tahapan analisis
DESCRIPTION
tahapan anilisis suatu senyawa obat maupun kimiaTRANSCRIPT
Tahapan analisis
Mata kuliah farmasi Analisis
sampling
Preparasi sampel
Analisis (pengukuran)
Interprestasi hasil & pembuatan laporan
Tahapan analisis
1. sampel— Wujud sampel: a. Bahan baku (raw material) b. Sedian Farmasi (dosage forms) c. Sampel biologi (darah, urin, jaringan, dll) d. Sampel hasil riset dan pengembangan e. Sampel lainnya (kosmetika, makanan, lingkungan)— Eksistensi analit dalam sampel: a. Sebagai senyawa tunggal (aktif maupun non aktif) b. Sebagai multikomponen (campuran > 2 senyawa aktif/analit) c. Dalam sampel biologi (sebagai senyawa utuh, metabolit atau senyawa terikat)
Matriks (matrices): Bagian dari sampel di luar analit yang tidak perlu
dianalisis tapi dapat mengganggu analisis terutama dalam sampel multikomponen , campuran atau sampel biologi.
— Jenis matriks : Bahan anorganik Bahan organik Cairan/jaringan biologi (darah, plasma, daging, dll)— Sifat matriks: Inert, tidak mengganggu analisis Mengganggu analisis karena turut terukur dan teranalisis Merusak dan mengkontaminasi intrumen ukur
matriks
harus representatif, artinya dapat mewakili keseluruhan materi yang akan dianalisis.
Teknik pengambilan sampel : Random (acak) : cocok untuk sampel
yang homogen Representatif : cocok untuk sampel yang
tidak homogen
1. Sampling
Sampel Padat untuk memperoleh cuplikan yang homogen biasanya cuplikan
tersebut digerus atau digiling, kemudian diayak dengan menggunakan ayakan dengan ukuran (mesh) tertentu.
Untuk memperkecil jumlah, sejumlah cuplikan dikumpulkan menjadi bentuk kerucut, lalu diratakan dan dibagi empat bagian.
Dua bagian yang bersebrangan digunakan sebagai cuplikan.
Jika masih terlalu banyak, bagian cuplikan yang diambil dibentuk kerucut lagi dan diperlakukan sama seperti sebelumnya sehingga jumlah cuplikan memenuhi kelayakkan untuk analisis.
1.1 pengambilan sampel padat
Sampel yang terlalu besar untuk dianalisis perlu direduksi (dikurangi) sampai diperoleh sampel official untuk dianalisis.
Berat sampel >100 kg diambil 500 gram Berat sampel ± 100 kg diambil 250 gram Berat sampel < 100 kg diambil paling
banyak 125 gram
1.1 pengambilan sampel padat
Sampel Cair Analisis kandungan logam berat dalam air
sungai yang mengalir, maka perlu dilakukan pengambilan cuplikan air dari beberapa titik yang representatif pada setiap jarak 50 meter atau 100 meter.
Disamping itu yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman (sedimen, pertengahan dan permukaan air).
1.2 pengambilan sampel cair
Sampel Gas
Cuplikan gas umumnya bersifat sama, sehingga tidak menimbulkan persoalan banyak pada proses pengambilan cuplikan.
Dalam mengumpulkan suatu sampel udara untuk analisis, maka volume yang diambil, laju serta lamanya pencuplikan merupakan faktor-faktor penting.
Di tinjau dari tujuan dan lokasinya, sampling atau pengambilan contoh udara dapat dibedakan menjadi sampling ambien dan sampling emisi sumber.
1.3 pengambilan sampel gas
Sampling ambien bertujuan untuk : Memenuhi dan mematuhi baku mutu udara
ambien, Menyediakan data untuk evaluasi kualitas
udara di industri, Observasi terhadap kecendrungan adanya
pencemaran, Menentukan prosedur pencegahan dan
penanganan pencemaran, Memantau sumber pencemar spesifik dari
proses industri
1.3.1 sampling ambien
Sampling emisi sumber bertujuan untuk :
Mengetahui besaran emisi pencemar untuk dibandingkan dengan baku emisi
Mengetahui tingkat emisi dari laju produksi / operasi industri,
Melakukan pemantauan kinerja alat pencegahan pencemaran.
1.3.2 sampling emisi sumber
• Sampling kontinyu : Pengukuran secara konstan selama periode pengambilan sehingga dapat fluktuasi data selama pengukuran,
•Sampling itermitten :Pengukuran dengan mengambil beberapa titik pengukuran dengan interval waktu pengukuran yang konstan
• Sampling sesaat (grab) : Pengukuran yang hanya dilakukan satu atau dua kali saja, tidak secara kontinyu dan periodik
Berdasarkan periode dan frekuensi sampling, sampling gas
dapat dibedakan menjadi :
Teknik sampling yang dikenal dalam aplikasi pengukuran dan analisis udara secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu teknik tangkapan dan teknik pemekatan
Teknik tangkapan : Teknik sampling yang ditarik kedalam kontainer khusus, contoh udara kemudian dianalisis di laboratorium dengan instrumen analisis
Teknik pemekatan : Sampling dengan memekatkan sejumlah volume contoh udara yang ditarik kedalam media tertentu (cairan, reagen kimia, filter), untuk dianalisis di laboratorium
Teknik pengambilan sampel gas
Preparasi sampel : proses yang harus dilakukan untuk
menyiapkan sampel sehingga siap untuk dianalisis menggunakan instrumentasi yang sesuai.
2. Preparasi sampel
a) Pemekatan analit b) Meningkatkan keterukuran analit melalui
perubahan bentuk, reaksi kimia , derivatisasi, agar kompatibel dengan metode analisis yang digunakan.
c) Menghilangkan komponen pengganggu analisis melalui pemisahan, clean-up, filtrasi, dll.
d) Melindungi instrumen ukur dari kerusakan dan kontaminasi.
Tujuan preparasi sampel
— Perlakuan sangat tergantung pada: a. Jenis sampel b. Kadar analit
Kuantitas bahan disebut major (bila >1%), minor (0,1% - 1%), trace (<0,1%) serta ultra trace (bpj atau bpm).
c. Metode analisis yang digunakan d. Kualitas hasil analisis yang
dipersyaratkan (akurasi dan presisi)
Preparasi sampel
Teknik analisis yang memerlukan sampel berupa larutan:
Volumetri Spektrofotometri Spektrofluorometri Spektrometri serapan atom (AAS/FES) Emisi plasma Kromatografi (KLT, KCKT, KPI, KI, dll) Elektrokimia (potensiometri, polarografi,
amperometri) Elektroforesis
Klasifikasi Teknik Pengukuran berdasarkan bentuk sampel yang diukur
Teknik Analisis yang memerlukan sampel padat ataupun larutan.
• Analisis Fluoresensi Sinar X • Analisis Aktivasi Neutron • Sp. IR
Teknik Analisis yang memerlukan sampel padat
DC Arc Emission Spectroscopy AC Arc Emission Spectroscopy Micropobe techniques Combustion techniques
Derivatisasi Pembentukan senyawa derivat yang dapat
terukur oleh instrument atau terdeteksi oleh detektor.
Ekstraksi Ekstraksi atau penyarian adalah proses
pemindahan atau pengucilan suatu konstituen dalam suatu sample ke suatu pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya
Destruksi
Cara preparasi sampel
Meningkatkan detektabilitas/daya ukur analit
Mengubah struktur molekul atau polaritas agar dapat terukur dengan lebih baik
Mengubah sifat matriks agar diperoleh pemisahan yang lebih baik.
Meningkatkan stabilitas kepekaan analit.
Tujuan derivatisasi
Pereaksi harus stabil Pereaksi dan hasil samping derivatisasi yang
terbentuk harus tidak terdeteksi/terukur atau dapat dipisahkan secara sempurna dari hasil reaksi dervatisasi analit
Pereaksi harus reaktif dan kalau perlu selektif terhadap analit (pada kondisi percobaan)
Jika dimungkinkan, pereaksi harus aman dan tidak toksik
Prosedur derivatisasi harus dapat diotomatisasikan
Persyaratan pereaksi derivatisasi
Jenis reaksi derivatisasi— Reaksi esterifikasi — Reaksi asilasi — Reaksi kondensasi — Reaksi Sililasi — Reaksi alkilasi — Reaksi pembentukan senyawa siklik — Reaksi penggabungan (coupling reaction)— Reaksi pembentukan kompleks yang berwarna
atau sifat kromoforiknya meningkat. Hasil reaksi derivatisasi tersebut pada
umumnya meningkatkan sifat kromoforik, sifat fluoroforik dan volatilitas analit.
Pada reaksi alkilasi, atom H digantikan oleh gugus alkil (CnH2n+1). Pereaksi yang digunakan adalah alkil halida dengan katalisator aluminium klorida (AlCl3).
Nama senyawa yang terbentuk bergantung pada gugus alkil yang mensubstitusi atom H. Berikut contoh penamaan alkil benzena.
Reaksi Alkilasi
Pada reaksi asilasi, atom H digantikan oleh gugus asil (CH3C=O). Pereaksi yang digunakan adalah halida asam, seperti CH3COCl (asetil klorida) dan CH3CH2C=OCl (propanoil klorida) dengan katalisator aluminium klorida (AlCl3).
Reaksi Asilasi
Nama senyawa yang terbentuk bergantung pada gugus asil yang mensubstitusi atom H Senyawa turunan benzena yang dihasilkan dari reaksi monosubstitusi dapat mengalami substitusi kedua. Berikut beberapa nama senyawa hasil reaksi Asilasi.
Reaksi esterifikasi adalah reaksi pengubahan asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester, reaksi ini disebut juga reaksi esterifikasi fischer.
Reaksi esterifikasi
Kondensasi adalah suatu reaksi kimia di mana satu molekul terbentuk dan satu molekul kecil (biasanya air) hilang. Dalam reaksi kondensasi, dua molekul atau bagiannya bergabung dan melepaskan molekul kecil. Molekul kecil ini biasanya adalah air yang diketahui sebagai reaksi dehidrasi. Molekul yang hilang lainnya seperti hidrogen klorida, metanol, dan asam asetat.
Contoh : Kondensasi (dehidrasi) dari dua asam amino
untuk membentuk ikatan peptida (merah) dengan menghilangkan air (biru).
Reaksi kondensasi
Dalam reaksi penggabungan dua atau lebih zat tergabung membentuk zat lain. Rumus umum reaksi penggabungan sebagai berikut : A + B = AB
ContohReaksi antara hidrogen dengan oksigen membentuk air merupakan reaksi penggabungan.
2H2(g) + O2(g) = 2H2O(g)
Reaksi penggabungan
Reaksi pembentukan senyawa siklis
Reaksi sililasi
1) misalnya pengukuran secara spektrofotometri ion besi secara spektrofotometri tentu menghasilkan hasil yang lebih sensitif jika ion besi diubah menjadi ion Fe(II) dan direaksikan dengan orto fenantroline atau jika ion besi (III) direaksikan dengan ion tiosianat. Hal ini disebabkan reaksi antara ion besi dengan pengomplek tersebut akan menghasilkan senyawa komplek baru yang berwarna.
2) pembentukan senyawa yang lebih volatil misalnya asam lemak yang berantai panjang tentunya lebih sulit
dianalisis dengan kromatografi gas (GC) karena titik didihnya relatif tinggi. Untuk menurunkan titik didihnya maka asam lemak tersebut direaksikan dengan alkohol (metano atau etanol) sehingga terbentuk metil ester atau etil ester yang titik didihnya lebih rendah.
3) Pembentukkan senyawa yang lebih termo stabil misalnya analisis senyawa dengan GC memungkinkan terjadinya
degradasi senyawa oleh pemanasan di injection port. Oleh karena itu analit harus direaksikan dengan senyawa lain sehingga terbentuk senyawa baru yang termo stabil.
Contoh derivatisasi
Destruksi ada dua macam, destruksi basah dan kering
3.1 Destruksi BasahDestruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut -pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida.Semua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran.
3.2 destruksi
Sebanyak 1 gram sampel sayuran dimasukkan ke dalam gelas beker 100 mL
Ditambahkan larutan aqua regia atau campuran HNO3 pekat : HCl pekat (1:3) sebanyak 3 mL.
Dipanaskan di atas hotplate selama kurang lebih 30 menit sampai tidak terbentuk gas.
Setelah semua sampel terdestruksi dan terbentuk larutan kemudian disaring dan disimpan di dalam botol sampel.
Diperoleh larutan sampel hasil destruksi basah yg siap dianalisis.
Contoh cara destruksi basah
Destruksi kering merupakan perombakan organic logam di dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu.
Pada umumnya dalam destruksi kering ini
dibutuhkan suhu pemanasan antara 400 -800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.
Destruksi kering
Ditimbang sampel sebanyak 1 gram tempatkan pada cawan porselin.
Diuapkan dengan oven sampai temperatr 105 –110 oC selama 30menit.
Diabukan didalam tanur selama 8 jam pada suhu 450 oC sampai sampel mengering.
Sampel yang telah mejadi abu, kemudian ditambahkan HCl 10 M sebanyak 2 mL.
Kemudian dipanaskan di atas hotplate sampai abu larut.
Abu yang telah larut kemudian dipindahkan ke dalam labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan larutan HNO3 0,1 M sampai tanda
batas.
Larutan siap dianalisis.
Contoh destruksi kering
Dilakukan pengukuran sampel dengan metode yang sesuai.
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara kimia, fisika atau biologi.
Teknik pengukuran yang digunakan dapat dikelompokan menjadi metode titrimetri, gravimetri, dan instrumental.
3. Tahap analisis/pengukuran
Tahap terakhir dalam suatu analisis adalah perhitungan persentase analit dalam sampel. Metode titrimetri dan gravimetri, misalnya, didasarkan pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi kimia. Dalam spektrofotometri absorbansi, sifat yang diukur berbanding lurus dengan konsentrasi analit dalam larutan.
Dalam penafsiran hasil pengukuran harus dipertimbangkan adanya kesalahan atau galat.
4. PERHITUNGAN DAN PENAFSIRAN PENGUKURAN
Galat adalah perbedaan numerik antara nilai yang dihitung dengan nilai sebenarnya. Nilai sebenarnya dari suatu kuantitas adalah sesuatu yang kita tidak pernah tahu secara pasti.
Galat pasti atau galat sistematis adalah galat yang berasal dari penyebab yang pasti sepeti instrumen yang tidak dikalibrasi secara benar, pengotor dalam tabung reaksi, reaksi samping dalam titrasi, dan pemanasan sampel dalam suhu yang terlalu tinggi. Galat pasti tidak memiliki arah terhadap nilai sebenarnya dan biasanya terjadi berulang kali.
Galat pasti diklasifikasikan ke dalam galat metodik, operatif, dan instrumental. Galat metodik berhubungan dengan metode analisis yang digunakan. Galat operatif berkaitan dengan batas kemampuan manusia sebagai pelaku eksperimen, sementara galat instrumen berhubungan dengan batas kemampuan dari instrumen yang digunakan.
Pada umumnya sumber galat berasal lebih dari satu kategori, misalnya galat akan selalu terjadi pada penimbangan bahan yang higroskopik, bila pelaku penimbangan juga memiliki teknik penimbangan yang jelek maka galat akan bertambah.
41
GALAT DAN PENGOLAHAN DATA ANALITIK
Galat konstan, galat pasti dapat pula digolongkan sebagai galat konstan. Galat konstan tidak tergantung pada besarnya kuantitas yang diukur dan akan menjadi kurang signifikan apabila kuantitas bertambah. Sebagai contoh bila nilai akhir galat konstan adalah 0,10 ml pada suatu rangkaian titrasi, hal ini menunjukkan galat relatif sebesar 1% untuk contoh yang membutuhkan 10 ml titran, namun hanya 0,2% bila titran yang dibutuhkan sebesar 50 ml.
Galat proporsional, galat ini terjadi bila suatu substansi yang mengganggu ada dalam sampel. Misalnya dalam penentuan iodometrik untuk suatu oksida seperti klorat, unsur oksidasi lain seperti bromat dapat menghasilkan nilai yang lebih tinggi bila kehadiannya tidak diperhitungkan. Dengan mengambil sampel yang lebih besar, galat total akan bertambah, namun galat relatif tetap konstan apabila dihasilkan dari sampel yang homogen.
Galat tidak pasti, merupakan keterbatasan final dan tidak dapat dihindrkan jika pengukuran dilakukan oleh manusia, namun penyebab pastinya tidak dapat ditentukan. Galat ini mengarah ke hasil lebih tinggi atau lebih rendah dengan probabilitas yang sama. Galat ini bisa dikurangi dengan cara pengulangan pengukuran.
42
GALAT, CONTINUE