surya digimag 29 januari 2015

1
G EDUNG yang tersembunyi di balik rindangnya pohon trembesi menyimpan banyak cerita. Selain mengembangkan prestasi akademik dan nonakade- mik, SMK St Louis 2 Surabaya juga kreatif, lho. Sekolah ini memiliki tempat penghasil air mineral yang dike- lola oleh para siswa. Air mineral dikelola di sekolah dan dinikmati di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Jadi, untuk minum sudah tersedia dan tidak perlu mendatangkan air minum kemasan. Lingkungan yang sehat dan rindang menjadi salah satu syarat menghasilkan air kemasan yang siap minum. Jika lingkungan tidak mendukung tentu orang enggan mengonsumsi air kemasan di sekolah. Menurut Edy Riyanto, salah satu karyawan di sekolah itu, mengaku menjadi saksi perkembangan ling- kungan. Dulu lingkungan sekolah tidak tertata. Sekarang semua rapi, hijau, dan bersih. “Salah satunya dengan cara menjaga kebersihan kelas, mem- buang sampah pada tempatnya, tidak merusak tanaman-tanaman yang ada di sekolah. Kebersihan akan menciptakan rasa nyaman dan sekolah lebih menjadi indah,” kata Edy. Selain air minum kemasan, ada juga budidaya lele. Budidaya lele dilakukan untuk menunjang program wirausaha dan mengajak siswa berani membuat karya nyata. Sisi unik lainnya yang sempat direkam reporter sekolah adalah nama ruangan. Di setiap pintu ruangan baik laboratorium maupun ruang kesenian dan ruang lain dilengkapi oleh keterangan nama ruangan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia , bahasa Korea dan bahasa Mandarin. Semua bakat diasah. Mereka yang tidak pandai berbicara pun dido- rong untuk berani tampil di depan umum. Itu yang diakui Maria Puji. Kakak yang satu ini masuk ke kelas unggulan IPA X1. “Saya tidak pandai berbicara,” kata Maria. “Saya dapat berbicara lancar karena dilatih terus-menerus dengan melakukan tugas presen- tasi-presentasi yang diberikan oleh guru,” tambahnya. Maria memang tidak bisa langsung lancar tampil dan berbicara di depan teman-temannya, tetapi ia mengakui dapat menutupi kekurangannya itu. “Saya lebih senang menulis daripada berbicara,” ujar Maria yang mengiktui ekskul Jurnalistik. Selain berlatih berbicara, para siswa juga didorong suka membaca. Perpustakaan yang luas menjadi tempat yang nyaman untuk mem- baca atau mengerjakan tugas. Dari perpustakaan dengan jendela lebar itu para siswa dapat menjelajah ke mana-mana. “Bukankah buku adalah jendela dunia?” kata Nicole Natalia. “Buku adalah ilmu pengetahuan yang terus berkembang,” tambahnya. Menggali informasi dan meng- olahnya menjadi berita membuat semua tim yang ikut dalam Journa- listic of S_Loud 4 beberapa waktu lalu. Mengalahkan rasa malu ketika wawancara dengan narasumber, mencatat informasi, memotret, dan menuliskannya hingga menjadi berita yang menarik adalah prestasi yang membanggakan. Kami mau menjadi jurnalis! (Tim SMPN 13 Surabaya, Tim SMPK Katarina Surabaya, Tim SMPK St Stanis- laus Surabaya) S ALAH satu cara untuk ber- kembang adalah dengan mengikuti berbagai ekstra- kurikuler alias ekskul di sekolah. Ada banyak pilih- an yang disediakan dan siswa boleh memilih sesuai dengan minat dan kemampuan. Tentu menyenangkan jika sekolah menyediakan banyak fasilitas. Itu yang dilihat Tim 1 SMPK Santo Yusup Surabaya ketika menje- lajah SMAK St Louis 2 Surabaya. Salah satu andalannya adalah eks- kul Dance. Kata para kakak yang di- temui di sekolah itu, Dance dulu di- pandang sebelah mata karena kurang gaung. Itu duluuuuu… banget. Sekarang berbeda lho. Menurut Hanesha Nitahalya Mu- liauwan, selaku koordinator ekskul Dance, awalnya ekskul ini tidak me- nonjol. Baru pada 2013 Dance mulai mengukir prestasi dan menarik ang- gota baru. “Ada banyak faktor sih yang memengaruhi perkembangan pesat Dance. Faktor utama antara lain adalah ditunjuknya dua pelatih baru oleh sekolah, yaitu Kak Farida dan Kak Anam,” kata Hane- sha yang menye- but anggota eks- kul Dance dengan S_Loud Dance Crew. Faktor pen- dukung lainnya adalah semangat dan kerja keras yang dimiliki setiap anggota tim. Makin hari prestasi Dance sema- kin banyak. Itu membuat anggota rajin berlatih dan menjaga kekom- pakan. “Iya, belakangan ini sering me- nang. Contohnya adalah kami masuk 10 Besar Campina Concerto Contest, Juara 1 dalam lomba yang diadakan Safira Dancer, Juara 3 Lomba Dance Kota Surabaya, dan lain-lain,” ujar Hanesha tentang prestasi timnya. Meski selalu menjaga kekompak- an, selalu ada gesekan yang kadang- kadang membuat kesal. Maklum, banyak kepala, banyak ide yang tidak semua bisa diwujudkan. Gadis kelahiran Surabaya, 29 Desember 1998 ini mengaku kesulitan apabila harus mengatur anggota tim Dance yang egois. “Memang sih, mengatur sebuah tim yang anggotanya memiliki ber- macam karakter atau kepribadian itu tidak mudah. Contohnya, pada saat pemilihan desain kostum dan gerakan. Bahkan ada yang sampai keluar dari kelompok,” kata Hane- sha sambil tertawa. Mengikuti lomba dan menang memang membanggakan, tetapi bu- kan itu tujuan utama. Mereka akan mengikuti aneka lomba dengan pe- nuh semangat. Menang atau kalah itu tidak masalah karena yang pen- ting semua memiliki pengalaman berharga. “Dance diadakan setiap Jumat dan Sabtu sepulang sekolah. Rata-rata kami berlatih selama 1,5 jam. Kami belum memiliki ruang Dance sendi- ri, sehingga selalu latihan di Pendo- po atau di depan Ruang Guru. Saat menjelang lomba, kami berlatih le- bih lama dari biasanya. Kami serius dalam latihan seakan-akan dalam perlombaan yang sesungguhnya,” ucap siswi yang duduk di kelas XII IPA 1 saat dimintai keterangan bebe- rapa waktu lalu. (Tim 1 Santo Yusup Surabaya) Bangga Produksi Air Minum BANYAK EKSKUL BANYAK PENGALAMAN Segala sesuatu itu bermula dari nol. Tidak ada satu pun manusia yang mahir seketika. Maka dari itulah, manusia selalu belajar dan mencari pengalaman dalam hidupnya. surya.co.id | surabaya.tribunnews.com 4 H IDUP di tengah kota dan dipenuhi dengan tugas-tugas sekolah membuat tidak banyak waktu untuk mengenal kehidupan di luar keluarga dan sekolah. Di luar keluarga dan sekolah itu ada banyak hal yang menarik. Itu sebabnya, program Live In selalu ditunggu. Tinggal selama beberapa hari di rumah penduduk yang tinggal di luar Surabaya menjadi pengalaman menarik. Mereka tidak hanya ikut bermalam, tetapi juga melakukan semua pekerjaan yang biasa dilakukan tuan rumah. Jika tuan rumah punya kebiasaan bangun subuh, ya semua harus bangun sepagi itu. Ada yang membantu memasak di dapur, ada juga yang ikut mencari rumput untuk makanan ternak. Ada banyak kegiatan mengejutkan yang membuat para siswa kaget sekaligus takjub. Yang mengikuti Live In adalah kelas XI. Kelas XII ada kegiatan retret untuk mengisi kepekaan rohani. Acara lain yang selalu membuat seisi sekolah ribut adalah hari jadi sekolah. Sepertinya, setiap kali ada kesempatan semua ingin membuat acara yang semarak. Itu seperti Drama Kolosal Rama- Sinta dan Kolaborasi Tari Tradisional. Seisi sekolah terlibat dan menikmati persiapan dan acara itu. Kolaborasi tari ini ditampil- kan untuk menyambut kedatangan delapan pelajar dari Korea Selatan. Di balik semua even yang diadakan, para pengurus OSIS- lah yang menyumbangkan ide dan menyiapkan semua yang diperlukan even tersebut. Tentu saja mereka tidak bekerja sendiri. Justru dukungan dari seluruh siswa SMAK St Louis 2 Surabaya yang membuat semua acara meriah. Ketua OSIS SMAK St Louis 2, Hanesha Nitalya Muliawan kelas XI IPA1, dengan bangga menceritakan dukungan teman-teman- nya. “Mereka selalu terlibat aktif karena acara kami adalah acara mereka. Karena mereka juga acara-acara berlangsung meriah,” kata Hanesha. Kakak yang satu ini memang oke. (Tim 3 SMPK St Stanis- laus Surabaya) KAMIS, 29 JANUARI 2015 Digi Mag Digital Magazine Kalah Tidak Masalah Tuh... LIVE IN yang Ditunggu FOTO-FOTO: DOK PRIBADI join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya

Upload: harian-surya

Post on 07-Apr-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Banyak Ekskul Banyak Pengalaman

TRANSCRIPT

Page 1: Surya Digimag 29 Januari 2015

GEDUNG yang tersembunyi di balik rindangnya pohon trembesi menyimpan banyak

cerita. Selain mengembangkan prestasi akademik dan nonakade-mik, SMK St Louis 2 Surabaya juga kreatif, lho.

Sekolah ini memiliki tempat penghasil air mineral yang dike-lola oleh para siswa. Air mineral dikelola di sekolah dan dinikmati di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Jadi, untuk minum sudah tersedia dan tidak perlu mendatangkan air minum kemasan.

Lingkungan yang sehat dan rindang menjadi salah satu syarat menghasilkan air kemasan yang siap minum. Jika lingkungan tidak mendukung tentu orang enggan mengonsumsi air kemasan di sekolah.

Menurut Edy Riyanto, salah satu karyawan di sekolah itu, mengaku

menjadi saksi perkembangan ling-kungan. Dulu lingkungan sekolah tidak tertata. Sekarang semua rapi, hijau, dan bersih.

“Salah satunya dengan cara menjaga kebersihan kelas, mem-buang sampah pada tempatnya, tidak merusak tanaman-tanaman yang ada di sekolah. Kebersihan akan menciptakan rasa nyaman dan sekolah lebih menjadi indah,” kata Edy.

Selain air minum kemasan, ada juga budidaya lele. Budidaya lele dilakukan untuk menunjang program wirausaha dan mengajak siswa berani membuat karya nyata.

Sisi unik lainnya yang sempat direkam reporter sekolah adalah nama ruangan. Di setiap pintu ruangan baik laboratorium maupun ruang kesenian dan ruang lain dilengkapi oleh keterangan nama ruangan dalam tiga bahasa yaitu

bahasa Indonesia , bahasa Korea dan bahasa Mandarin.

Semua bakat diasah. Mereka yang tidak pandai berbicara pun dido-rong untuk berani tampil di depan umum. Itu yang diakui Maria Puji. Kakak yang satu ini masuk ke kelas unggulan IPA X1.

“Saya tidak pandai berbicara,” kata Maria. “Saya dapat berbicara lancar karena dilatih terus-menerus dengan melakukan tugas presen-tasi-presentasi yang diberikan oleh guru,” tambahnya.

Maria memang tidak bisa langsung lancar tampil dan berbicara di depan teman-temannya, tetapi ia mengakui dapat menutupi kekurangannya itu. “Saya lebih senang menulis daripada berbicara,” ujar Maria yang mengiktui ekskul Jurnalistik.

Selain berlatih berbicara, para siswa juga didorong suka membaca.

Perpustakaan yang luas menjadi tempat yang nyaman untuk mem-baca atau mengerjakan tugas. Dari perpustakaan dengan jendela lebar itu para siswa dapat menjelajah ke mana-mana.

“Bukankah buku adalah jendela dunia?” kata Nicole Natalia. “Buku adalah ilmu pengetahuan yang terus berkembang,” tambahnya.

Menggali informasi dan meng-olahnya menjadi berita membuat semua tim yang ikut dalam Journa-listic of S_Loud 4 beberapa waktu lalu. Mengalahkan rasa malu ketika wawancara dengan narasumber, mencatat informasi, memotret, dan menuliskannya hingga menjadi berita yang menarik adalah prestasi yang membanggakan. Kami mau menjadi jurnalis! (Tim SMPN 13 Surabaya, Tim SMPK Katarina Surabaya, Tim SMPK St Stanis-laus Surabaya)

SALAH satu cara untuk ber-kembang adalah dengan mengikuti berbagai ekstra-kurikuler alias ekskul di sekolah. Ada banyak pilih-

an yang disediakan dan siswa boleh memilih sesuai dengan minat dan kemampuan. Tentu menyenangkan jika sekolah menyediakan banyak fasilitas. Itu yang dilihat Tim 1 SMPK Santo Yusup Surabaya ketika menje-lajah SMAK St Louis 2 Surabaya.

Salah satu andalannya adalah eks-kul Dance. Kata para kakak yang di-temui di sekolah itu, Dance dulu di-pandang

sebelah mata karena kurang gaung. Itu duluuuuu… banget. Sekarang berbeda lho.

Menurut Hanesha Nitahalya Mu-liauwan, selaku koordinator ekskul Dance, awalnya ekskul ini tidak me-nonjol. Baru pada 2013 Dance mulai mengukir prestasi dan menarik ang-gota baru.

“Ada banyak faktor sih yang memengaruhi perkembangan pesat Dance. Faktor utama antara lain adalah ditunjuknya dua pelatih baru oleh sekolah, yaitu Kak Farida dan Kak Anam,” kata Hane-

sha yang menye-but anggota eks-kul Dance dengan S_Loud Dance Crew. Faktor pen-

dukung lainnya adalah semangat dan kerja keras yang dimiliki setiap anggota tim.

