tatalaksana gangguan perkembangan anak

38
TATALAKSANA PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK OLEH : Dr. HERLINA PEMBIMBING : Dr. EVA CHUNDRAYETTI, SpA (K) 1

Upload: herlina-rudianto

Post on 11-Aug-2015

375 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

bahan kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

TATALAKSANA PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK

OLEH :

Dr. HERLINA

PEMBIMBING :

Dr. EVA CHUNDRAYETTI, SpA (K)

PPDS ILMU KESEHATAN ANAK FK UNAND /

RSUP. DR. M. DJAMIL

PADANG

2012

1

Page 2: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

KETERLAMBATAN MOTORIK

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Keterlambatan Perkembangan Motor

Faktor Familial

Keterlambatan dapat merupakan faktor keturunan. Hal ini mungkin disebabkan belum

matangnya kontrol korteks otak, prefrontal dengan jaras-jarasnya, ganglia basal dan serebelum

akibat proses mielinisasi yang lambat. Anak-anak ini dikemudian hari akan menjadi anak yang

normal dan sehat.

Faktor Lingkungan

Keterlambatan anak-anak yang berada di tempat penitipan mungkin akibat kurangnya

stimulasi dan latihan. Demikian juga bayi-bayi yang dibedong kakinya untuk mencegah rikets,

knock-knee atau bow legs akan terlambat berjalan karena kelemahan tungkainya.

Kepribadian

Anak yang kurang percaya diri, terlalu hati-hati atau kehilangan kepercayaan dirinya

akibat jatuh, mungkin akan terlambat berjalan. Bila keberaniannya muncul maka ia akan dapat

berjalan dengan baik karena dasar neuorologis untuk berjalan sebenarnya sudah dimilikinya

dan keterlambatannya ini tidak mumpunyai dasar kelainan organik.

Gizi

Anak yang kegemukan akan telambat berjalan bila orang tuaya khawatir berat badannya

akan memberikan beban pada tungkainya yang mungkin menyebabkan deformitas postural.

Mental Subnormal

Pasien sindrow Down, akan lebih lambat berjalan dibandingkan anak-anak lain dengan

kecerdasan setaraf akibat hipotonia. Keterlambatan umum sitiarsitektonik (dendrit, sinaps,

2

Page 3: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

mielinisasi), rasa keingintahuan, stimulasi yang kurang dan faktor emosi mungkin berperanan

juga.

Cerebral Palsy

Beratnya kelainan perkembangan motor pasien palsi serebral tergantung pada jenis,

berat dan distribusi anatomi palsi serebral serta pada kecerdasan pasien. Walaupun belum

terlihat tanda kelainan neurologis, keterlambatan perkembangan motor yang mencolok paling

sering disebabkan palsi serebral. Pada stadium lanjut baru akan terlihat kelainan postur dan

gerak

Kelainan Tonus Otot

Hipertonia dan hipotenia akan menyebabkan perkembangan terlambat. Di samping

serebral palsi, hipotonia juga dapat disebabkan lesi medula spinalis atau penyakit lower motor

neuron, penyakit otot instrinsik dan gangguan fisik umum seperti pada rikets atau setiap

penyakit berat lain.

Penyakit Neuromuskular

Pasien penyakit neuromuskular seperti penyakit Wearding-Hoffman atau Duchenne

muscular dystrophy akan terlambat perkembangannya.

Ngesot

Anak-anak yang bergerak dengan ngesot lebih lambat berdiri dan berjalan dari pada

anak yang merangkak.

Buta

Bayi-bayi yang buta mungkin akan terlambat berjaln bila kurang diberikan kesempatan

belajar berjalan karena takut akan melukai dirinya sendiri.

3

Page 4: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Tidak diketahui penyebabnya

Ada anak-anak yang sampai berusia 2 tahun atau lebih belum dapat berjalan tanpa

sebab yang jelas. Bila tidak disebabkan kerusakan susunan saraf pusat atau disertai gangguan

perkembangan mental, keadaan ini bukan masalah yang serius.

CEREBRAL PALSY

ETIOLOGI

Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu:

1) Pranatal :

a) Malformasi kongenital.

b) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya; rubela,

toksoplamosis, sifilis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).

c) Radiasi.

d) Toksemia gravidarum.

e) Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal, atau

tali pusat yang abnormal).

2) Natal :

a) Anoksia/hipoksia.

b) Perdarahan intra kranial.

c) Trauma lahir.

d) Prematuritas.

3) Postnatal :

a) Trauma kapitis.

b) Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis, ensefalomielitis.

c) Kern icterus.

4

Page 5: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

GAMBARAN KLINIK

Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang

mengalami kerusakan.

1) Paralisis

Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini

mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.

2) Gerakan involunter

Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid,

rigiditas, atau campuran.

3) Ataksia

Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya

memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik

yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.

4) Kejang

Dapat bersifat umum atau fokal.

5) Gangguan perkembangan mental

Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada

grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi

mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi

atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri

tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan

secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak,

perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.

6) Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau

kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas.

7) Problem emosional terutama pada saat remaja.

5

Page 6: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

KLASIFIKASI

Klasifikasi ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan derajat kemampuan fungsionil.

Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsy adalah sebagai berikut:

1)Tipe spastis atau piramidal.

