spm obsgyn-koreksi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Editan SPM RSTRANSCRIPT
KETUBAN PECAH PREMATUR ( KPD )
KETUBAN PECAH PREMATUR ( KPP ) - ACCBATASAN
Ketuban Pecah Prematur adalah kondisi dimana ketuban pecah namun 1 jam kemudian tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan
ETIOLOGI
1. Korio amnionitis, menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh
2. Inkompetensia serviks, yakni kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri ( akibat persalinan atau tindakan kuret )
3. Kelainan Letak, sehingga tidak ada bagian terendah anak yang menutup PAP yang dapat mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah
4. Trauma, yang menyebabkan tekanan intra uterin ( intra amniotik ) mendadak meningkatTANDA DAN GEJALA1. Anamnesa
Keluarnya cairan seperti air seni lewat jalan lahir (pervaginam) Perlu diperhatikan bahwa saat ketuban pecah ditentukan berdasarkan anamnesis pasti tentang kapan ketuban pecah. Tapi bila anamnesis tidak pasti, maka saat ketuban pecah adalah saat penderita masuk kamar bersalin 2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Keluar cairan pervaginam
b. Inspekulo
Bila fundus ditekan atau bagian terendah digoyangkan, keluar cairan dari osteum uteri dan terkumpul pada forniks posterior
c. Pemeriksaan dalam ( VT )
Ada cairan dalam vagina. Selaput ketuban bisa ada atau tidakd. Pemeriksaan tambahan, adalah dengan kertas lakmus yang akan berubah warna dari lakmus merah menjadi biru
PEMERIKSAAN PENUNJANG UltrasonografiUntuk menilai kesejahteraan janin ( termasuk jumlah cairan amnion )PENATALAKSANAAN
1. Bila kehamilan Aterm
a. Diberikan antibiotik
b. Observasi suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24 jam. Bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi
c. Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam tidak ada tanda-tanda inpartu, dilakukan terminasi
2. Bila kehamilan Prematur
a. BB > 1500 gram
Inj. Ampisilin 3-4 x 1 gr/ hr ( iv ) selama 2 hari dan inj. Gentamicin 60-80 mg 2-3 x/ hr selama 2 hari Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru ( Betametason 12 mg ( iv ) 2x selang 24 jam
Observasi 2 x 24 jam. Kalau belum inpartu segera terminasi Observasi suhu rektal tiap 3 jam. Bila ada kecenderungan meningkat > 37,6 oC, segera terminasi
Bila diperlukan dirujuk ke RS yang lebih tinggi
b. BB < 1500 gram
Observasi 2 x 24 jam
Observasi suhu rektal tiap 3 jam
Pemberian antibiotik dan dan kortikosteroid dapat/ tidak dapat diberikan. Tapi pada keadaan ini tidak terlalu memberikan keuntungan sebab janin jauh dari viable dan hanya memberikan efek masking VT selama observasi tidak dilakukan, kecuali ada his atau inpartu
Bila suhu rektal meningkat > 37,6 oC segera terminasi
Bila dalam 2 x 24 jam cairan tidak keluar, pikirkan USG untuk menilai jumlah air ketuban. Bila jumlah air ketuban cukup kehamilan dilanjutkan. Perawatan dapat dilakukan sampai 5 hari. Bila jumlah air ketuban minimal segera terminasi
Bila 2 x 24 jam ketuban masih tetap keluar, segera terminasi
Bila konservatif, kepada penderita diberi edukasi :
1. Segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda demam atau keluar cairan lagi2. Tidak boleh berhubungan badan ( coitus )
3. Tidak boleh manipulasi vaginal
3. Terminasi yang dimaksud adalah :
a. Induksi persalinan dengan memakai drip oksitosin ( 5 IU/ 500 cc D5 ) bila persyaratan memenuhi
b. Seksio sesar, bila persyaratan untuk drip oksitosin tidak terpenuhi ( ada kontra indikasi ), atau drip oksitosin gagal4. Yang perlu diperhatikan pada KPP yang di lakukan induksi adalah :
a. Bila 12 jam belum ada tanda-tanda awal persalinan dengan atau belum keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal dan persalinan diselesaikan dengan seksio sesar
b. Bila dengan 2 botol drip oksitosin dengan tetesan maksimum belum inpartu atau belum keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal dan persalinan diselesaikan dengan seksio sesar
5. KPD yang sudah inpartu :a. Evaluasi, setelah 12 jam harus keluar dari fase laten. Bila belum keluar dari fase laten, dilakukan akselerasi persalinan dengan drip oksitosin atau terminasi dengan seksio sesar bila ada kontra indikasi untuk drip oksitosin
b. Bila pada fase laten didapatkan tanda-tanda fase laten memanjang maka dilakukan akselerasi persalinan dengan drip oksitosin atau terminasi dengan seksio sesar bila ada kontra indikasi drip oksitosinKOMPLIKASI1. Infeksi intra uterine 2. Tali pusat menumbung
3. Persalinan preterm ( prematur )
4. Amniotic Band Syndrome yaitu kelainan bawaan akibat ketuban pecah sejak hamil muda
HIPEREMESIS GRAVIDARUM - ACCBATASAN
Adalah keadaan dimana penderita hamil mengalami muntah-muntah yang berlebihan lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat sehingga mempengaruhi kondisi umum penderitaGEJALA KLINIS1. Muntah-muntah dengan frekuensi lebih dari 10 kali dalam 24 jam
2. Perasaan tenggorokan kering dan rasa haus
3. Kulit dapat menjadi kering, jika terjadi dehidrasi
4. Berat badan menurun dengan cepat
PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Darah rutin dan kimia darah atas indikasi ( SGOT/ SGPT )2. Urine lengkapPENATALAKSANAANa. Rawat inap penderitab. Rehidrasi parenteral ( D5% atau RL)
c. Pemberian obat-obatan : Roborantia : Vitamin B-6 10-25 mg 3-4 x/hari Anti emetik : Metoklopramid 3 x 5-10 mg peroral Dimenhidrinat 50-100 mg peroral diberikan 4-6 jam Ondansetron 3 x 4-8 mg peroral atau iv Penetral asam lambung
d. Observasi keseimbangan cairan perhari
KOMPLIKASI
1. Bila ringan tidak ada komplikasi
2. Bila berat menyebabkan dehidrasi PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA - ACCBATASAN1. Preeklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan TRIAS gejala yaitu hipertensi, edema dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera setelah persalinan2. Eklampsia adalah patologi kehamilan dimana terjadi TRIAS gejala tersebut di atas disertai kejang atau komaGEJALA KLINIS1. Preeklampsia Ringan
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg < 160/ 110 mmHg Proteinuria < 0,3 gr/ liter dalam 24 jam ( atau kualitatif ++ ) Terdapat edema pretibia, dinding perut, lumbosakral dan wajah/ tangan2. Preeklampsia berat
Peningkatan tekanan darah > 160/110 mmHg
Proteinuria > 5 gr/ liter dalam 24 jam ( atau kualitatif ++++ ) Edema anasarka
Oliguria ( jumlah urine < 500 cc/ 24 jam ) atau disertai kenaikan kadar kreatinin darah
Adanya gejala-gejala impending eklampsia yakni gangguan visus, gangguan serebral, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia
Adanya sindroma HELLP ( Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets )
3. Eklampsia
Terdapat tanda-tanda preeklampsia berat tersebut diatas Kejang dan atau koma
Kadang-kadang disertai dengan gangguan fungsi organ Eklampsia dibagi atas :
Eklampsia klasik dan Eklampsia krusial. Pembedaannya dalam tabel dibawah iniEKLAMPSIA
Eklampsia KlasikEklampsia Krusial
Jumlah Kejang 2 kali 4 kali
Nadi< 90 x/m 96 x/m
Tekanan darah< 150/90 mmHg 150/90 mmHg
Respirasi 20 x/m 28 x/m
Temperatur 37,5 oC 38 oC
KesadaranCompos mentisMenurun
Status KardiologiNormalPayah jantung
Status ParuNormalEdema paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Darah lengkap ( Hb, PCV, Trombosit )2. LFT ( SGOT/ SGPT ) dan RFT3. Urine lengkap, esbach dan kualitatif
4. ULtrasonografi ( menilai kesejahteraan janin )
PENATALAKSANAAN1. Preeklampsia Ringan
Perawatan dapat dilakukan dengan rawat jalan
Banyak istirahat ( berbaring atau tidur miring )
Diet sedapat mungkin tinggi protein, rendah karbohidrat
Rutin dilakukan pemeriksaan penilaian kesejahteraan janin dengan USG
Obat-obatan yang dapat diberikan adalah bersifat roborantia
Bila diperlukan, dapat diberikan aspirin dosis rendah 1x sehari sampai trimester ketiga kehamilan ( berfungsi sebagai anti agregasi )
Dirawat inapkan bila cenderung menuju gejala preeklampsia berat dan penilaian kesejahteraan janin cenderung jelek Evaluasi :
a. Jelek : terminasi kehamilan dengan SC ( pada kehamilan 30-32 minggu )
b. Ragu-ragu : dilakukan evaluasi ulang sehari kemudian
c. Baik : dirawat dan kemudian dapat dipulangkan bila kehamilan prematur. Bila aterm dgn skor pelviks matang ( > 5 ) dapat dilakukan induksi drip oksitosin. Namun bila belum matang dapat dipulangkan dan kontrol setelah 1 minggud. Terminasi kehamilan juga dikerjakan bila didapatkan tanda impending eklampsia pada ibu hamil tersebut
2. Preeklampsia Berat
Perawatan Konservatifa. Indikasinya adalah umur kehamilan < 34 minggu ( estimasi BJ < 2000 gram ) tanpa tanda impending eklampsiab. Tirah baring
c. Infus RL atau RD5 60-125 cc/ jam
d. Pemberian anti kejang.
Anti kejang yang digunakan adalah MgSO4 konservatif.
Dosis awal : MgSO4 40% 8 gram atau 50% 10 gram, diberikan secara intra muskular pada bokong kanan DAN kiri, dengan pemberian bergantian pada waktu bersamaan ( masing-masing 10 cc )
Dosis Ulangan : MgSO4 40% 4 gram, diberikan secara intra muskular pada bokong kanan ATAU kiri, secara bergantian
( setiap pemberian 10 cc )
Antidotumnya adalah Kalsium glukonas, diberikan secara intra vena.
Pemberiannya 1 x 24 jam setelah rawat inap.
e. Obat anti hipertensi
Dapat diberikan Nifedipin 3x 5-10 mg peroral. Bila TD > 180/ 110 mmHg, dapat diberikan secara sublingual ( cukup 1x saja )f. Evaluasi fungsi hati, ginjal, produksi urine, kesejahteraan janin, jumlah cairan ketuban, gerakan janin, dllg. Diet tinggi protein rendah karbohidrat
h. Perawatan konservatif dikatakan gagal bila :
Ada tanda-tanda impending eklampsia
Kenaikan progresif tekanan darah
Ada sindroma HELLP
Ada kelainan fungsi ginjal ( oliguria )
Penilaian kesejahteraan janin jelek
Perawatan Aktif
a. Prinsipnya adalah kehamilan aterm ataupun preterm, apabila ada gejala atau tanda-tanda impending eklampsia maka harus diberi perawatan aktif ( dengan MgSO4 aktif )b. Tirah baring
c. Infus RL atau RD5 60-125 cc/ jam
d. Pemberian anti kejang.
Anti kejang yang digunakan adalah MgSO4 aktif, karena akan dilakukan terminasi kehamilan
Dosis awal : MgSO4 20% 4 gram, diberikan secara intra vena dan intra muskular pada bokong kanan DAN kiri, dengan pemberian bergantian pada waktu bersamaan ( 20 cc diberikan intra vena selama 15 menit dan 20 cc lainnya pada bokong kanan DAN kiri
Dosis Ulangan : MgSO4 40% 4 gram, diberikan secara intra muskular pada bokong kanan ATAU kiri, secara bergantian
( setiap pemberian 10 cc )
Antidotumnya adalah Kalsium glukonas, diberikan secara intra vena.
