spesifikasi teknis pekerjaan

20
1 | Spesifikasi Teknis Pekerjaan I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN Ruang lingkup standar ini meliputi pendahuluan, latar belakang, tujuan, lokasi pekerjaan, penjelasan teknis lingkup pekerjaan, peralatan, waktu pelaksanaan pekerjaan, tenaga pelaksana pekerjaan dan laporan pekerjaan dinyatakan selesai. II. PENDAHULUAN Dalam suatu pemetaan topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas 500 hektar untuk perencanaan pelabuhan, dibutuhkan laporan yang lengkap. Utamanya spesifikasi teknis pekerjaan. Spesifikasi teknis pekerjaan sangatlah penting dalam sebuah proyek atau pekerjaan, karena inilah dimana dijelaskan mengenai dasar-dasar dari teknis sebuah pekerjaan dalam sebuah proyek yang akan kita kerjakan. Untuk lebih jelasnya mengenai spesifikasi teknis sebuah pekerjaan, berikut saya tampilkan sebuah spesifikasi teknis pekerjaan pemetaan topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas 500 hektar untuk perencanaan pelabuhan yang ada di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. III. LATAR BELAKANG Peta topografi adalah peta rupa bumi, bisa disebut juga sebagai peta dasar sebuah perencanaan yang ada di suatu daratan, jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Peta topografi ini biasanya digunakan untuk keperluan perencanaan jalan, kota, pelabuhan dan lain-lain khususnya di suatu daratan. Peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah.

Upload: diyan-purnama-putra

Post on 21-Nov-2015

260 views

Category:

Documents


46 download

DESCRIPTION

Tata Laksana Proyek

TRANSCRIPT

  • 1 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

    Ruang lingkup standar ini meliputi pendahuluan, latar belakang, tujuan, lokasi

    pekerjaan, penjelasan teknis lingkup pekerjaan, peralatan, waktu pelaksanaan pekerjaan,

    tenaga pelaksana pekerjaan dan laporan pekerjaan dinyatakan selesai.

    II. PENDAHULUAN

    Dalam suatu pemetaan topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas

    500 hektar untuk perencanaan pelabuhan, dibutuhkan laporan yang lengkap. Utamanya

    spesifikasi teknis pekerjaan. Spesifikasi teknis pekerjaan sangatlah penting dalam sebuah

    proyek atau pekerjaan, karena inilah dimana dijelaskan mengenai dasar-dasar dari teknis

    sebuah pekerjaan dalam sebuah proyek yang akan kita kerjakan. Untuk lebih jelasnya

    mengenai spesifikasi teknis sebuah pekerjaan, berikut saya tampilkan sebuah spesifikasi

    teknis pekerjaan pemetaan topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas 500

    hektar untuk perencanaan pelabuhan yang ada di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.

    III. LATAR BELAKANG

    Peta topografi adalah peta rupa bumi, bisa disebut juga sebagai peta dasar sebuah

    perencanaan yang ada di suatu daratan, jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan

    detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Peta topografi ini

    biasanya digunakan untuk keperluan perencanaan jalan, kota, pelabuhan dan lain-lain

    khususnya di suatu daratan. Peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di

    samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi

    menunjukkan kontur bentuk tanah.

  • 2 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    Peta batimetri banyak digunakan untuk keperluan kelautan seperti pemetaan

    terumbu karang, navigasi pelayaran, penentuan daerah penangkapan ikan, pembangunan

    pelabuhan nelayan dan masih banyak lagi. Salah satu contoh penggunaan peta

    batimetri adalah untuk perancangan dermaga, peta batimetri digunakan untuk

    merencanakan penempatan dermaga pada kedalaman tertentu sesuai dengan spesifikasi

    kapal yang dapat bersandar. Ironisnya ketersediaan peta batimetri wilayah Indonesia

    masih dirasa kurang, baik dari segi luas wilayah cakupan maupun skala petanya. Hanya

    beberapa wilayah perairan di Indonesia memiliki peta batimetri yang cukup lengkap. Hal

    ini dikarenakan wilayah perairan Indonesia yang terlalu luas dan biaya yang terbatas

    dari pemerintah untuk melakukan pengukuran kedalaman laut.

    IV. TUJUAN

    Tujuan diadaknya pekerjaan pemetaan topografi dan batimetri untuk perencanaan

    pelabuhan yaitu untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci mengenai bentuk

    permukaan tanah secara umum yang dilengkapi dengan tampakan-tampakan khas, baik

    berupa unsur-unsur alami maupun unsur-unsur buatan dapat dipertanggung jawabkan

    secara teknis, dengan tujuan memberi informasi topografi suatu wilayah yang akan

    mendukung pengambilan keputusan secara tepat.

    V. LOKASI PEKERJAAN

    Lokasi pekerjaan terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di Provinsi Kalimantan

    Timur, Kota Samarinda. Kota Samarinda memiliki sungai besar dan panjang bernama

    Sungai Mahakam. Sungai Mahakam ini melewati banyak daerah-daerah terpencil mulai

  • 3 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    dari muara sungai hingga hulu sungai, Samarinda sebagai Ibu Kota Provinis menjadi

    pusat perdagangan.

    VI. PENJELASAN TEKNIS LINGKUP PEKERJAAN

    Dalam pemetaan topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas 500

    hektar memiliki metode-metode dan langkah kerja yang digunakan dalam pengukurannya

    sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan. metode-metode dan langkah kerja tersebut

    meliputi :

    6.1. Pekerjaan Topografi dan Batimetri

    Kegiatan pekerjaan pengukuran topografi dan batimetri meliputi :

    a. Pesiapan

    Persiapan Administrasi

    Persiapan administrasi antara lain berupa :

    1. surat tugas personil pelaksana, surat izin survei.

    2. hal-hal lain-lainnya yang diperlukan.

    Persiapan Teknis

    Persiapan teknis antara lain berupa :

    1. penyediaan peta kerja.

    2. penyediaan deskripsi titik ikat planimetris dan ketinggian yang

    telah ada di lokasi atau di sekitar lokasi pemetaan.

    3. orientasi lapangan.

    4. pemeriksaan kondisi fisik serta pemeriksaan kebenaran koordinat

    planimetris dan ketinggian titik ikat yang akan digunakan.

    5. penetapan titik ikat planimetris dan ketinggian yang akan

    digunakan.

  • 4 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    6. penentuan letak base camp.

    7. perencanaan jalur pengukuran.

    8. perencanaan letak pemasangan patok tetap.

    9. penyediaan patok tetap utama dan patok tetap bantu.

    10. penyediaan patok sementara.

    11. perencanaan sistem pemberian nomor patok sementara dan

    nomor patok tetap.

    12. penyediaan alat ukur yang sesuai dengan ketelitian yang telah

    ditetapkan.

    13. kalibrasi alat ukur.

    14. penyediaaan alat hitung.

    15. penyediaan formulir data ukur dan formulir data hitungan.

    16. persiapan lain yang diperlukan.

    Persiapan Managemen

    Persiapan managerial, antara lain berupa :

    1. pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan ganda.

    2. personil pembuatan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan,

    dengan status serta nama-nama pelaksana.

    3. pemberian pengarahan dan pemahaman pada personil pelaksana.

    4. penyusunan laporan pendahuluan.

    5. hal-hal lain yang diperlukan.

    b. Pengumpulan Data

    Penjelasan Teknis Pekerjaan Topografi

    Pemasangan Patok

    1. Patok refrensi

    2. Patok tetap

    3. Patok sementara

  • 5 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    Setiap patok dipasang masing-masing dengan letak dan jarak yang

    diperhitungkan terhadap kebutuhan pengukuran kerangka horizontal

    peta, kerangka vertikal peta, detail situasi. Semua patok yang

    dipasang dicat dengan sesuai jenisnya, diberi paku di atasnya, serta

    diberi nomor secara urut, jelas, dan sistematis.

    Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal

    1. Pengukuran Poligon Utama

    Bentuk poligon utama harus tertutup, Setiap sudut poligon utama

    diukur dengan universal teodolit dengan ketelitian yang telah

    ditentukan. Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu

    dilakukan kalibrasi teodolit. Setiap sudut poligon utama diukur

    dengan cara reiterasi sebanyak satu seri rangkap. Kesalahan

    penutup sudut poligon utama harus fn, dengan pengertian

    bahwa f adalah ketelitian alat dan n adalah banyaknya titik

    poligon utama. Jalur pengukuran poligon utama serta arah dan

    letak tiap sudut yang diukur harus dibuat sketsanya, sketsa jalur

    pengukuran poligon utama harus dilengkapi dengan arah utara.

    Kesalahan linier poligon utama harus d/f(d), dengan

    pengertian d adalah jumlah jarak dan f(d) kesalahan jarak,

    pengikatan koordinat planimetris dilakukan terhadap 2 titik ikat

    atau lebih, yang titik-titik ikat tersebut berada dalam satu sistem

    koordinat, maka sudut arah poligon menggunakan azimut titik

    ikatnya. Setiap lembar formulir data ukur poligon utama harus

    ditulis nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama pengukur, alat

    yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang digunakan,

  • 6 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat

    melakukan pengukuran.

    2. Pengukuran Poligon Cabang

    Jalur pengukuran poligon cabang melalui semua patok, yaitu

    dimulai dari salah satu patok utama kemudian berakhir di patok

    utama yang lain. Bentuk Poligon cabang adalah terbuka, dan

    terikat pada kedua ujungnya. Setiap sudut poligon utama diukur

    dengan universal teodolit dengan ketelitian yang telah

    ditentukan. Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu

    dilakukan kalibrasi teodolit. Setiap sudut poligon utama diukur

    dengan cara reiterasi sebanyak satu seri rangkap. Kesalahan

    penutup sudut poligon utama harus f"n, dengan pengertian

    bahwa f adalah ketelitian alat dan n adalah banyaknya titik

    poligon utama. Jalur pengukuran poligon cabang serta arah dan

    letak tiap sudut yang diukur harus dibuat sketsanya, Sketsa jalur

    pengukuran poligon cabang harus dilengkapi dengan arah utara.

    Kesalahan linier poligon utama harus d/f(d), dengan

    pengertian d adalah jumlah jarak dan f(d) kesalahan jarak,

    Sudut arah poligon cabang menggunakan azimut polygon utama.

    Setiap lembar formulir data ukur poligon cabang harus ditulis

    nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama pengukur, alat yang

    digunakan, merek dan nomor seri alat yang digunakan, tanggal

    dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat melakukan

    pengukuran.

  • 7 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    Pengukuran Kerangka Konrol Vertikal

    Kerangka vertikal diukur dengan metode waterpasing memanjang.

    jalur pengukuran waterpasing harus melalui semua patok poligon.

    Alat ukur waterpas yang digunakan harus jenis automatic level.

    Setiap akan melakukan pengukuran harus terlebih dahulu dilakukan

    kalibrasi alat ukur waterpas. Pelaksanaan pengukuran waterpasing

    harus dilakukan secara pergi-pulang. Rambu ukur yang digunakan

    harus mempunyai interval skala yang benar. Pada pengukuran setiap

    slag, usahakan agar alat ukur waterpas selalu berdiri di tengah-

    tengah di antara kedua rambu ukur. Setiap pembacaan rambu ukur

    harus dilakukan pada ketiga benang, yaitu benang atas, benang

    tengah, dan benang bawah. Jumlah slag dalam tiap seksi pengukuran

    diusahakan genap. Jalur pengukuran waterpasing dan arah

    pembacaan tiap slag harus dibuat sketsanya. Sketsa jalur pengukuran

    waterpasing harus dilengkapi dengan arah utara. Selisih antara

    jumlah beda tinggi hasil pengukuran pergi dengan jumlah beda tinggi

    hasil pengukuran pulang dalam tiap seksi harus fmmD, dengan

    pengertian bahwa f adalah ketelitian alat dan D adalah panjang seksi

    dalam satuan kilometer. Setiap lembar formulir data ukur

    waterpasing harus ditulis nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama

    pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang

    digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada

    saat melakukan pengukuran.

