tb trafik gsm

58
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini hampir semua instrumen telekomunikasi bergerak menggunakan teknologi yang berbasis selluler. Sistem Telekomunikasi bergerak berbasis selluler menawarkan kelebihan dibandingkan dengan Sistem Wireline (jaringan kabel), yaitu mobilitas sehingga pengguna dapat bergerak kemanapun selama masih dalam cakupan layanan Operator. Tetapi dalam penerapannya sistem ini juga memiliki keterbatasan – keterbatasan diantaranya terbatasnya kanal pembicaraan seiring dengan banyaknya jumlah pelanggan teknologi komunikasi seluler, sehingga mengakibatkan apa yang disebut dengan block call yang pada tahun baru kemarin terjadi pada jaringan milik PT Telkomsel. Selain itu masalah penerimaan sinyal RF (Radio Frekuensi) juga menjadi faktor yang sangat penting dalam sistem komunikasi Wireless. Rendahnya kualitas level sinyal penerima

Upload: ahyaamalina

Post on 05-Jul-2015

482 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tb Trafik Gsm

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekarang ini hampir semua instrumen telekomunikasi bergerak

menggunakan teknologi yang berbasis selluler. Sistem Telekomunikasi

bergerak berbasis selluler menawarkan kelebihan dibandingkan dengan Sistem

Wireline (jaringan kabel), yaitu mobilitas sehingga pengguna dapat bergerak

kemanapun selama masih dalam cakupan layanan Operator.

Tetapi dalam penerapannya sistem ini juga memiliki keterbatasan –

keterbatasan diantaranya terbatasnya kanal pembicaraan seiring dengan

banyaknya jumlah pelanggan teknologi komunikasi seluler, sehingga

mengakibatkan apa yang disebut dengan block call yang pada tahun baru

kemarin terjadi pada jaringan milik PT Telkomsel. Selain itu masalah

penerimaan sinyal RF (Radio Frekuensi) juga menjadi faktor yang sangat

penting dalam sistem komunikasi Wireless. Rendahnya kualitas level sinyal

penerima ini yang mengakibatkan sering terjadinya kegagalan proses panggilan

atau biasa yang disebut dengan Drop call.

Oleh karena itu perlu dilakukan proses monitoring dan analisa yang

berkelanjutan guna memantau kinerja sistem ini. Dari analisa trafik tersebut

dapat dilihat letak permasalahan yang mengakibatkan buruknya performansi

suatu jaringan Telekomunikasi.

Page 2: Tb Trafik Gsm

1.2. Batasan Masalah

1. Makalah Tugas Besar ini hanya membatasi permasalahan tentang Trafik

dalam sistim telekomunikasi selluler.

2. Mengatasi permasalahan yang terjadi dalam jaringan komunikasi

khususnya dalam hal penerimaan radio frekuensi.

1.3. Tujuan Penelitian

Menganallisa data trafik beserta parameter – parameter yang ada dalam

sebuah sistem seluler berbasis teknologi GSM guna mengetahui permasalahan

yang ditimbul beserta usulan perbaikan kinerja sistem.

Page 3: Tb Trafik Gsm

BAB II

SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK

2.1. Sistem Radio Panggil

Sistem radio panggil untuk pertama kali menggunakan pengeras

radio di dalam bangunan. Saat ini orang yang ingin dipanggil membawa

pesawat kecil, biasanya mempunyai layar kecil yang dapat menampilkan

pesan yang masuk. Seseorang yang ingin memanggil pengguna pesawat ini

kemudian dapat menelpon perusahaan radio panggil dan memasukkan kode

keamanannya, nomor telepon yang diminta agar dipanggil oleh pemakai

pesawat (pesan pendek lainnya). Kemudian komputer yang menerima

permintaan tersebut mentransmisikannya melalui kabel atau mata rantai radio

ke antena transmisi, baik dengan menyiarkan panggilan secara langsung

(untuk panggilan interlokal). Pada saat pesawat mendeteksi nomor unitnya

pada aliran radio masuk, pesawat akan mengeluarkan suara dan menampilkan

nomor yang dipanggil. Juga mungkin untuk memanggil sekelompok orang

secara bersamaan dengan menggunakan sebuah panggilan telepon.

Gambar 2.1 Bagan Panggilan sistem radio panggil

Sistem radio panggil yang paling modern dapat menghubungkan

langsung ke komputer dan dapat menerima tidak hanya nomor telepon saja,

tetapi juga pesan – pesan yang lebih panjang, kemudian komputer dapat

langsung memproses data begitu ada data yang masuk. Sistem radio panggil

Penelpon Operator SistemRadio Panggil

Stasiun PemancarRadio Panggil

Pengguna SistemRadio Panggil

Page 4: Tb Trafik Gsm

memiliki sifat bahwa sistem memiliki komunikasi satu arah, dari sebuah

komputer ke sejumlah penerima yang banyak. Tidak ada masalah tentang

siapa yang akan bicara berikutnya, dan tidak ada persaingan diantara pemakai

sistem ini untuk mendapatkan sejumlah kecil saluran, karena ada satu saja

dalam sistem keseluruhan.

Sistem radio panggil memerlukan lebar pita yang kecil karena

masing – masing pesan membutuhkan sebuah pecahan tunggal yang mungkin

hanya 30 byte. Pada laju data seperti ini, saluran satelit 1 Mbps dapat

menangani 240.000 panggilan per menit. Sistem radio panggil lama

beroperasi pada berbagai frekuensi pada pita 150 – 174 MHz. sebagian besar

sistem radio panggil modern beroperasi pada pita frekunsi 930 – 932 MHz.

2.2. Telepon Tanpa Kabel

Telepon tanpa kabel memungkinkan orang untuk berjalan – jalan

disekitar rumahnya sambil menerima telepon. Sistem ini terdiri dari dua

bagian yaitu unit pemancar dan penerima, dan telepon. Unit pemancar dan

penerima memiliki sambungan terminal telepon standar di bagian

belakangnya. Karena itu unit pemancar dan penerima menggunakan radio

berdaya rendah. Umumnya keduanya dapat melakukan komunikasi dalam

jarak 100 sampai 300 meter. Karena telepon kabel yang hanya berharap dapat

melakukan komunikasi dengan unit pemancar dan perima sendiri, maka tidak

diperlukan standarisasi. Sebagai model yang mudah menggunakan frekuensi

yang tetap, yang dipilih oleh pihak pabrik. Jadi dimungkinkan bila suatu saat

telepon kita menggunakan frekuensi yang sama dengan penggunaan yang

Page 5: Tb Trafik Gsm

lain, maka kita dapat saling mendengar pembicaraan. Untuk jenis telepon ini

sering kali menyebabkan gangguan dengan radio dan televisi.