Pemberiannya 1 x 24 jam sebelum dan sesudah terminasi kehamilan.
e. Obat anti hipertensi
Dapat diberikan Nifedipin 3x 5-10 mg peroral. Bila TD > 180/ 110 mmHg, dapat diberikan secara sublingual ( cukup 1x saja ) atau metildopa 3 x 250 mg
f. Tetap evaluasi kesejahteraan janin dan skor pelviksg. Pada pemberian MgSO4 untuk dosis ulangan, syaratnya adalah :
Refleks patella ( + )
Respirasi > 16 x/ menit
Urine sekurang-kurangnya 150 cc/ 6 jam
3. Eklampsia
Prinsip terapi :
1. Eklampsia Klasik adalah mengutamakan pemberian anti konvulsan ( anti kejang ). Dan obat anti Konvulsan yang digunakan adalah MgSO42. Eklampsia krusial adalah mengutamakan keselamatan ibu
Terapi Eklampsia adalah :
a. Pemberian oksigen 2-4 l/ mnt, Lindungi pasien dari kemungkinan trauma dan baringkan pasien pada sisi kiri untuk menghindari resiko aspirasib. Infus RL atau RD5 60-125 cc/ jamc. Inj. Furosemide 40-80 mg ( iv ). Diberikan bila ada tanda oliguria, yang dapat diikuti pertimbangan pemberian dopamin dosis rendah ( 3 g/menit/kg ) dengan tujuan meningkatkan perfusi jaringan melalui stimulasi reseptor dopmin pada ginjald. Pemberian Digoksin 0,25-0,5 mg ( 1-2 ampul iv )
e. Pemberian Morfin bila diperlukanf. Terapi suportif lain : Antibiotik ( Ampicilline 4 x 500 mg iv atau cephalosporin, yakni cefotaxime 3 x 1 gram iv )
Inj. Dexamethason 1 ampul iv tiap 6 jam
Setelah menilai tanda vital serta menentukan jenis Eklampsia, berikan :
MgSO4 aktif
Lakukan terminasi kehamilan
Tabel Vital Sign Score
1 2 3 4
Tekanan DarahS : 200 - < 100
D : 110 - < 50
( Berat )S : 140-200
D : 90-110
( Sedang )S : 100-140
D : 50-90
( Ringan )
Nadi 120 x/menit100-120 x/menit80-100 x/menit
Temperatur 40 oC38,5-40 oC 38,4 oC
Pernapasan40 x/menit atau
< 16 x/menitIreguler atau abnormal pattern29-40 x/menit16-28 x/menit
Tingkat klesadaranGCS 3-4GCS 5-7GCS 8
Penilaian :
Total skor 10 : akhiri persalinan
Total skor 9 atau ada nilai 1, sebanyak 2 atau lebih konsul
Total skor 8 : tunda persalinan. Dan bila selama 6 jam tidak ada perbaikan pertimbangkan persalinan perabdominal
Yang perlu diperhatikan :
1. Ukur keseimbangan cairan, hati-hati overload
2. Pasang kateter urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuri3. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/ jam, hentikan pemberian MgSO4 dan berikan cairan NaCl 0,9 % atau RL dengan kecepatan tetesan 1 liter/ 8 jam
4. Pantau kemungkinana edema paru
5. Observasi tanda-tanda vital dan denyut jantung janin tiap jam
6. Jika terjadi edema paru berikan injeksi Furosemid 40 mg IV sekali sajaPERSALINAN
Persalinan harus diusahakan segera setelah pasien stabil
1. Periksa serviks, jika matang lakukan pecah ketuban dan induksi dengan oksitosin atau prostaglandin ( misoprostol )2. Jika persalinan tidak bisa diharapkan dalam 12 jam lakukan SC3. Jika DJJ < 100 atau > 180 X/ menit lakukan SC4. Jika servik belum matang dan janin hidup lakukan SC5. Jika janin mati atau terlalu kecil usahakan lahir pervaginam dengan matangkan serviks dengan misoprostol atau prostaglandinPERAWATAN PASCA PERSALINAN
1. Anti konvulsi diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan atau setelah kejang
2. Teruskan anti hipertensi jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg
3. Pantau produksi urin
4. Pantau tanda-tanda vital per jamPERDARAHAN POST PARTUM
BATASAN
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc setelah bayi lahir. Diklasifikasikan atas : 1. Perdarahan post partum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama sesudah kala III
2. Perdarahan masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas ( puerpurium ) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III
Ad. 1. PERDARAHAN POST PARTUM DINIPemeriksaan :
Tampak pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tampak darah keluar pervaginam terus-menerus
Pemeriksaan obstetri mungkin kontraksi uterus lembek dan atau uterus yang membesar, bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin dari jalan lahir
Sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti : Penggunaan anestesi umum
Solusio plasenta
Anemia Persalinan traumatis
Uterus yang terlalu meregang ( pada gmelli dan hidramnion )
Adanya cacat perut, tumor, anomali uterus
Partus lama
Grandemultipara Placenta previa
Persalinan dengan pacuan
Riwayat perdarahan pasca persalinan
Diagnosa banding : Atonia uteri
Luka jalan lahir
Retensio plasenta
Gangguan pembekuan darah
Pemeriksaan penunjang :
Darah rutin ( terutama Hb ) + golongan darahTerapi
Bila terjadi syok, atasi syok dengan pemberian cairan atau transfusi, atasi perdarahan dan berikan bantuan oksigen Bila tidak syok atau keadaan umum optimal segera cari sebab perdarahan
Pada Atonia Uterus : Masase uterus, segera berikan oksitosin dan atau ergometrin intra vena, bila perbaikan atau perdarahan berhenti lanjutkan oksitosin perinfus Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual, dan kemudian dipasang tampon, uterovaginal padat. Kalau cara ini berhasil dipertahankan selama 24 jam
Laparotomi dilakukan jika perdarahan tetap terjadi > 200 cc/jam, atau uterus tetap lembek, untuk meligasi a. uterina atau hipogastrik, bila tak mungkin baru dilakukan histerektomi
Retensio plasenta : Bila plasenta belum lahir lakukan manual plasenta dengan tarikan pada tali pusat/ bimanual Bila tak berhasil atau diperkirakan plasenta akreta maka dilakukan kuretase
Bila berhasil, lanjutkan drip oksitosin Luka jalan lahir : Segera lakukan reparasi
Gangguan pembekuan darah : Tentukan jenis kelainan darahnya, berikan transfusi plasma darah segar.
Tranfusi komponen darah bisa dilakukan sesuai dengan kelainannya
Komplikasi Syok hipovolemik KematianAd. 2. PERDARAHAN PADA MASA NIFASGejala Klinis : Perdarahan berulang dan tetap
Kadang-kadang panas karena infeksi
Kadang ditemukan tanda syok
Pemeriksaan obstetri : Fundus masih tinggi dan kontraksi uterus tidak baik
Pemeriksaan Ginekologi : Uterus masih membesar, lembek dan nyeri tekan. Kalau ada infeksi, tampak perdarahan pervaginam. Mungkin teraba sisa plasenta pada kavum uteri
Diagnosa banding : Subinvolusio
Retensio/ sisa plasenta
Pemeriksaan penunjang : Darah rutin ( terutama Hb ) + golongan darahTerapi : Perdarahan minimal cukup bedrest, uterotonika, kalau ada tanda infeksi diberi antibiotik dan kalau anemia diberi transfusi darah
Perdarahan banyak, terus-menerus, transfusi darah, cairan, antibiotika, kemudian kuretase
Dan bila tak berhasil lihat penatalaksanaan perdarahan post partum karena atonia uteri
Komplikasi : Syok SepsisSECTIO CAESARBATASANSuatu cara persalinan/ upaya untuk mengeluarkan janin dengan jalan insisi/ sayatan pada perut dan dinding rahim dengan syarat dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gr. Indikasi dilakukannya Sectio Caesar adalah : 1. Ibu
a. Panggul sempit absolut
b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
c. Stenosis servik/ vagina
d. Plasenta previa
e. CPD ( Cephalo Pelvix Disproportion )f. Ruptura uteri imminen
g. Perdarahan ante partum banyak oleh karena plasenta previa totalis atau letak rendah
2. Janin
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
c. Kelainan kongenital yang membuat persalinan pervaginam tidak memenuhi syarat
PERSIAPAN1. Ditegakkannya diagnosa
2. Informed consent
3. Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan meliputi darah rutin, golongan darah, HbSAg, CT, BTPELAKSANAAN 1. Pemilihan jenis anestesi
2. Tentukan turunnya kepala
3. Pemilihan jenis irisan abdominal
4. Pemilihan incisi uteri berdasarkan insisi sebelumnya transversal atau klasik
5. Tutup lapisan yang diinsisi
6. Eksplorasi kavum peritonii dan pastikan tidak ada perdarahan atau cidera
ABORTUS
BATASANBerakhirnya kehamilan pada umur kehamilan < 20 minggu atau berat janin < 500 gram. Diklasifikasikan atas :I. Menurut penggolongan jenis1. Abortus Spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya
2. Abortus Provokatus adalah abortus yang terjadi dengan disengaja
Abortus Provokatus Terapetikus adalah abortus yang sengaja dilakukan dengan alasan kehamilan membahayakan ibunya atau janin cacat
Abortus Provokatus Kriminalis adalah abortus yang sengaja dilakukan tanpa alasan medis yang yang sahII. Menurut derajat/ tingkat1. Abortus imminens adalah abortus yang membakat, ditandai dengan perdarahan pervaginam yang minimal, tetapi portio uteri ( kanalis servikalis ) masih tertutup 2. Abortus insipiens adalah abortus yang ditandai dengan pembukaan serviks yang kemudian diikuti dengan kontraksi uterus namun hasil konsepsi belum ada yang keluar3. Abortus inkompletus adalah abortus yang terjadi dimana telah ada pembukaan serviks dan sebagian hasil konsepsi sudah keluar ( plasenta ) sedangkan sebagian lagi masih tertahan di dalam rahim
4. Abortus kompletus adalah abortus yang terjadi dimana seluruh hasil konsepsi telah berada di luar5. Abortus infeksius adalah abortus yang mengalami infeksi6. Missed abortion adalah tertahannya hasil konsepsi yang telah mati di dalam rahim selama 89 minggu 7. Abortus habitualis adalah abortus spontan 3 kali atau lebih secara berturut-turutGEJALA KLINIS1. Perdarahan
Dapat berlangsung ringan sampai berat
2. Nyeri
Cramping pain yakni rasa nyeri seperti pada waktu haid di daerah supra simfisis, pinggang dan tulang belakang yang bersifat ritmis
3. Febris
Menunjukkan proses infeksi intra genital, disertai lochia berbau dan nyeri pada waktu pemeriksaan dalam4. Pemeriksaan ginekologisa. Inspeksi : perdarahan pervaginam, dengan volume bervariasi. Bisa disertai hasil konsepsi atau tidak. b. VT :tidak dilakukan bila belum yakin apakah jenis abortus imminens atau insipien. Bila ternyata abortus insipien, dilakukan pemeriksaan dalam untuk menilai pembukaan serviks.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Segera dilakukan bila perdarahan terlampau banyak atau klinis pasien tampak tidak bagus yakni : Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan USG dan radiologi jika diperlukan
PENATALAKSANAAN1. Abortus Imminens Tirah baring total sampai 2-3 hari bebas perdarahan
Tokolitik ( duvadilan, 3-5 hari ) Sedative, bila dibutuhkan
Luminal 2 x 30 mg sampai 2-3 hari bebas perdarahan atau diazepam 3 x 2 mg tab
Bila dalam 3-5 hari perawatan perdarahan tidak berkurang atau bahkan bertambah tentukan kembali diagnosanya
2. Abortus insipien
Bila hasil konsepsi sudah keluar, manual bersihkan stolsel yang tersisa
