sumatera selatan sejahtera, lebih maju dan berdaya saing
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2017
Sumatera Selatan Sejahtera, Lebih Maju dan
Berdaya Saing Internasional
i
LKjIP Provinsi Sumatera
Selatan 2017
Kata Pengantar
lhamdulillah segala puji syukur
kehadiarat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya,
Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2017 dapat diselesaikan
dengan baik dan merupakan laporan tahun
kelima dari implementasi RPJMD Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2018.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 merupakan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan dalam memenuhi kewajiban untuk
mempertanggung-jawabkan keberhasilan dan kegagalan visi dan misi
organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
RPJMD Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 – 2018. Metode
dan teknik penyusunan ini telah berpedoman dengan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan
tata cara reviu atas laporan kinerja instansi pemerintah.
A
ii
LKjIP Provinsi Sumatera
Selatan 2017
Keberhasilan yang dicapai merupakan hasil kerja keras semua pihak
yang terlibat di dalamnya, yaitu Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan. Hendaknya hasil ini menjadi motivasi yang lebih inovatif dan kreatif
untuk perbaikan kinerja ke depan. Demikian pula kekurangan yang dialami
hendaknya menjadi bahan introspeksi terhadap kebijakan yang telah
ditetapkan, sehingga dapat menjadi masukan yang berharga bagi
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan di masa mendatang.
Harapan kami, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2017 ini dijadikan media untuk membangun kebersamaan dan
sinergitas berdasarkan kesadaran dan komitmen bersama yang dilandasi
semangat, kejujuran dan ketulusan untuk berbuat yang terbaik, bagi nusa dan
bangsa.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 ini kami
ucapakan terima kasih.
Palembang, Maret 2018
iii
LKjIP Provinsi Sumatera
Selatan 2017
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………..………………………………..…………………….................. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………….......................................... iii DAFTAR TABEL............................................................................................... iv DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ v IKHTISAR EKSEKUTIF .................................................................................... vi
I.
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………...................
1
II. PERENCANAAN KINERJA ............................................................................... 10
A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013 – 2018 ...........................................................................................
10
1. Visi,Misi dan Tujuan ..……..................................................................... 10
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017................................................................. 13
III. AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................................. 16 A. Capaian Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan ............................. 16 B. Capaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan .......... 19
C. Akuntabilitas Keuangan ........................................................................... 160
IV. PENUTUP ………………………………………..…………………........................................ 168
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Kinerja Tahunan 2017
Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Lampiran 3. Penghargaan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017
iv
LKjIP Provinsi Sumatera
Selatan 2017
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keterkaitan antara Isu Penting dan Masalah Mendesak dengan Arah
Kebijakan Pembangunan 2017...................................................... 2
Tabel 1.2 Perbandingan Realisasi Tahun 2017 terhadap Target Tahun 2018... 16
Tabel 1.3 Perbandingan Capaian Produksi Padi terhadap Target Produksi
Tahun 2013 – 2017 ................................................................... 22
Tabel 1.4 Perbadingan Capaian Produksi Jagung terhadap Target Produksi
Tahun 2013 – 2017 ............................................................. 25
Tabel 1.5 Perbadingan Capaian Produksi Kedelai terhadap Target Produksi
Tahun 2013 – 2017 ............................................................. 27
Tabel 3.6 Produksi Hasil Hutan ........................................................... 37
Tabel 9.7 Nilai Ekspor Tahun 2014 s.d Tahun 2018 ................................. 57
Tabel 9.8 Negara Tujuan Ekspor Daerah Sumsel Tahun 2017..................... 61
Tabel 13.10 Skor Pola Pangan Harapan Tingkat Ketersediaan Tahun 2017....... 75
Tabel 13.11 Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Komoditi Gabah Tahun
2005-Tahun 2018 ............................................................... 81
Tabel 19.12 Prestasi Atlet PPLP Provinsi Sumatera Selatan........................... 111
Tabel 20.13 Perbandingan Komponen IDG Sumsel Tahun 2013,2014,2015 dan
2016................................................................................. 120
Tabel 22.14 Target dan Capaian IPM Provinsi Sumsel Metode Baru Per
Komponen Tahun 2013-2016 serta Target dan Prediksi Capaian
Tahun 2017 ....................................................................... 129
Tabel 25.15 Target Perkembangan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Daerah
Sumatera Selatan Tahun 2011 s.d Tahun 2017.......................... 147
Tabel 25.16 Target Penurunan Emisi GRK Provinsi Sumsel............................ 151
Tabel 25.17 Target Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah ............................... 153
Tabel 25.18 Perbandingan Target Tahun 2017 dengan Target Nasional........... 154
Tabel 3.19 Akuntabilitas Keuangan.......................................................... 160
Tabel 3.20 Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Manusia.............................. 164
v
LKjIP Provinsi Sumatera
Selatan 2017
Ikhtisar Eksekutif
Pertanggungjawaban suatu instansi pemerintah kepada publik pada prinsipnya
merupakan kewajiban pemerintah untuk menjelaskan kinerja penyelenggaraan pemerintahan
kepada masyarakat. Pertanggungjawaban ini tidak semata-mata dimaksudkan sebagai upaya
untuk menemukan kelemahan pelaksanaan pemerintahan, melainkan juga untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan
Pemerintahan serta fungsi pengawasan publik terhadap jalannya pemerintahan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan merupakan kewajiban
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan visi dan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013– 2018 melalui sistem
pertanggungjawaban secara periodik.
Dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2017 ini dapat disajikan beberapa pokok permasalahan berupa keberhasilan maupun
ketidakberhasilan kinerja organisasi secara menyeluruh, yaitu :
a. Secara umum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan telah dapat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Gubernur Sumatera Selatan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Sumatera Selatan telah berupaya secara optimal melaksanakan kewajibannya
dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebagaimana yang
telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
Beberapa langkah kedepan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan dalam rangka Penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
antara lain adalah :
1. Aparatur dari tingkat yang paling bawah sampai paling atas harus mengenal SAKIP;
2. Perlu dilakukan sebelum menyusun RENJA Perangkat Daerah (PD) semua indikator
kegiatan disesuaikan dengan Cascading Perangkat Daerah (PD) masing – masing;
3. Kepala Perangkat Daerah harus memantau kegiatan dengan mempergunakan aplikasi
E-Perfomance;
4. Inspektorat, BAPPEDA dan Biro Organisasi harus mempunyai persepsi yang sama
dalam perumusan capaian;
vi
LKjIP Provinsi Sumatera
Selatan 2017
5. Kinerja Perangkat Daerah (PD) disesuaikan dengan Perjanjian Kinerja (PK) dan RPJMD
dengan demikian pimpinan Perangkat Daerah (PD) harus berkomitmen dengan
penyusunan RENJA capaian dengan Cascading.
Realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2017 sebesar
Rp. 1.433.616.790.868,- atau 80,91% dari pagu Rp. 1.771.890.139.695,- hal ini disebabkan
terserapnya anggaran keprogram – program Pemerintah yang telah dicanangkan Provinsi
Sumatera Selatan sehingga kinerja dari semua instansi berjalan dengan baik dan efisien.
Palembang, Maret 2018
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 1
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas ini berdasarkan ketentuan Undang –
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota telah memberikan jawaban lebih jelas dan tegas
tentang kewenangan daerah untuk mengurus dan mengatur kepentingan daerah menurut
prakarsa sendiri seusai dengan aspirasi masyarakat, sehingga dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, daerah dapat melakukan
inisiatif sendiri sesuai dengan batasan-batasan tertentu serta dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan, disusunlah perangkat daerah
Provinsi Sumatera Selatan, Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari :
1. Sekretariat Daerah terdiri dari Sekretaris Daerah, 3 Asisten, 3 staf ahli gubernur,
8 Biro dan Sekretariat DPRD.
2. Inspektorat
3. RS. Ernaldi Bahar
4. Dinas Daerah berjumlah 28 Dinas.
5. Badan Daerah berjumlah 9 Badan
6. 88 Unit Pelaksana Teknis (UPT) terdiri dari 83 UPT Dinas dan 5 UPT Badan.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 2
Tabel 1.1 Keterkaitan antara isu penting dan masalah mendesak dengan
arah kebijakan pembangunan 2017
PRIORITAS
RPJMD SASARAN URUSAN MASALAH ISU STRATEGIS
MISI KESATU : MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Pembangunan
Pertanian
1 Meningkatnya
produksi
Pekerjaan Umum
Pertanian
- Masih banyaknya jaringan irigasi
yang rusak dan jumlahnya belum
mencukupi. Saluran Irigasi di
Provinsi Sumatera Selatan
41.450 Ha, dengan Luas daerah
irigasi yang baru dimanfaatkan
sebesar 27.004 Ha dengan
rincian 58% dalam kondisi baik,
15,54% rusak ringan, 25,89%
dalam kondisi rusak sedang dan
0,54% dalam kondisi rusak
berat.
- Dari tahun 2010-2013
perkembangan NTP Sumsel
menunjukkan peningkatan,
namun pada tahun 2014 sampai
dengan tahun 2015 NTP
Sumatera Selatan mengalami
penurunan sebesar 102,50 dan
100,30 pada tahun 2015.
- Capaian produksi karet tahun
2015 baru sebesar 1.018.358
Ton dari target RPJMD yang
sebesar 1.150.000 Ton.
Produktivitas karet juga masih
rendah karena banyaknya
tanaman yang sudah masuk
tanaman tua, produktivitas karet
rata-rata 100-200 kg
slab/Ha/bln sedangkan rata-rata
produksi nasional bisa mencapai
400 kg slab/Ha/bln. Capaian
produksi kopi tahun 2015 baru
sebesar 110.351 Ton dari target
RPJMD yang sebesar 141.000
Ton Produktivitas kopi masih
sekitar 600 kg/Ha/Thn.
1) Belum optimalnya
produktivitas
pertanian,
Masalah utama:
a. 42% Irigasi rusak
b. Produktivitas dan
produksi tanaman
pangan &
holtikultura
c. Produksi
perkebunan belum
optimal
d. Ketersediaan
cadangan dan
penanganan daerah
rawan pangan
masih rendah
Ketahanan
Pangan
Capaian sasaran terwujudnya
ketahanan pangan daerah belum
maksimal antara lain disebabkan
oleh belum meratanya
ketersediaan dan distribusi
pangan antar waktu dan antar
wilayah serta masih rendahnya
ketersediaan cadangan dan
penanganan daerah rawan
pangan.
Perencanaan
Pembangunan
Pemerintah Kabupaten/Kota
masih sedikit yang menetapkan
prioritas irigasi ke dalam dokumen
perencanaan pembangunan
daerah, sehingga dapat menjadi
salah satu ancaman bagi
keberlanjutan pertanian beririgasi
di daerah.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 3
PRIORITAS
RPJMD SASARAN URUSAN MASALAH ISU STRATEGIS
2
Meningkatnya
kemampuan
SDM di sektor
pertanian
Pertanian
Dukungan tenaga penyuluh
pertanian belum optimal. Rasio
penyuluh pertanian dengan
jumlah desa sebesar (1:3) masih
berada dibawah target yang
sebesar (1:1).
3
Meningkatnya
jumlah rumah
tangga jasa
(UMKM) di
sektor pertanian
Hilirisasi produk pertanian belum
optimal sehingga daya saing masih
rendah. Menurut data sensus
pertanian, jumlah rumah tangga
usaha pertanian yang melakukan
pengolahan hasil pertanian pada
tahun 2013 belum terlalu banyak
yaitu baru sebanyak 43.207 rumah
tangga.
4 Meningkatnya
IKM berbasis
pertanian
Produktivitas tanam padi masih
rendah. Lahan sawah di Sumatera
Selatan tahun 2014 seluas
778.000 ha dengan rincian lahan
sawah dengan satu kali tanam
seluas 434.208 ha, dua kali
tanam seluas 157.435 ha, dan
tiga kali tanam seluas 25.171 ha.
Investasi dan
Pengembangan
Usaha
1 Berkembangnya
kawasan
ekonomi khusus
(KEK) Tanjung
Api-api
Perencanaan
Pembangunan - Masih terbatasnya Sarana dan
Prasarana Penunjang KEK
terutama Jalan dan Lahan. Jalan
pada tahun 2015 ditargetkan
9,75 Km dan lahan 217 Ha.
2) Peningkatan investasi
dan industri hilir;
Masalah Utama:
a. KEK TAA belum
berkembang
b. Rendahnya daya saing
industri
c. Promosi dan
pemasaran belum
optimal
Regulasi dan kelembagaan yang
belum kondusif terhadap
percepatan pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Tanjung Api-Api. Belum terbitnya
Peraturan Daerah dari Penjabaran
Peraturan Pemerintah Nomor 96
Tahun 2015 tentang Fasilitas dan
Kemudahan Di Kawasan Ekonomi
Khusus, walaupun telah
diterbitkannya Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan Nomor
3 Tahun 2015 tentang Pemberian
Kemudahan Penanaman Modal.
2
Meningkatnya
produk IKM
Koperasi dan
UKM - Belum optimalnya produktivitas
dan daya saing UMKMK
khususnya industri rumah
tangga. Pada tahun 2014
volume usaha sebesar Rp.24,96
trilyun dari target RPJMD
Rp.24,97 trilyun, nilai modal
Rp.9,44 trilyun dari target
Rp.9,46 trilyun, dengan
penyerapan tenaga kerja
sebanyak 2.978.457 orang.
- Masih belum optimalnya promosi
dan pemasaran
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 4
PRIORITAS
RPJMD SASARAN URUSAN MASALAH ISU STRATEGIS
3
4
Berkembangnya
jasa pariwisata
Meningkatnya
kesempatan
kerja di sektor
pariwisata
Pariwisata
- Kunjungan wisatawan ke Sumsel
pada tahun 2015 menurun
dibandingkan tahun 2014.
- Kurangnya sarana dan prasarana
pendukung pariwisata (rambu
petunjuk lokasi, sarana air bersih
dan sanitasi di lokasi objek
wisata,minimnya penginapan di
dekat objek wisata)
3) Penurunan Tren
kunjungan wisatawan;
Masalah Utama:
a. Menurunnya wisman
dan wisnus
b. Pertumbuhan nilai
usaha menurun
5
6
Meningkatnya
nilai tambah
objek wisata
Meningkatnya
pendapatan
masyarakat dari
usaha
pariwisata
- Masih kurang sinkronnya
pembangunan pariwisata yang
terpadu.
- Belum optimalnya penyediaan
fasilitas city tour pada daerah
tujuan wisata dan pelaksanaan
promosi pariwisata daerah
7 Meningkatnya
pendapatan
daerah dari
usaha industri
pengolahan
Penanaman
Modal
Investor cenderung wait and see
menanamkan modalnya karena
pertumbuhan ekonomi secara
nasional melambat sehingga
berpengaruh juga terhadap
pertumbuhan ekonomi Sumatera
Selatan
Perdagangan
Komoditi ekspor Sumatera
Selatan pada umumnya masih
berupa produk primer sehingga
nilai tambah tidak diperoleh
secara optimal
8 Meningkatnya
investasi
Perindustrian
- Lemahnya daya saing dan
pemasaran produk lokal
- Belum optimalnya pemanfaatan
teknologi dalam industri
9 Berkembangnya
Klaster Industri
Unggulan
Daerah (KIUD)
Belum optimalnya pemanfaatan
skema permodalan (KUR, CSR,
Produk perbankan) dalam Industri
Infrastruktur dan
Energi
1
2
3
Meningkatnya
mobilitas barang
antarwilayah
Meningkatnya
perdagangan
antarwilayah
Terbangunnya
jalan dan
jembatan
Pekerjaan
Umum
- Masih terdapat sepanjang 29,86
km Jalan Provinsi dalam kondisi
Rusak Berat dan sepanjang 18,38
km dalam kondisi Rusak Ringan.
Jalan tidak mantap 14,58 %.
- Belum terwujudnya pembangunan
Jembatan Musi IV dan Musi VI.
4) Konektivitas dan
infrastruktur;
Masalah Utama:
a. Jalan tidak mantap
14,6 %
b. Belum optimalnya
pengembangan
transportasi air,
sungai, danau,
penyeberangan serta
kereta api perkotaan
c. Persiapan venue Asian
Games
4
Terbangunnya
prasarana,
sarana dan
jaringan
transportasi
yang terpadu
dan merata
Perhubungan Belum optimalnya pengembangan
transportasi air, sungai, danau
dan penyeberangan.
Penugasan Sumatera Selatan
sebagai tuan rumah Asian Games,
berdasarkan Keppres No. 22 Tahun
2016.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 5
PRIORITAS
RPJMD SASARAN URUSAN MASALAH ISU STRATEGIS
6 Meningkatnya
pelayanan
daerah rawan
sanitasi
Perumahan
Rakyat
Masih rendahnya persentase
rumah tangga dengan akses air
bersih dan sanitasi layak.
• Persentase Rumah Tangga
dengan Akses Air Bersih di
Sumsel tahun 2015 mencapai
65,16%.
• Persentase Rumah Tangga
dengan Akses Sanitasi Layak di
Sumsel tahun 2015 mencapai
61,3%.
5) Belum optimalnya
akses perumahan dan
pemukiman;
Masalah Utama:
a. Masih rendahnya
cakupan air bersih
65,16% dan sanitasi
61,3 %
b. Masih tingginya
jumlah kawasan
kumuh seluas
3282,55 Ha di 11
Kabupaten/Kota.
7 Terbangunnya
prasarana dan
sarana
permukiman
yang sehat dan
layak huni
- Belum optimalnya
pengembangan infrastruktur
dasar permukiman
- Masih banyak terdapat Rumah
Tidak Layak Huni terutama di
Perkotaan
MISI KEDUA : MENINGKATKAN STABILITAS DAERAH
Tata Kelola
Pemerintahan yang
Baik, Keamanan
dan Ketertiban
Masyarakat
1.
2.
Terwujudnya
tata kelola
pemerintahan
yang efisien,
efektif dan adil.
Terwujudnya
tata kelola
keuangan
daerah yang
transparan,
akuntabel dan
berorientasi
publik.
Urusan
Pemerintahan - Capaian sasaran yang terkait
tata kelola pemerintahan yang
efisien, efektif dan adil serta
terwujudnya tatakelola
keuangan daerah yang
transparan, akuntabel dan
berorientasi publik belum
maksimal
- Capaian sasaran
meningkatnya solidaritas,
ketahanan dan sosial budaya
masyarakat serta terwujudnya
kehidupan beragama yang
harmonis, rukun dan damai
belum maksimal
6) Belum Optimalnya
Reformasi Birokrasi
dan Stabilitas
Keamanan dan
Ketertiban
(Kamtibmas)
Masalah Utama:
a. Belum optimalnya
Reformasi Birokrasi
b. Persiapan
pelaksanaan Pilkada
3. Terlaksananya
pemilihan
kepala daerah
(Pilkada) dan
Pemilu yang
langsung,
umum, bebas,
rahasia, jujur
dan adil
Urusan Kesatuan
Bangsa dan Politik
Dalam Negeri
Perlu adanya persiapan
pelaksanaan dan pengamanan
Pilkada yang dilaksanakan pada
tahun 2017 yaitu di Kabupaten
Musi Banyuasin
MISI KETIGA :MENINGKATKAN PEMERATAAN YANG BERKEADILAN
Pendidikan,
Kesehatan dan
Sosial Budaya
1
2
Meningkatnya
mutu layanan
pendidikan
dasar dan
menengah
Meningkatnya
jangkauan
layanan
pendidikan
dasar dan
menengah
Pendidikan - Masih kurang optimalnya
peningkatan SDM yang
berkualitas berbasis kompetensi.
7) Belum optimalnya
akses pendidikan;
Masalah Utama:
a. Kualitas SDM
pendidikan
b. Kualitas dan kuantitas
sarpras pendidikan
c. Akses pemerataan
pendidikan belum
optimal
d. Beban biaya
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 6
PRIORITAS
RPJMD SASARAN URUSAN MASALAH ISU STRATEGIS
- Kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana pendidikan masih
kurang.
• Jumlah ruang kelas PAUD yang
rusak sebanyak 13.988 kelas.
• Jumlah ruang kelas SD/MI
tahun 2014/2015 yang rusak
sebanyak 3.988 kelas.
• Jumlah ruang kelas SMP/MTs
tahun 2014/2015 yang rusak
sebanyak 1.507 kelas.
• Jumlah ruang kelas SMA/MA
tahun 2014/2015 yang rusak
sebanyak 2.819 kelas.
perguruan tinggi
Belum meratanya distribusi
tenaga pendidik di daerah.
• Jumlah guru TK di Provinsi
Sumatera Selatan sebanyak
4.037 guru, terbanyak di Kota
Palembang sebanyak 2.071 guru,
sedangkan yang paling sedikit di
Kabupaten PALI sebanyak 82
guru.
• Jumlah guru SD Negeri di
Provinsi Sumatera Selatan
sebanyak 60.661 guru, terbanyak
di Kota Palembang sebanyak
8.052 guru, sedangkan yang
paling sedikit di Kota Pagar Alam
sebanyak 698 guru.
• Jumlah guru SMP Negeri di
Provinsi Sumatera Selatan
sebanyak 28.385 guru, terbanyak
di Kota Palembang sebanyak
3.909 guru, sedangkan yang
paling sedikit di Kota Pagar Alam
sebanyak 430 guru.
• Jumlah guru SMA Negeri di
Provinsi Sumatera Selatan
sebanyak 17.373 guru, terbanyak
di Kota Palembang sebanyak
2.822 guru, sedangkan yang
paling sedikit di Kabupaten Empat
Lawang sebanyak 337 guru.
3 Meningkatnya
jumlah dan
mutu lulusan
perguruan tinggi
- Masih terbatasnya pemerataan
dan perluasan akses pendidikan
dari tingkat SMP sampai
Perguruan Tinggi terutama di
daerah terpencil dan perairan.
- Masih tingginya beban biaya
perguruan tinggi
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 7
PRIORITAS
RPJMD SASARAN URUSAN MASALAH ISU STRATEGIS
4
5
6
7
Meningkatnya
status
kesehatan
masyarakat
Meningkatnya
status gizi
masyarakat
Berkembangnya
layanan
kesehatan
reproduksi
Menurunnya
laju
pertumbuhan
penduduk
Kesehatan - Terbatasnya akses layanan
kesehatan yang terjangkau dan
bermutu.
• Persentase Rumah Sakit yang
memenuhi standar masih
sebesar 81,25% dari target
untuk tahun 2015 sebesar
87%, sementara target akhir
RPJMD yaitu sebesar 95%.
• Persentase masyarakat yang
sakit memanfaatkan Rumah
Sakit tahun 2014 masih rendah
yaitu sebesar 26%.
- Masih tingginya beban biaya
kesehatan
- Tingginya Angka Kematian Ibu.
Jumlah kematian ibu di
Sumatera Selatan masih relatif
tinggi sebesar 151
- kasus pada tahun 2015
dibandingkan dengan target
pada RPJMD yaitu 140 kasus.
8) Belum optimalnya
akses dan kualitas
layanan kesehatan;
Masalah Utama:
a. Sarana dan prasarana
layanan kesehatan
belum mencukupi
b. Biaya layanan
kesehatan
membebani
masyarakat
c. AKI (Angka Kematian
ibu) masih tinggi
Penanggulangan
Kemiskinan
1 Menurunnya
angka
kemiskinan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Pendidikan
Kesehatan
- Tingkat kemiskinan menurun,
tetapi laju penurunan melambat,
dan masih di atas angka nasional.
- Persentase penduduk miskin
mengalami penurunan dari tahun
2010 yang sebesar 14,80 persen
menjadi sebesar 13,77 persen
pada tahun 2015 walaupun masih
lebih tinggi dibandingkan nasional
yang sebesar 11,13 persen.
Kemiskinan cenderung tinggi di
pedesaan, tetapi pengangguran
cenderung tinggi di perkotaan.
Angka kemiskinan pedesaan
(14,47%) pada tahun 2015 lebih
tinggi dibandingkan perkotaan
(12,51%).
- Terbatasnya kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan
- Pendampingan pelaksanaan
program belum memadai, baik
dari sisi kualitas sumber daya
manusia maupun dari sisi
dukungan pemerintah daerah.
Jaminan dan bansos kurang
tepat sasaran
- Masih tingginya angka putus
sekolah. Angka putus sekolah SD
sebesar 0,43, SMP sebesar 0,48
dan SMA sebesar 0,68.
- Ketersediaan dan Kualitas tenaga
kesehatan masih terbatas.
Persentase persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan
sebesar 92,80% dari target tahun
2015 sebesar 95%.
9) Tingginya angka
kemiskinan;
Masalah Utama:
a. Terbatasnya
kesempatan kerja dan
rendahnya
produktivitas tenaga
kerja
b. Jaminan dan bansos
kurang tepat sasaran
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 8
PRIORITAS
RPJMD SASARAN URUSAN MASALAH ISU STRATEGIS
2
3
4
Berkurangnya
pengangguran
tenaga kerja
Berkembangnya
wilayah
pedesaan dan
kawasan
transmigrasi
Terwujudnya
percepatan
pembangunan
daerah
pedesaan,
terpencil dan
tertinggal
Tenaga Kerja - Masih tingginya tingkat
pengangguran terbuka (TPT).
Pada tahun 2015 sebesar
6,07% masih diatas target
RPJMD yang sebesar 4,70%.
MISI KEEMPAT : MENINGKATKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG LESTARI DAN PENGELOLAAN BENCANA
Pengelolaan
Lingkungan dan
Pengendalian
Bencana
1
2
Terkelolanya
kawasan hutan
Meningkatkan
daya dukung
DAS Musi dan
Pengelolaan
DAS terpadu
Kehutanan
- Semakin menurunnya kualitas
fungsi hutan dan luas kawasan
hutan serta meluasnya
Kerusakan Ekosistem Lahan
Gambut akibat kebakaran.
- Penataan ruang belum optimal
- Belum efektifnya Pengelolaan
Ekosistem dan DAS Secara
Terpadu, serta Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Terdegradasi
Secara Partisipatif
10) Tingginya kejadian
bencana Karhutla
dan banjir;
Masalah Utama:
a.Penyelenggaraan
penataan ruang
b. Tingginya emisi dan
rendahnya
pertumbuhan ekonomi
hijau
c.Belum optimalnya
pengendalian
bencana alam
3 Berkurangnya
laju penurunan
Kualitas
Lingkungan
Hidup meliputi
air, udara dan
tutupan lahan
Lingkungan Hidup
- Masih rendahnya Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup
(IKLH). Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH)
Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2015 sebesar 57,04,
masih dalam klasifikasi Kurang
tapi meningkat dibandingkan
Tahun 2011 yang sebesar
58,85.
- Kurangnya kapasitas dan
kualitas kelembagaan
pengelolaan lingkungan hidup.
Jumlah SDM pengelola
lingkungan hidup yaitu 15.500
orang.
4 Terkendalinya
laju peningkatan
emisi GRK di
Prov. Sumsel
- Masih tingginya Emisi Gas
Rumah Kaca (GRK). Emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2014
sebesar 2.664,48 juta ton
CO2Eq.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 9
PRIORITAS
RPJMD SASARAN URUSAN MASALAH ISU STRATEGIS
5
6
Berkembangnya
manajemen
penanggulangan
bencana
Meningkatnya
kerjasama dan
kemitraan
dalam
pencegahan dan
penanggulangan
bencana
Penanggulangan
Bencana
- Belum optimalnya pencegahan
dan pengendalian bencana alam
serta penjaminan fungsi sistem
peringatan dini. Jumlah
kelembagaan yang menangani
kebencanaan di
Kabupaten/Kota belum
terbentuk seluruhnya, yaitu baru
14 Kabupaten/Kota (82,35 %)
dari target 17 Kabupaten/Kota
(100%), dimana
Kabupaten/Kota yang belum
membentuk lembaga tersebut
yaitu Kota Prabumulih, Lubuk
Linggau dan Kabupaten
Muratara
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 10
A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013 – 2018
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mempunyai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama
kurun waktu 5 tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan
langkah awal untuk melakukan pengukuran Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang memerlukan
integritas antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lain agar mampu
memenuhi keinginan stakeholder dan menjawab tuntutan perkembangan lingkungan
strategi baik nasional maupun internasional. Analisa terhadap lingkungan organisasi baik
internal maupun eksternal merupakan langkah yang sangat penting dalam
memperhitungkan kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities)
dan tantangan kendala (Threat) yang ada. Analisis terhadap unsur – unsur tersebut sangat
penting dan merupakan dasar bagi perwujudan visi dan misi strategis instansi pemerintah.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang disusun mengandung visi,
misi, tujuan, sasaran, program dan kegiatan yang realistis dan mengantisipasi dan
mengarahkan anggota organisasi dalam mengambil keputusan tentang masa depan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah bersama pengukuran, penilaian dan
evaluasi kinerja serta Pelaporan Kinerja merupakan tolak ukur penting dari suatu sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Sumatera Selatan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2014.
1. Visi, Misi dan Tujuan
Dengan mempertimbangkan keinginan luhur dari para pendiri bangsa dan cerminan
hati sanubari rakyat Sumatera Selatan untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera lahir
dan batin, memperhatikan isu strategis dalam lima tahun mendatang, mengacu pada
arahan RPJMD Pemerintah Sumatera Selatan Tahun 2013-2018, serta memperhatikan
amanat konstitusional yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, maka Visi
Pembangunan Sumatera Selatan Tahun 2013-2018 adalah:
“ SUMATERA SELATAN SEJAHTERA, LEBIH MAJU
DAN BERDAYA SAING INTERNASIONAL”
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 11
Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Sumatera Selatan Tahun 2013-2018
tersebut, Misi Pembangunan Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:
(1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
(2) Memantapkan stabilitas daerah;
(3) Meningkatkan pemerataan yang berkeadilan;
(4) Meningkatkan pengelolaan lingkungan yang lestari dan pengelolaan bencana.
Tujuan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut :
Misi Kesatu : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Tujuan :
(1) Mengembangkan Ketersediaan Produksi Tanaman Pangan Berkelanjutan
(2) Meningkatkan Produksi dan Produktivitas Komoditas Perkebunan
(3) Mewujudkan Ketersediaan Bahan Baku Bagi Industri Pengolahan Hasil Hutan Kayu
dan Penggerak Ekonomi
(4) Meningkatkan Produksi peternakan untuk Mendukung Peningkatan Pendapatan
Peternak
(5) Peningkatan Produksi Perikanan
(6) Mengembangkan Hilirisasi di Sektor Industri Agro
(7) Mewujudkan Sumsel Menjadi Destinasi Budaya dan Wisata yang Maju dan Sejahtera
(8) Mewujudkan Peningkatan Produksi Pertambangan dan Energi
(9) Mewujudkan Dukungan Penerimaan Daerah Sektor Pertambangan dan Energi
(10) Mengembangkan Pertumbuhan Industri yang bertumpu pada Sumber Daya Lokal
(11) Terwujudnya Iklim Investasi
(12) Mengembangkan Kinerja Ekspor Non Migas
(13) Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Jalan dan Jembatan Kewenangan Provinsi
(14) Mewujudnya Kebutuhan Energi kelistrikan Untuk Masyarakat Melalui Peningkatan
Rasio Elektrifikasi dan Listrik Pedesaan
(15) Meningkatkan Pembinaan, Pengaturan dan Pengawasan Serta Pelaksanaan
Pembangunan Perumahan dan permukiman
(16) Meningkatkan Akses Sanitasi bagi masyarakat
(17) Mengembangkan dan Mendayagunakan Kemampuan Ilmu Pengetahuan, teknologi
dan Inovasi (IPTEKIN) Secara bersistem
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 12
Misi Kedua : Meningkatkan Stabilitas Daerah
Tujuan :
(1) Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Daerah
(2) Meningkatkan Kualitas Kinerja Pelayanan dalam Rangka penyelenggaraan
Pemerintahan, Administrasi, Organisasi dan Tatalaksana Yang Profesional
(3) Menciptakan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang Baik dan Profesional
(4) Terwujudnya Pemerintah Provinsi Sumsel yang Bebas dari Korupsi
(5) Terwujudnya Perencanaan Pembangunan yang Berkualitas
(6) Meningkatkan Pelayanan yang profesional Terhadap Pelaksanaan Tugas dan Fungsi
DPRD
(7) Terwujudnya Penegakan Peraturan daerah Peraturan Kepala Daerah
Misi Ketiga : Meningkatkan Pemerataan yang Berkeadilan
Tujuan :
(1) Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat yang Setinggi-tingginya
(2) Tercapainya Pendidikan di Provinsi Sumsel
(3) Meningkatkan Peran Pemuda dalam Pembangunan
(4) Terwujudnya Prestasi Olahraga di Sumatera Selatan
(5) Meningkatkan Peran perempuan dalam Pembangunan
(6) Meningkatkan Perlindungan Anak
(7) Meningkatkan Mutu dan produktivitas Tenaga Kerja
(8) Meningkatkan Perluasan Kesempatan Kerja Bagi Calon Tenaga Kerja
(9) Terwujudnya Perencanaan Pembangunan yang Berbasis Kebutuhan Masyarakat
(10) Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS)
(11) Terwujudnya UMKM dan Koperasi yang kuat, Sehat dan Berdaya Saing
Misi Keempat : Meningkatkan Pengelolaan Lingkungan yang Lestari dan Pengelolaan
Bencana
Tujuan :
(1) Mewujudkan Ketersediaan Bahan Baku bagi Industri Pengolahan Hasil Hutan Kayu
dan penggerak Ekonomi Daerah
(2) Mewujudkan Pemantapan Pengelolaan Hutan
(3) Mengendalikan Pencemaran dan perusakan Lingkungan Hidup di Sumatera Selatan
(4) Meningkatkan Kemampuan Penanggulangan Bencana yang Handal
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 13
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam
rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang
dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah meningkatkan
akuntabilitas, transparansi dan kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen antara
penerima amanah dengan pemberi amanah sebagai dasar penilaian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan tolak ukur
kinerja sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah membuat perjanjian kinerja Tahun
2017 sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. Perjanjian Kinerja Pemerintah
Sumatera Selatan Tahun 2017 disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun
2017. Ringkasan Perjanjian Kinerja Tahun 2017, sebagai berikut :
FORMULIR PERJANJIAN KINERJA
TINGKAT PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2017
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Tahun
2017
1. Meningkatnya produksi pertanian dan perikanan
1.1 Produksi padi ton 4.419.461
1.2 Produksi jagung ton 188.471
1.3 Produksi kedelai ton 18.219
2. Meningkatnya produksi, produktivitas komoditi unggulan perkebunan dan pendapatan petani
2.1 Produksi karet ton 1.200.000
2.2 Produksi kelapa sawit ton 2.280.000
2.3 Produksi kelapa ton 62.000
2.4 Produksi Kopi ton 144.000
3. Meningkatkan produktivitas sumber daya hutan
3.1 Produksi kayu dari hutan tanaman industri
juta m3/tahun
5,50
4. Meningkatnya produksi daging 4.1 Produksi daging ton 77.750
4.2 Produksi Susu liter 115.640
4.3 Produksi Telur ton 85.152
5. Meningkatnya produksi perikanan
tangkap
5.1 Produksi perikanan
tangkap
ton 96.485,4
5.2 Nilai tukar nelayan % 101
6. Meningkatnya produksi perikanan budidaya
6.1 Produksi perikanan budidaya
ton 535.350
7. Meningkatnya kunjungan wisatawan
yang datang ke sumsel
7.1 Jumlah kunjungan
Wisatawan mancanegara
orang 35.349
7.2 Jumlah kunjungan wisatawan nusantara
orang 3.650.377
8. Optimalnya penerimaan daerah sektor pertambangan dan energi
10.1 Jumlah produksi hasil tambang batubara
juta ton 25,20
9. Meningkatnya investasi di Provinsi
Sumatera Selatan
9.1 Nilai realisasi investasi
penanaman modal dalam negeri (PMDN)
Rp. Triliun 10,1
9.2 Nilai realisasi investasi
penanaman modal asing (PMA)
Rp. Triliun 13,25
10. Meningkatnya daya saing ekspor non
migas dan pengendalian impor
10.1 Nilai ekspor US $
juta/tahun
2.994,30
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 14
11. Terpeliharanya infrastruktur jalan dan jembatan kewenangan provinsi
11.1 Persentase jalan dalam kondisi mantap
% 85,00
12 Terwujudnya akses dan kebutuhan listrik di sumatera selatan
12.1 Jumlah produksi listrik GWh 7.517
12.2 Rasio Elektrifikasi % 83,80
12.3 Persentase desa dengan akses listrik
% 94,90
13. Tertangani infrastruktur permukiman
di perkotaan dan pedesaan secara optimal
13.1 Jumlah kawasan kumuh
yang tertangani
Kawasan 3
14. Memantapkan ketersediaan pangan dengan pola pangan harapan
14.1 Skor pola pangan harapan (PPH) tingkat ketersediaan
Skor 81,0
15. Meningkatnya penanganan rawan
pangan
15.1 Penurunan rawan pangan
1% per tahun
% per tahun 1
16. Terlaksananya sistem distribusi yang efisien, efektif dan stabilitas harga pangan pokok strategis
16.1 Harga gabah kering panen (GKP) ditingkat produsen
Rp/Kg ≥ Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
17. Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi di bidang pemerintahan dan pembangunan
17.1 Nilai survei kepuasan masyarakat (SKM)
Nilai 71,51
18. Tercapainya tertib administrasi pengelolaan keuangan dan aset daerah
18.1 Opini laporan keuangan daerah
Opini WTP
19. Meningkatnya kinerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
19.1 Persentase SKPD dengan nilai akuntabilutas kategori B
% 80,00
19.2 Nilai laporan
penyelenggaraan pemerintah daerah
Poin 3,4
20. Menurunnya jumlah kematian
neonatal, bayi & Balita
20.1 Jumlah kematian bayi Kasus 105
20.2 Jumlah kematian balita Kasus 46
20.3 Angka harapan hidup Tahun 80,10
21. Mengatasi masalah gizi utama di
masyarakat terutama kelompok rentan
21.1 Persentase balita gizi buruk % <1
22. Menurunkan jumlah kematian ibu maternal
22.1 Jumlah kematian ibu maternal
Kasus 136
23. Meningkatnya kualitas pendidikan di semua jenjang
23.1 Angka Kelulusan SD % 100
23.2 Angka kelulusan SMP % 100
23.3 Angka kelulusan SMA/K % 100
24. Meningkatnya prestasi olahraga 24.1 Jumlah perolehan medali
emas atlet sumsel
medali 17
25. Meningkatkan industri olahraga 25.1 Angka pertumbuhan usaha baru di bidang jasa dan industri olahraga
produsen 3
26. Meningkatnya kualitas hidup perempuan
26.1 Indeks pembangunan gender (IPG)
Poin 71,13
26.2 Indeks pemberdayaan
gender (IDG)
Poin 69,18
27. Menurunnya angka pengangguran 27.1 Tingkat partisipasi Angkatan kerja (TPAK)
% 69,09
27.2 Tingkat pengangguran
terbuka (TPT)
% 4,23
28. Meningkatnya pencapaian sasaran
indikator makro sesuai target RPJMD
28.1 Persentase pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sumsel
% 6,50
28.2 Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Provinsi Sumsel
Poin 68,66
28.3 Persentase penduduk miskin provinsi sumsel
% 12,27
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 15
29. Meningkatnya kualitas koperasi dan UMKM
29.1 Persentase Angka pertumbuhan modal
koperasi
% 2
29.2 Persentase Kenaikan omset UMKM
% 1
30. Meningkatnya ekonomi kemasyarakatan
30.1 Angka pertumbuhan UMKM
% 1
30.2 Jumlah koperasi aktif Unit 4.575
31. Meningkatkan daya dukung DAS Musi dan pengelolaan DAS terpadu
31.1 Luas rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar
kawasan hutan
Ha/tahun 70
31.2 Jumlah DAS / Sub DAS yang dikelola secara
terpadu
Unit 1
32. Menjaga kualitas lingkungan hidup meliputi kualitas air, kualitas udara dan tutupan udara
32.1 Indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH)
IKLH 59,23
33. Menurunnya laju emisi GRK 33.1 Jumlah Penurunan laju peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di 6
sektor (pertanian, kehutanan dan lahan gambut, energi, transportasi, industri dan
sampah/limbah)
ton CO2 eq 2.730.211.498,37
53.2 Jumlah Penurunan laju
emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor limbah
juta ton
CO2 eq / %
189.923
34. Meningkatnya kerjasama dan kemitraan dalam pencegahan dan penanggulangan bencana
34.1 Persentase penurunan titik kebakaran (hotspot)
% 75
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 16
A. Capaian Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2017 telah
menyelesaikan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Mene ngah
Daerah (RPJMD) periode 2014 sampai dengan 2018. Perkembangan capaian
Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun keempat
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Perbandingan Realisasi Tahun 2017 terhadap Target Tahun 2018
Indikator Kinerja Satuan
Target
Tahun 2017
Realisasi
Tahun 2017
%
Capaian
2017
Target
sd
2018
%
Capaian
Sasaran 1. Meningkatkan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan Strategis 44
1. - Produksi Padi Ton 4.419.461 5.078.249 114,91 4.574.142 112,02
- Produksi Jagung Ton 188.474 837.561 444,39 194.128 431,45
- Produksi Kedelai Ton 18.219 11.977 65,74 19.168 62,48
Sasaran 2. Meningkatnya Produksi, Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan dan Pendapatan Petani
2. - Produksi Karet Ton 1.000.000 1.093.011 109,30 1.250.000 87,44
- Produksi Kelapa Sawit Ton 2.280.000 3.267.888 143,33 2.300.000 142,08
- Produksi Kelapa Ton 62.000 75.469 121,72 62.500 120,75
- Produksi Kopi Ton 144.000 192.522 133,70 145.000 132,77
Sasaran 3. Meningkatkan Produktivitas Sumber Daya Hutan
3. Produksi Kayu dari Hutan Tanaman Industri
Juta m3/tahun 5,50 6,29 114,36 6.000 104,33
Sasaran 4. Meningkatnya Produksi Daging
4. - Produksi Daging Ton 77.750 76.519 98.42 82.315 92,96
- Produksi Susu Liter 115.640 118.930 102.85 127.208 93,49
- Produksi Telur Ton 85.152 91.303 83.74 90.316 101.09
Sasaran 5. Meningkatnya Produksi Perikanan Tangkap
5. - Produksi Perikanan Tangkap
Ton 96.485,4 190.100 197,02 96.678,3 196,63
- Nilai Tukar Nelayan % 101 101,50 100,50 102,00 99,51
Sasaran 6. Meningkatnya Produksi Perikanan Budidaya
6. Produksi Perikanan Budidaya
Ton 428.272 428.500 100,05 436.800 98,10
Sasaran 7. Meningkatnya Kunjungan wisatawan yang Datang Ke Sumsel
1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Orang 35.349 67.470 190,87 36.409 185,31
2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara
Orang 3.650.377 7.474.442 204,76 3.756.888 198,95
Sasaran 8. Optimalnya Penerimaan Daerah Sektor Pertambangan dan Energi
- Jumlah Produksi Hasil Tambang Batubara
Juta Ton 25,20 39,60 157,14 26,00 152,31
Sasaran 9. Meningkatnya Investasi di Provinsi Sumatera Selatan
1. Nilai Realisasi Investasi Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN)
Rp. Triliun 10,1 9,97 96,63 11,11 89,74
2. Nilai Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA)
Rp. Triliun 13,25 116,03 120,9 14,58 795,82
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 17
Indikator Kinerja Satuan
Target
Tahun 2017
Realisasi
Tahun 2017
%
Capaian
2017
Target
sd
2018
%
Capaian
Sasaran 10. Meningkatnya Daya Saing Ekspor Non Migas dan Pengendalian Impor
1. Nilai Ekspor US $ Juta/Tahun 2.994,30 2.855,34 95,36 3.068,35 93,06
Sasaran 11. Terpeliharanya Infrastruktur Jalan dan Jembatan Kewenangan Provinsi
1. Persentase Jalan Kondisi Mantap
% 85,00 74,22 87,31 25,85 287,12
Sasaran 12. Terwujudnya Akses dan Kebutuhan Listrik di Sumatera Selatan
1. Jumlah Produksi Listrik Gwh 7.517 8.706,83 115,83 7.743 112,45
2. Rasio elektrifikasi % 85,53 87,61 104,55 90,99 96,29
3. Persentase Desa dengan Akses Listrik
% 94,90 97,13 102,35
96,78 100,36
Sasaran 13. Tertangani Infrastruktur Permukiman di Perkotaan dan Perdesaan Secara Optimal
1. Jumlah Kawasan Kumuh yang Tertangani
Kawasan 3 3 100 2 150
Sasaran 14. Memantapkan Ketersediaan Pangan dengan Pola Pangan Harapan
- Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan
Skor 81,00 77,5 95,68 97,15 79,77
Sasaran 15. Meningkatnya Penanganan Rawan Pangan
- Penurunan Rawan Pangan 1% per tahun
% per tahun 1 0,33 33,00 1 33,00
Sasaran 16. Terlaksananya Sistem Distribusi yang Efisien, Efektif dan Stabilitas Harga Pangan Pokok Strategis
1.
Harga Gabah Kering Panen (GKP) ditingkat Produsen Lebih Kecil Atau Sama dengan Harga Pokok Pemerintah (HPP)
Rp/Kg
≥ Harga Pembelian Pemerintah
(HPP)
≥ Harga Pembelian Pemerintah
(HPP)
100
≥ Harga Pembelian Pemerintah
(HPP)
100
Sasaran 17. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Administrasi di Bidang Pemerintahan dan Pembangunan
- Nilai Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)
Nilai 71,51 81,28 113,66 65,51 124,07
Sasaran 18. Tercapainya Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
- Opini Laporan Keuangan Daerah Opini WTP WTP 100 WTP 100
Sasaran 19. Meningkatnya Kinerja di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
1. Persentase SKPD dengan Nilai Akuntabilitas Kategori B
% 80,00 95,00 118,75 85 111,76
2. Nilai Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Poin 3,4 2,6885 79,07 2,520 106,69
Sasaran 20. Menurunnya Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita
1. Jumlah Kematian Bayi Kasus 105 98 106,67 100 98,00
2. Jumlah Kematian Balita Kasus 46 48 95,65 44 109,09
3. Angka Harapan Hidup Tahun 80,10 69,16 86,34 80,30 86,13
Sasaran 21. Mengatasi Masalah Gizi Utama di Masyarakat Terutama Kelompok Rentan
1. Persentase Balita Gizi Buruk % <1 0,032 100 <1 100
2. Persentase Balita Gizi Kurang % 9 10,20 10,20 7 145,71
3. Persentase Stunting pada Anak Balita
% 30 22,80 121,32 28 81,43
Sasaran 22. Menurunkan Jumlah Kematian Ibu Maternal
1. Jumlah Kematian Ibu Maternal Kasus 136 107 121,32 134 79,85
Sasaran 23. Meningkatnya Kualitas Pendidikan di Semua Jenjang
1. Angka Kelulusan SD % 100 98,65 98,84 98,65 98,75
2. Angka Kelulusan SMP % 100 100 100,10 99,90 100,10
3. Angka Kelulusan SMA/K % 100 100 100,10 99,90 100,10
Sasaran 24. Meningkatnya Prestasi Olahraga
- Jumlah Perolehan Medali Emas Atlet Sumsel
medali 17 29 170,59 17 170,59
Sasaran 25. Meningkatnya Industri Olahraga
- Angka Pertumbuhan Usaha Baru di Bidang Jasa dan Industri Olahraga
Produsen 3 1 33.33 10 10
Sasaran 26. Meningkatnya Kualitas Hidup Perempuan
1. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
% 71,13 92,08 129,45 71,48 128,82
2. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
% 69,18 70,69 102,18 70,12 100,81
Sasaran 27. Menurunkan Angka Pengangguran
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 18
Indikator Kinerja Satuan
Target
Tahun 2017
Realisasi
Tahun 2017
%
Capaian
2017
Target
sd
2018
%
Capaian
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
% 69,06 69,50 100,64 69,70 99,71
2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
% 4,23 4,39 96,22 3,98 110,30
Sasaran 28. Meningkatnya Pencapaian Sasaran Indikator Makro sesuai Target RPJMD
1. Persentase Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumsel
% 6,50 5,51 84,77 7 78,71
2. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumsel
% 68,66 68,93 100,39 75,51 91,29
3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Sumsel
% 12,27 13,19 107,50 11,78 111,97
Sasaran 29. Meningkatnya Kualitas Koperasi dan UMKM
1. Persentase Angka Pertumbuhan Modal Koperasi
% 2 10,2 510 2 510
2. Persentase Kenaikan Omset UMKM
% 1 0,009 0,90 5 0,18
Sasaran 30. Meningkatnya Ekonomi Kemasyarakatan
1. Angka Pertumbuhan UMKM % 1 0,04 4 5 0,80
2. Jumlah Koperasi Aktif Unit 4.575 4.699 102,71 4.667 100,69
Sasaran 31. Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu
1. Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan
Ha/Tahun 70 1.546,53 2.209,33 250 618,61
2. Jumlah DAS / Sub DAS yang dikelola Secara Terpadu
Unit 1 1 100 13 7,69
Sasaran 32. Menjaga Kualitas Lingkungan Hidup Meliputi Kualitas Air, Kualitas Udara dan Tutupan Udara
- Laju Penurunan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
IKLH 59,23 62,04 104,74 59,48 104,90
Sasaran 33. Menurunnya Laju Emisi GRK
1. Jumlah Penurunan Laju Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di 6 Sektor (Pertanian, Kehutanan dan Lahan Gambut, Energi, Transportasi, Industri dan Sampah/Limbah)
Ton CO2 eq 2.730.211.489,37 2.706.851.997,13
99,14 2.865.000.000 94,48
2. Jumlah Penurunan Laju Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Sektor Limbah
Juta Ton CO2 eq / %
189.923 103.624 54,56 182.244,60 56,86
Sasaran 34. Meningkatnya Kerjasama dan Kemitraan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Bencana
1. Persentase Penurunan Titik Kebakaran (Hotspot)
% 75 95,78 127,71 20 478,90
Keterangan :
Warna Ungu : Persentase Capaian > 100% Warna Kuning : Persentase Capaian > 75% - 100% Warna Biru : Persentase Capaian > 50% - 75% Warna Coklat : Persentase Capaian ≤ 50% Warna Hijau : Capaian tidak terealisasi (0%)
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 19
B. Capaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah dapat melaksanakan tugas
utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Dari 56 Sasaran yang
ditetapkan telah dilaksanakan seluruhnya, dan t ingkat keberhasilannya
terwujud secara optimal.
Rincian analisis capaian masing-masing tujuan dan sasaran dapat
diuraikan sebagai berikut :
Untuk mewujudkan tujuan pertama dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman pangan strategis didukung dengan
adanya 3 (tiga) indikator kinerja yang menjadi ukuran keberhasilan Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2017, yaitu produksi padi, produksi jagung dan produksi kedelai. Dari ketiga
indikator kinerja tersebut, semuanya melebihi target produksi tahun 2017. Hal ini
dikarenakan adanya kegiatan UPSUS dari pusat yang didukung oleh kegiatan APBD
berupa kegiatan pembinaan dan pengawalan (monitoring dan supervisi), pengadaan alat
dan mesin pertanian (alsintan), adanya kegiatan pengendalian OPT dan DPI di daerah
sentra produksi.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran
serta target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. - Produksi Padi Ton 4.419.461 5.078.249 114,91
- Produksi Jagung Ton 188.474 837.561 444,39
- Produksi Kedelai Ton 18.219 11.977 65,74
Capaian indikator kinerja dari meningkatnya ketersediaan produksi tanaman
pangan berkelanjutan adalah sebagai berikut :
TUJUAN 1 DARI
MISI PERTAMA
Meningkatnya Ketersediaan Produksi Tanaman Pangan Berkelanjutan
1.1
Meningkatnya Produksi dan Produktivitas Tanaman
Pangan Strategis
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 20
Grafik 1.1 Produksi Padi Tahun 2017
1.1.1. Produksi Padi
Capaian kinerja produksi padi pada
tahun 2017 sudah melampaui target
ditahun 2017. Meskipun demikian,
masih terjadi surplus beras di Tahun
2017 ini sebesar 2.313.705 ton.
Keberhasilan capaian kinerja ini
ditunjang oleh terlaksananya Gerakan upaya
Khusus Peningkatan Produksi padi, Jagung
dan kedelai melalui dana APBN. Sedangkan yang menggunakan dana APBD berupa
kegiatan pengawalan dan pembinaan dari kegiatan APBN tersebut.
- Kegiatan yang bersumber dari Dana APBD :
a. Kegiatan Pengelolaan Tanaman Serealia berupa Pembinaan, Pendampingan,
Pengawalan, Monitoring dan Evaluasi terhadap kelompok Tani yang ditujukan
untuk Kelompok Tani Kategori Miskin yang melakukan budidaya padi seluas
2.500 ha di 6 (enam) Kabupaten, yaitu Kabupaten Lahat, Musi Banyuasin,
Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Muara Enim dan Musi Rawas.
b. Kegiatan Pengelolaan Infrastruktur Pertanian dengan meningkatnya
pengelolaan pemanfaatan sumber air di 30 kelompok di 17 Kabupaten/Kota.
c. Kegiatan Optimasi Pemanfaatan Lahan yang menerapkan peningkatan
intensitas pertanaman di 60 kelompok tani di 17 Kabupaten/Kota.
d. Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat dan Mesin
Pertanian berupa hand traktor sebanyak 10 unit di Kabupaten Banyuasin, Oku
Timur dan Musi Rawas.
e. Kegiatan Pengembangan Usaha pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), sebanyak
172 unit di 17 Kabupaten/Kota.
f. Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pemanfaatan Pupuk dan Pestisida
yang dilaksanakan di 17 Kabupaten/Kota, untuk memantau perkembangan
penyaluran pupuk bersubsidi maupun non subsidi serta memantau peredaran
pestisida mulai dari tingkat pengecer sampai ke pengguna (petani).
- Kegiatan yang bersumber dari Dana APBN :
- Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia berupa Fasilitas Penerapan
Budidaya Padi seluas 9.788,5 ha yang terdiri dari :
1. Budidaya Padi Inbrida seluas 9.343,5 ha di 9 Kabupaten/Kota, yaitu
Kabupaten Muba, Muara Enim, OI, Muratara, Pali, Kota Palembang,
Prabumulih, Pagar Alam, dan Lubuk Linggau.
2. Budidaya Padi Inbrida Rawa Lebak seluas 385 ha di Kabupaten OKI.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 21
3. Budidaya Padi Organik seluas 60 ha di Kabupaten Muara Enim dan Kota
Pagar Alam.
4. Pengembangan Unit Pengelola Pupuk Organik sebanyak 39 unit di 11
Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Muba, Lahat, Mura, Muara Enim,
Banyuasin, OKU Timur, Muratara, Pali, Kota Palembang, Pagar Alam dan
Lubuk Linggau.
- Kegiatan Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Rawa/Gambut Terpadu
seluas 500 ha di Kabupaten OKI.
- Kegiatan Penanganan Lahan Sub Optimal di lahan rawa pasang surut/lebak
seluas 1.116 ha di Kabupaten OI dan OKI.
- Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi seluas 4.600 ha di 7 Kabupaten yaitu
Lahat, OKI, OKU Timur, OKU Selatan, Empat Lawang, OKU dan Musi
Rawas.
- Kegiatan Rehabilitasi/Pembangunan Irigasi Rawa seluas 3.900 ha di
Kabupaten OKI.
- Kegiatan Pengembangan Irigasi Perpipaan/Perpompaan sebanyak 21 unit di
8 Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Muara Enim, OKI, OKU Timur, Empat
Lawang, Pali, Lahat, Kota Palembang, dan Lubuk Linggau.
- Kegiatan Pengembangan Embung Pertanian sebanyak 18 unit di 6
Kabupaten, yaitu Kabupaten OKI, OKU Timur, Lahat, Empat Lawang, Pali
dan Muba.
- Kegiatan Perluasan Sawah seluas 10.100 ha di 6 Kabupaten, yaitu
Kabupaten Musi Rawas, OKI, OKU Timur, OKU Selatan, OI dan Pali.
- Kegiatan Penyediaan Bantuan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan), berupa
Traktor Roda 2, Traktor Roda 4, Pompa Air, Rice Transplanter, Cultivator
dan Hand Sprayer yang diberikan kepada Kelompok Tani/UPJA maupun
Brigade Alsintan untuk mendukung pencapaian swasembada pangan di 17
Kabupaten/Kota.
- Kegiatan Fasilitasi Pupuk dan Pestisida, berupa penyaluran pupuk
bersubsidi di 17 Kabupaten/Kota serta terlaksananya pengawasan atas
peredaran dan penggunaan pupuk pestisida di tingkat lapangan.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 22
Grafik 1.2 Capaian Produksi Padi tahun 2017
terhadap Produksi Padi Tahun 2016
Capaian Kinerja produksi pada
tahun 2017 berdasarkan Angka
Sementara (ASEM) Tahun 2017.
Capaian Produksi Padi Tahun 2017
sebesar 4.943.071 ton atau 97,41%
dari capaian produksi padi tahun 2016.
Penurunan produksi ini terjadi karena
adanya penurunan luas panen di
Kabupaten Banyuasin yang disebabkan
penurunan luas lahan IP-200 periode Maret-April 2017 dibandingkan dengan periode
yang sama di Tahun 2016. Selain itu juga terjadi keterlambatan tanam benih inhibrida
di Kabupaten OKU yang baru ditanam di bulan September 2017 karena hujan belum
turun. Penurunan produktivitas terjadi karena adanya serangan OPT (Hama Kresek,
Tikus dan Blast) di Kabupaten OKU dan Muratara. Penurunan produksi dan
produktivitas ini juga terjadi karena adanya penurunan luas panen sebesar 14.378 ha
(1,42%). Hal ini dikarenakan adanya kerusakan jaringan irigasi di Kabupaten Empat
Lawang yang menyebabkan mundurnya jadwal tanam. Penurunan luas panen terbesar
juga terjadi Kabupaten Banyuasin. Hal ini dikarenakan rendahnya luas tanam IP-200
tahun 2017 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2016, serta
berkurangnya pertanaman padi ladang yang ditanam sebagai tanaman sela di lahan
perkebunan karena tanaman induk yang sudah besar dan pelarangan pembakaran
lahan. Kabupaten OKU juga mempunyai andil besar terhadap penurunan luas panen
karena sampai dengan akhir desember panen belum bisa dilakukan untuk pertanaman
padi inbrida dari kegiatan tahun 2017 dan swadaya masyarakat yang ditanam di lahan
kering.
Perbandingan capaian produksi padi tahun 2017 terhadap target produksi
Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 1.3 Perbandingan Capaian Produksi Padi terhadap Target Produksi Tahun 2013-2017
Tahun Produksi Padi (Ton GKG)
Target Capaian % 2013 4.204.025 3.676.722 87,46
2014 3.986.098 3.670.434 92,08
2015 4.125.611 4.247.922 102,96
2016 4.270.088 5.074.613 118,84
2017 4.419.461 4.943.071 111,85
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 23
Grafik 1.3 Grafik capaian dan target Produksi Padi tahun 2013-2017
Grafik 1.4 Perbandingan Realisasi Tahun 2017 terhadap Target tahun 2018
Grafik 1.5 Perbandingan Capaian Produksi Padi Realisasi 2017 dengan target 2018
Capaian produksi dari Tahun
2014 s.d 2016 mengalami
peningkatan dan turun di tahun 2017.
Meskipun terjadi penurunan di Tahun
2017 tapi tetap terjadi surplus beras
di Tahun 2017. Keberhasilan capaian
kinerja produksi padi ini didukung
oleh Program Upaya Khusus
peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai.
Grafik perbandingan capaian produksi padi Tahun 2017 dan target produksi padi Tahun
2018 yaitu sebagai berikut :
Capaian produksi Tahun 2017 telah
melampaui target produk padi Tahun
2018 berdasarkan Rencana Strategis
(Renstra) 2013 – 2018. Keberhasilan ini
salah satunya karena dukungan
pelaksanaan program upaya khusus
dalam meningkatkan produksi padi,
jagung dan kedelai pada program
peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu hasil tanaman pangan khususnya melalui kegiatan pengelolaan Produksi
Tanaman Serealia. Oleh karena capaian tersebut telah
Capaian Produksi padi pada tahun 2017
adalah sebesar 91,61% terhadap target
telah melampaui Renstra, maka untuk
kinerja produksi Tahun 2018 dicangkan
target produksi padi baru Tahun 2018
sebesar 5.537.680 ton, yang dapat dilihat
pada grafik disamping.
Capain produksi padi Tahun 2017 adalah
sebesar 89,26% terhadap target produksi Tahun 2018 yang baru. Upaya yang akan
dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk mencapai target produksi padi
pada Tahun 2018 yang baru yaitu dengan tetap menjalankan Gerakan UPSUS untuk
komoditi padi, jagung dan kedelai. Beberapa dukungan program dan kegiatan Tahun 2018
yang bersumber dari dana APBN untuk mendukung Gerakan UPSUS khususnya komoditi
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 24
Grafik 1.6 Produksi Jagung Tahun 2017
padi, jagung dan kedelai sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan,
melalui kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia, berupa Fasilitas Penerapan
Budidaya Padi seluas 100.900 ha di 13 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lahat, Muba,
Mura, Muara Enim, OKI, Banyuasin, OKU Timur, OKU Selatan, Empat Lawang,
Muratara, Kota Prabumulih, Pagar Alam, dan Lubuk Linggau.
b. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian, melalui
kegiatan :
- Pengelolaan Air Irigasi untuk Pertanian, berupa Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier
seluas 3.200 ha di Kabupaten Mura, Muratara, OKU Timur, dan OKU Selatan;
Pengembangan Sumber Air sebanyak 36 unit; Pembangunan Embung Pertanian
sebanyak 12 unit di Kabupaten Lahat, Muba, Mura, Muara Enim, OKU Timur dan
OKU Selatan.
- Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian, berupa Cetak Sawah seluas 1.300
ha di Kabupaten Muba, OKI dan OKU Timur; Optimasi Lahan seluas 25.000 ha di
Kabupaten Muba, OKI, Banyuasin dan OI.
- Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian, berupa
alat dan mesin pertanian pra panen di 17 Kabupaten/Kota.
1.1.2. Produksi Jagung
Capaian kinerja produksi jagung
pada tahun 2017 lebih besar
dibandingkan dengan target
produksi jagung Tahun 2017. Hal ini
disebabkan oleh Dukungan
Gerakan Upaya Khusus dalam
peningkatan produksi padi, jagung
dan kedelai. Untuk mencapai indikator
kinerja ini ditunjang dengan adanya
kegiatan yaitu :
- Kegiatan Pengelolaan Tanaman Serealia, berupa Pembinaan, pendampingan,
Pengawalan, Monitoring dan Evaluasi kegiatan budidaya jagung seluas 1.000 ha di
5 Kabupaten yaitu Kabupaten Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Muara Enim,
Ogan Komering Ilir dan Ogan Komering Ulu.
- Kegiatan pengelolaan Produksi Tanaman Serealia, berupa Fasilitas Penerapan
Budidaya Jagung Hibrida Varietas Umum-1, Varietas Umum-2, dan
Varietas/Nasional seluas 75.058,7 ha di 17 Kabupaten/Kota.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 25
Grafik 1.7 Perbandingan Realisasi 2016 dan realisasi 2017
Grafik 1.8 Capaian dan target produksi jagung tahun 2013 s.d 2017
Capaian Produksi Jagung
tahun 2017 berdasarkan Angka
Sementara Tahun 2017. Capaian
produksi jagung Tahun 2017 adalah
892.142 ton atau 161,56% dari
capaian tahun 2016. Keberhasilan itu
ditunjang oleh adanya kegiatan
pengembangan jagung hibrida di
tahun 2017 seluas 75.058 ha yang terealisasi tanam seluas 69.527 ha dan sudah
dipanen sampai dengan akhir desember 2017 seluas 48.063 ha di Kabupaten PALI,
Lahat dan OKU Selatan. Selain itu di Tahun 2017, kegiatan jagung menggunakan
varietas BISI, 18, Pioneer 21, Pioneer 27 dan 519 URI dan sarana lengkap.
Perbandingan capain produksi jagung tahun 2017 dan beberapa tahun terakhir
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.4 Perbandingan Capaian Produksi Jagung terhadap Target Produksi Tahun 2013-2017
Tahun Produksi Jagung
(Ton PK)
Target Capaian %
2013 186.126 167.457 89,97
2014 172.481 191.974 111,30
2015 177.655 289.007 162,68
2016 182.984 552.199 301,77
2017 188.474 892.142 473,35
Persentase capaian produksi
jagung dari tahun 2013 s.d 2017
mengalami Persentase capaian
produksi jagung dari Tahun 2013 s.d
2017 mengalami kenaikan yang
cukup tajam, meskipun di Tahun
2013 capaian produksi lebih kecil
dari target produksi. Keberhasilan
capaian produksi jagung ini dikarenakan Gerakan UPSUS Peningkatan Padi, Jagung
dan Kedelai.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 26
Grafik 1.9 Perbandingan Capaian Produksi Jagung Tahun 2017 terhadap Target Produksi jagung Tahun 2018 berdasarkan renstra
Grafik 1.11 Produksi Kedelai Tahun 2017
Grafik 1.10 Perbandingan Capaian Produksi Jagung Tahun 2017 terhadap Target Produksi jagung yang baru Tahun 2018
Capaian produksi tahun 2017
seperti terlihat pada grafik sudah
melampaui target produksi jagung tahun
2018 berdasarkan renstra 2013 s.d 2018.
Oleh karena itu, ditetapkan lagi target
produksi jagung tahun 2018 sebesar
1.140.381 ton dapat dilihat dari
perbandingan grafik dibawah ini.
Keberhasilan capaian kinerja produksi
jagung terhadap target Renstra Tahun 2018
didukung oleh pelaksanaan kegiatan
pengelolaan produksi tanaman serealia baik.
Capaian produksi jagung Tahun 2017
sebesar 459,56% bila dibandingkan dengan
target produksi jagung pada Tahun 2018
awal. Namun, bila dilihat dari target produksi
jagung Tahun 2018 yang baru, capaian produksi Tahun 2017 baru sebesar 78,23%.
Upaya yang akan dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk mencapai
target produksi jagung pada Tahun 2018 yang baru yaitu dengan masih menjalankan
Gerakan UPSUS padi, jagung dan kedelai. Untuk menunjang hal tersebut, maka
dilaksanakan program dan kegiatan Tahun 2018 yaitu sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan,
melalui kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia lainnya seluas 69.000 ha
di 15 Kabupaten/Kota dan Lahan Eks Tambang.
b. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian, melalui
Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian
(Alat Tanam jagung) di 17 Kabupaten/Kota.
1.1.3 Produksi Kedelai
Capaian kinerja produksi kedelai
pada Tahun 2017 lebih kecil dari
target produksi Tahun 2017
disebabkan karena faktor jaminan
harga jual di tingkat petani dan faktor
iklim yang kurang mendukung.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 27
Grafik 1.12 Capain Produksi Kedelai Tahun 2017 terhadap realisasi Produksi Kedelai tahun 2016
Grafik 1.13 Perbandingan Produksi Kedelai Tahun 2013 s.d 2017
Capaian kinerja produksi pada Tahun
2017 berdasarkan Angka Sementara
(ASEM) Tahun 2017. Capaian produksi
kedelai Tahun 2017 sebesar 11.792
Ton atau 11.599 ton lebih kecil
dibandingkan dengan realisasi Tahun
2016. Hal ini dikarenakan adanya
penurunan luas panen yang
disebabkan oleh :
- Adanya anomali iklim sehingga terjadi kemunduran jadwal tanam di beberapa
Kabupaten.
- Ada beberapa Kabupaten yang tidak bisa melaksanakan penanaman kedelai
karena pada saat pengajuan proses yang terlalu sulit.
Perbandingan capaian produksi pada tahun 2017 dan beberapa tahun terakhir
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.5 Perbandingan Capaian Produksi Kedelai terhadap Target Produksi Tahun 2013-2017
Tahun Produksi Kedelai
(Ton BK)
Target Capaian %
13.516 5.140 38,03 13.516
15.886 12.550 79,00 15.886
16.459 16.818 102,18 16.459
17.317 23.391 135,08 17.317
18.219 11.792 64,72 18.219
Capaian persentase produksi kedelai
dari tahun 2013 s.d 2017 ,meningkat
tajam. Namun, pada tahun 2017
capaian persentase produksi kedelai
mengalami penurunan. Hal ini
dikarenakan, antara lain :
1. Petani lebih suka menanam jagung
daripada kedelai karena jaminan harga pasar lebih jelas serta kesulitan untuk
pemasaran hasil panen kedelai.
2. Benih kedelai tersedia tidak tepat waktu.
3. Pengetahuan petani dalam budidaya kedelai yang baik dan benar masih rendah.
4. Adanya serangan Organisme Penggangu Tanaman (OPT).
5. Pemerintah baru mengeluarkan Harga Eceran tertinggi (HET) pada pertengahan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 28
Grafik 1.14 Perbandingan Produksi Kedelai Realisasi Tahun 2017 dan
Target Tahun 2018
tahun yang menyebabkan terjadi pergeseran jadwal tanam kedelai sehingga
banyak petani yang mundur.
Grafik perbandingan capaian produksi kedelai tahun 2017 dan target produksi
kedelai tahun 2018 adalah sebagai berikut :
Capaian produksi tahun
2017 lebih kecil dibandingkan
dengan target tahun 2018
(61,52%). Untuk mencapai target
kinerja produksi kedelai di atas
masih dengan dukungan Gerakan
Upaya Khusus Padi, Jagung, Kedelai
melalui Dana APBN dalam bentuk
program dan kegiatan, yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Hasil Tanaman Pangan, melalui kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi, berupa kegiatan Fasilitas Penerapan Budidaya Kedelai seluas
15.000 ha di 11 Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Pali, Musi Banyuasin, Musi Rawas,
OKI, Banyuasin, OKU Timur, Musi Rawas Utara, Muara Enim, Lahat, Kota Pagar
Alam, dan Lubuk Linggau.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 29
Untuk mewujudkan tujuan kedua dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu) sasaran
strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu) sasaran
dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Perkebunan merupakan salah satu sub sektor yang sangat penting dan strategis
dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan. Di samping
menjadi sumber pendapatan lebih dari 1,2 juta kepala keluarga beserta keluarganya atau
sekitar 4,8 juta penduduk Sumatera Selatan. Luas areal perkebunan Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2016 seluas 2,8 juta ha dengan produksi 4,7 juta ton dan menurut data
BPS tahun 2017 nilai ekspor produk Perkebunan komoditi karet sebesar US$ 2.064,54
juta dan kelapa sawit sebesar US$ 181,90 juta. Indikator kinerja yang digunakan dalam
pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai
berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. - Produksi Karet Ton 1.200.000 1.095.088 91,26
- Produksi Kelapa Sawit Ton 2.280.000 3.287.999 144,21
- Produksi Kelapa Ton 62.000 75.469 121,72
- Kopi Ton 144.000 192.522 133,70
Capaian indikator kinerja dari sasaran Meningkatnya produksi, produktivitas, komoditas
unggulan perkebunan adalah sebagai berikut :
2.1.1 Produksi Karet
Perkebunan karet merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi
Sumatera Selatan. Di tahun 2017, total luas areal karet di Sumatera Selatan mencapai
1.321.477 Ha yang tersebar di seluruh 17 Kabupaten/Kota dan hampir sekitar 95%
merupakan tanaman rakyat dengan total produksi sekitar 1.095.088 ton crumb rubber
dengan mayoritas produksi terbesar di Kabupaten Muara Enim sebesar 161.439 ton
dari luas areal 148.377 Ha dan Musi Rawas dengan produksi sebesar 134.453 ton dari
luas areal 133.009 Ha.
Produksi Perkebunan Karet dari target sebesar 1.200.000 ton terealisasi
TUJUAN 2 DARI
MISI PERTAMA
Meningkatkan Produksi dan Produktivitas
Komoditas Perkebunan
2.1
Meningkatnya Produksi, Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan dan Pendapatan Petani
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 30
Grafik 2.15 Perbandingan Produksi Karet Tahun 2016 dan 2017
sebesar 1.095.088 ton atau tercapai sebesar 91,26%. Penurunan produksi terjadi
karena :
1. Banyak tanaman karet memasuki fase tidak produktif (tanaman tua) sehingga
produksinya menurun.
2. Peremajaan tanaman yang telah dilakukan belum memasuki fase produksi.
3. Rendahnya harga karet mendorong petani untuk beralih komoditi.
Upaya peningkatan produksi selama Tahun 2017 telah dilaksanakan kegiatan
yaitu :
1. Bantuan Benih Karet Unggul sebanyak 1.687.500 batang
2. Bantuan Sarana produksi antara lain : pupuk, pestisida, alat panen karet, kegiatan
bantuan sarana produksi melalui kegiatan peremaajaan dan pengembangan karet
rakyat seluas 3.375 ha.
3. Bantuan alat pengolahan karet antara lain : gerobak dorong, pembeku latek, bak
pembeku dan bantuan alat pasca panen karet antara lain, mangkok sadap, talang
sadap, pisau sadap, timbangan duduk dan cincin mangkok.
4. Bantuan unit pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan (UPH) unit pengolah
hasil karet (Bangunan UPH).
Data tahun 2016 luas areal Karet seluas 1.312.495 Ha meningkat pada tahun
2017 seluas 1.321.477 Ha atau meningkat 0.99%. Total produksi sedikit meningkat jika
dibandingkan dengan tahun 2016 yang produksinya sebesar 1.099.399 ton jika
dibandingkan dengan produksi tahun 2017 sebesar 1.093.011 ton atau meningkat
sebesar 0,12%.
Pada Tahun 2016 target produksi
karet 1.180.000 ton terealisasi 1.047.530
ton atau 88,77%. Produksi perkebunan
karet tahun 2015 sebesar 1.099.399 ton
menurun di tahun 2016 menjadi
1.093.011 ton atau menurun 6.388 ton,
hal ini diakibatkan dari kemarau, masih
rendahnya harga komoditi serta masih
rendahnya penggunaan bibit unggul serta beralih dari komoditi karet ke komoditi
kelapa sawit.
Produksi perkebunan karet sampai tahun 2016 mencapai 1.093.011 ton dan
diharapkan pada tahun 2017 produksi perkebunan karet mencapai 1.200.000 ton,
melalui kegiatan peremajaan dan pengembangan karet rakyat, terus melakukan
pembinaan-pembinaan dalam melakukan Good Agriculture Practices (GAP),
pengawasan peredaran benih, membantu penanggulangan terhadap hama dan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 31
Grafik 2.16 Perbandingan Produksi Kelapa Sawit Tahun 2014 - 2017
penyakit tanaman karet serta memberikan bantuan sarana produksi seperti pupuk
untuk meningkatkan produksi perkebunan karet.
Jika dibandingkan selama tahun 2015 – 2017 terjadi fluktuasi kenaikan produksi
karet seiring dipengaruhi harga serta kondisi iklim. Selain dipengaruhi oleh pasar
internasional, harga karet pun sangat dipengaruhi oleh kualitas karet. Para petani bisa
memperbaiki kualitas karet sehingga harga yang didapatkan bisa lebih tinggi. Mutu
karet harus di jaga begitu juga dengan kadar kering karet sangatlah mempengaruhi
harga jualnya. Untuk meningkatkan harga, penyediaan pasar dengan mendorong
industri hilir dalam negeri antara lain pabrik ban, aspal karet dan sebagainya akan dapat
memperbaiki harga ditingkat petani sehingga tidak tergantung pada pangsa ekspor lagi.
Capaian produksi karet tahun 2016 sebesar 1.093.011 ton diharapkan sampai
tahun 2018 sebesar 1.250.000 ton dengan terus melakukan bantuan benih bermutu
untuk perluasan dan peremajaan, melakukan intensifikasi dengan memberikan bantuan
sarana produksi (pupuk dan sebagainya), menstabilkan harga komoditas karet serta
pembinaan petani (good agriculture practices).
Dalam pemanfaatan lahan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hijau atau
berkelanjutan telah dibuat master plan rencana induk pembangunan perkebunan
mengacu pada Peraturan Gubernur Sumatera Selatan nomor 21 Tahun 2017 tentang
Rencana Induk Pertumbuhan Ekonomi Hijau Provinsi Sumatera Selatan.
2.1.2 Produksi Kelapa Sawit
Komoditas Kelapa Sawit terus berkembang di Provinsi Sumatera Selatan. Saat
ini komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan terbesar di Sumatera
Selatan setelah karet. Di tahun 2017 komoditas kelapa sawit telah mencapai luas areal
seluas 1.118.054 Ha dengan total produksi 3.287.999 ton Crude Palm Oil (CPO).
Pada Tahun 2017 target
produksi kelapa sawit sebesar
2.280.000 ton terealisasi sebesar
3.287.999 ton atau 144,21%. Data
tahun 2015 luas areal Kelapa Sawit
seluas 985.103 Ha meningkat pada
tahun 2016 seluas 1.118.054 Ha atau
meningkat 0.88%. Total produksi sedikit meningkat jika dibandingkan dengan tahun
2015 yang produksinya sebesar 2.622.189 ton jika dibandingkan dengan produksi tahun
2016 sebesar 3.267.888 ton atau meningkat sebesar 0,80%. Secara umum pencapaian
terhadap sasaran sudah tercapai dengan baik, tercapainya target produksi dipengaruhi
oleh :
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 32
a) Meningkatnya luas areal kelapa sawit;
b) Banyaknya tanaman yang telah memasuki fase tanaman menghasilkan;
c) Harga komoditi kelapa sawit yang cenderung naik seiring dengan membaiknya
harga CPO di tingkat eksport. Harga Komoditi Kelapa Sawit bila dibandingkan
dengan tahun 2015 ada peningkatan harga rata-rata dari Rp. 1.667,47/kg Tandan
Buah Segar (TBS) (tahun ke 10-20) menjadi Rp.1.844,67/kg TBS pada tahun 2017
serta peningkatan harga jual CPO dari tahun 2016 Rp.7.629,08 menjadi
Rp. 8.280,93 pada tahun 2017. Penentuan harga TBS dilaksanakan setiap 2
minggu sekali setiap minggu kedua dan minggu ketiga setiap bulannya melalui
kegiatan penetapan harga TBS.
Produksi perkebunan kelapa sawit meningkat 20.102 ton ditahun 2017 jika
dibandingkan dengan tahun 2016 diakibatkan makin baiknya harga Tandan Buah Segar
(TBS) yang diakibatkan juga dengan meningkatnya harga CPO di tingkat ekspor.
Produksi perkebunan kelapa sawit sampai dengan tahun 2016 mencapai 3.267.888 ton
CPO dan diharapkan pada akhir tahun 2017 produksi perkebunan kelapa sawit
mencapai 3.287.990 ton CPO hingga target di akhir tahun 2018 sebesar 2.300.000 ton
CPO.
Untuk terus meningkatkan produksi
terus dilakukan pengembangan kelapa
sawit rakyat, pembinaan-pembinaan
dalam melakukan Good Agriculture
Practices (GAP), melakukan
pengawasan peredaran benih/bibit
kelapa sawit palsu, menjaga kestabilan
harga, memberikan bantuan benih
kelapa sawit unggul serta terus
melakukan koordinasi dengan
stakeholder untuk pelaksanaan kegiatan revitalisasi perkebunan dalam rangka
peremajaan tanaman kelapa sawit rakyat.
Selama tahun 2013 – 2017, pertumbuhan areal kelapa sawit meningkat
sebesar 6,17%, dari total areal kelapa sawit pada tahun 2013 seluas 928.223 Ha
menjadi 1.118.054 Ha pada tahun 2017 (angka sementara). Penambahan luas areal
tersebut juga berbanding lurus dengan peningkatan produksi CPO dari tahun 2013
sebanyak 2.463.388 Ton CPO meningkat menjadi 3.287.990 ton CPO pada tahun
2017. Peningkatan luas areal dan produksi kelapa sawit dipengaruhi juga dengan telah
dilaksanakan kegiatan Revitalisasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan pola Kemitraan
seluas 120.504,09 Ha dengan 22.348 kk petani yang telah dilaksanakan peremajaan.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 33
Grafik 2.17 Perbandingan Produksi Kelapa Tahun 2015 - 2017
Dalam pemanfaatan lahan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hijau atau
berkelanjutan telah dibuat master plan rencana induk pembangunan perkebunan
mengacu pada Peraturan Gubernur Sumatera Selatan nomor 21 Tahun 2017 tentang
Rencana Induk Pertumbuhan Ekonomi Hijau Provinsi Sumatera Selatan.
2.1.3 Produksi Kelapa
Komoditas kelapa tidak seperti
komoditas karet dan kelapa sawit yang
diusahakan dalam skala perkebunan
besar. Banyak tanaman kelapa yang
hanya merupakan tanaman
perkarangan sehingga produksinya
tidak optimal. Produksi Kelapa dari
target capaian sebesar 50.000 ton copra
terealisasi sebesar 75.469 ton copra
atau terealisasi sebesar 150,94%.
Data tahun 2015 luas areal Kelapa seluas 62.330 Ha meningkat pada tahun
2016 seluas 66.468 Ha atau meningkat 0.88% dan pada tahun 2017 menurun menjadi
66.444 ha.
Produksi Perkebunan Kelapa dari target capaian sebesar 50.000 ton terealisasi
sebesar 75.469 ton (150,93%). Secara umum pencapaian terhadap sasaran sudah
tercapai dengan baik, tercapainya target produksi dipengaruhi oleh Penurunan target
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Kondisi
perkelapaan di Sumatera Selatan ditinjau dari luas areal dan produksi relatif stabil atau
tidak mengalami kenaikan atau penurunan secara signifikan.
Untuk terus meningkatkan produksi terus dilakukan pengembangan kelapa,
pembinaan-pembinaan dalam melakukan Good Agriculture Practices (GAP),
melakukan pengawasan peredaran benih/bibit kelapa, menjaga kestabilan harga,
memberikan bantuan benih kelapa unggul serta terus melakukan koordinasi dengan
stakeholder untuk pelaksanaan kegiatan revitalisasi perkebunan dalam rangka
peremajaan tanaman kelapa.
Selama tahun 2014 – 2017, pertumbuhan areal kelapa menurun sebesar
1,25%, dari total areal kelapa pada tahun 2014 seluas 68.157 Ha menjadi 66.444 Ha
pada tahun 2017 (angka sementara). Penurunan luas areal tersebut tidak berbanding
lurus dengan peningkatan produksi copra dari tahun 2014 sebanyak 63.008 Ton copra
meningkat menjadi 75.469 ton copra pada tahun 2017. Penurunan luas areal kelapa
dipengaruhi oleh tanaman rusak atau tanaman tua yang telah diremajakan sedangkan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 34
Grafik 2.18 Perbandingan Produksi Kopi Tahun 2015 - 2017
peningkatan produksi dipengaruhi oleh pergeseran atau mutasi tanaman yang belum
menghasilkan (TBM) menjadi tanaman yang menghasilkan (TM).
Upaya untuk meningkatkan produksi perkebunan kelapa, perlu terus
memberikan
a) Bantuan bibit kelapa yang unggul.
b) Pengalokasian pupuk bersubsidi yang lebih besar untuk perawatan/ pemeliharaan
pada komoditi kelapa tersebut.
Produksi Perkebunan kelapa menurun sebesar 790 ton ditahun 2017.
Permasalahan masih banyak tanaman kelapa yang sudah tua dan juga tanaman kelapa
banyak yang hanya merupakan tanaman perkarangan sehingga produksinya tidak
begitu meningkat secara optimal. Peningkatan produksi dapat terus dilakukan dengan
memberikan bantuan pupuk serta melakukan peremajaan kelapa yang telah tua
diharapkan dapat meningkatkan produksi mendatang.
Kelapa yang sudah tua dan tidak produktif lagi, melakukan pembinaan-
pembinaan dalam melakukan Good Agriculture Practices (GAP) serta memberikan
bantuan saprodi seperti pupuk untuk meningkatkan produksi kelapa.
2.1.4 Produksi Kopi
Komoditas kopi Sumatera Selatan sebagian besar tumbuh di daerah dataran
tinggi seperti di Kota Pagar Alam, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat,
Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten OKU Selatan. Saat ini Luas areal kopi Robusta
di Sumatera Selatan merupakan yang terbesar di Indonesia. Namun produksi yang
dihasilkan belumlah optimal dikarenakan tanaman kopi yang ada sudah banyak yang
masuk fase tanaman tua dan tanaman yang rusak.
Produksi perkebunan kopi dari target
capaian sebesar 112.000 ton teralisasi
sebesar 192.522 ton (157,80%). Target
telah tercapai dengan baik hal ini
disebabkan karena terjadinya penurunan
target Produksi dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) mengingat anggaran
yang tersedia untuk pembangunan
perkebunan sangat minim.
Selama tahun 2017 telah dilaksanakan kegiatan intensifikasi tanaman kopi
rakyat 800 Ha di Kabupaten OKU selatan, Lahat, Empat Lawang dengan memberikan
bantuan pupuk NPK 400 kg, gunting pangkas 800 buah dan feromon 16.000 set.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 35
Untuk meningkatkan produksi kopi, dapat dilaksanakan peremajaan kopi rakyat
dengan cara sambung pucuk (rejuvinasi). Selain cepat menghasilkan, peremajaan
sambung pucuk juga dapat meningkatkan produksi kopi hampir 2 (dua) kali lipat dari
tanaman kopi biasa.
Produksi Perkebunan Kopi mengalami penurunan 53.493 ton ditahun 2016
diakibatkan banyaknya tanaman kopi yang sudah tua dan kurang produksi
menyebabkan penurunan produksi kopi. Selain itu banyaknya tanaman kopi rakyat
yang tidak terawat dengan baik sehingga produksinya menjadi tidak maksimal. Untuk
itu perkebunan Kopi perlu extra perhatian agar kedepan lebih fokus dalam peremajaan
dan intensifikasi (pemberian pupuk dsb) agar produksi dapat ditingkatkan.
Produksi perkebunan kopi sampai dengan tahun 2017 mencapai 192.522 ton
dan diharapkan pada akhir tahun 2018 terus melakukan kegiatan peremajaan dan
sambung pucuk (rejuvinasi) tanaman kopi dengan kopi unggul, mengembangkan
tanaman kopi Somatic Embriogenesis (SE), melakukan pembinaan-pembinaan dalam
melakukan Good Agriculture Practices (GAP) serta membantu penanggulangan
terhadap hama penggerek buah kopi.
Selama tahun 2014 – 2017 terjadi penurunan produksi kopi. Dari total produksi
kopi tahun 2014 sebanyak 135.288 ton mengalami peningkatan menjadi 192.522 ton
pada tahun 2017. Peningkatan produksi ini diakibatkan banyaknya tanaman kopi yang
sudah memasuki fase menghasilkan sehingga produksinya naik, berdasarkan data
tanaman kopi yang menghasilkan di tahun 2017 mencapai 210.755 Ha. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan produktivitas tanaman kopi dari tahun 2017 produksi kopi
sebesar 0,91 ton/Ha/Tahun dan mengalami penurunan menjadi 0,53 Ton/Ha/Tahun di
tahun 2015.
Peningkatan produksi ini dapat dilaksanakan dengan kegiatan peremajaan kopi
dalam skala besar agar peningkatan produktivitas kopi dapat terus meningkat. Selain
itu, untuk meningkatkan pendapatan petani dilaksanakan juga diversifikasi tanaman
kopi rakyat dengan tanaman kakao sehingga petani diharapkan mendapatkan
tambahan penghasilan bulanan dari tanaman kakao.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 36
Grafik 3.19 Target dan Realisasi Produksi Kayu Hutan
Tanaman Industri (HTI) Tahun 2017
Untuk mewujudkan tujuan ketiga dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu) sasaran
strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu) sasaran
dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Produktivitas sumber daya hutan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 mampu
menyediakan bahan baku bagi industri Pengolahan Hasil Hutan Kayu dan penggerak
ekonomi, secara terus menerus dan lestari. Indikator kinerja yang digunakan dalam
pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai
berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
- Produksi Kayu dari Kayu Hutan Tanaman Industri
Juta M3 / Tahun
4,25 6,29 148
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatkan produktivitas sumber daya hutan
adalah sebagai berikut :
3.1.1 Produksi Kayu dari Hutan Tanaman Industri
Dalam RPJMD, Produksi
Hutan Tanaman Industri (HTI) pada
tahun 2017 di targetkan sebesar
4.250.000 m3. Realisasi produksi
HTI Tahun 2017 sebesar
6.292.370,79 m3 sehingga capaian
indikator kinerja Produksi Kayu dari
Hutan Tanaman telah tercapai sebesar
148,00%.
Produksi kayu ini seluruhnya berasal dari kegiatan penebangan hutan tanaman.
Target penanaman HTI di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2017 seluas ±
176.625,89 Ha dengan realisasi penanaman seluas ± 56.960,69 Ha (32,25%).
Pengusahaan/pemanfaatan hutan alam produksi sejak 1970 s/d 1990 memberikan
TUJUAN 3 DARI
MISI PERTAMA
Mewujudkan Ketersediaan Bahan Baku Bagi Industri Pengolahan Hasil Hutan Kayu dan
Penggerak Ekonomi
3.1
Meningkatkan Produktivitas Sumber Daya Hutan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 37
Grafik 3.20 Perbandingan Tahun 2014 s.d 2017 Produksi Kayu
Hutan Tanaman Industri (HTI) di Prov.Sumsel
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
2014 2015 2016 2017
4,12
4,93
4,10
6,29
Prod
uksi
Kay
u (J
uta
M3/
Thn)
Capaian Indikator Produksi Kayudari Hutan Tanaman Tahun 2014-2017
Produksi Kayu (Juta M3/Tahun)
devisa terbesar kedua setelah migas, mendukung pertumbuhan industri perkayuan
nasional, menyerap tenaga kerja terutama tenaga-tenaga tidak terampil (Labor
Intensive) dan membuka isolasi daerah-daerah pedalaman yang sangat diperlukan
dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Sejak tahun 1990, kebutuhan bahan baku
industri perkayuan tersebut tidak mungkin lagi dipenuhi dari penebangan Hutan Alam
Produksi. Oleh karena itu, perlu kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan
produktivitas kawasan hutan produksi melalui pembangunan Hutan Tanaman Industri
(HTI) dan telah dimulai sejak tahun 1990.
Produksi hutan tanaman industri disini dimaksudkan adalah produksi hasil
hutan dari hutan tanaman industri (HTI). Kegiatan penanaman HTI di Provinsi
Sumatera Selatan telah dimulai sejak Tahun 1989. Pada tahun 2017 terdapat 18
(delapan belas) pemegang IUPHHK-HTI dengan luas konsesi 1.293.968 Ha. Data
produksi hasil hutan pada Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel dan Grafik berikut:
Tabel 3.6 Produksi Hasil Hutan
Berdasarkan data pada tabel 3.2 dan grafik di atas, produksi kayu dari Hutan Tanaman
Industri di Provinsi Sumatera Selatan periode 2014 – 2017 berfluktuasi. Terdapat
kenaikan produksi kayu Hutan Tanaman Industri pada tahun 2017 dikarenakan
sebagian besar pemegang HTI melakukan penebangan pada areal tanaman pokok
HTI, tidak lagi penebangan hutan alam (landclearing).
Namun bila diperhatikan realisasi tanaman tahun 2017, cukup kecil yaitu hanya
32,25% dari target yang direncanakan. Hal ini disebabkan adanya perubahan
kebijakan pemerintah terkait pengelolaan gambut yang melarang pemegang HTI
melakukan penanaman pada areal HTI yang indikatif gambut, sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.14/MenLHK/
Setjen/Kum.1/2/2017 tanggal 9 Pebruari 2017 tentang Tata Cara Inventarisasi dan
Penetapan Fungsi Ekosistem Gambut.
No. Tahun Luas
Tebangan (Ha)
Volume Tebangan
(M³)
1 2014 62.037,25 4.125.984,15
2 2015 72.999,54 4.933.474,28
3 2016 99.469,71 4,095.339,23
4 2017 56.960,69 6.292.370,79
Jumlah 291.467,19 19.447.168,45
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 38
Grafik 3.21 Perbandingan Capaian Produksi HTI dan Target RPJMD Tahun 2014-2017
Grafik 3.22 Perbandingan Capaian Produksi HTI dan Target Kementerian Tahun 2017
6,29
33,00
19,06
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
Pro
du
ksi K
ayu
(Jut
a M
3/Th
n)
Perbandingan Target Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap Capaian Produksi Kayu dari
Hutan Tanaman Provinsi. Sumsel Tahun 2017
Realisasi 2017 Target Nasional 2017 Capaian Kinerja (%)
Berdasarkan grafik
produksi kayu dari hutan
tanaman dari Tahun 2014
sampai dengan Tahun
2017 telah dicapai sebesar
19.447.168,45 M3, dan
apabila dibandingkan
dengan target jangka
menengah yang terdapat
dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total
sebesar 25.250.000,00 M3, maka Produksi Kayu dari Hutan Tanaman baru tercapai
sebesar 76,99% dimana Tahun 2017 merupakan tahun keempat pelaksanaan
Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan sebagaimana
ditampilkan dalam grafik diatas.
Sedangkan,
Perbandingan realisasi capaian
kinerja Produksi Kayu dari
Hutan Tanaman Tahun 2017
sebesar 19.447.168,45 M3bila
dibandingkan dengan Target
Produksi Kayu dari Hutan
Tanaman Tahun 2017
Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan sebesar 33 Juta
M3/Tahun, maka pada Tahun 2017 Provinsi Sumatera Selatan berkontribusi sebesar
19,06% terhadap target nasional tersebut, sebagaimana ditampilkan dalam grafik.
Upaya pencapaian sasaran kinerja produksi hasil hutan tidak terlepas dari
dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2017, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2017 dan Rencana
Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2017, yaitu Program Peningkatan Target Penanaman
Hutan yang meliputi 1 (Satu) kegiatan, yaitu Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Industri
Hasil Hutan dengan anggaranRp. 40.260.000,- dan realisasi keuangan
Rp. 38.690.000,- atau 96,10% dan realisasi fisik 100,00%.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 39
Grafik 4.23 Produksi Daging Tahun 2017
Grafik 4.24 Perbandingan Produksi Daging Per tahun
Untuk mewujudkan tujuan empat dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu) sasaran
strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu) sasaran
dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Produksi Daging Ton 77.750 76.519 98,42
2. Produksi Susu Liter 115.640 118.930 102,85
3. Produksi Telur Ton 85.152 71.303 83,74
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya produksi hasil adalah sebagai
berikut :
4.1.1 Produksi Daging
Capaian produksi daging pada tahun
2017 ditargetkan 77.750 ton dan
terealisasi mencapai 76.519 ton
(98,42%). Adapun capaian produksi
daging sebanyak 76.519 ton tersebut terdiri dari
daging sapi sebesar 18.196 ton (94,73%),
daging kerbau 1.028 ton (99,04%), daging kambing 1.486 ton (91,17%), daging domba
210 ton (100%), daging babi 766 ton (174,09%), daging ayam buras 10.575 ton
(115,78% dari porsi sasaran), daging ayam ras petelur 4.791 ton (70,21%), daging
ayam ras pedaging 37.376 ton (99,25%) dan daging itik sebesar 2.091 ton (130,04%).
Produksi daging yang sangat
menonjol terdapat pada ayam ras
pedaging yaitu 37.376 ton. Hal ini
dikarenakan jumlah konsumsinya
yang terbanyak dan harga relative
terjangkau. Hampir setiap daerah
TUJUAN 4 DARI
MISI PERTAMA
Meningkatkan Produksi Peternakan Untuk Mendukung Peningkatan Pendapatan
Peternak
4.1
Meningkatnya Produksi Daging
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 40
Grafik 4.25 Perbandingan Capaian Produksi DAGING Tahun 2015, 2016, 2017 dan target tahun 2018
Kabupaten/Kota terdapat peternak yang memelihara ayam ras pedaging, sehingga
dapat diperoleh dengan mudah.
Untuk capaian total produksi daging ternak ini diperoleh melalui pengembangan
perbibitan didaerah sentra antara lain berupa usaha penggemukan sapi potong, jalinan
kerjasama kemitraan dengan perusahaan unggas dan peningkatan skala usaha
pemeliharaan ternak. Pencapaian produksi daging ini didukung potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang memadai baik kualitas pelayanan petugas
maupun kualitas peternak itu sendiri.
Selanjutnya capaian indikator kinerja tahun 2017, jika dibandingkan dengan
tahun 2015, 2016 dan 2017 serta target tahun 2018 dapat dilihat pada grafik berikut
ini:
Pencapaian produksi daging
tahun 2017 meningkat 3,22% (2.392 ton)
dibanding tahun 2016 dan dari tahun
2016 meningkat 7,34% (5.074 ton)
dibandingkan tahun 2015, sedangkan
jika dibandingkan tahun 2018 baru mencapai
92,95% terhadap porsi sasaran. Produksi
daging tahun 2016 dan 2017 masih di dominasi oleh produksi daging ayam ras
pedaging dan sapi potong.
Upaya untuk mencapai sasaran target 2018 melalui pembinaan kelembagaan
peternakan antara lain : peningkatan populasi dan produktivitas ternak, pembinaan
kelompok tani dengan dukungan petugas Sarjana Membangun Desa (SMD) dan
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Disamping itu upaya lainnya dengan
mengoptimalkan kegiatan pelayanan kesehatan hewan melalui Program Pencegahan
dan Penanggulangan Penyakit Hewan/Ternak.
Pengambilan Sampel daging, Pengujian Cemaran Mikroba dan Hasil Pemeriksaan Mikroba
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 41
Grafik 4.26 Produksi Susu Tahun 2017
Grafik 4.27 Produksi Susu Per Jenis Ternak (Liter) Tahun 2017
Grafik 4.28 Perbandingan Capaian Produksi SUSU Tahun 2015, 2016, 2017 dan Target tahun 2018
4.1.2 Produksi Susu
Capaian produksi susu pada
tahun 2017 ditargetkan 115.640 liter
dan terealisasi mencapai 118.930 liter
(103,33%). Adapun produksi susu
sebanyak 118.930 liter tersebut terdiri
dari susu sapi perah sebesar 41.926
liter (103%), susu kerbau 57.042 liter
(102%) dan susu kambing Peranakan
Ettawa (PE) sebesar 19.961 liter (105%).
Peningkatan Produksi Susu segar sampai dengan tahun 2017 cukup baik,
namun produksi susu belum dapat memenuhi kebutuhan dalam provinsi, karena
kebutuhan susu dipenuhi oleh pasokan susu olahan dari luar provinsi. Pencapaian
produksi susu segar diperoleh melalui Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
yang terdiri dari kegiatan prioritas yaitu : Kegiatan Pengembangan ternak perah di
Kabupaten Musi Rawas, Banyuasin, dan PALI, pelestarian plasma nutfah kerbau rawa
di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin.
Produksi susu segar asal
ternak di dominasi susu kerbau
perah 57.042 liter atau 102 %. Hal
ini dikarenakan jumlah populasi
kerbau rawa tipe perah yang cukup
banyak, terdapat di Kabupaten Ogan
Komering Ilir 10.997 ekor dan di
Kabupaten Lahat 4.937 ekor. Sedangkan produksi susu sapi perah dan kambing PE
masih relative kecil, dikarenakan pemeliharaan ternak ini masih bersifat introduksi
pengembangan budidayanya yang terdapat di Kabupaten Banyuasin, Musi Rawas dan
Kota Pagaralam. Kebutuhan akan konsumsi susu masih dipenuhi melalui pasokan
susu olahan dari luar Provinsi.
Pencapaian produksi susu
tahun 2017 meningkat 15,86%
(16.280 liter) dibanding tahun 2016
dan dari tahun 2016 meningkat
14,24% (12.792 liter) dibandingkan
tahun 2015. Sedangkan jika
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 42
Grafik 4.29 Capaian Produksi telur
dibandingkan tahun 2018, capaian produksi susu baru mencapai 93,49% dari target
porsi yang ditetapkan. Pencapaian produksi susu tahun 2015 di dominasi oleh sapi
perah, namun untuk tahun 2016 dan 2017 produksi susu segar di dominasi oleh ternak
kerbau rawa bertipe perah.
Upaya untuk mencapai sasaran target susu tahun 2018 melalui pembinaan
kelembagaan peternakan antara lain : pembinaan kelompok tani melalui perbaikan
managemen kelembagaan, budidaya dan pakan. Disamping itu upaya lainnya dengan
mengoptimalkan kegiatan pencegahan penyakit ternak menular dan pelayanan
kesehatan hewan melalui Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Hewan Menular Strategis (PHMS) serta Zoonosis.
4.1.3 Produksi Telur
Capaian produksi telur pada tahun 2017 ditargetkan 85.152 ton dan terealisasi
mencapai 71.303 ton (84,57%). Adapun produksi telur sebanyak 71.303 ton tersebut
terdiri dari telur ayam buras sebesar 4.894 ton (60,70%), telur ayam ras petelur 58.452
ton (83,73%) dan telur Itik sebesar 7.957 ton (109,29%).
Produksi Telur sampai dengan tahun 2017 mengalami penurunan, sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam provinsi. Dari hasil pengumpulan data
diketahui ada peningkatan pada produksi telur itik. Dengan realisasi mencapai 7.957 ton
naik sekitar 677 ton (8,5 % dari target). Pencapaian produksi telur diperoleh melalui
Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan yang terdiri dari kegiatan prioritas
yaitu : Kegiatan Pembinaan ternak Unggas dan pelestarian plasma nutfah ternak Itik
Pegagan di Kabupaten Ogan Ilir. Peternak itik sudah dapat mandiri melalui pola
kemitraan, sehingga pemerintah hanya melakukan pembinaan sanitasi kandang dan
penyuluhan pencegahan penyakit ternak.
Adapun perbandingan antara realisasi kinerja produksi Telur serta capaian
kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada
grafik-grafik berikut ini.
Berdasarkan uraian dan tabel/grafik
diatas, bahwa produksi telur didominasi oleh
produksi telur ayam ras petelur yaitu 58.452
ton. Capaian produksi telur ini didukung oleh
upaya pengembangan usaha ayam ras
petelur oleh pihak swasta dan kemitraannya
dengan peternak. Adapun daerah penghasil
produksi telur ayam ras ini terdapat di Kabupaten Banyuasin, diantaranya kemitraan
dengan PT. Sanjaya Farm. Sedangkan produksi telur Itik banyak dipasok daerah
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 43
Grafik 4.30 Perbandingan Capaian Produksi TELUR
Tahun 2015, 2016, 2017 dan Target tahun 2018
Pemulutan dan Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir, Lempuing OKI, Kabupaten Musi
Rawas di Tugu mulyo dan Talang Rejo. Kualitas Sumberdaya alam dan manusia di
daerah sentra tersebut sudah sangat memadai untuk pengembangan usaha Itik. Usaha
yang dilakukan oleh Provinsi Sumatera Selatan dalam mendorong pencapaian produksi
telur diantaranya melalui pembinaan sanitasi lingkungan peternakan dan penguatan
kelembagaan kemitraannya.
Pencapaian produksi telur tahun
2017 meningkat 1,91% (1.338 ton)
dibanding tahun 2016 dan dari tahun
2016 meningkat 2,70% (1.841 ton)
dibandingkan tahun 2015, sedangkan
jika dibandingkan tahun 2018 baru
mencapai 78,94% terhadap porsi sasaran.
Produksi telur ayam ras petelur baik untuk
memenuhi kebutuhan provinsi maupun untuk di pasok keluar provinsi. Upaya untuk
mencapai sasaran target Telur tahun 2018 melalui pembinaan kelembagaan
peternakan antara lain : pembinaan kemitraan Ternak Unggas melalui penguatan
kelembagaan, sanitasi perkandangan. Disamping itu upaya lainnya dengan
mengoptimalkan kegiatan pencegahan penyakit Flu burung dan pelayanan kesehatan
hewan melalui Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Hewan.
Diharapkan hasil yang telah dicapai dapat di tingkatkan dimasa yang akan
datang, sehingga pembangunan sub sektor peternakan dapat terlaksana dan
berkembang sesuai rencana serta menjadi komoditas terdepan dalam pembangunan
ekonomi Sumatera Selatan.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 44
Grafik 5.31 Target dan Realisasi Produksi Tangkap Sumsel Tahun 2017
Untuk mewujudkan tujuan lima dari misi pertama telah ditetapkan 2 (dua) sasaran
strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 2 (dua) sasaran dengan
tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator produksi perikanan tangkap dipengaruhi beberapa faktor diantaranya :
faktor alam yang tidak mendukung untuk melakukan penangkapan ikan (angin barat/badai),
selain itu juga adanya penambahan armada kapal untuk nelayan penangkap ikan.
Sedangkan Nilai Tukar Nelayan dipengaruhi oleh hasil tangkapan dan nilai tukar rupiah
terhadap nilai valuta asing.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Produksi Perikanan Tangkap Ton 96.485,4 190.100 197,02
2. Nilai Tukar Nelayan % 101 101,50 100,50
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya produksi perikanan tangkap adalah
sebagai berikut :
5.1.1 Produksi Perikanan Tangkap
Capaian target produksi
perikanan tangkap pada tahun 2017
sudah sangat baik, yaitu mencapai
197,02%, capaian ini melebihi target
dikarenakan adanya kebijakan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
tentang larangan kapal-kapal asing
beroperasi di Indonesia dan
penertiban illegal fishing sehingga terjadi peningkatan stock sumberdaya ikan selain itu
peremajaan dan peningkatan kapasitas armada kapal juga turut berkontribusi terhadap
peningkatan produksi perikanan tangkap pada tahun 2017.
TUJUAN 5 DARI
MISI PERTAMA Peningkatan Produksi Perikanan
5.1
Meningkatnya Produksi Perikanan Tangkap
96.485,50
190.100 200.000,00
150.000,00
100.000,00
50,000,00
-
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 45
Grafik 5.32 Perbandingan Tahun 2014-2017 dan Target Tahun 2018 Produksi Tangkap
Provinsi Sumatera Selatan
Grafik 5.33 Target dan Realisasi Nilai Tukar Nelayan Sumsel Tahun 2017
Realisasi produksi perikanan
tangkap tahun 2015 mengalami
penurunan dari tahun 2014 hal ini
disebabkan kondisi alam atau musim
yang tidak mendukung sehingga
frekuensi trip penangkapan menjadi
menurun. Sedangkan realisasi produksi
perikanan tangkap pada tahun 2016
dan 2017 dibandingkan tahun sebelumnya terus mengalami kenaikan, hal ini disebabkan
karena kondisi alam atau musim yang mendukung sehingga nelayan dapat melakukan
aktifitas penangkapan dengan maksimal. Di harapkan pada tahun 2018 angka ini dapat
meningkat lagi dengan adanya pengoptimalan pelayanan pada Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) Sungsang melalui dana Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2018.
5.1.2 Nilai Tukar Nelayan
Realisasi Nilai Tukar Nelayan
(NTN) pada Tahun 2017 sudah melebihi
dari target yang sudah ditetapkan yaitu
sebesar 101,50 atau sebesar 100,50% dari
target 101 Ton. Pencapaian Realisasi NTN
ini disebabkan karena: 1. Tingginya jumlah produksi
penangkapan ikan yang dilakukan
oleh nelayan sehingga meningkatkan
pendapatan nelayan, hal ini disebabkan dengan peningkatan armada kapal
penangkapan ikan untuk nelayan dan nelayan semakin mudah dalam pengurusan
izin penangkapan ikan. 2. Biaya produksi (biaya nelayan untuk melakukan penangkapan) lebih rendah dari
pada jumlah pendapatan yang diterima oleh nelayan pada tahun 2017.
3. Musim yang mendukung untuk melakukan penangkapan ikan di laut sehingga
nelayan dapat melaut untuk menangkap ikan.
200.000,00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
0.00
101,563.90 92,217.80
189,469.30 190,100.00
96,678.30
2014 2015 2016 2017 2018
REALISASI TARGET
101,50
101,20
100,90
100,60
100,30
100,00 TARGET REALISASI (*)
101,00
101,50
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 46
Grafik 5.34 Realisasi Tahun 2014-2017 dan Target Tahun
2018 Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sumsel
Nilai Tukar Nelayan (NTN)
merupakan perbandingan antara jumlah
usaha/modal yang dikeluarkan dengan
jumlah yang didapatkan dalam menjalankan
usaha di bidang penangkapan ikan, artinya
jika angka tersebut menunjukkan nilai 100
maka perbandingan kedua hal tersebut
seimbang dan jika melebihi 100 maka itu menandakan nelayan telah mendapatkan
untung dan tentunya nilai kesejahteraan nelayan akan meningkat.
Nilai Tukar Nelayan pada 2014-2015 menunjukkan tren positif, hal ini dipengaruhi
oleh cuaca/musim penangkapan yang mendukung, biaya produksi penangkapan ikan
rendah dibandingkan pendapatan nelayan dan tingginya jumlah produksi penangkapan
ikan. Akan tetapi, NTN di tahun 2016 dan 2017 NTN mengalami penurunan hal ini
disebabkan karena dipengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang terus melemah
selain itu dipengaruhi juga oleh membengkaknya jumlah usaha/modal yang dikeluarkan
oleh nelayan karena naiknya bahan bakar minyak dan fariabel penangkapan ikan.
Diharapkan pada tahun 2018 NTN dapat meningkat kembali dengan pengoptimalan
pengawasan sumber daya ikan dengan pengadaan kapal pengawas perikanan dan
pengoptimalan fasilitas Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) untuk
mengurangi Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Produksi Perikanan Budidaya Ton 535.350 428.500 80,04
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya produksi perikanan budidaya adalah
sebagai berikut :
5.2
Meningkatnya Produksi Perikanan Budidaya
2014 2015 2016
2017 2018
102
115,5 116,52
101,5
113 110 105 100
95 90
120 115
REALISASI
TARGET
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 47
Grafik 5.35 Target dan Realisasi Produksi Ikan Budidaya Sumsel
Tahun 2017
115
Grafik 5.36 Realisasi tahun 2014-2017 dan Target tahun 2018
Produksi Tangkap Provinsi Sumsel
5.2.1 Produksi Ikan Budidaya
Realisasi produksi perikanan
budidaya pada tahun 2017 sebesar
428.500 ton angka ini menunjukkan
capaiaan 100,05% dari target yang
diharapkan yakni sebesar 428.272 ton.
Realisasi produksi perikanan budidaya
pada tahun 2017 dapat mencapai target
dikarenakan: a. Tidak adanya perubahan iklim yang
ekstrim pada tahun 2017 sehingga sentra-sentra produksi perikanan seperti kolam air
deras di Musi Rawas, Lubuk Linggau dan OKUT dapat berproduksi sebagaimana
mestinya. b. Tidak adanya penyakit ikan yang menyebar secara luas pada kawasan produksi
perikanan, kalaupun ada hanya sifatnya lokal dan masih dapat diatasi oleh para
pelaku pembudidaya.
Meningkatnya produksi perikanan
budidaya pada tahun 2015 dipengaruhi
oleh intensifikasi yang dilakukan oleh
pembudidaya ikan. Sedangkan pada tahun
2016 mengalami penurunan produksi. Hal
ini disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya yaitu beberapa sentra-sentra
produksi perikanan serperti di wilayah Musi
Rawas dan Lubuk Linggau tidak berproduksi secara optimal sampai pertengahan tahun
2016 karena adanya perbaikan saluran irigasi sehingga beberapa kawasan produksi tidak
mendapat pasokan air yang cukup serta adanya sebaran penyakit yang disebabkan karena
cuaca/musim yang tidak menentu sehingga menurunkan jumlah produksi budidaya.
Pada tahun 2017 terjadi peningkatan produksi perikanan budidaya dari 415,720.00
ton menjadi 428,500.00 ton, meski capaian ini lebih rendah dari tahun 2015 dan tahun
2014 namun hal ini telah menunjukkan upaya peningkatan produksi dibidang budidaya
mengalami peningkatan dengan adanya pengembangan sektor-sektor budidaya perikanan
yang strategis pada tahun 2017 melalui paket bantuan sarana dan prasarana budidaya
bagi para pelaku pembudidaya ikan.
TARGET REALISASI (*)
428.272
428.500 428.500 428.350 428.050 427.900 427.750 427.600 427.450 427.300 428.272
427.000 427.150
487.199
496.943
415.720
428.500 436.800
2014 2015 2016 2017 2018
550.000
500.000
450.0000
400.000
350.000
300.000
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 48
Untuk mewujudkan tujuan tujuh dari misi pertama telah ditetapkan 2 (dua) sasaran
strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 2 (dua) sasaran dengan
tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Orang 35.349 67.470 190,87
2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara
Orang 3.650.377 7.474.442 204,76
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya kunjungan wisatawan yang datang
ke-sumsel adalah sebagai berikut :
6.1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
pada tahun 2017 terealisasi sebanyak 67.470 orang
terhadap target 35.349 orang (190,87%), Hal ini
disebabkan yaitu :
Tahun 2017 kenaikan Wisatawan
Mancanegara adalah 5% dikarenakan proses
persiapan infrastruktur masih dalam proses
penyesuaian Asian Games 2018 dan destinasi dalam
perbaikan. Untuk tahun 2018 prediksi Wisatawan
Mancanegara akan lebih meningkat dipekirakan
20%. Hal ini dikarenakan semua fasilitas
insfrastruktur destinasi dan pendukung lainnya telah rampung. Disamping itu segala
cabang olahraga yang dipertandingkan akan dilakukan test event sampai dengan
pelaksanaan Asian Games 2018.
TUJUAN 6 DARI
MISI PERTAMA
Mewujudkan Sumsel Menjadi Destinasi Budaya dan Wisata yang Maju dan
Sejahtera
6.1
Meningkatnya Kunjungan Wisatawan yang Datang ke Sumsel
35.349
67.470
191%
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
Jumlah Kunjungan Wisatawan
Mancanegara Tahun 2017
35.349 67.470 191%
Target 2017 Realisasi 2017 %
Grafik 6.37 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 49
64,25767,470
105%
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
2016 2017 (Turun)
Capaian Realisasi Naik
Capaian Realisasi Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Tahun 2016 - 2017
Grafik 6.39 Perbandingan Capaian Realisasi Jumlah Kunjungan
Wisatawan Mancanegara tahun 2016 dan tahun 2017
Perbandingan realisasi capaian indikator kinerja tahun 2017 dengan tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
Jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara pada
tahun 2017 terealisasi
sebanyak 67.470 orang,
sedangkan dibandingkan pada
tahun 2016 kunjungan
wisatawan mancanegara
terealisasi sebanyak 64,257
orang. Peningkatan kunjungan
wisatawan mancanegara
sebesar 3.213 orang (100%)
hal ini dikarenakan sering dilaksanakannya kegiatan pariwisata baik nasional maupun
internasional juga kegiatan event olahraga di Sumatera Selatan dan direct flight
internasional ke 2 tujuan kota besar Malaysia dan Singapura.
Perbandingan realisasi capaian indikator perbandingan realisasi tahun 2017 dengan target
tahun 2018 adalah sebagai berikut
Capaian indikator kinerja wisatawan mancanegara
sampai dengan tahun 2017 mencapai 67.470 orang
(190,87%) dan diharapkan pada akhir tahun 2018
melebihi target yang telah ditentukan. Provinsi
Sumatera Selatan akan melakukan kegiatan dalam
merealisasikan hal tersebut yaitu:
1. Melakukan Event-event yang berskala International
yang mendatangkan wisatawan mancanegara baik
di tingkat Kabupaten/Kota maupun yang dilakukan
oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
2. Direct flight internasional ke 2 tujuan
kota besar di Malaysia dan Singapura
(Kuala Lumpur dan Singapura).
Dengan adanya kegiatan kebudayaan dan pariwisata di seluruh stakeholder,
berdampak semakin banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatera
Selatan untuk memperkenalkan pariwisata Sumatera Selatan terutama menjelang
penyelenggaraan ASIAN GAMES 2018, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Sumatera Selatan kerap melakukan promosi baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini
dilakukan untuk mempromosikan baik daya tarik wisata maupun event nasional dan
Grafik 6.38 Perbandingan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
tahun 2016 dan tahun 2017
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 50
Grafik 6.40 Perbandingan Capaian Realisasi Jumlah Kunjungan
Wisatawan Mancanegara tahun 2015 s.d 2017
internasional yang diselenggarakan di Sumatera Selatan. Penyelenggaraan event olah
raga bertaraf internasional yang kerap dilaksanakan di Jakabaring Sport City dan event-
event budaya serta musik lainnya menjadi alasan utama meningkatnya kunjungan
wisatawan mancanegara ke Sumatera Selatan.
Perbandingan realisasi capaian indikator perbandingan realisasi tahun 2017
dengan nasional sebagai berikut :
Realisasi Kunjungan Wisatawan
Mancanegara yang datang ke Sumatera Selatan
Tahun 2017 sebanyak 67.470 orang dari target
35.349 orang (190,87%) sedangkan realisasi
kunjungan Wisatawan Mancanegara secara
Nasional berdasarkan data dari Kementarian
Pariwisata sebanyak 835.408 orang dari target
sebanyak 1.002.333 orang (120%).
6.1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara
Jumlah kunjungan wisatawan nusantara pada tahun 2017 terealisasi sebanyak
7.474.442 orang terhadap target 3.650.377 orang (205%), Hal ini disebabkan adanya
peningkatan :
Hal ini disebabkan yaitu :
Tahun 2017 kenaikan Wisatawan
Mancanegara adalah 5% dikarenakan proses
persiapan infrastruktur masih dalam proses
penyesuaian Asian Games 2018 dan
destinasi dalam perbaikan. Untuk tahun 2018
prediksi Wisatawan Mancanegara akan lebih
meningkat dipekirakan 20%. Hal ini
dikarenakan semua fasilitas insfrastruktur
destinasi dan pendukung lainnya telah rampung. Disamping itu segala cabang olahraga
yang dipertandingkan akan dilakukan test event sampai dengan pelaksanaan Asian
Games 2018.
Perbandingan realisasi capaian indikator kinerja tahun 2016 dengan realisasi tahun
2017 adalah sebagai berikut :
Grafik 6.41 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 51
Grafik 6.42 Perbandingan Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara
Grafik 6.43 Perbandingan Jumlah Kunjungan Wisatawan
Nusantara 2014 s.d 2018
Jumlah kunjungan wisatawan
nusantara tahun 2017 terealisasi sebanyak
7.474.442 orang dari target sebanyak
3.650.377 Orang (205%) yang disebabkan
sering dilaksanakannya Direct flight ke 12
tujuan kota besar di Indonesia (Jakarta,
Bali, Yogyakarta, Batam, Medan,
Lampung, Bengkulu, Surabaya,
Pekanbaru, Jambi dan Pangkal Pinang).
Realisasi kunjungan wisatawan nusantara pada tahun 2016 terealisasi sebanyak
7.118.516 orang dari target sebanyak 3.544.055 Orang (200,8%). Dengan meningkatnya
capaian realisasi wisatawan yang datang ke Sumatera Selatan melalui mempromosikan
pariwisata Sumatera Selatan terutama menjelang penyelenggaraan ASIAN GAMES Tahun
2018, Provinsi Sumatera Selatan mulai berbenah memperbaiki beberapa destinasi wisata
yang ada di Kota Palembang, Kota Pagaralam dan daerah tujuan wisata lainnya. Salah
satu promosi yang dilakukan adalah melalui media sosial, dimana apapun yang terjadi
dengan kebudayaan dan pariwisata Sumatera Selatan akan cepat tersebar beritanya,
banyaknya destinasi yang telah siap menerima pengunjung, membuka mal baru, hotel
baru, juga berbagai penyelenggaraan event di Sumatera Selatan menjadi alasan kuat
meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara.
Capaian indikator kinerja wisatawan nusantara dari
tahun 2014-2015-2016 sampai 2017 mencapai
7.474.442 orang (71%) dan diharapkan pada akhir
tahun 2018 melebihi target yang telah ditentukan.
Provinsi Sumatera Selatan akan melakukan
kegiatan dalam merealisasikan hal tersebut yaitu:
Untuk mempromosikan pariwisata Sumatera
Selatan terutama menjelang penyelenggaraan
ASIAN GAMES Tahun 2018, Provinsi Sumatera
Selatan mulai berbenah memperbaiki beberapa destinasi wisata yang ada di Kota
Palembang, Kota Pagaralam dan daerah tujuan wisata lainnya. Salah satu promosi yang
dilakukan adalah melalui media sosial, dimana apapun yang terjadi dengan kebudayaan
dan pariwisata Sumatera Selatan akan cepat tersebar beritanya, banyaknya destinasi yang
telah siap menerima pengunjung, membuka mal baru, hotel baru, juga berbagai
penyelenggaraan event di Sumatera Selatan menjadi alasan kuat meningkatnya kunjungan
wisatawan nusantara.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 52
Grafik 7.44 Jumlah Produksi Hasil Tambang Batubara Tahun 2017
Grafik 7.45 Perbandingan Realisasi Tahun 2013 s.d 2017
Jumlah Produksi Hasil Tambang Batubara
.
Untuk mewujudkan tujuan delapan dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu) sasaran
strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu) sasaran
dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Meningkatnya harga batubara yang di mulai pada pertengahan Tahun 2017, secara
tidak langsung mempengaruhi produksi batubara di Provinsi Sumatera Selatan. Indikator
kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan
capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Jumlah Produksi Hasil Tambang Batubara
Juta Ton 25,20 39,60 157,14
Capaian indikator kinerja dari sasaran optimalnya sektor pertambangan batubara adalah
sebagai berikut :
7.1.1. Jumlah Produksi Hasil Tambang Batubara
Jumlah Produksi Hasil Pertambangan
batubara Provinsi Sumatera Selatan dihasilkan dari
129 perusahaan yang tersebar di Kabupaten Lahat,
Muara Enim, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu
dan Musi Rawas. Produksi batubara pada tahun
2017 terealisasi sebanyak 39,60 juta ton dari target
25,20 juta ton (157,14%).
Meningkatnya volume produksi batubara
Sumatera Selatan sebesar 61,24%
dibandingkan tahun 2016, yaitu dari 24,56 juta
ton menjadi 39,60 juta ton pada tahun 2017.
Berdasarkan gambar berikut, tren peningkatan
TUJUAN 7 DARI
MISI PERTAMA
Mewujudkan Peningkatan Produksi
Pertimbangan dan Energi
7.1
Optimalnya Penerimaan Daerah Sektor
Pertambangan dan Energi
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 53
Grafik 7.46 Perbandingan Realisasi Tahun 2017 dan
Target 2018 Jumlah Produksi Hasil Tambang Batubara
Grafik 7.47 Perbandingan dengan Target Standar
Nasional Jumlah Produksi Hasil Tambang Batubara
jumlah produksi dari tahun 2013 sampai dengan 2017 adalah meningkat sebanyak 3 kali.
Volume produksi batubara Provinsi Sumatera
Selatan yang diprediksi sebesar 122,63 juta ton
di akhir Tahun 2018 baru terealisasi sebesar
92,28% atau sebesar 113,16 juta ton pada
akhir tahun 2017. Peningkatan produksi
tersebut dapat tercapai melalui Program
Pengusahaan Pertambangan dan Peningkatan
Produksi Batubara. Selain itu dipengaruhi oleh
tingginya harga batubara tahun 2017 sebesar
USD 85,92 per ton dibandingkan dengan harga
tahun 2016 yang hanya sebesar USD
61,84 per ton.
Capaian total produksi batubara Provinsi Sumatera
Selatan (2014-2017) jika dibandingkan dengan target
nasional (413 juta ton) sebesar 9,59% pada tahun
2017; atau hanya 6,10% jika produksi pada tahun 2017
dibandingkan dengan Target Nasional 2017.
Peningkatan Batubara (Produksi) terkoreksi positif terhadap naiknya nilai royalti
(Penerimaan Negara tiap Tahun). Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya tidak
dilakukan karena metodenya tidak tahu dan belum pernah dilakukan seperti tahun
sebelumnya untuk LKjIP.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 54
Grafik 8.48 Nilai Realisasi Investasi PMDN
Untuk mewujudkan tujuan sebelas dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu) sasaran
strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu) sasaran
dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Meningkatnya investasi dipengaruhi oleh kondusif di bidang keamanan, politik serta
ekonomi di Indonesia dan Provinsi Sumatera Selatan, serta adanya kemudahan regulasi
dan pemberian fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada investor dalam
berinvestasi.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Nilai Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Rp. Triliun 10,1 9,76 96,63
2. Nilai Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA)
Rp.Triliun 13,25 16,03 120,98
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya investasi adalah sebagai berikut:
8.2.1. Nilai Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Untuk indikator nilai realisasi
investasi PMDN Tahun 2017
sebesar Rp. 9,76 triliun atau
terealisasi sebesar 96,63%
dari target yang telah
ditentukan sebesar Rp 10,1
triliun. Tenaga kerja terserap di
Tahun 2017 adalah sebanyak
14.312 orang.
Seperti yang telah diuraikan diatas, realisasi pertumbuhan nilai investasi selama
tahun 2017 turun adalah sebesar 45,54%. Penurunan ini dikarenakan pada Tahun 2016
terdapat Investor yang telah menyelesaikan jangka waktu pelaksanaan proyek dengan
TUJUAN 8 DARI
MISI PERTAMA
Terwujudnya Iklim Investasi
8.1
Meningkatnya Investasi di Provinsi Sumatera Selatan
2014 2015 2016 2017 2018
TARGET 7,59 8,349 9,184 10,1 11,1
REALISASI 7,04 10,94 8,53 9,76
0
2
4
6
8
10
12
TARGET
REALISASI
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 55
investasi yang cukup besar seperti :
1. PT. OKI Pulp : Realisasi Investasi Rp. 33,545 T
2. PT. Pusri : Realisasi Investasi Rp. 2,806 T
3. PT. Semen Baturaja : Realisasi Investasi Rp. 2,363 T
Sedangkan di Tahun 2017 berdasarkan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal
yang disampaikan investor masih dalam tahap pelaksanaan investasi, dengan realisasi
investasi yang cukup besar antara lain :
1. PT. Hutama Karya : Realisasi Investasi Rp. 2,3 T
2. PT. Tanjung Enim Lestari : Realisasi Investasi Rp. 3,2 T
Beberapa faktor yang menyebabkan belum optimalnya capaian realisasi investasi PMDN
dan PMA adalah :
1. Masih banyak investor yang belum melaporkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal.
2. Masih terdapat investor yang belum mendaftarkan kegiatan investasinya dalam hal
untuk mendapatkan id user pada aplikasi SPIPISE sehingga investor tidak bisa
menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal.
3. Kurangnya pemahaman SDM pihak investor terkait terhadap pentingnya pelaporan
LKPM online dalam penyajian capaian realisasi investasi.
Untuk mengatasi permasalahan PMDN dan PMA diatas, pada tahun 2017 telah
dilakukan beberapa langkah seperti :
1. Melakukan Sosialisasi tentang tata cara pendaftaran dan pelaporan melalui aplikasi
SPIPISE secara online.
2. Membuka “Klinik LKPM” sebagai wadah konsultasi bagi perusahaan, instansi
pemerintah yang ingin berkonsultasi.
3. Meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan pemantauan, pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan penanaman modal.
Dari upaya yang telah dilakukan tersebut berdasarkan data yang ada terjadi
peningkatan dalam hal penyampaian Laporan Kegiatan Penanaman Modal secara online,
dari 427 LKPM yang dilaporkan pada tahun 2016 meningkat menjadi 894 LKPM pada
Tahun 2017. Dengan adanya SDM, sarana dan prasana yang cukup diharapkan untuk
Tahun 2018 akan tercapai nilai realisasi investasi.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 56
8.2.2. Nilai Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA)
Berdasarkan Peraturan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2015 tentang Pedoman dan tata cara
pengendalian pelaksanaan penanaman
modal, BAB VI Tata Cara Pemantauan
Pasal 11 menyebutkan bahwa salah
satu kewajiban penanam modal adalah
menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). LKPM adalah laporan
mengenai perkembangan realisasi penanaman modal dan kendala yang dihadapi
penanam modal yang wajib disampaikan secara berkala.
Nilai investasi PMA pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 16,03 triliun. Capaian
kinerja nilai realisasi investasi PMA lebih tinggi dari target Tahun 2017 sebesar Rp.13,25
triliun atau sebesar 120,98%. Tenaga kerja terserap di Tahun 2017 adalah sebanyak 6.114
orang.
Capaian indikator ini didukung adanya program peningkatan promosi dan
kerjasama investasi dengan kegiatan yaitu :
1. Koordinasi antar lembaga dalam pengendalian pelaksanaan investasi PMDN/PMA.
2. Peningkatan kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
penanaman modal.
Dengan pengoptimalan sarana dan prasarana contohnya : kendaraan operasional,
keterbatasan jumlah aparatur untuk Tahun 2017 realisasi investasi PMA tercapai sesuai
dengan target yang telah ditentukan.
Grafik 8.49 Nilai Realisasi Investasi PMA
2014 2015 2016 2017 2018
TARGET 9,96 10,95 12,05 13,25 14,58
REALISASI 11,12 8,05 38,83 16,03
01020304050
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 57
Grafik 9.50 Nilai Ekspor Tahun 2017
Untuk mewujudkan tujuan dua belas dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Nilai Ekspor
US $ Juta / Tahun
2.994,30 3.410,25 113,89
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya daya saing ekspor migas dan
pengendalian impor adalah sebagai berikut :
9.1.1. Nilai Ekspor
Target & Realisasi untuk Tahun 2014 sampai dengan 2018 Provinsi Sumatera
Selatan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel 9.7 Nilai Ekspor Tahun 2014 s.d Tahun 2018
No Tahun Target Realisasi
1 2014 2.790,15 3.084,04 2 2015 2.858,20 2.442,61 3 2016 2.926,25 1.978,88 4 2017 2.994,30 3.410,25 5 2018 3.062,35 --
* Ket : Nilai dalam Juta US$
Nilai ekspor Provinsi Sumatera Selatan pada Tahun 2015 sebesar US$ 2.442,6
Juta mengalami penurunan
dibandingkan Tahun 2014 yaitu US$
3.084,04 Juta. Demikian
juga dengan Nilai ekspor
Tahun 2016 kembali mengalami
penurunan sebesar US$ 1.978,88 Juta.
Namun pada Tahun 2017 nilai ekspor Sumatera
Selatan mengalami peningkatan yaitu US$ 3.410,25 Juta.
TUJUAN 9 DARI
MISI PERTAMA
Mengembangkan Kinerja Ekspor Non Migas
9.1
Meningkatnya Daya Saing Ekspor Non Migas dan Pengendalian Impor
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 58
Nilai ekspor Sumatera Selatan Tahun 2017 sebesar US$ 3.410,25 Juta dengan
demikian nilai tersebut telah melampaui Target RPJMD nilai ekspor Sumatera Selatan
pada Tahun 2017 sebesar US$ 2.994,30 Juta/tahun. Tercapainya target nilai ekspor
Sumatera Selatan berdasarkan RPJMD antara lain karena kuota ekspor komoditi karet dan
barang dari karet yang semula ditetapkan pemerintah telah dicabut. Dengan demikian
perubahan nilai ekspor komoditi karet dan barang dari karet yang merupakan komoditi
andalan terbesar Sumatera Selatan terjadi perubahan peningkatan Tahun 2017 terhadap
nilai ekspor komoditi karet dan barang dari karet Tahun 2016 sebesar 18,46%.
Selain itu Thailand yang sebelumnya memberlakukan sistem kuota untuk komoditi
kelapa dari negara lain telah meniadakan sistem kuotanya. Sehingga menguntungkan bagi
Indonesia khususnya Sumatera Selatan sebagai penghasil komoditi kelapa. Dengan
demikian nilai ekspor komoditi kelapa terus mengalami peningkatan. Terlihat peningkatan
perubahan nilai ekspor kelapa sebesar 27,81% Tahun 2017 dibandingkan Tahun 2016.
Neraca perdagangan Indonesia Tahun 2017 mengalami surplus sebesar US$
9.533,30 juta dimana nilai ekspor Indonesia US$ 168.810,70 juta dan nilai impor US$
156.925,20 juta. Neraca Perdagangan Sumatera Selatan Tahun 2017 juga mengalami
surplus neraca perdagangan sebesar US$ 2.962,91 Juta. Surplus tersebut dikarenakan
nilai ekspor US$ 3.410,25 Juta lebih besar dibandingkan nilai impor US$ 447,34 Juta.
Adapun komponen ekspor terdiri dari ekspor migas sebesar US$ 231,60 Juta dan ekspor
non migas sebesar US$ 3.178,65 Juta.
Dengan demikian dari total nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 168.810,70 juta,
Provinsi Sumatera Selatan memberikan sumbangsihnya US$ 3.410,25 Juta atau sebesar
2,02%. Hal tersebut dikarenakan komoditi ekspor Sumatera Selatan masih sangat
didominasi oleh barang mentah bukan barang jadi. Pemerintah harus terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas ekspor dengan memperbanyak ekspor barang jadi sehingga nilai
tambah barang jadi bisa semakin mendongkrak angka nilai ekspor Sumatera Selatan dan
pada akhirnya meningkatkan nilai ekspor nasional.
Produk komoditi Ekspor Non Migas Sumatera Selatan terbesar pada Tahun 2017
adalah Komoditi Karet dan Barang dari Karet, Pulp, Batubara, Lemak dan Minyak
Hewan/Nabati. Berikut ini disampaikan Kinerja Ekspor Sumatera Selatan pada beberapa
Komoditi Unggulan Ekspor Sumatera Selatan, yaitu :
Perubahan Nilai Ekspor
KOMODITI EKSPOR UNGGULAN
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 59
1. Komoditi Karet dan Barang dari Karet dengan Nilai Ekspor US$ 1.535,18 Juta
Kinerja Ekspor Sumatera Selatan pada Tahun 2017 masih menempatkan Produk
Komoditi Karet dan Barang dari Karet sebagai penyumbang terbesar pada neraca ekspor
Sumatera Selatan, yaitu sebesar US$ 1.535,18 Juta. Namun, rendahnya harga komoditas
Karet pada beberapa tahun belakangan ini, menyebabkan Petani Karet Sumatera Selatan
mulai mengalih fungsikan lahannya pada komoditas perkebunan lainnya. Kondisi ini
menyebabkan penurunan produktivitas perkebunan karet di Sumatera Selatan. Salah satu
langkah strategis yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan Produktivitas
Perkebunan Karet di Sumatera Selatan adalah dengan melakukan sinergitas diantara
perkebunan rakyat dan perkebunan besar melalui pola plasma. Kerjasamanya tersebut,
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan manajerial petani, baik pada saat produksi
maupun hingga saat pemasaran. Peningkatan Produktivitas dilakukan melalui pemberian
pendampingan ke petani untuk meningkatkan kemampuan produksinya ataupun didorong
untuk melakukan peremajaan tanaman Karetnya.
Permasalahan utama yang dialami petani karet saat ini adalah pada penyediaan bibit
tanaman karet yang berkualitas. Melalui Sistem Pengelolaan Plasma, diharapkan dapat
memberikan solusi pada penyediaan bibit karet. Perusahaan besar dapat berkerjasama
dengan Balai Penelitian untuk penyediaan bibit karet yang berkualitas, bibit karet
berkualitas tersebut kemudian dapat disalurkan kepada petani-petani anggota plasma.
Peningkatan kualitas bibit karet tersebut, diharapkan mampu meningkatkan produktivitas
perkebunan karet saat ini.
Disamping pengelolaan lahan optimalisasi disektor industri hilir karet juga perlu
ditingkatkan. Hal tersebut terkait dengan masih rendahnya penyerapan hasil perkebunan
karet oleh sektor industri pengolahan. Hanya sekitar 10-15% hasil produksi karet alam
yang dipergunakan industri dalam negeri baik untuk industri ban, alas kaki, otomotif dan
sarung tangan. Kondisi tersebut mengakibatkan produsen karet menitik beratkan hasil
berupa karet mentah untuk kebutuhan ekspor. Hal ini disebabkan pemprosesan karet
menjadi produk jadi masih sangat minim sehingga produk barang jadi karet untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri lebih banyak diimpor. Sistem Plasma juga diharapkan
dapat membantu dalam pengadaan modal kerja dari pihak terkait baik perkebunan besar
maupun perbankan. Dengan modal yang memadai, petani karet dapat lebih memperbaiki
manajemen pengelolaan dan pemasaran secara terpadu.
Pada realisasi ekspor terlihat bahwa nilai ekspor karet Tahun 2017 sebesar US$
1.535,18 Juta meningkat 18,46% dibandingkan Tahun 2016 sebesar US$ 1.295,93 juta.
Peningkatan nilai ekspor komoditi karet dan barang dari karet tersebut disebabkan juga
pada Tahun 2016, pemerintah menetapkan kuota untuk komoditi karet dan barang dari
karet yang akan diekspor. Sedangkan pada Tahun 2017 kuota tersebut telah dicabut.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 60
2. Bubur Kayu/Pulp dengan Nilai Ekspor sebesar US$ 600,28 Juta
Saat ini, Indonesia menduduki peringkat sembilan dalam industri bubur kertas dunia.
Pasokan pulp nasional diperkirakan sebesar 6 juta ton per tahun hingga 8 juta ton per
tahun. Nilai ekspor pulp asal Sumatera Selatan Tahun 2017 sebesar US$ 600,28 juta.
Permintaan bubur kertas dunia memang masih besar. Produsen juga diuntungkan
dengan harga bubur kertas yang masih tinggi. Saat ini ekspor ke banyak negara, seperti
China, Korea Selatan, India, Jepang dan Thailand.
Industri bubur kertas Indonesia berpeluang semakin besar dengan faktor geografis
yang lebih dekat dengan pasar terbesar, yaitu China, dan didukung kecepatan tumbuh
pohon sebagai sumber bahan baru yang terbarukan. Seiring dengan permintaan bubur
kertas yang meningkat, ekspor kertas juga mengalami kenaikan. Permintaan kertas juga
mengalami peningkatan seiring dengan kebutuhan dunia yang tumbuh pesat, terutama
kertas karton untuk kemasan. Selain itu, kapasitas produksi kertas Amerika Serikat dan
Jepang yang tidak bertambah membuat permintaan ke Indonesia naik. Secara
keseluruhan, diperkirakan industri pulp dan kertas nasional akan bertumbuh.
Permintaan ekspor kertas naik dipengaruhi dengan kenaikan harga pulp, pabrikan
kertas dari Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan yang tidak memiliki bahan baku dalam
negeri, mengurangi produksi kertasnya. Pasalnya, apabila pabrik kertas tidak memiliki
pabrik pulp terintegrasi, biaya produksi akan semakin tinggi. Apalagi, kenaikan harga
kertas tidak setara dengan kenaikan harga pulp dan ongkos produksinya. Sedangkan
pabrik-pabrik kertas di Indonesia umumnya terintegrasi dengan pabrik pulp, sehingga bisa
menghemat biaya dari sisi energi sebesar 20%.
3. Komoditi Batubara sebesar US$ 566,16 Juta
Kinerja Ekspor Sumatera Selatan pada Tahun 2017 menempatkan Produk Komoditi
Batubara (Bahan Bakar Mineral) sebagai penyumbang terbesar ketiga pada neraca
perdagangan ekspor Sumatera Selatan, yaitu sebesar US$ 566,16 Juta. Provinsi
Sumatera Selatan merupakan salah satu Provinsi penghasil Batubara terbesar di
Indonesia.
Naik turunnya daya saing batubara berkaitan dengan volume produksi batubara,
Sumatera Selatan memiliki kekayaan berupa tambang batubara cukup besar yakni di
Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim dan wilayah Kabupaten Lahat. Saat ini
PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) tiap tahunnya baru mampu memproduksi
rata-rata 10 juta ton pertahun, padahal potensi batu bara di Sumatera Selatan mencapai
22,7 miliar ton. Hasil penelitian terakhir menyebutkan cadangan batubara Sumatera
Selatan mencapai 47,1 miliar ton. Angka tersebut mengalami peningkatan 107,49%
dibanding dengan data cadangan batubara Sumatera Selatan yang ada selama ini.
Namun demikian meski meningkat tidak semua cadangan yang ada dapat
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 61
dimanfaatkan. Pasalnya, kualitas batubara di tiap daerah tidaklah sama. Untuk
memanfaatkan cadangan itu saat ini terdata 270 kuasa pertambangan (KP) yang tersebar
di 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan. Dan jumlah tersebut sekitar 10 kuasa
pertambangan masuk pada tahap eksploitasi, terbanyak di tahap eksplorasi dan sisanya
penyelidikan umum.
4. Komoditi Lemak dan Minyak Hewan/Nabati sebesar US$ 187,88 Juta
Kinerja Ekspor Sumatera Selatan pada Tahun 2017 selanjutnya menempatkan
Produk Komoditi Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (Produk Komodit CPO) sebagai
penyumbang terbesar neraca perdagangan ekspor Sumatera Selatan, yaitu sebesar
US$ 187,88 Juta. Produktivitas Komoditi CPO Sumatera Selatan juga terus mengalami
peningkatan. Komoditi CPO Sumatera Selatan saat ini lebih rendah bila dibandingkan
produktivitas dari Provinsi lain penghasil CPO. Areal penanaman kelapa sawit di
Indonesia masih terkonsentrasi di 5 (lima) Provinsi yaitu : Sumatera Utara, Riau,
Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Aceh. Areal penanaman terbesar
terdapat di Sumatera Utara.
Upaya peningkatan ekspor Sumsel
Peningkatan ekspor sangat terkait dengan tingkat daya saing dari komoditi-komoditi
ekspor tersebut. Daya saing yang tinggi akan meningkatkan kinerja ekspor yang pada
akhirnya memberikan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan.
Berdasarkan data pada Neraca Perdagangan Sumatera Selatan, Kinerja Ekspor saat ini
didominasi sekitar 80% Produk Komoditi non migas, sehubungan dengan hal tersebut,
Pemerintah Sumatera Selatan berupaya untuk meningkatkan Kinerja Ekspornya melalui
upaya peningkatan daya saing komoditi - komoditi ekspor non migas Sumatera Selatan.
Berikut ini adalah 10 (sepuluh) Negara tujuan utama Sumatera Selatan Tahun 2017 :
Tabel 9.8 Negara Tujuan Ekspor Daerah Sumatera Selatan Tahun 2017
NO NEGARA TUJUAN US $ JUTA/TAHUN
1 REP.RAKYAT CINA 1.009,43
2 AMERIKA SERIKAT 419,22
3 MALAYSIA 352,90
4 INDIA 305,42
5 VIETNAM 140,91
6 JEPANG 137,31
7 KOREA SELATAN 104,62
8 THAILAND 102,41
9 PILIPINA 81,90
10 KAMBOJA 64,18
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa China, Amerika Serikat dan Malaysia
merupakan Negara tujuan ekspor terbesar bagi produk komoditi unggulan Sumatera
Selatan.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 62
Untuk mewujudkan tujuan tiga belas dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Persentase Jalan Dalam Kondisi Mantap
% 85 74,22 87,31
Capaian indikator kinerja dari sasaran terpeliharanya infrastruktur jalan dan jembatan
kewenangan Provinsi adalah sebagai berikut :
10.1.1. Persentase Jalan dalam Kondisi Mantap
Kondisi kemantapan jalan merupakan hal penting untuk memperlancar
pergerakan kendaraan. Kemantapan jalan memungkinkan kendaraan untuk mencapai
kecepatan yang optimal sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam waktu yang singkat.
Jalan dikategorikan dalam kondisi mantap jika kondisi jalan tersebut dalam kondisi baik dan
sedang, dan kondisi tidak mantap jika keadaan jalan tersebut dalam kondisi Rusak Ringan
dan Rusak Berat.
Pada tahun 2017 panjang jalan yang menjadi kewenangan Provinsi Sumatera
Selatan sebesar 1.513,653 Km dengan realisasi jalan dalam kondisi mantap terhadap
target 87,31%. Target kondisi jalan mantap untuk tahun 2017 yaitu 85%. Berdasarkan data
survei kondisi jalan tahun 2017 telah terjadi penurunan capaian kondisi jalan mantap
sebesar 10,785% (capaian 74,215%). Kondisi ini perlu ditingkatkan agar kemantapan Jalan
Provinsi dapat mencapai angka 85%. Kondisi jalan yang mantap akan berpengaruh pada
kualitas perjalanan, kenyamanan berkendara, dan kecepatan tempuh yang dicapai saat
berkendara.
Indikator kinerja persentase jalan dalam kondisi mantap ini dapat dicapai melalui
pelaksanaan program :
Pembangunan Jalan dan Jembatan
TUJUAN 10 DARI
MISI PERTAMA
Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Jalan dan Jembatan Kewenangan Provinsi
10.1
Terpeliharanya Infrastruktur Jalan dan Jembatan Kewenangan Provinsi
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 63
Grafik 10.51 Perbandingan Jalan Kondisi Mantab Tahun 2014 s.d 2017
Peningkatan Trotoar dan Perkerasan
Jalan JSC
Pemeliharaan Berkala Gandus – Bts. Kab.
Banyuasin
Rehabilitasi/Pemeliharan Jalan dan Jembatan
Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan
Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
Analisis perbandingan kinerja
dengan capaian tahun lalu
bisa dijadikan baseline untuk
pengukuran di tahun
berikutnya. Di tahun 2015
realisasi panjang jalan dalam
kondisi mantap sebesar
85,60% melampaui target
yang ditetapkan sebesar 84%
dan mengalami kenaikan 0,08% dari realisasi
yang dicapai pada Tahun 2014 (85,52%). Realisasi tersebut mengalami penurunan
menjadi 82,30% di tahun 2016 dan kembali mengalami penurunan di tahun 2017 menjadi
74,215% selain karena terbatasnya alokasi anggaran dalam penanganan jalan
kewenangan Provinsi Sumatera Selatan, penurunan kondisi jalan mantap juga disebabkan
adanya beberapa ruas jalan Kabupaten yang menjadi ruas jalan kewenangan provinsi
dimana kondisi ruas jalan Kabupaten tersebut 60,45% dalam kondisi tidak mantap (rusak
sedang+rusak berat) selain itu penurunan terjadi karena terbatasnya alokasi anggaran
dalam penanganan jalan kewenangan Provinsi Sumatera Selatan.
Penanganan jalan kewenangan Provinsi
Sumatera Selatan harus menjadi perhatian yang serius
agar jalan dalam kondisi mantap dapat terus
ditingkatkan setiap tahunnya, karena kondisi jalan
sangat mendukung aksesibilitas dan roda
perekonomian
masyarakat
khususnya di
Provinsi Sumatera Selatan. Penanganan jalan harus
sesuai standar penanganan yang berlaku guna
tercapainya umur rencana jalan. Hal tersebut dapat
dicapai melalui pelaksanaan Program
Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
60
70
80
90
Grafik Panjang Jalan dalam Kondisi Mantap
Target 82 84 85 85
Realisasi 85,52 85,6 82,3 74,22
2014 2015 2016 2017
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 64
Masalah/kendala yang dihadapi
1. Kurang memadainya sarana dan prasarana dalam mendukung pelaksanaan kegiatan.
2. Kurang terpeliharanya kondisi jalan yang ada.
3. Belum adanya sistem informasi data jaringan jalan yang lengkap dan sistematis.
4. Kurang tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten dalam bidang
perencanaan, pengawasan dan pengendalian mutu pekerjaan jalan dan jembatan.
Strategi untuk mengatasi masalah/kendala
1. Memanfaatkan peluang pendanaan di luar APBD Provinsi Sumatera Selatan sehingga
alokasi anggaran penanganan jalan lebih maksimal.
2. Meningkatkan kemampuan pelayanan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan
kegiatan melalui Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan melalui
kegiatan :
- Pengadaan Alat - alat Berat Kebinamargaan
- Peningkatan Sarana dan Prasarana Laboratorium
- Pemeliharaan Alat – alat Kebinamargaan
3. Memelihara kondisi jalan yang ada sesuai dengan standar penanganan yang berlaku
guna tercapainya umur rencana jalan.
4. Meningkatkan kompetensi SDM melalui pendidikan, penjenjangan dan pelatihan
pegawai dalam bidang kebinamargaan antara lain dengan Program Peningkatan
Sumber Daya Manusia dengan kegiatan Bimbingan Teknis Jalan dan Jembatan.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 65
Grafik 11.52 Jumlah Produksi Listrik
Untuk mewujudkan tujuan empat belas dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Kenaikan indikator subsektor kelistrikan dipicu oleh program Pemerintah yang
mencanangkan 35.000 MW sehingga Provinsi Sumatera Selatan ikut giat dalam upaya
peningkatan jumlah Pembangkit Listrik dan Jaringan Distribusi Listrik, yang berkolerasi
terhadap meningkatnya Jumlah Pasokan Listrik dan Produksi Listrik.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Jumlah Produksi Listrik GWh 7.517 8.706,83 115,83
2. Ratio Elektrifikasi % 83,80 87,61 104,55
3. Persentase Desa Dengan Akses Listrik
% 94,90 97,13 102,35
Capaian indikator kinerja dari sasaran terwujudnya akses dan kebutuhan listrik di
Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
11.1.1. Jumlah Produksi Listrik
Jumlah Produksi Listrik tahun 2017 dalam rangka
peningkatan infrastruktur wilayah (kelistrikan) yang
dihasilkan, sebesar 8.706,83 GWh atau 115,83%
dari target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja
pada tahun 2017.
TUJUAN 11 DARI
MISI PERTAMA
Mewujudkan Kebutuhan Energi Kelistrikan
11.1
Terwujudnya Akses dan Kebutuhan Listrik di Sumatera Selatan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 66
Grafik 11.69 Ratio Elektrifikasi
Grafik 11.53 Perbandingan Jumlah Produksi Listrik
tahun 2013 s.d 2017
Grafik 11.54 Perbandingan Jumlah Produksi Listrik
tahun 2017 dan target tahun 2018
Grafik 11.55 Perbandingan Rasio Elektrifikasi
Nilai Produksi Listrik menurun sebesar 21,98%
dibandingkan tahun 2016, yaitu dari 11.019
GWh menjadi 8.706,83 GWh di tahun
2017. Hal ini dapat dilihat dari gambar, dimana
tren negatif yang dihasilkan menjelaskan
bahwa selama kurun waktu 2013-2017 terjadi
penurunan jumlah produksi listrik sebanyak
752 kali.
Sesuai dengan Rencana Kerja Dinas dalam Renstra 2014-
2018, Produksi Listrik Provinsi Sumatera Selatan yang
diprediksi mencapai 36.521 GWh pada akhir Tahun 2018
baru terealisasi sebesar 94,74% sampai dengan Tahun 2017.
Pencapaian produksi tersebut diperoleh melalui Program
Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru untuk
Kebutuhan Listrik bagi Masyarakat.
Peningkatan Jumlah Produksi Listrik terkoreksi positif terhadap naiknya nilai royalti
(Penerimaan Negara tiap Tahun). Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya tidak
dilakukan karena metodenya tidak tahu dan belum pernah dilakukan seperti tahun
sebelumnya untuk LKjIP.
11.1.2. Rasio Elektrifikasi
Rasio Elektrifikasi Sumatera Selatan terealisasi
menjadi 87,61 atau 104,55% dari target yang
ditetapkan dalam Penetapan Kinerja pada tahun
2017 dengan jumlah pelanggan listrik sebanyak
2.016.337 juta rumah tangga.
Rasio Elektrifikasi meningkat sebesar 4,33%
dibandingkan tahun 2016, yaitu dari 83,82 %
menjadi 87,61% di tahun 2017.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 67
Grafik 11.57 Perbandingan Ratio Elektrifikasi
tahun 2017 dan target tahun 2018
Grafik 11.56 Perbandingan Ratio Elektrifikasi
tahun 2013 s.d 2017
Grafik 11.58 Perbandingan Ratio
Elektrifikasi dengan target nasional
Hal ini dapat dilihat dari gambar,
dimana tren positif yang dihasilkan
menjelaskan bahwa selama kurun
waktu 2013-2017 terjadi peningkatan
rasio elektrifikasi sebanyak 4 kali.
Rasio Elektrifikasi yang diprediksi
sebesar 87,28% untuk Tahun 2018 sudah
terealisasi sebesar 100,38% di Tahun 2017.
Target kinerja untuk Indikator Rasio Elektrifikasi di tahun 2018
akan direview dan disesuaikan. Peningkatan Rasio Elektrifikasi
tersebut dapat tercapai melalui Program Pengembangan dan
Pemanfaatan Energi Baru untuk Kebutuhan Listrik bagi
Masyarakat.
Capaian Indikator Rasio Elektrifikasi Provinsi Sumatera
Selatan di tahun 2017 terhadap Target Rasio Elektrifikasi
Nasional (sebesar 93% di Tahun 2017), baru tercapai
sebesar 94,2%.
Peningkatan rasio elektrifikasi terkoreksi positif terhadap naiknya nilai royalti
(Penerimaan Negara tiap Tahun). Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya tidak
dilakukan karena metodenya tidak tahu dan belum pernah dilakukan seperti tahun
sebelumnya untuk LKjIP.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 68
Grafik 11.60 Perbandingan Persentase desa
dengan akses listrik tahun 2013-2017
Grafik 11.59 Persentase desa dengan
akses listrik tahun 2017
Grafik 11.61 Perbandingan Persentase desa dengan
akses listrik Realisasi tahun 2017 dan Target 2018
11.1.3. Persentase Desa dengan Akses Listrik
Pada tahun 2017 Provinsi Sumatera Selatan
memiliki total desa yang dialiri listrik oleh PLN dan
non PLN sebanyak 3.143 desa (2.954 desa yang
sudah dialiri listrik PLN dan 189 desa yang dialiri
listrik non PLN) dari 3.236 total desa di
Kabupaten/Kota sehingga tinggal 93 desa yang
belum mendapatkan akses listrik.
Persentase Desa dengan Akses Listrik di
Sumatera Selatan terealisasi menjadi 97,13%
atau 102,35% dari target yang ditetapkan dalam
Penetapan Kinerja pada tahun 2017.
Persentase Desa dengan Akses Listrik
meningkat sebesar 2,67% dibandingkan tahun
2016, yaitu dari 94,60% menjadi 97,13% di tahun
2017. Hal ini dapat dilihat dari gambar, dimana tren positif yang dihasilkan menjelaskan
bahwa selama kurun waktu 2013-2017 terjadi peningkatan persentase desa dengan akses
listrik sebanyak 1 kali.
Persentase desa dengan akses listrik di Provinsi
Sumatera Selatan yang diprediksi sebesar 95,78% di
akhir Tahun 2018 sudah terealisasi sebesar 101,41%
sampai dengan tahun 2017. Peningkatan Rasio Desa
Berlistrik tersebut dapat tercapai melalui Program
Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru untuk
Kebutuhan Listrik bagi Masyarakat.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 69
Grafik 11.62 Perbandingan Standar Nasional
Persentase desa dengan akses listrik
Capaian Indikator Persentase Desa dengan akses
listrik Provinsi Sumatera Selatan di tahun 2017 terhadap
Target Rasio Desa Berlistrik Nasional (sebesar 99% di
Tahun 2017), baru tercapai sebesar 98,11%.
Peningkatan persentase desa dengan akses listrik terkoreksi positif terhadap
naiknya nilai royalti (Penerimaan Negara tiap Tahun). Analisis atas efisiensi penggunaan
sumber daya tidak dilakukan karena metodenya tidak tahu dan belum pernah dilakukan
seperti tahun sebelumnya untuk LKjIP.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 70
Untuk mewujudkan tujuan lima belas dari misi pertama telah ditetapkan 1 (satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator Infrastruktur Permukiman di Perkotaan dan Perdesaan Secara Optimal
dipengaruhi berbagai faktor diantaranya penerbitan SK Kawasan kumuh dan Penetapan
Kawasan Agropolitan yang di tanda tangani oleh Walikota/Bupati dari setiap
Kota/Kabupaten. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian
sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Jumlah Kawasan Kumuh Yang Tertangani
Kawasan 3 3 100
Capaian indikator kinerja dari sasaran tertangani infrastruktur permukiman di
perkotaan dan perdesaan secara optimal adalah sebagai berikut :
12.1.1. Jumlah Kawasan Kumuh yang Tertangani
Usaha meningkatkan kawasan layak huni dapat
dilakukan dengan penyediaan infrastruktur salah satunya
adalah penyediaan infrastruktur prasarana dasar di
kawasan agropolitan maupun di kawasan kumuh. Dalam
penurunan kawasan permukiman kumuh, Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan melakukan usaha-usaha
dalam pengentasan atau menurunkan kawasan
pemukiman kumuh salah satunya adalah dengan
pembangunan prasarana dasar bagi kawasan kumuh di
Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten
Ogan Komering Ilir. Penataan infrastruktur kawasan
kumuh di wilayah Kota Palembang di lakukan sebanyak 1 (satu) kawasan sedang
penataan infrastruktur kawasan kumuh Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan
TUJUAN 12 DARI
MISI PERTAMA
Meningkatkan Pembinaan, Pengaturan dan Pengawasan serta Pelaksanaan
Pembangunan Perumahan dan Permukiman
12.1
Tertangani Infrastruktur Permukiman di Perkotaan dan Perdesaan Secara Optimal
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 71
Grafik 12.63 Jumlah Kawasan Kumuh yang Tertangani Tahun 2016 dan 2017
Komering Ilir masing – masing di lakukan di dua kecamatan. Persentase penanganan
kawasan kumuh memiliki target 3 (tiga) kawasan dan terealisasi sebanyak 3 (tiga)
kawasan.
Persentase penurunan kawasan pemukiman kumuh pada tahun 2017 terealisasi
sesuai target yang ditetapkan yaitu 3 (tiga) kawasan. Program penataan kawasan tersebut
meliputi :
- Pembangunan infrastruktur Kawasan Kumuh Kota Palembang.
- Peningkatan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kecamatan Pangkalan Balai dan Kenten
Laut Kabupaten Banyuasin.
- Peningkatan infrastruktur kawasan kumuh Kecamatan Tulung Selapan dan Tugu
Mulyo Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Untuk lebih jelasnya perbandingan penanganan penurunan permukiman kumuh
tahun 2017 dan tahun 2016 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
2016 2017
Target
Realisasi
Perbandingan realisasi terhadap target kawasan kumuh yang tertangani pada tahun
2016 sebanyak 3 (tiga) kawasan dan terealisasi sebanyak 3 (tiga) kawasan dengan
capaian sebesar 100%, artinya pada tahun 2016 telah memenuhi target yang telah
ditetapkan begitu juga dengan tahun 2017 target sebanyak 3 (tiga) kawasan dan terealisasi
sebanyak 3 (tiga) kawasan dengan capaian sebesar 100%.
Perbandingan realisasi
terhadap target kawasan
kumuh untuk skala nasional
pada tahun 2015 terelisasi
sebanyak 3.140 Ha, tahun 2016
realisasi sebanyak 2,462 Ha
sedangkan target pada tahun
2017 1.161 ha terealisasi Capaian 12.64 Target Penanganan Kawasan Kumuh Tahun 2015 - 2017
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 72
Grafik 12.66 Perbandingan Jumlah Kawasan Kumuh yang
Tertangani Tahun 2013 s.d Tahun 2018
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2013 2014 2015 2016 2017 2018
3 3 3 3 3 3
2 2 2
3 3 3
Jumlah Kawasan Kumuh Yang Tertangani
Target
Realisasi
024
68
10
1214
16
tahun 2017 tahun 2018
target
realisasi
Grafik 12.67 Perbandingan Jumlah Kawasan Kumuh yang Tertangani Sampai
Dengan Tahun 2017 terhadap Target Tahun 2018
Capaian 12.65 Target Penanganan Kawasan Kumuh 2015 – 2019 Satker PKP SumSel
sebanyak 5.961,77 Ha. Total capaian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 adalah
583,06 Ha.
Perbandingan
realisasi terhadap
target kawasan kumuh
pada Kementerian
Pekerjaan Umum
Ditjen Cipta Kaya
Satker PLP SumSel
dari tahun 2015 – 2019
terealisasi sebanyak
583,06 ha sampai
denga tahun 2017 total
penangan kawasan
kumuh sebesar 238,24 Ha jika di hitung
secara persentase pada tahun 2015
5,80 % tahun 2016 5,90 % tahun 2017 8,08 %.
Pada tahun 2013 Kawasan
kumuh yang ditangani di bawah target
capaian yaitu 2 (dua) kawasan dari
target 3 (tiga) kawasan. Begitu juga
pada tahun 2014 target capaian 3
(tiga) kawasan tidak terealisasi. Hal
tersebut dikarenakan pada tahun 2014
dan 2015 banyaknya lokasi kegiatan yang
yang tidak dapat memenuhi readiness
criteria. Namun pada tahun 2016 realisasi capaian permukiman kumuh memenuhi target
yaitu 3 (tiga) kawasan.
Target penanganan kawasan kumuh
pada tahun 2018 sebanyak 15 kawasan,
sampai tahun 2017 sudah 10
(sepuluh) kawasan kumuh
yang telah tertangani
diantaranya:
1. Pembangunan Kawasan
Infrastruktur Kawasan Kumuh Kabupaten Muara Enim;
2. Pembangunan Kawasan Permukiman Tradisional Kecamatan Semidang Aji Kab. OKU;
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 73
3. Penataan Kawasan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kota Lubuk Linggau;
4. Penataan Kawasan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kota Palembang;
5. Penataan Kawasan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kabupaten Muara Enim;
6. Penataan Kawasan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kabupaten OKU;
7. Penataan Kawasan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kota Pagar Alam.
8. Pembangunan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kota Palembang.
9. Peningkatan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kabupaten Banyuasin.
10. Peningkatan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kabupaten OKI.
Sehingga persentase penanganan pemukiman kumuh sampai saat ini sudah
mencapai 66,67% kawasan kumuh yang telah tertangani.
Permukiman kumuh khususnya pada kawasan perkotaan merupakan hal yang
sering ditemui, dimana dalam menanggulangi kawasan permukiman kumuh harus
dilakukan secara komprehensive atau menyeluruh. Dimana penanganan permukiman
kumuh ini tidak bisa dilakukan secara instan dan dilihat dari satu sudut pandang saja dan
usaha yang dilakukan dalam rangka penurunan kawasan kumuh ini dapat dilakukan
dengan penataan kawasan dan pembangunan baru kawasan, revitalisasi dan
pembangunan Rusunawa maupun Rusunami. Dalam usaha penurunan kawasan
permukiman kumuh, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, melakukan usaha-usaha
dalam pengentasan atau menurunkan kawasan pemukiman kumuh salah satunya adalah
dengan pembangunan prasarana dasar bagi kawasan kumuh di kawasan Kota Palembang,
penataan kawasan kumuh di wilayah Kota Palembang dan Penyediaan prasarana dasar di
kawasan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di berbagai Kabupaten/Kota di
wilayah Sumatera Selatan.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 74
Grafik 13.68 Target dan Realisasi PPH Tk. KetersediaanTahun 2017
Untuk mewujudkan tujuan delapan belas dari misi pertama telah ditetapkan 3 (Tiga)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 3 (Tiga)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Capaian indikator kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan
sebesar 77,5 dari target yaitu sebesar 81,0. Masih rendahnya skor PPH Tingkat
Ketersediaan disebabkan ketersediaan kelompok pangan buah biji berminyak, kacang-
kacangan, sayur dan buah masih dibawah skor maksimal/skor yang diharapkan,
sedangkan dari kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan
lemak serta gula sudah melebihi dari skor maksimal. Indikator kinerja yang digunakan
dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya adalah
sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan
Skor 81,0 77,5 95,68
Capaian indikator kinerja dari sasaran memantapkan ketersediaan pangan
dengan pola pangan harapan adalah sebagai berikut :
13.1.1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan
Ketersediaan pangan untuk
dikonsumsi penduduk Sumatera Selatan
digambarkan melalui Analisa Neraca
Bahan Makanan (NBM), sedangkan
penilaian terhadap mutu gizi pangan yang
tersedia untuk dikonsumsi penduduk
digambarkan melalui skor Pola Pangan
Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan
yang telah direkomendasikan oleh
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2012 berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG), untuk energi 2.400 Kkal/Kap/Hari dan protein 63 Gram/Kap/Hari.
TUJUAN 13 DARI
MISI PERTAMA
Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Daerah
13.1
Memantapkan Ketersediaan Pangan
dengan Pola Pangan Harapan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 75
Hasil analisis Pola Pangan Harapan (PPH) tingkat Ketersediaan Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2017 berdasarkan Angka Sementara (ASEM) menunjukkan
bahwa ketersediaan untuk dikonsumsi sebesar 2.173 Kkal/Kap/Hari masih dibawah
standar Nasional sebesar 2.400 Kkal/Kap/Hari, sedangkan realisasi skor PPH tingkat
ketersediaan sebesar 77,5 dari target yaitu sebesar 81,0. Masih rendahnya skor PPH
Tingkat Ketersediaan disebabkan kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, buah
biji berminyak, serta sayur dan buah masih dibawah skor maksimal/skor yang diharapkan,
sedangkan dari kelompok pangan padi-padian, minyak dan lemak, kacang-kacangan serta
gula sudah melebihi dari skor maksimal.
Dari sisi Angka Kecukupan Energi (AKE) tingkat ketersediaan pangan di Provinsi
Sumatera Selatan telah memenuhi standar skor maksimal angka tersebut walaupun masih
ada beberapa kelompok pangan yang masih kurang seperti pada kelompok umbi-umbian,
pangan hewani, buah/biji berminyak serta sayur dan buah. Pencapaian skor PPH
ketersediaan Tahun 2017 masih rendah yaitu 77,5 jika dibandingkan dengan skor PPH
Maksimum sebesar 100 sehingga perlu ditingkatkan lagi agar tercapai skor PPH ideal
(mendekati maksimum). Secara rinci skor Pola Pangan Harapan (PPH) tingkat
ketersediaan Tahun 2017 dapat dilihat pada table di bawah ini. berdasarkan Angka
Sementara (Asem) masih rendah yaitu 77,5 jika dibandingkan dengan target sebesar 81,0.
Secara rinci skor Pola Pangan Harapan tingkat Ketersediaan Tahun 2017 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 13.10 Skor Pola Pangan Harapan Tingkat Ketersediaan Tahun 2017
No Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori %
AKE*) Bobot
Skor
Riil
Skor
PPH
Skor
Maks Ket.
1 Padi-padian 1.292 53,8 0,5 29,7 25,0 25,0 (+)
2 Umbi-umbian 25 1,0 0,5 0,6 0,5 2,5 (-)
3 Pangan Hewani 177 7,4 0,5 16,3 14,8 24,0 (-)
4 Minyak dan Lemak 324 13,5 0,5 7,5 5,0 5,0 (+)
5 Buah/Biji Berminyak 4 0,2 2,0 0,1 0,1 1,0 (-)
6 Kacang-Kacangan 129 5,4 5,0 11,9 10,0 10,0 (+)
7 Gula 126 5,3 2,0 2,9 2,5 2,5 (+)
8 Sayur dan Buah 94 3,9 1,0 21,7 19,6 30,0 (-)
9 Lain-lain 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 (+)
Total 2.173 90,5
90,6 77,5 100,0
Keterangan *) Angka Kecukupan Energi (AKE) = 2.400 kkal/kap/hr
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 76
Grafik 13.69 Perbandingan PPH Tk. Ketersediaan Tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017
Grafik 13.70 Perbandingan PPH Tk. Ketersediaan Tahun 2014, 2015, 2016, 2017 dan Target Tahun 2018
Capaian Pola Pangan Harapan (PPH) tingkat Ketersediaan tahun 2017 Angka
Sementara (Asem) bila dibandingkan dengan Tahun 2016 mengalami penurunan, dimana
pada Tahun 2016 skor Pola Pangan Harapan (PPH) tingkat Ketersediaan sebesar 77,8 dan
pada Tahun 2017 sebesar 77,5. Hal ini lebih disebabkan karena dalam perhitungan Tahun
2017 masih menggunakan data Angka Sementara dan Angka Ramalan II sehingga
masih ada kemungkinan perubahan data sampai mendapatkan angka tetap.
Selain itu ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk Sumatera Selatan erat
kaitannya dengan Ketersediaan energi. Peningkatan
komoditas pangan tersebut menggambarkan
kemampuan produksi Sumatera Selatan dalam memenuhi ketersediaan pangan. Bila dilihat
dari kontribusi energi kelompok komoditas pangan terdapat penurunan kontribusi energi
beberapa komoditas pangan yaitu penurunan pada kelompok buah dan biji berminyak,
kacang-kacangan, gula serta sayur dan buah. Penurunan komoditas pangan tersebut
menggambarkan kemampuan produksi Sumatera Selatan dalam memenuhi ketersediaan
pangan tersebut masih kurang.
Bila dilihat realisasi Tahun 2017 dengan skor yaitu sebesar 77,5 dibandingkan
dengan target sasaran di tahun 2018
yaitu sebesar 82,0 maka perlu
upaya peningkatan Pola Pangan
Harapan tingkat ketersediaan
sebesar 5,81%. Upaya–upaya yang
perlu dilakukan yaitu meningka tkan
ketersediaan umbi-umbian, pangan
hewani, buah/biji berminyak, serta
sayur, dan buah melalui peningkatan
produksi (Dinas Pertanian, Perkebunan, Kelautan dan Perikanan), sedangkan Provinsi
Sumatera Selatan melakukan program/kegiatan yaitu: Analisa Neraca Bahan Makanan
(NBM) dan Analisa Pola Pangan Harapan Tingkat Ketersediaan serta analisa Pola Panen
Bulanan (PPB). ]
Capaian indikator kinerja Penurunan Rawan Pangan sebesar 0,33%, belum mencapai
13.2 Meningkatnya Penanganan
Rawan Pangan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 77
Grafik 13.71 target dan realisasi persentase penanganan kerawanan pangan Tahun 2017
target yang diharapkan. Target penanganan kerawanan pangan adalah sebesar 1% per
tahun sedangkan realisasi sebesar 0,33%. Hal ini disebabkan Kegiatan Penanganan
Daerah Rawan Pangan dan Pengembangan Desa Mandiri Pangan, merupakan kegiatan
yang difokuskan dalam rangka penurunan kemiskinan minimal 1% per tahun. Kegiatan
hanya sebatas pembinaan dan (investigasi) ke masyarakat rawan pangan di 6
Kabupaten/Kota. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian
sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Penurunan Rawan Pangan 1% per Tahun
% per Tahun
1 0,33 33
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya penanganan rawan pangan
adalah sebagai berikut :
13.2.1. Penurunan Rawan Pangan 1% per Tahun
Penanganan daerah rawan pangan pada saat ini belum sesuai target yang
diharapkan, hal ini ditandai dengan masih banyaknya kejadian rawan pangan diberbagai
daerah yang bersifat kronis dan transien. Dalam rangka penanganan rawan pangan telah
dilaksanakan 2 (dua) kegiatan pokok yaitu; 1) Penanganan rawan pangan transien (rawan
pangan yang disebabkan bencana alam yang sifatnya mendadak dan sementara), dan 2)
Penanganan rawan pangan kronis (rawan pangan yang berkepanjangan dalam periode
yang lama).
Dalam rangka menanggulangi terjadinya rawan pangan dan turut serta
berpartisipasi memberikan kontribusi dalam mendukung komitmen nasional (Indonesia)
untuk mencapai tujuan pembangunan milinium (MDG’s) antara lain menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan 1% per tahun Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui
Badan Ketahanan Pangan, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung tercapainya
tujuan dimaksud.
Untuk Tahun 2017 kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan dimaksud
melalui kegiatan Pengembangan Desa Mandiri Pangan. Kegiatan Pengembangan Desa
Mandiri Pangan berupa pembinaan, pelatihan serta pemberian bantuan secara langsung
kepada masyarakat rawan pangan (intervesi) di 6 Kabupaten/Kota (Muara Enim,
Banyuasin, MUBA, Musi Rawas, OKI dan Palembang).
Bantuan kepada masyarakat berupa bantuan ternak itik, ikan dan kambing
untuk membantu menanggulangi kerawanan pangan di 6 Kabupaten/Kota.
Realisasi Kinerja penanganan rawan
pangan sebesar 0,3%, belum mencapai target
yang diharapkan. Target penanganan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 78
Grafik 13.72 Perbandingan Capaian Persentase Penanganan Rawan Pangan Tahun 2015, 2016 dan Tahun 2017
kerawanan pangan adalah sebesar 1% per tahun sedangkan realisasi sebesar 0,33%. Hal
ini disebabkan Kegiatan Pengembangan Desa Mandiri Pangan, merupakan salah satu
kegiatan yang difokuskan ketahanan pangan dalam rangka penurunan kemiskinan minimal
1% per tahun, dan untuk mencapai taget harus didukung oleh Perangkat Daerah yang
terkait untuk mengentaskan kerawanan pangan belum bisa memenuhi target rawan
pangan 1%/tahun. Pada Tahun 2017 ini bantuan secara langsung kepada masyarakat
rawan pangan melalui kegiatan Desa Mandiri Pangan berupa pemberian bantuan ternak
itik, ikan, dan kambing yang diberikan di 6 Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Selatan,
yaitu Muara Enim, Banyuasin, MUBA, Musi Rawas, OKI dan Palembang. Kabupaten
Muara Enim mendapatkan bantuan Itik beserta pakan sebanyak 325 ekor/desa, dan bibit
ikan beserta pakan sebanyak 4000 ekor/desa di 5 desa. Kabupaten Banyuasin
mendapatkan bantuan itik beserta pakan sebanyak 325 ekor/desa di 5 desa. Kabupaten
MUBA mendapatkan bantuan itik beserta pakan sebanyak 325 ekor/desa di 5 desa.
Kabupaten Musi Rawas mendapatkan bantuan kambing sebanyak 65 ekor/desa di 5 desa.
Kabupaten OKI mendapatkan bantuan Itik dan pakan sebanyak 325 ekor/desa di 2 desa
dan bantuan kambing sebanyak 65 ekor/desa di 3 desa. Kota Palembang mendapatkan 65
kambing/kelurahan di 5 kelurahan.
Bila dilihat persentase capaian
penanganan rawan pangan tahun 2017
dibanding tahun 2016 terjadi peningkatan
persentase capaian penanganan rawan pangan,
dimana pada tahun 2016 angka capaian
sebesar 0,05% sedangkan di Tahun 2017
sebesar 0,33%. Terjadinya peningkatan
persentase capaian penanganan rawan pangan
di Tahun 2017 disebabkan adanya bantuan langsung yang diberikan pemerintah melalui
kegiatan Pengembangan Desa Mandiri Pangan. Capaian presentase penanganan
Kerawanan Pangan tahun 2017 belum sesuai target 1% karena penanganan terhadap
masyarakat rawan pangan menyentuh masyarakat miskin belum optimal.
Untuk
mencapai target 1% di
Tahun 2018 upaya
kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 79
Grafik 13.73 Perbandingan Capaian Persentase Penanganan
Rawan Pangan Tahun 2014, 2015, 2016, 2017 dan Target Tahun 2018
a) Pencegahan kerawanan
pangan untuk menghindari terjadinya
rawan pangan disuatu wilayah sedini mungkin, dilakukan dengan mengadakan analisis
terhadap situasi pangan dan gizi di seluruh Kabupaten/Kota melalui Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG);
b) Penanggulangan kerawanan pangan pada daerah yang rawan kronis melalui
pemberdayaan masyarakat dengan Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan dan
Kegiatan Pengembangan Desa Mandiri Pangan sehingga rawan pangan di wilayah
tersebut dapat tertangani;
c) Penanggulangan daerah rawan pangan transien melalui bantuan sosial pemberian
bantuan bahan pangan terhadap masyarakat dan keluarga yang membutuhkan.
Capaian indikator kinerja dari sasaran memantapkan Terlaksananya sistem
distribusi yang efisien, efektif dan stabilitas harga pangan pokok strategis telah tercapai
100 % sudah sesuai target yang diharapkan. Target Pemantauan dan Evaluasi Harga
pangan strategis untuk Tahun 2017 sebesar 11 komoditi di 17 Kabupaten/Kota sudah
terealisasi. Berdasarkan hasil pemantauan di 17 Kabupaten/Kota harga rata-rata Gabah
Kering Panen (GKP) per Kg di tingkat produsen Rp. 4.150,- jika dibandingkan dengan
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk GKP sebesar Rp. 3.700. Hal ini menunjukkan
bahwa harga Gabah Kering Panen Tahun 2017 diatas harga yang ditetapkan pemerintah.
Capaian indikator kinerja dari sasaran memantapkan terlaksananya sistem distribusi yang
efisien, efektif dan stabilitas harga pangan pokok strategis adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
Rp/Kg
≥Harga Pembelian Pemerintah
(HPP)
≥Harga Pembelian Pemerintah
(HPP)
100
Capaian indikator kinerja dari sasaran memantapkan terlaksananya sistem
distribusi yang efisien, efektif dan stabilitas harga pangan pokok strategis adalah sebagai
berikut :
13.3.1. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen Lebih Kecil atau
Sama Dengan Harga Pokok Pemerintah (HPP)
Komoditas padi mempunyai karakteristik yang khas, yaitu ditanam serentak pada
13.3 Terlaksananya Sistem Distribusi yang Efisien,
Efektif dan Stabilitas Harga Pangan Pokok
Strategis
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 80
waktu tertentu, sehingga pada masa panen terjadi kelebihan pasokan namun pada masa
paceklik terjadi kelangkaan pasokan. Dalam rangka menjaga pasokan dan stabilisasi harga
beras, melindungi tingkat pendapatan petani, pengamanan cadangan beras pemerintah,
dan penyaluran beras untuk keperluan masyarakat, maka Pemerintah telah menetapkan
INPRES tentang Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk komoditi gabah dan beras.
Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk komoditi gabah/beras
dalam upaya mengendalikan stabilitas harga beras cukup efektif. Selisih HPP terhadap
harga gabah/beras aktual pasar pada musim raya relatif kecil sehingga Perum Bulog dapat
melalukan pengadaan gabah/beras. Selain mempertimbangkan pengadaan beras dalam
negeri oleh Perum Bulog, penetapan HPP juga telah memperhitungkan insentif harga
kepada Petani. Penetapan HPP secara bertahap disempurnakan, guna disesuaikan
dengan perkembangan situasi perekonomian nasional dan internasional, perkembangan
harga beras di tingkat nasional dan internasional, upaya untuk meningkatkan pendapatan
petani dan upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Kebijakan perberasan
dinilai cukup efektif dalam mengendalikan stabilitas harga ditingkat petani.
Permasalahan yang dihadapi petani padi dari waktu ke waktu nyaris sama yaitu
anjloknya harga gabah/beras saat panen raya dan mahalnya harga diluar panen raya. Hal
inilah yang menyebabkan petani merugi dan saat terjadi kenaikan harga beras dipasaran
menjadi permasalahan tersendiri untuk konsumen.
Dalam rangka stabilitasi ekonomi, melindungi pendapatan petani, menstabilkan
harga beras dan mengamankan cadangan beras pemerintah, pemerintah menetapkan
Inpres No.5 Tahun 2015 yang dikeluarkan per 17 Maret 2015. Inpres tersebut mengatur
kebijakan pengadaan gabah/beras serta penyalurannya oleh pemerintah. Inpres tersebut
menjadi payung hukum bagi Bulog untuk menyerap gabah/beras disaat harga gabah/beras
anjlok ditingkat petani. Pelaksanaan kebijakan dilakukan dengan menetapkan Harga
Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah sesuai dengan kadar airnya, kadar hampa
(gabah), butir patah, kadar menir serta derajat sosoh. Untuk Harga Pembelian Pemerintah
(HPP) gabah Tahun 2017 tidak mengalami perubahan sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun
2015. Untuk penetapan HPP Gabah dan Beras ditetapkan 3 (tiga) tahun sekali sesuai
pada tabel dibawah ini.
Tabel 13.11 Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Komoditi Gabah
Tahun 2005 – Tahun 2018
No.
Kebijakan Perberasan
Harga HPP (produsen) (RpKg)
Masa Berlaku
1. Inpres 02/2005 1.330 Maret-Desember 2005
2. Inpres 13/2005 1.730 Jan 2006-Maret 2007
3. Inpres 03/2007 2.000 April 2007-Maret 2008
4. Inpres 01/2008 2.240 April 2008-Des 2008
5. Inpres 08/2008 2.400 Jan-Des 2009
6. Inpres 07/2009 2.640 Jan 2010-Feb 2012
7. Inpres 03/2012 3.300 April 2012-Feb 2015
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 81
Grafik 13.74 target dan realisasi harga Gabah Kering Panen Tk. ProdusenTahun 2017
8. Inpres 05/2015 3.700 Maret 2015 s.d.2018
Sumber : BKP Kementerian RI
Berdasarkan hasil pemantauan di 16
Kabupaten/Kota harga rata-rata Gabah Kering
Panen (GKP) per Kg di tingkat produsen Rp.
4.150, jika dibandingkan dengan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) untuk GKP sebesar Rp. 3.700.
Hal ini menunjukkan bahwa harga Gabah Kering
Panen Tahun 2017 diatas harga yang ditetapkan
pemerintah (GKP > HPP) yaitu sebesar 12,16%,
ini berarti capaian melebihi dari target yang telah
ditetapkan.
Jika dibandingkan dengan target untuk harga Gabah Kering Panen Tahun 2018 tetap akan
diberlakukan Harga HPP ≤ Harga GKP ditingkat petani, sehingga harga gabah/beras tidak
menjadi gejolak sosial.
Untuk mewujudkan tujuan sembilan belas dari misi pertama telah ditetapkan 1 (Satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (Satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
TUJUAN 14 DARI
MISI PERTAMA
Meningkatnya Kualitas Kinerja Pelayanan Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintahan, Administrasi, Organisasi dan Tatalaksana yang
Profesional
14.1 Meningkatnya Kualitas Pelayanan Adminitrasi
di Bidang Pemerintahan dan Pembangunan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 82
Grafik 14.75 Target dan Realisasi Tahun 2017
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
Nilai Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Nilai 65,51 81,28 124,07
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya kualitas pelayanan
administrasi di bidang pemerintahan dan pembangunan adalah sebagai berikut :
14.1.1. Nilai Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2017 telah menargetkan nilai indeks kinerja
Perangkat Daerah/Unit pelayanan
publik melalui Survei Kepuasan
Masyarakat (SKM) dengan nilai
rata-rata “Baik“ (62,51 – 81.25), untuk itu
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah
melaksanakan Survei Kepuasan Masyarakat tahun 2017
dengan mendapatkan nilai rata-rata “Baik“ (81,28). Berdasarkan nilai hasil survei dimaksud
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah melebihi angka minimal untuk nilai rata-rata
“Baik” yaitu 62,51 dimana nilai rata-rata yang diperoleh 81,28.
Survei Kepuasan Masyarakat dimaksud dilakukan dengan sampel 27 (dua puluh
tujuh) Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yaitu :
No. Instansi No. Instansi
1. DInas Kesehatan 16. Dinas Perkebunan
2. Dinas Sosial 17. Dinas Perpustakaan
3. Dinas Perdagangan 18. Badan Penghubung
4. Dinas Pemuda dan Olahraga 19. Badan Kepegawaian Daerah
5. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air 20. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
6. Dinas Perindustrian 21. Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Daerah
7. Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
22. Badan Penanggulang Bencana Daerah
8. Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
23. Inspektorat Daerah
9. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga 24. Satuan Polisi Pamong Praja
10. Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan
25. Sekretariat Daerah DPRD
0
20
40
60
80
100
Target Realisasi
Target Tahun 2017
Realisasi Tahun 2017
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 83
Grafik 14.76 Realisasi Tahun 2016 dan Realisasi Tahun 2017
Grafik 14.77 Realisasi Tahun 2017 dan Realisasi Tahun 2018
11. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Holtikultura
26. Rs. Ernaldi Bahar
12. Dinas Koperasi dan UKM 27. Badan Pendapatan Daerah
13. Dinas Pendidikan
14. Dinas Linkungan Hidup
15. Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak
Realisasi Hasil Survei Kepuasan Masyarakat dilingkungan Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2017 yaitu nilai rata-rata
Baik (81,28) mengalami kenaikan dibandingkan nilai
hasil survei tahun 2016 yaitu
Baik (78,21), untuk itu guna
meningkatkan realisasi hasil Survei Kepuasan
Masyarakat Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
aktif melakukan Sosialisasi serta
Rapat Monitoring pelaksanaan SKM di Perangkat Daerah/Unit pelayanan publik serta
bagaimana tindaklanjut dari setiap unsur yang terendah.
Berdasarkan realisasi hasil Survei SKM Tahun
2017 Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
masih menargetkan nilai rata-rata
“Baik“ (62,51 – 81.25) pada target nilai
SKM tahun 2018, dengan harapan nilai indeks
kinerja Perangkat Daerah/Unit pelayanan publik mencapai nilai
tertinggi yaitu Baik dengan nilai 81,25.
Untuk mewujudkan tujuan sembilan belas dari misi pertama telah ditetapkan 1 (Satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (Satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
TUJUAN 15 DARI MISI PERTAMA
Menciptakan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah yang Baik dan Profesional
15.1 Tercapainya Tertib Adminitrasi
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
76
77
78
79
80
81
82
2016 2017
Realisasi Tahun 2016
Realisasasi Tahun 2017
81,23
81,24
81,25
81,26
81,27
81,28
2017 2018
Realisasi Tahun 2017
Target 2018
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 84
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Opini Laporan Keuangan Daerah Opini WTP WTP 100
Capaian indikator kinerja dari sasaran tercapainya tertib administrasi pengelolaan
keuangan dan aset daerah adalah sebagai berikut :
15.1.1. Opini Laporan Keuangan Daerah
Untuk opini Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun
Anggaran 2017 ditargetkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan realisasinya adalah
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Dapat disimpulkan capaian kinerja untuk Indikator Opini
Laporan Keuangan Daerah adalah “sangat berhasil”.
Dari Tahun 2014 s.d 2016 penilaian terhadap laporan keuangan Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan masih dalam posisi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) per
tahunnya, sedang pada Tahun 2017 belum ada nilai hasil audit dari BPK.
Di Tahun Anggaran 2017 Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan berusaha untuk
mempertahankan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dengan cara:
1. Menindaklanjuti temuan BPK.
2. Memperkuat sistem pengendalian dalam pengelolaan keuangan.
3. Penyajian Laporan Keuangan Provinsi Sumatera Selatan sudah sesuai Standar
Akuntasi Pemerintah.
4. Ketepatan waktu penyampaian Laporan Keuangan.
5. Peningkatan kapasitas SDM pengelolaan keuangan dengan cara mengikutsertakan
dalam pelatihan, worksop dan sosialisasi.
6. Pembentukan Tim Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan dengan Surat Keputusan
Gubernur.
7. Dilaksanakan reviu terhadap Laporan Keuangan oleh Inspektorat Provinsi yang di
dampingi Tim BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan.
Dengan melakukan usaha-usaha diatas, maka dalam laporan hasil pemeriksaan
atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran 2017
yang dikeluarkan oleh BPK-RI dituliskan sebagai berikut:
Menurut opini BPK, Laporan Keuangan yang disebut diatas, menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, dan Realisasi Anggaran, Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Operasional, Arus Kas, serta Perubahan Ekuitas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 85
Grafik 14.78 Perbandingan Tahun 2014 s.d 2016
Sedangkan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran
2017 sampai dengan bulan Januari 2018 Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Sumatera Selatan masih menunggu penyampaian Laporan Keuangan Tahun
2017 dari masing-masing Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan.
Perbandingan capaian indikator kinerja opini laporan keuangan daerah dari Tahun
2014 s.d 2016 bisa dilohat dari grafik dibawah ini :
1. Tidak ada Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2017 dengan Standar Nasional
hanya mengacu pada Permendagri 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Permendagri Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP
2. Dengan sumber daya dana terealisasi 90% dan dan target opini laporan keuangan
100% maka terdapat efisiensi anggaran.
Untuk mewujudkan tujuan dua puluh satu dari misi pertama telah ditetapkan 1 (Satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (Satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
TUJUAN 16 DARI
MISI PERTAMA
Terwujudnya Pemerintah Provinsi
Sumsel Bebas dari Korupsi
16.1 Meningkatnya Kinerja di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 86
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Persentase SKPD dengan Nilai Akuntabilitas B
% 80 95,00 118,73
2. Nilai Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Poin 3,4 2,6885 79,07
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya kinerja di lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
16.1.1. Persentase SKPD dengan Nilai Akuntabilitas B
Persentase Perangkat Daerah dengan
nilai akuntabilitas kategori B Tahun 2017
ditargetkan 80% dan terealisasi sebesar
95%, pencapaian tersebut karena dari 40
Perangkat Daerah yang dinilai/evaluasi
terdapat sebanyak 38 Perangkat Daerah
yang memperoleh kriteria nilai B (Baik)
sampai dengan kriteria A (Memuaskan)
atau sebesar 95%.
Untuk mencapai indikator kinerja tersebut kegiatan yang dilaksanakan adalah
Evaluasi Kinerja Dinas/Instansi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan
Kabupaten/Kota. Evaluasi kinerja tersebut dilakukan untuk melihat dan menilai kinerja pada
Perangkat Daerah (PD) dengan pendekatan komprehensif atas kinerjanya yang disusun
dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan satu
kesatuan yang meliputi perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja,
evaluasi kinerja dan pencapaian sasaran/kinerja organisasi yang merupakan penjabaran
tugas pokok dan fungsi Perangkat Daerah (PD). Evaluasi SAKIP juga melaksanakan
penilaian atas indikator kinerja pada PD, apakah telah selaras dengan indikator kinerja
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan memberikan rekomendasi sebagai bahan
evaluasi untuk pencapaian target yang telah ditetapkan.
Grafik 16.79 Persentase SKPD dengan status
Laporan Kinerja Baik Tahun 2017
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Target Realisasi
80%
95%
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 87
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
60%
70% 70%75%
80%
62,61%
97,56%92,68% 95%
Target
Realisasi
Hasil rekomendasi dari Evaluasi Kinerja Dinas/Instansi di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan tersebut nantinya akan ditindaklanjuti oleh PD sebagai bahan
perbaikan dokumen SAKIP dan perbaikan kinerja.
Pencapaian indikator kinerja Persentase PD dengan nilai akuntabilitas kategori B Tahun
2017 tersebut melampaui dari target yang telah ditetapkan.
Pada Tahun 2017 Capaian Kinerja
sebesar 95% apabila dibandingkan Tahun
2016 sebesar 92,68% terjadi peningkatan
sebesar 2,32%.
Capaian kinerja persentase PD dengan nilai akuntabilitas kategori B dari tahun 2013 s.d
2014 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2016 mengalami penurunan nilai dari
tahun 2015 dikarenakan terdapat penurunan nilai dari beberapa PD yang dinilai, dan tahun
2017 mengalami peningkatan kembali.
Indikator kinerja Persentase PD dengan
nilai akuntabilitas kategori B pada akhir
periode RPJMD Tahun 2018 ditargetkan
sebesar 85%. Apabila dibandingkan
dengan capaian kinerja pada Tahun
Grafik16.80 Persentase SKPD dengan Status Laporan Kinerja
Baik Tahun 2017 dibandingkan dengan capaian Tahun 2016
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Capaian Tahun 2016
Realisasi Tahun 2017
92,68%100%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Realisasi Tahun 2017
Target 2018
100%85%
Grafik 16.81 Persentase SKPD dengan Status Laporan Kinerja Baik Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017
59, 46%
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 88
2017 sebesar 100% telah
melampaui target yang telah
ditetapkan.
Upaya yang telah dilaksanakan guna meningkatkan capaian indikator kinerja tersebut :
a. Melakukan Asistensi penyusunan dokumen SAKIP dengan narasumber dari
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia.
b. Melakukan evaluasi terhadap Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) pada Perangkat Daerah (PD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan.
c. Melakukan bimbingan teknis Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) kepada Tim Satuan Tugas Evaluasi SAKIP di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan dengan narasumber berasal dari Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
d. Melakukan reviu secara berkala terhadap Renstra PD agar selaras dengan Indikator
Kinerja Utama (IKU) Provinsi Sumatera Selatan dan RPJMD Provinsi Sumatera
Selatan.
e. Melakukan reviu terhadap Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
sebelum disampaikan kepada Menteri Penyagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi.
Program yang mendukung indikator di atas adalah Program Reformasi Birokrasi dan
Pencegahan Korupsi dengan Kegiatan Evaluasi Kinerja Dinas/Instansi di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten/Kota dengan alokasi anggaran
sebesar Rp 293.700.000,- dan realisasi anggaran sebesar Rp 268.483.000,- atau 91,41%.
Persentase PD dengan nilai akuntabilitas kategori B Tahun 2017 ditargetkan 80% dan
terealisasi sebesar 95%, dengan capaian kinerja sebesar 118,73%, sehingga penggunaan
sumber daya telah efisien.
16.1.2. Nilai Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah
Nilai Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Tahun 2017
ditargetkan sebesar 3,400 dan
Grafik 16.82 Persentase SKPD dengan status Laporan
Kinerja Baik Tahun 2017 dibandingkan dengan Target
Renstra Tahun 2013-2018
0
1
2
3
4
Target Realisasi
2,6885
3,400
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 89
terealisasi sebesar 2,6885 dengan capaian kinerja sebesar 79,07%.
Untuk mencapai indikator kinerja tersebut kegiatan yang dilaksanakan adalah
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EPPD), yang meliputi Pengukuran Kinerja
Mandiri (Self Assessment) terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan setiap tahunnya sebelum disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia dan evaluasi terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD) kabupaten/kota se Sumsel melalui kegiatan Evaluasi Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD).
Tujuan utama dilaksanakannya EKPPD, adalah untuk menilai kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan kinerja untuk
mendukung pencapaian tujuan penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan prinsip tata
kepemerintahan yang baik. EKPPD dilaksanakan dengan mengintegrasikan pengukuran
kinerja yang dilaksanakan oleh Tim Nasional EPPD dan Tim Daerah EPPD, serta
pengukuran kinerja mandiri oleh pemerintahan daerah (self assessment) yang
dilaksanakan oleh Tim Penilai. Penilaian dilakukan dengan menggunakan Indikator Kinerja
Kunci (IKK) untuk setiap pengukuran yang secara otomatis akan menghasilkan peringkat
kinerja daerah secara nasional yang dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan
pengembangan kapasitas pemerintahan daerah dalam rangka mendorong kompetisi antar
daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Hasil evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dimanfaatkan sebagai bahan
pertimbangan Presiden dalam menyusun rancangan kebijakan otonomi daerah berupa
pembentukan, penghapusan, dan penggabungan suatu daerah serta untuk menilai dan
menetapkan tingkat pencapaian standar kinerja yang telah ditetapkan untuk setiap urusan
pemerintahan yang dilaksanakan Pemerintahan Daerah.
Capaian peningkatan nilai Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
diperoleh dari perhitungan peringkat dan status kinerja penyelenggaran pemerintah daerah
yang setiap tahun dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri dan disampaikan pada saat
Hari Otonomi Daerah pada tanggal 25 April tahun berikutnya. Capaian indikator kinerja
untuk Tahun 2017 tersebut mempergunakan peringkat dan status kinerja Tahun 2015 yang
dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri Tahun 2016, dikarenakan untuk peringkat dan
status kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah Tahun 2016 baru akan dikeluarkan
Grafik 16.83 Persentase Peningkatan Nilai Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2017
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 90
dan disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri pada Hari Otonomi Daerah pada tanggal 25
April 2018. Untuk peringkat dan status kinerja 2015 sesuai Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 120-10421 Tahun 2016 tentang Penetapan Peringkat dan Status Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara Nasional Tahun 2015, bahwa Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan memperoleh peringkat 15 dengan skor 2,6885 dan status
Tinggi, dari skor tertinggi 4,0000 dengan status Sangat Tinggi.
Belum tercapainya status kinerja tersebut disebabkan :
a. Tidak tersedia/belum dibangunnya sumber data pendukung Indikator Kinerja Kunci
(IKK) atas Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang
disampaikan.
b. Pegawai/pejabat yang menangani penyusunan LPPD sering berganti-ganti akibat dari
dinamika mutasi pegawai yang cukup tinggi di lingkup pemerintah daerah di wilayah
Provinsi Sumatera Selatan.
Persentase peningkatan nilai Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Tahun 2017 terealisasi
sebesar 2,6885 (Peringkat 15 dari 33
Provinsi) apabila dibandingkan Tahun
2016 sebesar 2,6802 (Peringkat 9 dari
33 Provinsi) terjadi peningkatan
sebesar 0,0083.
Grafik 16.84 Persentase Peningkatan Nilai Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2017
dibandingkan dengan capaian Tahun 2016
0
1
2
3
4
Capaian Tahun 2016
Realisasi Tahun 2017
2,6802 2,6885
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
33,2 3,2 3,3 3,4
2,44562,2961
2,52982,6802 2,6885
Target
Realisasi
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 91
Capaian kinerja untuk Nilai Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dari
Tahun 2013 s.d 2017 mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 2,5280.
Indikator Nilai Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah pada akhir priode
RPJMD Tahun 2018 ditargetkan sebesar 3,5.
Apabila dibandingkan dengan capaian kinerja
pada Tahun 2017 sebesar 2,6885 masih
terdapat target yang harus dicapai
sebesar 0,3115.
Upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan capaian indikator kinerja tersebut :
a. Melakukan Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD) pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Sumsel.
b. Melakukan Asistensi/Pendampingan Penyusunan Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (LPPD) dengan narasumber BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera
Selatan dan Inspektorat Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
c. Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan Self Assesment (Pengukuran Kinerja
Mandiri) terhadap LPPD Provinsi/Kabupaten/Kota sebelum disampaikan kepada
Gubernur Sumatera Selatan dan Menteri Dalam Negeri.
d. Meminta kepada seluruh Perangkat Daerah (PD) di lingkungan Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/Kota se-Sumsel untuk membangun sumber data pendukung dan
meningkatkan capaian kinerja untuk setiap Indikator Kinerja Kunci (IKK) Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
f. Meningkatkan koordinasi, pembinaan dan pengawasan dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah guna menghindari capaian kinerja yang sangat rendah.
Program yang mendukung indikator di atas adalah Program Peningkatan Sistem
Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH dengan Kegiatan
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan alokasi anggaran sebesar Rp
399.900.000,- dan realisasi anggaran sebesar Rp 390.580.100,- atau 97,67%. Nilai
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Tahun 2017 ditargetkan sebesar 3,400 dan
terealisasi sebesar 2,6885 dengan capaian kinerja sebesar 79,07% sehingga belum
maksimal dalam efisiensi penggunaan sumber daya.
Grafik 16.86 Persentase Peningkatan Nilai Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2017
dengan Target Renstra Tahun 2013-2018
0
1
2
3
4
Realisasi Tahun 2017 Target 2018
2,6885
3,5000
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 92
Untuk mewujudkan tujuan dua puluh lima dari misi kedua telah ditetapkan 3 (Tiga)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 3 (Tiga)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
TUJUAN 17 DARI
MISI KEDUA
Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat yang Setinggi-
Tingginya
17.1 Menurunnya Jumlah Kematian Neonatal
Bayi dan Balita
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 93
Grafik 17.87 Jumlah Kematian Bayi
Grafik 17.89 Jumlah Kematian Bayi Prov.Sumsel menurut Kabupaten/Kota
Grafik 17.88 Jumlah Kematian Bayi Tahun 2010 s.d 2017
Untuk mewujudkan tujuan pertama dari misi pertama telah ditetapkan 3 (tiga) sasaran
strategis yaitu menurunnya jumlah kematian bayi, menurunnya jumlah Kematian balita dan
meningkatnya Angka Harapan Hidup. Ketiga ukuran ini dapat menggambarkan
keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Semakin rendah angka kematian
bayi dan balita serta tingginya angka harapan hidup maka semakin tinggi pula derajat
kesehatan di wilayah tersebut. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran
keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Jumlah Kematian Bayi Kasus 105 98 106,67
2. Jumlah Kematian Balita Kasus 46 48 95,65
3. Angka Harapan Hidup Tahun 80,10 69,16 86,34
Capaian indikator kinerja dari sasaran menurunnya jumlah kematian neonatal bayi
dan balita adalah sebagai berikut :
17.1.1. Jumlah Kematian Bayi
Berdasarkan data laporan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) jumlah kematian bayi di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017 sebanyak 98 orang, jumlah ini lebih rendah
dibandingkan target tahun 2017 sebanyak 105 orang. Dengan demikian indikator kinerja
jumlah kematian bayi pada tahun 2017 telah mencapai target RPJMD tahun 2017 dengan
persentase capaiannya sebesar 106,67%. Jumlah kematian bayi pada tahun 2017
sebanyak 98 orang dari total 167.992 kelahiran hidup. Jumlah ini mengalami kenaikan
dibanding tahun 2016 sebanyak 87. Trend kematian bayi selama 8 tahun terakhir dapat
dilihat pada tabel berikut :
Jumlah kematian bayi tertinggi
terjadi di Kabupaten OKU sebanyak
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 94
Grafik 17.90 Perbandingan Jumlah Kematian Bayi Realisasi Tahun 2017
dengan Target Tahun 2018
24 orang, kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim 14 orang dan Kabupaten Musi
Rawas Utara Timur 11 orang. Jumlah kematian bayi terendah terjadi di Kabupaten Ogan Ilir
sebanyak 1 orang, Kota Prabumulih sebanyak 1 orang dan Pagar Alam sebanyak 2 orang,
sedangkan untuk Kabupaten OKI, PALI dan Kota Lubuk Linggau tidak ada laporan
kematian Bayi. Penyebab utama kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan adalah
Pneumonia dan Diare.
Grafik Jumlah Kematian Bayi Tahun 2017 dibandingkan dengan Target RPJMD 2017 dan
Target RPJMD 2018
Jumlah kematian bayi tahun
2017 sebanyak 98 orang jika
dibandingkan dengan target
RPJMD tahun 2017 sebesar
105 orang maka capaian tahun
2017 sudah mencapai target
yang ditetapkan dengan persentase capaian
sebesar 106,67%. Capaian tahun 2017 jika
dibandingkan dengan target RPJMD tahun
2018 sebesar 100 kematian bayi juga telah
memenuhi target yang ditetapkan pada tahun
2018.
Tercapainya indikator ini dikarenakan semakin mudahnya akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dengan adanya program Jamsoskes Sumsel Semesta dan
JKN (BPJS Kesehatan), sudah terbentuknya Puskesmas PONED, semakin meningkatnya
cakupan pemeriksaan bayi baru lahir, cakupan imunisasi yang semakin baik, semakin
baiknya cakupan gizi anak bayi dan balita serta semakin meningkatnya kualitas pelayanan
kesehatan secara keseluruhan diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi.
Beberapa faktor penghambat dalam menurunkan angka kematian bayi antara lain
kurangnya sarana dan prasarana kegawatdaruratan di Puskesmas, akses menuju fasilitas
pelayanan kesehatan dibeberapa daerah masih sulit dijangkau, sistem rujukan maternal
dan neonatal yang belum berjalan optimal dan belum meratanya SDM kesehatan yang
berkompeten.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi ini karena
kematian bayi telah menjadi program prioritas nasional dan merupakan komitmen global
yang dicantumkan dalam SDG’s (Sustainable Development Goals). Peranan dan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 95
Grafik 17.91 Jumlah Kematian Balita
keterlibatan sektor lain untuk ikut serta berperan dalam penurunan angka kematian bayi
juga terus ditingkatkan. Beberapa program dan kegiatan yang masih menjadi prioritas
untuk masa yang akan datang adalah :
a) Meningkatkan pelaksanaan pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu & Anak
(PWS KIA) dan surveilans kematian bayi dan balita di tingkat Kabupaten/Kota;
b) Berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektor mulai dari tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota sampai ke tingkat desa dan kelurahan untuk menyusun strategi
perencanaan percepatan penurunan kasus kematian ibu dan bayi;
c) Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan sampai dengan tingkat desa dan
kelurahan melalui penempatan bidan di setiap desa dan pembangunan Poskesdes;
d) Meningkatkan kompetensi/kapasitas teknis tenaga kesehatan dalam hal pelayanan
pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan dan penanganan bayi baru lahir melalui
pelatihan dan pertemuan teknis program;
e) Penerapan Program Desa Siaga juga diharapkan akan dapat menekan angka
kematian bayi;
f) Integrasi BKB (Bina Keluarga Balita), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
Posyandu;
g) Konsorsium kerja sama dengan perguruan tinggi dan swasta untuk meningkatkan
kualitas hidup anak dan penurunan kematian.
17.1.2. Jumlah Kematian Balita
Grafik Jumlah Kematian Balita di Sumatera Selatan Tahun 2017 dibandingkan dengan
Target Tahun 2017
Berdasarkan data laporan program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) jumlah
kematian Balita di Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2017 sebanyak 48 orang,
jumlah ini masih lebih tinggi dibandingkan
target tahun 2017 sebanyak 46 orang.
Dengan demikian indikator kinerja jumlah
kematian Balita pada tahun 2017 telah masih
belum mencapai target RPJMD tahun 2017 dengan persentase capaiannya sebesar
95,65%. Jumlah kematian Balita pada tahun 2017 sebanyak 48 orang, jumlah ini
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 96
Grafik 17.92 Jumlah Kematian Balita di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 - 2017
Grafik 17.93 Jumlah Kematian Balita Di Provinsi Sumsel Per Kabupaten/Kota Tahun 2017
Grafik 17.94 Perbandingan Jumlah Kematian Balita Tahun 2017 dibanding dengan Tahun 2018
mengalami kenaikan jika dibanding tahun 2016 sebanyak 39 orang kematian Balita. Trend
jumlah kematian Balita selama 7 tahun terakhir semakin menurun, dapat dilihat pada grafik
berikut :
Jumlah kematian Balita tahun 2017 tertinggi
Kabupaten Musi Rawas sebanyak 11 orang,
dikikuti Kabupaten OKU sebanyak 10 orang
dan Kota Palembang sebanyak 8 orang.
Jumlah kematian Balita terendah di
Kabupaten PALI sebanyak 1 orang,
Kabupaten Ogan Ilir sebanyak 1 orang dan
Kabupaten OKU Selatan sebanyak 2 orang,
sedangkan Kabupaten OKI, Muara Enim,
Lahat, Kota Pagar Alam, Prabumulih dan Lubuk Linggau tidak ada laporan kematian Balita.
Penyebab terbesar kematian Bayi di Sumatera Selatan adalah Diare dan Pneumonia.
Jumlah kematian Balita tahun 2017
sebanyak 48 orang jika dibandingkan
dengan target RPJMD tahun 2017
sebesar 46 orang maka capaian
tahun 2017 belum mencapai target
yang ditetapkan dengan persentase
capaian sebesar 95,65%. Capaian tahun
2017 jika dibandingkan dengan target
RPJMD tahun 2018 sebesar 44 kematian Balita juga belum memenuhi target tahun 2018.
Belum tercapainya indikator ini disebabkan karena masih rendahnya kepatuhan petugas
dalam memberikan pelayanan kesehatan anak Balita yang sesuai standar, akses menuju
fasyankes masih sulit dijangkau, sarana dan prasarana kegawatdaruratan di Puskesmas
yang masih kurang, petugas yang sudah dilatih berpindah bagian/ tempat kerja, pengaruh
faktor budaya yang masih bertentangan dengan kesehatan.
Beberapa program dan kegiatan yang masih menjadi prioritas untuk menurunkan
angka kematian Balita antara lain :
a. Pelaksanaan pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu & Anak (PWS KIA) dan
surveilans kematian balita di tingkat Kabupaten/Kota;
b. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan lintas program balita terintegrasi,
pelaksanaan supervisi dan bimbingan teknis untuk meningkatkan kemampuan tenaga
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 97
Grafik 17.95 Angka Harapan Hidup Tahun 2017
kesehatan di Kabupaten/Kota;
c. Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan sampai dengan tingkat desa dan
kelurahan melalui penempatan bidan di setiap desa dan pembangunan Poskesdes;
d. Penerapan Program Desa Siaga juga diharapkan akan dapat menekan angka kematian
bayi dan Balita;
e. Integrasi BKB (Bina Keluarga Balita), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
Posyandu;
f. Program Manajemen Tumbuh kembang Balita sakit dan Manajemen Tumbuh kembang
Balita;
g. Konsorsium kerja sama dengan perguruan tinggi dan swasta untuk meningkatkan
kualitas hidup anak dan penurunan kematian.
25.1.3. Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi
mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup merupakan
alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan
Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan
kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan ibu dan anak, kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Berdasarkan data dari BPS Provinsi
Sumatera Selatan capaian indikator
kinerja Angka Harapan Hidup belum
dapat mencapai target yang telah
ditetapkan. Angka Harapan Hidup
(AHH) Provinsi Sumatera Selatan
pada tahun 2017 di targetkan 80,10 tahun
dan terealisasi sebesar 69,16 tahun dengan realisasi capaian sebesar 86,34%. Rendahnya
capaian indikator ini karena terlalu tinggi dalam menetapkan target di tahun 2017. Dimana
pada tahun 2016 target RPJMD angka harapan hidup di Sumatera Selatan hanya sebesar
70,9 tahun namun di tahun 2017 target RPJMD angka harapan hidup naik menjadi 80,1
tahun, terjadi penambahan usia harapan hidup sebesar 9,2 tahun dalam satu tahun.
Grafik 17.96 Angka Harapan Hidup Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 – 2017
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 98
Grafik 17.97 Perbandingan Angka Harapan Hidup Tahun 2017 dengan Tahun 2018
Angka harapan hidup dalam lima tahun terakhir mengalami kenaikan setiap
tahunnya. Pada tahun 2013 angka harapan hidup di Provinsi Sumatera Selatan sebesar
68,67 tahun, naik menjadi 68,84 tahun pada tahun 2014, naik lagi menjadi 68,93 tahun
pada tahun 2015, kemudian meningkat menjadi 69,14 tahun pada tahun 2016 dan
mengingkat lagi menjadi 69,16 tahun pada tahun 2017.
Angka harapan hidup Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2017 yaitu
69,16 tahun jika dibandingkan dengan
target RPJMD tahun 2017 sebesar
80,1 tahun maka capaian tahun 2017
belum mencapai target yang
ditetapkan dengan persentase
capaian sebesar 86,34%. Jika
dibandingkan dengan target RPJMD tahun
2018 sebesar 80,3 tahun masih memiliki gab yang cukup jauh yaitu 11,14 tahun. Selisih
11,14 tahun tersebut harus dicapai dalam waktu 1 tahun kedepan akan sangat sulit
tercapai. Hal ini merupakan tugas yang sangat berat untuk menaikkan umur Harapan hidup
sebesar 11,14 dalam satu tahun.
Berbagai upaya dilakukan untuk menaikkan angka harapan hidup, mulai dari
peningkatan akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sampai ke
peningkatan kualitasi pelayanan kesehatan serta melalui perubahan perilaku masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat, peningkatan kualitas kesehatan lingkungan, peningkatan
akses air bersih, pengentasan masalah gizi buruk dan kurang gizi, pelayanan ibu
melahirkan dan bayi yang semuanya bermuara pada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan peningkatan angka harapan hidup. Upaya-upaya dibidang kesehatan
tersebut hendaknya pula didukung oleh lintas sektor, dukungan infrastruktur (jalan, air
bersih, listrik dll) dan segenap lapisan masyarakat serta dengan semakin membaiknya
indikator sosial ekonomi masyarakat dan meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat
akan dapat mempercepat bertambahnya angka harapan hidup di Provinsi Sumatera
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 99
Grafik 17.98 Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2017
Grafik 17.99 Perbandingan Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2011 s.d 2017
Selatan.
Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 upaya perbaikan gizi
masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses
dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Secara universal ukuran yang dipakai untuk menilai masalah gizi suatu daerah yaitu
Persentase Balita Gizi Buruk, Persentase Balita Gizi Kurang dan Persentase Stunting Pada
Anak Balita. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian
sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Persentase Balita Gizi Buruk % <1 0,032 100
Capaian indikator kinerja dari sasaran mengatasi masalah gizi utama di masyarakat
terutama kelompok rentan adalah sebagai berikut :
17.2.1. Persentase Balita Gizi Buruk
Prevalensi gizi buruk di Provinsi
Sumatera Selatan dari tahun ke tahun
terus mengalami penurunan yang cukup
berarti. Berdasarkan dari laporan
kegiatan penimbangan bulanan
Posyandu di 17 Kabupaten/Kota selama
kurun waktu tahun 2017 ditemukan
prevalensi gizi kurang sebesar 0,032% atau sebanyak 277 orang gizi buruk dari 867.745
Balita. Dari data tersebut jika dibandingkan dengan target tahun 2017 kurang dari 1% maka
persentase capaian angka gizi buruk sudah mencapai 100%.
Jumlah kasus gizi buruk pada
tahun 2017 mengalami
kenaikan dalam tiga tahun
terakhir. Pada tahun 2014
jumlah kasus gizi buruk di
Sumatera Selatan sebanyak
17.2
Mengatasi Masalah Gizi Utama di Masyarakat Terutama Kelompok Rentan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 100
Grafik 17.100 Perbandingan Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2017 dengan
Target Tahun 2018
276 orang, turun menjadi 162 orang pada tahun 2015 lalu naik menjadi 248 orang pada
tahun 2016 dan turun kembali menjadi 277 orang pada tahun 2017. Pada tahun 2017
jumlah kasus gizi buruk tertinggi terjadi di Kabupaten OKU Timur sebanyak 68 orang,
Kabupaten Musi Banyuasin 37 orang dan Kabupaten Musi Rawas sebanyak 32 orang,
sedangkan jumlah kasus gizi buruk yang terendah terdapat di Kota Pagar Alam sebanyak 1
orang dan Kabupaten PALI sebanyak 1 orang dan Musi Banyuasin sebanyak 5 orang,
sedangkan di Kabupaten OKU, OKI, Kota Prabumulih dan Lubuk Linggau tidak ada
laporan kasus gizi buruk.
Prevalensi gizi buruk tahun 2017
adalah 0,032% jika dibandingkan
dengan target RPJMD tahun 2017
yaitu kurang dari 1% maka capaian
tahun 2017 sudah memenuhi target
yang ditetapkan dengan persentase
capaian sebesar 100%. Capaian
tahun 2017 jika dibandingkan
dengan target RPJMD tahun 2018
yaitu kurang dari 1% juga sudah
memenuhi target tahun 2018. Capaian tahun 2017 jika dibandingkan dengan target
nasional yaitu kurang dari 1% maka capaian angka gizi buruk di Sumatera Selatan sudah
mencapai target nasional pada tahun 2017.
Tercapainya target untuk indikator ini disebabkan karena semakin membaiknya
surveilans gizi aktif yang dilaksanakan, semakin meningkatnya cakupan penimbangan bayi
dan balita di Posyandu, adanya program pemberian makanan tambahan bagi balita
keluarga kurang mampu, adanya program Jamsoskes Sumsel Semesta dan BPJS yang
memberikan jaminan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk
Sumatera Selatan, termasuk untuk balita yang mengalami gizi buruk serta semakin
membaiknya kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat pendidikan masyarakat yang
semakin tinggi juga ikut berperan dalam menurunkan prevalensi balita gizi buruk. Berbagai
upaya yang dilakukan untuk terus menurunkan kasus gizi buruk antara lain :
a) Penimbangan rutin setiap bulan di Posyandu;
b) Penyuluhan kesehatan dan peningkatan kesadaran bagi orang tua dalam penyediaan
makanan yang sehat dan berimbang;
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 101
Grafik 25.168 Jumlah Kematian Ibu melahirkan Tahun 2016
c) Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang gizi;
d) Peningkatan kemandirian masyarakat untuk dalam hal penyediaan makanan bergizi
bersama kelompok PKK;
e) Pemberian makanan tambahan pendamping ASI bagi keluarga miskin dan pemberian
makanan tambahan bagi ibu hamil KEK keluarga miskin;
f) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu melalui
pembentukan Poskesdes, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan ,penguatan
puskesmas dan pembentukan tim kesehatan keliling di daerah terpencil;
g) Memperbaiki pola asuh pemeliharaan bayi seperti promosi pemberian ASI Ekslusif
selama enam bulan.
Angka kematian ibu merupakan ukuran yang sangat sensitif terhadap tinggi
rendahnya derajat kesehatan masyarakat disuatu daerah/wilayah. Angka kematian ibu
adalah jumlah kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup disuatu
wilayah/daerah. Target AKI di Indonesia adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu cukup sulit untuk didapat
karena memerlukan survei dengan biaya, waktu dan tenaga yang besar. Salah satu cara
untuk menghitung angka kematian ibu adalah dengan mengukur jumlah kematian ibu,
berikut capaian indikator kinerja menurunkan jumlah kematian ibu maternal di Sumatera
Selatan. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian
sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Jumlah Kematian Ibu Maternal Orang 136 107 121,32
Capaian indikator kinerja dari sasaran menurunkan jumlah kematian ibu maternal
adalah sebagai berikut :
17.3.1. Jumlah Kematian Ibu Maternal
17.3 Menurunkan Jumlah Kematian Ibu
Maternal
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 102
Grafik 17.101 Jumlah Kematian Ibu Maternal Tahun 2017
Grafik 17.103 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan Per Kabupaten
Grafik 17.102 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 – 2017
Angka kematian Ibu untuk Provinsi
Sumatera Selalatan tahun 2017
ditargetkan 136 orang dan terealisasi
107 orang atau sebesar 121,32%. Jika
dilihat grafik jumlah kematian ibu
melahirkan selama 3 tahun terakhir
mengalami penurunan. yaitu dari 164
orang kematian pada tahun 2015, turun
menjadi 142 orang pada tahun 2016 dan
turun lagi menjadi 107 orang tahun 2017.
Jumlah Kematian Ibu
melahirkan tahun 2017
tertinggi terjadi di Kabupaten
Banyuasin sebanyak 18 orang,
Kabupaten OKU Timur 11
orang, dan Kabupaten OKU
sebanyak 10 orang,
Sedangkan jumlah kematian
ibu maternal terendah terjadi di
Kota Pagar Alam sebanyak 1 orang, Kabupaten OKU Selatan sebanyak 1 orang dan Kota
Lubuk Linggau 2 orang. Penyebab terbesar kematian ibu melahirkan di Sumatera Selatan
adalah Perdarahan dan Hipertensi.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 103
Grafik 17.104 Perbandingan Jumlah Kematian Ibu Melahirkan Tahun 2017 dengan Tahun 2018
Grafik Jumlah Kematian Ibu Melahirkan Tahun 2017 dibandingkan dengan Target RPJMD
Tahun 2017 dan Target RPJMD Tahun 2018
Jumlah kematian ibu melahirkan di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017
sebanyak 107 orang jika dibandingkan
dengan target RPJMD tahun 2017
sebesar 136 orang maka capaian
tahun 2017 telah memenuhi target
yang ditetapkan dengan persentase
capaian sebesar 121,31%. Capaian
tahun 2017 jika dibandingkan dengan target RPJMD tahun 2018 juga telah mencapai
target RPJMD tahun 2018.
Tercapainya indikator ini disebabkan karena semakin baiknya fasilitas kesehatan di
daerah, akses ke fasilitas kesehatan yang semakin baik dengan adanya program
Jamsoskes Sumsel Semesta, JKN, Jampersal dan rumah tunggu kelahiran di kab/kota.
Penanganan persalinan yang semakin baik dengan meningkatnya persentase persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompoten, deteksi dini faktor resiko oleh tenaga
kesehatan, sistem rujukan yang semakin baik, kerjasama dukun beranak dengan bidan
dimana dukun beranak tidak menolong persalinan tetapi mengantarkan ibu bersalin ke
bidan atau tenaga kesehatan yang kompoten.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi ini karena
kematian bayi telah menjadi program prioritas nasional dan merupakan komitmen global
yang dicantumkan dalam SDG’s (SustainableDevelopment Goals). Peranan dan
keterlibatan sektor lain untuk ikut serta berperan dalam penurunan angka kematian ibu
terus ditingkatkan. Beberapa program yang masih menjadi prioritas untuk masa yang akan
datang adalah :
1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, khususnya untuk ibu
hamil terutama melalui pembangunan Pos Kesehatan Desa dan Pos Kesehatan
Kelurahan serta penempatan bidan yang tinggal di desa;
2. Pelaksanaan program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan
Komplikasi);
3. Kunjungan antenatal pertama (K1) sedapat mungkin dilakukan pada trimester
pertama, guna mendorong peningkatan cakupan kunjungan antenatal empat kali (K4);
4. Pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor risiko 4 terlalu (terlalu muda,
terlalu sering, terlalu rapat dan terlalu tua);
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 104
5. Pelaksanaan Ante Natal Care (ANC) yang terintegrasi untuk ibu hamil ,termasuk
pemeriksaan HIV/AIDS, Malaria, Cacingan dan penyakit infeksi menular lainnya
secara terintegrasi dan pelaksanaan kelas ibu hamil dengan melibatkan keluarga dan
masyarakat;
6. Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) di tingkat Kabupaten/Kota;
7. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam kesehatan reproduksi responsive
gender harus ditingkatkan untuk meningkatkan Health Care Seeking Behaviour.
Untuk mewujudkan tujuan dua puluh enam dari misi kedua telah ditetapkan 1 (Satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (Satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Tolak ukur indikator kinerja peningkatan kualitas pendidikan adalah keberhasilan
capaian angka kelulusan siswa dari jenjang pendidikan SD sampai dengan SMA/K, dimana
tolak ukur keberhasilan dapat dilihat dari kenaikan capaian realisasi angka kelulusan,
realisasi capaian harus lebih besar dari target dan juga realisasi capaian angka kelulusan
seharusnya mengalami kenaikan setiap tahunnya. Indikator kinerja yang digunakan dalam
pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai
berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Angka Kelulusan SD % 100 96,65 98,65
2. Angka Kelulusan SMP % 100 100 100
3. Angka Kelulusan SMA/K % 100 100 100
TUJUAN 18 DARI
MISI KEDUA
Tercapainya Kualitas Pendidikan di
Provinsi Sumsel
18.1 Meningkatnya Kualitas Pendidikan di
Semua Jenjang
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 105
Grafik 18.105 Jumlah Siswa SD Berdasarkan Tingkat
Tahun Pelajaran 2016/2017
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatnya kualitas pendidikan di semua
jenjang sebagai berikut :
18.1.1. Angka Kelulusan SD
Jumlah Siswa tingkat SD TA.
2016/2017 Provinsi Sumatera Selatan
berjumlah 946.140 orang siswa, terdiri
dari 877.558 bersekolah di SD Negeri
dan 68.582 orang siswa di SD
Swasta.dengan rincian sebagai berikut:
- Tingkat 1 sebanyak 166.074 siswa;
- Tingkat 2 sebanyak 162.909 siswa;
- Tingkat 3 sebanyak 163.317 siswa;
- Tingkat 4 sebanyak 157.813 siswa;
- Tingkat 5 sebanyak 152.001 siswa;
- Tingkat 6 sebanyak 144.026 siswa.
Jumlah siswa SD/MI kelas 6 yang mengikuti Ujian Akhir Sekolah sebanyak 144.026 orang
siswa, dari jumlah tersebut yang lulus ujian akhir Sekolah sebanyak 142.110. atau 98.65 %
siswa yang lulus di tingkat tersebut dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 106
Grafik 18.106 angka kelulusan SD tahun 2015 s.d 2017
Target Provinsi
Target Nasional
Realisasi
Angka kelulusan SD 2015 99,55 99,5 100
Angka kelulusan SD 2016 99,75 99,65 100
Angka kelulusan SD 2017 100 100 98,65
26.1.1.2 Diagram Angka Kelulusan SDPeriode Tahun 2015 s.d 2017
Dari diagram di atas dapat kita lihat bahwa capaian angka kelulusan untuk jenjang
SD/MI untuk Tahun 2015 s.d Tahun 2016 mengalami kenaikan atau melampaui dari target
yang ditetapkan, sedangkan untuk Tahun 2017 terjadi penurunan angka kelulusan
dikarenakan ada siswa yang tidak mengikuti ujian akhir sekolah sehingga siswa tersebut
dinyatakan tidak lulus sekolah dan saat ini masih duduk di kelas 6 (enam), ada siswa yang
berhenti sekolah pindah dan ada juga siswa yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang
pendidikan paket A, capaian angka kelulusan jenjang SD untuk Tahun 2017 ini memang
masih di bawah dari target Nasional dan target yang telah di susun dalam RPJMD Provinsi
Sumatera Selatan, dimana angka target angka kelulusannya adalah 100%, untuk tahun
pelajaran 2017/2018 pelaksanaan ujian akhir sekolah untuk jenjang SD bukan lagi menjadi
tanggung jawab dari Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, tetapi sudah menjadi
tanggung jawab dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, sehingga Dinas Pendidikan
Provinsi tidak bisa lagi memasang target kelulusan dalam penetuan angka kelulusan.
Dalam penentuan angka kelulusan sepenuhnya di serahkan kepada pihak sekolah karena
yang tahu kemampuan siswa adalah guru yang dalam hal ini mewakili sekolah dan dari
siswa itu sendiri, untuk menetapkan angka kelulusan didasarkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
1. Peserta didik harus mampu menyelesaikan proses pembelajaran, untuk jenjang SD
dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.
2. Memiliki nilai baik untuk beberapa pelajaran tertentu, jadi bukan ditentukan oleh pihak
Provinsi atau Kabupaten/Kota, kriteria nilai yang baik itu ditentukan oleh satuan
pendidikan.
3. Ditentukan oleh Nilai Akhir (NA) yaitu penggabungan nilai antara nilai raport dan nilai
ujian akhir sekolah.
26.1.2. Angka Kelulusan SMP
Pada tahun ajaran 2016/2017 jumlah siswa SMP/MTs sederajat berjumlah 353.860
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 107
Grafik 18.107 Jumlah Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Tahun Pelajaran 2016/2017
Grafik 18.108 Angka Kelulusan SMP/MTs Tahun 2015 s.d 2017
orang siswa dengan rincian 286.238 orang siswa di SMP Negeri dan 67.622 orang siswa di
SMP Swasta, dengan rincian sebagai berikut :
- Tingkat 7 berjumlah 123.173 siswa
- Tingkat 8 berjumlah 119.755 siswa
- Tingkat 9 berjumlah 110.932 siswa
Untuk siswa tingkat 9 (Sembilan) yang mengikuti Ujian Nasional tingkat SMP/MTs di
Provinsi Sumatera Selatan
tahun pelajaran 2016/2017
berjumlah 110.932 orang
siswa, dari jumlah tersebut
yang lulus sebanyak 110.932
orang yang berarti 100%
peserta ujian dinyatakan lulus
untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang selanjutnya, berikut ini diagram realisasi angka kelulusan jenjang SMP/MTs tahun
pelajaran 2015 sampai dengan tahun 2017.
Target Provinsi
Target Nasional
Realisasi
Angka kelulusan SMP 2015 99,9 99,76 99,76
Angka kelulusan SMP 2016 99,9 100 100
Angka kelulusan SMP 2017 100 100 100
26.1.2.2 Diagram Angka Kelulusan SMP/MTsPeriode Tahun 2015 s.d 2017
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa pada Tahun 2015 realisasi angka
kelulusan jenjang SMP/MTs untuk tahun pelajaran 2014/2015 tidak memenuhi target yang
telah ditetapkan, hal ini dikarenakan ujian nasional masih menjadi penentu angka kelulusan
dan penetapan standar nilai kelulusan yang tinggi, tetapi untuk Tahun pelajaran 2015/2016
sampai dengan 2016/2017 angka kelulusan telah melampaui dari target yang ditetapkan,
begitu juga untuk target Nasional dan target RPJM Provinsi juga telah terpenuhi, dimana
target Nasional dan target Provinsi angka kelulusan SMP sebesar 100%, tercapinya target
ini disebabkan bahwa penentuan angka kelulusan ditetapkan oleh sekolah sendiri dan
pelaksanaan ujian nasional jenjang SMP bukan acuan atau penentu kelulusan, tetapi ujian
nasional hanya standar mengukur kemampuan siswa dan sebagai standar untuk masuk ke
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 108
Grafik 18.109 Jumlah Siswa SMA/K tahun Pelajaran 2016/2017
jenjang pendidikan selanjutnya dan diharapkan untuk tahun pelajaran 2017/2018 realisasi
angka kelulusan jenjang SMP/MTs akan akan tetap memenuhi dari target yang telah
ditetapkan baik target nasional maupun target Provinsi yaitu 100%
Dalam penentuan angka kelulusan sepenuhnya di serahkan kepada pihak sekolah
karena yang tahu kemampuan siswa adalah guru yang dalam hal ini mewakili sekolah dan
dari siswa itu sendiri, untuk menetapkan angka kelulusan didasarkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
1. Peserta didik harus mampu menyelesaikan proses pembelajaran, untuk jenjang SMP
dari kelas 7 sampai dengan kelas 9.
2. Memiliki nilai baik untuk beberapa pelajaran tertentu, jadi bukan ditentukan oleh pihak
Provinsi atau Kabupaten/Kota, kriteria nilai yang baik itu ditentukan oleh satuan
pendidikan.
3. Ditentukan oleh Nilai Akhir (NA) yaitu penggabungan nilai antara nilai raport dan nilai
ujian akhir sekolah.
18.1.3. Angka Kelulusan SMA/K
Jumlah siswa SMA/K tahun pelajaran 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan
berjumlah 173.401 siswa, dari jumlah tersebut siswa yang ada di jenjang SMA berjumlah
200.500 siswa, terdiri dari 150.455 siswa di SMA Negeri dan 50.045 siswa di SMA Swasta,
dengan rincian sebagai berikut :
- Siswa SMA tingkat 10 berjumlah 70.598 siswa;
- Siswa SMA tingkat 11 berjumlah 68.879 siswa;
- Siswa SMA tingkat 12 berjumlah 61.023 siswa.
Sedangkan untuk jenjang SMK jumlah siswa sebanyak 102.803 siswa, terdiri dari
58.250 siswa di SMK Negeri dan 44.553 siswa di SMK Swasta, yang terdiri dari :
- Siswa SMK tingkat 10 berjumlah 39.023 siswa;
- Siswa SMK tingkat 11 berjumlah 35.105 siswa;
- Siswa SMK tingkat 12 berjumlah 28.678 siswa.
Untuk siswa Siswa SMA/SMK tingkat 12
yang mengikuti ujian nasional tahun
pelajaran 2016/2017 berjumlah 89.701,
dari jumlah tersebut yang dinyatakan
lulus berjumlah 89.701 atau 100 %,
berikut ini diagram realisasi angka
kelulusan jenjang SMA/SMK dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 109
Grafik 18.110 Angka kelulusan jenjang SMA/K Tahun 2015 s.d 2017
Berdasarkan diagram
di atas terlihat bahwa realisasi
angka kelulusan tahun pelajaran
2014/2015 tidak memenuhi dari
target yang telah ditetapkan, hal
ini dikarenakan ujian nasional
masih menjadi penentu angka
kelulusan dan penetapan standar
nilai kelulusan yang tinggi
sedangkan untuk tahun pelajaran
2015/2016 sampai dengan 2016/2017 realisasi angka kelulusan telah melampaui dari target
yang telah ditetapkan, untuk target nasional dan target Provinsi dalam RPJM Provinsi
Sumatera Selatan juga telah tercapai, dimana target Nasional dan target Provinsi untuk
angka kelulusan sebebsar 100%, pencapaian ini disebabkan bahwa ujian nasional untuk
jenjang SMA/K bukan sebagai penentu angkan kelulusan, penentuan angka kelulusan
ditetapkan oleh pihak sekolah sendiri karena yang tahu kemampuan siswa itu adalah pihak
sekolah sedangka nilai ujian nasional hanya sebagai standar uji kompetensi mengukur
kemampuan siswa dan standar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya,
diharapkan untuk tahun pelajaran 2017/2018 realisasi angka kelulusan jenjang SMA/SMK
akan melampaui dari target yang telah ditetapkan baik dari target Nasional maupun target
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Dalam penentuan angka kelulusan sepenuhnya di serahkan kepada pihak sekolah
karena yang tahu kemampuan siswa adalah guru yang dalam hal ini mewakili sekolah dan
dari siswa itu sendiri, untuk menetapkan angka kelulusan didasarkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
1. Peserta didik harus mampu menyelesaikan proses pembelajaran, untuk jenjang
SMA/K dari kelas 10 sampai dengan kelas 12.
2. Memiliki nilai baik untuk beberapa pelajaran tertentu, jadi bukan ditentukan oleh pihak
Provinsi atau Kabupaten/Kota, kriteria nilai yang baik itu ditentukan oleh satuan
pendidikan.
3. Ditentukan oleh Nilai Akhir (NA) yaitu penggabungan nilai antara nilai raport dan nilai
ujian akhir sekolah.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 110
Grafik 19.111 Jumlah perolehan Medali emas Atlet
Sumsel tahun 2017
Untuk mewujudkan tujuan dua puluh delapan dari misi kedua telah ditetapkan 2
(Dua) sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 2 (Dua)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Sistem Keolahragaan Nasional adalah keseluruhan aspek keolahragaan yang
saling terkait secara terencana, sistimatis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu
kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan,
pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional, dan
proses tersebut di Sumatera Selatan dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka memenuhi aspek keolahragaan yang saling
terkait secara terencana, sistimatis, terpadu, dan berkelanjutan tersebut menetapkan 2
(dua) sasaran dan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama. Indikator kinerja yang digunakan
dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya adalah
sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Jumlah Perolehan Medali Emas Atlet Sumatera Selatan
Medali 17 29 170,59
Capaian indikator kinerja dari sasaran jumlah perolehan medali emas atlet
Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
19.1.1. Jumlah Perolehan Medali Emas Atlet Sumatera Selatan
Capaian jumlah perolehan
medali emas atlet Sumatera Selatan
sebesar 171% (realisasi 29 medali
emas) yang semula di targetkan
sebanyak 17 medali emas.
Terdapat 1 (satu) kegiatan
yang mendukung terealisasikannya target
TUJUAN 19 DARI
MISI KEDUA
Terwujudnya Prestasi Olahraga di
Sumatera Selatan
19.1
Meningkatnya Prestasi Olahraga
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 111
Grafik 19.112 Perbandingan Capaian Perolehan Medali emas
Atlet Sumsel tahun 2017 dengan 2018
kinerja ini yaitu Kegiatan Pusat Pembinaan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Selatan.
Pada tahun 2017 pembinaan Pusat Pembinaan Latihan Pelajar (PPLP) yang
membina 8 cabang olahraga yaitu :
1. Anggar
2. Atletik
3. Wushu
4. Karate
5. Loncat Indah
6. Pencak Silat
7. Bulutangkis
8. Angkat Besi
Tabel 19.12 Prestasi atlet PPLP Provinsi Sumatera Selatan
No. Cabor Emas Perak Perunggu
01. Karate 2 1 3
02. Pencak Silat 2 0 1
03. Bulutangkis 2 2 2
04. Angkat Besi 2 5 6
05. Loncat Indah 9 9 5
06. Wushu 3 2 2
07. Atletik 1 2 2
08. Anggar 8 5 3
TOTAL 29 26 24
Akumulasi dari target perolehan
medali emas atlet Sumatera
Selatan pada akhir Tahun 2018
adalah sebanyak 85 medali emas,
sementara realisasi capaian s.d
Tahun 2017 adalah sebanyak 213
emas.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 112
Grafik 19.113 Perbandingan Capaian Perolehan Medali
emas Atlet Sumsel tahun 2017 dengan 2018
Keberhasilan
mencapai target pada
indikator ini disebabkan salah
satunya pembibitan yang
dilakukan terhadap atlet
PPLP Sumatera Selatan
telah optimal. Dan kegiatan
ini juga didukung oleh
Kementerian Pemuda dan
Olahraga, Pengurus Besar (PB), Pengurus
Pusat (PP) dan organisasi olahraga
dengan memperbanyak kejuaraan atau kompetisi tingkat nasional dan internasional.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Angka Pertumbuhan Usaha Baru di Bidang jasa dan Industri Olahraga
Produsen 3 1 33,33
Capaian indikator kinerja dari sasaran meningkatkan industri olahraga adalah
sebagai berikut :
19.2.1. Angka Pertumbuhan baru di Bidang Jasa dan Industri Olahraga
Parameter untuk mengukur indikator kinerja ini yaitu capaian kegiatan
Pengembangan Industri Olahraga. Pada tahun 2017 kegiatan ini tidak dilaksanakan
karena adanya perubahan dalam strategi yang mempengaruhi pencapaian tujuan dan
sasaran (Perubahan program, kegiatan dan alokasi anggaran).
19.2
Meningkatkan Industri Olahraga
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 113
Grafik 20.120 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Tahun 2017
Untuk mewujudkan tujuan dua puluh sembilan dari misi kedua telah ditetapkan 2
(dua) sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 2 (dua)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Peningkatan sumber daya manusia
(SDM) Indonesia merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional yang dijalankan
oleh pemerintah RI. Selain itu, peningkatan kualitas SDM yang memberikan perhatian
yang serius terhadap keragaman kebutuhan, permasalahan dan aspirasi semua
kelompok masyarakat, tanpa membedakan laki-laki dan perempuan akan dapat membuat
pembangunan semakin efisien dan tepat sasaran. Selaras dengan tujuan pembangunan
nasional, tujuan pembangunan pemberdayaan perempuan adalah meningkatkan status
dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kesetaraan dan keadilan dengan laki-laki.
Pembangunan pemberdayaan perempuan juga sangat terkait dengan peningkatan
kualitas generasi penerus bangsa, karena perempuan adalah pendidik pertama dan
utama bagi anak – anaknya dalam keluarga.. Indikator kinerja yang digunakan dalam
pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai
berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Poin 71,13 92,08 129,45
2. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Poin 69,18 70,69 102,18
20.1.1. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Capaian nilai IPG Provinsi
Sumatera Selatan sebesar 92,08 dari
target Indikator Kinerja Utama IKU
tahun 2017 yang diharapkan mencapai
angka 71,13 Angka ini merupakan
angka IPG tahun 2016 yang diperoleh
dari Kementerian Pemberdayaan
TUJUAN 20 DARI
MISI KEDUA
Meningkatkan Peran Perempuan
dalam Pembangunan
20.1
Meningkatnya Kualitas Hidup Perempuan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 114
L P L P L P L P L P(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
ACEH 67,61 71,52 13,67 14,11 9,19 8,54 12.286 7.531 73,94 67,94 91,89
SUMATERA UTARA 66,48 70,29 12,67 13,34 9,48 8,78 14.153 7.772 74,07 67,27 90,82
SUMATERA BARAT 66,90 70,65 13,35 14,24 8,72 8,49 14.086 9.286 74,00 69,87 94,42
RIAU 69,10 72,90 12,74 13,00 8,81 8,36 15.848 7.075 75,65 66,60 88,04
JAMBI 68,69 72,62 12,57 12,89 8,50 7,63 14.547 7.001 74,07 65,40 88,29
SUMATERA SELATAN 67,28 71,16 12,17 12,30 8,18 7,48 13.920 8.797 72,13 66,42 92,08
BENGKULU 66,62 70,49 13,20 13,57 8,72 8,01 13.273 7.705 73,15 66,61 91,06
LAMPUNG 68,03 71,90 12,28 12,46 7,93 7,33 12.962 7.240 71,62 64,67 90,30
KEP. BANGKA BELITUNG 68,05 71,88 11,56 11,88 8,00 7,31 17.865 8.386 73,78 65,59 88,90
KEPULAUAN RIAU 67,59 71,39 12,52 12,82 9,87 9,46 19.182 11.768 77,73 72,39 93,13
DKI JAKARTA 70,72 74,41 12,68 12,80 11,34 10,42 21.247 16.284 82,28 78,15 94,98
JAWA BARAT 70,57 74,39 12,15 12,50 8,37 7,52 14.210 7.478 74,11 66,37 89,56
JAWA TENGAH 72,10 75,99 12,34 12,57 7,68 6,65 13.871 9.107 73,87 68,12 92,22
D I YOGYAKARTA 72,92 76,54 15,53 14,92 9,67 8,60 15.664 12.696 81,37 76,71 94,27
JAWA TIMUR 68,80 72,68 13,20 12,78 7,81 6,69 15.063 9.459 74,23 67,34 90,72
BANTEN 67,54 71,44 12,79 12,60 8,90 7,82 16.306 9.922 75,30 68,50 90,97
BALI 69,55 73,32 13,32 12,77 9,20 7,53 16.001 13.063 77,08 71,84 93,20
NUSA TENGGARA BARAT 63,55 67,39 13,40 12,93 7,54 6,13 13.253 8.531 70,33 63,33 90,05
NUSA TENGGARA TIMUR 64,17 67,92 12,84 13,07 7,32 6,75 9.916 6.827 67,05 62,17 92,72
KALIMANTAN BARAT 67,99 71,89 12,45 12,30 7,49 6,44 12.474 5.726 70,85 60,77 85,77
KALIMANTAN TENGAH 67,68 71,49 12,24 12,42 8,49 7,73 14.706 7.488 73,31 65,30 89,07
KALIMANTAN SELATAN 65,92 69,84 12,16 12,41 8,38 7,40 17.107 8.403 73,55 65,36 88,86
KALIMANTAN TIMUR 71,85 75,59 13,20 13,53 9,61 8,82 17.549 6.618 79,46 68,02 85,60
KALIMANTAN UTARA 70,49 74,30 12,47 12,70 9,14 8,43 12.157 5.427 73,92 63,82 86,34
SULAWESI UTARA 69,09 72,99 12,27 12,88 8,93 9,00 14.056 9.506 74,18 70,50 95,04
SULAWESI TENGAH 65,39 69,28 12,69 13,16 8,38 7,84 12.585 7.619 71,09 65,34 91,91
SULAWESI SELATAN 67,94 71,84 12,91 13,41 8,08 7,46 14.672 9.194 73,61 68,30 92,79
SULAWESI TENGGARA 68,54 72,47 13,09 13,37 8,83 7,86 12.714 7.269 73,70 66,50 90,23
GORONTALO 65,22 69,16 12,41 13,40 6,82 7,41 13.156 4.749 69,09 59,50 86,12
SULAWESI BARAT 62,49 66,20 12,16 12,52 7,40 6,91 12.358 6.475 67,67 60,46 89,35
MALUKU 63,44 67,34 13,68 13,78 9,47 9,08 11.301 7.309 71,35 65,91 92,38
MALUKU UTARA 65,53 69,50 13,51 13,40 8,99 8,06 11.632 6.506 71,97 64,16 89,15
PAPUA BARAT 63,32 67,16 12,88 11,90 9,81 6,80 10.350 5.192 70,04 57,67 82,34
PAPUA 63,44 66,99 10,38 9,93 6,90 5,32 10.178 3.891 63,74 50,41 79,09
INDONESIA 69,09 72,80 12,67 12,79 8,41 7,50 14.554 8.591 74,26 67,44 90,82
Sumber : Kementerian PP dan PA RI
Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Komponennya Menurut Provinsi Tahun 2016
IPG(tahun) (tahun) (tahun) (ribu rupiah PPP)IPM
Nama Provinsi
Angka Harapan Harapan Lama Rata-rata Lama Pengeluaran
Grafik 20.121 Perbandingan IPG Provinsi Sumsel dan Nasional
Perempuan dan Perlindungan Anak RI bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik.
Untuk Nilai IPG Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2016
sebesar 92,08 berada diatas nilai
capaian nasional sebesar 90,82,
termasuk ke kelompok Provinsi
dengan kategori IPG 90-100.
Provinsi dengan IPG tertinggi tahun
2016 adalah Sulawesi Utara dengan
nilai IPG Tahun 2016 sebesar 95,04, yang
pada tahun sebelumnya Provinsi tertinggi adalah Sumatera Barat IPG Tahun 2015
sebesar 94,74 yang pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 94,42. Sedangkan
Provinsi dengan nilai IPG paling rendah adalah Provinsi Papua dengan nilai IPG Tahun
2016 sebesar 79,09. Untuk pencapaian pada level Kabupaten/Kota pada tahun ini tidak
dapat dilakukan analisa dikarenakan Pengukuran Nilai IPG Tahun 2016 yang dilakukan
oleh BPS Pusat hanya sampai pada level Provinsi saja. Namun dari hasil pencapaian
tahun sebelumnya 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan kesemuanya memiliki IPG
diatas 80. Ini berarti kesenjangan/disparitas antar Kabupaten/Kota tidak terlalu besar
seperti keadaan di Indonesia Timur.
Nilai Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2016 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 115
Grafik 20.122 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Sumsel
Realisasi 2014,2015,2016 dan 2017
L P L P L P L P L P
2015 67,25 71,00 11,86 12,20 8,17 7,37 13.275 8.479 71,33 65,78 92,22
2016 67,28 71,16 12,17 12,30 8,18 7,48 13.920 8.797 72,13 66,42 92,08
PERBANDINGAN KOMPONEN IPG SUMSEL TAHUN 2015 DAN 2016
IPM(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Ribu Rupiah) IPG
TAHUN
PENGUKURAN
Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama
Sekolah
Pengeluaran Per
Kapita disesuaikan
Pencapaian nilai IPG Provinsi
Sumatera Selatan tahun sebelumnya
mengalami kenaikan tetapi tidak
signifikan, nilai IPG Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2013 yang merupakan
capaian realisasi IKU Tahun 2014
sebesar 91,25, tahun berikutnya
meningkat 91,64. Capaian IKU Tahun 2016
yang merupakan nilai IPG Tahun 2015
kembali naik menjadi 92,22. Pada capaian Tahun 2017 yang merupakan nilai IPG 2016
mengalami penurunan sedikit sebesar 92,08.
Capaian nilai IPG dipengaruhi oleh berbagai dimensi yaitu dimensi kesehatan,
pendidikan dan ekonomi. Perbandingan nilai komponen penyusun IPG pada Tahun 2015
dan 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Dimensi pertama yaitu kesehatan dihitung dengan komponen angka harapan
hidup perempuan meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 71,00 tahun menjadi 71,16
tahun, angka harapan hidup laki-laki dari 67,25 tahun juga meningkat menjadi 67,28
tahun. Jika dilihat dari kesenjangan laki-laki dan perempuan pada tahun sebelumnya 3,75
pada tahun 2016 mengalami peningkatan kesenjangan menjadi 3,88. Pada Angka
harapan hidup di Provinsi Sumsel angka harapan hidup perempuan melebihi laki-laki.
Dimensi pendidikan yaitu komponen Harapan lama sekolah perempuan
pencapaian tahun sebelumnya 12,20 tahun meningkat menjadi 12,30 tahun, tidak
berbeda dengan harapan lama sekolah laki-laki yang meningkat dari 11,86 tahun menjadi
12,17 tahun. Untuk komponen rata-rata lama sekolah perempuan juga meningkat dari
tahun sebelumnya 7,37 tahun menjadi 7,48 tahun, lebih rendah dibanding rata-rata lama
sekolah laki-laki yang pada tahun sebelumnya 8,17 tahun meningkat menjadi 8,18 tahun.
Pada dimensi pendidikan ini pada harapan lama sekolah perempuan lebih tinggi dibanding
laki-laki dengan nilai kesenjangan antara laki-laki dan perempuan sebesar 0,13, yang
berarti pencapaian antara laki-laki dan perempuan hampir sama besar. Sedang pada
komponen rata-rata lama sekolah perempuan masih jauh dibawah laki-laki dengan nilai
kesenjangan 0,7.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 116
Grafik 20.123 Perbandingan Indeks Pembangunan
Gender (IPG) Realisasi 2017 dan target 2018
Pada dimensi ekonomi yang diwakili pengeluaran perkapita disesuaikan
perempuan dari tahun sebelumnya sebesar 8.479 ribu rupiah menjadi 8.797 ribu rupiah,
sedang pengeluaran perkapita disesuaikan laki-laki dari sebesar 13.275 ribu rupiah
menjadi 13.920 ribu rupiah. Pengeluaran perkapita laki laki jauh diatas perempuan dengan
kesenjangan mencapai 5,123.
Nilai IPG Tahun 2016 sebesar 92,08 menurun sedikit dari sebelumnya 92,22 jika
dilihat dari nilai komponen penyusunannya hampir semuanya mengalami peningkatan
nilai. Namun pada komponen kesehatan terjadi kesenjangan yang antara laki-laki dan
perempuan. Perempuan mempunyai angka harapan hidup lebih tinggi dibanding laki-laki
demikian pula pada dimensi ekonomi yaitu pengeluaran perkapita perempuan berada jauh
dibawah laki-laki dengan kesenjangan yang cukup besar.
Capaian realisasi nilai IPG
tahun 2017 sudah melampaui target
yang diharapkan pada akhir RPJMD
Tahun 2018, dikarenakan adanya
perbedaan dimensi penghitungan
pada awal target ditetapkan.
Pencapaian Nilai Indeks
Pembangunan Gender (IPG) tidak bisa
dilepaskan dari pencapaian Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Sehingga peningkatan capaian indeks ini merupakan
masalah lintas sektoral yang melibatkan banyak pihak khususnya dalam bidang
kesehatan, pendidikan dan juga perekonomian. Untuk itu diperlukan kerjasama dari
berbagai stakeholder terkait dalam upaya peningkatan pemberdayaan perempuan dalam
pembangunan.
Hambatan/Kendala yang Dihadapi dalam Meningkatkan IPG
Indeks Pembangunan Gender sama seperti Indeks Pembangunan Manusia
tersusun dari tiga komponen utama yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Ketiga
komponen tersebut melibatkan berbagai sektor dan memerlukan intervensi dari stake
holder . Upaya yang dilakukan dengan berusaha agar strategi Pengarustamaan Gender
(PUG) diimplementasikan stake holder. Hambatan/ kendala yang dihadapi antara lain :
Masih rendahnya komitmen dari para pemangku kebijakan dan kebijakan
pelaksanaan PUG dalam seluruh aspek pembangunan, misalnya belum semua
Kabupaten/Kota mengintegrasikan isu gender dalam RPJMD dan dokumen
perencanaan lainnya, belum adanya kebijakan daerah tentang pelaksanaan PUG,
masih banyak OPD yang belum menerapkan Anggaran Responsif Gender (ARG)
Masih minimnya sarana pendukung kelembagaan PUG serta terbatasnya anggaran
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 117
Kegiatan Pelatihan PPRG
tidak hanya untuk Program Kegiatan PUG namun instansi yang menangani
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Belum semua Kabupaten/Kota memiliki rencana aksi daerah dan melakukan
evaluasi pelaksanaan PUG di daerahnya
Masih rendahnya ketersediaan data gender sehingga proses penyusunan program
kegiatan pembangunan masih banyak yang belum mempertimbangkan aspek
gender.
Upaya yang Dilaksanakan untuk Meningkatkan IPG
Upaya yang dilakukan Provinsi Sumatera
Selatan dalam meningkatkan IPG melalui
strategi Pengarustamaan Gender yang
dilaksanakan oleh Pokja Pengarustamaan
Gender yang dimotori oleh Four Driver yaitu
Bappeda, Inspektorat, BPKAD dan BPP-PA)
antara lain :
Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada
OPD dan Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan PUG
Melakukan pendampingan kepada kepada OPD dan Kabupaten/Kota untuk
menerapkan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) dengan
membuat Gender Analysis Pathway (GAP) dan Gender Budgeting Statement (GBS).
Mendorong terbentuknya Focal Point di OPD sebagai corong pelaksanaan PUG di
instansi masing-masing.
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang paham PUG dengan
melaksanakan pelatihan.
Mendorong agar OPD dan stakeholders agar membuat Data Terpilah
Mendorong, mengkoordinasikan, serta melaksanakan kegiatan yang mendorong
peningkatan komponen IPG
Mendorong peningkatan kualitas ketahanan keluarga
Meningkatkan jejaring koodinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait antara
lain :
- Melakukan kerjasama dengan akademisi melalui Pusat Studi Gender dan Anak
dengan dua Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Provinsi Sumatera Selatan yaitu
: Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Universitas Sriwijaya dan Pusat Studi
Gender dan Anak (PSGA) UIN Raden Fatah Palembang.
- Mengkoordinasikan Pembentukan Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan
Perempuan dan Anak (Forum Puspa) Provinsi Sumsel.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 118
Grafik 20.124 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Tahun 2017
Program dan Kegiatan yang Dilaksanakan Tahun 2017
Pada tahun 2017 hanya beberapa program/kegiatan yang dapat dilaksanakan.
Program dan Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam mencapai sasaran meningkatnya
kualitas hidup perempuan dengan indikator Indeks Pembangunan Gender (IPG) melalui
Anggaran Pendapat Belanja Daerah (APBD) antara lain: Program peningkatan peran
serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan melalui Peningkatan Peranan dan
Hasil Kerja Perempuan dalam Pembangunan serta Pengumpulan dan pengolahan data
perempuan dan anak. Seluruh kegiatan tahun anggaran 2017 pada Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Selatan yang menunjang
pencapaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) telah relevan dengan target pencapaian
kinerja dan sesuai dengan cascading yang disusun.
Selain melalui APBD, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Provinsi Sumatera Selatan disupport oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak melalui dana dekonsentrasi dengan melaksanakan kegiatan
Penyelarasan Renstra, Pembentukan dan Penyusunan Program Kerja Forum Partisipasi
Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa), Sosialisasi Ketahanan
Keluarga, Peringatan Hari Ibu, Capacity Building Pengelola PPPA Kab/Kota Provinsi
Sumsel.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui Dana
APBN atau Kegiatan Kementerian yang lokusnya di Provinsi Sumatera Selatan
melaksanakan Kegiatan Pelatihan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender
(PPRG) bagi SDM pada Dinas PP-PA, Diskusi Tematik Staff Ahli KPP-PA tentang
Pembangunan Ketahanan Keluarga, dan Monev Pelaksanaan Pembangunan Ketahanan
Keluarga.
20.1.2. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Capaian Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG)
Provinsi Sumatera Selatan pada
tahun 2017 sebesar 70,69 dengan
persentase capaian nilai IDG ini
mencapai 102,18 % dari dari target
IDG tahun 2017 yang diharapkan
mencapai angka 69,18. Angka ini
merupakan nilai IDG tahun 2016 yang
bersumber dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI
bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 119
Keterlibatan
Perempuan di
Parlemen
Perempuan sebagai
Tenaga Manajer,
Profesional,
Administrasi, Teknisi
Sumbangan
Perempuan dalam
Pendapatan Kerja
(%) (%) (%)(1) (2) (3) (4) (5)
ACEH 16,00 51,70 34,51 67,40
SUMATERA UTARA 15,00 52,59 36,01 69,07
SUMATERA BARAT 10,77 58,17 37,29 64,51
RIAU 27,69 52,45 28,10 75,19
JAMBI 12,73 49,79 29,47 63,14
SUMATERA SELATAN 17,33 52,37 34,57 70,69
BENGKULU 17,78 50,91 35,11 71,09
LAMPUNG 13,10 54,13 29,06 61,98
KEP. BANGKA BELITUNG 4,44 48,99 25,69 51,69
KEPULAUAN RIAU 16,28 45,81 27,76 65,60
DKI JAKARTA 18,87 43,29 37,57 72,14
JAWA BARAT 24,00 42,27 29,07 71,15
JAWA TENGAH 24,00 49,30 34,09 74,89
D I YOGYAKARTA 10,91 44,49 40,52 66,96
JAWA TIMUR 15,00 48,14 35,52 69,06
BANTEN 18,82 44,48 31,05 69,14
BALI 9,09 49,28 37,39 63,97
NUSA TENGGARA BARAT 9,38 47,96 32,30 60,06
NUSA TENGGARA TIMUR 10,77 49,63 42,73 65,07
KALIMANTAN BARAT 10,77 43,77 34,92 64,37
KALIMANTAN TENGAH 26,67 46,62 33,26 78,23
KALIMANTAN SELATAN 12,70 51,29 36,05 67,40
KALIMANTAN TIMUR 10,91 44,03 23,00 56,93
KALIMANTAN UTARA 14,29 48,75 25,43 63,52
SULAWESI UTARA 37,78 53,34 31,56 81,24
SULAWESI TENGAH 20,00 52,54 30,00 70,05
SULAWESI SELATAN 21,18 53,81 31,12 70,02
SULAWESI TENGGARA 17,78 47,42 35,86 70,51
GORONTALO 28,89 59,55 25,54 69,70
SULAWESI BARAT 17,78 52,67 36,20 71,71
MALUKU 26,67 49,44 37,12 77,36
MALUKU UTARA 16,28 45,05 36,44 68,19
PAPUA BARAT 4,44 41,90 26,34 49,56
PAPUA 12,73 36,15 35,99 64,73
INDONESIA 17,32 47,59 36,42 71,39
Sumber : Kementerian PP dan PA RI
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) dan Komponennya Menurut Provinsi Tahun 2016
Nama Provinsi IDG
Grafik 20.125 Perbandingan IDG Provinsi Sumsel dan Nasional
Untuk Nilai IDG Provinsi
Sumatera Selatan berada dibawah
nilai capaian nasional sebesar 71,39.
Provinsi yang paling tinggi meraih nilai
Indeks Pemberdayaan Gender Tahun
2016 yaitu Provinsi Sulawesi Utara
sebesar 81,24 dan yang terendah
yaitu Provinsi Papua Barat sebesar 49,56.
Capaian Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG) Provinsi Sumatera Selatan termasuk ke kategori Provinsi dengan nilai IDG tinggi
sebesar 70-80, menempati urutan kesepuluh setelah Sulut, Kalteng, Maluku, Riau,
Jateng, DKI Jakarta, Sulawesi Barat, Jawa Barat dan Bengkulu.
Untuk Nilai Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Provinsi Tahun 2016 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Indeks Pemberdayaan Gender 2013-2014 Provinsi Sumsel
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) memperlihatkan sejauh mana peran aktif
perempuan dalam kehidupan politik, ketenagakerjaan dan ekonomi. Peran aktif
perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup partisipasi berpolitik,
partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi
(perkiraan penghasilan) yang disebut sebagai dimensi IDG.
Dalam penghitungan IDG dimensi tersebut ditandai dengan indikator proporsi
perempuan dan laki-laki di parlemen, proporsi perempuan dan laki-laki yang bekerja
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 120
Grafik 20.126 Perbandingan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Realisasi Tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017
(%) (%) (%)
2013 18,33 51,32 33,91 70,41
2014 17,33 52,09 34,31 70,20
2015 17,33 53,31 34,55 70,36
2016 17,33 52,37 34,57 70,69
TAHUN
Keterlibatan
Perempuan di
Parlemen
Perempuan sebagai
tenaga Manajer,
Profesional,
Administrasi, Teknisi
Sumbangan
Perempuan
dalam
Pendapatan
Kerja
PERBANDINGAN KOMPONEN IDG SUMSEL TAHUN 2013, 2014, 2015 DAN 2016
IDG
sebagai profesional, teknisi, pimpinan dan tenaga ketatalaksanaan serta perkiraan
penghasilan perempuan dan laki-laki yang ditandai dengan sumbangan perempuan dalam
pendapatan kerja .
Dalam penghitungan IDG,
terlebih dahulu dihitung EDEP yaitu
indeks untuk masing-masing komponen
berdasarkan persentase yang
ekuivalen dengan distribusi yang
merata (Equally Distributed Equivalent
Persentage).
Nilai capaian IDG Provinsi Sumatera Selatan 2014-2017 berfluaktif turun naik,
capaian Tahun 2014 sebesar 70,41 yang kemudian menurun sehingga capaian 2015
menjadi 70,20, Tahun 2016 meningkat kembali menjadi 70,36 dan Tahun 2017 meningkat
70,69.
Penurunan Nilai Capaian 2015 merupakan nilai IDG Tahun 2014 pada
komponen Keterlibatan Perempuan di Parlemen sebesar 18,33 menurun pada tahun
berikutnya setelah pemilu 2014 menjadi 17,33 dan tidak terjadi perubahan pada tahun-
tahun berikutnya. Pada komponen Perempuan sebagai tenaga Profesional, Adm, Teknisi
terjadi kenaikan setiap tahunnya yaitu 51,32 pada tahun 2013, meningkat menjadi 52,03
pada Tahun 2014 meningkat kembali menjadi 53,31 Tahun 2015, dan agak mengalami
sedikit penurunan Tahun 2016 menjadi 52,37. Sedang untuk komponen Sumbangan
Perempuan dalam Pendapatan Kerja juga terjadi kenaikan setiap tahun yaitu 33,91
meningkat 34,31, meningkat kembali pada Tahun 2015 menjadi 34,55 dan Tahun 2016
meningkat menjadi 34,57.
Tabel 20.13 Perbandingan Komponen IDG Sumsel Tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016
Perbandingan nilai capaian IDG pada Tahun 2017 dengan target 2018 nilainya
telah melampaui target akhir RPJMD Tahun 2018.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 121
Grafik 20.127 Perbandingan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Realisasi Tahun 2017 dan Target Tahun 2018
Peningkatan partisipasi
perempuan dalam seluruh aspek
pembangunan memerlukan kerjasama
dari seluruh stakeholders terkait karena
hal ini merupakan masalah lintas
sektoral yang melibatkan banyak pihak
khususnya dalam bidang politik, ekonomi
dan ketenagakerjaan yang merupakan
dimensi terkait nilai Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Dari ketiga komponen penyusun
IDG komponen yang tidak mengalami kenaikan yaitu Keterlibatan Perempuan di
Parlemen dikarenakan jumlah perempuan di parlemen hanya berubah jika terjadi Pemilu,
serta adanya pergantian antar waktu. Upaya peningkatan keterlibatan perempuan dalam
parlemen memerlukan dukungan seluruh stake holder yang terlibat karena hal tersebut
telah diamanatkan pada berbagai peraturan perundang-undangan diantaranya Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD yang memberikan
ketentuan agar partai politik memperhatikan keterwakilan perempuan di parlemen
sekurang-kurangnya 30%.
Hambatan/Kendala yang Dihadapi dalam Meningkatkan IDG
Indeks Pemberdayaan Gender tersusun dari tiga komponen utama yaitu
Keterlibatan Perempuan di Parlemen, Perempuan sebagai tenaga Manajer, Profesional,
Administrasi, dan Teknisi serta Sumbangan Perempuan dalam Pendapatan Kerja atau
melihat sejauh mana peran aktif perempuan dalam kehidupan politik, ketenagakerjaan
dan ekonomi. Ketiga komponen tersebut melibatkan berbagai sektor tidak cukup hanya
upaya dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera
Selatan saja. Hambatan/ kendala yang ditemui antara lain :
Belum optimalnya motivasi, pengetahuan, pemahaman dan kemauan perempuan
untuk secara aktif berperan serta dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya
dalam bidang politik.
Terbatasnya anggaran yang dimiliki Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, serta adanya efisiensi mengakibatkan program/kegiatan yang direncanakan
menjadi terhambat atau bahkan ditiadakan.
Masih terbatasnya akses perempuan.
Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.
Upaya yang Dilaksanakan untuk Meningkatkan IDG
Upaya yang dilakukan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Provinsi Sumatera Selatan dalam meningkatkan IDG antara lain :
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 122
Melakukan advokasi, sosialisasi kepada OPD, organisasi perempuan, organisasi
politik, organisasi kemahasiswaan dan masyarakat baik di Level Provinsi dan
Kabupaten/Kota agar mendorong peran serta perempuan dalam pembangunan
Melaksanakan peningkatan pemahaman dan pengetahuan untuk mendorong kaum
perempuan agar mau maju menjadi wakil rakyat
Melaksanakan pelatihan kepada para perempuan yang potensial menjadi Pemimpin
(Calon Kepala Daerah)
Memberikan pelatihan dan bantuan peralatan kepada kaum perempuan yang
mau meningkatkan ekonomi
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait antara lain :
- Melakukan kerjasama dengan akademisi melalui Pusat Studi Gender dan Anak
dengan dua Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Provinsi Sumatera Selatan
yaitu : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Universitas Sriwijaya dan Pusat
Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Raden Fatah Palembang.
- Melakukan bekerjasama dengan Anggota Legislatif Perempuan DPRD Provinsi
Sumatera Selatan yang tergabung dalam Kaukus Perempuan Politik Indonesia
(KPPI) menyelenggarakan Kegiatan Peran Perempuan dalam Kepemimpinan.
Program dan Kegiatan yang Dilaksanakan Tahun 2017
Pada tahun 2017 hanya beberapa program/kegiatan yang dapat
dilaksanakan. Program dan Kegiatan yang
telah dilaksanakan dalam mencapai sasaran
meningkatnya kualitas hidup perempuan
dengan indikator Indeks Pemberdayaan
Gender (IDG) melalui Anggaran Pendapat
Belanja Daerah (APBD) antara lain: Program
penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak, Program
peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan dan serta
Program Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan.
Pada Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak
dilaksanakan penguatan kelembagaan yang berada di bawah Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yaitu Kegiatan Peningkatan
Kelembagaan Wanita ( Dharma Wanita) yang bertujuan untuk membina anggota
Dharma Wanita yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.
Sedangkan pada program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam
pembangunan melalui Kegiatan Pengembangan Model Desa Prima dengan memberikan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 123
pelatihan dan bantuan peralatan kepada kelompok wanita yang ada di desa untuk
meningkatkan perekonomian dengan menggunakan sumber daya alam yang ada di desa
tersebut, Program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan diantaranya
dengan Kegiatan Peran perempuan dalam kepemimpinan bertujuan untuk memberikan
motivasi kepada perempuan agar mau eksis dan berkiprah menjadi pemimpin. Analisis
atas efisiensi penggunaan sumber daya bahwa Seluruh kegiatan tahun anggaran 2017
pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera
Selatan yang menunjang pencapaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) telah relevan
dengan target pencapaian kinerja dan sesuai dengan cascading yang disusun.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui
Dana APBN atau Kegiatan Kementerian yang lokusnya di Provinsi Sumatera
Selatan melaksanakan Kegiatan Peningkatan Kapasitas Perempuan Potensial
Calon Kepala Daerah. Kegiatan ini merupakan pembekalan kepada para
perempuan yang potensial menjadi kepala daerah.
Pemerintah baik di Pusat dan Daerah harus mampu
menyusun program pembangunan yang lebih responsif
gender, dengan memperhatikan akses partisipasi,
mengingat Pemerintah
menargetkan kesetaraan
gender terwujud ditahun
2025 mendatang. Hal
tersebut ditunjukan agar perempuan juga mampu
secara optimal menikmati perannya sebagai subjek
sekaligus objek pembangunan sehingga sasaran meningkatkan kualitas hidup
perempuan agar setara dengan laki-laki akan tercapai.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 124
Grafik 21.128 Target dan realisasi tahun 2017 Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK)
Untuk mewujudkan tujuan tiga puluh dua dari misi kedua telah ditetapkan 1 (Satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (Satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
% 69,06 69,50 100,64
2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
% 4,23 4,39 96,36
Capaian Indikator kinerja dari sasaran menurunnya angka pengangguran adalah
sebagai berikut :
21.1.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) adalah suatu indikator
ketenagakerjaan yang memberikan
gambaran tentang penduduk yang aktif
secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari
merujuk pada suatu waktu dalam periode
survei. Pada tahun 2017 TPAK
diproyeksikan sebesar 69,06%, namun berdasarkan data yang direlease BPS TPAK pada
tahun 2017 sebesar 69,50%.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan adanya penurunan dari
sebesar 71,59% di tahun 2016 menjadi sebesar 69,50% di tahun 2017, terjadi penurunan
sebesar 2,09% . Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah Angkatan Kerja. Jumlah
Angkatan Kerja pada tahun 2018 diproyeksikan akan mengalami peningkatan menjadi
sebesar 3.967.992 orang. Demikian juga jumlah Penduduk Usia Kerja (PUK) juga akan
TUJUAN 21 DARI
MISI KEDUA
Rasio Kesempatan Kerja Terhadap
Penempatan Calon Tenaga Kerja
21.1 Menurunnya Angka Pengangguran
68,8
69
69,2
69,4
69,6
target realisasi
69,0669,5
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 125
Grafik 21.129 Perbandingan s/d Tahun 2018 Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK)
Grafik 21.130 Target dan realisasi tahun 2017 dengan Target Tahun
2018 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Grafik 21.131 Tingkat pengganguran Terbuka Tahun 2017
mengalami peningkatan sebesar 5.844.985 orang. Peningkatan PUK dan Angkatan Kerja
berdampak pada meningkatnya prosentase TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja).
Grafik dibawah ini menggambarkan persentase Target dan Realisasi Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013, 2014, 2015,
2016 dan 2017 dan target sampai dengan tahun 2018:
Seiring dengan peningkatan
jumlah Penduduk Usia Kerja (PUK)
dan jumlah Angkatan Kerja, maka
Prosentase TPAK juga akan
mengalami peningkatan. TPAK
diproyeksikan terus meningkat sampai
dengan tahun 2018.
Capaian TPAK secara rata-rata dari tahun 2013 sampai dengan 2017 apabila
dibandingkan dengan capaian jangka menengah tahun 2018 tergambar dari grafik
dibawah ini :
Untuk menaikkan TPAK
Program-program yang harus
dilaksanakan adalah program yang
mengarah kepada penciptaan
lapangan kerja baru atau program
perluasan kesempatan kerja dengan
beberapa kegiatan seperti Padat Karya
Produktif, Kewirausahaan, Peningkatan
Produktivitas, Teknologi Tepat Guna, dan Tenaga Kerja Mandiri.
21.1.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) adalah persentase
jumlah pengangguran terhadap jumlah
angkatan kerja. TPT mempunyai
kegunaan untuk mengindikasikan
besarnya persentase angkatan kerja yang
termasuk dalam pengangguran. Variabel untuk menyusun indikator ini diperoleh dari
Sakernas dan Sensus Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
4,15
4,2
4,25
4,3
4,35
4,4
Target Realisasi
4,23
4,39
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 126
Grafik 21.132 Perbandingan s.d Tahun 2018 Tingkat pengganguran
Terbuka
Grafik 21.133 Perbandingan Tingkat pengganguran Terbuka realisasi
tahun 2017 dengan tahun 2018
Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2017
mencapai 4,39% atau sebanyak 181.100 0rang, mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2016 sebesar 4,31% atau sebanyak 180.200 orang, turun sebesar 0,08% atau
sebanyak 900 orang. Dengan indikator TPT dapat diinterpretasikan bahwa TPT yang
tinggi menunjukkan bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada
pasar kerja.
Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
tahun 2013, 2014, 2015 dan tahun 2016, 2017 dari sasaran berkurangnya pengangguran
adalah :
Indikator Kinerja
Tingkat Capaian
Satuan 2013 2014 2015 2016 2017
1
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
% 4,84 4,96 6.07 4,31 4,39
Dengan menurunnya
jumlah pengangguran maka
berdampak pada presentase
Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT). TPT pada tahun 2017
sebesar 4,31% ditargetkan
menurun pada tahun 2018 sebesar
3,98%.
Perbandingan antara capaian sampai dengan tahun 2017 dengan capaian tahun
2018 dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) ditargetkan terus menurun sampai
dengan tahun 2018, yaitu sebesar 3,98%.
Oleh karena itu angka pengangguran harus
ditekan semaksimal mungkin. Kedepan
terus diupayakan untuk melaksanakan
program-program yang berdampak pada
penurunan angka pengangguran sebagaimana telah diuraikan diatas.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 127
Grafik 21.134 Perbandingan Tingkat pengganguran Terbuka realisasi
tahun 2017 dengan tahun 2018
Perbandingan antara capaian sampai dengan tahun 2017 dengan capaian
standar nasional dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Sumatera
Selatan lebih rendah
dibanding tingkat nasional.
Hal ini disebabkan adanya
pembangunan sarana dan
prasarana untuk menunjang
event internasional ASEAN
GAMES sehingga meningkatnya
penyerapan tenaga kerja.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 128
Grafik 22.135 Pertumbuhan Ekonomis Provinsi Sumsel
Untuk mewujudkan tujuan tiga puluh tiga dari misi kedua telah ditetapkan 1 (Satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (Satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Persentase Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumsel
% 6,50 5,51 84,77
2. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumsel
Poin 67,99 68,93 101,38
3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Sumsel
% 12,27 13,19 93,02
Capaian Indikator kinerja dari sasaran meningkatnya pencapaian sasaran
indikator makro sesuai target RPJMD adalah sebagai berikut :
22.1.1. Persentase Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumsel
Perekonomian Sumatera Selatan
pada tahun 2017 tumbuh 5,51% meningkat
dibandingkan tahun 2016 yang berada pada
level 5,03%. Pertumbuhan ekonomi tahun
2017 ini pun merupakan angka tertinggi
selama periode 2013 s.d 2017 dimana pada
awal periode tersebut terjadi penurunan
ekonomi Sumatera Selatan seiring
terjadinya gejolak ekonomi global, yaitu pada tahun 2014 menjadi 4,79% dan tahun 2015
sebesar 4,42% sehingga capaian pertumbuhan ekonomi berada dibawah target yang
ditetapkan RPJMD. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan tahun 2017
berada diatas pertumbuhan nasional yang mencapai 5,07%.
Dari sisi permintaan, ekspor luar negeri dan investasi menjadi komponen
penyumbang terbesar pada tahun 2017. Perbaikan harga beberapa komoditas unggulan
TUJUAN 22 DARI
MISI KEDUA
Terwujudnya Perencanaan Pembangunan yang berbasis
Kebutuhan Masyarakat
22.1 Meningkatnya Pencapaian Sasaran
Indikator Makro Sesuai Target RPJMD
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 129
Grafik 22.136 IPM Provinsi Sumsel
TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGETPREDIKSI
CAPAIAN
1. Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,40 7,53 7,50 7,66 7,60 7,77 7,70 7,83 7,80 7,93
2. Harapan Lama Sekolah (tahun) 11,30 11,46 11,50 11,75 11,70 12,02 11,90 12,23 12,10 12,49
3. Angka Harapan Hidup (tahun) 69,84 68,84 70,50 68,93 70,70 69,14 70,90 69,16 71,00 69,27
4. Pengeluara per Kapita (Rp. 000) 9.000.000 9.231.000 9.200.000 9.302.000 9.400.000 9.474.000 9.600.000 9.935.000 9.800.000 10.169.000
66,27 66,16 66,87 66,75 67,26 67,46 67,65 68,24 67,99 68,93
68,31 68,90 69,55 70,18
IPM
NASIONAL
IndikatorNo.
2013 2014 2015 2016 2017
Sumatera Selatan, terutama karet dan batubara, serta pembangunan Proyek Strategis
Nasional dan sarana pendukung penyelenggaraan Asian Games 2018 memberikan
dampak positif pada kinerja kedua komponen tersebut. Dari sisi produksi, Sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor
Industri Pengolahan, sektor Kontruksi dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran
menjadi tumpuan perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.
Dengan melihat pertumbuhan perekonomian tahun 2017 maupun tahun-tahun
sebelumnya, perkekonomian Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 diperkirakan akan
terus meningkat seiring dengan adanya penyelenggaraan event besar berskala nasional
maupun internasional dan pembangunan infrastruktur startegis yang terus berjalan serta
dimulainya operasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api.
Perekonomian Sumatera Selatan tahun 2018 secara optimis diperkirakan akan tumbuh
pada kisaran 5,6 s.d 5,9% didorong oleh Konsumsi Rumah Tanggga, Investasi dan
Ekspor.
22.1.2. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumsel
Capaian Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sumatera Selatan dari tahun
ketahun terus meningkat. Pada tahun
2016, IPM Provinsi Sumatera Selatan
yaitu 68,24% dan telah mencapai
target. Target dan capaian IPM ini
telah dikonversikan dan dihitung
menggunakan perhitungan metode baru bersama BPS Provinsi Sumatera Selatan. Rata-
rata lama sekolah sebagai salah satu komponen IPM di ukur pada penduduk usia 25
tahun keatas. Pada Tahun 2017 target IPM Provinsi Sumatera Selatan lebih tinggi
dibandingkan target tahun 2016, tetapi capaian IPM tahun 2016 telah mencapai taget
tahun 2017. Prediksi capaian IPM tahun 2017 adalah 68,93% dan diperkirakan akan
mencapai target tahun 2017. Jika dilihat dari capaian IPM tahun 2016 dan prediksi
capaian tahun 2017 maka diperkirakan target IPM pada tahun 2018 sebesar 68,41% juga
akan tercapai.
Tabel 22.14 Target dan Capaian IPM Provinsi Sumatera Selatan Metode Baru Per Komponen Tahun 2013-2016
Serta Target dan Prediksi Capaian Tahun 2017
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 130
Grafik 22.137 Persentase Penduduk Miskin di Sumsel
Trend capaian IPM Provinsi Sumatera Selatan dan komponen pembentukan
pada tahun 2013-2016 mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan manusia di Provinsi Sumatera Selatan sudah semakin membaik. Tetapi
jika dibandingkan dengan capain IPM nasional, pada tahun 2016 capain IPM Provinsi
Sumatera Sleatan masih dibawah capaian nasional. Untuk itu masih diperlukan upaya-
upaya peningkatan pembangunan manusia di Provinsi Sumatera Selatan. Salah satu
upaya percepatan peningkatan IPM Provinsi Sumatera Selatan di lihat dari komponen
rata-rata lama sekolah yang masih rendah yaitu Program Kejar Pake A,B dan C di
Seluruh Kabupaten/Kota.
22.1.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Sumsel
Provinsi Sumatera Selatan
secara persentase penduduk miskin
mengalami penurunan dari tahun 2013
s.d 2017. Target indikator persentase
penduduk miskin tahun 2017 yaitu
12,27% sedangkan capaian realisasi
persentase penduduk miskin tahun
2017 yaitu 13,19%. Target indikator
capaian persentase penduduk miskin Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2017
sebesar 12,27% dan pada tahun 2018 sebesar 12,69%.
Provinsi Sumatera selatan secara persentase penduduk miskin mengalami
penurunan dari tahun 2013 sebesar 14,24% hingga 2017 sebesar 13,19% , meskipun
pada periode tahun 2013 s.d 2016 sempat mengalami fluktuasi capaian, namun secara
keseluruhan terjadi penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan selama
periode 2013-2017 dimana mengalami penurunan sebesar 1,05% atau 0,26%
pertahunnya. Nilai indikator sasaran persentase penduduk miskin Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2017 adalah sebesar 12,27%. Tugas berat Provinsi Sumatera
Selatan selanjutnya adalah mencapai target yang telah ditetapkan didalam akhir periode
RPJMD 2018 dan RPJMN 2019. Dari capaian saat ini 2017 sebesar 13,19% masih ada
gap terhadap capaian target RPJMD Tahun 2018 (12,69%) sebesar 0,5% serta target
RPJMN tahun 2019 (7,80%) sebesar 5,8%.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 131
Grafik 23.138 Persentase Angka Pertumbuhan Modal Koperasi Tahun
2017
Untuk mewujudkan tujuan tiga puluh lima dari misi kedua telah ditetapkan 2 (Dua)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 2 (Dua)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Kualitas Koperasi dapat dilihat dari angka pertumbuhan modal koperasi dan
volume usaha koperasi. Kualitas koperasi yang semakin profesional dikelola secara
efektif dan efisien serta kelembagaan yang semakin sehat, hal ini dilakukan melalui
pembinaan, fasilitasi dan konsultasi secara berkesinambungan mengenai akses modal,
pemasaran dan manajemen usaha. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran
keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Persentase Angka Pertumbuhan Modal Koperasi
% 2 10,2 510
2. Persentase Kenaikan Omset UMKM % 1 0,01 0,90
Capaian Indikator kinerja dari sasaran meningkatnya kualitas koperasi adalah
sebagai berikut :
23.1.1. Persentase Angka Pertumbuhan Modal Koperasi
Modal koperasi adalah modal yang bersumber
dari luar dan dari koperasi itu sendiri, modal luar
terdiri dari hutang/pinjaman yang bersumber dari
anggota atau bukan anggota koperasi, atau
lembaga keuangan lainnya. Modal sendiri terdiri
dari simpanan pokok dan simpanan wajib
anggota, cadangan, hibah/donasi serta Sisa
Hasil Usaha (SHU). Capaian kinerja modal
koperasi pada tahun 2017 terealisasi sebesar
Rp. 3.373.410.000.000,- atau naik sebesar
10,2% dari target yang ditetapkan yaitu sebesar
TUJUAN 23 DARI
MISI KEDUA
Terwujudnya UMKM dan Koperasi yang Kuat, Sehat dan Berdaya
Saing
23.1 Meningkatnya Kualitas Koperasi
1828210
3373410
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
Target Realisasi
Perbandingan Persentase Angka
Pertumbuhan Modal Koperasi Target
dan Realisasi tahun 2017
(Rp. Juta)
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 132
Grafik 23.140 Persentase Angka Pertumbuhan Modal Koperasi Tahun
2013 s.d 2018
Grafik 23.139 Perbandingan Persentase Angka Pertumbuhan Modal
Koperasi Tahun 2013 s.d 2017
Rp. 1.828.210.000.000,-. atau sebesar 2%.
Capaian kinerja Modal Koperasi mengalami
kenaikan dari tahun ketahun, Pada tahun
2015 capaian kinerja Modal Koperasi
terjadi penurunan sebesar 18% atau
sebesar Rp. 2.951.910.000.000,-
sedangkan di tahun 2014 capaiannya
sebesar Rp. 3.600.260.000.000,- Hal ini
dikarenakan jumlah pinjaman dari
perbankan atau non perbankan berkurang
karena adanya pengembalian pinjaman.
Pada tahun 2017 pertumbuhan modal
koperasi meningkat sebesar 10,23%, atau
Rp. 3.373.410.000.000,- dari tahun 2016 sebesar Rp. 3.060.130.000.000,-.
Indikator angka pertumbuhan modal
koperasi pada akhir periode
RPJMD tahun 2018 ditargetkan
terjadi kenaikan 10% atau
Rp. 1.862.070.000.000,- Apabila
dibandingkan dengan capaian
pada tahun 2017 sebesar
Rp. 3.373.410.000.000,-, maka
capaian indikator ini telah melebihi
target yang ditetapkan di tahun 2018
tersebut.
Indikator angka pertumbuhan modal
koperasi di atas ditunjang oleh Program Peningkatan Perkuatan permodalan UMKMK
yang dianggarkan sebesar Rp. 70.000.000,- dan terealisasi dana sebesar
Rp. 69.840.200,- (99,77%), yang terealisasi melalui kegiatan :
1. Optimalisasi Pemanfaatan Modal Bagi UMKM, sebesar Rp. 70.000.000,- dan
terealisasi dana sebesar Rp. 69.840.200,- (99,77%) dan realisasi fisik kegiatan
100%.
1692790
3600260
29519103061130
3373410
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
2013 2014 2015 2016 2017
Perbandingan Realisasi Persentase
Pertumbuhan Modal Koperasi Tahun
2013 s/d 2017 (Rp. Juta)
1692790
16927901726650
3600260
1760500
2951910
1794360
3061130
1828210
3373410
1862070
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Target Realisasi
Perbandingan Prosentase Pertumbuhan Modal Koperasi antara Target dan Realisasi
Tahun 2013 s/d 2018 (Rp. Juta)
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 133
Grafik 23.141 Persentase Kenaikan Omset UMKM Tahun 2017
Grafik 23.143 Perbandingan Persentase Kenaikan Omset UMKM Tahun
2013 s.d 2018
Grafik 23.142 Perbandingan Persentase Kenaikan Omset UMKM Tahun
2013 s.d 2017
23.1.2. Persentase Kenaikan Omset UMKM
Untuk capaian indikator jumlah omzet UMKM
terjadi Penurunan atau tidak mencapai target,
bila dibandingkan dengan target yang
ditetapkan pada tahun 2017 sebesar 1%
atau Rp. 25.719.520.000.000,- dan
terealisasi 0,009% atau sebesar
Rp. 25.531.330.000.000,-. menurunnya
omzet UMKM ini dikarenakan Perekonomian
semakin melemah sehingga menurunnya
tingkat daya beli masyarakat dan adanya
efisiensi anggaran dari Program Kegiatan yang menunjang Indikator ini.
Jika dibandingkan dengan tahun 2017,
terjadi peningkatan jumlah Omzet
UMKM sebesar 0.009%, dimana pada
Tahun 2016 jumlah Omzet UMKM
sebesar Rp. 25.528.910.000.000,-
sedangkan pada tahun 2017 mencapai
Rp. 25.531.330.000.000,-
Untuk capaian indikator omset
UMKM terus terjadi peningkatan dari
tahun sebelumnya, dan bila
dibandingkan dengan target yang
ditetapkan pada RPJMD Tahun 2018
yaitu sebesar 5% atau Rp.
25.969.200.000.000,- sedangkan
pada tahun 2017 telah mencapai Rp.
25.531.330.000.000,- atau sudah
tercapai 3,48%.
Pencapaian yang tidak sesuai dengan target yang ditetapkan ini dikarenakan
adanya pengalokasian kegiatan ke Program Kegiatan yang menunjang Indikator ini,
namun indikator ini ditunjang oleh program kegiatan yang dibiayai dari dana APBN yaitu
kegiatan Smesco.
25719520
25531330
25.400.000
25.500.000
25.600.000
25.700.000
25.800.000
Target Realisasi
Perbandingan Persentase Kenaikan
Omset UMKM Target dan Realisasi
tahun 2017
(Rp. Juta)
2472084024968050 25276145 25528910 25531330
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
2013 2014 2015 2016 2017
Perbandingan Realisasi Persentase
Kenaikan Omset UMKM Tahun 2013
s/d 2017 (Rp. Juta)
2688467
24720840
24970510
24968050
25220180
25276145
25469850
25528910
25719520
25531330
25969200
24000000
24500000
25000000
25500000
26000000
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Target Realisasi
Perbandingan Prosentase Kenaikan Omset UMKM antara Target dan Realisasi
Tahun 2013 s/d 2018 (Rp. Juta)
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 134
Grafik 23.144 Angka Pertumbuhan UMKM dan 2017
Grafik 23.145 Perbandingan Angka Pertumbuhan UMKM Tahun 2013 s.d 2017
Meningkatnya ekonomi kemasyarakatan dilihat dari banyaknya aktifitas
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Hal ini disebabkan semakin
terbukanya peluang usaha, terbukanya informasi serta berkembangnya jaringan
pemasaran yang menjadikan tingginya minat masyarakat untuk terjun menjadi wirausaha.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Angka Pertumbuhan UMKM % 1 0,04 4
2. Jumlah Koperasi Aktif Unit 4.495 4.699 104,54
Capaian Indikator kinerja dari sasaran meningkatnya ekonomi kemasyarakatan
adalah sebagai berikut :
23.2.2. Angka Pertumbuhan UMKM
Capaian indikator Angka Pertumbuhan
UMKM pada tahun 2017 ditargetkan terjadi
kenaikan sebesar 1% atau 2.128.876
UMKM dan terealisasi sebesar 2.103.268
UMKM atau sebesar 0,04%. Menurunnya
jumlah UMKM ini dikarenakan
Perekonomian semakin melemah sehingga
menurunnya tingkat daya beli masyarakat.
Kenaikan angka pertumbuhan
UMKM dari tahun 2013 sampai
tahun 2017 terjadi peningkatan,
dimana pada tahun 2017 terjadi
peningkatan jumlah UMKM
sebesar 0,04%, dimana pada
Tahun 2017 jumlah UMKM
sebesar 2.103.268 UMKM
sedangkan pada tahun 2016
mencapai 2.102.478 UMK
23.2 Meningkatnya Ekonomi
Kemasyarakatan
2128876
2103268
2.050.000
2.075.000
2.100.000
2.125.000
2.150.000
Target Realisasi
Perbandingan Prosentase Angka
Pertumbuhan UMKM antara Target dan
Realisasi Tahun 2017 (UMKM)
2002836 2022868 2071416 2102478 2103268
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
2013 2014 2015 2016 2017
Perbandingan Realisasi Angka
Pertumbuhan UMKM Tahun 2013 s/d
2017 (UMKM)
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 135
Grafik 23.147 Koperasi Aktif Tahun 2017
2688467
2002836
2031787
2002868
2066420
2071416
2095350
2102478
2128876
2103268
2166132
1900000
1950000
2000000
2050000
2100000
2150000
2200000
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Target Realisasi
Perbandingan Prosentase Angka Pertumbuhan UMKM antara Target dan Realisasi
Tahun 2013 s/d 2018 (UMKM)
Grafik 23.146 Perbandingan Angka Pertumbuhan UMKM Tahun 2013 s.d 2018
Untuk capaian indikator
jumlah UMKM terus terjadi
peningkatan dari tahun sebelumnya,
dan bila dibandingkan dengan target
yang ditetapkan pada RPJMD Tahun
2018 yaitu sebesar 5% atau 2.166.132
UMKM sedangkan pada tahun 2017
telah mencapai 2.103.268 UMKM atau
sudah tercapai 4.94%.
Program yang mendukung indikator ini adalah program Pengembangan Sistem
Pendukung Usaha bagi UMKM yaitu melalui kegiatan :
1. Peningkatan SDM Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) yang
dianggarkan Rp. 158.400.000,- dan terealisasi dana sebesar Rp.154.704.600,-
(97,67%) dan realisasi fisik kegiatan 100%.
2. Peningkatan SDM Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) melalui dana
DAK yang dianggarkan Rp. 1.000.000.000,- dan terealisasi dana sebesar
Rp.975.045.000,- (97,50%) dan realisasi fisik kegiatan 100%.
23.2.4. Jumlah Koperasi Aktif
Koperasi Aktif adalah Koperasi yang dalam 2
tahun terakhir mengadakan RAT (Rapat
Anggota Tahunan). Capaian kinerja Koperasi
Aktif pada tahun 2017 terealisasi sebesar
4.699 Unit atau Naik 4,5% dari pencapaian
Koperasi Aktif tahun sebelumnya.
45754699
4.0004.1004.2004.3004.4004.5004.6004.7004.800
Target 2017 Realisasi 2017
Perbandingan Prosentase Jumlah Koperasi
Aktif Tahun 2017 (Unit)
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 136
42274312 4336
43974450
4485 44954575
46994667
3800
4000
4200
4400
4600
4800
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Target Realisasi
Perbandingan Prosentase Angka Pertumbuhan UMKM antara Target dan Realisasi
Tahun 2013 s/d 2018 (UMKM)
Grafik 23.148 Perbandingan Koperasi Aktif Tahun 2013 s.d 2017
Grafik 23.149 Perbandingan Koperasi Aktif Tahun 2013 s.d 2018
Capaian kinerja Koperasi Aktif pada
tahun 2017 terealisasi sebesar 4.699
Unit atau Naik 4,5% dari pencapaian
Koperasi Aktif tahun 2016 sebesar
4.495 unit. Dengan kondisi seperti ini
maka target Koperasi Aktif pada
tahun 2017 sebesar 4.575 unit telah
tercapai.
Pada awal periode RPJMD tahun 2013
Indikator jumlah koperasi aktif sebesar
4.227 unit, sedangkan di akhir periode
RPJMD tahun 2018 ditargetkan menjadi
sebesar 4.667 unit. Apabila
dibandingkan dengan capaian pada
tahun 2016 sebesar 4.495 unit, maka
realisasi indikator ini telah mencapai
6,34% dari target yang ditetapkan di tahun
2018 tersebut.
Indikator jumlah koperasi aktif di atas ditunjang beberapa program kegiatan yang ada
yaitu Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan yang dianggarkan sebesar
Rp. 79.346.500,- dan terealisasi dana sebesar Rp. 73.840.000,- (100%), yang terealisasi
melalui kegiatan :
1. Penghargaan Koperasi Berprestasi dianggarkan sebesar Rp. 35.000.000,- dan
terealisasi dana sebesar Rp. 34.840.000,- dan realisasi fisik kegiatan 100%.
2. Penyuluhan dan Pemasyarakatan Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi
(GEMASKOP) sebesar Rp. 39.000.000,- dan terealisasi dana sebesar
Rp. 39.000.000,- dengan realisasi fisik kegiatan 100%.
4227 4336 4450 4495 4699
0100020003000400050006000
2013 2014 2015 2016 2017
Perbandingan Realisasi Jumlah Koperasi
Aktif Tahun 2013 s/d 2017 (Unit)
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 137
Untuk mewujudkan tujuan tiga puluh tujuh dari misi ketiga telah ditetapkan 1 (Satu)
sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (Satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Kegiatan pemantapan pengelolaan hutan melalui rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di
luar kawasan hutan selama kurun waktu 2015-2016 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian
sasaran serta target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan
Ha/Tahun 70 1.546,53 2.209,33
2. Jumlah DAS / Sub DAS yang Dikelola secara terpadu
Unit 1 1 100
Capaian Indikator kinerja dari sasaran meningkatkan daya dukung DAS Musi dan
Pengelolaan DAS terpadu adalah sebagai berikut :
24.1.1. Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan q
Sejalan dengan perkembangan waktu tekanan terhadap kawasan hutan semakin
tinggi yang antara lain disebabkan oleh gangguan penebangan liar (Illegal Logging),
perambahan kawasan hutan, alih fungsi kawasan hutan, kebakaran hutan. Selain itu
dampak dari pengelolaan lahan yang tidak memperhatikan teknik konservasi tanah dan
air yang baik sehingga menyebabkan masih banyaknya lahan kritis di Provinsi Sumatera
Selatan. Lahan kritis wilayah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017 seluas
±137.490.847Ha.
Untuk mengatasi masalah lahan kritis di Provinsi Sumatera Selatan dilakukan
rehabilitasi hutan dan lahan yang dimaksudkan untuk mempertahankan dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan
peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Rehabilitasi
hutan dan lahan merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan yang
ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran Sungai.
TUJUAN 24 DARI
MISI KETIGA
Mewujudkan Pemantapan
Pengelolaan Hutan
24.1 Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi
dan Pengelolaan DAS Terpadu
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 138
Grafik 24.150 Target dan Realisasi Luas rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan pada tahun 2017
Luas rehabilitasi lahan kritis di dalam
dan di luar kawasan hutan pada Tahun
2017 ditargetkan seluas 70 Ha.
Realisasi Luas Lahan Kritis di dalam
dan di luar kawasan hutan yang
direhabilitasi seluas 1.546,53 Ha,
sehingga capaian indikator kinerja
Luas Lahan Kritis di dalam dan diluar
kawasan hutan yang direhabilitasi
telah berhasil dicapai sebesar
2.209,33%.
Keberhasilan pencapaian rehabilitasi lahan kritis tidak terlepas dari dukungan faktor
antara lain : sumber daya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas
Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (Sumber
dana APBD, APBN, Swasta), Koordinasi antar instansi/lembaga dan kebijakan dari
pemerintah.
Bila dilihat dari Grafik disamping, Indikator
kinerja luas rehabilitasi lahan kritis didalam
dan diluar kawasan hutan dari tahun 2014
sampai dengan tahun 2017 telah dicapai
seluas 4.439,03 Ha.
Rehabilitas hutan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga
kelestarian hutan. Rehabilitasi hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan pada saat
ini telah dilaksanakan melalui kebijakan peningkatan peran serta/partisipasi masyarakat.
Dengan meningkatnya peran serta/partisipasi masyarakat, diharapkan akan terjadi
pengurangan lahan kritis yang signifikan.
Grafik 24.151 Capaian Indikator Luas Rehabilitasi Lahan Kritis Didalam dan Diluar Kawasan Hutan Tahun 2014 s/d 2017
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 139
Grafik 24.152 Perbandingan Target RPJMD dan Realisasi Tahun 2014 s/d 2017Luas rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan
Berdasarkan grafik disamping,
indikator kinerja luas rehabilitasi lahan
kritis didalam dan diluar kawasan
hutan dari Tahun 2014 sampai dengan
Tahun 2017 telah dicapai seluas
4.439,03 Ha, dan apabila
dibandingkan dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam
dokumen RPJMD Provinsi Sumatera
Selatan periode 2013-2018 dengan
total luas 1.230 Ha, maka persentase
capaian kinerja luas rehabilitasi lahan
kritis didalam dan diluar kawasan
hutan telah dicapai sebesar 360,90%
Hal ini dikarenakan meningkatnya hasil rehabilitasi lahan kritis yang telah dilaksanakan
baik oleh masyarakat, perusahaan dan pemerintah pada tahun sebelumnya.
- Pencapaian sasaran kinerja Luas lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan
yang direhabilitasi (Rehabilitasi HL/KSA/KPA dan HKm/HD) tidak terlepas dari
dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2017, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja
Tahun 2017dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2017. Adapun program dan
kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 yang mendukung
tercapainya sasaran ini adalah Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan
Hutan dengan total anggaran Rp. 240.000.000,- dan Realisasi keuangan
Rp. 186.596.000,- atau 77,75% dan realisasi fisik 82,50% yang meliputi 3 (Tiga)
kegiatan, yaitu Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Catchment Area Daerah
Irigasi Bendungan, Kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan
Lindung, dan Kegiatan Pembinaan, Monitoring, dan Evaluasi Kegiatan
Rehabilitasi/Reklamasi Hutan dan Lahan.
24.1.2. Jumlah DAS/Sub DAS yang Dikelola Secara Terpadu
Sungai Musi telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di
sepanjang sungai, namun manfaat tersebut akhir-akhir ini dirasakan semakin berkurang
bahkan mengandung potensi bencana karena rusaknya ekosistem DAS Musi tersebut.
DAS Musi mengalami kerusakan disebabkan oleh peningkatan pemanfaatan sumberdaya
alam sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan tuntutan pemenuhan kebutuhan
masyarakat, konflik kepentingan dan kurangnya keterpaduan antar sektor, serta antar
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 140
wilayah hulu dan hilir.
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sumsel terus mengalami kritis dan degradasi. Hal
ini diindikasikan dari bencana banjir dan longsor yang makin sering terjadi. Setidaknya,
Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi telah mengalami kritis dan erosi mencapai 41,67%.
Kerusakannya terindikasi dari debit air yang makin menurun dan interusi air laut. Tingkat
kerusakan hingga terjadi bencana makin sering dialami masyarakat Sumatera Selatan,
sehingga butuh manajemen daerah aliran sungai menuju pembangunan ekonomi hijau.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi mencakup wilayah Provinsi Sumatera Selatan,
sebagian wilayah Provinsi Jambi, Bengkulu, dan Lampung baik bagian hulu, tengah dan
hilir mengalami permasalahan yang sama, makin kritis, degradasi dan erosi.
Di kawasan hulu bagian terjal atau pada areal yang bertopografi berbukit di
Sumatera Selatan, seperti Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat dan kawasan Bukit Barisan
mengalami degradasi sudah 57,58% karena masyarakat bukan menanam tanaman
keras, melainkan Palawija.
Sementara wilayah tengah, kawasan banjir dan longsor mengalami perluasan
dan kawasan hilir, seperti halnya Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin dan topografi
rawa mengalami perubahan tutupan lahan, misalnya terjadi kebakaran lahan dan hutan
(karhutla) dan ekspansi perkebunan.
Apabila tidak ada upaya perbaikan lingkungan maka kecenderungan kerusakan
ekosistem DAS Musi akan semakin meningkat, baik oleh faktor alam maupun tekanan
penduduk dengan segala aktivitasnya. Masalah lain yang cukup serius adalah adanya
ancaman kebakaran hutan dan okupasi kawasan hutan.
Berdasarkan uraian di atas tampak jelas bahwa pengelolaan DAS Musi harus
dilakukan secara terpadu, karena :
• Terdapat keterkaitan antar berbagai kegiatan dalam pengeloaan sumberdaya dan
pembinaan aktivitasnya.
• Melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendasari dan mencakup berbagai bidang
kegiatan.
• Batas DAS tidak selalu berhimpitan/bertepatan dengan batas wilayah administrasi
pemerintahan.
• Interaksi daerah hulu sampai hilir dapat berdampak negatif maupun positif sehingga
memerlukan koordinasi antar pihak.
Peran kelembagaan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pengelolaan DAS
terpadu. Kelembagaan ini berperan untuk mengarahkan perilaku seluruh stakeholders
agar sejalan dengan tujuan umum (public goal) yang ditetapkan.
Beberapa alternatif bentuk kelembagaan dalam pengelolaan DAS, antara lain
memanfaatkan lembaga yang sudah ada. Bentuk kelembagaan bersama (dalam bentuk
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 141
Grafik 24.154 Capaian Indikator Jumlah DAS/Sub DAS yang Dikelola Secara Terpadu Tahun 2014 s/d 2017
Grafik 24.153 Capaian Indikator Jumlah DAS/Sub DAS yang Dikelola Secara Terpadu Tahun 2017
1,00 1,00
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
Target Realisasi
Jum
lah
(Uni
t)
Jumlah DAS/Sub DAS Yang Dikelola Secara Terpadu Tahun 2017
Jumlah DAS/Sub DAS Yang Dikelola
forum/badan koordinasi) merupakan salah satu alternatif yang paling memungkinkan
dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan DAS saat ini. Pernyataan tersebut
didukung oleh beberapa kondisi yang mendukung, antara lain: (1) Sesuai dengan
perundangan-undangan yang ada (UU No 7 tahun 2004). (2) Kegiatan pengelolaan DAS
melibatkan banyak stakeholders, lintas sektoral, multidisiplin dan lintas wilayah, oleh
karena itu kelembagaan yang disusun hendaknya kelembagaan yang bersifat
independent dan mewakili banyak pihak.
Jumlah DAS/Sub
DAS Yang Dikelola Secara
Terpadu pada tahun 2017
ditargetkan sebanyak 1
Unit, dengan realisasi
sebanyak 1 Unit, sehingga
capaian indikator kinerja
Jumlah DAS/Sub DAS
Yang Dikelola Secara
Terpadu telah berhasil
dicapai dengan tingkat capaian 100,00%.
Bila dilihat dari Grafik disamping, Indikator
kinerja jumlah DAS/Sub DAS Yang
Dikelola Secara Terpadu dari Tahun 2014
sampai dengan Tahun 2017 telah dicapai
sebanyak 7 Unit. Agar DAS Musi dapat
memberikan manfaat kepada banyak pihak
diperlukan penguatan kelembagaan
pengelolaan DAS terpadu. Pengelolaan
DAS terpadu mensyaratkan keterpaduan
antara sektor, multi disiplin dan
keterpaduan wilayah (hulu sampai hilir).
Beragamnya stakeholders yang terlibat dan berbagai kepentingan yang berbeda
menjadi masalah utama dalam pengelolaan DAS terpadu, oleh karena itu diperlukan
suatu kelembagaan untuk mengatur perilaku seluruh stakeholder agar bersepakat untuk
bersama-sama mewujudkan pengelolaan DAS terpadu secara berkelanjutan.
Pengelolaan kelembagaan air dalam konteks DAS juga mensyaratkan apa yang disebut
sebagai biaya transaksi (transaction cost). Pengelolaan kelembagaan dilihat sebagai
suatu upaya meminimisasi biaya transaksi. Biaya transaksi dapat didefinisikan sebagai
seluruh ongkos yang timbul karena pertukaran dengan pihak lain. Biaya transaksi ini
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 142
Grafik 24.155 Perbandingan Target RPJMD dan Realisasi Tahun 2014 s/d 2017Jumlah DAS/Sub DAS yang Dikelola Secara Terpadu
cukup mahal karena banyaknya faktor yang terlibat di dalamnya serta kompleksitas
pengaturan dan biaya pengawasan yang ditimbulkan (Fauzi, 2004). Adanya konsekuensi
tersebut, timbul pertanyaan bagaimana biaya dan manfaat itu diatur dalam pembagian
secara adil dan proporsional di antara pemerintah daerah yang terlibat, dunia usaha dan
masyarakat. Sampai saat ini belum ada mekanisme yang jelas untuk mengatur biaya-
manfaat.
Berdasarkan grafik disamping,
indikator kinerja jumlah DAS/Sub DAS
Yang Dikelola Secara Terpadu dari
Tahun 2014 sampai dengan Tahun
2017 telah dicapai sebanyak 7 Unit,
dan apabila dibandingkan dengan
target jangka menengah yang terdapat
dalam dokumen RPJMD Provinsi
Sumatera Selatan periode 2013-2018
dengan total 13 Unit, maka Capaian
Indikator Kinerja Jumlah DAS/Sub
DAS Yang Dikelola Secara Terpadu
baru dicapai sebesar 53,85%.
Permasalahan yang paling menonjol dalam pengelolaan DAS saat ini adalah
koordinasi, oleh karena itu pengelolan DAS ke depan perlu suatu wadah untuk mengikat,
menyatukan dan menselaraskan semua sektor dan wilayah agar dapat mewujudkan
pengelolaan DAS terpadu yang berkelanjutan.
Pengembangan kelembagaan di suatu wilayah harus memperhatikan atau
mampu mengakomodasi kelembagaan yang sudah ada dan berkembang di wilayah
tersebut. Hal ini juga harus dilakukan dalam rangka pengembangan kelembagaan DAS
Musi.
Pencapaian sasaran kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu
tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja
Tahun 2017 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2017. Adapun program dan
kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 yang mendukung
tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut:
a. Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi dengan total anggaran
Rp. 255.000.000,- Realisasi keuangan Rp. 206.697.600,- atau 81,06% dan realisasi
fisik 100,00% yang meliputi 3 (Tiga) kegiatan, yaitu KegiatanPembinaan, Monitoring
dan Evaluasi Pengelolaan DAS Terpadu DAS Musi, Kegiatan Pengadaan Bibit
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 143
Pohon Penghijauan untuk Peringatan Bulan Bhakti Menanam dan Penilaian Lomba
OBIT, dan Kegiatan Identifikasi Lokasi Penanaman dalam rangka Restorasi Gambut
Sumatera Selatan
b. Selain itu juga adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemegang Izin Penggunaan
Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Selatan yang melaksanakan kewajiban untuk
Rehabilitasi DAS sesuai aturan yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Untuk Tahun 2017 Kegiatan Rehablitasi DAS yang dilaksanakan
oleh Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Selatan
sebagai berikut:
PT. Seleraya Merangin Dua di Hutan Lindung Bukit Nanti seluas 50 Ha
PT.Medco E&P Indonesia Rimau Asset di Hutan Lindung Meranti Sungai Merah
seluas 18.83 Ha
PT. Medco E&P Indonesai di Hutan Lindung Meranti Sungai Merah seluas 636 Ha
PT. Pertamina EP di HL Bukit nanti seluas 44 Ha
PT.Pertamina Geothermal Energy di Hutan Produksi Rimau seluas 16.67 Ha
Pengelolaan DAS terpadu mensyaratkan keterpaduan antara sektor, multi disiplin
dan keterpaduan wilayah (hulu sampai hilir). Beragamnya stakeholders yang terlibat dan
berbagai kepentingan yang berbeda baik dari unsur pemerintah, swasta dan masyarakat
menjadi potensi dalam pengelolaan DAS terpadu, oleh karena itu diperlukan suatu
sinergitas mengatur perilaku seluruh stakeholder agar bersepakat untuk bersama-sama
mewujudkan pengelolaan DAS Musi terpadu secara berkelanjutan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 144
Untuk mewujudkan tujuan tiga puluh delapan dari misi ketiga telah ditetapkan 2
(Dua) sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 2 (Dua)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran
misi menjaga kualitas lingkungan hidup meliputi kualitas air, kualitas udara dan tutupan
hutan adalah nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Pada Tahun 2017 realisasi
nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebesar 62,04 dari target yang ditetapkan
yaitu 59,23 atau sebesar 104,74%, hal ini dikarenakan adanya upaya peningkatan
kualitas udara dan air yang terus ditingkatkan pada Tahun 2017. Hasil pengujian kualitas
udara di 94 titik pantau pada 17 (tujuh belas) Kabupaten/Kota dalam Provinsi
Sumatera Selatan masih dibawah batu mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41
Tahun 1999 dan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No.17 Tahun 2005. Indikator
kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan
capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
IKLH 59,23 62,04 104,74
Capaian indikator kinerja dari sasaran menjaga kualitas lingkungan hidup meliputi
kualitas air, kualitas udara dan tutupan hutan adalah sebagai berikut :
25.1.1. Nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
Perhitungan indikator Nilai IKLH
Nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) pada Tahun 2017 ditargetkan
59,23 dengan realisasi 62,04 (104,74%). Perhitungan Nilai Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup berdasarkan Buku Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Tahun 2013 yang dikeluarkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI pada bulan Desember 2014
Indikator yang dimasukan ke dalam perhitungan terdiri dari Indeks Kualitas Udara (30%),
Indeks Kualitas Air (30%) dan Indeks Tutupan Hutan (40%).
TUJUAN 25 DARI
MISI KETIGA
Mengendalikan Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup di
Sumatera Selatan
25.1 Menjaga Kualitas Lingkungan Hidup meliputi
Kualitas Air, Kualitas Udara dan Tutupan Hutan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 145
Grafik 25.156 Nilai IKLH Tahun 2017
Hasil perhitungan, capaian Indeks Kualitas Udara (IKU) pada Tahun 2017 yaitu
96,11 Indeks Kualitas Air (IKA) yaitu 62,64, dan Indeks Tutupan Hutan (ITH) yaitu 36,03.
Sehingga didapat nilai IKLH sebesar 62,04.
Rumus Perhitungan Nilai IKLH adalah:
= (30% IKU) + (30% IKA) + (40% ITH) = (30% x 96,11) + (30% x 62,64) + (40% x 36,03) = 62,04.
Analisis dan Evaluasi
Jika dibandingkan dengan target
IKLH pada Tahun 2017 yaitu
59,23, realisasi IKLH di Tahun
2017 yaitu 62,04 , terjadi deviasi
atau di atas target.
Esensi dari nilai IKLH di atas adalah
sebagai berikut :
1. Indeks Kualitas Udara berdasarkan perhitungan memiliki angka 96,11 menunjukkan
angka unggul.
Pemantauan udara dilakukan 2 (dua) tahap yaitu bulan April dan Oktober 2017,
hal ini dimaksudkan untuk membandingkan data kualitas udara pada musim
kemarau dan musim hujan. Pemantauan udara perkotaan di 17 Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Selatan pada 94 titik pantau dilokasi-lokasi yang mewakili
daerah permukiman, industri, perkantoran dan padat lalu lintas kendaraan
bermotor dengan parameter yang diukur SOx dan NOx.
Secara keseluruhan kualitas udara di 94 titik pantau pada 17 (tujuh belas)
Kabupaten/Kota dalam Provinsi Sumatera Selatan masih dibawah batu mutu
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 dan Peraturan Gubernur
Sumatera Selatan No.17 Tahun 2005.
Kesimpulan hasil pemantauan Tahun 2017 terjadi peningkatan indeks kualitas
udara (96,11) dibanding Tahun 2016 (94,96).
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 146
Pengukuran debit dan analisis parameter lapangan di lokasi pemantauan sungai
2. Indeks Kualitas Air berdasarkan perhitungan memiliki angka 62,64 menunjukkan
angka kurang
Pemantauan kualitas air sungai dilakukan 2 (dua) kali pemantauan selama Tahun
2017 pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Sub Daerah Aliran Sungai di 72 titik
pantau. Kesimpulan hasil pemantauan bahwa terjadi peningkatan indeks kualitas
air (62,64) dibandingkan Tahun 2016 yaitu (50).
Hasil evaluasi pemantauan keseluruhan terindikasi bahwa parameter pencemar
bersumber dari aktifitas/kegiatan masyarakat seperti pertanian/perkebunan dan
pertambangan meningkat, terlihat pada pemberian kontribusi terbesar dalam
pemantauan kualitas air adalah parameter TSS, BOD, COD, Deterjen, Coliform
Tunja, Total Coliform, Konduktifity, Phenol, Phopast, NO3-N, Sulfida dan
Cyanida.
3. Indeks Tutupan Hutan secara perhitungan berdasarkan Luas Tutupan Hutan sesuai
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 822/Menhut-II/2013 yang dibagi luas
wilayah Provinsi menunjukkan angka 36,03 menunjukkan sangat kurang.
Tutupan Hutan sangat dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa eksploitasi
sumber daya alam seperti illegal logging dan alih fungsi hutan ataupun konversi
hutan, seperti kegiatan pertambangan yang semakin tumbuh pesat di Sumatera
Selatan serta pertumbuhan penduduk untuk kebutuhan perumahan dan aktifitas
lainnya.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 147
Grafik 25.157 Perbandingan Nilai IKLH Tahun 2016 dan 2017
Grafik 25.158 Perbandingan Nilai IKLH Tahun 2017 dan 2018
Nilai IKLH pada Tahun 2017 mengalami
penurunan dibandingkan Tahun 2016. Hal
ini disebabkan terjadinya penurunan indeks
tutupan hutan akibat terjadi perubahan
fungsi lahan/hutan untuk pembangunan,
seperti kegiatan pertambangan yang
semakin tumbuh pesat di Sumatera
Selatan dan pertumbuhan penduduk untuk
kebutuhan perumahan serta aktifitas lainnya. Kesimpulan dari Nilai IKLH Tahun 2017
dapat disimpulkan bahwa Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan masih
berada di klasifikasi KURANG.
Tabel 25.15 Perkembangan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Selatan
Tahun 2011 s.d. Tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Tahun Indeks
Kualitas Udara
Indeks Kualitas Air
Indeks Tutupan
Hutan
Nilai IKLH
Ket Sumber
Data
2011 89.34 60.80 34.52 58.85 Kurang KLH
2012 84.06 55.00 34.68 55.59 Kurang KLH
2013 83.86 63.20 36.03 58.53 Kurang KLH
2014 89.25 66.19 37.47 61.62 Kurang KLH
2015 94,96 50,28 33,66 57,04 Sangat Kurang KLH
2016 94,96 50 57,14 66,34 Cukup KLH
2017 96,11 62,64 36,03 62,04 Kurang KLH
*) Keterangan : Rentang nilai IKLH sbb : Unggul : > 90 Sangat Baik : 82 < x ≤ 90 Baik : 74 < x ≤ 82 Cukup : 66 ≤ x ≤ 74 Kurang : 58 ≤ x < 66 Sangat Kurang : 50 ≤ x < 58 Waspada : < 50
Perbandingan nilai IKLH 2013 sd 2017 dengan target jangka menengah sampai dengan
tahun 2018 dan Target Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2019
seperti dilihat pada grafik berikut :
Pada tahun 2013 sampai
dengan tahun 2017 nilai IKLH
mengalami fluktuasi
peningkatan dan penurunan,
untuk tahun 2015 terdapat
penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2014. Hal ini
dikarenakan terjadinya penurunan nilai tutupan hutan pada tahun 2015 akibat dari
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 148
kebakaran hutan dan lahan yang cukup panjang melanda kawasan hutan di Sumatera
Selatan. Pada tahun 2017 nilai IKLH terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2016,
hal ini disebabkan adanya perubahan fungsi hutan/lahan, sehingga tentang Renstra dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan belum tercapai.
Analisis Penggunaan Sumber Daya
Untuk analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya manusia, secara umum Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan langsung memberi
tanggung jawab kepada bagian yang berhubungan dengan target kinerjanya dan setiap
pegawai melaksanakan kinerja sesuai tupoksi masing-masing.
Sedangkan untuk analisis atas efisiensi penggunaan sumber dana (anggaran), Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan melaksanakan setiap
kinerja dengan menyesuaikan kebutuhan kegiatan dan alokasi anggaran dengan prinsip
efektif dan efisien. Prinsip efektif terlihat dari pencapaian target kinerja yang tercapai.
Prinsip efisien terlihat dari adanya penghematan anggaran atas kinerja yang dilakukan
tanpa mengurangi target yang akan dicapai.
Rekomendasi Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut nilai IKLH di Tahun 2017 Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
telah menyusun Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang di
dalamnya mengatur izin lingkungan yang lebih ketat dan juga sanksi tegas bagi
usaha/kegiatan yang tidak sesuai dengan Dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), sehingga diharapkan akan lebih menekan laju penurunan nilai
IKLH di Sumatera Selatan.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran misi
menurunnya laju emisi GRK adalah :
1. Jumlah Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di 6 Sektor yaitu Pertanian, Kehutanan, dan
Lahan Gambut, Energi, Transportasi, Industri dan Sampah/Limbah.
Pada Tahun 2017 realisasi indikator ini sebesar 2.706.851.997,13 ton CO2eq atau
sebesar 99,14% dari target. Tidak tercapainya target dikarenakan tahun 2017 masih
dalam tahap perencanaan aksi mitigasi, tetapi dibandingkan dengan tahun
sebelumnya laju penurunan emisi gas rumah kaca di 6 sektor mengalami
peningkatan.
2. Jumlah Penurunan Laju Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Sektor Limbah.
25.2 Menurunnya Laju Emisi GRK
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 149
Grafik 25.159 Perbandingan Nilai IKLH Tahun 2017
Pada Tahun 2017 realisasi indikator ini sebesar 103.624 Ton CO2eq atau sebesar
54,56% dari target. Tidak tercapainya target dikarenakan tahun 2017 masih dalam
tahap perencanaan aksi mitigasi, tetapi dibandingkan dengan tahun sebelumnya laju
penurunan emisi gas rumah kaca di sektor limbah terjadi peningkatan.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Jumlah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di 6 Sektor (Pertanian, Kehutanan, dan Lahan Gambut, Energi, Transportasi, Industri dan Sampah/Limbah)
Ton CO2 eq 2.730.211.489,37 2.706.851.997,13 99,14
2. Jumlah Penurunan Laju Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Sektor Limbah
Juta Ton Co2 eq / %
189.923 103.624 54,56
Capaian indikator kinerja dari sasaran menjaga kualitas lingkungan hidup meliputi
kualitas air, kualitas udara dan tutupan udara adalah sebagai berikut :
25.1.1. Jumlah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di 6 Sektor (Pertanian,
Kehutanan, dan Lahan Gambut, Energi, Transportasi, Industri dan
Sampah/Limbah)
Indikator ini
merupakan salah satu
upaya Pemerintah
Provinsi Sumatera
selatan dalam
mewujudkan Komitmen
Pemerintah dalam
penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (GRK), di mana
target penurunan emisi GRK secara Nasional di tahun 2020 ditargetkan sebesar 26% jika
dilakukan sendiri (tanpa bantuan), dan jika dengan bantuan pihak lain (bantuan luar
negeri) penurunan emisi GRK ditargetkan sebesar 40%.
6 (enam) sektor emisi GRK yang dimasukan ke dalam perhitungan adalah sbb:
1. Pertanian
2. Kehutanan dan Lahan Gambut
3. Energi
4. Transportasi
5. Industri
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 150
Grafik 25.160 Perbandingan Nilai IKLH Tahun 2016 dan 2017
Grafik 25.161 Perbandingan Nilai IKLH Tahun 2017 dan 2018
6. Sampah/Limbah
Penetapan 6 (enam) sektor, dilandaskan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan
tahun 34 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(RAD-GRK).
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, realisasi yang di dapat hampir
mencapai target dapat dilihat pada grafik berikut :
Nilai penurunan emisi
GRK di 6 sektor pada Tahun
2016 sebesar 2.532.904.494,61
ton CO2eq dari target sebesar
2.600.380.141,50 tonCO2eq, jika
dibandingkan dengan nilai
penurunan emisi GRK di 6 sektor pada
Tahun 2017 sebesar 2.706.851.997,13 ton CO2eq, juga tidak mencapai target sebesar
2.730.211.489,37 ton CO2eq. Tidak tercapainya target dikarenakan Tahun 2017 masih
dalam tahap perencanaan aksi mitigasi, tetapi jika dibandingkan dengan Tahun 2016 laju
penurunan emisi gas rumah kaca di 6 sektor terjadi peningkatan. Pada Tahun 2017
upaya penurunan emisi GRK untuk sektor kehutanan dan gambut telah banyak
dilakukan, antara lain :
a. Pembangunan infrastruktur pembasahan gambut pada Sembilan KHG di tiga
Kabupaten (Musi Banyuasin, Banyuasin dan OKI).
b. Sosialisasi dan monitoring pelaksanaan revitalisasi pada desa-desa gambut.
c. Monitoring dan pelaksanaan koordinasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
d. Rehabilitasi hutan yang sudah rusak.
Bila dibandingkan dengan target jangka menengah 2018 yaitu 2.865.701.970,32
tonCO2eq, dapat dilihat seperti grafik berikut:
Untuk realisasi Tahun 2014
terdapat perbaikan
perhitungan menjadi
2.439.316.933,3 ton CO2eq
yang semula 19.283.000.000
ton CO2eq. Hal tersebut
disebabkan terdapatnya
kesalahan perhitungan BAU Baseline
sektor energy pada penetapan target
awal (kelebihan 3 digit), sehingga untuk perhitungan di Tahun 2014 dilakukan
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 151
berdasarkan emisi real tanpa memperhatikan koreksi dari BAU Baseline.
Nilai jumlah penurunan emisi GRK di 6 (enam) sektor dari Tahun 2013 sampai dengan
2017 rata-rata terjadi peningkatan. Hal ini membuktikan keseriusan pemerintah dalam
upaya melakukan penurunan laju emisi GRK di 6 (enam) sektor setiap tahunnya.
Analisa dan Evaluasi
Hasil evaluasi perhitungan dapat disimpulkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan
jumlah penurunan emisi GRK di 6 (enam) sektor. Ini menunjukkan bahwa upaya
penurunan emisi GRK di 6 (enam) sudah terus dilaksanakan melalui beberapa program
dari sektor kehutanan, gambut, pertanian dan limbah. Untuk tahun berikutnya akan terus
ditingkatkan upaya penurunan emisi GRK di 6 (enam) sektor khususnya 3 (tiga) sektor
lainnya yaitu energi, transportasi dan industri.
Tabel 25.16 Target Penurunan Emisi GRK Provinsi Sumatera Selatan
Tahun Pertanian Kehutanan dan
Hutan Gambut Energi Transportasi Industri Sampah /
Limbah Total *)
------------------------------------------------------ton CO2 eq / Tahun ---------------------------------------
2010 2,136,618,492.94 711.777 2,137,330,269.94
2011 377,892.82 63,832,547.89 2,232,766,325.12 829.601 2,297,806,366.83
2012 414,858.10 41,324,175.97 2,227,380,640.78 1,364,489.70 2,434,686.09 920.812 2,273,839,662.64
2013**) 401,774.44 18,815,804.06 2,330,280,626,54 1,569,163.15 2,355,558.79 983.716 2,354,406,642.98
2014 436,253.66 (3,692,567.86) 2,437,862,939.25 1,804,537.62 2,279,003.13 1,024,441 2,439,714,606.80
2015 461,111.01 (26,200,939.78) 2,550,340,840.35 2,075,218.27 2,204,935.53 1,056,229 2,529,937,394.38
2016 488,315.25 (19,636,426.83) 2,613,935,203.95 2,386,501.01 2,133,275.12 1,073,273 2,600,380,141.50
2017 507,338.34 (13,071,913.88) 2,736,877,346.07 2,744,476.16 2,063,943.68 1,090,659 2,730,211,489.37
2018 531,157.53 (6,507,400.94) 2,865,409,331.64 3,156,147.58 1,996,865.51 1,115,869 2,865,701,970.32
2019 555,461.24 57,112.01 2,999,783,517.50 3,629,569.72 1,931,967.38 1,141,243 3,007,098,870.85
2020 580,260.92 6,621,624.96 3,140,269,956.20 4,174,005.17 1,869,178.44 1,166,718 3,154,681,743.69
*) Dalam tonCO2eq **) Baseline data Sumber: Dokumen RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012
Sumber Daya
Indikator ini tidak terdapat sumber pendanaan. Data perhitungan emisi GRK 6 (enam)
sektor disampaikan oleh dinas terkait.
Perbandingan Target Tahun 2017 dengan Target Nasional
Tabel perbandingan capaian penurunan emisi GRK Tahun 2017 dengan target
nasional tahun 2020 sesuai Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana
Aksi Nasional GRK 2018 sebesar 26% (0,767 giga ton CO2e) adalah sebagai berikut :
Tahun 2017 Tahun 2018 (Target Tahun 2020
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 152
Grafik 25.162 Jumlah Penurunan GRK Tahun 2017
Target Realisasi jangka menengah
Renstra) (Target Nasional)
Nilai penurunan emisi GRK
2.730.211.489,37 ton CO2eq
2.706.851.997,13 ton CO2eq
2.865.701.970 ton CO2eq
26% (0,767 giga ton CO2e)
Perbandingan capaian penurunan emisi GRK Tahun 2017 dengan target nasional
tahun 2020 sangat besar dan sulit untuk dianalisis disebabkan perbedaan satuan dimana
target nasional menggunakan satuan giga ton sedangkan target Provinsi Sumatera
Selatan menggunakan ton.
Berdasarkan Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
GRK 2018 bahwa semua sektor penurunan emisi GRK memiliki kebijakan dan strategi
dalam menunjang rencana aksi nasional gas rumah kaca. Dalam menjalankan kebijakan
dan strategi tersebut dilakukan rencana aksi dan kegiatan sesuai stake holder masing-
masing daerah. Untuk menurunkan emisi GRK di wilayah Provinsi maka Gubernur harus
menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Untuk Provinsi
Sumatera Selatan Penetapan 6 (enam) sektor dilandaskan Peraturan Gubernur
Sumatera Selatan Tahun 34 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi
gas Rumah Kaca (RAD-GRK).
25.1.1. Jumlah Penurunan Laju Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Sektor Limbah
Indikator ini juga merupakan
bagian dari perhitungan pada indikator
di atas, sehingga metodelogi
perhitunganya sama namun hanya
lingkup sektor limbah. Target
penurunan emisi GRK sektor limbah di
Tahun 2017 adalah 189.923 (Seratus
delapan puluh sembilan ribu sembilan ratus dua puluh tiga) ton CO2eq atau 14,83% dari
target BAU, sedangkan pada Tahun 2017 realisasi penurunan hanya mencapai 103.624
(Seratus tiga ribu enam ratus dua puluh empat) ton CO2eq atau 54,56% dari target
penurunan emisi sebesar 189.923 ton CO2eq.
Kalau dilihat secara umum target penurunan emisi sektor limbah untuk Tahun
2017 hanya 8,09% dari target BAU yaitu 14,83%. Hal ini disebabkan Tahun 2017 masih
dalam tahap perencanaan aksi mitigasi.
Tabel 25.17 Target Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 153
Grafik 25.163 Perbandingan Jumlah Penurunan GRK Tahun 2017
No. Tahun BAU Penurunan Emissi GRK (Gg CH4) ∑ Penurunan emisi
(tonCo2eq) Mitigasi-2 Mitigasi-
3 Mitigasi-4 Mitigasi-5 Mitigasi-6 Mitigasi-8 (Gg CH4)
(tonCo2eq)
(%)
1. 2010 734,948 0.00 0.00 1.10 0.00 0.00 1.10 23,171 23,171 3.15%
2. 2011 869,604 0.00 0.00 1.90 0.00 0.00 1.90 40,003 40,003 4.60%
3. 2012 973,349 0.00 0.00 2.50 0.00 0.00 2.50 52,537 52,537 5.40%
4. 2013*) 1,056,370 0.14 0.19 2.96 0.00 0.17 3.46 72,654 72,654 6.88%
5. 2014 1,124,324 0.27 0.50 3.32 0.36 0.30 4.76 99,883 99,883 8.88%
6. 2015 1,182,424 0.42 0.84 3.62 0.72 0.41 6.01 126,195 126,195 10.67%
7. 2016 1,233,801 0.58 1.62 3.87 1.08 0.49 7.64 160,528 160,528 13.01%
8. 2017 1,280,583 0.75 2.20 4.09 1.44 0.57 9.04 189,923 189,923 14.83%
9. 2018 1,324,223 0.92 2.64 4.29 1.44 0.63 9.92 208,354 208,354 15.73%
10. 2019 1,365,720 1.11 2.99 4.47 1.44 0.68 10.69 224,477 224,477 16.44%
11. 2020 1,405,766 1.30 3.27 4.65 1.44 0.73 11.38 239,048 239,048 17.00% *) Baseline Data
Nilai penurunan laju emisi
Gas Rumah Kaca (GRK) pada
sektor Limbah di Tahun 2016
hanya mencapai 99.937,88 ton
CO2eq dari target yang telah
tetapkan yaitu 160.528 ton CO2eq.
penyebab tidak tercapainya target
penurunan emisi GRK pada Tahun
2016 disebabkan oleh pembangunan
tempat pengolahan sampah terpadu hanya di beberapa Kabupaten/Kota antara lain
Kabupaten OKU, Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang, tetapi apabila
dibandingkan dengan Tahun 2016 laju penurunan emisi gas rumah kaca di sektor limbah
pada Tahun 2017 terjadi peningkatan, hal ini disebabkan terlaksananya pembangunan
MCK plus Pamsimans, pelaksanaan program Adiwiyata dan pembentukan bank sampah
di wilayah kelurahan.
Perbandingan laju penurunan emisi GRK dari sektor limbah dari tahun 2016 terjadi
peningkatan, sehingga target jangka menengah sesuai Dokumen RAD GRK Prov.
Sumsel adalah 15,73% atau 208,354 tonCO2eq dapat tercapai, sebagimana dapat dilihat
pada grafik berikut :
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 154
Grafik 25.164 Perbandingan Realiasi Jumlah Penurunan Emisi
GRK 2 Tahun 2013 s.d 2018
Nilai jumlah
penurunan emisi GRK di
sektor limbah dari Tahun
2013 sampai dengan 2017
rata-rata terjadi fluktuasi
peningkatan penurunan.
Untuk Tahun 2013 sampai
dengan 2015 terus terjadi
peningkatan namun Tahun 2016
terjadi penurunan, hal ini
disebabkan oleh pembanguan tempat pengolahan sampah terpadu hanya di beberapa
Kabupaten/Kota antara lain Kabupaten OKU, Kabupaten Banyuasin dan Kota
Palembang. Jika dibandingkan dengan Tahun 2016 laju penurunan emisi gas rumah
kaca di sektor limbah pada Tahun 2017 terjadi peningkatan, hal ini sebabkan karena
adanya pengelolaan sampah lebih diintensifkan untuk limbah padat rumah tangga
dengan diangkut ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA).
Tabel 25.18 Perbandingan Target Tahun 2017 dengan Target Nasional
Tabel perbandingan capaian penurunan emisi GRK Tahun 2017 dengan target
nasional tahun 2020 sesuai Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional GRK 2018 sebesar 26% (0,767 giga ton CO2e) adalah sebagai berikut:
Tahun 2017 Tahun 2018 (Target
jangka menengah Renstra)
Tahun 2020 (Target Nasional) Target Realisasi
Nilai penurunan emisi GRK
189.923 ton CO2 eq
(14,83%)
103.624 ton CO2 eq (8,09%)
208,354 ton CO2 eq 0,048 giga ton CO2eq
Perbandingan capaian penurunan emisi GRK Tahun 2017 dengan target nasional
tahun 2020 sangat besar dan sulit untuk dianalisis disebabkan perbedaan satuan dimana
target nasional menggunakan satuan giga ton sedangkan target Provinsi Sumatera
Selatan menggunakan ton.
Berdasarkan Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional GRK 2018 bahwa semua sektor penurunan emisi GRK memiliki kebijakan dan
strategi dalam menunjang rencana aksi nasional gas rumah kaca. Dalam menjalankan
kebijakan dan strategi tersebut dilakukan rencana aksi dan kegiatan sesuai stake holder
masing-masing daerah. Untuk menurunkan emisi GRK di wilayah Provinsi maka
Gubernur harus menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
Untuk Provinsi Sumatera Selatan Penetapan 6 (enam) sektor dilandaskan Peraturan
Gubernur Sumatera Selatan Tahun 34 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 155
Grafik 25.165 Perbandingan Realiasi Jumlah Penurunan Emisi
GRK 2 Tahun 2008 s.d 2022
Penurunan Emisi gas Rumah Kaca (RAD-GRK).
Analisa dan Evaluasi
Hasil inventarisasi GRK Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 merupakan hasil
perhitungan data Tahun 2015 sesuai dengan status pelaporan yang dimintakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu n-2 (Tahun 2015). Perhitungan ini
juga dilakukan karena ketersediaan data yang terkumpul dilapangan.
Skema Target Penurunan Emisi GRK Sektor Sampah/Limbah. dengan Upaya Mitigasi (garis merah/kotak persegi)
*) Ket:
Garis Biru (Ketupat) merupakan laju penurunan emisi GRK tanpa aksi mitigasi
Garis Biru (persegi) merupakan laju penurunan emisi GRK dengan aksi mitigasi
Sama seperti indikator di atas yaitu Indikator Penurunan Laju Peningkatan Emisi
Gas Rumah Kaca (GRK) di 6 sektor, Indikator ini tidak terdapat sumber pendanaan
disebabkan adanya efisiensi anggaran APBD Tahun 2017. Data perhitungan penurunan
emisi GRK sektor limbah disampaikan oleh SKPD terkait dan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota Sumatera Selatan.
Pemenuhan dan penggunaan sumber daya tentu sangat berkaitan dengan sumber
dana (anggaran). Dalam setiap pelaksanaan kegiatan penunjang kinerja Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan melakukan beberapa
analisis dan efisiensi dalam pemenuhan dan penggunaan sumber daya maupun sumber
dana.
Analisis Penggunaan Sumber Daya
Untuk analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya manusia, secara umum Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan langsung memberi
tanggung jawab kepada bagian yang berhubungan dengan target kinerjanya dan setiap
pegawai melaksanakan kinerja sesuai tupoksi masing-masing.
Sedangkan untuk analisis atas efisiensi penggunaan sumber dana (anggaran), Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan melaksanakan setiap
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 156
kinerja dengan menyesuaikan kebutuhan kegiatan dan alokasi anggaran dengan prinsip
efektif dan efisien. Prinsip efektif terlihat dari pencapaian target kinerja yang tercapai.
Prinsip efisien terlihat dari adanya penghematan anggaran atas kinerja yang dilakukan
tanpa mengurangi target yang akan dicapai.
Rekomendasi
- Sebagai evaluasi tindak lanjut maka Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan
Provinsi Sumsel akan melakukan koordinasi dengan Bappeda Provinsi Sumatera
Selatan selaku Koordinator perencanaan anggaran untuk melakukan penyusunan
anggaran kegiatan penurunan emisi GRK 6 (enam) sektor dan sektor limbah dimana
merupakan sasaran strategis RPJMD Provinsi Sumsel.
- Akan lebih mengkoordinasikan dengan OPD terkait dan Kabupaten/Kota untuk
kegiatan penurunan emisi GRK 6 (enam) sektor dan sektor limbah.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 157
Grafik 26.167 Penurunan Titik Hotspot
Untuk mewujudkan tujuan tiga puluh sembilan dari misi keempat telah ditetapkan 1
(satu) sasaran strategis. Dalam tahun 2017 telah dilaksanakan upaya pencapaian 1 (satu)
sasaran dengan tingkat pencapaian dijelaskan di bawah ini :
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta
target dan capaiannya adalah sebagai berikut :
Indikator Kinerja Capaian Tahun 2017
Satuan Target Realisasi %
1. Persentase Penurunan Titik Kebakaran (Hotspot)
% 75 95,78 127,71
Capaian indikator kinerja dan sasaran meningkatnya kerjasama dan kemitraan
dalam pencegahan dan penanggulangan bencana adalah sebagai berikut :
26.1.2. Persentase Penurunan Titik Kebakaran (Hotspot)
Kebakaran hutan dan Lahan tahun
2017 terjadi peningkatan dari tahun 2016
yaitu sebesar 1.142 titik kebakaran (hotspot).
Sedangkan untuk kebakaran hutan dan lahan
tahun 2017 terjadi penambahan hotspot
dibandingkan tahun 2016, yaitu bertambah
169 hotspot dari tahun 2016 atau sebesar 17,37%
dari tahun sebelumnya. Target capaian persentase penurunan titik kebakaran (hotspot)
pada tahun 2017 adalah 75% dari tahun sebelumnya yaitu diperkirakan sebesar 730 titik
hotspot dan realisasi penurunan titik kebakaran (hotspot) yang berjumlah 1.142 hotspot
atau sebesar 95,78% berbanding dengan tahun 2015. Persentase tersebut menurun 1%
dari tahun sebelumnya (2016) yang mencapai 96,70%.
TUJUAN 26 DARI
MISI KEEMPAT
Meningkatkan Kemampuan Penanggulangan Bencana yang
Handal
26.1 Meningkatnya Kerjasama dan Kemitraan dalam
Pencegahan dan penanggulangan Bencana
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 158
Upaya yang telah dilakukan untuk
pencapaian sasaran dan indikator kinerja
tersebut di atas melalui Program Tanggap
Darurat Penanggulangan Bencana,
dengan di dukung oleh Kegiatan
Pembentukan Satgas Penanggulangan
Bencana dan Karhutlah dengan tingkat
realisasi 92,75%. Anggaran Program
Tanggap Darurat Penanggulangan
Bencana pada tahun 2016 ini adalah sebesar Rp.1.229.700.000,- dan Realisasi
program sebesar Rp.1.129.216.000,- dengan persentase 99,96%.
Indikator persentase
penurunan titik kebakaran (hotspot)
baru menjadi target kinerja pada
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Provinsi Sumatera Selatan
sedangkan tahun 2017 ini mengingat
masih tingginya sebaran hotspot pada
tahun sebelumnya.
Diharapkan penurunan titik api (hotspot) setiap tahunnya sebesar 20%, sebagai
upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan agar tidak membesar
dan meluas. Adapun penyebab meningkatnya titik hotspot tahun 2017 ini disebabkan oleh
modus pembakaran hutan dan lahan yang dilakukan pada malam hari dan terbatasnya
sarana dan prasarana pemadaman darat dan udara sehingga menyebabkan sulitnya
menjangkau wilayah hotspot pada malam hari.
Adapun wilayah yang
sering terjadi Hotspot
berdasarkan hasil pemantauan
satelit tahun 2017 adalah :
1. Kabupaten Ogan
Kemering Ilir Kecamatan:
Tulung Selapan, Cengal,
Pampangan, Pangkalan
Lampam, Padamaran, dan Sungai Menang, Sepucuk.
2. Kabupaten Musi Banyasin Kecamatan : Bayung Lincir, Sungai Lilin, Keluang, Lais, Babat
Toman, Batang Hari Leko.
3. Kabupaten Banyuasin Kecamatan : Muara Talang, Pulau Rimau, Talang Kelapa, Rantau
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 159
Bayur, Rambutan.
4. Kabupaten Ogan Ilir Kecamatan : Pemulutan Barat, Indralaya Utara, Muara Kuang,
Tanjung Batu.
5. Kabupaten Muara Enim Kecamatan : Gelumbang, Rambang, Lawang Kidul, Sungai
Rotan, Tanah Abang.
6. Kabupaten PALI, Kecamatan : Talang Ubi, Tanah Abang, Abab, Penukal, Penukal Utara.
7. Kabupaten Musi Rawas, Kecamatan : Muara Lakitan, Megang Sakti, Kelingi, Batas
Ulu Cecar, Tp. Kepungut.
8. Kabupaten MURATARA, Kecamatan : Karang Dapo, Karang Jaya, Rawas Ilir, Rawas
Ulu, Rupit.
A. Pelaksanaan Operasi Pemadaman Darat
Pelaksanaan Operasi Pemadaman Darat oleh Tim dari BPBD Provinsi Sumatera
Selatan/ BPBD Kabupaten, Manggala Agni, Tim Pemadam dari HTI dan Perkebunan
bersama TNI dan POLRI dari Satuan Kewilayahan, yang dilaksanakan mulai 1
Februari 2017, dengan personil sebanyak 7.909 personil, dengan rincian :
a. Satgas BPBD Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten, 335 Orang
b. Manggala Agni, 240 Orang
c. TNI Kodam/Korem, 515 Orang.
d. Mabes Polri/Polda, 170 Orang.
e. TNI AU, 25 Orang.
f. SKPD/POL PP/Polhut, 50 Orang.
g. Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) Dinas Perkebunan, 3.450 orang.
h. Masyarakat Peduli Api, 994 Orang.
i. RPK Perkebunan 780 orang
j. RPK HTI, 1.350 Orang.
B. Pelaksanaan Operasi Pemadaman Udara
Operasi Udara melaksanakan tugas untuk mengatur dan mengendalikan
pelaksanaan operasi pemadaman udara melalui helikopter atau pesawat dan
pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca/Hujan Buatan. Dalam pelaksanaan water
bombing dilaksanakan berdasarkan data hotspot yang terpantau sedangkan TMC
berdasarkan kondisi awan yang ada dan diatur pelaksanaannya untuk masing-
masing pesawat dan helikopter berdasarkan kapasitas dan daya jangkau masing-
masing, berikut peta operasi, rekapitulasi water bombing dan peta realisasi water
bombing.
