skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/himmatul...

81
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Strata 1 (S. Pd) Program Studi Pendidikan Biologi Oleh HIMMATUL ULYA NIM. 106016100558 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Upload: hoangnhu

Post on 06-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI

DENGAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan

Gelar Sarjana Strata 1 (S. Pd) Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

HIMMATUL ULYA

NIM. 106016100558

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DENGAN

HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW

(Subkonsep Mekanisme Transpor padaMembran di MA Negeri 2 Bogor)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Himmatul Ulya

106016100558

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Baiq Hana Susanti Yanti Herlanti, M.Pd.

NIP. 150 299457 NIP. 19710119 200801 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 3: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

i

ABSTRAK

HIMMATUL ULYA, “Hubungan antara Kemampuan Berkomunikasi

dengan Hasil Belajar Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw”.

Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan

berkomunikasi dengan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada subkonsep mekanisme transpor pada membran, Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang dilaksanakan di MAN 2

Bogor dengan melibatkan 38 siswa kelas XIIPA3. Data kemampuan

berkomunikasi siswa dikumpulkan dengan lembar observasi dan Peer Asessment,

sedangkan data hasil belajar dikumpulkan dengan tes tertulis kognitif dalam

bentuk pilihan ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi

kecenderungan kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar ditunjukkan oleh

hasil koefisien korelasi sebesar 0.75. ini berarti kemampuan berkomunikasi

memberikan kontribusi sebesar 57% terhadap hasil belajar siswa, dan 43%

ditentukan oleh faktor lain. Analisis data menggunakan uji signifikansi diperoleh

nilai thitung sebesar 7,07 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar

1.99, maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan berkomunikasi

dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooferatip tipe jigsaw pada

subkonsep transpor pada membran.

Kata kunci : Kemampuan Berkomunikasi, Hasil Belajar, Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik Jigsaw

Page 4: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

ii

ABSTRACT

Himmatul Ulya, the Relations between Communication Skills and

Achievement on Cooperative Learning Type Jigsaw thesis, Biology Education

Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers

Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The aim of this study was to know the corelations between communication

skills and achievement of cooperative learning type jigsaw. Collecting of data, we

use correlation method in MAN 2 Bogor with 38 student of class XI science 3.

Data ralating with student communication skills are gathered by observation and

peer assesment. While data relating to student achievement are gatherd by

cognitif written test in a multiple choice form. This research shown that the

tendency of contribution between communication skills and achievement

distinguished by 0.75 of coefficient correlation. The result of the research that

communication skill gives certain amount of contribution 57%, toward physics

achievement, while 43% are distinguished by other factor. Data analysis uses

signifikansi, from this analysis was got ttest is 7.07 and ttable of signifikansi 5%

1.99. It means that ttest >t-table, there was a positive and significant relationship

between communication skills and achievement of cooperative learning type

jigsaw.

Key word: Communication Skills, Achievement, Cooperative Learning Type

Jjigsaw.

Page 5: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi

Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya

kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang

pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis

untuk menyelesaikan studi S1 program studi pendidikan biologi fakultas ilmu

tarbiyah dan keguruan, dengan judul “Hubungan antara Kemampuan

Berkomunikasi dengan Hasil Belajar Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw” .

Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga bantuan berbagai pihak dapat menjadi

amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus,

apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekaligus menjadi dosen pembimbing I yang

selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

3. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang selalu ada ketika

peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

4. Bapak Drs. Asep Encu, M.Pd, Kepala MA Negeri 2 Bogor, dan Ibu Nurul

Khodariyah, S.Pd., guru mata pelajaran Biologi, yang telah memberikan ijin

penelitian dan menjadi konsultan terbaik selama eksperimen, dan seluruh

sivitas akademika MA Negeri 2 Bogor.

5. Ayahanda Drs. H. Mawardi, M. Ag dan Ibunda Hj. Romlah, S. Pd, yang kasih

sayangnya kepada peneliti tak terbatas, semoga Allah selalu menyayangi

keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.

Page 6: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

iv

6. Kakanda tercinta: Fikrul Gifar, S. Si dan adik tercinta Fauzi Syukrillah dan

Firda Nurfaida tempat berkeluh kesah dan sumber inspirasi serta semangat,

bagian kehidupan yang tak tergantikan.

7. Suamiku terkasih Firmansyah yang setia menjadi tempat berkeluh kesah dan

selalu memberikan semangat, bagian kehidupan yang selalu menyenangkan.

8. Keluarga Besar Kost Cantik, yang menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih

khususnya kepada Lela, Fatmi, Dilaz, Uwi, Zee, Leni, Anist, Resna yang

memberikan suport dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa/i Pendidikan Biologi Angkatan 2006.

10. Rekan-rekan mahasiswi Pendidikan Biologi, lebih khusus kepada Nurlaila. Ufi

Azmiyah, Ayu Arsy Rahayu dan Lily Mufaizah yang selalu bersama ketika

bimbingan.

11. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang

tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi.

