slide lapkas spondilitis tb
Embed Size (px)
DESCRIPTION
radiologi-neurologiTRANSCRIPT

Gambaran Radiologi pada Spondilitis Tuberkulosa
Presented By:MaulizaMufqi FitraRizka Adami
Pembimbing:dr. Indrita Iqbalawaty, Sp.Rad

PENDAHULUAN
Sampai saat ini, Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di
Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia.
Diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru tuberkulosis per tahun, sebagian besar berada
dalam usia produktif (15-55 tahun), dengan tingkat sosioekonomi dan pendidikan yang rendah.
Pada tahun 2005, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa jumlah kasus TB baru
terbesar terdapat di Asia Tenggara (34% insiden TB secara global) termasuk Indonesia.

Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah peradangan granulomatosa
yang bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Pada 1779, Percivall Pott, yang memberi nama penyakit ini, menyajikan deskripsi klasik dari tuberkulosis tulang belakang bahwa terdapat
hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang belakang yang terjadi,
sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott.
Tuberkulosis Ekstra Paru (TBEP) hampir 10% mengenai muskuloskeletal dan 50%
mempunyai lesi di vertebra dengan disertai defisit neurologis pada 10–45% penderita.

ANATOMI


LAPORAN KASUS

Nama : Ny. WM
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Simpang Keramat, Aceh Utara
CM : 1.06.12.92
Tgl Masuk : 15 Agustus 2015
Identitas Pasien

Keluhan Utama : Nyeri tulang belakang
Anamnesis
Keluhan tambahan : Benjolan di tulang belakang

Pasien datang dengan keluhan nyeri tulang belakang yang sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu yang kemudian semakin memberat sejak 2 minggu terakhir. Keluhan bertambah berat apabila pasien melakukan aktivitas berat, bahkan berdiri dan berjalan keluhan pasien bertambah berat. Keluhan ini disebabkan oleh adanya benjolan sebesar telur ayam di punggung. Benjolan tersebut sudah tumbuh sejak 2 bulan yang lalu. Benjolan tersebut terasa sangat nyeri dan juga terasa perih sehingga menyebabkan pasien sulit untuk berbaring. Benjolan tersebut semakin lama semakin besar dan semakin bertambah nyeri dan pasien hanya beristirahat untuk mengurangi keluhan. Pasien juga sulit berjalan dan harus membungkuk agar nyeri berkurang. Pasien juga merasa semakin lama berat badan semakin turun. Berat badan pasien turun 20 kg dalam jangka waktu 2 bulan. Riwayat batuk lama tidak dikeluhkan pasien. Tapi pasien mengaku bahwa tetangganya pernah terkena penyakit TB paru 6 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :

Riwayat Penggunan Obat: Tidak ada
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu:Riwayat trauma (+) 4 tahun yang lalu. Pasien jatuh dari motor dengan posisi terduduk. Sebelumnya pasien mengaku pernah berobat ke dokter penyakit dalam dan hanya mendapatkan beberapa vitamin tetapi pasien tidak mengingat nama vitamin yang sudah diberikan. Pasien sudah dioperasi tulang belakang oleh bedah ortopedi sejak 1 minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga:Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien. TB dalam keluarga disangkal, namun ada tetangga pasien yang menderita TB Paru
Anamnesis
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Sosial:Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.

Keadaan Umum : Kesan Sakit RinganKesadaran : Compos Mentis
Vital sign Tekanan Darah : 110/80 mmHgFrekuensi Nadi : 92 kali /menit, regular, isi cukupFrekuensi Nafas : 20 kali /menitSuhu Axilla : 36,9 0C
Pemeriksaan Fisik

KulitWarna : kuning langsatTurgor : CepatSianosis : (-)Icterus : (-)Oedema : (-)
Mata : Pucat (-/-)hematom (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, sklera ikterik (-/-), sklera hiperemis (-/-)
Telinga AD : normotia, CAE lapang, serumen (-), membran timpani intak, refleks cahaya (+)AS : normotia, CAE lapang, serumen (-), membran timpani intak, refleks cahaya (+).
Hidung : nafas cuping hidung (-),massa (-/-), sekret (-/-), deviasi septum (-/-), konka hiperemis (-/-)
Tenggorokan : bibir kering (+), sianosis (-/-), arkus faring simetris, pucat (+), uvula ditengah, tonsil T0/T0

Leher :Pembesaran KGB (-)Kel. Getah Bening : Kesan simetris, pembesaran (-)
Peningkatan TVJ: (-), R 5 - 2 cmH2OAxilla : Pembesaran KGB (-)

ThoraksParu-paru : Tampak simetris, sonor (+/+),
vesikuler (+/+), ronkhi(-/-), wheezing(-/-)Jantung : BJ I> BJ II, reguler, bising (-)
AbdomenInspeksi : Distensi (-), simetris, massa (-)Palpasi : nyeri tekan (-), soepel (+), hepar,
lien dan renal tidak terabaPerkusi : pekak hati (+), timpani (+)Auskultasi : peristaltik dalam batas normal
Ekstremitas Superior : Edema (-/-), sianosis (-/-)Inferior : Edema (-/-), sianosis (-/-) Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tulang Belakang : Terdapat luka bekas operasi

STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4 M6 V5
Pupil : Isokor, bulat, ukuran 3 mm/3 mm Reflek Cahaya : Langsung (+/+), tidak
langsung (+/+) Tanda Rangsang Meningeal (TRM) :
Negatif

NERVUS CRANIALIS
Kelompok Optik Fungsi visual (N.II) : dalam batas normal Fungsi otonom :dalam batas normal Gerakan okuler (N.III, IV, VI) : dalam batas normal
Kelompok motorik Fungsi motorik (N.V) : dalam batas normal Fungsi motorik (N.VII) : dalam batas normal Fungsi motorik (N. IX) : dalam batas normal Fungsi motorik (N. XI) : dalam batas normal Fungsi motorik (N.XII) : dalam batas normal Fungsi motorik (N X) : dalam batas normal

Kelompok sensori khusus
Fungsi Pengecapan (N.V): dalam batas normal
Fungsi Penciuman (N.I): dalam batas normal
Fungsi Pendengaran (N.VIII): dalam batas normal

Fungsi Motorik
Gerakan Abnormal : tidak ditemukan
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Motorik Superior Inferior
Pergerakan +/+ +/+
Kekuatan 5555/5555 5555/5555
Tonus N/N normal N/N normal
Atropi -/- -/-
Refleks Fisiologis ++/++ +/+
Refleks Patologis -/- -/-

Pemeriksaan Lab
Jenis Pemeriksaan 4/9/15HbHtEritrositLeukositTrombositHitung Jenis:Eos/Bas/N.Seg/Lim/MonKolestrol totalHDLLDLMCV/MCH/MCHCLEDNa/K/ClUreum/KreatininKGDS
8,6304,3
10,8468
0/0/85/12/3
146/3,8/11148/0,50
174

MRI medulla spinalis
Kesimpulan:
Spondilitis deformans-tuberculosis.
DD/ SOL belum tersingkirkan.
MRI Medulla Spinalis

Interpretasi hasil Kesimpulan:“Observasi” SOL extra dural setinggi V Th 1-2-3DD/Spondylitis Deformans Tuberculosis
MRI Vertebrae Thorakalis

Spondilitis Tuberkulosis + Post Laminectomy Decompresi + Stabilisasi Posterior
Assessment

Tatalaksana
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftiaxone1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30%/8 jam
Operatif (laminektomi dekompresi dan stabilisasi posterior)
1. Quo ad vitam : dubia ad bonam
2. Quo ad functionam: dubia
3. Quo ad sanactionam: dubia ad bonam
Tatalaksana
Prognosis

MODALITAS RADIOLOGI

Gambaran khas spondilitis TB
destruksi 2 atau lebih vertebra
erosi vertebra
kalsifikasi jaringan lunak vertebra
adanya massa paravertebral
pada fase lanjut didapatkan penyempitan diskus intervertebralis akibat herniasi ke dalam corpus vertebra yang telah rusak atau destruksi diskus intervertebralis akibat gangguan nutrisi.

Foto Polos Vertebra Diagnosis biasanya dapat ditegakkan pada foto polos
dan gambaran yang ditemukan meliputi penyempitan disk space, pelibatan diskus sentralis dan kolaps corpus anterior.
Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior korpus vertebra dan osteoporosis regional.
Penyempitan ruang diskus intervertebralis, menunjukkan terjadinya kerusakan diskus. Pembengkakan jaringan lunak di sekitar vertebra menimbulkan bayangan fusiform.
Plain radiography kurang sensitif dalam mendiagnosa Spodilitis TB, bahkan paravertebral abses sangat sulit dilihat pada foto polos.

Foto polos vertebra
Gambaran radiologis pada foto polos vertebra posisi lateral menunjukkan adanya destruksi pada diskus intervertebralis (arah panah biru) pada spondilitis TB.

Foto polos tulang vertebra orang dewasa dengan spondilitis tuberkulosis yang menunjukkan erosi end-plate vertebra setinggi L3 dan L4.

Foto Thorakolumbar AP: Paravertebral mass (tanda panah) yang merupakan gambaran klasik dari spondilitis TB.

CT Scan CT Scan efektif mendeteksi kalsifikasi pada abses jaringan lunak.
Dilaporkan 25% dari pasien memperlihatkan gambaran proses infeksi pada CT Scan yang lebih luas dibandingkan dengan yang terlihat pada foto polos.
CT Scan efektif mendeteksi kalsifikasi pada abses jaringan lunak, fragmentasi dan paravertebral kalsifikasi.
CT Scan juga dapat menentukan derajat tulang yang terkena dan dapat menjadi panduan dalam proses biopsyi serta dapat memperlihatkan bagian-bagian vertebra secara rinci dan melihat kalsifikasi jaringan lunak, membantu mencari fokus yang lebih kecil, menentukan lokasi biopsi dan menentukan luas kerusakan.

Gambar 1: CT Scan non kontras vertebra posisi axial : tampak abses pada m. Psoas kiri (lingkaran kuning ) dengan ditengahnya terdapat kalsifikasi (arah panah) sebagai gambaran dari Spondilitis TB.
Gambar 2: CT Scan vertebra posisi transaxial : tampak paravertebral abses (lingkaran kuning) yang merupakan tanda dari spondilitis TB.
1
2

MRI Memiliki kelebihan dalam menggambarkan jaringan
lunak dan aman digunakan.
MRI juga sangat efektif dalam mendeteksi dini spondilitis TB untuk lesi multipel dibandingkan CT dan pemeriksaan radiologik konvensional.
Pada spondilitis tuberkulosa akan didapat gambaran dengan lingkaran inflamasi dibagian luar dan sekuester ditengah yang hipointens ; tetapi gambaran ini mirip dengan infeksi piogenik dan neoplasma sehingga tidak spesifik untuk spondilitis tuberkulosa.
Gambaran lesi pada T1 weighted image adalah hypointense sedangkan pada T2 weighted image adalah hyperintense. Lesi juga dapat menjadi lebih jelas dengan injeksi Gadolinium DTPA intravena.

Gambar sagital T1 postcontrast menunjukkan destruksi dari dua corpus vertebra yang berdekatan dengan perluasan ke sumsum tulang, endplate, dan menghancurkan diskus intervertebralis .Perhatikan adanya kifosis dan kompresi tulang belakang pada level ini.

Modalitas MRI sagital yang menunjukkan spondilitis ekstensif pada T8-T10 yang ditandai dengan adanya destruksi korpus vertebra dan diskus intervertebralis. Dan terdapat paravertebral dan epidural abses yang terdapat pada T2 (tapi tidak terlihat).

T1W potongan sagital menunjukkan penyempitan diskus intervertebralis pada L1/2. L1/2 mengalami hypointense yang menunjukkan adanya inflamasi dan edema (arah panah).

Diagnosis Banding1. Infeksi pyogenik grade rendah (Brucellosis)
Orang dewasa dengan spondilitis piogenik akibat infeksi Stap. Aureus pada diskus intervertebralis L5/S1 yang memperlihatkan penyempitan ruang diskus, erosi endplate dan sklerosis disekitarnya.

2. Trauma (Fraktur Kompresi) Modalitas MRI:
Tampak fraktur kompresi L5 yang tidak melibatkan diskus intervertebralis tidak seperti pada spondilitis TB.

3. Scheuermann’s disease
Tampak osteolitik pada L1 bagian inferior, tidak adanya penipisan korpus vertebrae dan tidak terbentuk abses paraspinal seperti pada spondilitis TB .

Kesimpulan Tuberkulosis Ekstra Paru (TBEP ) hampir 10% mengenai
musculoskeletal, dan 50% mempunyai lesi di vertebra dengan disertai defisit neurologis pada 10 – 45 % penderita.
Spondilitis tuberkulosis (potts disease) merupakan infeksi sekunder dari infeksi TB yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan penyebaran ke vertebra.
Diagnosis dini dan terapi yang tepat sangat penting untuk meminimalkan gejala dengan melakukan pemeriksaan klinis dan laboratoris serta pemeriksaan radiologis, dimana sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis spondilitis TB.
Prinsip pengobatan adalah mencegah terjadinya deformitas dan mengurangi gejala nyeri kronis yang ditimbulkan.

Terima Kasih