Merupakan bentuk cerebral palsy terbanyak (70-80%).

Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :

a) Hipertoni (fenomena pisau lipat).

b) Hiperrefleksi yang disertai klonus.

c) Kecenderungan timbul kontraktur.

d) Refleks patologis.

Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:

a. Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama.

b. Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak bawah lebih berat.

c. Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas sedikit lebih berat.

d. Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak.

e. Triplegi apabila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah mengenai kedua lengan

dan satu kaki, biasanya merupakan varian dari kuadriplegi.

2) tipe atetoid / diskinetik

Tipe ini terjadi pada 10-20% penderita cerebral palsy. Bentuk ini mempunyai karakteristik

gerakan menulis yang tidak terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan,

kaki, lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan

anak tampak menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama

periode peningkatan stres dan hilang pada saat tidur.

3) tipe ataksid

Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. Penderita yang terkena sering

menunjukkan koordinasi yang buruk; berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka

lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan; kesulitan dalam melakukan

gerakan cepat dan tepat, misalnya menulis atau mengancingkan baju. Mereka juga sering

mengalami tremor, dimulai dengan gerakan volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan 6

Page 7: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

gerakan seperti menggigil pada bagian tubuh yang baru digunakan dan tampak memburuk

sama dengan saat penderita akan menuju obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid ini mengenai

5-10% penderita serebral palsy (Clement et al, 1984).

3) Tipe campuran

Gejala-gejalanya merupakan campuran gejala di atas, misalnya hiperrefleksi dan hipertoni

disertai gerakan khorea.

Berdasarkan derajat kemampuan fungsional:

1) Ringan

Penderita masih bisa melakukan pekerjaan aktifitas sehari-hari sehingga sama sekali tidak atau

hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.

2) Sedang

Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan khusus atau

pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau berbicara. Dengan

pertolongan secara khusus, diharapkan penderita dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau

berbicara sehingga dapat bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.

3) Berat

Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa

pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit

hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus. Rumah

perawatan khusus ini hanya untuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang akan

menimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis lengkap tentang riwayat kehamilan, perinatal dan

pascanatal, dan memperhatikan faktor risiko terjadinya cerebral palsy. Juga pemeriksaan fisik

lengkap dengan memperhatikan perkembangan motorik dan mental dan adanya refleks

neonatus yang masih menetap.

7

Page 8: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Pada bayi yang mempunyai risiko tinggi diperlukan pemeriksaan berulang kali, karena gejala

dapat berubah, terutama pada bayi yang dengan hipotoni, yang menandakan perkembangan

motorik yang terlambat; hampir semua cerebral palsy melalui fase hipotoni.

Pemeriksaan penunjang lainnya yang diperlukan adalah foto polos kepala, pemeriksaan pungsi

lumbal. Pemeriksaan EEG terutama pada penderita yang memperlihatkan gejala motorik,

seperti tetraparesis, hemiparesis, atau karena sering disertai kejang. Pemeriksaan

ultrasonografi kepala atau CT Scan kepala dilakukan untuk mencoba mencari etiologi.

Pemeriksaan psikologi untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual yang akan

menentukan cara pendidikan ke sekolah biasa atau sekolah luar biasa.

PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi spesifik terhadap cerebral palsy. Terapi bersifat simtomatik, yang diharapkan

akan memperbaiki kondisi pasien. Terapi yang sangat dini akan dapat mencegah atau

mengurangi gejala-gejala neurologik. Untuk menentukan jenis terapi atau latihan yang

diberikan dan untuk menentukan keberhasilannya maka perlu diperhatikan

penggolongan cerebral palsy berdasarkan derajat kemampuan fungsionil yaitu derajat ringan,

sedang dan berat.

Tujuan terapi pasien cerebral palsy adalah membantu pasien dan keluarganya memperbaiki

fungsi motorik dan mencegah deformitas serta penyesuaian emosional dan pendidikan

sehingga penderita sedikit mungkin memerlukan pertolongan orang lain, diharapkan penderita

bisa mandiri.

Obat-obatan yang diberikan tergantung pada gejala-gejala yang muncul. Misalnya untuk kejang

bisa diberikan anti kejang. Untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam. Bila gejala

berupa rigiditas bisa diberikan levodopa.

Mungkin diperlukan terapi bedah ortopedi maupun bedah saraf untuk merekonstruksi

terhadap deformitas yang terjadi. Fisioterapi dini dan intensif untuk mencegah kecacatan, juga

penanganan psikolog atau psikiater untuk mengatasi perubahan tingkah laku pada anak yang

lebih besar. Yang tidak boleh dilupakan adalah masalah pendidikan yang harus sesuai dengan

tingkat kecerdasan penderita.8

Page 9: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Occupational therapy ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri,

memperbaiki kemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian,

makan, minum dan keterampilan lainnya.

Speech therapy diberikan pada anak dengan gangguan bahasa, yang ditangani seorang ahli.

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada gejala dan tipe cerebral palsy. Di Inggris dan Skandinavia 20-25%

pasien dengan cerebral palsy mampu bekerja sebagai buruh penuh; sebanyak 30-35% dari

semua pasien cerebral palsy dengan retardasi mental memerlukan perawatan khusus.

