studi kasus asuhan keperawatan gangguan … · semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN
NYERI PADA NY. A DENGAN POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK
DI RUANG KENANGA RSUD
KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
YULIARNI DWI PRATIWI
P. 09117
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN
NYERI PADA NY. A DENGAN POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK
DI RUANG KENANGA RSUD
KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
YULIARNI DWI PRATIWI
P. 09117
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuliarni Dwi Pratiwi
NIM : P.09117
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
RASA NYAMAN NYERI PADA NY. A
DENGAN POST SECTIO CAESAREA ATAS
INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK
DI RUANG KENANGA RSUD
KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan dan pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April2012
Yang Membuat Pernyataan
Yuliarni Dwi Pratiwi
NIM. 09117
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Yuliarni Dwi Pratiwi
NIM : P.09117
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
RASA NYAMAN NYERI PADA NY. A
DENGAN POST SECTIO CAESAREA ATAS
INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK
DI RUANG KENANGA RSUD
KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di :
Hari/ Tanggal :
Pembimbing : Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns ( )
NIK.201185077
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Yuliarni Dwi Pratiwi
NIM : P.09117
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
RASA NYAMAN NYERI PADA NY. A
DENGAN POST SECTIO CAESAREA ATAS
INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK
DI RUANG KENANGA RSUD
KARANGANYAR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta
Hari/ Tanggal : Rabu, 2 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns (……………………….)
NIK.201185077
Penguji 2 : Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns (……………………….)
NIK.200179001
Penguji 3 : Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns (……………………….)
NIK.201187085
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.Ns
NIK. 201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA
NYAMAN NYERI PADA NY. A DENGAN POST SECTIO CAESAREA ATAS
INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK DI RUANG KENANGA RSUD
KARANGANYAR”.
Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis banyak mendapat bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi D III
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing demi sempurnanya studi kasus ini.
vi
5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tuaku dan kakakku, yang selalu menjadi inspirasi dan
memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin
Surakarta, April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................. 4
C. Manfaat Penulisan ................................................................ 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ...................................................................... 7
B. Pengkajian ........................................................................... 7
C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 12
D. Perencanaan Keperawatan .................................................... 13
E. Implementasi Keperawatan .................................................. 13
F. Evaluasi Keperawatan .......................................................... 15
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ......................................................................... 17
B. Simpulan .............................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Genogram ........................................................ 8
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
2. Lampiran 2 Log Book
3. Lampiran 3 Pendelegasian
4. Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Kasus
5. Lampiran 5 Lembar Konsul
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yuliarni Dwi Pratiwi
Tempat, tanggal lahir : Sragen, 28 Juli 1991
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Gempol, RT 09 Sambirejo, Sambirejo, Sragen
Riwayat Pendidikan : TK Perwanida lulus tahun 1997
SD Sambirejo III lulus tahun 2003
SMP N I Sambirejo lulus tahun 2006
SMK N I Sragen lulus tahun 2009
Riwayat Organisasi : OSIS
Pramuka
1
BAB I
PENDAHULUAN
�
A. Latar Belakang Masalah
Bedah Caesar yang kerap juga disebut “sectio caesarea” saat ini telah
dikenal sebagai metode persalinan operatif, kebanyakan cara ini ditempuh
akibat adanya hambatan yang dialami oleh janin maupun ibu sehingga
persalinan normal tidak mungkin dilakukan. Menurut Pilliteri, 2002 : 95,
sectio caesarea adalah prosedur bedah untuk mengeluarkan janin melalui
insisi yang dibuat di abdomen maternal.
Sebelum tindakan operasi sectio caesarea ada indikasi dilakukan
tindakan tersebut, indikasi dari ibu yaitu meliputi disproporsi sefalo pelvik,
penyakit pada ibu (distosia servikal, gangguan retraksi), distosia jaringan
lunak (hiperaktivitas dan tidak terkoordinasinya kontraksi rahim), obstruksi
mekanis (disproporsi panggul), gangguan ekstragenital (janin terlalu besar).
Indikasi dari janin yaitu asfiksia intra-uterin (tali pusat terpluntir atau terjadi
insufisiensi plasenta), presentasi bokong, anak terlalu besar (melebihi 3500
gram), prolaps tali pusat, plasenta previa, dan ketuban pecah dini. Indikasi lain
dilakukan sectio sesarea biasa terjadi pre-eklamsi. Disproporsi sefalo pelvik
merupakan salah satu indikasi dilakukan sectio caesarea. Disproporsi sefalo
pelvik adalah kepala tidak dapat mencakap di dalam panggul, karena janin
terlalu besar atau panggul terlalu sempit (Thomas, 2002 : 163). Disproporsi
sefalo pelvik juga dapat diartikan ketidaksesuaian antara kepala janin panggul
2
ibu (Simkin, 2005 : 51). Menurut Varney, 2007 : 796, Disproporsi sefalo
pelvik adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis, ukuran pelvis
tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu
melalui pelvis sampai terjadi kelahiran pervaginam.
