surya digimag sabtu 24 januari 2015

1
SEJAK ujian mata kuliah Puisi wajib di- pentaskan, efeknya positifi. Tiga kelas yang dulu tidak pernah tegur sapa dan mungkin juga banyak yang tidak kenal menjadi satu dan menjadi sebuah keluarga. (ana faizatuz zuhroh) N ama mata kuliahnya, Puisi. Seluruh maha- siswa Prodi Pendidik- an Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2012 wajib menjalani proses untuk mementaskan puisi. Musikalisasi dan teatrikalisasi puisi membuat Kelas A, B, dan C langsung sibuk. Mementaskan puisi menjadi agenda rutin untuk mereka yang memprogram mata kuliah Puisi. Pementasan itu selalu ditunggu. Yang menarik adalah proses sebelum pen- tas berlangsung. Semua mahasiswa terlibat karena pementasan itu adalah ujian akhir semester. Siapa juga yang mau nilainya jeblok? Ternyata prosesnya tidak mudah. Mencari puisi yang bisa ditampilkan saja sudah menyita waktu dan energi. Maklum, banyak yang menyodorkan puisi yang dianggap layak. Proses pemilihan itu juga memicu perde- batan. Masing-masing mahasiswa memiliki pilihan sendiri. Proses debat kadang-kadang diwarnai dengan pertengkaran. Untunglah, pertengkaran itu biasanya tidak berlangsung lama karena semua menyadari ingin memberi yang terbaik agar pementasan berlangsung lancar. Selama sekitar tiga bulan, se- luruh kelas harus berlatih. Meski sudah dirancang dengan cermat, adaaaa saja yang meleset dari rencana. Tidak semua mahasiswa dapat berkumpul. Selalu ada anggota yang entah ada di mana ketika latihan berlangsung. Yang juga membuat deg-degan, tidak semua mahasiswa merasa memiliki jiwa seni. Menurut Ana Faizatuz Zuhroh, mahasiswa Kelas B, musikalisasi dan teatrikalisasi menjadi berat. “Kami mengakui kelas kami tidak memiliki dasar tentang musikalisasi dan teatri- kalisasi. Akan tetapi, kami tetap bersemangat dalam mengikuti semua kegiatan yang berhubungan dengan proses itu,” kata Ana. Awalnya Ana dan teman- temannya sangat yakin bisa se- perti kelas-kelas lainnya. Namun, setelah melihat proses berlatih yang penuh perdebatan dan tidak kompak, terbukti latihan tidak memberi banyak hasil. “Baru setelah waktu pentas semakin dekat, kami juga semakin kompak. Semua masalah yang ke- marin muncul, pelan-pelan teratasi. Apalagi ada Pak Pilu, pembimbing yang membantu mewujudkan pentas kami,” kata Ana. Proses berlatih kemudian menjadi rutinitas menyenangkan. Pagi, siang, sore, dan malam selama ada waktu luang selalu di- gunakan untuk berlatih. Siapa sih yang mau tampil ala kadarnya? Meski tidak ada ruang khusus untuk berlatih, semua tetap senang. Kadang-kadang, semua harus menunggu hingga kelas-kelas yang masih digunakan untuk berkuliah bubar karena suara saat berlatih cukup mengganggu mereka. Wuih, ternyata menuju pentas itu tidak sederhana padahal jika menonton pentas teater atau menonton sinetron sepertinya enteng. Menjadi aktor, aktris, dan pendukung pementasan terbukti beraaaat, man! (maskartika) STKIP PGRI JOMBANG Mana ada ujian menyenangkan? Di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Jombang ada lho ujian yang menyenangkan. Bukan hanya menyenangkan, proses untuk menempuh ujian mata kuliah yang satu ini membuat heboh. H ARUS diakui, tidak semua mahasiswa memiliki suasana hati dan kondisi tubuh yang sama. Banyak terjadi peristiwa yang tak terduga sebelumnya. Ada yang tiba-tiba pingsan, tiba-tiba sakit, dan tiba- tiba malas-malasan karena dihinggapi rasa bosan yang berkepanjangan. “Tiga hari dalam seminggu proses di kampus tidak kenal waktu. Minggu yang waktunya istirahat digunakan untuk berlatih sampai sore terkadang sampai pulang malam. Pertengkaran dengan teman sering terjadi, tetapi keesokannya kembali rukun. Saya jadi tahu bagaimana watak teman-teman saya,” kata Efi Lisnawati. Dalam