Prognosis paling baik pada derajat fungsionil yang ringan. Prognosis bertambah berat apabila

disertai dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran.

Pengamatan jangka panjang yang dilakukan oleh Cooper dkk seperti dikutip oleh Suwirno T

menyebutkan ada tendensi perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi motorik dengan

bertambahnya umur pasien cerebral palsy yang mendapatkan rehabilitasi yang baik.

Cerebral Palsy dan Pengobatan Sel Induk (Stem Sel)

Sekarang, pasien dengan cerebral palsy memiliki kesempatan lebih besar untuk hidup normal

dengan bantuan terapi sel induk.

Stem sel (sel induk/sel punca) :

Sel yang tidak/belum terspesialisasi

berpotensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik

membentuk berbagai jaringan tubuh

Saat ini tidak ada obat untuk cerebral palsy dan tidak ada terapi standar yang berhasil untuk

semua pasien. Banyak dari kerusakan otak terkait insiden yang menyebabkan cerebral palsy

terjadi selama kehamilan, membuat pencegahan sulit. Hal ini telah menyebabkan banyak 9

Page 10: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

peneliti percaya terapi sel induk memberikan pilihan untuk meregenerasi jaringan syaraf dan

memperbaiki kerusakan pada otak.

Hasil pengobatan signifikan diperoleh dari menggunakan sel induk tali pusat tanpa Graft

signifikan dibandingkan komplikasi Host. (Handgretinger, 2001)

Pengobatan ini dilakukan dengan menginjeksikan sel induk ke dalam cairan sumsum tulang

belakang pasien. Setelah beberapa kali pengobatan, pasien menunjukkan tanda-tanda

perbaikan. Hal ini sedang dikembangkan di rumah sakit di China, Amerika Serikat, dan Mexico.

Penelitian invitro telah menunjukkan sel-sel induk tali pusat dapat berdiferensiasi menjadi jenis

sel saraf. Dalam model hewan, penelitian telah menunjukkan bukti yang meyakinkan bahwa

stem sel darah tali pusat disuntikkan intravena bermigrasi ke otak (melewati penghalang darah-

otak) dan meningkatkan fungsi neurologis dan mempromosikan penyembuhan. Hasil dari studi

tersebut menyebabkan banyak peneliti yang menunjukkan bahwa infus sel induk darah tali

pusat dapat mengurangi kerusakan pada jaringan otak, mengurangi kejang otot dan

memperbaiki masalah kiprah dan mobilitas yang terkait pada manusia.

Penelitian ini memberikan dukungan untuk pekerjaan klinis perintis pada Duke University,

difokuskan pada evaluasi dampak infus darah tali pusat autologous pada anak-anak yang

didiagnosa dengan cerebral palsy. Dr Joanne Kurtzberg, seorang profesor pediatri dan patologi

dan direktur hematologi pediatric Duke dan Program Transplantasi Sumsum, menanamkan sel

induk darah tali pusat anak kembali ke dalam tubuhnya sendiri untuk memfasilitasi perbaikan

jaringan otak yang rusak oleh hipoksia perinatal (kekurangan oksigen). Untuk saat ini, lebih dari

20 anak telah menjalani pengobatan ini dengan hasil yang sangat baik.

Developmental Coordination Disorder (DCD)

10

Page 11: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Etiologi

Tidak banyak penelitian yang mencari tahu penyebab dari DCD. Namun demikian, tampaknya

ada gabungan antara faktor genetik dan lingkungan (multifaktorial) pada anak dengan

sekumpulan gejala yang timbul. Developmental Coordination bukan merupakan suatu penyakit,

namun lebih kepada sekumpulan gejala yang secara bersama-sama dapat menegakkan

diagnosis. Faktor risiko lain yang diketahui misalnya usia gestasional yang kurang dan berat lahir

rendah.

Kriteria diagnostic DCD

Kriteria diagnostik DCD tercantum dalam DSM IV Sourcebook American Phyciatric Association

and Statistical Manual (DSM-IV). Gambaran penting dari DCD adalah adanya gangguan yang

jelas pada perkembangan koodinasi motorik (kriteria A). Diagnosis dibuat hanya bila gangguan

ini secara signifikan mengganggu pencapaian akademik atau kegiatan sehari-hari (kriteria B).

Diagnosis DCD ditegakkan bila kesulitan koordinasi tersebut bukan karena kondisi medis

keseluruhan (seperti palsi selebral, hemiplegi atau distrofi otot) dan tidak memenuhi kriteria

gangguan perkembangan pervasif (kriteria C). Jika retardasi mental ditemukan, kesulitan

motorik didapati berlebihan pada mereka yang berhubungan dengan hal ini (kriteria D).

GambaranDiagnostik

Sesuai kriteria yang tercantum dalam DSM IV Sourcebook American Phyciatric Association and

Statistical Manual (DSM-IV) di atas, maka ringkasan gambaran diagnostik dari DCD adalah

sebagaiberikut: :

A. Performa kegiatan sehari-hari yang membutuhkan koordinasi motorik, jauh di bawah yang

diharapkan, sesuai usia dan intelegensia yang terukur. Hal ini bisa dilihat dengan keterlambatan

yang nyata dalam pencapaian tolak ukur motorik (berjalan, merangkak, duduk), menjatuhkan

benda, kecanggungan, performa buruk dalam olahraga atau menulis.

B. Gangguan pada kriteria A secara signifikan mengganggu pencapaian akademis atau aktivitas

sehari-hari.11

Page 12: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

C. Gangguan tidak disebabkan oleh kondisi medis umum (seperti palsi selebral, hemiplegia atau

distrofi otot) dan tidak memenuhi kriteria dari gangguan perkembangan pervasif.

D. Jika ada retardasi mental, kesulitan motorik tampak berlebihan pada yang memiliki retardasi

mental.

Terapi

Terdapat berbagai pendapat yang berbeda mengenai kapan memulai intervensi, namun lebih

cepat lebih baik untuk memastikan anak tidak kehilangan kepercayaan dan harga dirinya. Hal ini

akan membantu mengurangi masalah perilaku dan membantu anak untuk berhasil dalam hal

fisik, sosio emosional dan akademis. Seorang anak mulai membandingkan dirinya dengan

teman sebayanya pada usia 6- tahun, jadi penting untuk memulai intervensi sebelum masa ini,

namun pada hakekatnya tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai intervensi.

Penting untuk mempertimbangkan usia anak ketika memutuskan jenis terapi. Anak di bawah

usia 3 tahun mungkin sulit mengikuti terapi formal yang terstruktur, jadi penting untuk

memastikan anak menganggap terapi ini menyenangkan sehingga ia dapat merasa berhasil.

Berbagai metode terapi yang berbeda dapat dilakukan dalam intervensi anak dengan DCD, di

antaranya:

PencapaianKeterampilan

Setelah disfungi area spesifik ditemukan pada saat pengkajian, lalu direncanakan program

terapi spesifik untuk meningkatkan keterampilan individu pada area tersebut, misalnya anak

dengan masalah pada keterampilan motorik kasar. Kesulitan anak mungkin timbul akibat

kurangnyapengalamanataumaturasiyanglambat.

SensoriIntegrasi

Terapi ini berorientasi pada anak dengan menciptakan lingkungan sensori di mana anak bisa

secara aktif mengekplorasi keterampilan baru. Terapi ini akan membantu mengkoordinasikan

kedua sisi tubuh, meningkatkan organisasi dan mengembangkan citra diri dan rasa percaya diri.

Teknik yang dipakai mencakup input vestibular, proprioseptif dan taktil.

Perseptuo-motorik12

Page 13: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Metode ini melibatkan urutan latihan di mana anak mengulang-ulang tugas yang diberikan

sampai ia kompeten melakukannya. Latihan lalu ditingkatkan dengan memberikan tugas yang

lebih kompleks. Program ini berbasis keterampilan visual-perseptual, tugas mencakup tugas

spasial,koordinasimata-tangan,konsistensi,danbentuk.

Neurodevelopmental

Ini merupakan bentuk intervensi yang berhubungan dengan tatalaksana palsi selebral. Dengan

menghambat tonus yang meningkat melalui handling dan positioning, kita memfasilitasi pola

normaldaripergerakan.

Terapipsikomotor(Naville)

Dalam terapi ini, koordinasi yang buruk diperkirakan sebagai akibat masalah fisik, sosial dan

psikologis. Metode ini mencakup latihan keterampilan motorik kasar, disosiasi, koordinasi dan

relaksasi, kesadaran akan waktu dan ruang, serta latihan memori visual.

Sensitivitaskinestetik

Sensitivitas kinestetik dideskripsikan sebagai kemampuan otak untuk mengetahui posisi dan

pergerakan anggota tubuh yang merupakan salah satu faktor dalam kontrol perilaku motorik.

Anak dilatih berbasis kegiatan kehidupan sehari-hari selama 2 minggu untuk meningkatkan

kewaspadaan kinestetik mereka. Uji ini digunakan bersamaan dengan program motorik umum

untukmeningkatkanketerampilanmotorikanak.

TheLeemethod

Tujuan utama metode ini adalah meningkatkan stabilitas proksimal untuk memberikan titik

fiksasi, meningkatkan kepercayaan dan harga diri, koordinasi (baik mata-tangan, dan mata-

kaki), memori, keterampilan merencanakan dan organisasi. Latihan khusus diberikan untuk

meningkatkan otot, sementara aktivitas dan permainan diberikan untuk meningkatkan

keterampilan. Penekanan terapi ini adalah membuat hal ini menyenangkan, memastikan bahwa

keterampilan dipecah sampai tingkat di mana anak bisa mengerjakannya sebelum

membangunnya lagi. Tujuannya adalah membantu tiap anak mencapai keterampilan sesuai

usianya.terapi mencakup 1 sesi/minggu selama 8 minggu, yang dibantu dengan 2 program

rumah, masing-masing selama 4 minggu untuk memastikan bahwa anak tidak merasa bosan

13

Page 14: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

denganlatihandanaktivitastersebut.

GANGGUAN BERBICARA

Pendahuluan

Menurut Van Riper: Gangguan berbicara dikatakan terganggu bila berbicara itu sendiri

membawa perhatian yang tidak menyenangkan pada si pembicara, terganggunya komunikasi

itu sendiri, atau menyebabkan si pembicara menjadi kesulitan untuk menempatkan diri (terlihat

aneh, tidak terdengar jelas, dan tidak menyenangkan).

Menurut Berry and Eisenson : Gangguan pada berbicara meliputi:

(1)Tidak mudah didengar

(2)Tidak langsung terdengar dengan jelas

(3)Secara vocal terdengar tidak enak

(4)Terdapat kesalahan pada bunyi-bunyi tertentu

(5)Bicara itu sendiri sulit diucapkannya, kekurangan nada dan ritme yang normal

(6)Terdapat kekurangan dari sisi linguistik

(7)Tidak sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan perkembangan fisik pembicara, dan

(8)Terlihat tidak menyenangkan bila ia berbicara.

Pertama-tama yang akan dilakukan oleh seorang Terapis Wicara adalah yang disebut

dengan evaluasi awal untuk bahasa & bicara. Evaluasi ini dilakukan untuk mendapatkan profil

dari bahasa & bicara anak, melihat ditahap mana kemampuan bahasa & bicara anak berada;

Apa jenis gangguan yang dialami oleh anak serta salah apa yang akan diberikan untuk

mengatasi masalah yang terlihat.14

Page 15: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Ada beberapa sisi-sisi pokok yang dipakai oleh Terapis Wicara untuk mendapatkan profil

bahasa & bicara anak tersebut. Semuanya berkaitan dengan kemampuan untuk bahasa dan

berbicara, dan sebagai prosedur standart Terapis Wicara, sisi-sisi ini dilihat dan dievaluasi

sebagaimana mestinya.

PERAWAKAN PENDEK

PENGERTIAN

Perawakan pendek atau ’short stature’ adalah keadaan anak dengan panjang badan/tinggi badan di bawah persentil ke 3 (P<3) pada grafik pertumbuhan NCHS (National Centre for Health Statistics), atau -2 SD dari rata-rata pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Perawakan cebol (dwarfism) adalah bentuk perawakan pendek yang berat bila panjang/tinggi badan < 3 SD dari tinggi badan rata-rata.

PATHOPHYSIOLOGI

Perawakan pendek dapat merupakan variasi normal, atau karena kelainan endokrin dan non endokrin. Terbanyak perawakan pendek adalah familial, rasial atau genetik. Perawakan pendek pathologis terjadi setelah malnutrisi, IUGR, dysmorphisme, masalah psikososial, penyakit sistemik yang kronis.

Klasifikasi perawakan pendek sebagai berikut :

1. Variasi normal.2. Primer/intrinsik (kelainan pada sel atau struktur dari ’growth plate’)3. Sekunder/eksternal (kelainan karena pengaruh luar dari ’growth plate’)4. Idiopatik (umumnya familial atau penyebabnya tidak diketahui)

Pada kelainan genetik (Sindroma Turner), seringkali tak jelas, kemungkinan pengaruh psikososial yang dikaitkan dengan pengaruh lingkungan terhadap fungsineurohormonal yang disebut sebagai functional hypopituitarism dengan akibat kekurangan gizi pada bayi/anak yang tidak tumbuh (failure to thrive).

15

Page 16: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

GEJALA KLINIK/symptom

Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal, atau BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya tumbuh kejarnya tidak sempurna.

Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5 cm/tahun desimal.

Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4 cm/tahun kemungkinan ada kelainan hormonal.

Umur tulang (Bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.

Tanda-tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis, rambut ketiak, panjangnya penis dan volume testis).

Wajah tampak lebih muda dari umurnya.

Pertumbuhan gigi yang terlambat.

Pada gangguan psikososial : polidipsia, poliuria, kebiasaan makan abnormal, dari tempat sampah, sering muntah. Mencuri makanan, makan tanah, makan dari WC.

Buang air besar/kecil dicelana, terlambat bicara, ”tempertantrum”, insensitif terhadap nyeri, dan berjalan dalam tidur (”night wandering”).

Keadaan keluarga/rumah kacau karena kurang pengetahuan maka terjadi kegoncangan psikososial didalam keluarga.Yang dirisaukan adalah masalah keturunan.

CARA PEMERIKSAAN/DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatan pertumbuhan dan maturasi dalam keluarga (pendek, menarche), penyakit infeksi kongenital, KMK (Kecil Masa Kehamilan), penyakit kronis pada organ-organ (saluran cerna, kardiovaskuler, organ pernafasan dan ginjal).

2. Pemeriksaan

16

Page 17: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

a. Pengukuran anthropometri (TB, BB, Lingkaran Kepala, Lingkaran dada, panjang lengan, panjang kaki).

b. Plot TB dan BB pada kurva pertumbuhan NCHS, dinilai menurut persentil yang sesuai.

c. Ukur TB dan BB ayah, ibu dan saudara-saudaranya.

d. Menghitung kecepatan tumbuh tinggi badan (growth velocity) pada pengukuran ulang sedikitnya 3 bulan setelah pengukuran pertama.

e. Kelainan kongenital, kelainan saluran cerna, paru, kardiovaskuler, leher (webbed neck) kelenjar tyroid, pertumbuhan gigi.

f. Tanda-tanda pubertas menggunakan pedoman (standard) dari Tanner.

g. Mata : Funduskopi, Lapang pandang (visual field)

h. X-Ray : - Bone Age (umur tulang)

- Tengkorak kepala/Sella Tursica.

- Bila perlu CT scan atau MRI

i. Laboratorium : Darah lengkap rutin, serologic urea dan elektrolit, calcium, fosfatase dan alkali fosfatase, T4 dan TSH, GH (growth Hormone) atas indikasi.

j. Analisa khromosom.

k. Endoskopi/Biopsi usus

l. Pemeriksaan psikologik/psikiatrik.

DIFFERENSIAL DIAGNOSIS/KAUSA

I. Keterlambatan konstitusional (Constitutional Delay) :

- Perlambatan pertumbuhan linier pada 3 tahun pertama

- Maturasi fisik terlambat dibandingkan kelompok umur yang sama

- Bone age sesuai dengan umur tingginya

- Tinggi badan maksimalnya normal.

17

Page 18: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

II. Keluarga Pendek (familial) disebut juga sebagai variasi normal :

- Pemeriksaan fisik normal.

- Kecepatan tumbuh > 4 Cm/tahun, sekitar P25. (masih dalam rentang potensi genetik)

- Bone age sesuai umur khronologis

- Maturasi pubertas normal.

III. Sindrom Turner :

- Didapatkan tanpa gejala yang klasik pada 60% kasus.

- Leher pendek (webbed neck), jarak papilla mammae lebar, maturasi seks terlambat.

- Setelah usia 9-10 tahun, FSH dan LH menunjukkan kegagalan ovarium.

- Karyotyping untuk menetapkan diagnosa.

IV. Defisiensi Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone Deficiency)

- Kecepatan tumbuh < 4 Cm/tahun

- Fungsi Tyroid Normal

- Bone age terlambat

- Uji stimulasi/provokasi untuk hormone pertumbuhan

V. Kelainan Tiroid

- T4 rendah dan TSH meningkat kemungkinan : Thyroid binding protein defisiensi, gangguan pituitaria sekunder, gangguan Hipothalamus tertier.

- Penderita harus dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut.

PENYULIT

- Organis, metabolik

- Psikologis terutama pada remaja (rendah diri)

18

Page 19: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

- Fungsional dalam memenuhi standard dimasyarakat (keterbatasan bidang pekerjaan dsb.)

- Pengobatan dengan hormon pertumbuhan walaupun sangat jarang terjadi perlu diantisipasi dengan informed consent adanya pseudotumor cerebri, FT4rendah dan resistensi Insulin.

PENATALAKSANAAN

- Lihat Algoritma (Berman) lampiran

- Psikoanalisa (pada ahli psikologi)

- Medikamentosa

- Konseling (Genetika atau Psikiatri)

- Pemantauan (monitoring)

Medikamentosa :Pengobatan anak dengan perawakan pendek harus sesuai dengan dasar etiologinya. Anak dengan variasi normal perawakan pendek tidak memerlukan pengobatan, sedang dengan kelainan patologis terapi sesuai dengan etiologinya, antara lain :

Nutrisi.

Organic disease .

Hormonal (pada defisiensi hormon pertumbuhan, sindroma Turner,hipotyroid dan lain-lainnya)

Mechanical/pembedahan (bone lengthening) pada skeletal dysplasia dan tumor.

Implikasi :

I. Orang tua bertubuh pendek, kecepatan tumbuh anak normal, bone age sesuai umur sesungguhnya anak akan tumbuh dewasa yang pendek, dan tidak perlu pengobatan khusus hanya konseling untuk mencegah rasa rendah diri dan hambatan perkembangan.

19

Page 20: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

II. Kecepatan tumbuh normal, bone age terlambat akan tetapi sesuai dengan umur tingginya, terdapat riwayat keterlambatan pubertas dalam keluarga. Anak akan mengalami pubertas yang terlambat, akan tetapi akan mencapai tinggi badan yang normal. Tidak memerlukan pengobatan khusus.

III. Kecepatan tumbuhnya subnormal, bone age terlambat, dibanding umur untuk tingginya. Anak perlu diselidiki kemungkinan defisiensi hormon pertumbuhan, hypotiroidi dan penyakit lain.

1. Algoritme Perawakan Pendeka.

Perwakan Pendek Short stature

Variasi Normal Patologis

Keluarga pendekKonstitusional lambat

Seimbang (proportionate) Tak seimbang

(dysproportionate) Skelet Dysplasia Rickets

Prenatal Postnatal IUGR (Intra Uterine Kelainan Endocrine Growth Retardation) Psikososial - Kelainan placenta Malnutrisi - Infeksi Kelainan GI - Teratogenik Kelainan Kardiopulmonal

20

Page 21: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Dysmorphic Syndrome Anemia khronis Kelainan Chromosome Kelainan ginjal

Terjemahan dari : Disorders of Growth, Pediatric Endocrinology (Lifshitz Fima and Zandsberg Shaul, 1985).

b.Penderita dengan PERAWAKAN PENDEK

© Eksklusi : Turner’s Syndrome

(B) Pemeriksaan fisik

21

(A) Riwayat

Page 22: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

22

Page 23: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Gangguan Perilaku pada Bayi / Anak

Masalah perilaku bayi /anak yang berbeda sering kali merupakan bentuk penampilan konflik terjadi ‘pada masa perkembangan kepribadian terhadap perilaku dari orang tua, saudara, guru ataupun teman-temannya yang berhubungan dengan mereka. Untuk itu, perkembangan perilaku (psiko sosial) harus diperhatikan, dihindari dan ditanggulangi bila terjadi penyimpangan sesederhana apapun bentuknya.Factor yang mendukung terjadinya perilaku anak lebih menonjol didaerah perkotaan, sehingga diduga terjadinya pergeseran nilai budaya, perilaku orang tua, perubahan dari keluarga besar ke keluarga kecil dan sebagainya.