2.3. Sistem Komunikasi Seluler GSM

Dunia telekomunikasi sekarang ini diramaikan oleh berbagai macam

teknologi seluler. Ada yang memanfaatkan basis analog seperti AMPS

(Advance Mobile Phone System) sampai ke GSM (Global System for Mobile

Communication) dengan menggunakan frekuensi 900 MHz seperti yang kita

gunakan, atau 1800 MHz yang sudah mendunia atau bahkan 1900 MHz

khusus di Amerika Utara.

Konsep seluler untuk perencanaan dalam kota mulai diterapkan

pertama kali di Amerika Serikat tepatnya di Chicago pada tahun 1979. Sistem

yang digunakan saat itu adalah AMPS, sedangkan GSM dengan teknologi

TDMA (Time Division Multiple Acces) berkembang pesat di Eropa.

Sedangkan di Indonesia, sistem telepon bergerak seluler komersial mulai

beroperasi sejak bulan April 1986, sistem yang digunakan NMT-450 (Nordic

Mobile Telephone) dengan wilayah pelayanan Jakarta, Bandung dan rute

yang menghubungkan keduanya melalui Puncak. Sesuai dengan namanya

sistem ini beroperasi pada frekuensi 450 MHz.

Dengan penggunaan sistem seluler ini diharapkan dapat menambah

kapasitas sistem, hal ini dimungkinkan dengan adanya metode pengulangan

frekuensi (Frequency Reuse). Yang dimaksud dengan pengulangan frekuensi

disini adalah beberapa BS (Base Station) yang terpisah pada jarak tertentu

Page 6: Tb Trafik Gsm

(yang memenuhi signal – to – Interference Ratio tertentu), dapat

menggunakan kanal frekuensi sama.

Sementara ini perkembangan sistem seluler GSM bebasis digital ini

dimulai pada tahun 1982, ketika diadakan ECPT (European Conference of

Posts and Telecommunication Administration). Konferensi tersebut

menghasilkan dua putusan penting, yaitu membentuk suatu tim yang bernama

Group System Mobile untuk merancang suatu standar jaringan seluler yang

akan diterapkan dikawasan Eropa dan merekomendasikan alokasi frekuensi

900 MHz untuk sistem seluler.

2.4. Awal Perkembangan GSM di Indonesia

PT. Telekomunikasi Indonesia sebagai penyelenggara

telekomunikasi terbesar di Indonesia telah mempersiapkan proyek GSM ini

dengan sungguh – sungguh. Sebagai langkah awal pada bulan Agustus 1992,

PT. Telkom mengadakan studi komparasi kebeberapa operator dan

manufactures sistem seluler di Eropa, Amerika dan Hongkong.

Menindak lanjuti langkah sebelumnya, PT. Telkom mengundang

para vendor (Siemens, Alcatel, Ericsson dan AT&T) untuk

mempresentasikan teknologinya kepada tim di Indonesia, dari sini

selanjutnya dapat ditentukan spesifikasi teknis dan struktur dasar GSM yang

akan digunakan. Pemerintah Indonesia menetapkan sistem seluler GSM yang

digunakan karena sistem ini sesuai dengan sistem yang telah ada yaitu

EWSD, NEAX dan 5-SS. Oktober 1993 Batam sebagai proyek GSM di

Indonesia.

Page 7: Tb Trafik Gsm

Dirjen Postel mengeluarkan ketetapan nomor 4243/Dirjen/1993

tanggal 14 desember 1993 yang menetapkan sistem telepon bergerak seluler

GSM Batam-Bintan dengan memakai swiching dari Siemens dan radio (BSC,

SRB) dari Ericsson. Sebenarnya di Batam pada waktu itu telah beroperasi

sistem telepon kabel bergerak inti multy zone memakai sistem AMPS pada

frekuensi 800 MHz tetapi kurang diminati (dari 500 subcriber hanya 86 yang

terpasang) dan sering mengalami interferensi dengan ETACS Singapura.

2.5. Elemen Sistem Seluler GSM

Ada tiga bagian pokok yang ada dalam sistem GSM yaitu : Mobile

Station (MS), Base Station System (BSS), dan Switching Sub System (SSS).

2.5.1. Mobile Station (MS)

Untuk sistem GSM, MS terdiri dari dua bagian yaitu Mobile

Equipment (ME) dan Subcriber Identity Module (SIM).

1. Mobile Equipment (ME)

ME merupakan perangkat telpon itu sendiri, yang harus digunakan

bersama dengan SIM-card. Pelanggan GSM didasarkan pada kepemilikan

SIM-card ini bukan ME, artinya pemilik SIM-card dapat menggunakan

ME dimana saja tak terbatas hanya ME yang dimilikinya.

2. Subcriber Identity Module (SIM)

Sim-card berfungsi untuk menyimpan data informasi pendukung operasi

sistem GSM berhubungan dengan autentikasi pelanggan. Meskipun

secara fisik kartu ini tidak banyak berbeda dengan kartu magnetik biasa

tetapi sebenarnya ada perbedaan yang mendasar di antara keduanya. Sim-

Page 8: Tb Trafik Gsm

card termasuk jenis smart-card dimanan didalamnya terdapat

microprocessor, ROM, RAM dan EEPROM. Inilah yang menjadikan Sim-

card tidak saja hanya dapat untuk menyimpan data seperti pada kartu

magnetik tetapi lebih dari itu Sim-card dapat juga melakukan proses

komputasi.

2.5.2. Base Station System (BSS)

Base station ini pada konsep sel yang lebih umum biasanya disebut

juga Cell Site, terdiri dari antenna, controller dan tranceiver. Antena yang

digunakan dengan ketinggian antara 30 meter – 50 meter. Jenis ini sangat

dipengaruhi oleh kondisi alam daerah yang akan dilayani oleh antena

tersebut.

Gambar 2.2 Arsitektur Sistem GSM

Page 9: Tb Trafik Gsm

Controller atau biasa disebut BSC (Base Station Controller)

digunakan untuk menangani proses panggilan antara MSC dan Mobile

Station, yang meliputi kontrol pemakaian kanal trafik dan kanal signaling

yang disediakan oleh satu atau beberapa SRB (Stasiun Radio Basis). BSC

juga merupakan antar muka MSC dan SRB yang berfungsi antara lain

mengatur mekanisme handover dan kontrol daya. Satu BSC dapat menangani

lebih dari satu SRB.

Transceiver merupakan perangkat yang mencakup suatu daerah

dengan pita frekuensi dan kanal tertentu. SRB atau Transceiver ini

menyediakan antena pemancar dan penerima yang memancarkan dan

menerima gelombang radio yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Mobile Station.

