studi perencanaan sistem drainase sub surface lapangan

14
STUDI PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SUB SURFACE LAPANGAN AKADEMI SEPAKBOLA ASIFA MENGGUNAKAN GEOTEKSTIL, DI KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR Muhammad Arby, Ussy Andawayanti, Andre Primantyo Hendrawan Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT Haryono No. 167 Malang 65145 Telp (0341) 562454 Email : [email protected] ABSTRAK Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) adalah akademi sepakbola bertaraf internasional pertama di Indonesia yang berada di kota Malang. ASIFA membangun lapangan di Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Pusdik Arhanud), Karangploso, Kabupaten Malang. Dengan kurikulum dan sarana fasilitas pembinaan yang memadai, sangat penting jika lapangan baru ini direncanakan dengan baik menggunakan sistem drainase sub surface agar mampu mengatasi limpasan air hujan pada permukaan walaupun intensitas pemakaian yang tinggi dan dapat memanfaatkan air yang melimpas tadi secara optimal. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan drainase sub surface adalah analisis hidrologi. Lalu, perencanaan struktur tanah pada lapangan sepak bola. Setelah itu, merencanakan pipa sub surface. dan terakhir merencanakan water tank yang berfungsi sebagai tampungan air yang berasal dari drainase sub surface yang telah terfilter oleh geotekstil dan batu koral yang nantinya dapat digunakan kembali untuk penyiraman rumput lapangan. Hasil perhitungan curah hujan rancangan dengan kala ulang 10 tahun distribusi Log Pearson III didapat 117,388 mm. Untuk perencanaan struktur tanah di bawah lapangan sepakbola terdiri dari bahan campuran pasir urug dan pupuk kandang, pasir murni, geotekstil, dan batu koral. Di antara lapisan tersebut direncanakan pipa HDPE ø 20 cm dengan jarak 2,5 m. Water tank direncanakan sesuai kebutuhan tanaman rumput dengan dimensi lebar = 2,5 m, panjang 3 m dan tinggi 4 m. Untuk perencanaan sistem drainase permukaan direncanakan dengan dimensi lebar 0,4 m dan tinggi = 0,5 m. Kata kunci: Sistem drainase, sub surface, geotekstil ABSTRACT Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) was the first international football academy ever founded in Indonesia, and the recent address was in Malang City. ASIFA was about constructing its football field at the Education Center of Air Defense Artillery, Karangploso, Malang Regency. The academy has good curriculum and decent education facilities and therefore, it was important to ensure that new field was designed properly with sub- surface drainage system. This system could cope with rain overflow on surface despite high intensity of field usage. This system also facilitated the utilization of water excess more optimally. Early step that must be done in engineering sub-surface drainage was hydrology analysis. Structure of soil in football field was then estimated. Sub-surface pipeline was arranged and final step was the engineering for water tank installation. The function of this tank was to contain the water from sub-surface drainage. Water was filtered by geotextile and coral stones, and the water was feasible for reuse to shower the grasses of the field. Result of the Log Pearson III distribution rainfall design with 10 years period is 117,388 mm. The engineering of soil structure beneath football field involved some layers such as the mixture of earthwork and dung, pure sand, non-woven geotextile, and coral stones. Pipe HDPE with 20 cm diameter was installed between each layer with pipe interval of 2.5 m. The engineering of surface drainage system was using interceptor drain channel to capture overflow debit from the field, athletic track and green area around the field. Dimension of this channel was 0.4 m width and 0.5 m height. Water tank was engineered on the demand of showering the grasses, and the dimension was 2.5 m width, 3 m length and 4 m height. Keywords: Drainage system, sub-surface, geotextile.

Upload: lamdieu

Post on 21-Jan-2017

286 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

STUDI PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SUB SURFACE LAPANGAN AKADEMI

SEPAKBOLA ASIFA MENGGUNAKAN GEOTEKSTIL, DI KECAMATAN

KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Muhammad Arby, Ussy Andawayanti, Andre Primantyo Hendrawan

Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan MT Haryono No. 167 Malang 65145 – Telp (0341) 562454

Email : [email protected]

ABSTRAK

Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) adalah akademi sepakbola bertaraf

internasional pertama di Indonesia yang berada di kota Malang. ASIFA membangun lapangan di

Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Pusdik Arhanud), Karangploso, Kabupaten Malang.

Dengan kurikulum dan sarana fasilitas pembinaan yang memadai, sangat penting jika lapangan

baru ini direncanakan dengan baik menggunakan sistem drainase sub surface agar mampu

mengatasi limpasan air hujan pada permukaan walaupun intensitas pemakaian yang tinggi dan

dapat memanfaatkan air yang melimpas tadi secara optimal. Langkah awal yang perlu dilakukan

dalam perencanaan drainase sub surface adalah analisis hidrologi. Lalu, perencanaan struktur

tanah pada lapangan sepak bola. Setelah itu, merencanakan pipa sub surface. dan terakhir

merencanakan water tank yang berfungsi sebagai tampungan air yang berasal dari drainase sub

surface yang telah terfilter oleh geotekstil dan batu koral yang nantinya dapat digunakan kembali

untuk penyiraman rumput lapangan.

Hasil perhitungan curah hujan rancangan dengan kala ulang 10 tahun distribusi Log

Pearson III didapat 117,388 mm. Untuk perencanaan struktur tanah di bawah lapangan sepakbola

terdiri dari bahan campuran pasir urug dan pupuk kandang, pasir murni, geotekstil, dan batu

koral. Di antara lapisan tersebut direncanakan pipa HDPE ø 20 cm dengan jarak 2,5 m. Water

tank direncanakan sesuai kebutuhan tanaman rumput dengan dimensi lebar = 2,5 m, panjang 3 m

dan tinggi 4 m. Untuk perencanaan sistem drainase permukaan direncanakan dengan dimensi

lebar 0,4 m dan tinggi = 0,5 m.

Kata kunci: Sistem drainase, sub surface, geotekstil

ABSTRACT

Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) was the first international football

academy ever founded in Indonesia, and the recent address was in Malang City. ASIFA was

about constructing its football field at the Education Center of Air Defense Artillery,

Karangploso, Malang Regency. The academy has good curriculum and decent education

facilities and therefore, it was important to ensure that new field was designed properly with sub-

surface drainage system. This system could cope with rain overflow on surface despite high

intensity of field usage. This system also facilitated the utilization of water excess more

optimally. Early step that must be done in engineering sub-surface drainage was hydrology

analysis. Structure of soil in football field was then estimated. Sub-surface pipeline was arranged

and final step was the engineering for water tank installation. The function of this tank was to

contain the water from sub-surface drainage. Water was filtered by geotextile and coral stones,

and the water was feasible for reuse to shower the grasses of the field.