Gangguan perilaku pada anak dibagi menjadi :

1. Faktor –faktor sebelum terjadinya konsepsi, misalnya factor usia orang tua, besarnya keinginan memiliki anak dan sebagainya

2. Faktor-faktor pada waktu kehamilan, berhubungan dengana danya hyperemis grafidarum, asfiksia, perinatal dan sebagainya. Stress psikologi pada ibu yang bekerja juga dapat sebagai penyebab gangguan perilaku pada bayi dan sebagainya

3. Faktor –faktor setelah kelahiran, misalnya bayi yang lahir dengan resiko tinggi harus dipisahkan dari ibunya, sehingga keadaan ini akan mengganggu ikatan batin antara bayi dan ibunya, anak emas (anak mahal) , over proteksi, eprilaku buruk orang tua, guru , teman yang dicontoh oleh anak dan sebagainya

Berbagai jenis gangguan perilaku yang sering ditemui adalah :

1. Habit problems (masalah kebiasaan anak)2. Problems of movement3. Problems of toilet training4. Problem of speech

Habit ProblemsBerbagai bentuk kebiasaan kurang baik yang sering dijumpai yaitu : menghisap ibu jari, menggigit kuku, pika, mencabut rambut, fobia, suka mencuri / berbohong dan sebagainya.

23

Page 24: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Menghisap ibu jariMenghisap ibu jari biasanya dijumpai pada anak usia 3 bulan – 3 tahun. Bila lebih dari 3 tahun harus waspada adanya factor stress yang memerlukan intervensi segera. Biasanya pada keluarga yang sosial ekonomi menengah ke atas. Bila gangguan ini berlanjut sampai 5 – 6 tahun terdapat gangguan dari pertumbuhan gigi, infeksi saluran pencernaan dan perkembangan kepribadian.Bila terjadi pada masa bayi, tidak perlu dirisaukan, karena dapat diganti dengan dot dan kemudian secara bertahap dapat diberhentikan. Bila terjadi di atas 1 tahun, kemungkinan anak bosan, lelah, tidak nyaman. Untuk itu berikan situasi yang nyaman kepada anak. Bila di atas 5-6 tahun, dapat dihentikan dengan memberikan pengertian akan akibatnya, serta memberikan hadiah (reward). Bila sulit diatasi, maka akan terdapat ketidakmatangan emosi dan sosial yang memerlukan penanganan khusus.

Menggigit KukuKebiasaan menggigit kuku dianggap kepanjangan dari menghisap ibu jari. Kebiasaan ini biasanya terjadi usia 13 – 15 tahun. Bila belum hilang sampai usia remaja, umumnya akan beralih pada beberapa kebiasaan anatar lain makan permen karet, mengorek hidung, atau memainkan rambut. Kebiasaan ini sebagai ekspresi dari kegelisahan, rasa tertekan, kecewa dan kemarahan.Menghilangkan dengan memberi pengertian pengertian dari akibat kebiasaan tersebut, mengalihkan pada bentuk permainan lain dengan teman sebayanya.

Problem of MovementGangguan perilaku ini berhubungan dengan gerakan tertentu, misalnya membenturkan kepala, mengamuk (temper tantrums), hyper aktif, habit spasum (tics) , breath holding spell.

Menggoyang dan membenturkan kepala (Rocking and head banging)Terjadi pada usia 7 – 14 bulan, kadang – kadang dijumpai pada usia 15 tahun. Pada tahun pertama kehidupan, merupakan hal yang biasa dan timbul sesuai dengan tahap perkembangan motoriknya. Pada anak yang lebih besar menunjukan adanya stress atau kelainan organic. Faktor stress mungkin merupakan perwujudan dari rasa tidak aman dan upaya menarik perhatian orangtuanya. Umumnya tidak diperlukan usaha untuk menghentikan kebiasaan ini. Bila keadaan mengkhawatirkan, dapat dialihkan dengan gerakan ritmik seperti bertepuk tangan, menari dan sebagainya.

24

Page 25: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Breath holding spellMerupakan emosi yang melibatkan gangguan saluran nafas terjadi apada anak usia 1 – 5 tahun sampai remaja. Merupakan ekpresi dari rasa frustasi yang merupakan suatu bentuk gangguan hubungan orangtua dengan anak. Biasanya dijumpai pada orangtua yang sangat sabar, ibu yang over protektif yang memenuhi semua kebutuhan anak atau pada orangtua yang tidak konsisten.

Gejalanya yaitu anak menangis, setelah itu menghisap nafas dalam dan tiba-tiba berhenti menahan nafas sampai mulut menjadi biru, anak lemas, hal ini berlangsung 5 -10 detik dan akan berhenti dengan sendirinya.