2.5.3. Switching Sub System (SSS)

Ada lima bagian pokok dari SSS yaitu :

1. Mobile Switching Centre (MSC)

MSC atau biasa disebut juga MTSO (Mobile Telephone

Switching Office) merupakan sebuah sentral yang menghubungkan

panggilan antar sesama pelanggan telepon bergerak, maupun antara

pelanggan telepon bergerak dengan pelanggan telepon tetap (fixed

telephone) melalui PSTN (Public Swiching Telephone Network). MSC

dapat mengakses informasi dari ketiga basis data yaitu HLR (Home

Location register) dan AUC (Authentication Centre). Setelah

menggunakan ketiga basis data tersebut, MSC selalu meng-up date ketiga

Page 10: Tb Trafik Gsm

basis data tersebut dengan informasi terbaru dari status panggilan dan

posisi MS atau pelanggan.

2. Home Location Register (HLR)

Merupakan penyimpan data yang berhubungan dengan pelanggan

yang terdiri dari data dinamis tentang pelanggan yang roaming dan data

statis yang berupa kemampuan akses pelanggan (SLJJ, SLI), nomor

pelanggan, jenis pelayanan dan pelayanan tambahan. HLR menggunakan

data dinamis untuk menentukan route panggilan yang datang kepelanggan

yang dipanggil.

3. Visitor Location Register (VLR)

VLR menyimpan informasi tentang pelanggan yang masuk area

pelayanannya. VLR berisi basis data pelanggan yang dinamik, secara

periodik bertukar data dengan HLR. Hubungan antara kedua basis data ini

memungkinkan MSC untuk men-set up panggilan yang masuk maupun

keluar dalam area pelayanan MSC tersebut. Jika pelanggan memasuki

area pelayanan MSC lain maka data yang disimpan dalam VLR ini akan

dihapus.

4. Authentication Centre (Auc)

Menyimpan data penting untuk diidentifikasi pelanggan guna

keperluan keamanan yang berupa IMSI (International Mobile Subcriber

Identity), Algoritma A3 (Algorithmic Function for Authentication),

Algoritma A8 (Algorithmic Function for Computing Chipering Keys)

dan Ki (Identity Key) yaitu nomor rahasia untuk para meter A3 dan A8.

Page 11: Tb Trafik Gsm

AuC berfungsi membangkitkan parameter Authentication dengan

Ki dan A3 / A8 yang dibangkitkan Network. Kc (Communication Keys)

yaitu nomor rahasia yang digunakan untuk melindungi data yang

ditransmisikan di udara selama MS berkomunikasi, merupakan salah satu

hasil dari proses Authentikasi ini.

5. Equipment Identity Register (EIR)

Merupakan basis data penyimpanan IMEI (International Mobile

Equipment Identity) dari MS. Ada tiga kategori dalam basis data tersebut

yaitu : daftar putih (White List) artinya pesawat tersebut legal, daftar abu-

abu (Grey List) artinya pesawat tersebut dalam pengamatan karena

dicurigai dan daftar hitam (Black List) artinya pesawat sudah di blok dan

tidak dapat digunakan lagi karena pesawat tersebut ilegal atau curian.

2.5.4. Pengalokasian Frekuensi

Frekuensi yang digunakan untuk GSM adalah :

1. Up link : yaitu mobile transmit ke base receive

890-915 MHz Primary band (P-GSM 900)

2. Down link : yaitu base transmit ke mobile receive

935-960 MHz Primary band (P-GSM 900)

Band frekuensi 25 MHz dibagi menjadi 124 kanal radio. Masing-

masing kanal punya interval 200 KHz untuk up link maupun down link yang

saling berpasangan dan 200 KHz untuk guard band.

Page 12: Tb Trafik Gsm

2.6. Perambatan Sinyal Pada Komunikasi Bergerak

Guna kepentingan perencanaan secara umum maka lingkungan

perambatan sinyal diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Daerah Rural, yaitu daerah dengan jumlah penduduk masih sedikit dan

perambatan sinyal tidak banyak terhambat atau terpantul.

2. Daerah Sub Urban, yaitu pinggiran kota dengan beberapa penghalang.

3. Daerah Urban, yaitu daerah kota padat dengan bagunan-bangunan

tinggi.

Daerah ini masih dapat dipisahkan lagi menjadi :

1. Non-metropolitan (medium, small city)

2. Metropolitan (large city)

2.6.1. Redaman Ruang Bebas

Redaman ruang bebas terjadi antara pemancar BTS (Base

Tranceiver Station) dan penerima MS (Mobile Station) yang dipisahkan oleh

suatu jarak dan melewati suatu media transmisi isotropik.

2.6.2. Multipath Fading dan Shadowing

Pada sistem radio bergerak, kuat sinyal yang diterima merupakan

gabungan dari beberapa sinyal yang diterima secara langsung atau datang

akibat dari pantulan. Pola lintasan ganda atau multipath.

Sinyal dari BS (base station) ke MS (Mobile station) akan

mengalami variasi pentulan setiap waktu dan jarak dari gedung, pohon atau

pemantulan lain yang berbeda sehingga menyebabkan sinyal akan melalui

banyak lintasan yang diterima berubah-ubah. Fenomena ini disebut fading.

Dua jenis fading yang terjadi di penerima adalah fading cepat (multipath

Page 13: Tb Trafik Gsm

fading) dan fading lambat (shadowing). Daya terima rata-rata adalah rata-rata

fading cepat pada interval waktu tertentu. Terjadi fading pada sinyal selama

mobil bergerak disebabkan oleh :

1. Fluktusi path loss

Merupakan variasi rata-rata daya lokal yang diterima selama MS

berubah posisi. Fluktuasi ini disebabkan perbedaan lintasan propagasi

antara BS dan MS. Jenis fading ini disebut sebagai fading lambat

(shadowing).

2. Fenomena multipath

Disebabkan karena antena MS yang lebih rendah dari bangunan

sekitarnya. Sinyal dari BS dipantulkan oleh gedung-gedung dan

menghasilkan gelombang-gelombang pantul. Seluruh gelombang pantul

berakumulasi menghasikan variasi yang cepat pada sinyal yang diterima

oleh MS, yang disebut mutipath fading.

3. Fading Cepat

Faktor utama yanng menyebabkan terjadinya fading cepat adalah

karena adanya berbagai macam lintasan gelombang yang dihasilkan oleh

pantul sinyal lokal tetapi bukan disebabkan oleh penghalang alamiah

seperti bukit dan gunung.

Page 14: Tb Trafik Gsm

BAB III

PROSES PEMANTAUAN TRAFIK DAN PREDIKSI PENERIMAAN LEVEL

SINYAL PADA PROPAGASI SINYAL RADIO MOBILE

Proses pengukuran dan pemantauan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kualitas dari jaringan GSM yang ada, yang lalu ditindak lanjuti dengan optimasi dan

perbaikan layanan yang diberikan kepada pelanggan.

3.1. Dasar Pemantauan dan Pengukuran

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengamati performansi

jaringan GSM, mulai dari masukan dan keluhan pelanggan, mengamati alarm

sistem yang ada, melakukan drive test, hingga analisa terhadap trafik

jaringan.

Drive test dapat dilakukan secara rutin untuk mengetahui kualitas

layanan suatu daerah, terutama daerah dengan jumlah pelanggan yang besar,

dapat juga setelah suatu rencana frekuensi yang baru diimplementasikan,

ataupun dilakukan secara khusus ditempat-tempat tertentu untuk mengetahui

kualitas layanan serta beberapa parameter yang ada. Selain melalui drive test,

kualitas layanan suatu jaringan juga dapat dilihat dari statistik yang

dihasilkan oleh jaringan. Statistik yang diperoleh dari OMC digunakan untuk

menghasilkan beberapa nilai yang akan diukur untuk dibandingkan dengan

nilai yang diinginkan oleh operator. Cara tersebut merupakan cara yang

paling efektif untuk mengamati performansi jaringan karena hasil

pengukurannya diperoleh dari semua pengguna jaringan. Statistik yang

Page 15: Tb Trafik Gsm

diperoleh dari hasil test drive, juga menjadi indikator yang berguna untuk

menunjukkan kualitas jaringan, tidak sepenuhnya mengemulasi pengguna

umum jaringan karena hanya berupa sampel kecil dari keseluruhan panggilan

yang terjadi di jaringan. Dengan demikian, statistik yang diperoleh dari

seluruh jaringan melalui OMC merupakan pengukuran yang lebih akurat

untuk menunjukkan kualitas jaringan .

3.2. Pemantauan dan Analisa Trafik

Untuk melakukan analisa trafik sistem GSM, ada beberapa parameter

yang dapat diukur dan dipantau. Pemantauan ini dilakukan oleh NMC, yang

akan menghasilkan database trafik yang masih mentah untuk kemudian

dilakukan beberapa pengukuran dan analisa dasar untuk menghasilkan

database yang telah diolah.

Gambar3.1 Elemen Jaringan NMC&OMC

Parameter hasil pengolahan yang biasa digunakan untuk analisa adalah : Total

Call (Call Attempt), SDCCH Attempt, SDCCH Drop, TCH Attempt, TCH Drop.

Page 16: Tb Trafik Gsm

3.2.1. Total Call (Call Attempt)

Total call menunjukkan Jumlah total usaha panggilan merupakan

ukuran yang baik untuk menggambarkan demand pelanggan.

3.2.2. SDCCH Attempt

SDCCH Attempt menunjukkan banyaknya panggilan dari call yang

mendapatkan alokasi SDCCH. Bagian dari call Attempt yang tidak termasuk

SDCCH Attempt merupakan bagian dari SDCCH pada suatu saat tertentu,

atau terputusnya hubungan pada saat MS meminta alokasi SDCCH pada

BTS.

3.2.3. SDCCH Drop

SDCCH Drop menunjukkan banyaknya panggilan yang mengalami

drop pada saat proses initialisasi panggilan berlangsung. Ada dua hal utama

yang menyebabkan drop ini terjadi, yaitu SDCCH RF Loss serta terjadinya

SDCCH Congestion yang melebihi waktu yang telah ditentukan, sehingga

MS memutuskan koneksi SDCCH yang terjadi.

3.2.4. TCH Attempt

TCH Attempt menunjukkan panggilan yang telah melewati bagian

SDCCH dengan sempurna. Dari jumlah ini, akan terjadi TCH Block, yaitu

panggilan yang datang diblock sehingga tidak dapat meneruskan panggilan.

TCH block ini terjadi antara lain jika kanal yang tersedia pada sel tersebut

telah digunakan semuanya, atau proses penyambungan ke terminal yang

dipanggil gagal terjadi karena terminal sedang sibuk atau lainnya.

Page 17: Tb Trafik Gsm

3.2.5. TCH Drop

TCH Drop menunjukkan banyaknya sambungan yang telah berhasil

namun mengalami drop sebelum terjadinya Release Normal (RN). TCH

Drop ini terjadi dikarenakan faktor yaitu akibat TCH RF Loss dan Handover

Failur dan adanya kerusakan pada perangkat.

3.3. Peralatan dan Aplikasi Dalam Analisa Trafik

Dalam penerapannya digunakan beberapa peralatan dan software

untuk memantau performansi jaringan tersebut seperti :

3.3.1. Smart

Merupakan aplikasi yang dapat menyusun laporan tentang

performansi dari suatu sistem telekomunikasi, yang dapat dikonfigurasi

sesuai dengan keinginan operator. Aplikasi ini dikembangkan dalam

beberapa lapis fungsi yang menyediakan beragam level konfigurasi yang

dapat dipilih operator. Berbagai modul yang tersedia dan menawarkan

beragam fungsi yaitu diantaranya : performance database, analysis function,

dan Reporting modules. Selain itu pula dalam aplikasi ini juga terdapat

berbagai tool tambahan yang merupakan kelengkapan tambahan bagi

smart/PAS (Performance Alarm Server), Smart/GDS, Smart/Web.

3.3.2. Planet

Merupakan poduk Metapath Software Internasional (MSI) yang

didesain dan dikembangkan untuk penyediaan perangkat optimasi, desain,

dan perencanaan jaringan RF yang komperhensif dan user friendly untuk

penyediaan jasa wireless. Aplikasi ini dapat melakukan perencanaan site dan

Page 18: Tb Trafik Gsm

sektor, dari aplikasi ini dapat dilakukan perencanaan batas coverage untuk

masing-masing BTS. Aplikasi ini juga dapat menampilkan hasil drive test.

3.4. Prediksi Level Sinyal Penerima Pada Propagasi Sinyal Penerimaa Pada

Propagasi Sinyal Radio Mobile

Propagasi pada sinyal radio mobil mempunyai sifat yang unik. .

Beberapa ahli telah mengadakan berbagai percobaan untuk mempelajari

karakteristik perambatan gelombang pada sinyal radio bergerak. Percobaan

yang terkenal adalah percobaan Okumura di daerah sekitar Tokyo. Hasil-

hasil percobaan diolah secara statistik untuk mengahasilkan grafik redaman

sinyal rambatan pada daerah urban yang datar dan kurva-kurva koreksi

redaman. Kurva-kurva tersebut kemudian diformulasikan oleh Hata menjadi

rumus-rumus yang mudah dalam pemakaiannya. Rumus-rumus Hata ini

kemudian disempurnakan CCIR untuk memperbaiki kehandalannya.

3.4.1. Metode Hata Okomura

Okomura melakukan percobaan untuk mengetahui karakteristik

redaman pada sinyal radio bergerak sejak tahun 1962 sampai dengan 1965.

Percobaan dilakukan dua tahap, yaitu pada bulan November 1962 sampai

Januari 1963 di daerah sekitar Kanto yang meliputi pusat kota Tokyo. Tahap

kedua dilakukan pada bulan maret sampai juni 1965 yang dilakukan di

daerah bukit. Parameter sistem yang digunakan dalam percobaan :

1. Frekuensi kerja pada daerah VHF dan UHF :

Tahap pertama : 453MHz, 922MHz, 1310MHz dan 1920MHz.

Tahap kedua : 453MHz, 922MHz, 1317MHz dan 1430MHz.

Page 19: Tb Trafik Gsm

2. Tinggi antena :

Tinggi antena stasiun tetap antara 30 m sampai 1000 m.

Tinggi antena stasiun mobil antara 1 m sampai 10 m.

3. Jarak jangkau pemancar (stasiun tetap) :

Pengukuran dilakukan pada jarak 1 sampai 100 Km dari stasiun tetap.

4. Kondisi daerah perambatan :

Percobaan dilakukan pada tiga jenis daerah (daerah urban, daerah

suburban dan daerah terbuka), baik yang datar maupun yang berbukit.

5. Proses pengumpulan data :

Stasiun tetap diinstalasikan di Tokyo dan Enkai. Statiun bergerak

yang diperlengkapi dengan perlengkapan untuk pengukuran, dioperasikan

menyelusuri jalan raya pada berbagai kondisi observasi.

Sinyal input dari antena stasiun bergerak dihubungkan dengan

pengukuran kuat medan, sedangkan outputnya direkam melalui recorder

simultan. Variasi sinyal sebagai akibat ketidak teraturan permukaan bumi

atau daerah pelayanan menimbulkan dua jenis perubahan, sehingga

pengukuran harus dilakukan sebagai berikut :

a. Perubahan lambat : kecepatan stasiun bergerak 30 Km/Jam,

kecepatan perekam 5mm/detik.

b. Perubahan cepat : kecepatan stasiun bergerak 15 Km/Jam, kecepatan

pita perekam 250 mm/detik.

Dari hasil percobaan Okumura telah dirumuskan oleh Hata.

Perumusan redaman propagasi yang diajukan oleh Hata sangat membantu

dalam memperkirakan level sinyal yang diterima oleh MS (Mobile

Page 20: Tb Trafik Gsm

Station). Berdasarkan pengolahan matematis dari grafik-grafik hasil

percobaan Okumura, hata memperoleh rumus redaman propagasi pada

daerah urban datar adalah :

(3.1)

dimana :

Faktor koreksi tinggi antena UTB dinyatakan sebagai berikut :

Untuk wilayah kota kecil :

(3.2)

Untuk wilayah kota besar :

(3.3)

Jika perambatan sinyal terjadi didaerah sub urban atau rural, maka

perlu dilakukan koreksi. Berdasarkan pendekatan matematis pada daerah

suburban diperoleh perbaikan sebesar :

(3.4)

Page 21: Tb Trafik Gsm

Pada daerah rural diperoleh perbaikan sebesar :

(3.5)

Agar lebih teliti dalam perancangan sistem komunikas selular

perlu diadakan penelitian lapangan terhadap besarnya pengaruh redaman

jenis daerah morpo struktur di daerah yang akan dirancang. Hasil

pengamatan atau penelitian lapangan ini dapat digunakan untuk

memberikan koreksi redaman propagasi terhadap daerah urban.

3.4.2. Metode Extended Hata-Okumura

Prumusan Hata berdasarkan peneliti okumura ini telah disempurnakan

lagi oleh CCIR dan dikenal sebagai metode Extended Hata-Okumura.

Metode ini tidak tergantung dengan pata morpografi. Rumusan umum

metode Extended Hata-Okumura menjadi sebagai berikut :

(3.6)

dimana :

= daya output RF (PtB) + penguatan antena BTS (Gt) –

redaman feeder transmisi

3.4.3. Metode Lee

Page 22: Tb Trafik Gsm

Level sinyal dari BS yang diterima oleh MS pada daerah datar, dapat

dinyatakan sebagai berikut :

(3.7)

dimana :

Sedangkan nilai ditentukan dengan :

(3.8)

dimana :

Setelah faktor koreksi maka diperoleh :

(3.9)

dengan :

= daya terima pada jarak 1 Km dari SRB

= jari-jari sel

= tinggi antena SRB (meter)

= tinggi antena MS (meter)

Page 23: Tb Trafik Gsm

= penguatan antena SRB

= penguatan antena MS

3.5. Level Penerimaan Sinyal Radio Bergerak

Selama ini hambatan terbesar dalam pelayanan kebutuhan pengguna

seluler adalah penyediaan antena BTS. Antena BTS yang selama ini

digunakan mempunyai keterbatasan secara fisik oleh keadaan alam ditempat

lokasi pengguna seluler dalam melakukan komunikasi, sehingga

menyebabkan sinyal yang diterima oleh pengguna seluler di daerah tertentu

(dengan menggunakan seluler dalam kondisi baik) menjadi lemah atau tidak

ada sinyal. Pertimbangan ini berpengaruh pada proses penempatan antena

BTS dan operasionalnya.

3.5.1. Daya Pemancar MS (Mobile Station)

Pada prinsipnya analisis tentang propagasi sinyal dari MS atau ponsel

ke BTS mempunyai sifat yang sama dengan analisis pada sinyal pancar dari

SRB ke MS. Perbedaannya terletak pada level sensitifitas BTS lebih tinggi

dibandingkan level sensitifitas MS. Ini disebabkan karena MS atau ponsel

mempunyai daya pancar yang relatif lebih rendah dibandingkan daya pancar

BTS. Untuk dapat menerima sinyal tersebut maka dibutuhkan tingkat

sensitifitas pada MS yang tinggi. Disamping perbedaan diatas, perbedaan lain

yaitu adanya penguatan (gain) yang disebabkan teknik diversitas ruang

(penganekaragaman penerimaan) yang digunakan pada penerima BTS,

disamping penguatan dari antena penerima BTS sendiri (17 dB). Diversity

adalah suatu proses memancarkan dan atau menerima sejumlah gelombang

Page 24: Tb Trafik Gsm

pada saat yang bersamaan dan kemudian menambahkan atau menjumlahkan

semuanya di penerima atau memilih salah satu yang terbaik.

Beberapa jenis diversity adalah :

1. Space diversity, yaitu memasang atau menggunakan dua atau lebih

antena dengan jarak tertentu. Sinyal yang terbaik yang akan diterima,

akhirnya dipilih untuk kemudian diolah di penerima.

2. Frequency Diversity, yaitu mentransmisikan sinyal informasi yang sama

menggunakan dua buah frekuensi yang berbeda. Frekuensi yang

berbeda mengalami fading yangberbeda pula, sekalipun dipancarkan

atau di terima dengan antena yang sama. Kemudian pemilih akan

memilih mana yang terbaik.

3. Angle Diversity, yaitu mentransmisikan sinyal dengan dua atau lebih

sudut yang berbeda sedikit.

Data teknis GSM (Siemens) menyebutkan bahwa besarnya penguatan akibat

diversitas ini adalah 4 dB, sedangkan sensitifitas antena BTS itu sendiri

adalah -104 dBm. Tujuan dari pembahasan daya pancar MS atau ponsel ini

adalah untuk menentukan MS dengan kelas daya pancar berapa saja yang

dapat beroperasi pada area cakupan suatu SRB pada jarak tertentu.

Daerah propagasi dalam pembahasan daya pancar MS ini dipilih

daerah yang mempunyai angka redaman yang paling tinggi (kondisi

terburuk). Jika dalam kondisi terburuk MS masih bisa beroperasi diharapkan

pada daerah yang berkondisi lebih baik juga dapat berfungsi baik.

Antena BTS pada daerah urban , data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

- Sensitifitas terima BTS : -104 dBm

- Daya terima pada jarak 1 Km (Po) untuk daerah urban : -55 dBm

- Tinggi antena SRB : 40 m

- Tinggi antena MS : 1,5 m

Page 25: Tb Trafik Gsm

- Path Loss Sloope () untuk daerah urban : 43,1 db/dec

- Penguatan oleh diversitas : 4 dB

- Penguatan antena terima SRB : 17 dN

Diperlukan cadangan fading (multipath fading dan shadowing) untuk

daerah urban adalah : 14,2 + 3,8 = 18 dB

r(t) dB = ro(t) dB + x(t) dB

dengan r(t) = sinyal fading

ro(t) = fading cepat

x(t) = fading lambat

Dengan menggunakan persamaan (3.9) maka diperoleh level sinyal

dari SRB yang diterima oleh MS pada daerah datar (Non-Obstruktive area)

yaitu :

(3.10)

Dengan menggunakan daya pancar MS 0,8 Watt (kelas %), pada jarak

r=3,6 Km (sesuai rencana radius sel) juga memasukkan cadangan fading,

diperoleh level daya penerimaan pada BTS adalah : -101,522 dBm. Berarti

kelas tersebut masih dapat beroperasi diarea cakupan BTS ini. Karena MS

dengan kelas 5 (29 dBm) dapat beroperasi, maka MS kelas diatasnya

(1,2,3,4) juga dapat beroperasi diarea ini.

Sedangkan untuk daerah sub-urban dalam hal ini dipilih antena BTS

dengan rencana cakupan terjauh dengan data sebagai berikut :

- Daya terima pada jarak 1 Km (Po) untuk daerah sub-urban adalah : -5

dBm

Page 26: Tb Trafik Gsm

- Tinggi antena BTS : 40 m

- Tinggi antena MS : 1,5 m

- Part Loss Sloope ()untuk daerah sub-urban : 38,4 dB/dec

- Penguatan oleh diversitas :4 dB

- Penguatan antena terima SRB : 17 dB

- Fading (multipath dan shadowing) daerah sub-urban : 12,5+3,8 = 16,3 dB

Pada jarak r = 8Km (sesuai rencana radius cakupan sel) diperlukan

MS dengan daya 35 dBm atau 3,16 Watt. Ini berarti pada daerah kriotis

(diarea cakupan ter;uar) Ms dengan kelas 3 keatas (1,2,3) masih

dapatberoperasi. Dan pada daerah yang lebih dekat dengan BTS (< 8 Km),

MS dengan daya yang lebih rendah juga dapat dioperasikan.

Tabel 3.1 Tabel Level Penerimaan Sinyal MS

KELASPANCAR

MS

DAYA PANCARMAKSIMAL

(GSM 900)

TIPE PENERIMAAN SINYAL

TOLERANSIUNTUK KONDISI

NORMAL EKSTREM

1

2

3

4

5

20 W (43 dBm)

8 W (39 dBm)

5 W (37 dBm)

2 W (33 dBm)

0,8W (29 dBm)

± 2

± 2

± 2

± 2

± 2

± 2,5

± 2,5

± 2,5

± 2,5

± 2,5

3.5.2. Daya Pancar BTS

Vehiclemounted

Hand-Held

Portable

Page 27: Tb Trafik Gsm

Peninjauan kondisi transmisi ini untuk masing-masing BTS dan

sektor-sektor area yang dicakup. Redaman difraksi suatu BTS oleh

penghalang hanya diperhitungkan untuk penghalang yang tertinggi. Untuk

daerah yang datar, daya pancaran diasumsikan sama kuat untuk semua arah

pada daerah semarang, yaitu :

Tabel 3.2 Tabel Kelas Daya Pancar BTS

KELAS DAYA PANCARBTS

DAYA PANCARMAKSIMAL SRB (Watt)

1 3202 1603 804 405 206 107 58 2,5

Dari data teknis GSM Technical (Data Siemens) diperoleh :

- Daya yang diterima pada jarak 1 Km dari BTS (Po) = -55 dBm

- Level penerimaan minimum untuk MS (Pr) = -102 dBm

- Prediksi jari-jari sel (r) = 3,6 Km

- Part Lost Sloope () = 43,1 dB/dec

- Gain antena SRB (Gt) = 17 dB

- Tinggi antena SRB (h1) = 40 m

- Gain antena MS = 0 dB (kondisi terburuk)

- Tinggi antena MS (h2) = 1,5 m

- Fading

Long term fading margin = 14,2 dB

Short term fading margin = 3,8 dB

Page 28: Tb Trafik Gsm

Total fading margin adalah = 18 dB

- Faktor kehilangan (loss) lain yang perlu diperhatikan adalah :

Body loss = 3 dB

Combiner dan duplexes = 3 dB

Loss pada kabel antena BTS = 2 dB

- Redaman akibat uap air dan oksigen

Redaman akibat uap air pada frekuensi sekitar 1 GHz = 4,4.10 -3

dBm/Km, redaman akibat oksigen =5.10-3 dBm/Km, redaman akibat

keduanya = 9,4.10-3 dBm/Km atau 3,38.10-2 dBm untuk panjang lintasan

3,6 Km. Redaman hujan berdasarkan metode CCIR untuk daerah P

(termasuk indonesia) adalah 3.10-4 dBm/Km

Total kehilangan (loss) = 8,035 dB

Tabel 3.3 Tabel Total Redaman

No. JENIS REDAMAN DB1. Body loss 32. Combiner dan Duplexes 33. Loss pada kabel antena SRB 24. Redaman akibat uap air dan oksigen 3,38.10-4

5. Redaman human 1,8.10-3

TOTAL LOSS 8,035

Dengan menggunakan persamaan (3.9) maka akan diperoleh level

sinyal dari BTS yang diterima oleh MS pada daerah datar (non-

Obtructivearea) yaitu :

(3.11)

Page 29: Tb Trafik Gsm

Jikia dimisalkan kita gunakan pemancar BTS dengan daya kelas 5

(Pt) = 20 W = 43 dBm dan pada daerah datar he = h1maka diperoleh Pr = -

65,487 dBm.

Sedangkan untuk cadangan fading dan kehilangan akibat redaman

human, body loss dan lain-lainnya seperti telah dibicarakan diatas adalah : 18

dB +8,035 dB = 26,035 dB, maka level penerimaan sinyal MS = -65,487-

26,035=-91,522 dBm.

Level penerimaan minimum untuk MS adalah -102 dBm (untuk

Hand-held) dan -104 dBm untuk (Vehicle mounted), karena level penerimaan

daya pada MS lebih tinggi (-91,522) dBm) dari level penerimaan minimum

maka penggunaan antena pemancar SRB untuk daerah datar tanpa

penghalang dengan daya kelas 5 (20 W) bisa direalisasikan.

Jarak pancar maksimum dari BTS yang menggunakan daya kelas 5

(20W) masih dapat diterima oleh MS (level sinyal -102 dBm) ini adalah 6,3

Km. Apabila jarak ini terlalu jauh area cakupan dalam satu wilayahnya

(misalnya 3,6 Km) maka kondisi ini akan mengakibatkan interferensi dengan

SRB lain pada daerah yang menerima daya secara tumpang – tindih

(overlap).

Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan adanya penurunan daya

pancar BTS tranceiver dari kelas 5 (20 W) ke kelas lebih rendah. Dari

perhitungan ternyata diperlukan daya pancar BTS sebesar 2,5 W atau

menggunakan daya kelas 8.

Kondisi sekitar BTS pada daerah urban datar tanpa penghalang

merupakan daerah rata (flat area) sehingga prediksi level penerimaan

Page 30: Tb Trafik Gsm

tersebut dapat dikatakan berlaku untuk semua area pelayanannya.cakupan

yang ideal adalah yang dapat meliputi semua area pelayanan tanpa adanya

daerah kosong (blankspot) tetapi juga tidak banyak terdapat wilayah tumpang

tindih (overlap) dalam penerimaan daya dari beberapa SRB untuk

menghindari interferensi. Artinya daya yang digunakan oleh sutu SRB harus

sesuai dengan besar radius cakupan yaitu tidak terlalu besar atau tidak terlalu

kecil. Sehingga BTS pada daerah datar tanpa penghalang ini radius

cakupannya yang dikehendaki adalah 3,6 Km maka daya kelas yang sesuai

adalah kelas 8.

Page 31: Tb Trafik Gsm

BAB IV

ANALISA TRAFIK DAN PENINGKATAN PERFORMANSI JARINGAN

3.6. RACH

RACH (Random Acces Channel) digunakan oleh MS untuk

menjawab pencarian, memanggil kejaringan pada saat memulai panggilan.

3.7. SDCCH

SDDCH terbagi 2 bagian, yaitu :

3.7.1. SDDH Bloking

Bagian ini menunjukkan sel dengan tingkat bloking SDCCH yang

tinggi yang berarti tingkat kesuksesan pengaksesan SDCCH yang rendah

oleh MS pada saat RACH (Random Acces Channel) digunakan oleh MS

untuk meminta SDCCH dari jaringan.

Nilai presentase bloking SDCCH ini diperoleh dari rumus :

keterangan:

SDCCH attempt = banyaknya panggilan yang mendapatkan alokasi

SDCCH dari jumlah seluruh total panggilan.

Dikarenakan bloking ini tidak terjadi sepanjang waktu tetapi hanya terjadi beberapa

hari pemantauan khususnya untuk hari minggu maka penambahan kanal ini

sebenarnya belum perlu dilakukan akan tetapi demi kenyamanan pelanggan maka

perlu dilakukan penambahan kanal untuk meminimalisasi terjadinya bloking.

Page 32: Tb Trafik Gsm

3.7.2. SDCCH Drop

SDCCH Drop adalah terjadinya kegagalan panggilan yang

dikarenakan kegagalan pada saat proses inisialisasi. Terjadinya SDCCH

Drop ini diakibatkan karena beberapa faktor diantaranya karena adanya

congestion dan juga karena permasalahan penerimaan sinyal.

Nilai presentase SDCCH Drop di dapat dengan rumus :

keterangan:

SDCCH attempt = banyaknya panggilan yang mendapatkan alokasi

SDCCH dari jumlah seluruh total panggilan.

Penyebab terjadinya drop SDCCH ini antara lain adalah akibat

adanya congestion serta RF Loss selama proses call setup berlangsung.

1. SDCCH Drop Akibat Congestion

SDCCH Drop akibat congestion sehingga perlu adanya pengecekan

software perangkat.

2. SDCCH RF Loss

Penyebab utama terjadinya SDCCH Drop adalah karena akibat RF

Loss. RF Loss ini diakibatkan karena beberapa macam faktor diantaranya

cakupan coverage antena BTS kurang maksimal sehingga banyak daerah-

daerah yang tidak tercakup (daerah blank spot). Selain itu RF Loss juga

diakibatkan karena banyaknya daerah yang terjadi overlap atau tumpang

tindih cakupan coveragenya sehingga pada daerah-daerah tersebut terjadi

interverensi yang mengakibatkan terjadinya Drop call.

Page 33: Tb Trafik Gsm

Gambar 4.1 Perbandingan SDCCH drop akibat SDCCH RF Loss dengan SDCCH

Congestion

3.8. TCH

TCH terbagi 2 bagian, yaitu :

3.8.1. TCH Bloking

TCH Bloking adalah menunjukkan prosentase yang terjadi pada

pengalokasian TCH. Hal ini terjadi karena tidak tersedianya kanal atau

permintaan yang lebih dari kapasitas yang ada. Presentase TCH bloking di

dapat dengan rumus :

keterangan:

TCH attempt = banyaknya panggilan yang mendapatkan alokasi TCH

dari jumlah seluruh total panggilan.

Sebagai misal memiliki tingkat bloking TCH 1.08% jadi bisa

diasumsikan bahwa dari jumlah total permintaan TCH sebanyak 10000

panggilan maka jumlah panggilan yang mengalami bloking adalah 108

Page 34: Tb Trafik Gsm

panggilan. Hal ini masih dibawah batasan TCH bloking yang telah ditentukan

yaitu 2%. Jadi bisa dikatakan bahwa tidak terdapat permasalahan dalam hal

ketersediaan kanal pembicaraan.

