status snh nul

32
STATUS NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI I. Identitas Pasien Nama : Ny. M Jenis Kelamin : perempuan Umur : 68 thn Alamat : Pasapen Agama : Islam Suku : Sunda Status Perkawinan : menikah Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT Tanggal masuk RS : 01 September 2013 No CM : 891035 II. Anamnesa (allonamnesis) (tanggal 06 september 2013) Keluhan Utama Lemah pada lengan dan tungkai kanan Keluhan tambahan Susah berbicara dan sesak

Upload: rina-nur-apriyanti-chuabbie

Post on 08-Apr-2016

63 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cgfgfgfg

TRANSCRIPT

Page 1: Status Snh Nul

STATUS NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Jenis Kelamin : perempuan

Umur : 68 thn

Alamat : Pasapen

Agama : Islam

Suku : Sunda

Status Perkawinan : menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Tanggal masuk RS : 01 September 2013

No CM : 891035

II. Anamnesa (allonamnesis)

(tanggal 06 september 2013)

Keluhan Utama

Lemah pada lengan dan tungkai kanan

Keluhan tambahan

Susah berbicara dan sesak

Riwayat Penyakit Sekarang

Page 2: Status Snh Nul

Pasien datang ke IGD RSUD 45 Kuningan dengan keluhan lengan dan

tungkai kanan lemah sejak 2 jam SMRS, keluhan dirasakan timbul secara

mendadak pada saat setelah bangun tidur dan bicara mulai susah

Menurut keluarga pasien mengeluh pusing.selain itu pasien merasa

mual tetapi tidak sampai muntah.menurut keluarga,pasien tidak

mengalami pingsan semenjak keluhan ini terjadi. Keluarga pasien

mengatakan pasien tidak pernah terjatuh dan atau terbentur kepalanya.

Menurut keluarga pasien BAK dan BAB tidak ada keluhan, Kemudian

karena keluhan yang dirasakan pasien semakin berat, maka keluarga

pasien memutuskan untuk berobat ke RSUD 45 Kuningan unutk

dilakukan perawatan lebih lanjut

Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut keluarga pasien, Keluhan lengan dan tungkai lemah ini

pernah dirasakan pasien tetapi tanpa ada keluhan sulit bicara.

Sebelumnya pasien memiliki riwayat Hipertensi tidak terkontrol dan

penyakit DM serta pernah dicurigai memiliki penyakit jantung

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga mengaku tidak ada yang mengalami hal yang serupa dengan

pasien, riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma dan

alergi disangkal

Riwayat Habituasi

Pasien tidak merokok,tidak mengkonsumsi alkohol maupun kopi.

Pasien jarang berolahraga, pasien jarang mengkonsumsi sayur sayuran

Page 3: Status Snh Nul

III. Pemeriksaan Fisik (Tanggal 06 September 2013 )

Status Generalis

1. Keadaan Umum : tampak lemah

2. Kesadaran : somnolen

3. Vital sign

Tekanan darah : 170/100 mmHg

Nadi : 102 x/menit

Respirasi : 26 x/menit

Suhu : 36,6º C

4. Kepala

Bentuk : normochepal

Rambut : hitam lurus, distribusi merata

Wajah : asimetris bibir tertarik kekanan

Mata : pupil bulat isokor 3mm, edema kelopak mata (-/-),

CA (-/-), SI (-/-), exopthalmus (-/-), endopthalmus (-/-), ptosis (-/-),

reflek cahaya direk indrek (+/+)

Telinga : normal, tes pendengaran tidak dilakukan

Hidung : dalam batas normal

Mulut/lidah : bibir kering (-), lidah simetris tidak menyimpang

ke satu sisi, eutrofi lidah, fasikulasi (-)

5. Leher

Jejas tidak ada

Pembesaran kelenjar tidak ada

6. Thorak

Pulmo

Inspeksi : dinding dada simetris, gerakan dada kanan

simtris

Palpasi : vokal fremitus dextra = sinistra

Perkusi : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Page 4: Status Snh Nul

Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi : teraba di sela iga V 1 cm lateral garis midklavikula

sinistra

Perkusi : tidak dilakukan

Askultasi : bunyi jantung 1-2 reguler, gallop (-), murmur (-)

7. Abdomen

Inspeksi : dinding abdomen datar

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, supel, hepar lien tidak teraba

membesar

Perkusi : Timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

8. Anogenital

Tidak dilakukan pemeriksaan

9. Ekstremitas

Superior : akral hangat, edema (-/-)

Inferior : akral hangat, edema (-/-)

Status neurologik

Meningeal sign

Kaku kuduk : negatif

Brudzinski I : tidak dilakukan

Brudzinski II : tidak dilakukan

Brudzinski III : tidak dilakukan

Kernig sign : tidak dilakukan

Laseque sign : tidak dilakukan

Perangsangan radikuler

Cross laseque test : tidak dilakukan

Lhermitte test : tidak dilakukan

Nafzinger test : tidak dilakukan

N. Craniales

Page 5: Status Snh Nul

Nervus I Olfaktorius

Tidak dilakukan pemeriksaan

Nervus II Optikus

Ketajaman penglihatan (visus) : tidak dilakukan

Lapang pandang : tidak dilakukan

Fundus okuli : tidak dilakukan

Nervus III Okulomotorius

Ptosis : (-/-)

Gerakan bola mata keatas dalam : (+/+) normal

Gerakan bola mata medial : (+/+) normal

Gerakan bola mata kebawah luar : (+/+) normal

Pupil : ukuran ; (3mm/3mm),

bentuk ; bulat, isokor

Ref. Cahaya direk : (+/+) normal

Ref. Cahaya indirek : (+/+) normal

Reflek akomodasi : (+/+) normal

Diplopia : (-/-)

Nervus IV Trochlearis

Gerak bola mata ke bawah dalam : (+/+) normal

Strabismus divergen : (-/-)

Diplopia : (-/-)

Nervus V Trigeminus

Reflek kornea : tidak dilakukan

Sensibilitas opthalmik : tidak dilakukan

Sensibilitas maxilla : tidak dilakukan

Sensibiltas mandibula : tidak dilakukan

Membuka mulut (deviasi rahang bawah) : tidak ada deviasi

Jaw reflek : (+)

Nervus VI Abdusens

Gerak bola mata ke lateral : (+/+) normal

Strabismus konvergen : (-/-)

Diplopia : (-/-)

Nervus VII Fasialis

Page 6: Status Snh Nul

Kerutan dahi : (+) simetris

Mengangkat alis : (+/+) simetris

Memejamkan mata : (+/+) simetris

Menyeringai : simetris

Daya kecap Sensasi rasa 2/3 anterior lidah : tidak dilakukan

Mendengar suara berbisik : tidak dilakukan

Tes rinne : tidak dilakukan

Tes Weber : tidak dilakukan

Tes Schwabach : tidak dilakukan

Nervus IX Glossopharyngeal

Arkus faring : tidak dilakukan

Uvula : tidak dilakukan

Sensasi 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan

Disatria : tidak dilakukan

Reflek gag ; tidak dilakukan

Menelan : tidak dilakukan

Nervus X vagus

Memalingkan kepala : tidak dilakukan

Mengangkat bahu : tidak dilakukan

Trofi otot bahu : tidak dilakukan

Nervus XII Hypoglossus

Sikap lidah : simetris, mencong (-)

Artikulasi : sulit dinilai (afasia)

Tremor lidah : (-)

Menjulurkan lidah : (+) simetris

Trofi otot lidah : eutrofi

Fasikulasi lidah : (-)

Sistem motorik

Page 7: Status Snh Nul

Badan :

Px. m. erektor spina : tidak dilakukan

Px. otot dinding perut : tidak dilakukan

Extrmitas superior :

Nyeri tekan : (-/-)

Kontur otot : eutrofi (+ = +)

Tonus otot : normal (+ = +)

Kekuatan otot (gerakan aktif) : (1/5)

Ekstrmitas inferior :

Nyeri tekan : (-/-)

Kontur otot : eutrofi (+ = +)

Tonus otot : normal ( + = +)

Kekuatan otot (gerakan aktif) : (2/5)

Gerakan involunter :

Tremor : (-)

Distonia : (-)

Spasme : (-)

Tic : (-)

Fasikulasi : (-)

Sistem sensorik

Eksterossptif :

rasa nyeri : (+)

rasa raba : (+)

rasa suhu : tidak dilakukan

Proprioseptif

Page 8: Status Snh Nul

Rasa gerak dan rasa sikap : tidak dilakukan

Rasa getar : tidak dilakukan

Rasa – raba – kasar (rasa tekan) : tidak dilakukan

Rasa – nyeri – dalam : tidak dilakukan

Reflek fisiologis

Reflek dalam ( fisiologis)

Reflek glabela : tidak dilakukan

Reflek rahang bawah : tidak dilakukan

Reflek biceps : (<< / + )

Reflek triceps : ( << / + )

Reflek brakhioradialis : ( << / + )

Reflek ulna : tidak dilakukan

Reflek fleksor jari-jari : tidak dilakukan

Reflek-dalam dinding perut : tidak dilakukan

Reflek patella : ( << / + )

Reflek tendon achilles : (<< / + )

Reflek supeficialis

Reflek kornea : tidak dilakukan

Reflek dinding perut superficialis : tidak dilakukan

Reflek kremaster : tidak dilakukan

Reflek anus superficialis : tidak dilakukan

Reflek patologis

Page 9: Status Snh Nul

Reflek Babinski : ( + / - )

Chaddock : ( - / - )

Gordon : ( - / - )

Oppenheim : ( - / - )

Gonda : ( - / - )

Schaefer : ( - / - )

Hoffman trommer : ( - / -)

Fungsi keseimbangan dan koordinasi

Tes romberg : tidak dilakukan

Disdiakokinesia : tidak dilakukan

Telunjuk – hidung : tidak dilakukan

Jari jari : tidak dilakukan

Tumit – lutut : tidak dilakukan

Rebound phenomenon : tidak dilakukan

Fungsi vegetatif

Miksi : (+) normal

Defekasi : (+) normal

Fungsi luhur

Bahasa : baik

Orientasi : sulit dinilai (afasia)

Memori : baik

Emosi : baik

IV. Pemeriksaan Penunjang

Page 10: Status Snh Nul

Laboratorium (02 – 09 – 2013)

Hb : 11,4 gr/dl

Ht : 35,9 %

Leukosit : 10.100/mm3

Trombosit : 262.000/mm3

Gula darah sewaktu : 332 mg/dl

SGOT : 45 U/l

SGPT : 51 U/l

Ureum : -

Kreatinin : 1,5

Na : 136

K : 4,4

Cl : 108

Tanggal 03-09-2013 :

kolesterol total : 227 mg/dl

HDL kolesterol : 69 mg/dl

LDL kolesterol : 125 mg/dl

Trigliserida : 164 mg/dl

Asam urat : 8,1 mg/dl

Ct- scan ( 05 – 09 – 2013 )

Page 11: Status Snh Nul

Infark lobus pariental kiri

Page 12: Status Snh Nul

Diagnosa fungsional : hemiparese dextra + afasia motorik e.c stroke

infark

Diagnosa anatomis : infark lobus pariental sinistra

Diagnosa etiologi : oklusi sistem a.karotis interna sinistra e.c

aterotrombotik dengan resiko hipertensi,hiperglikemi,hiperlipidemia

V. Penatalaksanaan

Medikamentosa

IVFD asering 12 jam

Tromboaspilet 2x1

Citicolin 500mg 2x1 amp

Ranitidin 2x1 amp

Amlodipin 1x 5 mg

Furosemid 1 x 5 mg

Metformin 1 x 580 mg

Rosuvastatin 20mg 1x1

Allopurinol 1x100mg

Non medikamentosa

Tirah baring

Diet rendah garam, kolesterol, asam urat

Edukasi : Rubah pola gaya hidup : konsumsi sayuran,olahraga

Rencana untuk fisioterapi

VI. Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

VII. Follow up

9-09-2013

Page 13: Status Snh Nul

Keluhan : lengan dan tungkai kanan masih tampak lemas

Kesadaran : Compos mentis,

Vital sign : TD : 160/90 mmHg

Nadi : 90x/menit, HR = nadi reguler

RR : 24x/menit

Suhu : 36,7o C

Px fisik: kepala, leher, thorak, abdomen dalam batas normal

Px neurologis: Parese N.VII dan N.XII sinistra central (sudah mulai

bicara)

Kekuatan otot (1/5), (2/5)

Reflek patologis babinski :Eks. Superior (+/-)

Hasil laboratorium : GDS 327

*perbaikan TD, berbicara dan penurunan GDS

Page 14: Status Snh Nul

PEMBAHASAN

Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi

otak secara fokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan

yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler

(WHO 1983). Stroke merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi, yang

berdasarkan laporan tahunan 2006 di RSSA angka kematian ini berkisar antara

16,31% (462/2832) dan menyebabkan 4,41% (1356/30096) pasien dirawat

inapkan. Angka-angka tersebut tidak membedakan antara stroke iskemik dan

hemoragik. Di negara lain seperti Inggris dan Amerika, sebagian besar stroke

yang dijumpai pada pasien (88%) adalah jenis iskemik karena penyumbatan pada

pembuluh darah, sedangkan sisanya adalah stroke hemoragik karena pecahnya

pembuluh darah1.

Stroke Non Hemoragik (iskemik dan infark) adalah gangguan peredaran darah

pada otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga

menimbulkan infark/ iskemik. Umumnya terjadi pada saat penderita istirahat.

Tidak terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya baik. Stroke non-hemoragik

terjadi karena penurunan aliran darah sampai di bawah titik kritis, sehingga terjadi

gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak. Bila hal ini lebih berat dan

berlangsung lebih lama dapat terjadi infark dan kematian. Berkurangnya aliran

darah ke otak dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya thrombus, emboli yang

menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya pengaliran darah oleh

sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi, asistol). Stroke non-hemoragik

lebih sering dijumpai daripada yang hemoragik, diagnosis mudah ditegakan, yaitu

timbulnya deficit neureologik secara mendadak (misalnya hemiparesis), dan

kesadaran penderita umumnya tidak menurun2,3.

Page 15: Status Snh Nul

Hiperlipidemia :

Peningkatan kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas normal,

kondisi ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko stroke,

merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung

koroner. Kadar kolesterol total >200mg/dl, LDL >100mg/dl, HDL <40mg/dl,

trigliserida >150mg/dl dan trigliserida >150mg/dl akan membentuk plak di dalam

pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Menurut Dedy Kristofer (2010),

dari penelitianya 43 pasien, di dapatkan hiperkolesterolemia 34,9%,

hipertrigliserida 4,7%, HDL yang rendah 53,5%, dan LDL yang tinggi 69,8%.

Tingginya kadar kolesterol dalam darah akan menyebabkan pengendapan

kolesterol pada dinding pembuluh darah, yang mengakibatkan pembuluh darah

menjadi sempit, keras dan kaku karena kehilangan sifat elastisitasnya. Kadar

kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor yang memacu timbulnya penyakit

pembuluh darah termasuk pembuluh darah di otak dan merupakan faktor

timbulnya stroke.

Hiperurisemia

Hiperurikemia juga sebagai prediktor kejadian hipertensi dan penyakit

jantung. Peningkatan kadar asam urat pada penderita hipertensi juga

meningkatkan

mortalitas dan morbilitas penyakit kardiovaskuler. Peningkatan kadar asam urat

secara independen merupakan prediktor untuk stroke dan kematian pada penderita

Diabetes mellitus. Pada sindroma metabolik peningkatan kadar asam urat

bertanggung jawab dalam terjadinya disfungsi endotel.

Page 16: Status Snh Nul

Hemiparesis, terjadi jika lesi di a.cerebri media (ACM) dan a.cerebri

anterior (ACA). ACM memperdarahi lobus temporal yang mengatur motorik

lengan, sedangkan ACA memperdarahi lobus frontal yang mengatur motorik

tungkai

Parese N.VII, pada gangguan central, skitar mata dan dahi yang mendapat

persarafan dari dua sisi tidak lumpuh, yang lumpuh ialah bagian bawah dari

wajah. Bagian inti motorik yang mengurus bagian wajah bagian bawah mendapat

persarafan dari korteks motorik konralateral, sedangkan yang mengurus wajah

bagian atas mendapat persarfan dari kedua sisi kortek motorik (bilatreal).

Karenanya kerusakan sesisi pada UMN dari nervus VII (lesi pada traktus

piramidalis atau korteks motorik) akan mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot

bagian bawah, sedangkan bagian atasnya tidak. Penderitanya masih dapat

mengangkat alis, mengerutkan dahi dan menutup mata (persarafan bilateral, tetapi

ia kurang dapat mengangkat sudut mulut ( menyeringain memperlihatkan gigi

geligi) pada sisi yang lumpuh bila disuruh.

Parese N. XII, ganguan pada N.XII dapat terjadi karena lesi supranuklir,

nuklir atau infranuklir. Lesi supranuklir (=sentral , UMN) dapat terjadi karena

krusakn dikorteks, atau traktus piramidalis (di kapsula interna dan batang otak),

misalnya oleh karena gangguan perdaran otak. Dalam hal ini didaptkan

kelumpuhan otot lidah tanpa adanya atropi (infarnuklir) dan fasikulasi.

Reflek, reflek neurologis bergantung pada suatu lengkungan (lengkung

reflek) yang terdiri dari atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem

eferen yang mengaktifasi organ efektor, serta hubungan antara kedua komponen

ini. Misal reflek tendon lutut (patella) timbul karena adanya rangsang (ketokan),

reseptor, serabut eferen, dan efektor (otot). Hal ini dinamakan lengkung reflek.

Bila lengkung ini rusak maka reflek akan hilang. Selain lengkungan tadi

Page 17: Status Snh Nul

didapatkan pula hubungan dengan pusat yang lebih tinggi diotak yang tugasnya

memodifikasi reflek tersebut. Bila hubngan dengan pusat yang lebih tinggi ini

terputus, misalnya pada kerusakan pada sistem piramidal, hal ini akan

mengakibatkan reflek meninggi. Reflek yang meninggi tidak selalu berati adanya

gangguan patologis, tetapi bila rflek pada sisi kanan berbeda pada sisi kiri, besar

sekali kemungkinan bahwa hal ini disebabkan oleh keadaan patologis

Pemberian cairan isotonis Asering karena pasien mengalami gangguan

homeostatis dan harus segera diberikan infus asering untuk mengembalikan

keseimbangan air dan elektrolit pasien.

Komposisi : Per L: Na 130 meq, K 4 meq, Cl 109 meq, Ca 3 meq, acetate 28 meq.

Indikasi : Asering : Terapi cairan pengganti untuk kondisi kehilangan cairan

secara akut.

Dosis : individual

Kontra indikasi : Penderita gagal jantung kongestif, kerusakan ginjal, edema paru

yang disebabkan oleh retensi Na & hiperproteinemia. Penderita hipernatremia,

hiperkloremia, hiperkalemia, hiperhidrasi.

Efek samping : Demam, infeksi, pada tempat injeksi, trombosis pada vena atau

Injeksi Citicoline (Brainact®)

Komposisi : Citicoline Amp 500 mg/4 mL

Page 18: Status Snh Nul

Indikasi : Gangguan kesadaran yang menyertai kerusakan atau cedera serebral,

trauma serebral, operasi otak, dan infark serebral. Mempercepat rehabilitasi

tungkai atas dan bawah pada pasien hemiplegia apopleksi.

Dosis : Gangguan kesadaran karena cedera kepala atau operasi otak 100-500 mg

1-2x/hr secara IV drip atau injeksi. Gangguan kesadaran karena infark serebral

1000 mg 1x/hr secara injeksi IV. Hemiplegia apopleksi 1000 mg 1x/hr secara oral

atau injeksi IV

Pemberian obat : Berikan pada saat makan atau diantara waktu makan

Efek samping : hipotensi, ruam, insomnia, sakit kepala, diplopia.

Mekanisme Kerja :

Citicoline meningkatkan kerja formatio reticularis dari batang otak,

terutama system pengaktifan formatio reticularis ascendens yang

berhubungan dengan kesadaran.

Citicoline mengaktifan system pyramidal dan memperbaiki kelumpuhan

system motoris.

Citicoline menaikkan konsumsi O2 dari otak dan memperbaiki metabolism

otak.

Injeksi citicoline 2×1 sebagai neuroprotektor yang dapat meningkatkan

aliran darah dan konsumsi oksigen di otak pada pengobatan gangguan serebro

vaskular sehingga dapat memperbaiki gangguan kesadaran

Injeksi Ranitidin

Page 19: Status Snh Nul

Komposisi : Ranitidine HCl Amp 50 mg/2 mL

Indikasi : Ulkus peptikum, ulkus gaster non maligna. Kondisi hipersekresi

patologis.

Dosis : Ulkus duodenum 150 mg 2x/hr atau 300 mg 1x/hr pada malam hari.

Pencegahan kekambuhan ulkus 150 mg sebelum tidur.  Sindroma Zollinger

Ellison 150 mg 3x/hr.

Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan

Efek samping : Sakit kepala, pusing, gangguan GI, ruam kulit.

Interaksi obat : Mengurangi bersihan dari warfarin, prokaii danamide, N-acetil

prokainamid. Meningkatklan absorpsi dari midazolam, menurunkan absorpsi dari

cobalamin.

Rosuvastatin 20 mg/tab

Indikasi : Hiperkolesterolemia primer atau dislipidemia sebagai terapi tambahan

terhadap diet dan olahraga. Menurunkan kadar kolesterol total LDL, trigliserida,

dan meningkatkan HDL.

Dosis : Awal 5-10 mg 1x/hr, baik pada pasien yang belum pernah mendapat terapi

statin atau pasien yang menjalani pergantian terapi dari penghambat HMG-CoA

reduktase lain, bila perlu dosis dapat ditingkatkan s/d tingkat dosis berikutnya

sesudah 4 minggu. Lanjut Usia >70 tahun dan pasien dengan faktor predisposisi

Page 20: Status Snh Nul

miopati Awal 5 mg. Pasien dengan gagal ginjal berat (bersiha kreatinin <30

ml/mnt yang tidak menjalani hemodiallisis Awal 5 mg 1x/hr maks 10 mg 1x/hr.

Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Kontra indikasi : Penyakit hati aktif termasuk peningkatan persisten kadar

transaminase serum 3x dari batas atas nilai normal, miopati, pengguanaan

bersama dengan siklosporin, wanita usia subur, hamil, dan laktasi.

Efek samping : Sakit kepala, pusing, konstipasi, mual, nyeri abdomen, mialgia,

astenia.

Interaksi obat : Antagonis vitamin K, gemfibrosil dan obat penurun lemak lain,

siklosporin, antasida, eritromisin, kontrasepsi oral, atau terapi sulih hormon.

Mekanisme kerja : Rosuvastatin bekerja secara kompetitif menghambat 3-

hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A (HMG-CoA) reduktase, enzim yang

sangat berperan dalam katalisasi biosíntesis colesterol.

Rencana edukasi :

Gunakan obat ini pada  malam hari kecuali dinyatakan lain oleh dokter

atau apoteker.

Obat ini sangat efektif jika digunakan bersama dengan olah raga dan diet

mengurangi asupan makanan yang mengandung kolesterol (lemak) dan

lemak jenuh.

Pasien disarankan untuk segera  memberitahukan  dokter jika mengalami

nyeri otot, nyeri tekan (tenderness) dan kelemahan yang tidak dapat

dijelaskan.

Page 21: Status Snh Nul

Tes laboratorium diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal ini

dilakukan.

Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan

dokter

Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu

dokter yang merawat. Ini termasuk sediaan herbal atau suplemen makanan

yang lain

Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat  setelah ingat.

Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat

berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda.

Jika lebih dari satu kali dosis terlewat,  mulai kembali  pengobatan seperti

awal dan mintalah nasehat dokter pada kunjungan berikutnya.

Allopurinol bekerja menurunkan produksi asam urat dengan cara

penghambatan kerja enzim yang memproduksinya, yaitu enzim xantin oksidase.

Selain bermanfaat menekan produksi asam urat, allopurinol juga memiliki efek

positif dalam melawan kolesterol “jahat” dalam tubuh. Dengan demikian, obat ini

merupakan pilihan yang lebih baik bagi pasien penderita kelebihan asam urat

yang juga menderita penyumbatan arteri koroner.

Metformin adalah zat antihiperglikemik oral golongan biguanid untuk

penderita diabetes militus tanpa ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme

kerja metformin yang tepat tidak jelas, walaupun demikian metformin dapat

memperbaiki sensitivitas hepatik dan periferal terhadap insulin tanpa

menstimulasi sekresi insulin serta menurunkan absorpsi glukosa dari saluran

Page 22: Status Snh Nul

lambung-usus. Metformin hanya mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan

hiperglikemia serta tidak menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat

tunggal.

Furosemid adalah diuretik kuat (air pil) yang digunakan untuk

menghilangkan air dan garam dari tubuh. Di ginjal, garam (terdiri dari natrium

dan klorida), air, dan molekul kecil lainnya yang biasanya akan disaring keluar

dari darah dan masuk ke dalam tubulus ginjal. Akhirnya cairan yang disaring

menjadi air seni. Sebagian besar natrium, klorida dan air yang disaring dari darah

diserap ke dalam darah sebelum cairan disaring menjadi air kencing dan

dihilangkan dari tubuh. Furosemide bekerja dengan menghalangi penyerapan

natrium, klorida, dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan yang mendalam output urin (diuresis).