Temper tantrums (mengamuk)Bentuk dari ketidaksenangan, kemarahan yang ditampilkan secara dramatis. Biasanya anak menjerit, memukul, menendang, menjatuhkan badan ke lantai, melempar barang dan sebagainya. Terdapat pada usia 3 – 12 tahun.

Penyebabnya : anak meniru orangtua yang bertemperamen jelek, anak yang takut pada situasi tertentu, misalnya diajak ke dokter, orangtua terlalu sabar, terlalu melindungi, tidak ada konsistensi mana yang boleh/tidak dan sebagainya. Biasanya juga disertai dengan gangguan lain seperti suka mengigit kuku, enourisis (ngompol).

Cara mengatasinya adalah dengan tidak boleh dipenuhi keinginan anak setelah mengamuk, karena begitu sadar, dia tidak mendapatkan apa-apa, sehingga secara pelan-pelan akan menghentikan kebiasaannya tersebut.

Habit spacum(tics)Beberapa jenis tics :

- Tics motor yaitu gerakan yang berulang pada muka seperti meringis, menarik nafas panjang, gerakan hidung, mengedipkan mata, dll- Tics vocal seperti suara batuk kecil, meludah, mengulang kata – kata dan sebagainya- Jenis lain seperti menendang, memutar leher berulang-ulang dan sebagainya

Penyebab tics :

25

Page 26: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

- Psikodinamik, para ahli mempercayai bahwa tidak seorangpun anak yang berbahagia mengalami tics

- Organik, terdiri dari factor endogen seperti herediter, neurologi, biokimia dan sebagainya, dan factor estrogen seperti infeksi, trauma, toksik dan sebagainya.

Problem of toilet trainingMengompol (enourisis)

Ketidakmampuan seorang anak diatas 3 tahun mengontrol buang air kecil.

Penyebab :

- Psikodinamik : gaaagalnya toilet training karena stress kejiwaan, misalnya anak dipisah dari ibu/ayah, mempunyai adik, takut dokter dan sebagainya.

- Orangtua terlambat untuk mendidik perihal toilet training

- Kemungkinan sesuatu hal yang diturunkan

- Kelainan organic seperti infeksi saluran kencing, penderita diabetes, fionosis

Faekal sailing (encopresis)Keadaan dimana seorang anak tidak dapat menahan buang air besar, tanpa kelainan organic yang jelas. Terjadi pada usia 1 – 7 tahun.

Problem of speechGagap (stuttering)

Kelainan dalam kelancaran berbicara berupa pengulangan kata, perpanjangan suara, kata atau suku kata. Terjadi pada anak 2 – 7 tahun. Biasanya disertai tics.

26

Page 27: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

Penyebab factor emosional pada anak yang orang tuanya perfeksionis, dapat juga herediter yaitu kelainan pada lidah yang pendek dan kaku, ataupun terdapat retardasi mental. Setelah besar akan menimbulkan rasa kurang percaya diri, sehingga sulit bergaul dengan teman sebaya.

Elective Mutism

Keadaan dimana anak memaksa diri secara mental dan fisik untuk tidak berbicara, hanya berbicara pada orang tertentu. Terjadi pada usia 3 – 5 tahun.

Factor penyebab antara lain : dipisah dari keluarganya (masuk sekolah), pengalaman traumatis, anak yang sangat tergantung pada ibunya.

27

Page 28: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Moersintowarti B.Narendra,dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Jilid 1.

Jakarta : Penerbit Sagung Seto

2. Mallhi P, Singhi P. Screening Young Children for Delayed Development. Indian Pediatrics;

1999 36:569-577

3. Narendra MB, suryawan A, irwanto. 2006. Naskah lengkap continuing education ilmu

kesehatan anak XXXVI penyimpangan tumbuh kembang anak. bag/SMF ilmu kesehatan

anak FK UNAIR. Surabaya

4. Behrman RE., Kliegman RM., Jenson HB. 2004. Nelson textbook of pediatrics 17th ed.

Saunders. Philadelphia. American Academy of Pediatrics. Identifying Infants and Young

Children With Developmental Disorders in the Medical Home: An Algorithm for

Developmental Surveillance and Screening. Pediatrics Volume 118, Number 1, July 2006.

5. Sices L, Feudtner C, McLaughlin J et al. How Do Primary Care Physicians Manage

Children With Possible Developmental Delays? A National Survey With an Experimental

Design. Pediatrics 2004;113;274-282

6. http://id.hicow.com/amerika-serikat/sel-induk/serebral-palsi-763584.html

7. Goldberg C, New birth defect treatment studied. Hub Scientists test use of fetal cell,

May 14 2006, diakses dari http://www.boston.com

8. Abraham C, Hope for Fixing Birth Defects; New Technique Uses Custom-Made Tissue

Grown from Unborn Child's Own Fetal Cells, October 10, 2005. Diakses dari

http//www.stemcell news.com

9. Cromie W.J, New technique could repair severe birth defects. Diakses dari

http//www.hno.harvard.edu

28

Page 29: Tatalaksana gangguan perkembangan anak

10. Gardner A, Amniotic Stem Cells Offer Hope against Congenital Heart Defects November

14, 2006. Diakses dari http://www.explorestemcells.co.uk

29