Bila hasil konsepsi inkomplit, dapat dilakukan stimulasi dengan oksitosin 10 unit dalam 500 ml D5%
Atau dapat dilanjutkan dengan kuretase Pasca kuretase diberikan metilergotaminmaleat 3 x 1 tab dan antibiotika selama 5 hari
3. Abortus kompletus
Tidak ada penanganan khusus, hanya perlu dipastikan bahwa tidak ada stolsel yang tersisa Kontrol 1 minggu
4. Abortus inkompletus
Bila keadaan umum baik tanpa perdarahan banyak lakukan kuretase terencana
Tetapi bila perdarahan banyak, perbaiki keadaan umum dan lakukan kuretase segera Pasca curetase diberikan metilergotaminmaleat 3 x 1 tab dan antibiotika selama 5 hari
5. Abortus infeksiosa
Terapi suportif tergantung keadaan umum pasien
Antibiotika ( dapat digunakan ampicillin 3 x 1 gr iv selama 3-5 hari, Gentamisin 2 x 80 mg, Metronidasol 2 x 1 gr Kuretase dilakukan jika temperatur tubuh telah normal
Bila dalam 7 hari temperatur tidak turun, kuretase tetap dilakukan untuk menghilangkan sumber infeksi
6. Missed abortion
Definisi :
Apabila janin yang telah mati bertahan didalam rahim selam 2 bulan atau lebih
2. Penanganan :
Pemeriksaan laboratorium : PDL, CT/ BT, fibrinogen
Bila hemostasis normal :
Kehamilan > 12 Minggu diberikan estradiol bensoat 2 X 20 mg IM selama 20\ hari, dipasang laminaria 24 jam, dilanjutkan drip oksitosin.
Bila hemostasis ada kelainan
Tranfusi darah segar sampai kadar fibrinogen > 120 mg%
Dilatasi dan kuretase dilakukan setelah hemostasis diperbaikiKEHAMILAN LEWAT WAKTU ( POST DATE )BATASAN
Kehamilan lewat waktu/ post date adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir ( HPHT ) yang dikuti ovulasi 2 minggu kemudian
GEJALA KLINIS
2 minggu setelah perkiraan persalinan, belum lahir/ belum menunjukkan tanda-tanda mau melahirkanPEMERIKSAAN P USG, untuk menilai jumlah cairan ketuban
Pemeriksaan darah rutin bila dibutuhkan
PENATALAKSANAANPrinsipnya adalah terminasi kehamilan sebelum mencapai usia kehamilan lebih dari 42 minggu. Namun sebelum dilakukan terminasi kehamilan, sebaiknya dinilai usia kehamilan tersebut melalui pemeriksaan ultrasonografi ( USG ), karena sering kesalahan terjadi pada perhitungan HPHT.
1. Bila belum lewat waktu ( menurut USG )Bila menurut pemeriksaan USG, usia kehamilan belum lewat waktu dan penilaian kesejahteraan janin baik maka tidak ada tindakan intervensi untuk terminasi kehamilan. Semata-mata menunggu adanya tanda-tanda mau melahirkan dari bumil
2. Bila telah melewati waktu ( menurut USG )
Siapkan untuk terminasi kehamilan. Terminasi dapat dilakukan dengan :
Induksi misoprostol
Dosis : tablet tiap 6-8 jam
Dilakukan apabila dinilai kematangan serviks belum mencapai 50 % atau lebih. Drip oksitosinDosis : 5 IU dalam 500 cc D5
Dilakukan bila induksi misoprostol tidak memberi banyak kemajuan. Pemberian drip oksitosin diberikan apabila skor pelviks > 6
SC
Dilakukan terutama bila ditemukan penilaian kesejahteraan janin jelek atau terjadi gawat janin.PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL( DYSFUNCTIONAL UTERINE BLEEDING )
BATASAN
Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan abnormal yang terjadi didalam atau diluar haid, oleh karena gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa disertai kelainan organik genitalGAMBARAN KLINIS
1. Perdarahan dapat terjadi setiap waktu dalam siklus haid2. Perdarahan dapat bersifat sedikit-sedikit, terus menerus atau banyak dan berulang-ulang
3. Paling sering dijumpai pada masa menarke atau masa perimenopause