Program pokok pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat
2010, terdapat program kesehatan unggulan, salah satunya adalah program
kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
dan angka kematian pada ibu dan anak serta meningkatkan kesejahteraan
keluarga dalam masyarakat. Pembangunan kesehatan telah banyak
menghasilkan perbaikan di bidang kesehatan, namun masih terdapat beberapa
permasalahan kesehatan yang terus menjadi perhatian pemerintah, diantaranya
adalah masih tingginya angka kematian ibu (AKI) yang sekaligus menjadi
tolok ukur penting dalam menciptakan Indonesia Sehat 2010 (Sadiman, 2009 :
1). Peningkatan angka bedah caesar terjadi diseluruh dunia, WHO (World
Health Organization) dilakukan atas indikasi antara lain : disporsisi sefalo
pelvik 25%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah SC 11%, pre-
eklamsia dan hipertensi 7%. Indonesia terjadi peningkatan angka sectio
caesarea dimana tahun 2000 sebesar 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%,
tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar
53,22%, tahun 2005 sebesar 51,59%, tahun 2006 sebesar 53,68% (Grace, 2007
: 3). Dari data rekam medik RSUD Karanganyar pada tahun 2011 dari bulan
januari sampai desember terdapat 34 kelahiran sectio caesarea dengan
indikasi disproporsi sefalo pelvik.
3
Kebutuhan fisiologi menurut Abraham Maslow merupakan kebutuhan
dasar atau pokok yang harus dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis
dan kelangsungan hidup. Salah satu yang merupakan kebutuhan fisiologis
adalah terbebas dari nyeri. Nyeri merupakan suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain (Asmadi, 2008 : 145).
Munculnya nyeri sangat berkaitan dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri dapat memberikan respon karena adanya stimulasi
berupa trauma pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh insisi atau
pembedahan, berakibat terjadi kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung.
Nyeri berasal dari nociceptor yang terstimulasi dan mentransmisikan
informasi ke ujung-ujung saraf dan myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, yaitu seseorang yang
mengartikan bahwa nyeri merupakan arti yang negatif karena bersifat
membahayakan dan merusak. Penilaian nyeri bersifat subyektif, yang berarti
intensitas nyeri seseorang berbeda-beda pada setiap individu. Reaksi nyeri
dapat berupa respon verbal dan non verbal seperti ketakutan, gelisah, cemas,
menangis, dan menjerit (Uliyah, 2006 : 231).
Hasil studi kasus pada Ny. A dengan post sectio caesarea dengan
indikasi disproporsi sefalo pelvik, ditemukan masalah keperawatan nyeri.
Menurut Asmadi (2008), penyebab nyeri akibat trauma mekanik yaitu insisi
mengakibatkan nyeri, karena terjadi gangguan pada serabut saraf reseptor
nyeri, yang terletak dan tersebar pada lapisan kulit tertentu, dan lebih dalam.
4
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik mengangkat studi
kasus”Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri pada Ny. A
dengan post sectio caesarea atas indikasi Disproporsi Sefalo Pelvik di Ruang
Kenanga RSUD Karanganyar”.
Terdapat kesenjangan antara lahan dengan teori dalam memberikan
tindakan untuk mengurangi nyeri antara lain mengobservasi tanda-tanda vital,
mengkaji nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan
waktu terjadinya nyeri), mengkaji faktor yang mengurangi nyeri dan
memperberat nyeri, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik non
invasif (teknik relaksasi dan distraksi), pemberian obat analgesik (Hidayat,
2009: 220). Sedangkan dilahan hanya beberapa saja yang dilakukan yakni
memberikan posisi nyaman, mengajarkan tehnik relaksasi dan pemberian obat
analgesik. Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melaporkan studi
kasus mengenai nyeri akut pada Ny. A dengan post sectio caesarea indikasi
disproporsi sefalo pelvik.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut pada Ny. A dengan post sectio caesarea
indikasi disproporsi sefalo pelvik di ruang Kenanga RSUD Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan nyeri
akut post sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik.
5
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan nyeri akut post sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo
pelvik.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada pasien
nyeri akut dengan post sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo
pelvik.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien nyeri akut
dengan post sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien nyeri akut dengan
post sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri akut yang terjadi pada
pasien dengan post sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo
pelvik.
C. Manfaat penulisan
1. Penulis
Melatih kemampuan penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan
yang telah didapat di institusi pendidikan dan melatih ketrampilan secara
kritis dan analis.
2. Institusi
a. Rumah sakit
Dapat memberikan manfaat khususnya bagi pasien yang
membutuhkan Asuhan Keperawatan nyeri akut dengan post sectio
caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik.
6
b. Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi penulis lain untuk melakukan
Asuhan Keperawatan lebih lanjut pada pasien nyeri akut dengan post
sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik.
3. Profesi
Untuk melakukan tindakan aktif oleh profesi keperawatan dengan
cara memberikan asuhan keperawatan nyeri akut dengan post sectio
caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Dalam bab ini menjelaskan tentang studi kasus yang dilakukan pada
Ny. A dengan post sectio caesarea dengan indikasi disproporsi sefalo pelvik,
pada tanggal 5 April 2012 di ruang Kenanga RSUD Karanganyar. Studi kasus
dimulai dari identitas, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi yang telah dilakukan, dan evaluasi.
Pengkajian pada hari kamis, 5 April 2012 jam 11.30 WIB, pada kasus
ini diperoleh data dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan
pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, dan catatan perawat.
Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien bahwa klien
bernama Ny. A, beralamat Lalung, RT 3/8 Karangan, Karanganyar, umur 23
tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA. Penanggung jawabnya Tn. S sebagai suami,
pekerjaan swasta, beralamat Lalung, RT 3/8 Karangan, Karanganyar.
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan klien dan Genogram
Ketika dilakukan pengkajian, keluhan utama yang dirasakan oleh
klien adalah mengatakan nyeri post sectio caesarea. Adapun riwayat
penyakit sekarang Tanggal 4 April 2012, Ny. A datang tanpa rujukan dari
8
bidan, hanya berniat memeriksakan kehamilannya dengan umur
kehamilan 39 minggu, tetapi dokter menganjurkan untuk rawat inap dan
dilakukan operasi sectio caesarea tanggal 5 April 2012 pukul 09.00 WIB,
dengan diagnosa dari dokter disproporsi sefalo pelvik. Riwayat kesehatan
keluarga, klien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai
penyakit keturunan seperti hipertensi, asma, diabetes melitus.
Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, menikah
dengan suaminya yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara,
kemudian mempunyai anak laki-laki.
Gambar 2.1
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien : Dalam satu rumah
2. Pengkajian pola kesehatan fungsional
Hasil pengkajian pola aktivitas dan latihan, selama hamil klien
mengatakan dalam aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, toileting,
berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ROM (Range of Motion)
atau ambulasi secara mandiri tanpa bantuan dari keluarga. Setelah
Ny. A
9
melahirkan klien mengatakan dalam beraktivitas seperti makan/ minum,
toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur berpindah, dan ambulasi
pasien masih perlu bantuan orang lain. Pasien masih takut bergerak karena
jika bergerak pasien merasa nyeri. Sehingga disimpulkan tingkat
kemandirian klien termasuk dalam kategori dibantu orang lain.
Hasil pengkajian pola istirahat tidur didapatkan hasil, selama hamil
klien mengatakan tidur jam 21.00 WIB dan bangun jam 04.30 WIB tetapi
sering terbangun dimalam hari karena merasakan kurang nyaman dengan
perutnya yang buncit. Setelah melahirkan klien mengatakan belum tidur
karena merasakan nyeri pada luka post operasi sectio caesarea.
Pengkajian kognitif perseptual didapatkan data, selama hamildan
setelah melahirkan klien mengatakan tidak ada gangguan berbicara,
melihat, mendengar dan mencium. Pasien mengatakan nyeri pada luka
post sectio caesarea dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat bergerak
dan seperti teriris-iris, wajah tampak meringis kesakitan.
Pengkajian pola seksualitas reproduksi, klien mengatakan
menarche usia 13 tahun, siklus menstruasi 28 hari lama menstruasi 7 hari,
kadang-kadang disminorea. Ny. A mengatakan sebelumnya belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi, karena umur pernikahan baru 10 bulan dan
langsung dikarunia anak. Setelah persalinan Ny. A juga belum berencana
menggunakan KB. Pada pengkajian status obstetri klien yaitu pada tanggal
5 April 2012 dengan cara sectio caesarea atas indikasi disproporsi sefalo
pelvik di RSUD Karanganyar. Bayi lahir jenis kelamin laki-laki, keadaan
10
bayi sehat, berat badan bayi 3400 gram, panjang badan 49 cm, kemudian
lingkar kepala 35 cm dan lingkar dada 34 cm.
Hasil pengkajian pola mekanisme koping yang dilakukan
didapatkan hasil, klien selama hamil dan setelah melahirkan pasien
mengatakan jika ada masalah selalu diceritakan dengan suaminya supaya
tidak jadi pikiran. Pada pengkajian pola nilai dan peran didapatkan hasil,
selama hamil klien mengatakan beragama Islam. Setelah melahirkan klien
mengatakan selalu berdoa dan bersyukur.
3. Pemeriksaan fisik dan penilaian
Dalam pengkajian khususnya pemeriksaan fisik didapatkan data
bahwa keadaan umum klien tampak lemah, dengan kesadaran
composmentis atau kesadaran penuh, saat diobservasi tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 22
x/menit, suhu 37°C.
Bentuk kepala mesochepal, kemudian mata tidak juling,
conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, penglihatan normal. Hidung
bersih, simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran polip. Mulut bersih,
mukosa bibir kering, ada caries gigi, ada 1 gigi yang tanggal. Telinga
simetris antara kanan dan kiri, ada sedikit serumen, tidak ada gangguan
pendengaran. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pada dada (paru-paru) setelah dilakukan pemeriksaan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi didapatkan hasil dada simetris,
pengembangan paru antara kanan dan kiri sama, terdengar bunyi sonor,
11
suara nafas vesikuler di semua lapang paru. Pengkajian pada (Jantung)
dengan cara Inspeksi didapatkan hasil ictus cordis tidak tampak, Palpasi
ictus cordis paling kuat teraba di sternum intercosta 5, saat diperkusi bunyi
pekak. Auskultasinya tidak ada bunyi tambahan. Pengkajian pada
Payudara simetris antara kanan dan kiri, puting susu menonjol, tetapi ASI
(Air Susu Ibu) belum keluar, payudara membesar dan areola
hiperpigmentasi. Pemeriksaan pada abdomen dengan cara inspeksi
didapatkan hasil terdapat luka post sectio caesarea tertutup kassa, hasil
bising usus 5 x/menit setelah diauskultasi, Perkusi tidak dilakukan, Palpasi
TFU (Tinggi Fundus Uteri) 2 jari di bawah pusat. Pasien mengatakan nyeri
pada luka post sectio caesarea dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat
bergerak dan seperti teriris iris. Pada genetalia tidak terdapat luka
episiotomi, terpasang dower cateter tanggal 5 April 2012, lochea rubra,
bau amis, jumlah 100 cc. Ditangan kanan terpasang infus Assering 30 tetes
per menit, kaki kanan dan kaki kiri tidak odema.
4. Pemeriksaan penunjang dan terapi
Pada pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan Laboratorium yang
dilakukan tanggal 4 April 2012 hasilnya adalah Hemoglobin 10,6 g/dl,
Hematokrit 31,1%, Leukosit 9,9 ribu/UL, Eritosit 3,81 juta/UL, Trombosit
194 ribu/UL, golongan darah B, dan dilakukan pemeriksaan HbsAg
hasilnya negatif.
Selama dirawat di rumah sakit klien mendapatkan terapi obat
diantaranya : Aminofusin L 600 cc sebagai parenteral, Asam mefenamat
12
500 mg/6 jam merupakan obat untuk indikasi nyeri setelah operasi,
Asering 500 cc pengganti cairan supaya tidak terjadi dehidrasi, 1gram
cefotaxim diberikan tiap 12 jam merupakan antibiotik indikasi ginekologi,
Amoxilin 500 mg/8 jam, Gentamicin 80 mg/6 jam dan Oxtercid dosis 150
mg/8 jam adalah golongan antibiotik, Alinamin f 25 mg/12 jam
merupakan golongan vitamin, kemudian Ketorolac 100 mg/6 jam untuk
penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat
setelah operasi.
C. Daftar Perumusan Masalah
Dari hasil pengkajian dan observasi di atas penulis melakukan
analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan prioritas adalah Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik:
pembedahan, dengan data subyektif : klien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah karena luka post sectio caesarea, dengan kualitas nyeri
seperti teriris-iris, skala nyeri 7 dan nyeri dirasakan saat bergerak. Data
obyektif didapatkan pengukuran tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 x/
menit, respirasi 22 x/menit, suhu 37°C, pasien tampak meringis kesakitan,
gelisah.
D. Perencanaan
13
Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang ataupun
hilang dengan kriteria hasil menunjukkan penurunan skala nyeri 1-3, tanda-
tanda vital dalam batas normal, melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
management nyeri, mampu mengenal nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang, mampu mengontrol nyeri.
Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
nyeri tersebut yaitu Observasi tanda-tanda vital mencakup tekanan darah, nadi,
respirasi dan suhu, dengan rasionalisasi yaitu memberikan gambaran lengkap
tentang sistem kardiovaskular. Kaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T) secara
komprehensif, dengan rasionalisasi untuk mengidentifikasi skala nyeri dan
kenyamanan. Ajarkan tehnik non farmakologis dilakukan untuk mengurangi
rasa nyeri dengan relaksasi nafas dalam. Berikan posisi nyaman kepada klien
untuk meningkatkan relaksasi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgesik untuk mengatasi atau mengurangi nyeri melalui absorbsi.
E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang penulis lakukan pada hari kamis, 5 April
2012 jam 11.45 WIB yaitu mengkaji karakteristik nyeri mencakup PQRST
pasien dengan respon klien : klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
sectio caesarea, nyeri pada perut bagian bawah, nyeri dirasakan seperti teriris-
iris, skala nyeri 7, nyeri terasa saat bergerak, data objektif pasien tampak
meringis kesakitan, gelisah. Jam 12.05 WIB mengobservasi tanda-tanda vital
hasilnya adalah tekanan darah 130/ 80 mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 22 x/
14
menit, suhu 37°C. Jam 12.10 WIB dilakukan tindakan keperawatan
memberikan posisi yang nyaman pada klien, klien merasa nyaman dengan
posisi berbaring. Kemudian jam 12.15 WIB mengajarkan tehnik relaksasi
dengan cara nafas dalam respon klien mengatakan memahami tehnik yang
diajarkan, obyektifnya klien tampak kooperatif. Jam 12.10 WIB Memberikan
terapi obat ketorolac 100 mg. Obat masuk lewat intra vena.
Tindakan keperawatan yang penulis lakukan pada hari Jumat, 6 April
2012 Jam 10.15 WIB yaitu mengkaji karakteristik nyeri,data subyektif klien
mengatakan nyeri karena luka post operasi sectio caesarea, kualitas nyeri
mulai berkurang, nyeri dibagian perut bawah, skala nyeri 5, objektifnya pasien
tampak menahan sakit. Kemudian jam 10.30 WIB mengajarkan tehnik
relaksasi dengan cara nafas dalam dan memberikan posisi nyaman pada klien
posisi berbaring respon klien mengatakan bersedia diajarkan relaksasi nafas
dalam, data obyektifnya pasien tampak kooperatif. Pada jam 11.45
mengobservasi tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 110/80 mmHg,
nadi 88 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 37°C. Jam 12.10 Memberikan
injeksi ketorolac 100 mg, obat masuk lewat intra vena.
Tindakan keperawatan yang penulis lakukan pada Sabtu, 7 April 2012
yaitu Jam 08.30 WIB mengkaji karakteristik nyeri dengan respon klien
mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 3, pasien tampak tenang dan
rileks. Kemudian jam 11.50 WIB mengobservasi tanda-tanda vital dengan
respon klien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan, dengan hasil
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu
15
36,8°C. Jam 12.05 WIB Memberikan obat oral antara lain Asam mefenamat
500 mg dengan respon klien mengatakan minum obat sesuai anjuran, data
obyektifnya pasien tampak minum obat.
F. Evaluasi
Evaluasi yang penulis dapatkan setelah dilakukan tindakan mulai dari
jam 08.00 WIB sampai 14.00 WIB tanggal 5 April 2012 diperoleh hasil yaitu
pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik: pembedahan,
data subyektif klien mengatakan nyeri karena luka post operasi, nyeri
dirasakan seperti teriris-iris, nyeri pada perut bagian bawah, skala nyeri 7,
nyeri terasa saat digerakkan, data objektifnya pasien tampak meringis
kesakitan, gelisah, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 22
x/menit, suhu 37°C. Analisa masalah nyeri akut belum teratasi, dan intervensi
yang dilanjutkan antara lain Kaji karakteristik nyeri mencakup PQRST,
Observasi tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu,
Ajarkan tehnik relaksasi, Berikan posisi nyaman, Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesik.
Tanggal 6 April 2012 Jam 12.30 WIB dari hasil tindakan diperoleh
hasil evaluasi yaitu pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik : pembedahan, data subyektif klien mengatakan nyeri karena luka post
operasi sectio caesarea, nyeri dirasakan saat bergerak, kualitas nyeri mulai
berkurang, nyeri pada perut bagian bawah, skala nyeri 5. Data objektifnya
pasien tampak menahan sakit, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 88 x/menit,
respirasi 22 x/menit, suhu 37°C. Analisa masalah nyeri akut teratasi sebagian,
16
intervensi yang harus dilanjutkan adalah Kaji karakteristik nyeri meliputi
PQRST, Observasi tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, respirasi,
suhu, Ajarkan tehnik relaksasi, Berikan posisi nyaman kepada klien,
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sabtu, 7 April 2012 Jam
12.15 WIB diperoleh hasil evaluasi yaitu pada diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan, data subyektif yaitu
klien mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 3, data objektifnya
pasien tampak tenang, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi
22 x/menit, suhu 36,8°C. Analisa masalah nyeri akut sudah teratasi dan
intervensi dihentikan. Pasien pulang dan diberi terapi obat oral antara lain
asam mefenamat 500 mg.
17
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis membahas proses keperawatan pada studi kasus
yang dilakukan pada Ny. A yang dilakukan tanggal 5 April 2012 di ruang
Kenanga RSUD Karanganyar. Prinsip dari pembahasan ini dengan
memfokuskan Kebutuhan Dasar Manusia di dalam asuhan keperawatan.
Pengkajian adalah langkah pertama proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2009 : 85).
Menurut Pilliteri, 2002 : 95, sectio caesarea adalah prosedur bedah
untuk mengeluarkan janin melalui insisi yang dibuat di abdomen maternal.
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding uterus (Winkjosastro, 2005 : 863).
Indikasi untuk dilakukannya operasi sectio caesarea antara lain
disproporsi sefalo pelvik, gawat janin, plasenta previa, pernah sectio caesarea,
kelainan letak, pre-eklamsi dan hipertensi. Disproporsi sefalo pelvik juga
dapat diartikan ketidaksesuaian antara kepala janin panggul ibu (Simkin,
2005: 51). Menurut Varney, 2007: 796, Disproporsi sefalo pelvik adalah
disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis, ukuran pelvis tertentu tidak
cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis
sampai terjadi kelahiran pervaginam.
18
Nyeri merupakan perasaan tidak menyenangkan, baik ringan maupun
berat (Mubarak, 2007 : 204). Menurut NANDA (2010 : 410), nyeri akut
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dan
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study
of pain). Faktor yang menyebabkan nyeri tersebut dari agen cidera (antara
lain: biologis, zat kimia, fisik, psikologis).
Kesimpulannya dari faktor kehamilan salah satunya disproporsi sefalo
pelvik, harus dilakukan tindakan operasi sectio caesarea yaitu prosedur bedah
untuk mengeluarkan janin melalui insisi yang dibuat di abdomen maternal.
Dari insisi (agen cidera fisik) tersebut menimbulkan pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dengan mengacu pada teori
Gordon antara lain : Pada pola aktivitas dan latihan setelah melahirkan semua
aktivitas klien dibantu oleh keluarga karena menurut penulis semakin banyak
aktivitas atau gerakan yang dilakukan oleh klien akan semakin memperparah
nyeri itu sendiri, dapat dibuktikan dalam teori menurut Potter dan Perry (2005
: 1526), semakin banyak aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam beraktivitas
maka semakin besar juga resiko ketidaknyamanan akibat nyeri yang
dirasakan. Pola istirahat tidur setelah melahirkan klien mengatakan sering
terbangun dimalam hari karena nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk,
menurut penulis bahwa nyeri sangat mempengaruhi kenyamanan klien dan
19
fokus klien hanya tertuju pada nyeri itu sendiri sehingga tidur klien sangat
terganggu akibat nyeri yang dirasakan. Pada pola kognitif dan persepsi sensori
setelah melahirkan klien mengatakan dapat berbicara, melihat, mendengar,
dan mencium dengan baik tanpa alat bantu dan klien mengatakan nyeri pada
luka bekas operasi seperti teriris-iris, dibawah umbilikus, skala 7 dan nyeri
saat bergerak.
Batasan karakteristik nyeri dalam teori menurut ( NANDA, 2010 :
410), meliputi perubahan tekanan darah, mengekspresikan perilaku (misal:
gelisah, menangis, mendesah), gangguan pola tidur, melaporkan nyeri secara
verbal. Dalam mendokumentasikan analisa data, pada diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan diperoleh data yaitu
melaporkan nyeri secara verbal klien mengatakan bahwa nyeri pada perut
bagian bawah post sectio caesarea hari pertama. Data yang menurut teori ada
dalam kasus nyata adalah pasien tampak meringis kesakitan. Menurut Potter
dan Perry (2005 : 1509), ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri meliputi
menggeretakkan gigi, memegang bagian tubuh yang terasa nyeri, postur tubuh
membengkok dan ekspresi wajah menyeringai, Tekanan darah 130/80 mmHg,
nadi 84 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 37°C. Tekanan darah meningkat
dapat dikarenakan gangguan psikologis karena nyeri atau cemas yang
dirasakan pasien pasca operasi. Pada pemeriksaan nadi, suhu dan pernafasan
normal dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis atau simpatis yang
merupakan sistem saraf otonom, yang mengatur tekanan darah, nadi dan
pernafasan (Billington, 2009).
20
Terdapat luka bekas post operasi yang dapat menimbulkan nyeri
merupakan tanda-tanda nyeri karena terjadi kerusakan jaringan post sectio
caesarea. Data ini senada dengan NANDA (2010:410) yaitu indikasi nyeri
yang dapat diamati.
Menurut penulis antara klien satu dengan klien yang lainnya berbeda
dalam mempersepsikan nyeri, dapat dibuktikan dalam teori menurut Potter
dan Perry (2005 : 1508), faktor-faktor fisiologis dan kognitif berinteraksi
dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri, terdapat
tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori diskriminatif, motivasi
afektif dan kognitif evaluatif, persepsi menyadarkan individu dan mengartikan
nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi.
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan ini
dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung jawab
perawat. Formulasi diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa
keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah karena melalui
identitas masalah dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang
membutuhkan asuhan keperawatan. Disamping itu, dengan menentukan atau
mencari penyebab masalah keperawatan, dapat dijumpai faktor yang menjadi
kendala atau penyebabnya. Tanda dan gejala tersebut dapat digunakan untuk
memperjelas kata yang ada (Hidayat, 2009 : 92).
21
Diagnosa yang muncul pada masalah Ny.A berdasarkan prioritas
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan,
diagnosa keperawatan ini sesuai dengan buku NANDA ,2010 : 410, nyeri akut
adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa
ketidaknyamanan yang hebat dan sensasi yang tidak menyenangkan selama 6
bulan atau kurang.
Diagnosa keperawatan ini penulis prioritaskan pada urutan pertama
karena menurut penulis masalah keperawatan ini bila tidak diatasi, maka rasa
nyeri mengganggu aktivitas klien. Rasa nyeri ini menyebabkan gangguan
mobilitas fisik, sehingga tidak dapat mandiri dalam memenuhi ADL
(Activities of daily living). Disamping itu karena pasien takut untuk bergerak,
maka peredaran darah tidak lancar dan pada akhirnya mempengaruhi proses
penyembuhan.
Sedangkan menurut klien masalah ini merupakan masalah yang paling
mengganggu dan menurut Potter dan Perry (2005 : 1510), nyeri akut secara
serius mengancam proses penyembuhan klien sehingga harus menjadi
prioritas perawatan. Masalah ini muncul karena pasien post sectio caesarea
hari pertama, dari proses pembedahan mengakibatkan terputusnya kontinuitas.
Ketika ujung saraf khusus (nosiseptor) terstimulasi dan mentransmisikan
informasi disepanjang lintasan saraf yang bertindak sebagai peringatan bahwa
jaringan rusak sehingga timbul rasa nyeri (Billington, 2009 : 299).
Rencana tindakan adalah petunjuk untuk penanganan dan tindakan.
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dimana tujuan
22
hasil ditentukan dan dipilih. Perencanaan adalah proses keperawatan yang
penuh pertimbangan dan sistematis yang mencakup pembuatan keputusan dan
penyelesaian masalah. Sedangkan intervensi keperawatan adalah setiap
tindakan, berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan
untuk meningkatkan hasil pada pasien atau klien (Kozier, 2011 : 398).
Intervensi disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada
sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan specifik (jelas),
mearsurable (dapat diukur), achievable, reasonable dan timing (Nursalam,
2001 : 54).
Penulis memberikan intervensi keperawatan pada pasien dalam
diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi
pembedahan) yaitu pertama pantau tingkat skala nyeri dengan standart
PQRST, P : mengacu pada penyebab nyeri, Q : menjelaskan kualitas nyeri, R :
mengacu pada daerah nyeri, S : menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu
dengan melihat intensitas skala nyeri, skala nyeri 0 = tidak ada nyeri, 1-3 =
nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat, 10= nyeri paling hebat, T :
menjelaskan waktu terjadinya nyeri (Brunner and Suddarth, 2001 : 217). Dan
hasilnya klien mengatakan nyeri post sectio caesarea pada perut bagian bawah
(bawah umbilicus), nyeri dirasakan saat bergerak. Klien mengatakan nyeri
dirasakan seperti teriris-iris dengan skala nyeri 7.
Kemudian memberikan posisi yang nyaman kepada pasien untuk
meningkatkan relaksasi. Tehnik relaksasi nafas dalam menganjurkan pasien
untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara,
23
menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut
dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentasi
hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks (Uliyah, 2006 : 231). Untuk
nyeri insisi akut adalah penting untuk melakukan upaya untuk menghilangkan
nyeri sesegera mungkin. Analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan cepat
dan menurunkan nyeri yang mengalami perburukan. Setelah nyeri yang klien
rasakan berkurang, perawat merencanakan terapi lain, seperti tehnik relaksasi
nafas dalam atau aplikasi panas untuk meningkatkan efek analgesik.
Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri, sedangkan tanda nyeri salah
satunya peningkatan tekanan darah, perubahan autonomik dari tonus otot.
Sehingga sangat bermanfaat apabila dilanjutkan tindakan keperawatan
mengajarkan tehnik relaksasi. Menurut Potter dan Perry (2005 : 1530), tehnik
relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan
ketegangan. Latihan relaksasi progresif meliputi kombinasi latihan pernafasan
yang terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Klien
mulai latihan bernafas dengan perlahan dan menggunakan diagfragma,
sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh. Saat klien melakukan pola pernafasan teratur, perawat mengarahkan
klien untuk melokalisasi setiap daerah yang mengalami ketegangan otot,
berfikir bagaimana rasanya, menegangkan otot sepenuhnya, dan kemudian
merelaksasikan otot-otot tersebut. Kegiatan ini menciptakan sensasi
melepaskan ketidaknyamanan dan stress. Secara bertahap, klien dapat
merelaksasi otot tanpa harus terlebih dahulu menegangkan otot-otot tersebut.
24
Saat klien mencapai relaksasi penuh, maka persepsi nyeri berkurang dan rasa
cemas yang menyebabkan tekanan darah meningkat terhadap pengalaman
nyeri menjadi minimal. Kesimpulannya adalah dengan dilakukannya tindakan
relaksasi maka otot-otot atau organ-organ tubuh menjadi rileks atau lemas,
sehingga spasme pada pembuluh darah juga melemah, dan rangsangan ke
serabut saraf simpatis ke reseptor nyeri mengalami penurunan sehingga nyeri
berkurang.
Pelaksanaan merupakan proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal,
diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, tehnik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien
tingkat perkembangan pasien. Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan
yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat, 2009 : 111).
Sesuai teori intervensi disusun dari observasi, tindakan keperawatan,
pendidikan kesehatan, dan kolaborasi dalam memberikan tindakan untuk
mengurangi nyeri antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji nyeri
(penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya
nyeri), mengkaji faktor yang mengurangi nyeri dan memperberat nyeri,
memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik non invasif (teknik
relaksasi dan distraksi), pemberian obat analgesik (Hidayat, 2009: 220).
Penulis melakukan semua intervensi yang ditulis, kecuali pada rencana
asuhan keperawatan hari ketiga penulis tidak dapat melakukan tindakan
25
keperawatan relaksasi nafas dalam kerena pada hari ketiga klien mengatakan
nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri 3 dan klien sudah tampak rileks,
maka menurut penulis tindakan keperawatan tehnik relaksasi nafas dalam
tidak perlu dilakukan. Dapat dibuktikan menurut NIC-NOC, 2006 : 341,
dengan kriteria hasil menunjukkan penurunan skala nyeri 1-3, tanda-tanda
vital dalam batas normal, melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
management nyeri, mampu mengenal nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang, mampu mengontrol nyeri.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk nenentukan seberapa baik respon pasien atau keluarga
pasien. Pada tahap ini penulis akan membahas cara pendokumentasian asuhan
keperawatan (Nursalam, 2009 :76).
Sesuai teori kriteria hasil pada diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik : pembedahan adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang ataupun
hilang dengan kriteria hasil menunjukkan penurunan skala nyeri 1-3, tanda-
tanda vital dalam batas normal, melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
management nyeri, mampu mengenal nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang, mampu mengontrol nyeri. Tetapi kriteria hasil tidak tercapai
dihari pertama karena dalam kasus ini post sectio caesarea hari pertama, jadi
nyeri yang dirasakan berat. Dan dilahan penatalaksanaan nyeri salah satunya
dengan pemberian analgesik, sedangkan analgesik hanya berfungsi beberapa
26
jam jadi setelah analgesik tidak berfungsi maka rasa nyeri akan muncul
kembali.
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
a. Hasil pengkajian pada pasien dengan nyeri akut post sectio caesarea
indikasi disproporsi sefalo pelvik klien mengatakan nyeri post sectio
caesarea pada perut bagian bawah (bawah umbilicus), seperti
dirasakan saat bergerak, nyeri dirasakan seperti teriris-iris dengan skala
nyeri 7.
b. Perumusan masalah diagnosa keperawatan didapatkan diagnosa yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan.
c. Rencana Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan pada pasien nyeri
akut dengan post sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik
yaitu Kaji karakteristik nyeri untuk mengetahui penyebab nyeri,
kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri.
Observasi tanda-tanda vital mencakup tekanan darah, nadi, respirasi
dan suhu. Ajarkan tehnik relaksasi dilakukan untuk mengurangi rasa
nyeri. Berikan posisi nyaman kepada klien untuk meningkatkan
relaksasi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik untuk
mengurangi/mengatasi masalah nyeri.
d. Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan nyeri akut post sectio
caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik sesuai dengan perencanaan
27
tindakan Asuhan Keperawatan yang bertujuan sesuai dengan kriteria
hasil.
e. Evaluasi yang dilakukan pada pasien dengan nyeri akut post sectio
caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik menunjukkan penurunan
skala nyeri sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut
teori. Tetapi waktu tercapai kriteria hasil tidak sesuai target.
2. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, penulis memberi saran
sebagai berikut:
a. Bagi institusi:
Dapat memberikan waktu pengelolaan pada pasien lebih banyak
karena dengan waktu 3 hari tidak dapat melakukan pengelolaan secara
maksimal.
b. Bagi rumah sakit:
Dapat lebih memperhatikan dalam melakukan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien dengan nyeri akut post sectio
caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik.
c. Bagi profesi :
Perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan dengan cara
mengadakan diskusi ilmiah, khususnya membahas tentang asuhan
keperawatan dengan post sectio caesarea atas indikasi disproporsi
sefalo pelvik.
DAFTAR PUSTAKA
Billington, Mary. (2009). Kegawatan dalam Kehamilan-Persalinan. Penerjemah
Fruriolina Ariani. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 299.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Penerjemah Maria A. Wijayarini. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta, hal 786.
Fraser Diane M, Cooper Margaret A. (2009). Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14.
Penerjemah Sri Rahayu...[et al]. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta,
hal 464.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba
Medika. Jakarta. Hal 81-113, 213-222.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.(2009). Inormasi Spesialite Obat (ISO)
Indonesia. Jakarta: PT. ISFI. Hal 4, 26, 99, 150.
Kozier Barbara, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, & Praktik, Ed. 7, Vol 7. Penerjemah Ns. Pamilih Eko Karyuni,
dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hal 355, 379, 398, 429, 432.
Isti Mulyawati, dkk. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tindakan
Persalinan Melalui Operasi Sectio Caesarea. http://journal.unnes.ac.id/
index.php/kemas. Diakses 9 April 2012 Jam 10.45 WIB.
Musrifatul Uliyah. (2006). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan Edisi
Pertama. Salemba Medika. Jakarta. Hal 231
Nanda International.(2010). Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasifikasi
2009-2011.Penerjemah Made Sumarwati, S.Kp, Mn, Ns, dkk. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hal 410.
Nursalam. (2001). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik Edisi
Pertama. Salemba Medika. Jakarta. Hal 76.
Pilltteri, Adele. (2002). Buku Saku Keperawatan Ibu & Anak. Penerjemah Yasmin
Asih, S.Kp...[et al]. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hal 95.
Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, & Praktik, Ed. 4, Vol 2. Penerjemah Renata Komalasari, dkk.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hal 1502-1547.
Rabe, Thomas. (2002). Buku Saku Ilmu Kebidanan. Penerjemah Manuaba Ida
Bagus, dkk. Hipokrates.Jakarta, hal 163.
Sadiman., M. Ridwan. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
persalinan sectio caesarea di RSUD Ahmad Yani Metro Tahun 2008.
Jurnal Kesehatan “ Metro San Wawai” Volume II No.2 Edisi Des 2009,
ISSN : 1977-469x. http://�http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21115762/
volume2_nomor_1.pdf. Diakses tanggal 11 April 2012.
Simkin, Penny. (2005). Buku Saku Persalinan. Penerjemah Chrisdiono M.
Achadiat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 51.
Smelter, Susane C. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Vol 1.
Penerjemah Agung Waluyo….(et.al). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. Hal 217.
Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4, Vol 2. Penerjemah
Laily Mahmudah, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 796.
Wahid Iqbal Mubarak. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 204.
Wiknjosastro, hanifa.(2005). Ilmu Kebidanan Edisi 3, cetakan 7.Penerjemah
Abdul Bari Saifuddin. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta. Hal 862.
Wilkinson, Judith, M. (2006).Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan
Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Penerjemah Widyawati,
S.Kp, M.Kes, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hal 338-345.