Result of the Log Pearson III distribution rainfall design with 10 years period is 117,388

mm. The engineering of soil structure beneath football field involved some layers such as the

mixture of earthwork and dung, pure sand, non-woven geotextile, and coral stones. Pipe HDPE

with 20 cm diameter was installed between each layer with pipe interval of 2.5 m. The

engineering of surface drainage system was using interceptor drain channel to capture overflow

debit from the field, athletic track and green area around the field. Dimension of this channel was

0.4 m width and 0.5 m height. Water tank was engineered on the demand of showering the

grasses, and the dimension was 2.5 m width, 3 m length and 4 m height.

Keywords: Drainage system, sub-surface, geotextile.

Page 2: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

1. PENDAHULUAN

Kelangsungan pertandingan sepak

bola sangat bergantung pada sistem drainase

yang ada. Selain untuk membuang genangan

air di permukaan lapangan, sistem drainase

yang baik dibutuhkan untuk menjaga

kondisi tanah agar tidak terjadi erosi yang

mengakibatkan permukaan lapangan

bergelombang atau tidak rata sehingga

rumput menjadi rusak.

Di sisi lain, curah hujan yang tinggi

dapat memberikan keuntungan jika

dimanfaatkan secara optimal. Dengan

menggunakan geotekstil, air hujan yang

jatuh dapat di tampung dan digunakan

kembali. Geotekstil berfungsi sebagai filter

yang dapat menahan tanah pada bagian hulu

agar butiran kecil tanah tidak ikut bersama

aliran.

Lapangan Sepak bola ASIFA berada

di Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan

Udara (PUSDIK ARHANUD) kecamatan

Karangploso, Kabupaten Malang.

1.1 Rumusan Masalah

Dari pendahuluan di atas, maka

diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan sistem drainase

bawah permukaan lapangan akademi

sepak bola ASIFA ?

2. Berapa besar kapasitas tampungan water

tank ?

3. Berapa kebutuhan kapasitas pompa yang

sesuai dengan water tank ?

4. Berapa besar rencana anggaran biaya

yang dibutuhkan untuk merencanakan

sistem drainase sub surface

menggunakan geotekstil ?

1.2 Tujuan dan Manfaat

Dengan memperhatikan rumusan

masalah penelitian ini bertujuan untuk :

1. Merencanakan sistem drainase sub

surface lapangan sepak bola yang

nantinya mempermudah bagi pihak

terkait dalam melakukan

pengembangannya.

2. Memberikan alternatif penggunaan bahan

kedap air seperti geotekstil dalam

campuran lapisan tanah dan dapat

mengetahui optimasi pengelolaan air

yang lebih efisien.

3. Menentukan volume bak penampung dan

kapasitas pompa untuk optimalisasi

pengelolaan air yang lebih efisien.

Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah untuk memberikan masukan pada

pihak pengelola akademi sepak bola ASIFA,

dan sebagai referensi bagi masyarakat

umum, mahasiswa, pemerintah ataupun

instansi lain yang berminat melaksanakan

proyek serupa.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Hidrologi

Analisa Hidrologi digunakan untuk

mendapatkan besarnya debit banjir

rancangan dan debit andalan.

2.2.1 Uji Homogenitas Data

Dalam melakukan uji homogenitas

data hujan dengan satu stasiun pengamatan,

metode yang digunakan adalah Rescaled

Adjusted Partial Sums (RAPS). Berikut

persamaan (Harto, 1993:263)

Q = maks |Sk**| untuk 0 ≤ k ≤ n (2-1)

Sk* = ( x – ̅) (2-3)

Dy2 =

(2-4)

Sk** =

2.2.2 Uji Abnormalitas Data

Uji ini digunakan untuk mengetahui

apakah data maksimum dan minimum dari

rangkaian data yang ada layak atau tidak.

Uji yang digunakan adalah uji Inlier-Outlier.

Dimana data yang menyimpang dari dua

batas ambang, yaitu ambang bawah (XL) dan

ambang atas (XH) akan dihilangkan. Rumus

untuk mencari ambang tersebut adalah

sebagai berikut:

XH = Exp. (Xrerata + Kn . S)

XL = Exp. (Xrerata - Kn . S)

Page 3: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

2.2.3 Analisa Frekuensi

Dalam analisa hidrologi selanjutnya

diperlukan besaran curah hujan rancangan

yang terjadi di daerah tersebut. Curah hujan

rancangan adalah hujan terbesar tahunan

dengan suatu kemungkinan periode ulang

tertentu.

Dalam studi ini dipakai metode Log

Pearson tipe III dengan pertimbangan bahwa

cara ini lebih fleksibel dan dapat dipakai

untuk semua data serta umum digunakan

dalam perhitungan maupun analisa curah

hujan rancangan.

Parameter-parameter statistik yang

digunakan oleh distribusi Log Pearson Tipe

III adalah (Soemarto, 1987:243):

Harga rata-rata

Standart deviasi

Koefisien kepencengan

2.2.4 Uji Kesesuaian Distribusi

2.2.4.1 Uji Chi Kuadrat (Chi Square)

Uji Chi Kuadrat dimaksudkan untuk

menentukan apakah persamaan distribusi

peluang yang telah dipilih dapat mewakili

dari distribusi statistik sampel data yang

dianalisis. Adapun langkah-langkahnya

adalah sebagai berikut (Soewarno,

1995:194):

a. Menghitung selisih data curah hujan

perhitungan (Xt) dengan nilai data curah

hujan hasil pengamatan (Xe).

b. Selisihnya dikuadratkan lalu dibagi

nilai tiap tahunnya lalu dijumlahkan untuk

beberapa tahun. Nilai ini disebut X2 hit.

c. Harga X2 hit dibandingkan dengan

harga X2Cr dari tabel Chi Kuadrat dengan α

dan jumlah data (n) tertentu. Apabila X2 hit

< X2Cr maka hipotesa distribusi dapat

diterima.

2.2.4.2 Uji Smirnov-Kolmogorov

Uji kesesuaian Smirnov-

Kolmogorov, sering juga disebut uji

kecocokan non parametik (non parametic

test), karena pengujiannya tidak

menggunakan fungsi distribusi tertentu

(Soewarno, 1995:198). Prosedurnya adalah

sebagai berikut:

1. Mengurutkan data yang ada dari kecil ke

besar.

2. Menghitung besarnya probabilitas untuk

lebih kecil dari data yang ada (Pt).

Apabila diketahui Pr (probabilitas

terjadi), maka:

Pt = 100% - Pr

3. Menghitung besarnya peluang data yang

ada dengan menggunakan metode

Weibull, maka digunakan persamaan:

Pw =

x 100%

4. Menghitung selisih nilai D yang

dinyatakan dengan persamaan:

D = max

2.3 Perhitungan Debit Limpasan

2.3.1 Debit Limpasan

Untuk mendapatkan kapasitas

saluran drainase, terlebih dahulu harus

jumlah air hujan dan jjumlah air kotor atau

buangan yang akan dibuang. Besarnya debit

limpasan dapat dihitung dengan rumus

berikut (Suripin, 2004 : 79)

Q = 0,00278 . C . I . A

dengan :

Q = Debit banjir maksimum (m3detik)

C = Koefisien pengaliran

I = Intensitas hujan rerata selama

waktu tiba banjir (mm/jam)

A = Luas daerah pengaliran (ha)

2.4 Drainase Lapangan Sepak Bola

Sistem drainase terbagi menjadi

sistem drainase bawah permukaan dan

sistem drainase permukaan.

Kemiringan lapangan harus lebih

kecil atau sama dengan 0,007 dan sekeliling

lapangan harus ada collector drain.

2.4.1 Sistem Drainase Bawah Permukaan

Faktor-faktor yang diperhatikan

dalam perencanaan drainase bawah

permukaan adalah (Prodjopangarso, 1987) :

1. Perencanaan struktur dan

permeabilitas tanah

Page 4: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

2. Perencanaan Geotekstil

3. Laju infiltrasi

4. Jarak pipa (drain spacing)

5. Diameter pipa

6. Debit maksimum yang dilayani tiap

pipa

Gambar 1 Perencanaan struktur tanah

drainase bawah permukaan

Sumber : Prodjopangarso, 1987

2.4.2 Kecepatan Rembesan Tanah

Yang dimaksud dengan kecepatan

rembesan tanah adalah kemampuan tanah

dalam meresapkan air. Untuk menghitung

nilai kecepatan rembesan menggunakan

persamaan Darcy (Braja, 1998 : 81) :

v = k . i

dengan :

v = kecepatan rembesan (cm/dt)

k = koefisien rembesan (cm/dt)

i = gradien hidraulik

Nilai gradien hidraulik dapat dicari dengan

persamaan (Braja, 1998 : 80) :

i = ∆H / L

Untuk nilai k pada tanah yang berlapis-lapis

dan arah alirannya vertikal digunakan kv(eq),

dengan persamaan (Braja, 1998 : 92) :

kv(eq) =

(

) (

) (

) (

)

dengan :

k = Koefisien permeabilitas (cm/detik)

h = Ketebalan lapisan tanah (cm)

2.4.3 Geotekstil

Geotekstil adalah material lembaran

yang dibuat dari bahan tekstil polymeric

bersifat lolos air, yang dapat berbentuk

bahan nir-anyam (non woven) atau anyaman

(woven).

Geotekstil berfungsi sebagai filter

dan separator, yaitu menahan butiran tanah

sekaligus mengalirkan air ke dalam sistem

drainase.

2.4.4 Diameter Pipa Besarnya diameter pipa dihitung

dengan menggunakan rumus Manning

sebagai berikut :

Q = A x V

V =

R2/3

. S1/2

dimana :

Q = kapasitas saluran (m3/dt)

A = Luas penampang (m3)

V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dtk)

n = koefisien kekasaran Manning

R = Jari – jari hidrolis (m)

s = Kemiringan dasar saluran

Harga koefisien Manning (n)

ditetapkan berdasarkan pada bahan yang

membentuk tubuh saluran. Dalam hal ini

saluran berupa pipa PVC dengan harga n

berkisar antara 0,009 – 0,012

2.4.5 Jarak Pipa Drain (Drain Spacing) Untuk menghitung tinggi air resapan

yang direncanakan dan jarak saluran pada

kedalaman tertentu, dipakai rumus

Hooghoudt sebagai berikut (Prodjopangarso,

1987) :

R = q =

L = jarak saluran (m)

Ka = konduktivitas hidrolis untuk

lapisan di atas saluran (m/dtk)

Kb = konduktivitas hidrolis untuk

lapisan di bawah saluran (m/dtk)

h = tinggi muka air resapan diatas

saluran dan antara kedua saluran (m)

D = Jarak dari lapisan kedap ke muka

air pada saluran drainase (m)

d = Equivalent depth yaitu fungsi dari

L, ro, dan D yang dicari dari tabel

hooghoudt sebagai pengganti

ketebalan D (m)

Page 5: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

Gambar 2 Perletakan Saluran Drainase

Bawah Permukaan

Sumber : Prodjopangarso, 1987

2.5 Sistem Drainase Permukaan Untuk merencanakan sistem drainase

permukaan, perlu memperhatikan beberapa

hal sebagai berikut (Suripin, 2004) :

1. Debit limpasan

2. Koefisien Hidrolika

3. Penampang Hidrolika

4. Kemiringan Dasar Saluran

5. Koefisien Manning

6. Kecepatan ijin

2.5.1 Perencenaan Saluran Drainase

Permukaan

Untuk menghitung kapasitas saluran

pembuang, dipakai rumus Manning sebagai

berikut (Chow, 1992) :

Q = A x V

V =

R2/3

. S1/2

dimana :

Q = kapasitas saluran (m3/dt)

A = Luas penampang (m3)

V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dtk)

n = koefisien kekasaran Manning

R = Jari – jari hidrolis (m)

s = Kemiringan dasar saluran

Dengan menghubungkan rumus Q =

A . V dengan besaran A dan P yang mengan

dung lebar dasar saluran dan tinggi air, dapat

diperhitungkan dimensi saluran yang akan

direncanakan berdasarkan data debit.

Koefisien Manning dan kemiringan dasar

saluran. Perhitungan selengkapnya adalah

sebagai berikut (Chow, 1992) :

1. Saluran Trapesium :

Untuk merencanakan penampang

trapesium digunakan rumus :

Jari – jari luas saluran

A = (B + z . h)h

Keliling basah

P = B + 2h (z2 + 1)

1/2

Jari – jari hidrolis

R = A / P

2. Saluran Setengah Lingkaran :

Luas Saluran

A = 0,5 π r2

Keliling Saluran

P = π . r

Jari – jari hidrolis

R = 0,5 r

Harga koefisien kekasaran Manning

(n) dalam rumus Manning, ditetapkan

berdasarkan pada bahan yang membentuk

tubuh saluran. Harga koefisien kekasaran

Manning untuk berbagai bahan material

saluran dan tipe saluran dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1 Angka kekasaran Manning Tipe Saluran

N A. Saluran Tertutup terisi

sebagian

1. Gorong - gorong dari beton lurus

dan bebas kikisan 0,010 - 0,013

2. Gorong - gorong dengan belokan

dan sambungan 0,011 - 0,014

3. Saluran pembuang lurus dari

beton 0,013 - 0,017

4. Pasangan bata dilapisi dengan

semen 0,011 - 0,014

5. Pasangan batu kali disemen 0,015 - 0,017

B. Saluran dilapisi atau disemen

1. Pasangan bata disemen 0,012 - 0,018

2. Beton dipoles 0,013 - 0,016

3. Pasangan batu kali disemen 0,017 - 0,030

4. Pasangan batu kosong 0,023 - 0,035

Sumber : Chow (1992)

2.5.2 Kecepatan Ijin

Hal penting yang harus diperhatikan

adalah kecepatan aliran yang diizinkan.

Kecepatan harus diantara batas tertentu

(maksimum atau minimum) dimana dengan

kecepatan tersebut tidak akan terjadi

Page 6: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

pengendapan dan pertumbuhan tanaman air,

serta tidak juga terjadi pengikisan.

Besarnya kecepatan minimum yang

diijinkan besarnya berkisar antara 0,6 – 0,9

m/detik (Suhardjono, 1984).

2.6 Pompa

Pada sistem penyiraman yang akan

dipakai nantinya, air yang digunakan berasal

dari air hujan yang meresap di area lapangan

dan ditampung pada sebuah bak penampung

lalu dipompa menuju lapangan. Untuk

kemudahan dan kelancaran pengoperasian

sistem ini, mesin pompa diperlukan untuk

memompa air dari bak penampung untuk

dialirkan ke lapangan rumput pada waktu

yang diperlukan.

Daya pompa dihitung dengan

persamaan (Sularso, Haruo T, 1985:53) :

P =

dengan :

P = daya pompa (kw)

γ = berat jenis air (kN/m3)

Q = debit pemompaan (m3/dt)

H = tinggi total pemompaan (m)

η = efisiensi pompa

2.7 Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya adalah

perhitungan biaya bangunan berdasarkan

gambar bangunan dan spesifikasi pekerjaan

konstruksi. Rencana anggaran biaya dapat

dijadikan sebagai acuan pelaksanaan

pekerjaan.

RAB dapat dihitung dengan

perhitungan sebagai berikut: RAB = ∑ (volume x harga satuan pekerjaan)

3. METOE KAJIAN

3.1 LOKASI STUDI

Studi perencanaan ini dilakukan di

lapangan Pusat Pendidikan Artileri

Pertahanan Udara (PUSDIK ARHANUD)

desa Pendem, kecamatan Karangploso,

Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lokasinya

terletak di sebelah barat laut Kota Malang.

Gambar 3 Peta Lokasi Studi

3.1.1 Kondisi Topografi

Kabupaten Malang terletak pada

ketinggian 440 – 667 meter di atas

permukaan laut, Selain itu Kabupaten

Malang dilalui oleh Sungai Brantas pada

bagian utara dan selatan. Kabupaten Malang

relatif datar dengan kemiringan antara 0 –

15 %. Kecamatan Karangploso di bagian

barat, kemiringan antara 3 – 15 %.

3.1.2 Kondisi Klimatologi

Kecamatan Karangploso yang

terletak di kabupaten Malang memiliki iklim

tropis yang terbagi dalam dua musim yaitu

musim kemarau dan musim hujan. Iklim di

Kota Malang relatif sejuk dengan suhu rata-

rata 24,4° C pada bulan Desember,

temperatur rata-rata yang lebih rendah yaitu

23,6° C dengan kelembaban udara rata-rata

72 %.

3.2 Sistematika Penyusunan Tugas Akhir

Sistematika dari penyusunan tugas

akhir ini menunjukkan suatu alur kerangka

berpikir yang bertahap mulai dari tahap

pengelolaan data sampai dengan tahap studi

perencanaan.

Langkah-langkah dalam pengerjaan studi ini

adalah :

1. Pengumpulan data

a. Peta lokasi

b. Data perletakan lapangan

c. Data jenis tanaman rumput dan

kebutuhan air tanamannya

d. Data curah hujan diperoleh dari

Dinas Pengairan Kabupaten Malang

LOKASI STUDI :

KECAMATAN

KARANGPLOSO

Page 7: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

berupa data curah hujan harian dari

stasiun hujan desa Pendem

e. Data geologi eksisting untuk

menentukan koefisien permeabilitas

tanah diperoleh dari Laboratorium

Teknik Sipil Universitas Brawijaya

Malang.

2. Pengolahan Data

a. Menguji homogenitas data dengan

menggunakan metode RAPS

(Rescaled Adjusted Partial Sums),

setelah itu menguji abnormalitas data

menggunakan metode Inlier-Outlier.

b. Menghitung curah hujan rancangan

maksimum menggunakan Log

Pearson Type III, setelah itu

dilakukan uji distribusi frekuensi

dengan Uji Smirnov Kolmogorov dan

Uji Chi Square yang digunakan

untuk menghitung kebenaran suatu

hipotesa.

3. Perencanaan saluran drainase bawah

permukaan

a. Merencanakan struktur tanah dengan

menggunakan geotekstil

b. Menentukan koefisien permeabilitas

tanah eksisting yang diperoleh dari

laboratorium Teknik Sipil

Universitas Brawijaya untuk

digunakan sebagai lapisan tanah atas

dalam struktur lapisan tanah

menggunakan geotekstil.

c. Menghitung daya resap tanah dengan

perhitungan permeabilitas tanah

secara vertikal, kemudian

menghitung kecepatan rembesan.

d. Merencanakan dimensi pipa (saluran

bawah permukaan) dengan metode

Hooghoudt.

4. Menghitung dimensi saluran pembuang

5. Perencanaan dimensi bak tampungan

(water tank) dari data kebutuhan air tanaman

untuk menampung air yang dibutuhkan

untuk penyiraman

6. Menentukan kapasitas pompa yang

dibutuhkan untuk penyiramanan rumput.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Hidrologi

4.1.1 Hujan Rerata Daerah

Pada studi ini, data curah hujan yang

digunakan diperoleh dari Dinas Pengairan

Kabupaten Malang berupa data curah hujan

harian dari stasiun hujan desa Pendem

selama 11 (sebelas) tahun pengamatan dari

tahun 2004 sampai dengan tahun 2014

dengan koordinat 7o91'78''LS / 112

o59'03''.

Dari hasil analisis data, dapat dilihat

data terurut dari kecil ke besar pada Tabel 2.

Tabel 2 Data Curah Hujan Tahunan

Tahun Hujan Maks (mm)

2011 53

2007 75

2009 80

2014 80

2012 81

2005 88

2006 96

2008 110

2010 110

2013 125

Jumlah 898

Rerata 89.8

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Malang

4.1.2 Uji Homogenitas Data Hujan

Adapun metode yang akan

digunakan untuk menghitung uji

homogenitas data adalah dengan

menggunakan metode RAPS (Rescaled

Adjusted Partial Sums)

Hasil perhitungan metode RAPS disajikan

dalam tabel 3 berikut :

Tabel 3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

No Tahun R Sk* Dy2 Sk**

1 2005 88 -1.8 0.32 0.091

2 2006 96 6.2 3.844 0.312

3 2007 75 -15 21.90 0.746

4 2008 110 20.2 40.80 1.018

5 2009 80 -9.8 9.60 0.494

6 2010 110 20.2 40.80 1.018

Page 8: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

No Tahun R Sk* Dy

2 Sk**

7 2011 53 -37 135.4 1.854

8 2012 81 -8.8 7.74 0.443

9 2013 125 35.2 123.9 1.773

10 2014 80 -9.8 9.604 0.494

Rerata 89.8

Jumlah 394

Sumber: Hasil Perhitungan

Hasil dari analisa tersebut adalah sebagai

berikut:

- n = 10 (jumlah data)

- [Sk**] maks = 1,773

- [Sk**] min = 0,091

- Q = | Sk** maks |

= 1,773

Dari hasil perhitungan di atas,

diperoleh nilai Q/√ = 0,586 < dari Q/√

tabel = 1,05dan nilai R/√ = 0,558 < R/√

tabel = 1,38. Karena data hujan yang diuji

masih berada dalam nilai batas maka data

yang ada bersifat homogen.

4.1.3 Abnormalitas Data (Inlier-Outlier)

Tabel 4 Hasil Perhitungan Uji Inlier-Outlier

No Tahun Hujan

Log x Keterangan

(mm)

1 2005 88 1.944

Nilai ambang

atas, Xh =

143,94

2 2006 96 1.982

3 2007 75 1.875

4 2008 110 2.041

5 2009 80 1.903

6 2010 110 2.041

Nilai ambang

bawah, Xi =

53,20

7 2011 53 1.724

8 2012 81 1.908

9 2013 125 2.097

10 2014 80 1.903

Stdev. = 0.106

Mean = 1.942

Kn = 2.036

Sumber: Hasil Perhitungan

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai

standart deviasi sebesar 0,106 dan rata-rata

dari keseluruhan nilai log x sebesar 1,942

Untuk jumlah data (n) sebesar 10 diperoleh

nilai Kn sebesar 2,036.

Berikut perhitungan nilai batas ambang atas

dan bawah:

- Nilai batas ambang atas (XH)

(XH) = Exp . (Xrerata + (Kn . S))

= Exp . (1,942 + (2,036 x 0,106)

= 143,94

- Nilai batas ambang bawah (XL)

(XL) = Exp . (Xrerata – (Kn . S))

= Exp . (1,942 – (2,036 x 0,106)

= 53,20

Dalam perhitungan di atas diperoleh nilai

batas ambang atas (XH) sebesar 143,94 dan

nilai batas ambang bawah (XL) sebesar

53,20, karena data hujan yang diuji masih

berada dalam nilai batas ambang atas dan

nilai batas ambang bawah maka data hujan

yang ada dapat digunakan secara

keseluruhan.

4.1.4. Hujan Rancangan

Metode yang digunakan dalam studi

akhir ini adalah Log Pearson Tipe III dengan

pertimbangan bahwa cara ini lebih fleksibel

dan dapat dipakai untuk semua sebaran data

serta umum digunakan dalam perhitungan

maupun analisa curah hujan rancangan.

Tabel 5 Perhitungan Curah Hujan Rancangan

Tr P (%) K

Curah Hujan

Rancangan

(log) (mm)

2 50 0.097 1.952 89.600

5 20 0.857 2.033 107.896

10 10 1.202 2.070 117,388

20 5 1.478 2.099 125.598

50 2 1.728 2.126 133.507

Sumber: Hasil Perhitungan

4.1.5. Uji Kesesuaian Distribusi

4.1.5.1 Uji Smirnov-Kolmogorov

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai

Dmax sebesar 0,096. Untuk nilai a= 5% dan

n= 10 pada tabel diperoleh nilai kritis Dkritis

Page 9: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

sebesar 0,388. Nilai Dmax lebih kecil dari

Dkritis sehingga distribusi dapat diterima

(memenuhi syarat distribusi).

4.1.5.2 Uji Chi Square

Dari hasil perhitungan di atas

diperoleh nilai X2

hitungan sebesar 3,664.

Untuk nilai a= 5% pada tabel nilai X2

tabel

sebesar 9,488. Nilai X2

hitungan lebih kecil dari

X2

tabel sehingga distribusi dapat diterima

(memenuhi syarat distribusi).

4.2 Sistem Drainase Bawah Permukaan

4.2.1 Perencanaan Struktur Tanah

Struktur lapisan tanah di bawah

rumput lapangan direncanakan sebagai

berikut :

1. Pasir urug dan pupuk kandang (4:1)

15 cm dan K = 0,007 cm/dtk

2. Pasir urug setebal 10 cm

K = 0,00095 cm/dtk

3. Pasir murni setebal 5 cm

K = 0,04 cm/dtk

4. Geotekstil setebal 0,2 cm

K = 0,16 cm/detik

5. Batu koral ø 3-10 mm setebal 5 cm

K = 1,5 cm/detik

6. Batu koral ø 10-20 mm tebal 50 cm

K = 4 cm/dtk

7. Tanah asli

K = 0,00067 cm/detik

Geotekstil yang digunakan adalah

Polypropylene non woven geotextile yang

diproduksi oleh PT. Teknindo Geosistem

Unggul.

Dari hasil perencanaan struktur tanah

menggunakan geotekstil, maka direncanakan

kedalaman pipa berada pada kedalaman 85,2

cm dari permukaan tanah.

Dengan perencanaan diatas diketahui

bahwa tanah yang digunakan terdiri dari

beberapa lapisan dan memiliki koefisien

permeabilitas yang berbeda-beda. Maka,

diperlukan perhitungan besarnya koefisien

permeabilitas equivalen (kveq) dengan arah

aliran vertikal. Berikut perhitungan

konduktivitas hidrolik lapisan tanah di atas

level drainase ( ) :

(

) (

) (

) (

)

(

) (

) (

) (

) (

) (

)

dan, konduktivitas hidrolik di bawah level

drainase ( ) :

(

) (

) (

) (

)

(

) (

)

Dari perhitungan diatas didapatkan

nilai tanah sebesar 0,0047 cm/detik,

sehingga nilai tanah di lapangan

sepakbola Akademi sepakbola ASIFA sesuai

dengan rekomendasi FIFA (Federation

International Football Associaton) yaitu

untuk koefisien Permeabilitas tanah sebesar

0,005 cm/detik.

4.3 Perencanaan Pipa Drainase Bawah

Permukaan

4.3.1 Perhitungan Diameter Pipa

Untuk menghitung diameter pipa,

digunakan debit limpasan permukaan

lapangan sehingga air limpasan hujan yang

menggenang dapat segera di buang melalui

sistem drainase bawah permukaan. Berikut

perhitungan debit limpasan permukaan :

1. Curah hujan rancangan 10 tahun =

117,388 mm/hari

2. Panjang limpasan = 37,5 m (data)

3. Kemiringan rata-rata = 0,005 (data)

4. Menghitung waktu konsentrasi dengan

rumus :

tc = (

)

Page 10: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

= (

)

= 0,0407 jam

5. Menghitung intensitas curah hujan dengan

menggunakan rumus :

I =

(

)

=

(

)

= 343,936 mm/jam

6. Perhitungan Debit limpasan lapangan,

dengan data yang digunakan :

Koefisien Pengaliran ( c ) = 0,08

Luas lapangan ( A ) = 0,825 ha

Q = 0,00278 . C . I . A

= 0,00278 . 0,08 . 343,936 . 0,825

= 0,063 m3/detik

Sehingga, perhitungan diameter pipa

menjadi.

Diketahui data-data yang digunakan adalah :

Koefisien hidrolis untuk lapisan di

atas saluran (ka) = 0,0047 cm/detik

Koefisien hidrolis untuk lapisan di

bawah saluran (kb) = 0,00089 cm/det

Jarak antar muka air tertinggi dengan

muka air di saluran (h) = 40,2 cm

Tinggi antara air di pipa ke lapisan

kedap air (D) = 100 cm

n = 0,009 (HDPE Perforated

Corrugated Pipe)

s = 0,007

Q = 0,063 m3/detik

Luas = πr2

P = 2 π r

R = A/P

= r

Q = (1/n) x (r2/3

) x s0,5

x A

0,063 = (1/0,009) x (r2/3

) x 0,007 x πr2

0,063 = (1/0,009) x r2/3

x(0,007)1/2

x πr2

r8/3

= 0,00216

= 0,10013 m

r = 10,013 cm

d = 20,025 cm ≈ 20 cm

4.3.2 Perhitungan Jarak Pipa

Pada studi ini, perencanaan jarak

pipa drainase dicari menggunakan rumus

hooghoudt. Jarak pipa dihitung dengan cara

coba-coba, langkah perhitungannya adalah

- mencari nilai d berdasarkan fungsi

(L, , D) pada tabel lampiran

- q menggunakan debit limpasan

permukaan di lapangan = 0,0000076

m3/detik

- Menghitung jarak pipa

Persamaan tersebut dapat diubah

menjadi :

- Coba 1

L = 5 m, dari tabel : d = 0,67 m

L2 = 3,97298 + 3,75572 x 0,67

L2 = 6,489

L = 2,6 m ≠ 5 m, sehingga L terlalu kecil

- Coba 2

L = 2,5 m, dari tabel : d = 0,60 m

L2 = 3,97298 + 3,75572 x 0,60

L2 = 6,22

L = 2,495 m 2,5 m

Dari langkah diatas nilai L harus

sama atau mendekati, jika belum sama atau

mendekati maka harus dicari lagi dengan

cara coba-coba.

- Mengoreksi nilai d dengan

menggunakan tabel nilai d ekuivalen

(terlampir)

∆ =

10,7

λ =

Dari tabel untuk ∆ = 10,7 dan =

26,7 didapat δ = 6,3

δ =

d = ro x δ

= 0,094 x 6,3

= 0,59 m ≈ 0,60 m

Maka, dengan d = 0,60 m yang

didapat dari tabel hooghoudt nilainya

Page 11: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

mendekati d koreksi, sehingga diambil drain

spacing L = 2,5 m.

4.3.3 Perhitungan Diameter Pipa Saluran

Pengumpul (Collector Drain)

Di saluran ini, air drainase berasal

dari sistem drainase bawah permukaan yang

dialirkan melalui tiap-tiap pipa resapan

(Interceptor Drain) menuju ke saluran

collector drain pada pinggir lapangan.

Saluran pipa collector di sisi lapangan ini

merupakan saluran tertutup berbahan buis

beton berbentuk lingkaran.

Perhitungan diameter saluran

collector drain sebagai berikut :

Data yang digunakan adalah :

Q = 0,0158 m3/dtk

s = 0,001

n = 0,010

Langkah-langkah perhitungannya

adalah :

Q = V x A

= 1/n . R2/3

. S1/2

. A

0,0158 = (1/0,010) . r2/3

. (0,001)1/2

. πr2

0,0158 = 8,275 r8/3

0,0019 = r8/3

r = 0,096 m

= 9,552 cm

d = 19,10 cm ≈ 20 cm

Dari perhitungan diameter saluran

collector yang berada di sisi lapangan

sebelah timur didapatkan diameter 19,10

cm, karena diasumsi air hanya memenuhi

0,5 dari diameter pipa maka akan digunakan

buis beton dengan diameter 40 cm.

4.3.4 Perhitungan Dimensi Bak

Penampung Saluran Collector Drain

Terdapat dua bak penampung yang

menyesuaikan dengan letak saluran

Collector Drain area barat dan timur

sebelum disalurkan menuju water tank.

Debit total yang diterima bak

penampung timur dari saluran collector

drain = 0,0315 m3/detik

Dari debit total bak penampung di

atas, direncanakan kapasitas bak

penampung, yaitu: panjang (p) = 1 m, lebar

(b) = 1 m, dan tinggi (h) = 1 m

Hasil tersebut menunjukkan bahwa

kapasitas bak penampung lebih besar

daripada debit yang masuk. Sehingga

dimensi yang direncanakan untuk kedua bak

penampung dapat digunakan.

4.4 Perhitungan Debit Limpasan

Debit limpasan yang terjadi di area

sekitar lapangan berasal dari air hujan yang

harus dibuang secepatnya melalui sistem

drainase bawah permukaan, namun untuk

mengantisipasi bilamana sistem drainase

bawah permukaan mengalami penyumbatan

dan tidak dapat membuang air limpasan

permukaan maka diperlukan saluran terbuka

untuk menerima limpasan dari lapangan,

trek atletik dan juga area hijau di sekeliling

lapangan.

4.4.1 Debit Limpasan Area Barat & Timur

Debit limpasan dari lapangan sepak

bola = 0,0267 m3/detik

Debit limpasan dari trek atletik 0,023

m3/detik

Maka, untuk mengantisipasi debit limpasan

diatas direncanakan saluran terbuka

berbentuk segi empat dengan

b ≈ h = 30 cm

W = 40 cm

4.4.2 Debit Limpasan Area Utara &

Selatan

Debit limpasan dari lapangan sepak

bola = 0,01279 m3/detik

Debit limpasan dari trek atletik

0,0172 m3/detik

Maka, untuk mengantisipasi debit limpasan

diatas direncanakan saluran terbuka

berbentuk segi empat dengan

b ≈ h = 25 cm

W = 33 cm

4.4.3 Debit Limpasan Saluran Collector

Drain Barat dan Timur

Saluran collector drain untuk

menyalurkan debit dari Interceptor Drain

dan Interceptor Drain menuju Conveyor

Drain. Dari hasil perhitungan saluran

Page 12: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

Interceptor Drain dapat diketahui debit

0,0497 m3/dtk dan saluran Interceptor Drain

diperoleh debit 0,030 m3/dtk. Maka total

debit sebesar 0,079 m3/dtk. Dari hasil

perhitungan diperoleh diameter sebesar 25

cm dengan kemiringan saluran 0,007.

4.4.4 Evaluasi Saluran Conveyor Drain

4.4.4.1 Saluran Conveyor Drain Eksisting

Barat Debit limpasan yang direncanakan

merupakan debit kumulatif dari debit

limpasan lahan hijau, saluran collector trek

atletik dan buangan kelebihan air dari

watertank. Total debit limpasan area barat

sebesar 0,167 m3/dtk, area timur sebesar

0,161 m3/dtk,, area utara sebesar 0,252

m3/dtk, dan area selatan sebesar 0,904

m3/dtk.

Dari hasil evaluasi saluran Conveyor

Drain eksisting barat dapat menampung

debit sebesar 0,745 m3/dtk, timur sebesar

3,574 m3/dtk, utara sebesar 1,292 m

3/dtk,

dan selatan sebesar 2,260 m3/dtk.

Berdasarkan hasil evaluasi di atas

maka tidak memerlukan perencanaan ulang

pada saluran conveyor drain.

4.5. Perencanaan Dimensi Tampungan

(Water tank)

Fungsi dari water tank adalah untuk

menampung air pada waktu hujan dan

menggunakannya lagi bila diperlukan

kembali pada musim kering atau berfungsi

sebagai tempat penyimpanan cadangan air.

Berdasarkan kebutuhan air tanaman

rumput Zoysia Matrella yang telah dikalikan

dengan luas lapangan didapatkan kebutuhan

sebesar 22,4 m3/hari.

Dari hasil perhitungan maka

direncanakan dimensi tampungan (water

tank): lebar (b) = 3 m, panjang (l) = 2,5 m,

dan tinggi (h) = 4 m.

4.6. Perencanaan Pompa Air

Pada sistem penyiraman rumput, air

yang digunakan berasal dari air hujan yang

meresap di area lapangan dan ditampung

pada sebuah bak penampung lalu dipompa

menuju lapangan.

Pompa yang digunakan pada studi

ini adalah pompa sentrifugal yang memiliki

kapasitas sebersar 15,125 m3/jam dan

memerlukan daya sebesar 375 watt.

4.7. Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya yang

dibutuhkan dalam perencanaan sistem

drainase bawah permukaan (sub surface)

sebesar Rp 4.007.026.000,- dengan rincian

sebagai berikut:

a. Pekerjaan penggantian lapisan tanah

lapangan sepakbola sebesar Rp

3.862.391.250,-

b. Pekerjaan pemasangan collector drain B

sebesar Rp 31.671.200,-

c. Pekerjaan pembuatan bak penampung

menuju watertank sebesar Rp. 4.158.700,-

d. Pekerjaan pembuatan saluran terusan

collector drain B sebesar Rp. 11.359.500,-

e. Pekerjaan pembuatan interceptor drain

sebesar Rp. 52.899.775,-

f. Pekerjaan pemasangan collector drain A

sebesar Rp. 14.815.700,-

g. Pekerjaan pembuatan bak penampung

interceptor drain A sebesar Rp 2.209.873,-

h. Pekerjaan pembuatan watertank sebesar

Rp. 27.519.828,-

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perencanaan,

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perencanaan sistem drainase bawah

permukaan direncanakan di bawah

struktur lapisan tanah. Dengan

menggunakan pipa HDPE berdiameter

20 cm yang diletakkan pada elevasi

+660,298. Dengan panjang pipa

maksimum 37,5 meter, aliran dari pipa

akan masuk ke saluran collector drain B

yang direncanakan memiliki diameter

40 cm dan selanjutnya menuju water

tank yang nantinya air yang tertampung

akan digunakan kembali untuk

Page 13: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

penyiraman rumput lapangan sepak

bola. Perencanaan struktur tanah sangat

penting untuk memaksimalkan

kemampuan tanah meresapkan air, dari

perhitungan didapatkan Koefisien

permeabilitas tanah sebesar 0,0047

cm/detik. Hasil ini hampir sesuai

dengan standar FIFA yang memberikan

rekomendasi untuk nilai K sebesar

0,005 cm/detik. Berikut Perencanaan

struktur tanah pada lapangan sepak bola

ASIFA:

a. Rumput (lapangan sepak bola)

b. Pasir urug dan pupuk kandang (4:1)

dengan tebal 15 cm

c. Pasir urug dengan tebal 10 cm

d. Pasir murni dengan tebal 5 cm

e. Polypropylene Nonwoven Geotextile

dengan tebal 2 mm

f. Batu koral ø 3 – 10 mm dengan tebal

5 cm.

g. Batu koral ø 10 – 20 mm dengan

tebal 25 cm.

h. Pipa ø 20 cm (HDPE Perforated

Corrugated Pipe)

i. Batu koral ø 10 – 20 mm dengan

tebal 25 cm.

j. Tanah dasar lokasi.

2. Watertank direncanakan berjumlah 1

pasang dengan kapasitas tampungan

watertank sebesar 11 m3 per tampungan

dan ditempatkan berada pada kedua sisi

lapangan. Maka, didapatkan

perencanaan dimensi watertank dengan

panjang = 3 m, lebar = 2,5 m dan tinggi

= 4 m.

3. Pompa yang digunakan untuk

mengalirkan air dari watertank menuju

pinggir lapangan menggunakan pompa

dengan daya pompa 375 watt dan

kapasitas pompa 15,125 m3/jam. Waktu

yang dibutuhkan untuk tiap kali

penyiraman 60 menit.

4. Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan

dalam perencanaan sistem drainase

bawah permukaan (sub surface) sebesar

Rp 4.007.026.000,-.

DAFTAR PUSTAKA

Chow, Van Te. 1992. Hidrolika Saluran

Terbuka, Jakarta : Erlangga.

H.B. Sutopo. 2004. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Surakarta : UNS Press.

Hardiyatmo, Hary C. 2014. Geosintetik

Untuk Rekayasa Jalan Raya.

Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Harto, Sri. 1993. Analisa Hidrologi. Jakarta:

Universitas Gunadarma.

Koerner, Robert M. 1989. Hidrologi Untuk

Perencanaan Bangunan Air ,

Bandung: Idea Dharma Bandung.

M. Das, Braja. 1998. Mekanika Tanah

(Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis)

Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Montarcih, Lily. 2010. Hidrologi Praktis.

Bandung: Lubuk Agung

Prodjopangarso, Hardjoso. 1987. Drainasi.

Yogyakarta : Laboratorium P4S

Fakultas Teknik Universitas Gajah

Mada.

Shahin, M.M.A. 1976. Statistical Analysis

Hydrology Vol. 2 Edition. Delph

Nederland.

Sosrodarsono, Soeyono. 1985. Hidrologi

Untuk Pengairan. Jakarta : Pradnya

Paramita.

Sri Harto Br. 2010. Hidrologi, Teori,

Masalah, dan Penyelesaian. Jakarta:

Gramedia.

Subarkah. Imam, 1980 : Hidrologi Untuk

Perencanaan Bangunan Air, Idea

Dharma, Bandung.

Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan

yang Berkelanjutan. Yogyakarta:

ANDI Offset.

Susanto, N.A. 2010. Aplikasi Hidrologi.

Jakarta: Gramedia.

Page 14: Studi Perencanaan Sistem Drainase Sub Surface Lapangan

LAMPIRAN

Collector Drain B Timurbuis beton Ø 0,40 mElevasi Muka Tanah = +660,813Elevasi Dasar Saluran = +659,895

Collector Drain A Timurpipa pvc 0,25 mElevasi Muka Tanah = +660,788Elevasi Dasar Saluran = +659,888

Interceptor Drain A Baratb = 0,30 mh = 0,40 mElevasi Muka Tanah = +660,788Elevasi Dasar Saluran = +660,388

Collector Drain B BaratPipa PVC Ø 0,25 mElevasi Muka Tanah = +659,313Elevasi Dasar Saluran = +659,063

Interceptor Drain A Timurb = 0,30 mh = 0,40 mElevasi Muka Tanah = +660,788Elevasi Dasar Saluran = +660,388

Conveyor Drain Baratb = 0,47 mh = 0,85 mElevasi Muka Tanah = +660,587Elevasi Dasar Saluran = +659,737

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGIDAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

DIRENCANAKAN OLEH :

Muhammad Arby105060407111021

JUDUL GAMBAR SKALA

LEGENDA:

DIPERIKSADOSEN PEMBIMBING I :

Dr. Ir. Ussy Andawayanti, MSNIP. 19610131 198609 2 001

DIPERIKSADOSEN PEMBIMBING II :

Dr. Eng. Andre Primantyo H., ST., MTNIP. 19710312 2001 1 002

LOKASI:Lapangan Sepakbola ASIFA

Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara(PUSDIK ARHANUD)

DETAIL DRAINASELAPANGAN

SEPAKBOLA ASIFA1 : 700

: ARAH ALIRAN

: SALURAN DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (PIPA HDPE)

: SALURAN DRAINASE

Conveyor Drain Selatanb = 0,3 mh = 0,5 mElevasi Muka Tanah = +660,412Elevasi Dasar Saluran = +659,912

Conveyor Drain Utarab = 0,4 mh = 0,55 mElevasi Muka Tanah = + 660,205Elevasi Dasar Saluran = + 659,655

Conveyor Drain Timurb = 0,65 mh = 0,35 mElevasi Muka Tanah = +660,552Elevasi Dasar Saluran = +660,202

Interceptor Drain A Selatanb = 0,25 mh = 0,30 mElevasi Muka Tanah = +660,788Elevasi Dasar Saluran = +660,458

Interceptor Drain A Utarab = 0,25 mh = 0,30 mElevasi Muka Tanah = +660,788Elevasi Dasar Saluran = +660,458

PIPA HDPEØ 0,20 mElevasi Muka Tanah = +661,000Elevasi Dasar Saluran = +660,298

8916171819202122434241403938373635343332302928272625 4431 1011121314152423 1234567

52535455565758596061626364658685848382818079787776757473727170696867 6687 88 464748495051 45

WatertankElevasi Muka Tanah = +660,641Elevasi Dasar Saluran = +657,791

Collector Drain B Baratbuis beton Ø 0,40 mElevasi Muka Tanah = +660,813Elevasi Dasar Saluran = +659,896