    Pengukuran Situasi

    Pengukuran situasi dilakukan dengan metode tachymetri, Setiap akan

    melakukan pengukuran harus terlebih dahulu dilakukan kalibrasi

  • 8 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    total station. Batas Areal di tepi kiri dan di tepi kanan yang diukur

    situasinya tergantung pada tujuan penggunaan peta situas. Jumlah

    detail unsur situasi yang diukur harus betul-betul representatif, oleh

    sebab itu kerapatan letak detail harus selalu dipertimbangkan

    terhadap bentuk unsur situasi serta skala dari peta yang akan dibuat,

    semua detail situasi yang diukur harus dibuat sketsanya, sketsa detail

    situasi harus dilengkapi dengan arah utara, Setiap lembar formulir

    data ukur detail situasi harus ditulis nomor lembarnya, nama

    pekerjaan, nama pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor

    seri alat yang digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan

    cuaca pada saat melakukan pengukuran.

    Penjelasan Teknis Pekerjaan Batimetri

    Kegiatan pekerjaan pengukuran batimetri meliputi :

    Pesiapan

    1. Penentuan Jalur Sonding

    Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan

    sounding dari titik awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei.

    Jarak antar jalur sounding tergantung pada resolusi ketelitian yang

    diinginkan. Pada penentuan jalur ini, luas area yang akan diukur

    yaitu seluas 500 Ha, maka perlu ditentukanya jalur sonding agar

    tidak mengalami kesalahan dalam melakukan pemeruman. kesalahan

    tersebut bisa berarti data yang diambil bisa kurang atau lebih dan

    juga keluar jalur pemeruman.

    2. Penentuan patok refrensi

  • 9 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    Sebelum kita melakukan proses pemeruman kita terlebih dahulu

    mengatur alat yang ada di Base Station berupa DGPS dan Radio

    untuk mengirim sinyal sebagai kontrol koordinat yang berada di

    darat. Maka diperlukan patok refrensi sebagai titik kontrol.

    Pengumpulan Data

    1. Pengamatan Pasang Surut Air Laut

    Penggunaan tipe pengamat pasut otomatis (baik tipe tekanan,

    pelampung, akustik, ataupun radar) dengan ketelitian minimal

    0,5 cm yang dilengkapi dengan palem pasut sebagai peralatan

    kalibrasi dan pengikatan ke titik ikat stasiun pasut terdekat.

    Penggunaan tipe pengamat pasut manual yaitu palem pasut (tide

    pole) dengan ketelitian bacaan minimal 1 (satu) cm. Dengan

    pertimbangan tertentu, peralatan otomatis dapat saja digunakan

    untuk keperluan ini. Periode pengamatan pasut terbagi menjadi

    tiga spesifikasi, tergantung dari fungsi dan pemanfaatan data

    pasutnya, yaitu :

    a. Pengamatan tinggi muka air untuk stasiun pasut temporer

    yang ditujukan bukan untuk menentukan datum vertikal laut

    dan perhitungan konstanta pasut, dan pengamatan pasut

    dilakukan di lokasi yang telah diketahui datumnya,

    dilakukan selama minimal 25 jam dengan interval waktu

    pengamatan maksimal 1 (satu) jam.

    b. Pengamatan tinggi muka air untuk stasiun pasut temporer

    yang ditujukan untuk perhitungan konstanta pasut, penentuan

    MSL dan muka surutan laut, serta untuk keperluan rekayasa

  • 10 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    wilayah pesisir dan laut, dilakukan selama minimal 29 hari

    dengan interval waktu pengamatan maksimal 1 (satu) jam.

    c. Pengamatan tinggi muka air untuk stasiun pasut permanen

    dilakukan minimal selama 1 (satu) tahun dengan interval

    waktu pengamatan maksimal 1 (satu) jam.

    Pengamatan pasang surut (pasut) dilakukan minimal 30 hari

    pengamatan atau selama survei berlangsung. Tujuan dari

    pengamatan pasut ini adalah untuk menentukan chart datum

    (misalnya LAT) dan koreksi pasut. Untuk pengikatan ke jaring

    kontrol vertikal. Dalam keperluan tertentu pengamatan bisa

    dilakukan minimal 15 hari pengamatan.

    2. Pemeruman

    Sebelum aktivitas pemeruman berlangsung, seluruh peralatan

    survei dalam kondisi baik dan telah dilakukan kalibrasi, baik

    kalibrasi di laboratorium (dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi)

    maupun kalibrasi di lapangan. Melakukan percobaan pemeruman

    (sea trial) untuk memastikan seluruh peralatan survei siap

    digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Jarak

    yang memadai antara lajur perum dari berbagai orde survei sudah

    diisyaratkan. Berdasarkan prosedur tersebut harus ditentukan

    apakah perlu dilakukan suatu penelitian dasar laut ataukah

    dengan memperapat atau memperlebar lajur perum. Kecepatan

    kapal selama survei berlangsung disesuaikan dengan kualitas

    data hasil pemeruman. Penentuan posisi dilakukan untuk semua

    titik perum, alat bantu navigasi serta objek yang terlihat dan

  • 11 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    diperlukan atau direkomendasikan dalam survei hidrografi yang

    dilaksanakan dengan ketelitian sesuai ordenya. Posisi titik perum

    harus terikat pada titik kontrol horizontal. Dalam hal penentuan

    posisi yang memerlukan ketelitian tinggi dengan menggunakan

    metode Kinematik-GNSS maka harus dipenuhi kriteria berikut

    untuk menjaga kualitas penentuan posisi :

    a. Umur koreksi K-GNSS tidak lebih dari 2 detik.

    b. Jumlah minimal satelit aktif/terpantau hingga bisa diteruskan

    dengan pekerjaan pemeruman adalah 4 (empat).

    c. Selama pemeruman berlangsung PDOP tidak melebihi 6

    (enam).

    d. Sudut tutupan (mask angle) adalah 10 derajat dari horizontal.

    e. Integritas signal GNSS harus selalu dipantau.

    f. Dilakukan kalibrasi terhadap peralatan penentuan posisi yang

    digunakan serta dilakukan pengecekan paling sedikit

    seminggu sekali selama survei. Pengecekan dilakukan

    dengan kondisi alat tetap pada posisinya.

    Pengukuran ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan

    besaran kecepatan gelombang suara yang melewati medium

    perairan. Pengukuran ini meliputi pengukuran konduktivitas,

    temperatur, kecerahan dan tekanan. Pengukuran dilakukan

    sampai dengan maksimum kedalaman di wilayah survei dengan

    interval perekaman setiap 1 meter. Profil kecepatan gelombang

    suara ini akan digunakan untuk mengoreksi kedalaman yang

    didapat dari pemeruman dengan multibeam echosounder.

    c. Pengolahan Data

  • 12 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    Pengendalian Data

    Setiap lembar data ukur dan data hitungan yang telah disetujui harus

    diberi paraf di bagian bawah di sebelah kanan, Semua data ukur dan

    data hitungan harus selalu diklasifikasikan menurut macamnya,

    kemudian disusun secara urut, dan disimpan pada tempat yang aman.

    Perhitungan Data

    Data Pekerjaan Topografi

    1. Kerangka Kontrol Horizontal

    Secara umum penghitungan poligon terdiri atas dua tahap,

    yaitu tahap pertama adalah penghitungan koordinat sementara

    dan tahap yang kedua merupakan penghitungan koordinat

    definitif. Sistem proyeksi peta yang digunakan adalah sistem

    proyeksi Universal Transfer Mercator (UTM). Ratakan sudut-

    sudut horizontal hasil pengukuran pada tiap titik poligon

    utama dan tiap titik poligon cabang. Periksa kesalahan penutup

    sudut pada setiap jalur, kemudian periksa pula kesalahan

    penutup sudut pada seluruh jalur. Ratakan jarak hasil ukuran

    pada setiap sisi poligon utama dan poligon cabang. Jumlah

    sudut-sudut poligon, di hitung kesalahan penutupnya, lalu

    berikan koreksi sudut, hitung azimut tiap sisi poligon, hitung

    dsin dan dcos , Berikan koreksi fx dan fy, hitung koordinat

    titik-titik poligon. Dan Penghitungan koordinat definitif

    dilakukan dengan metode least square (kwadrat terkecil)

    2. Kerangka Kontrol Vertikal

  • 13 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    Secara umum penghitungan waterpasingterdiri dari dua tahap,

    untuk tahap pertama adalah penghitungan ketinggian sementara,

    dan tahap kedua merupakan penghitungan ketinggian definitif.

    Hitung beda tinggi tiap slag, periksa hasil pengukuran

    waterpasing dengan menselisihkan jumlah beda tinggi hasil

    pengukuran pergiterhadap jumlah beda tinggi hasil pengukuran

    pulang, apabila jumlah beda tinggi hasil pengukuran pergi

    terhadap jumlah beda tinggi hasil pengukuran pulang tidak

    memenuhi toleransi yang ditetapkan, maka periksa beda tinggi

    tiap slag dari hasil pengukuran pergi dan beda tinggi tiap slag

    hasil pengukuran pulang. Apabila beda tinggi salah satu slag

    hasil pengukuran pergi dan hasil pengukuran pulangnya janggal,

    maka beda tinggi pada slag tersebut diukur ulang. Hitung

    kesalahan penutup tiap jalur, berikan koreksi pada tiap slag,

    Hitung ketinggian berdasarkan ketinggian titik ikat yang

    digunakan. Penghitungan ketinggian definitif dilakukan dengan

    metode least square (kwadrat terkecil).

    3. Situasi

    Jarak tiap detail terhadap patok merupakan jarak tidak langsung

    (jarak optis) yang dihitung berdasarkan fungsi goneometri sudut

    vertikal dan hasil bacaan rambu ukur. Beda tinggi tiap detail

    terhadap patok dihitung dengan rumus tachymetry. Hitung

    ketinggian tiap detail berdasarkan ketinggian definitif.

    Data Pekerjaan Batimetri

    1. Pengamatan Pasang Surut Air Laut.

  • 14 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    Data hasil pengamatan selama 15 (lima belas) hari kemudian

    dianalisa untuk mendapatkan parameter-parameter pasang surut

    di lokasi pekerjaan. Perhitungan konstituen pasang surut

    dilakukan dengan menggunakan metode Least Square, meliputi

    9 (sembilan) konstituen, dengan konstanta pasang surut yang

    ada pada proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang

    surut. Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut untuk 15

    hari yang dipilih bersamaan dengan masa pengukuran yang

    dilakukan. Hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan

    pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya.

    Dengan konstanta yang di dapatkan dilakukan pula peramalan

    pasang surut untuk masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan.

    Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan elevasi-elevasi

    penting pasang surut.

    2. Pemeruman

    Data pasut yang akan digunakan untuk mengoreksi data

    kedalaman perairan adalah data pasut yang sudah mengacu pada

    Chart Datum, bukan data mentah dari pengamatan pasut. Data

    pasut tersebut bisa didapat dari pengamatan langsung di

    lapangan maupun diambil dari stasiun pasut terdekat. Data hasil

    pemeruman di download dari echosounder, lakukan

    pembersihan data yang masih mengandung kesalahan ekstrem

    terhadap data, data posisi horizontal dan data kedalaman dari

    setiap lajur survei akan diperiksa nilai perambatan

    kesalahannya, perambatan kesalahan dihitung dan ditetapkan

    sebagai dasar untuk menerima atau menolak data yang sudah

  • 15 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    diproses berdasarkan nilai perambatan kesalahannya. Setelah

    data di seleksi pilih data yang akan disajikan dalam sebuah

    lembar peta, minimal meliputi kerapatan data yang akan

    ditampilkan, skala peta, dan cakupan wilayah survey.

    d. Ketentuan dan Prosedur

    Ketentuan dan Prosedur yang perlu diperhatikan dalam sepesifikasi

    teknis pekerjaan untuk pemetaan topografi seluas 200 hektar dan

    pemetaan batimetri seluas 500 hektar meliputi :

    Topografi

    1. Poligon

    Poligon utama

    a. Kesalahan penutup sudut maksimum fn, dimana f

    adalah ketelitian alat dan n adalah banyaknya titik

    poligon.

    b. Ketelitian linear poligon d/f(d), dengan pengertian d

    adalah jumlah jarak dan f(d) kesalahan jarak.

    Poligon Cabang

    a. Kesalahan penutup sudut maksimum fn, dimana f

    adalah ketelitian alat dan n adalah banyaknya titik

    poligon.

    b. Ketelitian linear poligon d/f(d), dengan pengertian d

    adalah jumlah jarak dan f(d) kesalahan jarak.

    2. Pengukuran Sifat Datar (Waterpass)

  • 16 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum fmmD

    km, dengan pengertian bahwa f adalah ketelitian alat dan D

    adalah panjang seksi dalam satuan kilometer.

    Batimetri

    1. Pengamatan Pasang Surut Air Laut

    Penentuan chart datum harus benar.

    Jangan sampai ada data pengamatan yang telewatkan.

    2. Pemeruman

    Sebelum survei berlangsung, dimensi kapal harus diketahui

    beserta offset dari setiap alat terhadap titik referensi di kapal.

    Data offset antara titik referensi kapal dengan posisi antena

    GNSS, transduser, sensor gerak, dan lain-lainnya harus

    diukur.

    Koreksi kecepatan gelombang suara dilakukan menggunakan

    data dari profil kecepatan gelombang suara yang diukur pada

    saat survei berlangsung. Data kecepatan gelombang suara

    dari tiap kedalaman perairan pada saat tertentu, akan

    digunakan sebagai dasar penghitungan kedalaman perairan.

    Data posisi horizontal dan data kedalaman dari setiap lajur

    survei akan diperiksa nilai perambatan kesalahannya.

    e. Penyajian Hasil

    1. Penggambaran

    Penggambaran peta situasi, sangat dianjurkan dengan cara digital.

    Pelaksanaan penggambaran bisa menggunakan program yang telah

    tersedia. Adapun kaidah kartografi yang digunakan mengacu

  • 17 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    pada uraian ketentuan mengenai penggambaran manuskrip pada

    penggambaran dengan cara manual.

    2. Pembuatan Laporan

    Pembuatan laporan dilakukan untuk memberikan gambaran hasil

    pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan, sehingga dapat

    diketahui kondisi areal pekerjaan secara umum, informasi lainnya

    yang berkaitan dengan pekerjaan pemetaan topografi dan batimetri,

    laporan yang akan disampaikan adalah :

    1. Laporan Pendahuluan

    2. Laporan Mingguan

    3. Laporan Bulanan

    4. Laporan Akhir

    VII. PERALATAN

    Adapun peralatan yang digunakan dalam pemetaan topografi seluas 200 Ha dan

    batimetri seluas 500 Ha untuk perencanaan pelabuhan ini yaitu :

    Total Station 3 buah

    Waterpass 2 buah

    Bak Ukur 4 buah

    Prisma Poligon 8 buah

    Prisma Topo 6 buah

    Tripod 8 buah

    Stick 6 buah

    GPS Geodetic (base + rover) 1 buah

  • 18 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    Automatic tide gauge 1 set

    Multibeam Echosounder 1 set

    Laptop 4 buah

    Perahu 1 buah

    VIII. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

    Maksimum waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 6 minggu atau setara dengan 42

    hari, berikut adalah table perencanaan kerja pemetaan topografi seluas 200 hektar dan

    pemetaan batimetri 500 hektar :

  • 19 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    IX. TENAGA PELAKSANAN PEKERJAAN

    Adapun tenaga-tenaga personil yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemetaan

    topografi seluas 200 hektar dan pemetaan batimetri seluas 500 hektar dapat dilihat pada

    table berikut :

    Tenaga Ahli

    Tenaga Pengolahan Data dan Tenaga Pembantu

  • 20 | S p e s i f i k a s i T e k n i s P e k e r j a a n

    X. LAPORAN PEKERJAAN DINYATAKAN SELESAI

    Pembuatan laporan akhir dilakukan untuk menyatakan bahwa pekerjaan telah

    selesai, pada laporan ini, semua data hasil pengukuran selama pekerjaan dilampirkan dan

    dipertanggung jawabkan. Semua data-data dan hasil-hasil penyajian berupa peta terkait

    pekerjaan diserahkan kepada owner pekerjaan.