satu situasi, semua wajah merengut dan ikut memanas. Banyak pula terjadi konflik dalam perjalanan proses ini, baik konflik sesama teman, maupun dengan pembimbing. Persiapan pentas menjadi tidak menarik lagi. Pada saat itu semua mencari pembenaran untuk dirinya sendiri. Tidak ada yang mau di- salahkan sehingga muncul keributan-keributan kecil yang untunglah berakhir cepat begitu saja. Aneka permasalahan yang terjadi pada satu saat berhenti. Tiba-tiba semua serasa memiliki rasa tanggung jawab, saling terikat dan mendu- kung untuk semangat. Ketika suasana tersebut terbangun, jalan berproses terasa semakin baik dan jelas arahnya. Semua mahasiswa mulai berlatih keras dan berpikir bagaimana sebaiknya agar pementasan ini memukau. Bulan pertama tahun ini menjadi bulan yang menyenangkan. Apa yang sudah terjadi menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Pentas mungkin sudah berlalu, tetapi ada pelajaran besar yang bisa diambil yang justru tampak setelah pentas usai. Proses menuju target besar itu menjadi tiket penting. Proses marah, damai, semangat, dan bangkit tidak ada dalam mata kuliah mana pun. Berasa kaya ketika seluruh proses dilewati. Proses latihan telah usai. Sekarang tidak ada lagi sebuah eksperimen dalam pementasan. Yang tersisa dari pementasan yang berlang- sung saat pergantian tahun itu sebuah keya- kinan dan kesiapan mental untuk mempertun- jukkan hasil latihan. Semua sudah berusaha terbaik. Semua pun yakin bahwa kerja keras itu tidak akan sia-sia. (maskartika) SABTU 24 JANUARI 2015 surya.co.id | surabaya.tribunnews.com Digi Mag Digital Magazine SEMANTIK, Metodologi Penelitian, Psikolinguistik, Pembinaan dan Pengembang- an Bahasa Indonesia (PPBI), dan Puisi menjadi matkul beraaaat. Saya kewalahan mengerja- kannya karena harus bisa mengatur waktu supaya tidak keteteran tugas yang lain. Saat ini tinggal Semantik yang masih mendebarkan. Kami harus membuat mini- research dan hasilnya dipresentasikan. Yang tidak kalah menarik adalah mata kuliah Bahasa Jawa. Ujiannya membuat video tentang pidato menggunakan bahasa Jawa. Ketika menjalani semua proses itu cukup membuat kewalahan. Akan tetapi, setelah semua berhasil dilewati dan menyaksikan hasilnya, uhui… menyenangkan. (efi lisnawati) UJIAN yang paling berat adalah take home alias mandiri. Ada lagi ujian yang membuat hati terguncang, yaitu ketika observasi ke SLB dalam mata kuliah Psiko- linguistik. Yang tidak kalah menarik adalah ujian Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Mahasiswa mempraktikkan pengetahuannya dengan menjadi penyiar ra- dio. Awalnya memang mendebarkan, tetapi setelah dijalani, aha… menyenangkan sekali bisa menjadi penyiar. Jika tidak mengikuti praktik di radio, mungkin saya juga tidak pernah menjadi penyiar. (evi nur patmawati) MENDAPAT jatah memainkan ecek- ecek tentu tidak bisa tampil utuh seperti aktor dan aktris yang tampil di panggung. Saya menjadi salah satu kru pemain musik. Peran saya dalam tim musik tidak menonjol, tetapi saya tetap serius. Duduk di antara teman yang memainkan alat musik, saya bisa melihat betapa kami sebenarnya grogi. Saya bersyukur, pementasan berjalan dengan baik. Sambil memainkan ecek-ecek, saya merin- ding. Ingin tertawa sekaligus menangis. Ketika semua berjalan lancar, rasanya ingin menangis. (khurrotul insyiah) KETIKA proses dilalui, sangat banyak tenaga digunakan. Di antara kami banyak yang jatuh sakit. Mungkin karena terlalu capai dan pergantian musim yang kadang panas kadang hujan. Dari proses itu kami tahu watak teman-teman yang tidak seperti biasa. Bukan watak-watak yang selama ini kami kenal. Meskipun banyak pertengkaran, setelah pementasan semua berdamai. (retno ari astuti) join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya

Upload: harian-surya

Post on 07-Apr-2016

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

SURYA Digimag edisi Sabtu, 24 Januari 2015 STKIP PGRI JOMBANG : Ujian Tuh Asyik Mana ada ujian menyenangkan? Di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Jombang ada lho ujian yang menyenangkan. Bukan hanya menyenangkan, proses untuk menempuh ujian mata kuliah yang satu ini membuat heboh.

TRANSCRIPT

Page 1: Surya Digimag Sabtu 24 Januari 2015

Sejak ujian mata kuliah Puisi wajib di-pentaskan, efeknya positifi. Tiga kelas yang dulu tidak pernah tegur sapa dan mungkin juga banyak yang tidak kenal menjadi satu dan menjadi sebuah keluarga.

(ana faizatuz zuhroh)

Nama mata kuliahnya, Puisi. Seluruh maha-siswa Prodi Pendidik-an Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan

2012 wajib menjalani proses untuk mementaskan puisi. Musikalisasi dan teatrikalisasi puisi membuat Kelas A, B, dan C langsung sibuk.

Mementaskan puisi menjadi agenda rutin untuk mereka yang memprogram mata kuliah Puisi. Pementasan itu selalu ditunggu. Yang menarik adalah proses sebelum pen-tas berlangsung. Semua mahasiswa terlibat karena pementasan itu adalah ujian akhir semester. Siapa juga yang mau nilainya jeblok?

Ternyata prosesnya tidak mudah. Mencari puisi yang bisa ditampilkan saja sudah menyita waktu dan energi. Maklum, banyak yang menyodorkan puisi yang dianggap layak. Proses pemilihan itu juga memicu perde-batan. Masing-masing mahasiswa memiliki pilihan sendiri.

Proses debat kadang-kadang diwarnai dengan pertengkaran. Untunglah, pertengkaran itu

biasanya tidak berlangsung lama karena semua menyadari ingin memberi yang terbaik agar pementasan berlangsung lancar.

Selama sekitar tiga bulan, se-luruh kelas harus berlatih. Meski sudah dirancang dengan cermat, adaaaa saja yang meleset dari rencana. Tidak semua mahasiswa dapat berkumpul. Selalu ada anggota yang entah ada di mana ketika latihan berlangsung.

Yang juga membuat deg-degan, tidak semua mahasiswa merasa memiliki jiwa seni. Menurut Ana Faizatuz Zuhroh, mahasiswa Kelas B, musikalisasi dan teatrikalisasi menjadi berat. “Kami mengakui kelas kami tidak memiliki dasar tentang musikalisasi dan teatri-kalisasi. Akan tetapi, kami tetap bersemangat dalam mengikuti semua kegiatan yang berhubungan dengan proses itu,” kata Ana.

Awalnya Ana dan teman-temannya sangat yakin bisa se-perti kelas-kelas lainnya. Namun, setelah melihat proses berlatih yang penuh perdebatan dan tidak

kompak, terbukti latihan tidak memberi banyak hasil.

“Baru setelah waktu pentas semakin dekat, kami juga semakin kompak. Semua masalah yang ke-marin muncul, pelan-pelan teratasi. Apalagi ada Pak Pilu, pembimbing yang membantu mewujudkan pentas kami,” kata Ana.

Proses berlatih kemudian menjadi rutinitas menyenangkan. Pagi, siang, sore, dan malam selama ada waktu luang selalu di-gunakan untuk berlatih. Siapa sih yang mau tampil ala kadarnya?

Meski tidak ada ruang khusus untuk berlatih, semua tetap senang. Kadang-kadang, semua harus menunggu hingga kelas-kelas yang masih digunakan untuk berkuliah bubar karena suara saat berlatih cukup mengganggu mereka.

Wuih, ternyata menuju pentas itu tidak sederhana padahal jika menonton pentas teater atau menonton sinetron sepertinya enteng. Menjadi aktor, aktris, dan pendukung pementasan terbukti beraaaat, man! (maskartika)

STKIP PGRI JombanG

mana ada ujian menyenangkan? Di Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Jombang ada lho ujian yang

menyenangkan. bukan hanya

menyenangkan, proses untuk

menempuh ujian mata kuliah yang satu ini membuat

heboh.

HArUS diakui, tidak semua mahasiswa memiliki suasana hati dan kondisi tubuh yang sama. Banyak terjadi

peristiwa yang tak terduga sebelumnya. Ada yang tiba-tiba pingsan, tiba-tiba sakit, dan tiba-tiba malas-malasan karena dihinggapi rasa bosan yang berkepanjangan.