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 160
C. AKUNTABILITAS KEUANGAN Jumlah Rencana Pengeluaran Belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang
tercantum dalam Perubahan Anggaran Tahun 2017 dan menjadi dasar penyusunan
perhitungan anggaran ini adalah sebesar Rp. 1.771.890.139.695,- dengan realisasi
sebesar Rp. 1.433.616.790.868,- (80,91%). Anggaran dan realisasi belanja pada tahun
2017 dikaitkan dengan pencapaian sasaran yang telah diukur melalui indikator kinerja
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.19 Akuntabilitas Keuangan
No SASARAN PROGRAM ANGGARAN REALISASI * CAPAIAN (%)
1 2 3 4 5 6 1. Meningkatnya Produksi dan
produktivitas tanaman Pangan Strategis
1. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan (Bidang Tanaman Pangan)
336.205.000,- 336.205.000,- 100
2. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura (bIdang Hortikultura)
996.403.400,- 996.403.400,- 100
3. Program Pengelolaan Sistem Penyediaan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BBI dan UPTD BPSB)
847.322.550,- 847.322.550,- 100
4. Program Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTP)
115.000.000,- 115.000.000,- 100
5. Program Penyediaan dan pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP)
1.136.240.000,- 1.136.240.000,- 100
6. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Pemasarana dan Industri Hasil Pertanian (Bidang P2HP)
2.772.106.000,- 2.772.106.000,- 100
Jumlah 6.203.276.950,- 6.203.276.950,- 100
2. Meningkatnya Produksi, produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan dan Pendapatan Petani
1. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkebunan
98.910.000,- 95.825.260,- 96,88
2. Program Pengembangan Perbenihan Perkebunan
88.150.000,- 86.103.150,- 97,68
3. Program Proteksi Tanaman Perkebunan
94.655.000,- 87.612.000,- 92,56
4. Program Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan/P2HP
172.630.000,- 165.007.500,- 95,58
5. Program Pengembangan Kelembagaan Usaha Perkebunan/PKUP
78.818.000,- 72.648.300,- 92,17
Jumlah 533.163.000,- 507.196.210,- 95,13
3. Meningkatkan Produktivitas Sumber Daya Hutan
1. Program Peningkatan Target Penanaman Hutan
40.260.000,- 38.690.000,- 96,10
2. Program Peningkatan Produksi Kayu dan HTI
53.780.000,- 48.830.000,- 90,80
Jumlah 94.040.000,- 87.520.000,- 93,07
4. Meningkatnya Produksi Daging
1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
293.800.000,- 291.347.400,- 99,17
2. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
6.325.000.000,- 5.633.254.163,- 89,06
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 161
3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
139.300.000,- 139.281.000,- 99,99
4. Programm Pengembangan Informasi dan Statistik Peternakan
50.000.000,- 48.149.500,- 96,30
5. Program Penerapan Teknologi Peternakan
61.900.000,- 61.585.759,- 99,49
Jumlah 6.870.000.000,- 6.173.617.822,- 89,86
5. Meningkatnya Produksi Perikanan Tangkap
1. Program Pengembangan Perikanan Tangkap
2.813.800.000,- 2.645.413.785,- 94,02
2. Program Optimalisasi Pengelolaan dan pemasaran Produksi Perikanan
1.008.705.000,- 995.769.895,- 98,72
Jumlah 3.822.505.000,- 3.641.183.680,- 95,26
6. Meningkatnya Produksi Perikanan Budidaya
1. Program Pengembangan Perikanan Budidaya
2.329.137.000,- 2.302.309.500,- 98,85
2. Program Pengembangan BBI Sentral Air Tawar dan BBI Lokal Provinsi Sumatera Selatan
7.350.265.000,- 6.433.099.680,- 86,93
Jumlah 9.679.402.000,- 8.735.409.180,- 90,25
7. Meningkatnya Kunjungan Wisatawan yang Datang Ke-sumsel
1. Program Pengembangan Nilai Budaya
179.940.000,- 179.752.400,- 99,90
2. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
1.324.700.000,- 1.322.351.254,- 99,82
3. Program Pengelolaan Keragaman Budaya
1.151.000.000,- 1.141.562.289,- 99,18
4. Program Permuseuman dan Nilai-Nilai Budaya
409.991.000,- 409.790.081,- 99,95
5. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
2.555.763.300,- 2.550.263.690,- 99,78
6 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
2.570.000.000,- 2.319.666.287,- 90,26
Jumlah 8.191.394.300,- 7.923.386.001,- 96,73
8. Optimalnya Penerimaan Daerah Sektor Pertambangan dan Energi
1. Program Pengusahaan Pertambangan dan Peningkatan Produksi Batubara
875.000.000,- 679.948.693,- 79,77
Jumlah 875.000.000,- 679.948.693,- 79,77
9. Meningkatnya Investasi di Provinsi Sumatera Selatan
1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
766.400.000,- 587.063.139,- 76,61
2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
1.251.740.100,- 700.163.451,- 55,94
Jumlah 2.018.140.100,- 1.287.226.590,- 63,78
10. Meningkatnya Daya Saing Ekspor Non Migas dan pengendalian Impor
1. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
65.104.000,- 26.597.000,- 40,85
Jumlah 65.104.000,- 26.597.000,- 40,85
11. Terpeliharanya Infrastruktur Jalan dan Jembatan Kewenangan Provinsi
1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
579.053.501.000,- 444.787.706.754,- 76,81
2. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
145.259.320.440,- 127.423.703.974,- 87,72
3. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan
105.722.493.805,- 21.836.098.625,- 20,65
4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
4.500.000.000,- 1.877.792.360,- 41,73
5. Program Perencanaan Tata Ruang
1.450.000.000,- 1.136.165.559,- 78,36
6. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
150.000.000,- 124.980.000,- 83,32
Jumlah 836.135.315.245,- 597.186.447.272,- 71,42
12. Terwujudnya Akses dan Kebutuhan Listrik di Sumatera Selatan
1. Program Pengembangan dan pemanfaatan Energi Baru untuk Kebutuhan Listrik bagi Masyarakat
275.000.000,- 267.078.916 97,12
Jumlah 275.000.000,- 267.078.916,- 97,12
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 162
13. Tertangani Infrastruktur Permukiman di Perkotaan dan Perdesaan Secara Optimal
1. Program Pengembangan Perumahan
109.610.000.000,- 87.880.292.405,- 80,18
2. Program Penataan Kawasan 1.600.000.000,- 1.504.378.800,- 94,02
3. Program Penataan Bangunan 193.092.428.700 151.254.086.698,- 78,33
Jumlah 304.302.428.700,- 240.638.757.903,- 79,08
14. Memantapkan Ketersediaan Pangan dengan Pola Pangan Harapan
1. Program Peningkatan SDM dan Teknologi Pangan
75.000.000,- 71.160.650,- 94,88
Jumlah 75.000.000,- 71.160.650,- 94,88
15. Meningkatnya Penanganan Rawan Pangan
1. Program Peningkatan Ketersediaan dan penanganan Daerah Rawan Pangan
1.895.000.000,- 1.880.789.000,- 99,25
Jumlah 1.895.000.000,- 1.880.789.000,- 99,25
16. Terlaksananya Sistem Distribusi yang Efisien, Efektif dan Stabilitas Harga Pangan Pokok Strategis
1. Program Peningkatan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
90.000.000,- 88.421.150,- 98,25
Jumlah 90.000.000,- 88.421.150,- 98,25
17. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Administrasi di Bidang Pemerintahan dan Pembangunan
1. Program Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pencapaian Survey Kepuasan Masyarakat di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
0 0 0
Jumlah 0 0 0
18. Tercapainya Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
1. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
935.000.000,- 1.281.900.000,- 89,10
2. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota
115.000.000,- 0 0
Jumlah 1.050.000.000,- 1.281.900.000,- 122,09
19. Meningkatnya Kinerja di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
1. Program Reformasi Birokrasi dan Pencegahan Korupsi
293.700.000,- 268.483.000,- 91,41
2. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
399.900.000,- 390.580.100,- 97,67
Jumlah 693.600.000,- 659.063.100,- 95,02
20. Menurunnya Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita
1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
797.200.000,- 760.497.600,- 95,40
Jumlah 797.200.000,- 760.497.600,- 95,40
21. Mengatsi Masalah Gizi Utama di Masyarakat Terutama Kelompok Rentan
1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
50.000.000,- 46.920.000,- 93,84
2. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
425.000.000,- 267.608.600,- 62,97
Jumlah 475.000.000,- 314.528.600,- 66,22
22. Menurunnya Jumlah Kematian Ibu Maternal
1. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
150.000.000,- 150.000.000,- 100
Jumlah 150.000.000,- 150.000.000,- 100
23. Meningkatnya Kualitas Pendidikan di Semua jenjang
1. Program Pendidikan Anak Usia Dini
235.000.000,- 231.975.000,- 98,71
2. Program Pendidikan Dasar 3.750.000.000,- 3.708.839.600,- 98,90
3. Program Pendidikan Menengah 567.999.453.400,- 536.768.997.640,- 94,50
4. Program Pendidikan Non Formal
2.115.000.000,- 2.051.561.600,- 97,00
5. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
700.000.000,- 525.432.300,- 75,06
6. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
3.002.802.000,- 2.649.399.796,- 88,23
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 163
Jumlah 577.802.255.400,- 545.936.205.936,- 94,48
24. Meningkatnya Prestasi Olahraga
1. Program Pembinaan dan Permasyarakatan Olahraga
315.000.000,- 312.218.998,- 99,12
Jumlah 315.000.000,- 312.218.998,- 99,12
25. Meningkatkan Industri Olahraga
1. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga
50.000.000,- 44.680.999 89,36
Jumlah 50.000.000,- 44.680.999,- 89,36
26. Meningkatnya Kualitas Hidup Perempuan
1. Program Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
802.850.000,- 745.749.353,- 92,89
Jumlah 802.850.000,- 745.749.353,- 92,89
27. Menurunnya Angka Pengangguran
1. Program Peningkatan Kesempatan Kerja
315.000.000,- 241.187.393,- 94,31
Jumlah 315.000.000,- 241.187.393,- 94,31
28. Meningkatnya Pencapaian Sasaran Indikator Makro Sesuai Target RPJMD
1. Program Pengembangan Data/Informasi
682.753.000,- 671.384.650,- 98,33
2. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah
150.000.000,- 149.677.070,- 99,78
3. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan
190.000.000,- 183.337.800,- 96,49
4. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
607.000.000,- 515.637.201,- 84.95
5. Program Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya
700.000.000,- 677.420.822,- 96,77
6. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam
683.312.000,- 599.113.365,- 87,68
Jumlah 3.013.065.000,- 2.796.570.908,- 92,81
29. Meningkatnya Kualitas Koperasi & UMKM
1. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
1.158.400.000,- 1.129.749.600,- 97,53
2. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
74.000.000,- 73.840.000,- 99,78
Jumlah 1.232.400.000,- 1.203.589.600,- 97,66
30. Meningkatnya Ekonomi Kemasyarakatan
1. Program Perkuatan Permodalan UMKMK
70.000.000,- 69.840.200,- 99,77
2. Program Peningkatan Kegiatan Usaha UMKMK
50.000.000,- 50.000.000,- 100
Jumlah 120.000.000,- 119.840.200,- 99,87
31. Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu
1. Program Rehabilitasi Lahan Kritis Dalam Kawasan Hutan
240.000.000,- 186.596.000,- 77,75
2. Program Penurunan Laju Deforestasi
1.264.000.000,- 1.102.593.550,- 87,23
3. Program Penurunan Laju Degradasi Hutan
100.000.000,- 97.077.600,- 97,08
4. Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi
255.000.000,- 206.697.600,- 81,06
Jumlah 1.859.000.000,- 1.592.964.750,- 85,69
32. Menjaga Kualitas Lingkungan Hidup Meliputi Kualitas Air, Kualitas Udara dan Tutupan Udara
1. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH
197.000.000,- 194.330.964,- 98,65
Jumlah 197.000.000,- 194.330.964,- 98,65
33. Menurunnya Laju Emisi GRK 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
1.143.000.000,- 1.117.502.850,- 97,77
Jumlah 1.143.000.000,- 1.117.502.850,- 97,77
34. Meningkatnya Kerjasama dan kemitraan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Bencana
1. Program Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana
750.000.000,- 747.942.600,- 99,73
Jumlah 750.000.000,- 747.942.600,- 99,73
Total 1.771.890.139.695,- 1.433.616.790.868,- 80,91
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 164
Tabel 3.20 Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Manusia
No SASARAN PROGRAM REALISASI KEUANGAN
% CAPAIAN KINERJA
1 2 3 4 5
1. Meningkatnya Produksi dan produktivitas tanaman Pangan Strategis
1. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan (Bidang Tanaman Pangan)
88,54 208,35
2. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura (bIdang Hortikultura)
3. Program Pengelolaan Sistem Penyediaan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BBI dan UPTD BPSB)
4. Program Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTP)
5. Program Penyediaan dan pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP)
6. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Pemasarana dan Industri Hasil Pertanian (Bidang P2HP)
2. Meningkatnya Produksi, produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan dan Pendapatan Petani
1. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkebunan
95,13 122,72
2. Program Pengembangan Perbenihan Perkebunan
3. Program Proteksi Tanaman Perkebunan
4. Program Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan/P2HP
5. Program Pengembangan Kelembagaan Usaha Perkebunan/PKUP
3. Meningkatkan Produktivitas Sumber Daya Hutan
1. Program Peningkatan Target Penanaman Hutan 93,07 114,36
2. Program Peningkatan Produksi Kayu dan HTI
4. Meningkatnya Produksi Daging 1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
89,86 95,09
2. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
4. Program Pengembangan Informasi dan Statistik Peternakan
5. Program Penerapan Teknologi Peternakan
5. Meningkatnya Produksi Perikanan Tangkap
1. Program Pengembangan Perikanan Tangkap 95,26 148,76
2. Program Optimalisasi Pengelolaan dan pemasaran Produksi Perikanan
6. Meningkatnya Produksi Perikanan Budidaya
1. Program Pengembangan Perikanan Budidaya 90,25 80,04
2. Program Pengembangan BBI Sentral Air Tawar dan BBI Lokal Provinsi Sumatera Selatan
7. Meningkatnya Kunjungan Wisatawan yang Datang Ke-sumsel
1. Program Pengembangan Nilai Budaya 96,73 197,81
2. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
3. Program Pengelolaan Keragaman Budaya
4. Program Permuseuman dan Nilai-Nilai Budaya
5. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
6 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 165
8. Optimalnya Penerimaan Daerah Sektor Pertambangan dan Energi
1. Program Pengusahaan Pertambangan dan Peningkatan Produksi Batubara
79,77 157,14
9. Meningkatnya Investasi di Provinsi Sumatera Selatan
1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
63,78 108,81
2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
10. Meningkatnya Daya Saing Ekspor Non Migas dan pengendalian Impor
1. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor 40,85 113,89
11. Terpeliharanya Infrastruktur Jalan dan Jembatan Kewenangan Provinsi
1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
2. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
71,42 87,31
3. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan
4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
12. Terwujudnya Akses dan Kebutuhan Listrik di Sumatera Selatan
1. Program Pengembangan dan pemanfaatan Energi Baru untuk Kebutuhan Listrik bagi Masyarakat
97,12 107,57
13. Tertangani Infrastruktur Permukiman di Perkotaan dan Perdesaan Secara Optimal
1. Program Pengembangan Perumahan 79,08 100
2. Program Penataan Kawasan
3. Program Penataan Bangunan
14. Memantapkan Ketersediaan Pangan dengan Pola Pangan Harapan
1. Program Peningkatan SDM dan Teknologi Pangan 94,88 95,68
15. Meningkatnya Penanganan Rawan Pangan
1. Program Peningkatan Ketersediaan dan penanganan Daerah Rawan Pangan
99,25 33,00
16. Terlaksananya Sistem Distribusi yang Efisien, Efektif dan Stabilitas Harga Pangan Pokok Strategis
1. Program Peningkatan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
98,25 100
17. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Administrasi di Bidang Pemerintahan dan Pembangunan
1. Program Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pencapaian Survey Kepuasan Masyarakat di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
0 113,66
18. Tercapainya Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
1. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
122,09 100
2. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
19. Meningkatnya Kinerja di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
1. Program Reformasi Birokrasi dan Pencegahan Korupsi
95,02 98,91
2. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
20. Menurunnya Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita
1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat 95,40 96,22
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 166
21. Mengatasi Masalah Gizi Utama di Masyarakat Terutama Kelompok Rentan
1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
66,22 103,56
2. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
22. Menurunnya Jumlah Kematian Ibu Maternal
1. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
100 121,32
23. Meningkatnya Kualitas Pendidikan di Semua jenjang
1. Program Pendidikan Anak Usia Dini 94,48 99,68
2. Program Pendidikan Dasar
3. Program Pendidikan Menengah
4. Program Pendidikan Non Formal
5. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
24. Meningkatnya Prestasi Olahraga
1. Program Pembinaan dan Permasyarakatan Olahraga
99,12 170,59
25. Meningkatkan Industri Olahraga 1. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga
89,36 0
26. Meningkatnya Kualitas Hidup Perempuan
1. Program Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
92,89 115,82
27. Menurunnya Angka Pengangguran
1. Program Peningkatan Kesempatan Kerja 94,31 98,95
28. Meningkatnya Pencapaian Sasaran Indikator Makro Sesuai Target RPJMD
1. Program Pengembangan Data/Informasi 92,81 92,73
2. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah
3. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan
4. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
5. Program Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya
6. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam
29. Meningkatnya Kualitas Koperasi dan UMKM
1. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
97,66 255,45
2. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
30. Meningkatnya Ekonomi Kemasyarakatan
1. Program Perkuatan Permodalan UMKMK 99,87 55,36
2. Program Peningkatan Kegiatan Usaha UMKMK
31. Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu
1. Program Rehabilitasi Lahan Kritis Dalam Kawasan Hutan
85,69 104,74
2. Program Penurunan Laju Deforestasi
3. Program Penurunan Laju Degradasi Hutan
4. Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 167
32. Menjaga Kualitas Lingkungan Hidup Meliputi Kualitas Air, Kualitas Udara dan Tutupan Udara
1. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH
98,65 104,74
33. Menurunnya Laju Emisi GRK 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
97,77 76,85
34. Meningkatnya Kerjasama dan kemitraan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Bencana
1. Program Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana 99,73 127,71
Jumlah Total
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 168
aporan Kinerja Instansi pemerintah Tahun 2017 Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pada Tahun
Anggaran 2017 dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014.
Materi Laporan Akuntabilitas Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan yang disajikan ini
berisikan pelaksanaan dari serangkaian program
strategis yang mengacu kepada 56 (lima puluh
enam) tujuan dari Perencanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-
2018. Dalam pencapaian program tersebut
sesungguhnya sangat tergantung pada
ketersediaan dana dan sumber daya manusia yang memadai. Selain itu diperlukan adanya
keserasian kerjasama antar Dinas, Badan, Instansi di jajaran Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan sebagai unsur perencana sekaligus pelaksana dari kegiatan program yang dilaksanakan
pada Tahun Anggaran 2017.
Beberapa langkah kedepan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan dalam rangka Penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
antara lain adalah :
1. Aparatur dari tingkat yang paling bawah sampai paling atas harus mengenal SAKIP;
2. Perlu dilakukan sebelum menyusun RENJA Perangkat Daerah (PD) semua indikator
kegiatan disesuaikan dengan Cascading Perangkat Daerah (PD) masing – masing;
3. Kepala Perangkat Daerah harus memantau kegiatan dengan mempergunakan aplikasi
E-Perfomance;
4. Inspektorat, BAPPEDA dan Biro Organisasi harus mempunyai persepsi yang sama dalam
perumusan capaian;
5. Kinerja Perangkat Daerah (PD) disesuaikan dengan Perjanjian Kinerja (PK) dan RPJMD
dengan demikian pimpinan Perangkat Daerah (PD) harus berkomitmen dengan
penyusunan RENJA capaian dengan Cascading.
L
LKjIP Provinsi Sumatera Selatan 2017 169
Dengan demikian diperlukan komitmen dan dukungan dari semua pihak untuk
memperteguh Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
sehingga tidak hanya menjadi wacana dan pergulatan pemikiran semata-mata, namun benar-
benar diaplikasikan dalam penyelenggaraan Sistem Pemerintahan yang berorientasi pada hasil,
berbasis kinerja dan bertujuan melayani serta memberdayakan masyarakat.
Selanjutnya kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan ini, masih dirasakan belum pada taraf sempurna dan
mungkin belum dapat memenuhi harapan bagi para pengguna sebagai pihak pengambil
keputusan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi
kesempurnaan dalam penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah di masa yang akan
datang sangat kami harapkan.
Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017
ini sebagai sarana pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja Tahun
2017, untuk dapat digunakan sebagai acuan perbaikan penyusunan perencanaan dan
meningkatkan kinerja pada tahun yang akan datang.
Palembang, Maret 2018
1. 1.1 Produksi padi ton 4,419,461
1.2 Produksi jagung ton 188,4741.3 Produksi kedelai ton 18,219
2. 2.1 Produksi karet ton 1,200,000
2.2 Produksi kelapa sawit ton 2,280,000
2.3 Produksi kelapa ton 62,000
2.4 Produksi kopi ton 144,000
3. Meningkatnya produktivitas sumber daya hutan
3.1 Produksi kayu dari hutan tanaman industri
juta m3/tahun 4.25
4. 4.1 Produksi daging ton 77,750
4.2 Produksi Susu liter 115,640
4.3 Produksi Telur ton 85,152
5. 5.1 Produksi perikanan tangkap ton 96,485.4
5.2 Nilai tukar nelayan % 101.0
6. Meningkatnya produksi perikanan budidaya
6.1 Produksi perikanan budidaya ton 535,350
7. 7.1 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
orang 35,349
7.2 Jumlah kunjungan wisatawan nusantara
orang 3,650,377
8. Optimalnya penerimaandaerah sektor pertambangandan energi
8.1 Jumlah produksi hasil tambang batubara
juta ton 22.50
9. Meningkatnya investasi di Provinsi Sumatera Selatan
9.1 Nilai Realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN)
Rp. Triliun 10.100
9.2 Nilai realisasi investasi penanaman modal asing (PMA)
Rp. Triliun 13.25
10. Meningkatnya daya saing ekspor non migas dan pengendalian impor
10.1 Nilai ekspor US $ juta/tahun
2,994.30
LKjIP PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2017RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Tahun 2017
Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman pangan strategis
Meningkatnya produksi, produktivitas komoditi unggulan perkebunan dan pendapatan petani
Meningkatnya produksi daging
Meningkatnya produksi perikanan tangkap
Meningkatnya kunjungan wisatawan yang datang ke sumatera selatan
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Tahun 2017
11. Terpeliharamya infrastruktur jalan dan jembatan kewenangan provinsi
11.1 Persentase jalan dalam kondisi mantap
% 85
12. 12.1 Jumlah produksi listrik GWh 7,517
12.2 Rasio Elektrifikasi % 83.80
12.3 Persentase desa dengan akses listrik (%)
% 94.90
13. Tertangani infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan secara optimal
13.1 Jumlah kawasan kumuh yang tertangani
Kawasan 3
14. Memantapkan ketersediaan pangan dengan pola pangan harapan
14.1 Skor pola pangan harapan tingkat ketersediaan
Skor 81.00
15. Meningkatnya penanganan rawan pangan
15.1 Penurunan rawan pangan % per tahun 1
16. Terlaksananya sistem distribusi yang efisien, efektif dan stabilitas harga pangan pokok strategis
16.1 Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen
Rp/Kg ≥ Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
17. Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi di bidang pemerintahan dan pembangunan
17.1 Nilai survei kepuasanmasyarakat (SKM)
Nilai 75.51
18. Tercapainya tertib administrasi pengelolaan keuangan dan aset daerah
18.1 Opini Laporan KeuanganDaerah
Opini WTP
19. 19.1 Persentase SKPD dengan nilaiakuntabilitas kategori B
% 80.00
19.2 Nilai laporan penyelenggaraanpemerintah daerah
Poin 3.4
20. 20.1 Jumlah kematian bayi Kasus 105
20.2 Jumlah kematian balita Kasus 46.00
20.3 Angka Harapan Hidup Tahun 80.10
21. Mengatasi masalah gizi utama di masyarakat terutama kelompok rentan
21.1 Persentase balita gizi buruk % <1
22. Menurunkan jumlah kematian ibu maternal
22.1 Jumlah kematian ibu maternal Kasus 136
Terwujudnya akses dan kebutuhan listrik di sumatera selatan
Meningkatnya kinerja di lingkungan pemerintah provinsi sumatera selatan
Menurunnya jumlah kematian neonatal bayi dan balita
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Tahun 2017
23. 23.1 Angka Kelulusan SD % 100.00
23.2 Angka kelulusan SMP % 100.00
23.3 Angka kelulusan SMA/K % 100.00
24. Meningkatnya prestasi olahraga 24.1 Jumlah perolehan medali emas atlet sumatera selatan
medali 17.00
25. Meningkatkan industri olahraga 25.1 Angka pertumbuhan usaha baru di bidang jasa dan industri olahraga
produsen 3
26. 26.1 Indeks pembangunan gender (IPG)
Poin 71.13
26.2 Indeks pemberdayaan gender (IDG)
Poin 69.18
27. Menurunnya angka pengangguran
27.1 Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
% 69.06
27.2 Tingkat pengangguran terbuka (TPT)
% 4.23
28. Meningkatnya pencapaian sasaran indikator makro sesuai target RPJMD
28.1 Persentase pertumbuhan ekonomi provinsi sumatera selatan
% 6.50
28.2 Angka indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi sumatera selatan
Poin 68.66
28.3 Persentase penduduk miskin provinsi sumatera selatan
% 12.27
29. Meningkatnya kualitas koperasi dan UMKM
29.1 Angka pertumbuhan modal koperasi
% 2
29.2 Persentase kenaikan omset UMKM
% 1
30. Meningkatnya ekonomi kemasyarakatan
30.1 Angka pertumbuhan UMKM % 1
30.2 Jumlah koperasi aktif Unit 4,495
31. 31.1 Luas rehabilitasi lahan kritis di dalam dan diluar kawasan hutan
Ha/Tahun 70
31.2 Jumlah DAS/sub DAS yang dikelola secara terpadu
Unit 1
32. Menjaga kualitas lingkungan hidup meliputi kualitas air, kualitas udara dan tutupan hutan
32.1 Indeks kualitas lingkunganhidup (IKLH)
IKLH 59.23
Meningkatnya kualitas hidup perempuan
Meningkatnya kualitas pendidikan di semua jenjang
Meningkatnya daya dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS terpadu
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target Tahun 2017
33. Menurunnya laju emisi GRK 33.1 Jumlah penurunan emisi GRKdi 6 sektor (pertanian,kehutanan & lahan gambut,energi, transportasi, industridan sampah/limbah)
ton CO2eq 211,489.37
33.2 Jumlah penurunan laju emisi(GRK) di sektor limbah
ton CO2eq / % 189,923
34 Meningkatnya kerjasama dan kemitraan dalam pencegahan dan penanggulangan bencana
34.1 Persentase penurunan titikkebakaran (hotspot)
% 75
GUBERNUR SUMATERA SELATAN,
H. ALEX NOERDIN
1. - 1.1 1.1.1 Produksi padi ton 4,419,461 5,078,249 114.91 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
1.1.2 Produksi jagung ton 188,474 837,561 444.39 Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura
1.1.3 Produksi kedelai ton 18,219 11,977 65.74 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura
RATA-RATA 208.35
2. - 2.1 2.1.1 Produksi karet ton 1,200,000 1,095,088 91.26 Dinas Perkebunan
2.1.2 Produksi kelapa sawit ton 2,280,000 3,287,999 144.21 Dinas Perkebunan
2.1.3 Produksi kelapa ton 62,000 75,469 121.72 Dinas Perkebunan
2.1.4 Produksi Kopi ton 144,000 192,522 133.70 Dinas Perkebunan
RATA-RATA 122.72
3. Mewujudkan ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan hasil hutan kayu dan penggerak ekonomi
- Jumlah produksi kayu dari hutan tanaman 21,13 juta m3
3.1 Meningkatkan produktivitas sumber daya hutan
3.1.3 Produksi kayu dari hutan tanaman industri
juta m3/tahun
5.50 6.29 114.36 Dinas Kehutanan
RATA-RATA 114.36
4. - 4.1 4.1.1 Produksi daging ton 77,750 76,519 98.42 Dinas Ketahanan Pangan & Peternakan
4.1.2 Produksi Susu liter 115,640 118,930 102.85 Dinas Ketahanan Pangan & Peternakan
4.1.3 Produksi Telur ton 85,152 71,303 83.74 Dinas Ketahanan Pangan & Peternakan
RATA-RATA 95.00
5. - 5.1 5.1.1 Produksi perikanan tangkap
ton 96,485.4 190,100.00 197.02 Dinas Kelautan dan Perikanan
5.1.2 Nilai tukar nelayan % 101.0 101.50 100.50 Dinas Kelautan dan Perikanan
RATA-RATA 148.76
5.2 Meningkatnya produksi perikanan budidaya
5.2.1 Produksi perikanan budidaya
ton 535,350 428,500 80.04 Dinas Kelautan dan Perikanan
RATA-RATA 80.04
6. - 6.1 Meningkatnya kunjungan wisatawan yang datang ke sumsel
6.1.1 Jumlah kunjungan Wisatawan mancanegara
orang 35,349 67,470 190.87 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
6.1.2 Jumlah kunjungan wisatawan nusantara
orang 3,650,377 7,474,442 204.76 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
RATA-RATA 197.81
7. Mewujudkan peningkatan produksi pertambangan dan energi
- 7.1 Optimalnyapenerimaan daerahsektorpertambangan danenergi
7.1.1 Jumlah produksi hasil tambang batubara
juta ton 25.20 39.60 157.14 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
RATA-RATA 157.14
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
Jumlah produksi dan produktivitas produk unggulan perkebunan
Tingkat Capaian (%)Tujuan Indikator Tujuan Satuan
Target Tahun 2017 Realisasi
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN LKjIP PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2017
PENGUKURAN KINERJA (PK)
SKPD Penanggung Jawab
Persentase peningkatan ketersediaan produksi tanaman pangan, padi; 3,5%, jagung; 3%, kedelai 4%
Meningkatnya ketersediaan produksi tanaman pangan berkelanjutan
Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan
Meningkatnya produksi, produktivitas komoditi unggulan perkebunan dan pendapatan petani
Meningkatkan produksi peternakan untuk mendukung peningkatan pendapatan peternakan
Meningkatkan produksi hasil peternakan dan pendapatan peternakan
Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman pangan strategis
Meningkatnya produksi daging
Meningkatnya produksi perikanan tangkap
Mewujudkan sumsel menjadi destinasi budaya dan wisata yang maju dan sejahtera
Jumlah produksi hasil tambang batubara pada akhur tahun 2018 122,63 juta ton
Peningkatan produksi perikanan
Jumlah kunjungan wisatawan
Produksi perikanan tahun 2018 sebesar 642.678,30 Ton
Page 1
Sasaran Strategis Indikator Kinerja UtamaTingkat Capaian (%)Tujuan Indikator Tujuan Satuan
Target Tahun 2017 Realisasi SKPD Penanggung
Jawab 8. Terwujudnya iklim
investasi- Rata-rata
pertumbuhan investasi PMA dan PMDN
8.11 Meningkatnya investasi diprovinsi sumatera selatan
8.1.1 Nilai realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN)
Rp. Triliun 10.1 9.76 96.63
DInas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
8.1.2 Nilai realisasi investasi penanaman modal asing (PMA)
Rp. Triliun 13.25 16.03 120.98 DInas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
RATA-RATA 108.81 9. Mengembangkan
kinerja ekspor non migas
- Nilai Ekspor (14.731,25 juta / US$)
9.1 Meningkatnya daya saing ekspor non migas dan pengendalian impor
9.1.1 Nilai ekspor US $ juta/tahun
2,994.30 3,410.25 113.89
Dinas Perdagangan
RATA-RATA 113.89
10. Meningkatnya kualitas infrastruktur jalan dan jembatan kewenangan provinsi
- Persentase jalan dan jembatan dalam kondisi mantab (%)
10.1 Terpeliharanya infrastruktuk jalan dan jembatan kewenangan provinsi
10.1.1 Persentase jalan dalam kondisi mantap
% 85.00 74.22 87.31
Dinas PU Bina Marga dan Tata Ruang
RATA-RATA 87.31
11. - Jumlah produksi listrik pada akhir tahun 2018 menjadi 7.743 GWh
11.1 Terwujudnya akses dan kebutuhan listrik di sumatera selatan
11.1.1 Jumlah produksi listrik
GWh 7,517 8,706.83 115.83
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
- Rasio Elektrifikasi pada akhir tahun 2018 menjadi 77,03%
11.1.2 Rasio Elektrifikasi % 83.80 87.61 104.55
Dinas Pertambangan dan Energi
- Persentase desa dengan akses listrik pada akhir tahun 2018 menjadi 96,78%
11.1.3 Persentase desa dengan akses listrik
% 94.90 97.13 102.35
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
RATA-RATA 107.57
12. Meningkatkan pembinaan, pengaturan dan pengawasan serta pelaksanaan pembangunan perumahan dan pemukiman
- Jumlah kawasan yang memiliki infrastruktur yang layak huni, kumuh 15 kawasan, agropolitan; 10 kawasan
12.1 Tertangani infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan secara optimal
12.1.1 Jumlah kawasan kumuh yang tertangani
Kawasan 3 3 100.00
Dinas Perumahan dan kawasan permukiman
RATA-RATA 100.0013. Meningkatkan
stabilitas ekonomi daerah
- Jumlah ketersediaan pangan daerah
13.1 Memantapkan ketersediaan pangan dengan pola pangan harapan
13.1.1 Skor pola pangan harapan (PPH) tingkat ketersediaan
Skor 81.00 77.50 95.68
Dinas Ketahanan Pangan & Peternakan
RATA-RATA 95.68
13.2 Meningkatnya penanganan rawan pangan
13.2.1 Penurunan rawan pangan
% per tahun 1 0.33 33.00 Dinas Ketahanan Pangan & Peternakan
RATA-RATA 33.00
Mewujudkan kebutuhan energi kelistrikan untuk masyarakat melalui peningkatan rasio elektrifikasi dan listrik perdesaan
Page 2
Sasaran Strategis Indikator Kinerja UtamaTingkat Capaian (%)Tujuan Indikator Tujuan Satuan
Target Tahun 2017 Realisasi SKPD Penanggung
Jawab - Terlaksananya
sistem distribusi yang efisien, efektif dan stabilitas harga pangan pokok strategis
13.3 Terlaksananya sistem distribusi yang efisien, efektif dan stabilitas harga pangan pokok strategis
18.3.1 Harga gabah kering panen (GKP) ditingkat produsen
Rp/Kg ≥ Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
≥ Harga Pembelian
Pemerintah (HPP)
100.00 Dinas Ketahanan Pangan & Peternakan
RATA-RATA 100.00
14. - 14.1 Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi di bidang pemerintahan dan pembangunan
14.1.1 Nilai surveikepuasanmasyarakat (SKM)
Nilai 71.51 81.28 113.66
Sekretariat Daerah
RATA-RATA 113.66
15. Menciptakan pengelolaan keuangan dan aset daerah yang baik dan profesional
- Persentase laporan keuangan dan aset yang disampaiakan tepat waktu dan akuntabel
15.1 Tercapainya tertib administrasi pengelolaan keuangan dan aset daerah
15.1.1 Opini laporankeuangan daerah
Opini WTP WTP 100
Badan pengelola keuangan dan aset
daerah
RATA-RATA 100.00
16. Terwujudnya pemerintah provinsi sumsel yang bebas dari korupsi
- Opini WTP atas laporan kinerja pemerintah provinsi sumatera selatan
16.1 Meningkatnya kinerja di lingkungan pemerintah provinsi sumatera selatan
16.1.1 Persentase SKPDdengan nilaiakuntabilitaskategori B
% 80.00 95.00 118.75
Inspektorat
16.1.2 Nilai laporanpenyelenggaraanpemerintah daerah
Poin 3.4 2.689 79.07
Inspektorat
RATA-RATA 98.91
17. - Angka kematian bayi (AKB) 100 Orang
17.1 Menurunnya jumlah kematian neonatal, bayi & Balita
17.1.1 Jumlah kematian bayi
Kasus 105 98 106.67
Dinas Kesehatan
17.1.2 Jumlah kematian balita
Kasus 46.00 48.00 95.65Dinas Kesehatan
17.1.3 Angka harapan hidup
Tahun 80.10 69.16 86.34Dinas Kesehatan
RATA-RATA 96.22
- Persentase balita gizi buruk < 1%
17.2 Mengatasi masalah gizi utama di masyarakat terutama kelompok rentan
17.2.1 Persentase balita giziburuk
% <1 0.032 100
Dinas Kesehatan
RATA-RATA 100.00
- Angka Kematian ibu (AKI) 134 orang
17.3 Menurunkan jumlah kematian ibu maternal
17.3.1 Jumlah kematian ibu maternal
Kasus 136 107 121.32
Dinas Kesehatan
RATA-RATA 121.32
18. - 18.1 18.1.1 Angka Kelulusan SD % 100.00 98.65 98.65 Dinas Pendidikan
18.1.2 Angka kelulusan SMP
% 100.00 100.00 100.00 Dinas Pendidikan
18.1.3 Angka kelulusan SMA/K
% 100.00 100.00 100.00 Dinas Pendidikan
Angka melanjutkan pendidikan sampai dengan 2018
Tercapainya kualitas pendidikan di provinsi sumsel
Meningkatnya kualitas pendidikan di semua jenjang
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Nilai akuntabilitas kinerja pemerintah provinsi sumatera selatan
Meningkatnya kualitas kinerja pelaynan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tatalaksana yang profesional
Page 3
Sasaran Strategis Indikator Kinerja UtamaTingkat Capaian (%)Tujuan Indikator Tujuan Satuan
Target Tahun 2017 Realisasi SKPD Penanggung
Jawab
RATA-RATA 99.55
19. Terwujudnya prestasi olahraga di sumatera selatan
- Peringkat 10 besar 19.1 Meningkatnya prestasi olahraga
19.1.1 Jumlah perolehan medali emas atlet sumsel
medali 17.00 29 170.59 Dinas Pemuda dan Olahraga
RATA-RATA 170.59
19.2 Meningkatkan industri olahraga
19.1.2 Angka pertumbuhan usaha baru di bidang jasa dan industri olahraga
produsen 3 1 33.33 Dinas Pemuda dan Olahraga
RATA-RATA 33.33
20. - 20.1 20.1.1 Indeks pembangunan gender (IPG)
Poin 71.13 92.08 129.45 DInasPemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
20.1.2 Indeks pemberdayaan gender (IDG)
Poin 69.18 70.69 102.18 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
RATA-RATA 115.82
21. - 21.1 Menurunnya angka pengangguran
21.1.1 Tingkat partisipasi Angkatan kerja (TPAK)
% 69.06 69.50 100.64 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigasi
21.1.2 Tingkat pengangguran terbuka (TPT)
% 4.23 4.39 96.36 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigasi
RATA-RATA 98.5022. - 22.1 22.1.1 Persentase
pertumbuhan ekonomi provinsi sumsel
% 6.50 5.51 84.77 Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
22.1.2 Angka indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi sumsel
Poin 68.66 68.93 100.39 Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
22.1.3 Persentase penduduk miskin provinsi sumsel
% 12.27 13.19 93.03 Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
RATA-RATA 92.73
23. Terwujudnya UMKM dan koperasi yang kuat, sehat dan berdaya saing
- Angka pertumbuhan modal
23.1 Meningkatnya Kualitas Koperasi dan UMKM
23.1.1 Angka pertumbuhan modal koperasi
% 2 10.20 510.00 Dinas Koperasi dan UKM
- Angka pertumbuhan volume usaha dan omset
23.1.2 Persentase Kenaikan omset UMKM
% 1 0.01 0.90 Dinas Koperasi dan UKM
RATA-RATA 255.45
- Angka pertumbuhan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan wirausaha baru
23.2 Meningkatnya ekonomi kemasyarakatan
23.2.1 Angka pertumbuhan UMKM
% 1 0.040 4.00 Dinas Koperasi dan UKM
23.2.2 Jumlah koperasi aktif unit 4,575 4,699.00 102.71 Dinas Koperasi dan UKM
RATA-RATA 55.3624. Mewujudkan
pemantapan pengelolaan hutan
- Luas areal penanaman hutan 310.690 Ha
24.1 Meningkatkan daya dukung DAS Musi dan pengelolaan DAS terpadu
24.1.1 Luas rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan
Ha/tahun 70 1,546.53 2,209.33 Dinas Kehutanan
Rasio kesempatan kerja terhadap penempatan calon tenaga kerja
Meningkatnya perluasan kesempatan kerja bagi calon tenaga kerja
Persentase rata-rata kenaikan IPG dan IDG
Meningkatnya kualitas hidup perempuan
Terwujudnya perencanaan pembangunan yang berbasis kebutuhan masyarakat
Pencapaian indikator kinerja makro pembangunan sumsel
Meningkatnya pencapaian sasaran indikator makro sesuai target RPJMD
Meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan
Page 4
Sasaran Strategis Indikator Kinerja UtamaTingkat Capaian (%)Tujuan Indikator Tujuan Satuan
Target Tahun 2017 Realisasi SKPD Penanggung
Jawab 24.1.2 Jumlah DAS / Sub
DAS yang dikelola secara terpadu
Unit 1 1 100.00 Dinas Kehutanan
RATA-RATA 1,154.66
25. - 25.1 Menjaga kualitas lingkungan hidup meliputi kualitas air, kualitas udara dan tutupan hutan
25.1.1 Indeks kualitaslingkungan hidup(IKLH)
IKLH 59.23 62.04 104.74 Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan
RATA-RATA 104.74
25.2 Menurunnya laju emisi GRK
25.2.1 Jumlah Penurunanemisi Gas RumahKaca (GRK) di 6sektor (pertanian,kehutanan danlahan gambut,energi, transportasi,industri dansampah/limbah)
ton CO2 eq 2,730,211,489.370 2,706,851,997.13 99.14 Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan
25.2.2 Jumlah Penurunanlaju emisi GasRumah Kaca (GRK)di sektor limbah
ton CO2 eq / %
189,923 103,624.00 54.56 Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan
RATA-RATA 76.85
26. Meningkatkan kemampuan penanggulangan bencana yang handal
- Penghargaan BNPB Award dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
26.1 Meningkatnya kerjasama dan kemitraan dalam pencegahan dan penanggulangan bencana
26.1.1 Persentasepenurunan titikkebakaran (hotspot)
% 75 95.78 127.71
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
RATA-RATA 63.85
Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup disumatera selatan
Nilai indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) Provinsi sumatera selatan, nilai IKLH 59,48
Page 5
Page 6
Page 7
Page 8
perbaikin print
Page 9
Page 10
Lampiran 2
Penghargaan-penghargaan yang diterima oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan selama tahun 2017
1. BAPPEDA Provinsi Sumatera Selatan sudah mendapatkan Program ISO
90012008 dari nqa registed quality management dan UKAS Management
Systems.
2. Penghargaan Lomba Kebersihan dan Kenyamanan Kantor di Lingkungan OPD
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 sebagai Pemenang Terbaik I Lomba
Kebersihan dan Keamanan Kantor di Lingkungan OPD Provinsi Sumatera
Selatan.
3. Penghargaan dari Gubernur Sumatera Selatan untuk Website Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) Terbaik kategori “Kualitas Isi Situs WEB”
4. Penghargaan Anugerah Pangripta sebagai Perencana Terbaik ke-3.
5. Piagam Penghargaan Gubernur Sumatera Selatan kepada Dinas Perumahan
dan Kawasan Permukiman Provinsi Sumatera Selatan atas Prestasi sebagai
Juara Harapan III Lomba Kebersihan Kantor di Lingkungan OPD Provinsi
Sumatera Selatan dalam Rangka Peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan RI
Tahun 2017.
6. Penganugerahan BPBD Provinsi Terabaik 2 Wilayah Barat Kepada Provinsi
Sumatera Selatan.
7. Piagam Penghargaan terbaik Website OPD Provinsi Sumatera Selatan Kategori
Kinerja/Estetika dalam rangka Launching Program Sumatera Selatan Smart and
Care di Griya Agung tanggal 20 November 2017.
8. Juara Terbaik I Dinas/Badan (OPD) Provinsi Sumatera Selatan pada
Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2017 diselenggarakan oleh Komisi Informasi Provinsi Sumatera Selatan
di Griya Agung tanggal 8 Desember 2017.
9. Anugerah Kabupaten Layak Anak (KLA) Tingkat Pratama yang diberikan
Menteri PP-PA RI Pada Peringatan Hari Anak Nasional di Pekan Baru Riau
tanggal 23 Juli 2017.
10. Menteri PP-PA RI memberikan Penghargaan Kepada Gubernur dan
Bupati/Walikota di Provinsi Sumatera Selatan sebagai Inisiator Provinsi dan
Kabupaten/Kota layak pada anak pada Deklarasi KLA Provinsi dan
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan di palembang tanggal 4 Agustus
2017.
11. Piagam Penghargaan Gubernur Sumatera Selatan memberikan Penghargaan
kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan
atas Prestasi sebagai Juara II Lomba Kebersihan Kantor di Lingkungan OPD
Provinsi Sumatera Selatan Dalam Rangka Peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan
RI Tahun 2017.
12. Penghargaan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi
Sumatera Selatan sebagai Terbaik Ketiga Kinerja Pelaksanaan Anggaran
Semester I Lingkup SKPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017.
13. Juara III Nasional UKS Tingkat SD untuk Best Achievement di raih SD Negeri I
Timbul Harjo Kabupaten OKI.
14. Juara I Nasional UKS Tingkat SMA untuk Best Perfomance diraih SMA Negeri I
Palembang Kategori Sekolah dengan Kinerja yang Baik.
15. Juara I Nasional LSS untuk Kinerja Terbaik di raih Puskesmas Padang Selada
Kota Palembang.
16. Juara II Nasional untuk Tenaga Kesehatan Teladan dan penulis Naskah terbaik
atas nama Drg. Sriwidiastuti, M.Kes Puskesmas Prabumulih Timur Kota
Prabumulih dengan Kategori Dokter Gigi.
17. Juara Nasional Terbaik untuk Tenaga Kesehatan Teladan atas nama Dr. Asri
Wijayanti Puskesmas Pematang Panggang II Kabupaten OKI dengan Kategori
Dokter.
18. Juara Nasional Terbaik untuk Tanga Kesehatan Teladan atas nama Rasmita
Christia Melyhandika Puskesmas Talang Pangeran Kabupaten Ogan Ilir
dengan Kategori Perawat.
19. Juara Nasional Terbaik untuk Tenaga Kesehatan Teladan atas nama Yuli
Astuti Puskesmas Terawas Kabupaten Musi Rawas dengan Kategori
Sanitarian.
20. Juara Nasional Terbaik untuk Tenaga Kesehatan Teladan atas nama Herlianah
Puskesmas Pematang panggang IV Kabupaten OKI dengan Kategori Bidan.
21. Juara Nasional Terbaik untuk Tenaga Kesehatan Teladan atas nama Meisawati
Puskesmas Sukajaya Kabupaten Musi Banyuasin dengan Kategori Nutrisionis.
22. Pengharagaan SNI Award untuk UPTD RS Khusus Mata Provinsi Sumatera
Selatan dengan Kategori Penghargaan Perak untuk Perusahaan Menengah
Jasa.
23. Kelengkapan Laporan Surveilans Campak dan Rubella Tingkat Provinsi
Tertinggi Tahun 2016 oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kemenkes.
24. Piagam Penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia atas Rekor Edukasi dan Skrining Tuberkolusis (TB)
secara serentak di Lokasi dan Kepada Peserta Terbanyak dengan Lima
Kabupaten/Kota Palembang, Muara Enim, Ogan Ilir, Banyuasin dan
Prabumulih.
25. Ucapan Terima Kasih dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan pengendalian
Penyakit diberikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan atas
Tercapainya Imunisasi Dasar Lengkap >91,5% pada Tahun 2016.
26. Sertifikat Eliminasi Malaria dari Kementerian Kesehatan untuk Kabupaten
PALI (Pematang Abad Lematang Ilir).
27. Dalam Rangka Peringatan hari Keluarga Tingkat Nasional ke XXIV Tahun 2017,
Ketua Umum TP-PKK menyampaikan Selamat dan Penghargaan atas terpilinya
Posyandu Cereme Taba Kelurahan Lubuk Linggau II, Kota Lubuk Linggau
sebagi pemenang Pakarti Madya II Tingkat Nasional.
28. Dalam Rangka Peringatan Hari Keluarga Tingkat Nasional ke XXIV Thaun
2017Ketua Umum TP-PKK menyampaiakan Pemenang Terbaik PHBS di
Rumah Tangga Tingkat Nasional Kategori Nasional KOTA Tahun 2017 dan
Posyandu Sakina.
29. Kelurahan Tumbah Ulak, Kecamatan Pagar Alam Selatan Kota Pagar Alam
sebagai penerima Pakarti Madya I Tingkat Nasional Kategori Kota Tahun 2017.
30. Piagam Penghargaan dari MURI Indonesia dalam Rangka Hari Kesehatan
HKN ke 53 Tahun 2017 atas Senam Pereganggan Secara Serentak oleh
Peserta Terbanyak.