyempurnakan kekebalan

T3 6 bulan setelah T2 5 tahun Menguatkan kekebalan

T4 1 tahun setelah T3 10 tahun Menguatkan kekebalan

T5 1 tahun setelah T4 25 tahun Mendapatkan kekebalan penuh

Page 24: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

Persiapan alat

Sarung tangan satu pasang Spuit berikut jarumnya steril dengan ukuran

23 Bak instrumen Kapas alkohol dalam kom

 Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuaidengan kebutuhan

 Bengkok buku injeksi atau daftar obat.

Page 25: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

PROSEDUR

Menggunakan sarung tangan bersih Mengatur posisi pasien, sesuai tempat

penyuntikan yaitu : vatus lateralis Memasang perlak dan pengalasnya Menentukan tempat penyuntikan dengan benar Membebasakn daerah yang akan dinjeksi dari

pakaian Membersihkan kulit dengan kapas alkohol,

melingkar dari arah dalam ke luar dan kapas alkohol dibuang kebengkok

Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit

Page 26: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

PROSEDUR

Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk metenggangkan kulit

Memasukan spuit berisi obat imunisasi :

 Sudut 90° dari permukaan kulit, kedalaman jarum 2/3 dari selutuh panjang jarum untuk imunisasi pada area vastus lateralis

Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus lateralis) dan SC (deltoid)

Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Menekan daerah penusukan dengan kapas

desinfektan untuk imunisasi Membuang spuit kedalam bengkok

Page 27: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

4.VAKSIN POLIO

Pengertian Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio

trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

Ada 2 macam jenis vaksin polio Vaksin virus polio oral (OPV) Vaksin polio inactivated (IPV) atau vaksin polio

injeksi

Page 28: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN POLIO

Indikasi  Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis. 

Kontra indikasi pemberian OPV Penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C) Muntah atau diare Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau

imuno supresif oral maupun suntikan, juga pengobatan radiasi umum

Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial seperti limfoma, leukimia, dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misal pada hipo-gamaglobulinemia

Menderita infeksi HIV/anggota keluarga sebagai kontak.

Page 29: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN POLIO

KIPI Setelah vaksinasi, sebagian kecil resipien

dapat mengalami gejala Pusing-pusing Diare ringan, Sakit pada otot

Page 30: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

PROSEDUR Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial

vaksin. Diberikan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4

kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. 

Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. 

Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan : 

vaksin belum kadaluarsa  vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8

derajat Celcius tidak pernah terendam air  sterilitasnya terjaga  VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh

digunakan lagi untuk hari berikutnya. 

Page 31: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

5.VAKSIN CAMPAK

Vaksin Campak merupakan  vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril. 

Tahun 1963 dibuat dua jenis vaksin campak Vaksin yang berasal dari virus campak yang

hidup dan dilemahkan, jangan terkena sinar matahari

Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium)

Page 32: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN CAMPAK

Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

penyakit Campak. 

Kontra indikasi Demam tinggi Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi Hamil Mempunyai riwayat alergi mengidap penyakit immuno deficiency menderita gangguan respon imun karena

leukemia, lymphoma.  ( Dinkes Prov Jatim, 2005 ).

Page 33: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN CAMPAK

Efek samping Hingga 15% pasien dapat mengalami demam

ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. 

Reaksi KIPI Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-

6 dan berlangsung selama 2 hari Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan

berlangsung selama 2-4 hari.

Page 34: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN CAMPAK

Jadwal pemberian

Jadwal pemberian campak pada bayi umur 9-11 bulan

Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk sekolah usia 6-7 tahun dalam program BIAS

Page 35: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

VAKSIN CAMPAK

Persiapan alat Sarung tangan satu pasang Spuit berikut jarumnya steril dengan ukuran

23 Bak instrumen Kapas alkohol dalam kom

 Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuaidengan kebutuhan

 Bengkok buku injeksi atau daftar obat

Page 36: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

PROSEDUR

Menggunakan sarung tangan bersih Mengatur posisi pasien, sesuai tempat

penyuntikan yaitu : area deltoid Memasang perlak dan pengalasnya

 Menentukan tempat penyuntikan dengan benar Membebasakn daerah yang akan dinjeksi dari

pakaian Membersihkan kulit dengan kapas alkohol,

melingkar dari arah dalam ke luar dan kapas alkohol dibuang kebengkok

Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup sepuit

Page 37: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

PROSEDUR Dosis minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah

0,5 ml secara subcutan atau intra muscular Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk

metenggangkan kulit Memasukan spuit berisi obat imunisasi : Sudut 45° dari permukaan kulit untuk imunisasi area

deltoid (sub cutan) yaitu imunisasi Campak Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus

lateralis) dan SC (deltoid) Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Menekan daerah penusukan dengan kapas

desinfektan untuk imunisasi kecuali Membuang spuit kedalam safety box.

Page 38: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

6. IMUNISASI DT DAN TT/TD

Pengertian Vaksin DT-TT merupakan vaksin yang terbuat dari

bahan toksoid. Toksoid adalah racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri yang kemudian telah dilemahkan sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Tetanus dan difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan toksin yang berbahaya bagi tubuh

Efek samping DT : Efek samping yang mungkin terjadi adalah

demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari. 

TT : Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri. 

Page 39: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

Persiapan alat Sarung tangan satu pasang Spuit berikut jarumnya steril (ADS 0,5) Bak instrumen Kapas Air hangat dalam kom

 Perlak dan pengalas Obat imunisasi sesuaidengan kebutuhan

 Bengkok Safety box buku injeksi atau daftar obat

Page 40: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

Prosedur cuci tangan Menggunakan sarung tangan bersih Mengatur posisi pasien, sesuai tempat

penyuntikan yaitu : area deltoid Memasang perlak dan pengalasnya Menentukan tempat penyuntikan dengan benar Membebasakn daerah yang akan dinjeksi dari

pakaian Membersihkan kulit dengan air hangat, melingkar

dari arah dalam ke luar Mengambil obat imunisasi dan membuka penutup

sepuit

Page 41: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuannya agar suspensi menjadi homogen.

Penyuntikkan vaksin TT untuk mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu

Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk merenggangkan kulit

Memasukan spuit berisi obat imunisasi : Sudut 45° dari permukaan kulit untuk imunisasi area

deltoid (sub cutan). Melakukan aspirasi untuk imunisasi lewat IM (vastus

lateralis) dan SC (deltoid) Memasukkan obat imunisasi secara perlahan Mencabut jarum dari tempat penusukan Menekan daerah penusukan dengan kapas

desinfektan untuk imunisasi Membuang spuit kedalam safety box.

Page 42: Tekhnik Pemberian Imunisasi Dasar

TERIMA KASIH