“Tiga hari dalam seminggu proses di kampus tidak kenal waktu. Minggu yang waktunya istirahat digunakan untuk berlatih sampai sore terkadang sampai pulang malam. Pertengkaran dengan teman sering terjadi, tetapi keesokannya kembali rukun. Saya jadi tahu bagaimana watak teman-teman saya,” kata Efi Lisnawati.

Dalam satu situasi, semua wajah merengut dan ikut memanas. Banyak pula terjadi konflik dalam perjalanan proses ini, baik konflik sesama teman, maupun dengan pembimbing. Persiapan pentas menjadi tidak menarik lagi.

Pada saat itu semua mencari pembenaran untuk dirinya sendiri. Tidak ada yang mau di-salahkan sehingga muncul keributan-keributan kecil yang untunglah berakhir cepat begitu saja.

Aneka permasalahan yang terjadi pada satu

saat berhenti. Tiba-tiba semua serasa memiliki rasa tanggung jawab, saling terikat dan mendu-kung untuk semangat. Ketika suasana tersebut terbangun, jalan berproses terasa semakin baik dan jelas arahnya. Semua mahasiswa mulai berlatih keras dan berpikir bagaimana sebaiknya agar pementasan ini memukau.

Bulan pertama tahun ini menjadi bulan yang menyenangkan. Apa yang sudah terjadi menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.

Pentas mungkin sudah berlalu, tetapi ada pelajaran besar yang bisa diambil yang justru tampak setelah pentas usai. Proses menuju target besar itu menjadi tiket penting. Proses marah, damai, semangat, dan bangkit tidak ada dalam mata kuliah mana pun. Berasa kaya ketika seluruh proses dilewati.

Proses latihan telah usai. Sekarang tidak ada lagi sebuah eksperimen dalam pementasan. Yang tersisa dari pementasan yang berlang-sung saat pergantian tahun itu sebuah keya-kinan dan kesiapan mental untuk mempertun-jukkan hasil latihan. Semua sudah berusaha terbaik. Semua pun yakin bahwa kerja keras itu tidak akan sia-sia. (maskartika)

SABTU24 JANUARI 2015

surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

DigiMagDigital Magazine

Semantik, Metodologi Penelitian, Psikolinguistik, Pembinaan dan Pengembang-an Bahasa Indonesia (PPBI), dan Puisi menjadi matkul beraaaat. Saya kewalahan mengerja-kannya karena harus bisa mengatur waktu supaya tidak keteteran tugas yang lain.

Saat ini tinggal Semantik yang masih mendebarkan. Kami harus membuat mini-research dan hasilnya dipresentasikan.

Yang tidak kalah menarik adalah mata kuliah Bahasa Jawa. Ujiannya membuat video tentang pidato menggunakan bahasa Jawa.

Ketika menjalani semua proses itu cukup membuat kewalahan. Akan tetapi, setelah semua berhasil dilewati dan menyaksikan hasilnya, uhui… menyenangkan.

(efi lisnawati)

Ujianyang paling berat adalah take home alias mandiri. Ada lagi ujian yang membuat hati terguncang, yaitu ketika observasi ke SLB dalam mata kuliah Psiko-linguistik. Yang tidak kalah menarik adalah ujian Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Mahasiswa mempraktikkan pengetahuannya dengan menjadi penyiar ra-dio. Awalnya memang mendebarkan, tetapi setelah dijalani, aha… menyenangkan sekali bisa menjadi penyiar. Jika tidak mengikuti praktik di radio, mungkin saya juga tidak pernah menjadi penyiar.

(evi nur patmawati)

mendapat jatah memainkan ecek-ecek tentu tidak bisa tampil utuh seperti aktor dan aktris yang tampil di panggung. Saya menjadi salah satu kru pemain musik. Peran saya dalam tim musik tidak menonjol, tetapi saya tetap serius.

Duduk di antara teman yang memainkan alat musik, saya bisa melihat betapa kami sebenarnya grogi. Saya bersyukur, pementasan berjalan dengan baik. Sambil memainkan ecek-ecek, saya merin-ding. Ingin tertawa sekaligus menangis. Ketika semua berjalan lancar, rasanya ingin menangis.

(khurrotul insyiah)

ketika proses dilalui, sangat banyak tenaga digunakan. Di antara kami banyak yang jatuh sakit. Mungkin karena terlalu capai dan pergantian musim yang kadang panas kadang hujan. Dari proses itu kami tahu watak teman-teman yang tidak seperti biasa. Bukan watak-watak yang selama ini kami kenal. Meskipun banyak pertengkaran, setelah pementasan semua berdamai.

(retno ari astuti)

join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya