staf penyusun prof. dr. siti morin sinaga, m.sc., apt · tata tertib praktikum laboratorium...

22
PENUNTUN PRATIKUM ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN I Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.AppSc., Apt LABORTORIUM BIOKIMIA/ KBM FAKULTAS FARMASI UNUVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 05-Oct-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

PENUNTUN PRATIKUM

ANALISIS MAKANAN

DAN MINUMAN I

Staf penyusun

Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.AppSc., Apt

LABORTORIUM BIOKIMIA/ KBM

FAKULTAS FARMASI

UNUVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Page 2: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

1

PRAKTIKUM ANALIS MAKANAN DAN MINUMAN I

LABORATORIUM BIOKIMIA/KIMIA BAHAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BIODATA MAHASISWA

NAMA :

NIM :

KELAS :

GRUP :

PROGRAM STUDI :

Page 3: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

2

TATA TERTIB PRAKTIKUM

LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa harus memahami teori dan tata kerja

dari percobaan yang akan dilakukan.

2. Maasiswa yang akan mengikuti praktikum harus memakai baju praktikum

3. Setiap kali mengikuti praktikum mahasiswa harus mengisi daftar hadir, apabila

berhalangan hadir harus membawa surat keterangan yang sah mengenai

ketidakhadirannya.

4. Mahasiswa harus mengikuti semua percobaan yang telah ditentukan.

5. Sebelum melakukan percobaaan, mahasiswa harus meyerahkan laporan

praktikum yang sudah berisi: pendahuluan, tinjauan pustaka, metode percobaan

dan daftar pustaka dari percobaan yang akan dilaksanakan, sebagai syarat untuk

masuk laboratorium sedangkan, hasil, pembahasan, kesimpulan dan saran

diselesaikan segera setelah mahasiswa selesai melakukan percobaan. Setelah

laporan lengkap, laporan diserahkan kepada asisten yang bertugas dan

mahasiswa berhak mengikuti responsi akhir.

6. Semua data praktikum dicatat dalam buku (bagian lembar pertama) yang akan

digunakan selama praktikum dan dikembalikan dalam keadaan bersih dan baik.

7. Mahasiswa dilarang meninggalkan laboratorium tanpa izin dari asisten yang

bertugas dan mahasiswa diperbolehkan pulang setelah ada izin dari asisten.

8. Mahasiswa dilarang makan, minum, merokok, ribut serta kegiatan lain yang

tidak berhubungan dengan kegiatan praktikum di laboratorium dan selama

praktikum harus menjaga kebersihan.

Medan, Februari 2019

Penyusun

Page 4: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

3

I. MINYAK DAN LEMAK

1. BILANGAN PENYABUNAN

Prinsip:

Bilangan penyabunana dapat dipergunakan untuk menentukn berat molekul

minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C

pendek berarti mempunyai berat molekul relative kecil akan mempunyai angka

penyabunan relative kecil. Sebaliknya minyak dengan berat molekul besar

mempunyai angka penyabunan relative kecil.

Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

menyabunkan sejumlah tertentu minyak atau lemak.

Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai jumlah milligram kalium hidroksida yang

dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak.

Pereaksi:

HCL 0,5 N yang sudah distandarisasi

Indikator fenolftalein 1% dan alcohol 95%

Kalium hidriksida beralkohol

Cara pembuatan:

1. Tempatkan lag 5-10 gram KOH dalam labu 2 L dan ditambahkan 1-1,5 L etil

alcohol 95%.

2. Refluks dengan menggunakan kondensor dan penangas air selama 30-60 menit.

3. Larutkan 40 gram KOH dalam 1 L alcohol yang sudah didestilisasi, tempatkan

dalam botol berwarna gelap.

Peralatan:

Erlenmeyer 300 ml

Pendingin tegak

Penangas air

Pemanas Listrik

Page 5: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

4

Cara Kerja:

1. Timbang 5 gram minyak atau lemak dalam Erlenmeyer 300 ml.

2. Tambahkan 50 ml KOH beralkohol

3. Hubungkan Erlenmeyer yang telah berisi minyak dan KOH beralkohol dengan

pendingin tegak. Refluks dengan menggunakan hot plate sempai semua minyak

tersabunkan sempurna, yaitu sampailarutan bebas dari butiran lemak. Biasanya

membutuhkan waktu 1 jam. Larutan didinginkan dan bagian dalam pendingin

tegak dibilas dengan akuades.

4. Tambahkan 1 ml indicator fenolftalein

5. Titrasi dengan HCL 0.5 N sampai warna merah jambu hilang

6. Buat penetapan blanko yaitu seperti perlakuan diatas hanya tanpa sampel

Perhitungan:

Bilangan Penyabunan =(Tb -Ts) x N HCL x BM KOH

berat (gram) sampel

Keterangan:

Tb = Titer Blanko

Ts = Titer Sampel

BM KOH = 56,1

Reaksi:

Page 6: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

5

2. BILANGAN ASAM

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk

menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.

Bilangan asam ini menyatakan jumlah asam lemak bebas yang terkandung

dalam minyak/lemak, biasanya dihubungkan dengan proses hidrolisa minyak/lemak

yang berkaitan dengan mutu minyak/lemak.

Minyak Asam Lemak Terbanyak Bobot Molekul

Kelapa Sawit Palmitat C16H32O2 256

Jagung Linoleat C18 H32O2 278

Kelapa Laurat C12H24O2 200

Pereaksi:

KOH 0,1 N

Indikator fenolftalein 1%

Alkohol 95% netral

Peralatan:

1. Erlenmeyer 300 ml

2. Penangas air

3. Buret

Cara Kerja:

1. Timbang 20 gram minyak atau lemak dalam Erlenmeyer.

2. Tambahkan 50 ml KOH alcohol 95% netral, panaskan sampai mendidih (±10

menit) dalam penangas air sambal diaduk.

3. Tittasi dengan KOH o,1 N menggunakan indikator fenolftalein sampai bentuk

warna merah jambu.

Perhitungan:

Bilangan asam = ml KOH x N KOH x BM KOH

berat (gram) sampel

Page 7: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

6

Kadar asam = ml KOH x N KOH x M

berat (gram) sampel x10

Keterangan:

M = Bobot molekul asam lemak

Page 8: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

7

II. REAKSI UJI PROTEIN

1. PENGENDAPAN PROTEIN DENGAN GARAM ANORGANIK

Prinsip:

Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam larutan protein ditambahkan

garam anorganik. Pengandapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk

menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul

protein untuk mengikat air. Karena garam organik lebih kuat mengikat air, maka

jumlah air yang bersedia untuk molekul protein berkurang.

Pereaksi:

Ammonium sulfat

Pereaksi Millon (150 g/1 larutan merkuri sulfat dalam 15% v/v asal sulfat)

Pereaksi Biuret ( Campurkan larutan NaOH 0,1 M dan larutan CuSO4 1%)

Peralatan:

Tabung reaksi

Plat tetes

Spatula

Pipet tetes

Beaker gelas

Cara Kerja:

1. Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat, dengan cara

penambahan ammonium sulfat kristal sedikit demi sedikit, aduk hingga larut.

Tambahkan dan aduk lagi garam ammonium sulfat sehingga sedikit garam

ammonium yang tertinggal tidak larut lagi ( terbentuk larut lewat jenuh ), lalu

disaring.

2. Uji kelarutn endapan dengan pereaksi Millon dan pada filtratny tambahkan

pereaksi biuret.

Page 9: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

8

2. UJI KOAGULASI

Prinsip:

Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi.

Pada pHisoelektrik( pH laruran tertentu biasanya berkisar 4-4,5) dimana protein

mempunyai muatan positif maupun muatan negatif sama, sehingga saling

menetralkan. Kelarutan protein sangat menurun atau terjadi pengendapan protein.

Pada tempetaratur diatas 60oC kelarutan protein akan berkurang karena pada

temperatur yang tinggi energi kinetic molekul protein meningkat sehingga terjadi

getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan dari struktur sekunder, tersier dan

kuartener yang menyebabkan koagulasi.

Pereaksi:

Asam asetat 1M

Pereaksi Biuret ( Campurkan larutan NaOH 0,1 M dan larutan CuSO4 1%)

Akuades

Peralatan:

Tabung reaksi

Plat tetes

Beaker gelas

Penangas air

Cara Kerja:

1.Kedalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan protein ditambahkan 2 tetes asam

asetat 1 M.

2. Letakkan tabung kedalam air mendidih selama 5 menit.

3. Ambil endapan dan ujilah kelarutan dalam air dan pereaksi biuret.

Page 10: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

9

3. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL

Prinsip:

Protein Dapat diendapkan dengan penambahan alcohol. Pelarut organic akan

mengubah ( mengurangi ) konstanta dielektrika air, sehingga kelarutan protein

berkurang karena alcohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air.

Pereaksi:

HCL 0,1 M

NaOH 0,1 M

Buffer Asetat 1 M ( pH 4,7 )

Etanol 96%

Peralatan:

Tabung reaksi

Pipet tetes

Beaker gelas

Gelas ukur

Cara Kerja:

1.sediakan 3 tabung reaksi da nisi masing-masing tabung reaksi dengan 5 ml larutan

protein ( putih telur ).

2. Kedalam setiap tabung ditambahkan:

Tabung 1: 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 96%

Tabung 2: 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml etanol 96%

Tabung 3: Buffer Asetat dan 6 ml etanol 96%

3. Diamati pada tabung mana yang paling banyak terbentuk endapan, dengan

membandingkan ketiga tabung tersebut.

4. Ambil endapan yang terbentuk pada masing-masing tabung, uji kelarutannya

dengan penambahan 10 ml akuades.

Page 11: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

10

4. DENATURASI PROTEIN

Prinsip:

Denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan

garam atau bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah.

Dengan perkataan lain denaturasi adalah terjadi kerusakan struktur skunder, tersier,

dan kuartener, tetapi struktur primer ( ikatan peptide ) masih utuh.

Pereaksi:

HCL 0,1 M

NaOH 0,1 M

Buffer Asetat 1 M ( pH 4,7 )

Peralatan:

Tabung reaksi

Gelas ukur

Batang pengaduk

Cara Kerja:

1. sediakan 3 tabung reaksi da nisi masing-masing tabung reaksi dengan 5 ml larutan

protein ( putih telur ).

2. Kedalam setiap tabung ditambahkan:

Tabung 1: 1 ml HCl 0,1 M

Tabung 2: 1 ml NaOH 0,1 M

Tabung 3: Buffer Asetat

3. tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada

temperature kamar.

4. Diamati pada tabung mana yang paling banyak terbentuk endapan dengan

membandingkan ketiga tabung tersebut.

5. Lanjutkan percobaan diatas terhadap tabung 1 dan 2 dengan menambahkan 10 ml

buffer asetat, amati perubahan yang terjadi.

Page 12: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

11

III. PENETAPAN KADAR VITAMIN C

1. Metode Iodimetri dan Iodometri

Prinsip:

Vitamin C ( asam aksorbat ) dioksidasi oleh iodium menjadi

dehidroasamaksorbat. Jumlah ekivalen iodium sama dengan jumlah ekivalen vitamin

C.

Pereaksi:

Blender

Peralatan untuk titrasi

Labu takar

Cara Kerja:

1. Dihancurkan 200-300 gram dalam blender.

2. Timbang 10-30 gram masukkan kedalam labu takar dan tambahkan air sampai

garis tanda. Saring atau sentrifuge untuk memisahkan filtratnya.

3. ambil 5-25 ml filtrat, masukkan dalam Erlenmeyer, tambahkan 2 ml indicator

amilum 1% dan air 2 ml kalua perlu.

4. Titrasi dengan laruan iodine 0,01 N.

Reaksi:

L- asam askorbat L- dehidro asam askorbat

1 mol iodine = 2 ekivalen

1 mol vitamin C = 2 ekivalen vitamin C = ( 1 ekivalen C = 88 gram vitamin C

Page 13: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

12

1 ml 0,01 N iodine = 0,01 mek iodine = 0,01 mek vitamin C = 0,88 mg

Catatan:

Satu mol suatu zat tidak selalu bereaksi dengan satu mol zat lain, tetapi satu

ekivalen suatu zal selalu bereaksi dengan satu ekivalen zat lain.

Perhitungan:

Tiap 1 ml 0,01 N Iodine = 0,88 mg asam askorbat

Kadar vitamin C (mg/100gram) = ml x N iodine yang digunakan (0,01) x

100x P

berat (gram) sampel

Keterangan:

P = Faktor Pengenceran

N = Normalitas

Misal :Jika volume dari sampel dibuat menjadi 100 ml, kemudian diambil

sebanyak 25 ml, maka factor pengenceran (P) = 100/25 = 4

Page 14: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

13

IV. PENETAPAN TOTAL ASAM TERTITRASI

Prinsip:

Berdasarkan metode netralisasi asam basa dengan metode alkalimetri, dimana

asam-asam organic yang ada pada sampel akan dinetralkan dengan titrasi oleh basa

(NaOH 0,1 N) dengan menggunakan indicator fenolftalein .

Bahan:

Buah-buahan segar, sirup, jelly, dan jus.

Persiapan Sampel:

1. Buah-buahan segar: 25-50 gram sampel dihancurkan dalam blender dengan

menambahkan air secukupnya. Bilas blender dengan air dan campur dengan

larutan sampel. Didihkan selama 1 jam dan masukkan ke labu takar 250 ml,

tambahkan air sampai garis tanda.

2. Sirup dan jelly: 25-50 gram sampel msukkan dalam labu takar, tambahkan air

sampai garis tanda (250 ml)

3. Jus: Aduk rata hingga homogen, saring dengan kapas. Untuk jus segar: peras buah

dengan bagus dan homogen, lalu saring. Ambil 10 gram larutaan, tambah air

sampai 250 ml.

Pereaksi:

Larutan standar NaOH 0,1 N

Indikator fenolftalein 0,1 % dalam alkohol

Peralatan:

Peralatan untuk titrasi

Blender

Cara Kerja:

1. Dititrasi 10-25 ml sampel dengan NaOH 0,1 N dengan 3 tetes indikator.

2. Bila larutan berwarna cukup pekat, titrasi sampai mendekati titik akhir. Ambil 2-3

ml larutan yang dititrasi, masukkan ke labu takar, tambahkan 20 ml air. Amati

warna yang terjadi (warna merah jambu). Jika warna belum terbentuk, masukkan

Page 15: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

14

larutan yang diperiksa kedalam larutan yang sedang dititrasi kemudian dititrasi

dilanjutkan sampai titik akhir tercapai.

3. Jika titik akhir sulit ditentukan, ulangi tahap no. 2.

4. Nyatakan hasilnya sebagai ml NaOH 0,1 M/100 gram bahan atau 100 ml larutan.

Total asam tertitrasi = N/10 x V x 100

Volume sampel (ml)

Keterangan:

v = Volume NaOH yang digunakan (ml)

N = Normalitas NaOH yang digunakan

Page 16: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

15

V. PENENTUAN KADAR CASEIN

Casein merupakan protein yang terdapat dalam susu. Hampir 80% protein

dalam susu terdiri dari casein disamping laktalbumin dan laktoglobulin.

Pereaksi:

Asam asetat 1 N dan 0,25 N

NaOH 0,1 N

Formaldehid 40%

Indicator fenolftalein

Peralatan:

Beaker glass

Corong

Buret

Penangas air

Cara kerja:

1. Dimasukkan 20 ml sampel kedalam beaker glass, panaskan di penangas air

pada suhu 40oC. Bila digunakan sampel susu kental, diencerkan dengan

akuades perbandingan 1 : 2 dan susu bubuk ditambahkan akuades

perbandingan 1: 9.

2. Tambahkan 1,5 ml asam asetat 1 N, diaduk homogen dan didiamkan selama

20 menit. Tambahkan lagi 4,5 ml asam asetat 0,25 N (untuk mencapai pH

isoelektrik dari casein), diaduk dan didiamkan selama 1 jam.

3. Dekanter ke dalam corong dengan kertas saring. Cuci endapan dengan

akuades sampai cucian bersifat netral.

4. Kemudian kertas saring dan endapan dimasukkan kedalam beaker semula dan

ditambahkan akuades sampai endapan volume 20 ml

5. Tambahkan 4 ml larutan NaOH 0,1 N, panaskan diatas penangas air sampai

larut seperti susu dan didinginkan sampai suhu 21-24oC, teteskan 3 tetes

fenolftalein

6. Tambahkan 4 ml formaldehid 40% (warna rose hilang), titrasi dengan NaOH

0,1 N samapi terbentuk warna rose.

Page 17: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

16

Kadar casein = ml NaOH x 0,9%

Catatan :

Protein bersifat amfoter sehingga sulit dititrasi sebagai asam ataupun sebagai

basa. Supaya dapat dititrasi sebagai asam, maka sifat basa dari gugus amina dapat

dihilangkan dengan mereaksikannya dengan formaldehid sehingga ion H+ dapat

dititrasi dengan NaOH.

Reaksi :

+H3N COO- + 2 HCOH (HOCH2)2NH+

COO-

Protein Formaldehid

(HOCH2)2NH+ COO-+ NaOH (HOCH2)2N COO- + Na+

+ H2O

Page 18: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

17

VI. SUSU DAN HASIL OLAHANNYA

Susu segar, susu mentah adalah cairan yang berasal dari kambing, sapi yang

sehat, diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tidak mengalami penambahan

atau pengurangan suatu komponen apapun, tidak boleh mengandung bahan tambahan

makanan dan sisa antibiotik.

Apabila dilakukan pengujian reduktase, perubahan warna biru metilen

sempurna dalam waktu tidak kurang 4 jam kadar lemak susu tidak kurang dari 3%.

Pereaksi:

Biru metilen 1%

Indikator fenolftalein 1% dalam alkohol

NaOH 0,1 N

Bahan:

Susu segar

Susu pasteurisasi

Cara kerja:

1. Pemeriksaan secara organoleptis

Pemeriksaan warna, baud an rasa

2. Pemeriksaan secara fisik

a. Masukkan sampel ke dalam gelas ukur. Amati apakah ada pemisahan atau

tidak

b. Masukkan 10 ml sampel kedalam tabung reaksi dan panaskan tabung

reaksi dan panaskan dalam penangas air (temperatur 70%). Apakah dalam

waktu singkat kelihatan gumpalan, maka susu tidak bermutu baik.

3. Uji Biru Metilen

Biru metilen bila tereduksi akan menyebabkan warna biru berubah

menjadi putih. Biru metilen akan tereduksi bila bakteri yang ada dalam

sampel susu menggunakan oksigen yang terdapat dalam susu, yang telah

dicampur dengan metilen biru. Perubahan warna dari biru ke putih berarti

Page 19: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

18

bahan didalam susu terdapat banyak bakteri. Semakin banyak bakteri dalam

susu, perubahan warna semakin cepat.

a. Masukkan 1 ml larutan biru metilen 1% ke dalam masing-masing 4

tabung reaksi.

b. Tambahkan 10 ml sampel susu ke dalam masing-masing tabung reaksi,

tutup dengan kapas yang didapatkan atau dengan penutup karet.

c. Kemudian, tempatkan tabung reaksi tersebut diatas penangas air pada

suhu 36oC atau diatas rak pada suhu kamar.

d. Amati warna susu setelah 30 menit dan lakukan pengamatan warna setiap

1 jam berikutnya.

e. Pada setiap pengamatan susu yang telah berwarna biru dibalik sampai

warna biru merata.

f. Catatlah waktu reduksi secara keseluruhan antara pembalikan terakhir

dengan kehilangan warna.

Contoh Perhitungan Waktu Reduksi

Jika susu masih berwarna biru setelah 1,5 jam. Semua warna biru hilang

setelah 2,5 jam. Waktu reduksi susu = 0,8 x 2,5 jam = 2 jam

Mutu Susu Berdasarkan Waktu Reduksi

Kelas mutu susu berdasarkan waktu reduksi yang ditentukan dengan uji biru

metilen adalah sebagai berikut:

Kelas 1 : Paling baik, terjadi perubahan warna setelah 8 jam

Kelas 2 : Baik, terjadi perubahan warna setelah 6 jam tetapi lebih cepat dari 8 jam

Kelas 3 : Cukup terjadi perubahan warna setelah 2 jam tetapi lebih cepat dari 6 jam

Kelas 4 : Jelek, terjadi perubahan warna sebelum 2 jam

4. Penentuan Derajat Keasaman

Derajat keasaman adalah jumlah milliliter basa 0,25 N yang dapat menetralisir

100 ml susu.

a. Pada 25 ml sampel susu tambahkan 10 tetes indicator fenolftalein

b. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda

Derajat asam = 100

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙) 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 ×

𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑂𝐻

0,25

Page 20: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

19

Karakteristik Susu Segar

Warna : Putih keabu-abuan

Rasa : Sedikit manis

Bau : Normal (khas susu)

Bobot jenis : 1,028-1,035

pH : 6,5

Kadar air : 88,3%

Kadar laktosa : 4,3%

Kadar protein : 3,2%

Kadar lemak : 3,5%

Hasil Olahan Susu

1. Susu pasteurisasi

2. Persyaratan waktu reduksi : tidak kurang dari 5 jam

3. Susu steril

4. Susu UHT (Ultra High Temperature)

5. Susu evaporasi

6. Susu skim evaporasi

7. Susu kental manis

8. Susu bubuk

9. Es krim

10. Yogurt

11. Mentega

12. Keju

Page 21: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

20

VII. ANALISIS ZAT PEWARNA SINTESIS

Prinsip :

Serat wol digunakan untuk analisis zat warna karena sifatnya dapat

mengabsorpsi zat warna baik yang asam maupun yang basa. Dengan mengamati

perubahan warna dari benang wol yang telah dicelupkan dalam berbagai

pereaksi, jenis pewarna dapat ditentukam.

Pereaksi :

HCl encer

NaOH 10%

HCl pekat

H2SO4 pekat

NH4OH 12%

Peralatan :

Lempeng tetes (spot plate)

Pipet Tetes

Cara Kerja :

1. Diasamkan 30-50 ml sampel cair sedikit dengan larutan HCl encer. Jika

padatan, campur 25 gram sampel dengan air, kemudian homogenkan, lalu

diambil 30-50 ml di atas.

2. Masukkan benang wol (20 cm) kedalam larutan, didihkan selama 30 menit.

3. Angkat benang wol, cuci dengan air dingin. Keringkan, dipotong menjadi 4

bagian.

4. Tempatkan keempat potongan benang wol diatas lempeng tetes, kemudian

masing-masing potongan ditetesi dengan NaOH 10%, HCl pekat, NH4OH

dan H2SO4 pekat

5. Amati perubahan warna yang terjadi, bandingkan dengan standar daftar

warna di dalam Lampiran 1

Page 22: Staf penyusun Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt · TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Sebelum praktikum

21

VIII. PENENTUAN KADAR GLUKOSA

Ditimbang seksama sampel padat yang mengandung kira-kira 100 mg

glukosa yang tidak mengandung reduktor lainnya, dilarutkan di dalam 50 ml air

suling di dalam erlenmeyer bertutup. Ditambahkan 25 ml iodium 0,1 N dan 10 ml

larutan natrium karbonat 14,3% ditutup dan dibiarkan selama 30 menit ditempatkan

yang gelap. Kemudian ditambahkan 15 ml asam klorida encer dan iodium yang

tersisa dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai terjadi warna kuning

lemah. Ditambahkan lagi indicator kanji sampai warna biru hilang. Dilakukan titrasi

blanko. Tiap ml iodium 0,1 N setara dengan 9,9185 mg glukosa.