solusi pencemaran tanah oleh pestisida dengan teknologi ramah lingkungan
DESCRIPTION
Pencemaran TanahTRANSCRIPT
Solusi Pencemaran Tanah oleh Pestisida dengan Teknologi Ramah Lingkungan
Oleh Annisa Handayani*
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani. Pertanian di Indonesia
perlu ditingkatkan secara intensif agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan hingga dapat menembus pasar Internasional.
Dalam upaya peningkatan produksi, para petani menggunakan pesti-sida untuk mengendalikan hama yang dapat mencemari tanah.
Dampak dari pencemaran tanah tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Zat-zat kimia yang terkandung dalam pestisida sulit untuk
dinetralkan tanah. Apabila masuk ke dalam tubuh, zat-zat kimia tersebut akan tertimbun dan pada akhirnya dapat menyebabkan
berbagai penyakit.
Berbagai upaya untuk mengurangi pencemaran tanah akibat penggunaan pestisida dilakukan yaitu dengan adanya larangan-larangan
terhadap penggunaan pestisida yang berbahaya bagi kesehatan dan dikenalkan sistem pertanian organik sebagai bioremediasi tanah
yang tercemar.
Bioremediasi
Bioremediasi merupakan upaya dalam mengatasi pencemaran dengan memanfaatkan aktifitas baik populasi maupun komunitas
makhluk hidup lain.
Teknologi bioproses yang memanfaatkan kemampuan bakteri indigen pengurai polutan organic disebut dengan
bioremediasi(Suarsini:2006).
Pencemaran Tanah
Berawal dari meledaknya jumlah penduduk tanpa diimbangi sumber daya manusia yang optimal dapat menimbulkan berbagai masalah,
salah satunya adalah kelaparan. Petani dan pemerintah didesak untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, sedangkan perlu
disadari bahwa kemampuan sumber daya alam sebagai penghasil pangan adalah terbatas. Berbagai usaha dilakukan untuk
meningkatkan produksi pangan, sehingga petani mulai melirik pertanian konvensional yang menggunakan pestisida dan berbagai
teknik untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Hasil produksi pertanian pun meningkat namun tanpa sadar teknik pertanian lambat
laun menimbulkan masalah seputar pencemaran tanah yang akhirnya berimbas pada kesehatan.
Zat-zat kimia yang digunakan dalam pertanian konvensional umumnya sulit untuk dinetralkan dan bersifat karsinogenik atau dapat
menyebabkan kanker. Sebagai contohnya adalah DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane), yaitu suatu insektisida yang mengandung
senyawa organic hidrokarbon klorin. Ketika DDT disemprotkan, masuk ke dalam rantai makanan dan mengakibatkan penimbunan pada
tingkat trofik yang lebih tinggi, kemudian mati.
Pestisida
Pestisida adalah racun berupa zat kimia, virus, atau bakteri yang dapat mengenda-likan pertumbuhan organisme pengganggu tanaman
pertanian. Dalam penggunaannya, pestisida sangat mudah sehingga sering menjadi pilihan petani dalam memberantas hama. Namun
bila penggunaannya melebihi dosis yang ditentukan dapat berdampak buruk terhadap lingkungan, contohnya: dapat mengakibatkan
keracunan, penyakit kulit, mencemari lingkungan(tanah, udara, dan perairan), dan munculnya populasi hama sekunder.
Tidak hanya kelebihan dosis, gangguan dapat terjadi bila petani sering melakukan kontak langsung dengan pestisida. Gangguan
tersebut dapat berupa kanker, hepatitis, gangguan kesadaran, menurunkan jumlah sperma pada laki-laki, dan gangguan pada syaraf.
Pertanian Organik
Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang dalam pelaksanaannya tidak menggunakan pestisida, pupuk kimia maupun
rekayasa genetika, sehingga pertanian organik aman bagi lingkungan dan kesehatan. Sistem pertanian ini sudah berkem-bang sejak
lama ketika mulai mengenal ilmu bercocok tanam. Saat itu semua kegiatan pertanian dikerjakan secara tradisional dan menggunakan
bahan-bahan alami. Sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta ledakan populasi manusia yang tak
terkendali menuntut petani dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan. Berbagai upaya dilakukan hingga adanya revolusi
hijau yang akhirnya menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutu-han pangan. Sejak saat itulah pertanian organik
mulai ditinggalkan dan digantikan dengan pertanian konvensional yang hasilnya cukup menggiurkan.
Pertanian organik dikelola dan dikembangkan dengan berpijak pada beberapa prinsip yang berhubungan satu sama lain dan tidak bisa
dipisahkan untuk mewujudkan visi peningkatan pertanian organic secara global. Prinsip-prinsip tersebut, yaitu prinsip kesehatan,
prinsip ekologi, prinsip keadilan, dan prinsip perlindungan.
Keunggulan Pertanian Organik
Pertanian organic memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pertanian konvensional. Keunggulan pertanian organic tersebut
dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain: (1) kesehatan, dalam proses pelaksanaannya tidak menggunakan pestisida dan bahan
kimia yang berbahaya sehingga aman bagi kesehatan, (2) lingkungan, menggunakan teknik pertanian yang ramah lingkungan bahkan
bertujuan untuk memperbaiki kondisi lingkungan khususnya tanah. (3) kandungan nutrisi bahan pangan organik yang memiliki
kandungan gizi lebih baik dibandingkan dengan bahan pangan konvensional, dan (4) cita rasa, bahan pangan organic lebih lezat, sayur
dan buahnya lebih renyah, manis, dan tahan lama.
Pertanian organik memang lebih unggul dari segi kesehatan dan lingkungan diban-dingkan dengan pertanian konvensional yang
menggunakan pestisida. Namun pengetahuan tentang pertanian organik masih kurang dan perlu ditingkatkan lebih lanjut agar hasil
panen dari pertanian organik mampu memenuhi kebutuhan kon-sumsi masyarakat dan perlu adanya penyuluhan yang lebih intensif
untuk memperkenalkan pertanian organik kepada petani.
Daftar Pustaka
Afafa, Winda. 2008. Bioremediasi Tanah yang Tercemar Pestisida dengan Pertanian Organik. Malang: makalah KKTM.
Husain dan Syahbudin, Haris. 2004. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonsia? Peluang dan Tantangan, (online),
(www.io.ppi.com, diakes tanggal 27 Nopember 2007).
Quijanu, Romeo dan Saojeni Rengan. 1999. Awas! Pestisida Berbahaya bagi Kesehatan,(online), (www.panap.net, diakses tanggal
21 Januari 2008).
Suarsini, Endang. 2006. Bioremediasi Limbah Cair Rumah Tangga