3.8.2. TCH Drop

TCH Drop menunjukkan banyaknya sambungan yang telah berhasil

terjadi tetapi mengalami drop sebelum terjadi release normal. Persentase

TCH Drop dalam sebuah sistem diharapkan juga kurang dari 2%. Nilai

persentase ini didapat dengan menggunakan rumus :

keterangan:

TCH attempt = banyaknya panggilan yang mendapatkan alokasi TCH

dari jumlah seluruh total panggilan.

Statistik drop call terdiri dari 2 buah parameter utama yaitu TCH RF

Loss dan Handover Failure.

1. TCH RF Loss

Terdapat beberapa BTS yang mengalami tingkat RF Loss yang cukup

tinggi. RF Loss ini diakibatkan karena beberapa macam faktor diantaranya

cakupan coverage antena BTS kurang maksimal sehingga banyak daerah-

daerah yang tidak tercakup (daerah blank spot). Selain itu RF Loss juga bisa

diakibatkan karena banyaknya daerah yang terjadi overlap atau tumpang

tindih cakupan coveragenya sehingga pada daerah-daerah tersebut terjadi

interverensi yang mengakibatkan terjadinya drop call. Kegagalan handover

pun cukup memberikan peran terhadap terjadinya drop call yang terjadi.

Page 35: Tb Trafik Gsm

2. Handover Failure

Handover failure terjadi karena jarak antar sel yang cukup jauh

sehingga mengakibatkan kemungkinan terjadinya handover pun cukup tinggi

karena pada saat MS berada pada kondisi harus melakukan handover, BSS

tidak dapat menmukan BTS yang cukup baik untuk menerima MS atau

bahkan tidak ada BTS lainnya sehingga pada saat proses handover ini sedang

berlangsung akan terjadi dropcall. Jadi dapat disimpulkan masalah utama

terjadinya TCH drop adalah faktor RF Loss seperti yang dijelaskan

sebelumnya RF Loss diakibatkan karena cakupan coverage BTS tidak sesuai

dengan apa yang telah direncanakan. Oleh karena itu perlu adanya

pengecekan ulang (drive test) baik perhitungan luas coverage, prediksi level

sinyal baik yang dipancarkan maupun yang diterima MS, serta penggunaan

kelas daya pancar untuk masing-masing BTS.

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan TCH drop akibat TCH RF Loss dengan Handover

Failure

3.9. Perhitungan dan Perbaikan Jarak Pancar Maksimal BTS yang Memiliki

Performansi Buruk

Page 36: Tb Trafik Gsm

Pada analisa trafik di perlukan adanya perhitungan jarak pancar maksimal

untuk masing-masing daya pemancar yang memiliki permasalahan dalam hal

penerimaan sinyal. Misal, terdapat 11 BTS di wilyah BSC tertentu yang

memiliki performansi kurang baik. Dengan menggunakan persamaan 3.1 dan

3.6 (lihat pada halaman-halaman sebelumnya) yaitu menghitung EIRP, serta

mencari besarnya nilai redaman guna menentukan seberapa jauh jarak

masing-masing BTS.

3.10. Peningkatan Performansi Jaringan Setelah Dilakukan Perubahan Daya

Pancar

Untuk membuktikan perbaikan kerja jaringan maka perlu dilakukan

perhitungan pada 2 kondisi, yaitu kondisi sebelum perbaikan performansi dan

kondisi setelah dilakukan perubahan-perubahan daya pancar. Perlu dilakukan

perhitungan luas daerah cakupan layanan BTS dengan menggunakan

persamaan 2.1 dimana R adalah jarak Pancar BTS.

BAB V

PENUTUP

Page 37: Tb Trafik Gsm

5.1 KESIMPULAN

Dari serangkaian pembahasan yang telah disajikan pada bab – bab

sebelumnya maka dari Tugas Akhir ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada dasarnya untuk pemantauan pengukuran untuk mengamati performansi

sistem seluler berbasis GSM ini dapat dilihat dari :

- Keluhan pelanggan

- Mengamati alarm sistem yang ada

- Melakukan Drive test

- Analisa terhadap trafik jaringan

Selain menggunakan cara diatas, untuk mengamati kualitas layanan suatu

jaringan juga dapat diukur dengan membandingkan Statistik jaringan yang di

peroleh dari OMC. Cara tersebut merupakan cara yang paling efektif untuk

mengamati performansi.

2. Faktor buruknya performansi suatu sistem seluler saling terkait satu dengan

lainnya. Untuk itu dalam menganalisis performansi GSM tidak bisa

dipisahkan satu dengan lainnya.

3. Permasalahan yang sering terjadi pada sistem ini yaitu keterbatasan kanal,

gangguan pada RF, dan masalah area cakupan.

4. Dalam analisa ini tingkat drop call tinggi hal ini diakibatkan karena masalah

area cakupan, dan bila semua BTS bekerja secara maksimal maka akan

terjadi overlap yang sangat besar antara sitenya sehingga diperlukan

perhitungan daya pancar yang akurat untuk menentukan luas cakupan masing

– masing SRB supaya dapat meminimalisasi terjadinya overlap.

Page 38: Tb Trafik Gsm

5. Dalam perencanaan luas daerah cakupan pelayanan suatu SRB / BTS harus

mempertimbangkan link budget atau berarti :

- Sinyal dari BTS masih dapat diterima oleh MS pada level daya terima

minimum.

- Sinyal dari MS dengan daya maksimum masih dapat diterima oleh BTS.

6. Untuk mengurangi suatu kawasan yang tidak tercakup oleh gelombang radio

(blankspot) yang masih dalam wilayah cakupan SRB maka dapat diatasi

dengan manambah daya pancar tetapi dengan memperhitungkan SRB – SRB

lainnya agar tidak terjadi overlap, begitu pula sebaliknya.

5.2 SARAN

1. Untuk menjaga kinerja suatu jaringan maka diperlukan proses pengamatan

secara berkala dan periodik, sehingga bila terjadi permasalahan dapat segera

diatasi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 39: Tb Trafik Gsm

1. ...................., Dasar GSM 900/1800, Divisi Pelatihan Telkom.

2. ...................., GSM Network Planning Switching, Erikson.

3. ...................., GSM Trafik Planning Overview, CommServ Network

Indonesia.

4. Gauzaly Saydom, Sistem Telekomunikasi, Djambatan, 1993.

5. Jhon D. Kraus, Antennas, McGraw – Hill International Edition.

6. Malcolm W. Oliphant, Mattias K.Webber, Segmund M. Redl, An

Introduction to GSM, Artech House Publishers, Boston London.

7. Mertin J. Keverstein, theodore s. Rappapart, Wireless Personal

Communication, Boston Kluever Academic Publishers, 1993.

8. Sunomo, Pengantar Sistem telekomunikasi Nirkabel, Program penulisan

Buku teks DP3M Dirjen Dikti, 2003.

9. Warsito S, Kamus Elektronika, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996.