Makin hari prestasi Dance sema-kin banyak. Itu membuat anggota rajin berlatih dan menjaga kekom-pakan.

“Iya, belakangan ini sering me-nang. Contohnya adalah kami masuk 10 Besar Campina Concerto Contest, Juara 1 dalam lomba yang diadakan Sa� ra Dancer, Juara 3 Lomba Dance Kota Surabaya, dan lain-lain,” ujar Hanesha tentang prestasi timnya.

Meski selalu menjaga kekompak-an, selalu ada gesekan yang kadang-kadang membuat kesal. Maklum, banyak kepala, banyak ide yang tidak semua bisa diwujudkan. Gadis kelahiran Surabaya, 29 Desember 1998 ini mengaku kesulitan apabila harus mengatur anggota tim Dance yang egois.

“Memang sih, mengatur sebuah tim yang anggotanya memiliki ber-macam karakter atau kepribadian itu tidak mudah. Contohnya, pada

saat pemilihan desain kostum dan gerakan. Bahkan ada yang sampai keluar dari kelompok,” kata Hane-sha sambil tertawa.

Mengikuti lomba dan menang memang membanggakan, tetapi bu-kan itu tujuan utama. Mereka akan mengikuti aneka lomba dengan pe-nuh semangat. Menang atau kalah itu tidak masalah karena yang pen-ting semua memiliki pengalaman berharga.

“Dance diadakan setiap Jumat dan Sabtu sepulang sekolah. Rata-rata kami berlatih selama 1,5 jam. Kami belum memiliki ruang Dance sendi-ri, sehingga selalu latihan di Pendo-po atau di depan Ruang Guru. Saat menjelang lomba, kami berlatih le-bih lama dari biasanya. Kami serius dalam latihan seakan-akan dalam perlombaan yang sesungguhnya,” ucap siswi yang duduk di kelas XII IPA 1 saat dimintai keterangan bebe-rapa waktu lalu.

(Tim 1 Santo Yusup Surabaya)

Bangga Produksi

Air Minum

BANYAK EKSKUL BANYAK PENGALAMAN

Segala sesuatu itu bermula dari nol. Tidak ada satu pun manusia yang mahir seketika. Maka dari itulah,

manusia selalu belajar dan mencari pengalaman dalam hidupnya.

surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

4

HIDUP di tengah kota dan dipenuhi dengan tugas-tugas sekolah membuat tidak banyak waktu untuk mengenal kehidupan di luar keluarga dan sekolah. Di luar keluarga

dan sekolah itu ada banyak hal yang menarik.Itu sebabnya, program Live In selalu ditunggu. Tinggal

selama beberapa hari di rumah penduduk yang tinggal di luar Surabaya menjadi pengalaman menarik. Mereka tidak hanya ikut bermalam, tetapi juga melakukan semua pekerjaan yang biasa dilakukan tuan rumah.

Jika tuan rumah punya kebiasaan bangun subuh, ya semua harus bangun sepagi itu. Ada yang membantu memasak di dapur, ada juga yang ikut mencari rumput untuk makanan ternak. Ada banyak kegiatan mengejutkan yang membuat para siswa kaget sekaligus takjub.

Yang mengikuti Live In adalah kelas XI. Kelas XII ada kegiatan retret untuk mengisi kepekaan rohani.

Acara lain yang selalu membuat seisi sekolah ribut adalah hari jadi sekolah. Sepertinya, setiap kali ada kesempatan semua ingin membuat acara yang semarak. Itu seperti Drama Kolosal Rama-Sinta dan Kolaborasi Tari Tradisional. Seisi sekolah terlibat dan menikmati persiapan dan acara itu. Kolaborasi tari ini ditampil-kan untuk menyambut kedatangan delapan pelajar dari Korea Selatan.

Di balik semua even yang diadakan, para pengurus OSIS-lah yang menyumbangkan ide dan menyiapkan semua yang diperlukan even tersebut. Tentu saja mereka tidak bekerja sendiri. Justru dukungan dari seluruh siswa SMAK St Louis 2 Surabaya yang membuat semua acara meriah.

Ketua OSIS SMAK St Louis 2, Hanesha Nitalya Muliawan kelas XI IPA1, dengan bangga menceritakan dukungan teman-teman-nya. “Mereka selalu terlibat aktif karena acara kami adalah acara mereka. Karena mereka juga acara-acara berlangsung meriah,” kata Hanesha.

Kakak yang satu ini memang oke. (Tim 3 SMPK St Stanis-laus Surabaya)

KAMIS, 29 JANUARI 2015 DigiMagDigital Magazine

Kalah Tidak Masalah

Tuh...

BANYAK EKSKUL BANYAK PENGALAMAN

Digi

LIVE IN yang

Ditunggu

FOTO-FOTO: DOK PRIBADI

join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya