strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru...

147
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM SUDIRMAN 1 BANCAK KAB.SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : ISTIKHANA FAUZIYAH NIM : 111 10 108 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI

    PEDAGOGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    DI SMP ISLAM SUDIRMAN 1 BANCAK

    KAB.SEMARANG TAHUN 2015

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Islam

    Oleh :

    ISTIKHANA FAUZIYAH

    NIM : 111 10 108

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2015

  • MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    “ Saat Allah mengajarkan kebahagiaan bagiku ketenangan, saat Allah

    mengajarkan kesedihan bagiku adalah perjuangan untuk selalu

    istiqomah dijalan-Nya”

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan

    penting dalam hidupnya

    1. Ayahanda Muhtarom dan Ibunda Sulastri (almarhum) tercinta yang selalu

    memberikan dukungan baik moril maupun spiritual yang senantiasa

    berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita penulis, semoga ibunda

    khusnul khotimah disisi Allah.. amin. Harapannya semoga ayahanda,

    selalu diberikan kesehatan jasmani dan rohaninya, dikaruniai rahmat dan

    hidayah oleh Allah Swt, ditetapkan Iman Islamnya dan kemudahan dalam

    menjalankan Ibadah, Hablum Minalallah dan Hablum Minannas dalam

    menjalankan sisa umurnya

    2. Ananda Tomi Tohiron yang tiada henti mengucurkan kesabaran, kesetian

    dan ketulusannya untuk menemaniku dalam suka dan duka membuat

    hidupku ini seindah pelangi dengan cintanya.

    3. Kakakku Mas Andy, dan Mas Fakhul yang selalu memberikan dukungan

    baik material maupun moril ketika dalam kondisi tertekan dan terpuruk,

    bagiku inilah sebuah perjuangan seorang Mas yang peduli secara totalitas

    kepada adiknya, semoga Allah SWT membalas kebaikannya.

  • ABSTRAK

    Fauziyah, Istikhana. 2015. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi Guru

    Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab.

    Semarang Tahun 2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi

    Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

    Pembimbing: H. Maslikhah,S.Ag.,M.Si.

    Kata Kunci: Strategi pengembangan dan kompetensi pedagogi

    Penelitian ini merupakan strategi pengembangan untuk guru PAI dalam

    meningkatkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab.

    Semarang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)

    Bagaimanakah strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI di SMP

    Islam Sudirman 1 Bancak., dan (2) Apa faktor pendukung bagi guru PAI dalam

    mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak., (3)

    Apa faktor penghambat guru PAI dalam mengembangkan kompetensi pedagogi

    bagi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak.,(4) Bagaiman upaya guru PAI untuk

    mengatasi hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam

    Sudirman 1 Bancak.

    Metode penelitian yang dilakukan peneliti yaitu melalui pendekatan

    penelitian deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan fenomena-fenomena

    yang ada di SMP Islam Sudirman 1 Bancak, kehadiran peneliti sebagai pengamat

    dan sebagai pengumpul data, dengan cara Wawancara serta Dokumentasi.

    Hasil penelitian strategi pengembangan kompetensi pedagogi. Disusun

    untuk mencapai tujuan tertentu yang telah diterapkan oleh guru. Pengembangan

    diri yang dilakukan guru dalam mengembangkan konpetensi pedagogi dengan

    membaca buku, melakukan penilaian terhadap diri sendiri, motivasi terhadap diri

    sendiri. Pengembangan kelembagaan guru akti mengikuti organisasi keguruan

    seperti MGMP, workshop, seminar,studi banding, dan lain-lain. Strategi

    pengembangan diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru secara pedagogi.

    Faktor pendukungnya berdasarkan diri sendiri, siswa, serta cara-cara lain yang

    dikuasai oleh guru. Hambatannya sumber daya manusia dalam menjalankan

    strategi pengembangan kompetensi pedagogi, waktu yang minim, sarana dan

    prasarana yang terbatas. Mengatasi hambatan dari Sumber daya manusia dengan

    pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah, mengikuti workshop, seminar studi

    banding, waktu yang minim dapat dimaksimalkan dengan persiapan yang matang

    dan manajemen waktu yang tepat. Sarana dan prasarana terbatas guru dapat

    meningkatkan kreatifitas dalam mesinergikan metode dengan materi pelajaran

    yang akan diajarkan.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada

    junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke

    jalan kebenaran dan keadilan.

    Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

    syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini

    adalah “STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGI GURU

    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM SUDIRMAN 1 BANCAK

    KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015”.

    Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

    memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,

    penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) ,bapak Dr. Rahmat Hariyadi,

    M.Pd.

    2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, bapak Suwardi,

    M.Pd

    3. Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga, ibu

    Rukhayati, M.Pd.

    4. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

    secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan

  • tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak

    awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

    5. Ibu Muna Erawati, M. Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

    memberikan bimbingan dan pengarahan.

    6. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang dengan sengaja maupun

    tidak sengaja turut memperlancar proses penyusunan skripsi ini.

    7. Bapak Mustakim, S.Pd.I selaku kepala sekolah SMP Islam Sudirman 1

    Bancak yang telah memberikan izin, masukan dan bantuan untuk melakukan

    penelitian.

    8. Guru-guru di SMP Islam Sudirman 1 Bancak bapak Sunarto, ibu Ana

    Mustagfiroh, ibu Siti Zulaikhah, ibu Ely Himawati yang telah meluangkan

    waktu dan membantu pencarian data dalam penyusunan skripsi ini.

    9. Anisa Alfi Nurjanah sahabat yang selalu menemani dalam suka maupun

    duka.

    10. Guru-guru yang berjuang di TK Bina Insani, Ibu Umi dan Ibu Muslikhah

    yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan skripsi.

    11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah

    membantu dalam penulisan skripsi ini.

    Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

    mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam

    penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena

    itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya

  • membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan

    memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amin. . .amin ya

    robbal„alamin.

    Salatiga, 6 Januari 2015

    Penulis,

    Istikhana Fauziyah

    NIM. 111 10 108

  • DAFTAR ISI

    PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………........ ii

    LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………….. iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………….... iv

    MOTTO PERSEMBAHAN………………………………………………….. v

    KATA PENGANTAR………………………………………………………... vi

    ABSTRAK………………………………………………………………….... ix

    DAFTAR ISI……………………………………………………………….... x

    DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………………………..……………….. xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………... 1

    A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….... 1

    B. Fokus Penelitian…………………………………………………….... 8

    C. Tujuan Penelitian……………………………………………………... 8

    D. Manfaat Penelitian………………………………………………....... 8

    E. Definisi Operasional………………………………………………..... 9

    F. Metode Penelitian…………………………………………………..... 10

    G. Sistematika Penulisan………………………………………………... 16

    BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………. 19

    A. Strategi guru PAI........................................................................... 19

    1. Strategi.................................................................................. ... 19

    2. Strategi guru PAI...................................................................... 21

    3. Definisi Guru PAI........................................................................ 26

  • B. Kompetensi Pedagogi........................................................................ 35

    1. Pengertian kompetensi pedagogi............................................... 35

    2. Indikator kompetensi pedagogi................................................. 37

    3. Komponen kompetensi pedagogi............................................. 50

    4. Urgensi kompetensi pedagogi.................................................... 51

    C. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi................................ 52

    BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN....................... 59

    A. Paparan data................................................................................... 59

    1. Letak Geografis SMP Islam Sudirman 1 Bancak..................... 59

    2. Sejarah SMP Islam Sudirman 1 Bancak.................................... 60

    3. Visi dan Misi.............................................................................. 61

    4. Profil................................................................................... 62

    5. Keadaan Sarana dan Prasarana................................................... 63

    6. Struktur Organisasi .................................................................. 64

    7. Pembagian Kerja Guru............................................................ 65

    8. Data Guru............................................................................... 71

    9. Keadaan Siswa........................................................................... 72

    B. Temuan Penelitian.................................................................. 73

    1. Profil Responden...................................................................... 73

    2. Temuan Penelitian................................................................... 75

    BAB IV PEMBAHASAN............................................................................

    A. Strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru PAI di SMP

    Islam Sudirman 1 Bancak.....................................................

    109

  • B. Faktor pendukung dalam pengembangan kompetensi pedagogi

    guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak...............................

    111

    C. Faktor penghambat dalam pengembangan kompetensi pedagogi

    guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak

    120

    D. Upaya guru PAI untuk mengatasi hambatan dalam

    pengembangan kompetensi pedagogi SMP Islam Sudirman 1

    Bancak

    122

    BAB V PENUTUP........................................................................................... 124

    A. Kesimpulan ............................................................................. 124

    B. Saran........................................................................................... 127

    DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 128

    LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………..

  • DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

    Tabel 3.1 Letak geografis SMP Islam Sudirman 1 Bancak....................... 59

    Gambar bagan 3.1 Struktur organisasi SMP Islam Sudirman 1 Bancak... 65

    Tabel 3.2 Profil SMP Islam Sudirman 1 Bancak..................................... 62

    Table 3.3 Sarana prasarana SMP Islam Sudirman 1 Bancak ................... 63

    Table 3.4 Sarana prasarana pelengkap SMP Islam Sudirman 1 Bancak... 64

    Table 3.5 Daftar guru dan staff pembantu SMP Islam Sudirman 1

    Bancak.......................................................................................................

    71

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Era modern dewasa ini perkembangan pendidikan berlangsung begitu

    cepat yang mengakibatkan terjadi berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan

    dan kebutuhan masyarakat secara lokal maupun global. Pendidikan yang

    bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa sehingga mampu bersaing dalam

    taraf pendidikan di era global ini. Masyarakat yang sadar akan pentingnya

    menghadapi tantangan masa yang akan datang, diharapkan berusaha untuk

    membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan.

    Dalam hal ini guru merupakan pusat utama yang mempunyai tugas

    mulia yang diharapkan mampu mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang

    berkualitas. Guru sebagai pengawal peradaban harus terus berada pada

    mainstream perubahan yang terjadi, bahkan menjadi lokomotif dan pelopor

    perubahan pendidikan. Guru mampu menjadi figur inspiratif dan memberikan

    motivasi bagi keberhasilan anak didik (Ma‟mur, 2009: 15).Dengan kata lain

    guru dituntut mampu berkompetisi menjawab tantangan perubahan zaman.

    Sekarang ini wacana profesionalisme guru menjadi perbincangan hangat di

    kalangan masyarakat, seiring dengan tuntutan pendidikan di Indonesia yang

    semakin meningkat.

    Hamalik (2003: 34) berpendapat masalah kompetensi profesional guru

    merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru

    dalam jenjang pendidikan apapun. Keprofesionalan guru merupakan

  • komponen yang paling menentukan dalam pendidikan secara keseluruhan

    mau tidak mau guru dituntut mampu menguasai bahan ajar yang akan di

    ajarkan kepada anak didik, bahkan dalam penyampaian bahan ajar guru harus

    mampu menjadi sosok yang inspiratif.

    Peran-peran guru profesional yang paling penting diingat adalah

    bahwa guru yang secara langsung bertanggung jawab atas pengembangan

    pendidikan dari begitu banyak fikiran dan jiwa muda. Semua sadar akan

    adanya pengaruh sehari-hari guru pada muridnya dalam pembelajaran

    langsung, membuat murid tertawa atau menangis, mengajari murid belajar

    mandiri, menciptakan lingkungan yang peduli dan membantu, dan lebih

    banyak lagi. Tetapi saat guru menjadi pelayan, murid mempunyai

    karakteristik berbeda yang memungkinkan mereka bergerak keluar dari ruang

    kelas, untuk mempengaruhi cara pengaturan lingkungan pendidikan

    (Norlander, 2009: 151).

    Mulyasa (2008:26) berpendapat kompetensi guru merupakan peraduan

    antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, social, dan spiritual yang

    secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup

    penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang

    mendidik, pengembangan pribadi dan profesional. Bukan hanya itu tugas

    seorang guru tidak hanya menyampaikan ilmu yang diberikan, seorang guru

    juga di harapkan memberikan perhatian penuh dalam etika moral dan spiritual

    yang luhur serta dapat membakar semangat anak didik sehingga mereka dapat

    bersaing dengan sehat dan menjadi siswa yang terbaik.

  • Guru profesional semata-mata tidak hanya dituntut untuk mengusai

    bidang ilmu tertentu, bahan ajar, metode pembelajarannya akan tetapi

    memiliki keterampilan dan pengetahuan yang luas. Untuk menjadikan

    seorang guru yang mempunyai profesionalitas dalam mengajar di kelas salah

    satunya harus memenuhi kompetensi pedagogi. Menurut Mulyasa (2008: 75)

    dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a

    dikemukakan bahwa kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola

    pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

    evalusi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

    berbagai potensi yang dimilikinya.

    Berdasarkan pengertian kompetensi pedagogi di atas, realitasnya

    permasalahan guru di Indonesia masih banyak guru yang tidak menjalankan

    profesiya secara keseluruhan maka dapat dikatakan kurang memahami

    kompetensi pedagogi itu sendiri. Guru hanya memandang yang penting sudah

    mengajar itu sudah dianggap menggugurkan kewajibannya. Selain itu, banyak

    ditemukan di lapangan pada proses pembelajaran di kelas, guru dalam

    penyampaian materi pembelajaran menggunakan metode yang monoton yang

    biasa dikenal “bercerita” sehingga anak didik diibaratkan seperti gelas yang

    diisi air sampai penuh oleh gurunya. Seharusnya, kemampuan pedagogi juga

    ditunjukkan dalam membantu, membimbing, dan memimpin peserta didik.

    Kunandar (2011: 76) berpendapat bahwa kompetensi pedagogi

    meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

    pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

  • mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi tersebut

    belum dapat dikuasai secara baik oleh guru. Beberapa indikator menunjukkan

    guru memiliki kinerja yang lemah. Mulyasa (2008: 9) menyebutkan antara

    lain: rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, kurangnya

    kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan melakukan dan

    memanfaatkan penelitian tindakan kelas (classroom action research),

    rendahnya motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi

    serta rendahnya kemampuan manajemen waktu.

    Menanggapi indikator tersebut, maka kompetensi pedagogi guru perlu

    ditingkatkan melalui berbagai upaya. Harapan yang diinginkan kualitas

    kinerja dan pencapaian target kualitas pembelajaran yang dihasilkan akan

    meningkat. Selain itu seorang guru hendaknya mempunyai rasa ikhlas dan

    mempunyai tanggung jawab moral dan intelektual. Sebagaimana, Islam

    sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas

    sebagai pendidik dan Islam memuliakan mereka.

    Sehubungan dengan kompetensi pedagogi guru, maka tugas dan

    tanggung jawab guru di sekolah adalah sebagai pengajar, guru sebagai

    pembimbing dan sebagai administrator kelas (Sujana, 2012:15). Guru harus

    mempunyai kinerja profesional terutama dalam mendesain program

    pengajaran dan melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat

    memberikan ”layanaan ahli” dalam bidang tugasnya sesuai dengan kemajuan

    ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perkembangan masyarakat. Dengan

    kata lain, pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu

  • berfikir global (thinking globally), dan mampu bertindak lokal (acting

    locally), serta dilandasi oleh akhlak yang mulia (akhlakul karimah).

    SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang sebagai salah satu

    lembaga pendidikan Islam yang dipercaya oleh masyarakat mampu

    menghasilkan out-put yang berkualitas dan berakhlakul karimah, sehingga

    harus mampu mengembangkan SDM khususnya guru yang berkualitas dan

    mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang terhadap

    pendidikan.

    Menjadikan seorang guru yang mempunyai profesionalitas dalam

    kompetensi pedagogi di perlukan adanya pengembangan profesionalitas

    kompetensi pedagogi guru. Sebuah lembaga pendidikan harus memiliki

    strategi sebagai usaha awal yang menjadi tolok ukur yang kelak digunakan

    lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan.

    Peningkatan dalam kompetensi pedagogi guru yang lebih luas

    diperlukan strategi, yaitu keputusan kebijakan dari pihak sekolah maupun luar

    sekolah dan tindakan kegiatan yang diwujudkan dalam lima ruang lingkup

    yang terdapat dalam kompetensi pedagogi meliputi bentuk pengelolaan,

    perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil serta perkembangannya yang

    disusun untuk mencapai tujuan. Hal ini penting karena tanpa perencanaan dan

    strategi yang tepat, tidak mustahil tujuan pendidikan akan sulit dicapai

    bahkan mutu lembaga pendidikan semakin menurun tertinggal dari lembaga

    pendidikan lainya.

  • Setelah mendapatkan data dari lapangan berdasarkan wawancara awal

    dengan kepala sekolah dan waka kurikulum serta guru PAI di SMP Islam

    Sudirman 1 Bancak usaha mengenai guru PAI dalam meningkatkan

    kompetensi pedagogi guru memiliki prosedur antara lain: guru ikut serta

    dalam organisasi guru PAI tingkat Sub Rayon (Kabupaten), mengikuti

    MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dari pihak kepala sekolah selalu

    memberikan pembinaan setiap minggu, pembinaan dari pengawas sekolah

    akan tetapi pembinaan dari pengawas sekolah waktunya tidak tentu. Upaya

    ini tidak memberikan hasil yang membanggakan. Kondisi ini ditandai dengan

    masih lemahnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta

    didik. Kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran ini menyangkut

    tiga fungsi manajerial yaitu perencanaan penetapan tujuan, kompetensi serta

    memperkirakan cara penyampainnya, akan tetapi guru PAI di SMP Islam

    Sudirman 1 Bancak masih mengabaikan hal tersebut, karena guru lebih fokus

    dalam perencanaan pembelajaran padahal pengelolaan pembelajaran

    berkaitan erat dengan perancangan pembelajaran. Perancangan

    pembelajaran peserta didik merupakan pokok yang paling utama dalam

    kompetensi pedagogi salah satunya guru harus mampu menyiapkan

    kurikulum, silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) akan tetapi

    guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak memberikan alasan tentang

    kurikulum yang masih berubah-ubah lebih jelasnya untuk pembelajaran

    semester awal menggunakan kurikulum 2013 dan sekarang kembali lagi ke

    kurikulum yang lama hal itu membuat guru kebingungan. Selain itu, Format

  • RPP yang digunakan guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak belum

    sesuai standar karena mengandalkan dari format internet, untuk pelaksanaan

    pembelajaran guru belum bisa menyesuaikan dengan apa yang direncanakan

    dalam RPP. Media yang dapat menunjang proses pembelajaran belum

    memadai serta masih lemahnya guru dalam mengoperasikan teknologi, selain

    itu buku yang dapat menunjang proses pembelajaran tidak semua peserta

    didik memiliki. Sedangkan untuk evalusi hasil belajar peserta didik guru

    terkadang tidak sesuai dengan yang ditetapkan di kalender

    pendidikan/kalender akademik, serta pengembangan bagi peserta didik dari

    gurunya sendiri belum menguasai.

    Oleh karena itu, perlu perbaikan sejak dini terhadap peningkatan

    kualitas seorang guru di dunia pendidikan. Guru sebagai seorang pendidik

    dalam pembelajaran maka perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa kompetensi

    pedagogi sangat menentukan keberhasilan anak didik di dalam kelas. Maka

    diharapkan hendaklah seorang guru selalu berusaha untuk memulai dirinya

    sendiri dengan hal-hal yang baru yang dapat menambah penguasaan bidang

    studinya. Guru kurang memiliki kesadaran pentingnya strategi untuk

    mencapai tujuan, semangat/motivasi, guru memiliki hambatan personal dan

    profesional, guru memiliki kelebihan sebagai pendukung mencapai tujuan

    tetapi guru tidak mengetahui kelebihan yang dimiliki.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang

    “ STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGI GURU

  • PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM SUDIRMAN 1

    BANCAK KAB. SEMARANG TAHUN 2015”.

    B. Fokus Penelitian

    Dalam penulisan penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup

    permasalahan agar mempermudah dalam penulisan penelitian sehingga

    terarah sesuai tujuan dan kegunaan dari penelitian tersebut. Ruang lingkup

    permasalahan ini yaitu Bagaimana strategi pengembangan kompetensi

    pedagogi guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang tahun

    2015?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan

    tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi pengembangan kompetensi

    pedagogi guru PAI di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang Tahun

    2015.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    Menambah khasanah dunia pustaka tentang strategi peningkatan

    kompetensi pedagogi guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

    2. Manfaat Praktis

    a. Guru

    Memberikan masukan pada dunia pendidikan khususnya bagi

    guru SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang tentang

    kompetensi pedagogi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) agar dapat

  • mencapai keberhasilan peserta didik secara maksimal di dalam kelas.

    Dengan demikian guru adalah faktor yang paling menentukan dalam

    proses pembelajaran di kelas.

    b. Sekolah

    Bagi pihak lembaga khususnya SMP Islam Sudirman Bancak,

    adalah dengan penelitian ini dapat memberikan gambaran untuk

    meningkatkan kompetensi pedagogi, sehingga nantinya dapat

    dijadikan sebagai bahan masukan untuk menambah kualitas

    kompetensi guru dan memberikan sumbangan pemikiran tentang

    pengembangan dalam meningkatkan kompetensi pedagogi guru. Serta

    sebagai bahan informasi terhadap SMP Islam Sudirman 1 Bancak

    dalam merencanakan strategi pengembangan kompetensi pedagogi

    guru untuk mencapai tujuan secara optimal dimasa sekarang dan masa

    yang akan datang.

    E. Definisi Operasioal

    Agar penelitian tidak menyimpang terlalu jauh dan dapat terarah dengan

    baik dari tujuan yang di harapkan maka perlu adanya definisi istilah sebagai berikut:

    1. Strategi

    Strategi dalam Kamus Bahasa Indonesia (2007:1092) adalah rencana cermat

    mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam penelitian ini strategi

    adalah suatu rencana yang disusun secara tepat agar mencapai tujuan yang

    diinginkan dalam proses pembalajaran.

    2. Kompetensi Pedagogi

  • Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau

    kemampuan seseorang, baik yang kulitatif maupun kuantitatif. (Mujtahid, 2009:

    55). Mulyasa berpendapat (2008: 75 ) dalam Standar Nasional Pendidikan,

    penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogi

    adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi

    pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

    pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

    mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

    Jadi kompetensi pedagogi merupakan kemampuan yang harus dimiliki

    oleh seorang guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan

    sesuai dengan tujuan pembelajaran.

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini merupakan field research dengan menggunakan pendekatan

    kualitatif. Milles dan Michael (1992: 2) mengemukakan bahwa penelitian

    kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki

    sumber dari yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang

    proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Bog dan Taylor dalam

    Moleong (2008: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif adalah sebagai

    prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

    atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini

    diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. Jadi, dalam hal ini tidak

    boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis,

    tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

  • Dengan demikian peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan

    pendekatan penelitian kualitatif deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana

    strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru Pendidikan Agama Islam

    (PAI) di SMP Islam Sudirman Bancak Kab. Semarang, faktor pendukung dan

    faktor penghambat bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

    mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab.

    Semarang untuk serta upaya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP Islam

    Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang mengatasi hambatan dalam

    mengembangkan kompetensi pedagogi.

    2. Subjek Penelitian

    Mulyana berpendapat (2004: 187 ) subjek Penelitian yang biasa digunakan

    dalam penelitian kualitatif adalah dengan nonprobability sampling yaitu tekhnik

    purposive sampling (sampel bertujuan). Berdasarkan pengertian di atas, maka

    peneliti menentukan subyek secara sampling purposive yang meliputi guru SMP

    Islam Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang.

    3. Lokasi Penelitian

    Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Islam

    Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang.

    4. Sumber Data

    a. Data Primer

    Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan

    atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data

    yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.

  • Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara

    langsung tentang strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru

    PAI, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengembangkan

    kompetensi pedagogi guru PAI serta upaya guru PAI mengatasi

    hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam

    Sudirman 1 Bancak Kab. Semarang. Adapun sumber data langsung

    peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, wakil

    kepala (waka) kurikulum, dan guru Pendidikan Agama Islam.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan

    berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan

    dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk

    memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah

    dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan.

    Arikunto (2010: 107) berpendapat bahwa sumber data dengan tiga

    (3) P, yaitu person, paper, place. Person terdiri dari kepala sekolah, wakil

    kepala (waka) kurikulum dan guru yang membidangi mata pelajaran

    Pendidikan Agama Islam (PAI). Paper dengan meneliti tentang administrasi

    kurikulum, dan place yaitu tempat di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab.

    Semarang.

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode wawancara

    (interview). Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan

  • tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan kepada

    tujuan penyelidikan (Hadi, 1990: 193).

    Berdasarkan uraian tersebut, metode wawancara digunakan untuk

    mendapatkan data tentang strategi pengembangan kompetensi pedagogi, guru

    PAI, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengembangkan

    kompetensi pedagogi guru PAI serta upaya guru PAI mengatasi hambatan dalam

    mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kab.

    Semarang. Strategi pengembangan kompetensi pedagogi meliputi komponen

    pada pengelolaan pembelajaran, perancangan dan pelaksanan pembelajaran,

    evaluasi hasil belajar dan pengembangan pesera didik.

    Peneliti melakukan wawancara yang mendalam untuk mendapatkan

    informasi yang akurat. Wawancara ini peneliti menggunakan pedoman

    wawancara semi structured karena bentuk wawancara ini tidak membuat kaku,

    melainkan lebih bebas dan luwes dalam melakukan wawancara (Yusuf,

    2003:87). Meskipun demikian, peneliti tetap menggunakan pedoman

    wawancara yang berisi tentang strategi pengembangan kompetensi pedagogi

    guru PAI, faktor pendukung dan faktor penghambat guru PAI dalam

    mengembangkan kompetensi pedagogi serta upaya guru PAI mengatasi

    hambatan dalam mengembangkan kompetensi pedagogi di SMP Islam Sudirman

    1 Bancak Kab. Semarang. Pedoman wawancara tersebut yang digunakan peneliti

    untuk mengajukan pertanyaan dengan informan. Untuk mendapatkan data yang

    penting, peneliti memanfaatkan handphone untuk merekam hasil wawancara

    dengan informan.

    6. Teknik Analisis Data

  • Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan

    tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-

    tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pralapangan, yang meliputi

    menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus

    perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan

    informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika

    penelitian; (2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar

    penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan-serta sambil

    mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan

    setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian

    7. Pengecekan Keabsahan Data

    Menurut Moleong (2000:173) pengecekan keabsahan data yang

    digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan

    (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan

    kepastian (confirmability).

    Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara melakukan

    pembandingan antara data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

    Keteralihan (transferability) membandingkan pendapat yang dikatakan orang di

    depan umum dengan yang dikatakan orang secara individual.

    Kebergantungan (dependability) dilakukan untuk mengetahui situasi

    dalam penelitian dengan keadaan yang akan terjadi secara terus menerus.

    Kepastian (confirmability) dilakukan untuk membandingkan hasil wawancara

    reponden dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

  • 8. Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN : memuat tentang latar belakang

    masalah rumusan masalah, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian,

    definisi operasional, metode

    penelitian dan sistematika

    penulisan skripsi.

    BAB II LANDASAN TEORI : memuat tentang strategi

    pembelajaran yang memuat

    definisi, sejarah istilah strategi,

    macam strategi, definisi strategi,

    sejarah strategi, definisi guru,

    pengertian guru, tugas guru,

    Pendidikan Agama Islam, definisi

    kompetensi pedagogi, indikator

    kompetensi pedagogi, komponen

    kompetensi pedagogi, urgensi

    kompetensi pedagogi, serta strategi

    pengembangan kompetensi

    pedagogi bagi guru Pendidikan

    Agama Islam (PAI).

    BAB III HASIL PENELITIAN : memuat tentang paparan data dan

  • temuan penelitian yang meliputi:

    gambaran umum SMP Islam

    Sudirman Bancak 1 Kab.

    Semarang (letak geografis, sejarah

    berdiri, profil, visi, misi dan

    tujuan, keadaan guru, karyawan

    dan siswa serta sarana dan

    prasarana), strategi pengembangan

    kompetensi pedagogi guru PAI di

    SMP Islam Sudirman Bancak 1

    Kab. Semarang, faktor-faktor

    pendukung dan penghambat guru

    PAI dalam mengembangan

    kompetensi pedagogi SMP Islam

    Sudirman Bancak 1 Kab.

    Semarang serta upaya guru PAI

    untuk mengatasi hambatan dalam

    mengembangkan kompetensi

    pedagogi di SMP Islam Sudirman

    Bancak 1 Kab. Semarang.

    BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN : memuat tentang analisis data

  • mengenai strategi pengembangan

    kompetensi pedagogi guru PAI

    dalam di SMP Islam Sudirman 1

    Bancak Kab. Semarang, faktor-

    faktor pendukung dan faktor

    penghambat bagi guru PAI dalam

    mengembangkan kompetensi

    pedagogi SMP Islam Sudirman

    Bancak 1 Kab. Semarang serta

    upaya guru PAI untuk mengatasi

    hambatan dalam mengembangkan

    kompetensi pedagogi di SMP

    Islam Sudirman Bancak 1 Kab.

    Semarang.

    BAB V PENUTUP : memuat tentang kesimpulan dan

    saran.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    G. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam

    1. Strategi

    a. Definisi Strategi

    1) Strategi Menurut Bahasa

    Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja”

    dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan

    gabungan kata stratos (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata

    kerja, stratego berarti merencanakan (to plan) (Majid, 2014a: 3). Selain

    itu strategi dari kata Yunani, juga dinamakan srategia yang berarti ilmu

    perang atau panglima perang.

    Strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan,

    seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat

    atau laut. Strategia juga dapat diartikan sebagai suatu keterampilan

    mengatur kejadian atau peristiwa (Hardini, 2012:11).

    2) Strategi menurut Istilah

    Strategi dalam Kamus Bahasa Indonesia (2007:1092) adalah

    rencana cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

    Menurut kamus The American heritage Dictionary dalam Madjid

    (2014a: 3) mengemukakan bahwa strategy is the science or art of

    ‘military command as applied to averall planning and conduct of large-

    scale combat operations.

  • Madjid (2014a:3) mendefinisikan strategi adalah suatu pola yang

    direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan

    atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat

    dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana yang

    menunjang kegiatan.

    Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis

    besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

    ditentukan. Berkaitan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan

    sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam

    perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujaun yang

    telah digariskan (Hardini dan Puspita, 2012:11).

    Strategi dalam penelitian ini adalah suatu rencana yang disusun

    secara tepat agar mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses

    pembelajaran.

    b. Sejarah Istilah Strategi

    Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer yang

    diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk

    memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak

    digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh

    kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan tercapai (Majid,

    2014a:3).

    Sebuah peperangan atau pertempuran, terdapat seseorang

    (komandan) yang bertugas mengatur strategi untuk memenangkan

    peperangan. Semakin hebat strategi yang digunakan (selain kakuatan

  • pasukan perang), semakin besar kemungkinan untuk menang. Sebuah

    perang disusun dengan mempertimbangkan medan perang, kekuatan

    pasukan, perlengkapan perang dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu,

    istilah “strategi” di dunia militer tersebut diadopsi ke dalam dunia

    pendidikan. Konteks pendidikan, strategi digunakan untuk mengatur siasat

    agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Dengan kata lain, strategi dalam

    konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai perencanaan yang berisi

    serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan

    (Suyadi, 2013: 13).

    2. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

    a. Strategi Kompetensi Pedagogi

    Upaya peningkatan kompetensi guru khususnya kompetensi

    pedagogi harus dilakukan oleh semua pihak, baik dari guru maupun kepala

    sekolah/lembaga pendidikan. Maka, ada dua upaya peningkatan

    kompetensi pedagogi guru yang sangat mempengaruhi satu sama lain,

    yaitu upaya yang dilakukan guru dan upaya yang dilakukan oleh kepala

    sekolah/lembaga pendidikan yang bersangkutan.

    Upaya peningkatan kompetensi pedagogi guru di sekolah dalam

    proses belajar mengajar antara lain:

    1) Guru mengikuti organisasi-organisasi keguruan.

    2) Mengikuti kursus kependidikan

    Upaya Lembaga Pendidikan/ Kepala Sekolah dalam

    meningkatkan kompetensi pedagogi guru:

    (a) Mengadakan Lokakarya (Workshop)

  • (b) Mengadakan Penataran Guru.

    (c) Memotivasi Guru untuk Membuat Karya Tulis Ilmiah

    (d) Memberikan Penghargaan (rewards)

    (e) Mengadakan Supervisi

    (f) Mengadakan Rapat Sekolah (Anisa, Jurnal Administrasi

    Pendidikan: 2014)

    Menurut Hendyat dalam skripsi Afifah (2010:14-16) untuk

    mengembangkan profesi guru, ada dua jalan yang dapat ditempuh, yaitu

    melalui pengembangan diri guru itu sendiri dan melalui pengembangan

    secara lembaga.

    1) Pengembangan Diri

    Ada beberapa cara dan usaha yang dapat dilakukan oleh guru

    dalam mengembangkan profesinya, antara lain: berusaha memahami

    tujuan pendidikan dan pengajaran secara jelas dan konkrit, berusaha

    memahami dan memilih bahan pengajaran sesuai tujuan. Agar profesi

    guru dapat dikembangkan maka harus berusaha memahami problem

    minat, dan kebutuhan dalam proses belajar subyek didik,

    mengorganisasi bahan dan pengalaman belajar, berusaha memahami,

    menyeleksi, dan menerapkan metode pembelajaran, berusaha

    memahami dan sanggup membuat, mendayagunakan berbagai alat

    pelajaran.

    Dimana guru harus berusaha membimbing dan mendorong

    kemajuan pertumbuhan dan perkembangan belajar subyek didik, mampu

    menilai program dan hasil pembelajaran yang telah tercapai.

  • Guru sebaiknya mengadakan penilaian diri sendiri (self evaluation)

    untuk melihat kekurangan dan keberhasilan pelaksanaan tugasnya,

    berusaha membaca-baca buku-buku yang relevan dengan tugas

    profesinya (professional reading), berusaha mengembangkan diri dengan

    menulis karya ilmiah di berbagai media (professional writing).

    Guru yang ingin menambah wawasannya maka guru mengadakan

    pertemuan antar sejawat dan dengan ahli lain dalam mengembangkan

    wawasan keilmuan dan wawasan proses dan strategi pembelajaran

    (individual conference), berusaha melakukan percobaan-percobaan atau

    inovasi yang ditemukan atau strategi pembelajaran baru.

    2) Pengembangan Kelembagaan

    Pengembangan kelembagaan dalam hal ini dimana guru itu harus

    berusaha mengembangkan profesinya agar dapat bekerja secara profesional

    dengan cara yaitu penugasan guru-guru dalam bidang tugasnya dan dalam

    mengikuti pertemuan-pertemuan pertumbuhan jabatan (assigment of

    teacher), kegiatan dan pertemuan dalam organisasi profesional (professional

    organization).

    Apabila guru mengikuti pertemuan-pertemuan, guru akan bertambah

    pengalamannya dan bisa terlibat secara langsung dalam suatu lembaga atau

    intervisitation (perlibatan dalam kepanitiaan-kepanitiaan), mengajar yang

    didemonstrasikan (demonstration teaching), kunjungan kelembagaan atau

    instansi/ tempat yang dapat dijadikan medan studi bagi para guru dan

    pimpinan.

  • Adanya kunjungan tersebut menjadikan guru lebih paham untuk

    mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sesuai dengan

    kemampuannya dengan cara mengembangkan curriculum laboratory

    (laboratorium yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan dan

    kemampuan dalam rangka aplikasi kurikulum dalam proses pembelajaran) dan

    professional library (disediakan perpustakaan agar didayagunakan oleh guru

    untuk mengembangkan profesinya).

    Demikian juga dengan sharing of experiences (tukar menukar

    pengalaman antar guru yang penyelenggaraannya dirancang oleh lembaga

    atau atas inisiatif guru-guru sendiri), workshop (lokakarya yang

    diselenggarakan dengan maksud meningkatkan profesi guru), panel discussion

    (guru-guru mengikuti diskusi panel diberbagai kesempatan), symposium (guru-

    guru mengikuti symposium diberbagai kesempatan).

    Salah satu lembaga yang biasa diikuti oleh guru PAI adalah

    Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). MGMP adalah “wadah kegiatan

    professional untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan

    fungsional antara sesama guru yang bertugas di SMP, SMA, MTs maupun MA”

    sesuai dengan instansi pendidikan masing-masing. Pengertian yang lain MGMP

    adalah wadah tempat kegiatan para anggota MGMP untuk melaksanakan

    musyawarah dalam upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan

    mengajar. Pada MGMP ini guru dapat berdiskusi untuk mencari solusi dalam

    memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kegiatan

    belajar. (MGMP PAI KOTA KEDIRI, http//:mgmpkediri.wordpress.com download

    tanggal 22 Januari 2014).

  • MGMP intinya adalah musyawarah sebagai proses interaksi edukatif.

    Prinsip musyawarah ini sangat ditekankan dalam islam sehingga harus

    senantiasa di tegakkan, karena dengan musyawarah itulah, manusia saling

    memberi kesempatan dan saling menerima pendapat, sekaligus sebagai

    pemenuhan hak-hak sesama manusia. Untuk itu, Allah berfirman dalam QS:3

    (Ali imran);159 :

    Artinya:…, “dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan

    itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka

    bertawak kallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

    orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.(Q.S. Ali Imran :159)

    Ayat tersebut menekankan pentingnya musyawarah dalam segala

    urusan, termasuk MGMP sebagai suatu wadah bagi para guru untuk saling

    bertukar pikiran, pengalaman dan dapat digunakan untuk berdiskusi dalam

    rangka memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan tugas guru

    khususnya permasalahan didalam kelas, dan disinilah guru bisa dengan mudah

    dapat menemukan pengetahuan yang dapat membantu dalam pelaksanaan

    tugas secara lebih efektif.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

    MGMP adalah suatu lembaga yang anggotanya adalah semua guru mata

    pelajaran di suatu daerah berdasarkan instansi pendidikan yang diampunya,

    juga sebagai wadah untuk bersaling tukar pikiran dan memecahan masalah

    yang ada sehingga lebih mudah dapat menemukan solusinya yang dapat

    membantu dalam pelaksanaan tugas secara lebih efektif.

    Guru yang sudah mengikuti banyak kelembagaan maka bisa

    mengembangkan profesinya dengan membuat penerbitan buletin atau

  • majalah atau surat kabar, penyelenggaraan kursus-kursus, pemyelenggaraan

    penataran-penataran, konseling yang diberikan kepada guru baik secara

    individual maupun secara kelompok, pertemuan umpan balik bergelombang

    berdasarkan pada masalah dan tema yang telah diberikan sebelumnya,

    pengembangan progaram testing dan pola-pola baru secara bersama,

    penyenggaraan penelitian-penelitian yang diikuti oleh para guru.

    b. Definisi Guru

    1) Pengertian Guru

    Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam

    system pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat

    perhatian sentral, pertama dan utama. Guru mempunyai peranan

    penting di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Masyarakat akan

    mengalami kemajuan dan pembaharuan dari masa ke masa, karena

    masyarakat akan bersaing untuk menggapai taraf kehidupan yang

    lebih baik. Sehingga guru sangat dibutuhkan dalam kehidupan

    masyarakat karena guru dapat memberikan pencerahan, kemajuan

    pola pikir masyarakat menjadi lebih maju.

    Bahri (2005:31) mengemukakan guru dalam pandangan

    masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-

    tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi

    bisa di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan lain sebagainya.

    Guru menempati kedudukan terhormat di masyarakat.

    Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga

    masyarakat tidak meragukan figur guru.

  • Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:330), guru

    adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian atau profesinya

    mengajar.

    Usman (1998:5) mengungkapkan guru adalah jabatan atau

    profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan

    ini bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk

    melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi

    guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru yang

    professional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan

    pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu

    dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau

    pendidikan pra-jabatan. Oleh karena itu, guru menempati

    komponen paling utama dalam kegiatan profesi di sekolah formal

    maupun non formal.

    Guru (dalam bahasa jawa) adalah seseorang yang harus

    digugu dan harus ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya

    segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan

    diyakini sebagai kebenaran oleh semua muridnya. Segala ilmu

    pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai

    sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi.

    Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri

    tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berpikir, cara

    bicara, hingga cara berperilaku sehari-hari (Nurdin,2010:17).

  • Dalam proses pembelajaran di kelas guru adalah sentral

    yang menentukan, merancang, melaksanakan sera mengevaluasi

    kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan

    pembelajaran karena guru langsung berhadapan dengan pesera

    didik.

    2) Tugas Guru

    Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab

    terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh

    potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun

    psikomotorik. Guru berarti bertanggung jawab dalam

    perkembangan jasmani dan ruhanianya agar mencapai tingkat

    kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi

    tugasnya sebagai hamba Allah.

    Allah berfirman dalam Q.S, Ali Imran 3;164:

    Sesunguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang

    yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka

    seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang

    membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,

    membersihkan jiwa mereka, dan mengajarkan mereka al-

    kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum

    kedatangan Nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan

    yang nyata.

    Berdasarkan ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan tugas

    utama menurut ayat tersebut antara lain:

    a) Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan dan pengangkatan

    jia kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan

    menjaga diri agar tetap berada pada fitrah.

  • b) Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah

    kepada akal dan hati kaum Muslim agar mereka merealisasikan

    dalam tingkah laku kehidupan (Nurdin,2010:128).

    Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa tugas guru dalam

    Islam tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagai norm

    dragger (pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat.

    Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

    kepribadian anak didik menjadi seseorang yang berguna bagi

    agama, nusa, dan bangsa.

    Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi akan tetapi

    juga mempunyai tugas dalam pengabdian antara lain (Bahri,

    2005:37):

    a) Tugas guru sebagai suatu profesi antara lain mendidik, mengajar,

    dan melatih anak didik. Mendidik berarti meneruskan dan

    mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru

    sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

    pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Sedangkan tugas

    guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan

    menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

    b) Tugas guru dalam kemanusiaan, guru harus terlibat dalam

    kehidupan di masyarakat dengan interaksi social. Guu harus

    menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Dengan

    begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat kesetiakawanan

    sosial.

  • c) Tugas guru dalam kemasyarakatan, guru mempunyai tugas

    mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara

    Indonesia yang bermoral Pancasila.

    Oleh karena itu, tugas guru tidak hanya bertanggung jawab

    di lingkungan sekolah saja, tetapi guru juga mempunyai tugas

    dalam pengabdian kemanusiaan, kemasyarakatan.Sehingga guru

    sebagai konjungsi (penghubung) antara sekolah dan masyarakat.

    c. Pendidikan Agama Islam

    1) Pengertian Pendikan Agama Islam

    Islam adalah ketetapan Allah yang diturunkan melalui nabi

    Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya di muka bumi

    agar mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman kepada Tuhan hanya

    bisa dilakukan melalui proses pendidikan di rumah, di sekolah, maupun

    di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam

    berperan penting dalam mendukung kebutuhan manusia sehingga

    mampu melahirkan manusia yang menjadi khalifah di bumi ini.

    Menurut Baharuddin Pendidikan Agama Islam adalah usaha

    sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

    memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi

    dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam

    hubungannya dengan kerukunan antar-umat beragama hingga terwujud

    kesatuan dan persatuan bangsa (Baharuddin, 2010:192)

    Menurut Majid Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan

    terencana dalam menyiapkan pesert didik untuk mengenal, memahami,

  • menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam

    mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-

    Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

    serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014b:11).

    Daradjat mengemukakan dalam Madjid (2014b:12) Pendidikan

    Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta

    didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara

    menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat

    mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (way of

    life).

    Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

    Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

    membentuk manusia sesuai kodratnya sebagaimana yang terkandung

    dalam Al-Qur’an yaitu sebagai khalifah di muka bumi sesuai dengan

    ajaran Agama Islam.

    2) Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

    Tujuan pendidikan agama Islam pada hakikatnya sama dan

    sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam yaitu untuk

    membentuk manusia yang muttaqin yang rentangnya berdimensi

    infinitium (tidak terbatas menurut jangkauan manusia), baik secara

    lincar maupun secara algoritmik (berurutan secara logis). Adapun tujuan

    pendidikan agama Islam antara lain:

    a) Membentuk manusia Muslim yang dapat melaksanakan ibadah

    mahdah

  • b) Membentuk manusia Muslim yang, disamping dapat melaksanakan

    ibadah mahdah, juga dapat melaksanakan ibadah muamalah dalam

    kedudukannya sebagai anggota masyarakat.

    c) Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada Allah,

    penciptanya.

    d) Membentuk dan mengembangkan tenaga professional yang siap dan

    terampil atau setengah terampil untuk memungkinkan memasuki

    teknostruktur masyarakat.

    e) Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu

    Islami lainnya (Bahruddin,2010: 192-193)

    Menurut kurikulum PAI fungsi Pendidikan Agama Islam di

    sekolah/madrasah bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan

    keimanan melalui pemberian dan memupukkan pengetahuan,

    penghayatan, pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga

    menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

    ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan

    pada jenjang yang lebih tinggi (Majid,2014b:16).

    Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/ madrasah berfungsi

    sebagai berikut:

    (a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan

    peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam

    lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban

    menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang

    tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh

  • kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,

    pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut

    dapat berkembang secara optimal sesuai dengan berkembang secara

    optimal sesuai dengan tingkat perkembangan.

    (b) Penanaman niali, sebagai pedoman hidup mencari kebahagiaan

    hidup dunia dan akhirat.

    (c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

    lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dapat

    mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

    (d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

    kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik

    dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam

    kehidupan sehari-hari.

    (e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

    lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan

    dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia

    Indonesia seutuhnya.

    (f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan kegamaan yang secara umum

    (alam nyata dan nirmyata), sistem dan fungsionalnya.

    (g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

    khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang

    secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri

    dan bagi orang lain.

  • Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam sangat penting

    keberadaannya karena Pendidikan Agama Islam merupakan suatu upaya

    atau proses, pencarian, pembentukan, dan pengembangan sikap dan

    perilaku untuk mencari, mengembangkan, memelihara, serta

    menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau keterampilan demi

    kepentingan manusia sesuai ajaran Islam.

    H. Kompetensi Pedagogi

    1. Pengertian Kompetesi pedagogi

    Kompetensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

    kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu

    (KBHI, 1989: 453). Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar

    pembelajaran yang dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi

    pedagogi. Guru harus belajar secara maksimal untuk menguasai

    kompetensi pedagogi secara teori dan praktik (Ma‟mur, 2009:59).

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

    tentang Guru dan Dosen, pasal 10 dijelaskan bahwa: “ yang dimaksud

    kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta

    didik (Redaksi, 2006:44). Sedangkan Kompetensi pedagogi yang

    dijelaskan dalam standar nasional pendidikan pasal 28 ayat (3) butir a

    bahwa Kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran

    peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

    perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

    pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

    yang dimilikinya (Mulyasa, 2008:75).

  • Kompetensi pedagogi juga dapat diartikan tentang pemahaman guru

    terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi

    hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan

    sebagai potensi yang dimilikinya (Wibowo dan Hamrin, 2012:110).

    Menurut Permendiknas nomor 17 tahun 2007, kompetensi pedagogi

    guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum

    dalam 10 kompetensi antara lain:

    a. Menguasai karakteristik peserta ddidik dari aspek fisik, moral, spiritual,

    sosial, kultural, emosional, dan intelektual;

    b. Menguasai teori balajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

    c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajran yang

    diampu;

    d. Menyelenggarkan kurikulum pembelajaran yang mendidik;

    e. Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

    pembelajaran ;

    f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

    mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki;

    g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik;

    h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;

    i. Memanfaatkan hasil penelitian dan evaluasi untuk kepentingan

    pembelajaran;

    j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

    pembelajaran(Ma’mur, 2009:65-66).

  • Kompetensi pedagogi berarti kemampuan guru dalam mengelola

    kelas agar sesuai dengan tujuan pendidikan dengan mengaktualisasikan

    semua kemampuan yang dimiliknya. Sehingga, guru harus mempunyai

    kualitas diatas rata-rata kerena guru secara langsung dituntut untuk

    berwawasan luas, mengelola kelas sebaik mungkin serta mengetahui

    kondisi psikologi siswa. Kunci keberhasilan pendidikan tidak hanya

    terletak pada guru saja akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama-sama

    dengan peserta didik.

    2. Indikator Kompetensi Pedagogi

    Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dalam Ma‟mur

    (2009:65), kompetensi pedagogi guru terdiri atas 37 buah kompetensi, yang

    dirangkum dalam 10 kompetensi inti, yaitu:

    a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,

    sosial, kultural, emosional,dan intelektual

    b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

    mendidik

    c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang

    diampu

    d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

    e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

    pembelajaran

    f. Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

    mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

  • g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

    h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

    i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

    pembelajaran

    j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

    Komponen pedagogi sebagaimana keterangan diatas adalah

    kompetensi pertama yang harus dikuasai dan dipraktikkan guru dalam

    proses belajar mengajar. Lebih lanjut, dalam RPP tentang guru (Mulyasa,

    2008:75) dikemukakan bahwa kompetensi pedagogi guru merupakan

    kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran peserta didik yang

    sekurang-kurangnya meliputi :

    1. Pemahaman Wawasan atau Landasan Kependidikan

    Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu

    kompetensi pedagogik yang harus dimilki guru. Guru merupakan

    manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung jawab terhadap

    perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan

    program pembelajaran. Guru diharapkan membimbing dan

    mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara

    efektif, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya.

    2. Pemahaman terhadap peserta didik

    Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu

    kompetensi pedagogik yang harus dimilki guru. Sedikitnya terdapat

    empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat

  • kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif

    (Mulyasa, 2008:79).

    Selain itu guru juga harus mengetahui karakteristik setiap

    individu peserta didik sehingga dapat dengan mudah melakukan

    pendekatan dengan peserta didik agar dapat melaksanakan

    pembelajaran secara efektif. Hal ini, pembelajaran dapat

    diverisifikasikan atau diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan

    keberagamaan kondisi dan kebutuhan, baik yang menyangkut

    kemampuan peserta didik maupun potensi lingkungan.

    Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu

    kompetensi pedagogi yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat

    empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu :

    a. Tingkat Kecerdasan

    Ada 3 tingkatan kecerdasan bagi peserta didik, antara lain:

    1) Tingkat terendah adalah mereka yang memiliki IQ antara 0-50,

    mereka tergolong tak dapat dididik atau dilatih.

    2) Tingkat menengah adalah mereka yang memiliki IQ antara 50-

    70 dan dikenal dengan golongan moron, yaitu keterbatasan atau

    keterlambatan mental.

    3) Tingkat atas adalah mereka yang memiliki IQ antara 90-110,

    mereka biasa belajar secara normal, cepat mengerti, dan

    superior.

    b. Kreativitas

  • Kreatifitas dikembangkan dengan penciptaan proses

    pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengembangkan

    kreativitasnya. Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi

    yang baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat

    mengembangkan kreativitasnya, antara lain dengan teknik kerja

    kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek.

    Kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan,

    komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan yang

    tidak terlalu ketat.

    c. Kondisi Fisik

    Kondisi fisik berkaitan dengan penglihatan, pendengaran,

    kemampuan berbicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena

    karusakan otak. Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan

    fisik diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka

    membantu perkembangan pribadi mereka.

    3. Pengembangan kurikulum/silabus

    Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum

    pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik

    lingkungan sekolah. Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan

    sekolah sering disebut pendidikan formal, sebab sudah memiliki

    rancangan pendidikan berupa kurikulum tertulis yang tersusun secara

    sistematis, jelas, dan rinci. Pelaksanaannya, dilakukan pengawasan

    dan penilaian untuk mengetahuitingkat pencapaian kurikulum

  • tersebut. Peranan kurikulum dalampendidikan formal di sekolah

    sangatlah strategis dan menentukan bagi tercapainya tujuan

    pendidikan. Kurikulum juga memiliki kedudukan danposisi yang

    sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, bahkankurikulum

    merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari

    pendidikan itu sendiri.

    Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara

    sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi

    pendidikan siswa. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum

    membutuhkan perencanaan dan sosialisasi, agar pihak-pihak terkait

    memiliki persepsi dan tindakan yang sama. Sedangkan dalam

    pendidikan itu sendiri identik interaksi antara guru dan peserta didik

    untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

    Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan

    berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh

    BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah.

    Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan

    disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI

    dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh

    BSNP.

    Prinsip-prinsip yang harus ada dalam pengembangan KTSP

    berdasarkan BSNP adalah pertama, berpusat pada potensi,

    perkembangan,kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

  • lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa

    peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan

    kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

    cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

    serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan

    tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan

    potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik

    serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan

    pembelajaran berpusat pada peserta didik.

    Kedua, beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan

    dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi

    daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak

    diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat,

    status social ekonomi, dan gender. Kurikulum meliputi substansi

    komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan

    diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan

    kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

    Ketiga, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,

    teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran

    bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara

    dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan

  • pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

    perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

    Keempat, relevan dengan kebutuhan kehidupan.

    Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan

    stakeholdersuntuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan

    kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia

    usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan

    pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan

    akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

    Kelima, menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi

    kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian

    keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

    berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

    Keenam, belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada

    proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik

    yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan

    keterkaitan antar unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan

    informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan

    yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

    Ketujuh, seimbang antara kepentingan nasional dan

    kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan

    memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk

    membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

  • Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi

    dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika

    dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

    Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara

    mandiri atau kelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah,

    kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau Pusat

    Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Silabus disusun secara

    mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali

    karakteristik peserta didik, kondisi sekolah dan lingkungannya.

    Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat

    melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak

    sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata

    pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh

    sekolah tersebut.

    Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam

    menyusun silabus, antara lain:

    a. Ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi

    muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung

    jawabkan secara keilmuan.

    b. Relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan

    penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat

    perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual

    peserta didik

  • c. Sistematis, yaitu komponen-komponen silabus saling berhubungan

    secara fungsional dalam rangka mencapai kompetensi.

    d. Konsisten, yaitu adanya hubungan yang konsisten antar kompetensi

    dasar, indikator, materi pokok, kegiatan belajar sumber belajar, dan

    sistem penilaian.

    e. Memadai, yaitu cakupan indikator, materi pokok, kegiatan belajar,

    sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untukmenunjang

    pencapaian kompetensi dasar.

    f. Aktual dan kontekstual, yaitu cakupan indikator, materi pokok

    kegiatan belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian

    memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir

    dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

    g. Fleksibel, yaitu keseluruhan komponen silabus dapat

    mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika

    perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

    Pemilihan media, bahan ajar, dan kegiatan pembelajaran dapat

    mengakomodasi.

    h. Menyeluruh, yaitu komponen silabus mencakup keseluruhan ranah

    kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor) (Ma‟mur, 2009:83-

    84).

    4. Perancangan pembelajaran

    Perancangan pembelajaran merupakan salah satu

    kompetensi pedagogi yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara

  • pada pelaksanaan pembelajaran. Dalam perencanaan pembelajaran

    sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan,

    perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran

    (Mulyasa, 2008:100).

    Menurut Wibowo dan Hamrin (2012:111) guru yang mampu

    merancang pembelajaran dengan baik, memiliki karaterisik berupa

    menerapkan teori belajar dan pembelajaran yang mencakup:

    a) Membedakan teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik, sosial,

    atau yang lain, dan menerapakan teori belajar tersebut dalam

    pembelajaran fakta, konsep, prosedur, dan prinsip.

    b) Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan keberadaan anak didik,

    kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar yang mencakup deskripsi

    berbagai strategi pembelajaran dan memilih strategi pembelajaran yang

    berkaitan dengan karakteristik anak didik, kompetensi yang ingin

    dicapai, dan materi ajar.

    c) Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran

    yang telah dipilih mencakup: (a) menyusun silabus dan rencana

    pembelajaran; (b) merancang kerangka pengalaman belajar (tatap muka,

    terstruktur, dan mandiri); (c) memilih dan mengorganisasikan materi

    dan bahan ajar; (d) memilih dan merancang media dan sumber belajar

    yang diperlukan, dan (e) membuat rancangan evaluasi proses dan

    penilaian hasil belajar.

    5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

  • Dalam Rencana Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwa

    guru harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran

    yang mendidik dan dialogis. Pelaksanaan pembelajaran harus

    berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran,

    sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikasi. Tanpa

    komunikasi tidak akan ada pendidikan sejati.

    Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon

    terhadap praktek pendidikan anti realitas, diharapkan dapat

    merangsang masyarakat dalam menghadapi tema-tema realitas

    lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas utama guru adalah

    mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan

    perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik.

    Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya

    merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan apa

    yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Perencanaan

    pembelajaran merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang

    harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Rencana

    pembelajaran dikembangkan dengan mengkoordinasikan komponen-

    komponen pembelajaran yang meliputi: kompetensi dasar, materi

    standar, indikator hasil belajar, dan penilaian.

    Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan

    rencana pelaksanaan pembelajaran adalah:

  • a) Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai

    siswa, serta materi dan submateri pembelajaran,pengalaman belajar

    yang telah dikembangkan di dalam silabus.

    b) Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang

    memberikan kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan dan

    lingkungan sehari-hari.

    c) Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkansiswa

    dengan pengalaman langsung.

    d) Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan

    didasarkan pada sistem pengujian yang dikembangkan selaras dengan

    pengembangan silabus (Kunandar, 2011: 265).

    6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

    Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran

    (e-learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan

    kegiatan pembelajaran. Teknologi sangat penting untuk memacu

    semangat anak didik, sehingga anak didik merasa tidak ketinggalan

    zaman, merasakan spirit modernisasi, dan berusaha untuk mampu

    menguasainya secara cepat dan dinamis. Dengan demikian,

    penguasaan guru terhadap pemanfaatan teknologi pembelajaran

    dapat dijadikan sebagai salah satu indikator standard dan sertifikasi

    kompetensi guru.

    7. Evaluasi hasil belajar (EHB)

    Untuk dapat menentukan tercapainya tidaknya tujuan

    pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan

  • penilaian/evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk

    mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen

    dan membandingkan hasilnya dengan tolok ukur untuk memperoleh

    kesimpulan (Pupuh dan Sutikno,2007:75).

    Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi

    pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak,

    hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat

    mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat,

    melakukan pengukuran dengan benar, membuat kesimpulan dan

    solusi secara akurat.

    8. Pengembangan peserta didik

    Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari

    kompetensi pedagogi yang bertujuan untuk mengaktualisasikan

    berbagai potensi yang dimiki oleh peserta didik. Kemampuan guru

    dalam pengembangan potensi anak didik memiliki karakteristik

    sebagai berikut: memfasilitasi anak didik untuk mengembangkan

    berbagai potensi akademik dengan membimbing anak didik

    mengembangkan karya kreatif dan inovatif, membimbing anak

    didik mengembangkan bakat dan minat, mendorong anak didik

    untuk melakukan proses belajar lanjut, sedangkan untuk

    mengembangkan potensi anak didik pada non akademis dengan

    membimbing anak didik mengembangkan iman dan takwa dan

    keterampilan sosial (Wibowo dan Hamrin, 2012:113).

  • Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru

    melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstrakulikuler,

    pengayaan, dan remedial serta bimbingan konseling (BK).

    3. Komponen Kompetensi Pedagogi

    Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang di selenggarakan

    oleh P3G, telah dirumuskan tentang unsur-unsur kompetensi pedagogi

    (Hamalik, 2002:44-45 ) di antaranya :

    a. Menguasai bahan ajar yakni menguasai bahan bidang studi dalam

    kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang studi.

    b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan

    instruksional, mengenal dan bisa pakai metode mengajar dan lain-lain

    yang dapat menunjang proses belajar mengajar.

    c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA

    dan menciptakan iklim belajar yang efektif.

    d. Menggunakan media yakni memilih dan mengggunakan media

    dengan membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana.

    e. Menguasai landasan pendidikan.

    f. Merencenakan program pengajaran.

    g. Mengelola interaksi belajar mengajar.

    h. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

    mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

    i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran.

    j. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

  • k. Mengenal penyelengggaraan administrasi sekolah.

    l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil–hasil penelitian pendidikan

    yang sederhana guna kemajuan pengajaran.

    4. Urgensi Kompetensi Pedagogi

    Masalah kompetensi guru merupakan urgen yang harus dimiliki oleh

    setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang terampil mengajar

    tentu harus memiliki kemampuan mengelola pembelajaran yang baik. Guru

    yang baik dalam mengajar tentu harus pula memiliki karakter dan

    kepribadian yang baik. Sosok guru merupakan panutan bagi siswanya ketika

    di dalam sekolah dan panutan bagi msyarakat ketika di rumah.

    Kompetensi pedagogi guru sangat penting diterapkan dalam rangka

    penyelenggaraan unsur-unsur pendukung kompetensi pendidikan.

    Kompetensi pedagogi baik secara praktis maupun teoritis memiliki manfaat

    yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan hasil belajar siswa

    melalui peningkatan kualitas guru (Mulyasa, 2008 : 191-194 ), di antaranya

    adalah :

    a. Kompetensi pedagogi sebagai alat untuk mengembangkan standar

    kompetensi guru.

    b. Kompetensi pedagogi sebagai alat seleksi penerimaan guru.

    c. Kompetensi pedagogi sebagai alat untuk pengelompokan guru.

    d. Kompetensi pedagogi sebagai bahan acuan dalam pengembangan

    kurikulum.

    e. Kompetensi pedagogi sebagai alat pembinaan guru.

  • f. Kompetensi pedagogik sebagai pendorong kegiatan dan hasil belajar

    Dari pendapat di atas jelas bahwa kompetensi pedagogi mempunyai

    peranan penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu,

    hendaknya setiap guru termasuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

    mutlak menguasai kompetensi pedagogi.

    I. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi Bagi Guru Pendidikan Agama Islam

    1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upaya Pengembangan Kompetensi

    Pedagogi Guru

    Dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, khususnya

    meningkatkan kompetensi pedagogi dalam proses belajar mengajar, maka

    faktor-faktor yang mempengaruhi sekaligus sebagai kendala yang dihadapi,

    antara lain sebagai berikut (Anisa,2014:72):

    1. Latar Belakang Pendidikan Guru

    Guru yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan telah

    mendapatkan bekal pengetahuan tentang pengelolaan kelas, proses

    belajar mengajar dan lain sebagainya, sedangkan guru yang belum

    mengambil pendidikan keguruan, dia akan merasa kesulitan untuk dapat

    meningkatkan kualitas keguruannya.

    2. Pengalaman Guru Dalam Mengajar

    Bagi guru yang pengalaman mengajarnya baru beberapa tahun atau

    belum berpengalaman sama sekali, akan berbeda dengan guru yang

    berpengalaman mengajarnya telah bertahun-tahun.

  • 3. Kesehatan Guru

    Guru yang sehat akan dapat mengerjakan tugas-tugas sebagai guru

    dengan baik, karena tugas-tugas itu menuntut energi yang cukup banyak.

    Terganggunya kesehatan guru akan mempengaruhi kegiatan proses

    belajar mengajar, terutama dalam meningkatkan kompetensinya. Jasmani

    yang sehat harus didukung rohani yang sehat pula, dengan mental dan

    jiwa yang sehat maka guru dapat menjaga keseimbangan kebutuhan

    jasmani dan rohani.

    4. Penghasilan Guru

    Perbaikan kesejahteraan ekonomi akan menumbuhkan semangat

    kerja guru, sebaliknya ketika penghasilan atau gaji tidak mencukupi

    maka guru akan berupaya mencari tambahan penghasilan lain.

    5. Sarana Prasarana Pendidikan

    Sarana pendidikan yang kurang memadai sehingga dapat

    menghambat pencapain tujuan pembelajaran.

    6. Disiplin Dalam Bekerja

    Disiplin dalam lingkungan sekolah tidak hanya berlaku bagi siswa

    saja akan tetapi perlu diterapkan bagi kepala sekolah dan pegawai juga.

    Demikian juga disiplin kerja bagi guru sebagai salah satu pelaku

    pendidikan di sekolah.

    7. Pengawasan Kepala Sekolah

    Pengawasan kepala sekolah bertujuan untuk pembinaan dan

    peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan para guru dan

  • bersikap fleksibel dengan memberi kesempatan kepada guru

    mengemukakan masalah yang dihadapinya serta diberi kesempatan

    kepada guru untuk mengemukakan ide demi perbaikan dan peningkatan

    hasil pendidikan.

    2. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam

    Penggunaan strategi dalam proses belajar mengajar sangat

    diperlukan untuk mempermudah proses tersebut sehingga dapat mencapai

    hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses belajar mengajar tidak

    akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit

    tercapai secara optimal. Bagi pengajar/guru, strategi dapat dijadikan

    pedoman dan acuan sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi

    peserta didik (pengguna strategi pembelajaran) dapat mempermudah

    proses belajar (Hardini dan Puspita, 2012:59)

    Strategi adalah sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang

    diimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan, berupa:

    1. Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut.

    2. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang atau ditetapkan sendiri

    oleh sang pemimpin atau yang diterimanya dari pihak atasanya yang

    m