Kami berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan

referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para

pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jazákumullah Khoiron Katsiron.

Ciputat, November 2010

Himmatul Ulya

Page 7: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii

DAFTA TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ....................................................... 5

D. Rumusan Masalah .......................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ............................................................. 6

F. Manfaat Penelitian ........................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR,

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ...................................... 7

A. Deskripsi Teoretis ........................................................... 7

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ...................... 7

b. Tujuan Pembelajaran Koopertaif .......................... 12

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif .................. 14

d. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif ................... 14

e. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ................... 15

f. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ........................... 17

g. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif ................. 17

h. Langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif.. 18

i. Beberapa Variasi teknik Pembelajaran Kooperatif 18

Page 8: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

vi

2. Jigsaw .......................................................................... 19

a. Tahap -Tahap Dengan Teknik Jigsaw ..................... 20

b. Peranan Guru Dalam Teknik Jigsaw ...................... 22

3. Kemampuan Berkomunikasi ...................................... 23

a. Pengertian dan Kemampuan Komunikasi ............... 23

b. Karakteristik Komunikasi ...................................... 24

c. Fungsi Komunikasi ................................................. 25

d. Kemampuan Berkomunikasi Lisan Bagi Siswa ...... 26

4. Hasil Belajar .............................................................. 27

a. Hasil Belajar Kognitif ............................................. 28

b. Hasil Belajar Afektif .............................................. 30

B. Hasil Penelitian ynag Relevan ......................................... 32

C. Kerangka Pikir ................................................................. 34

D. Hipotesis .......................................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 38

A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 38

B. Metode dan Desain Penelitian ......................................... 38

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 38

D. Variabel Penelitian .......................................................... 39

E. Prosedur Penelitian ............................................................ 39

F. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 40

G. Instrumen Penelitian ........................................................ 40

H. Kalibrasi Instrumen ........................................................... 43

1. Uji Validitas Butir Soal .............................................. 43

2. Uji Realibilitas Instrumen ............................................ 44

3. Uji Tingkat Kesukaran Item ....................................... 44

4. Daya Pembeda .............................................................. 45

I. Teknik Analisis Data ....................................................... 45

1. Normal Gain ................................................................. 45

2. Uji Prasarat ................................................................... 46

a. Uji Normalitas Hasil Belajar ................................. 46

Page 9: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

vii

b. Uji Homogenitas Hasil Belajar ............................. 46

3. Uji Hipotesis ................................................................ 47

a. Uji Korelasi .......................................................... 47

b. Uji Signifikan ......................................................... 48

c. Koefisien Determinansi ......................................... 48

4. Interpretasi Data ........................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................. 50

A. Kemampuan Brkomunikasi Siswa .................................... 50

B. Hasil Belajar ....................................................................... 54

C. Hubungan Kemampuan Berkomunikasi dengan Hasil Belajar58

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data Hasil Balajar .......... 58

a. Hasil Pretest ....................................................... 58

b. Hasil Posttest ...................................................... 59

c. Nilai N-gain Kelompok ........................................ 60

d. Hasil Uji Normalitas ............................................. 60

e. Hasil Uji Homogenitas ........................................ 60

f. Hasil Uji Parametrik ............................................ 61

2. Pengujian Hipotesis ...................................................... 62

3. Pembahasan .................................................................. 62

BAB V PENUTUP ............................................................................ 66

A. Kesimpulan ...................................................................... 66

B. Saran ................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................

Page 10: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ............................................................. 36

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Berkomunikasi siswa ............................... 50

Gambar 4.2 Grafik persentase indikator Kemampuan Berkomunikasi ....... 51

Gambar 4.2 Grafik persentase indikator peer assesment ............................ 52

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pre Test ............................................................... 55

Gambar 4.4 Grafik Hasil Pro Test ............................................................... 56

Gambar 4.5 Grafik N-gain ........................................................................... 60

Page 11: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok belajar kooperatif dengan

kelompok belajar konvesnsional ......................................... 10

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kognitif ......................................... 41

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi ................................ 42

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Peer Assesment ..................................... 42

Tabel 3.4 Interpretasi Prodauct Moment ............................................... 49

Tabel 4.1 Hasil Belajar Pre Test siswa ............................................... 58

Tabel 4.2 Hasil Belajar Post Test siswa ............................................... 59

Tabel 4.3 Rekapitulasi N-gain .............................................................. 59

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ............................................................. 60

Tabel 4.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas .............................................. 61

Tabel 4.6 Penentuan Uji-t ..................................................................... 61

Page 12: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Proses Pembelajaran ........................................... 70

Lampiran 2 Lembar Uji Validasi Kemampuan Berkomunikasi ........... 79

Lampiran 3 Lembar Uji Validasi Rubrik Kemampuan Berkomunikasi 81

Lampiran 4 Intrumen Kemampuan Berkomunikasi ............................ 85

Lampiran 5 Analisis Ketercapaian Aspek Kemampuan Berkomunikasi 87

Lampiran 6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berkomunikasi .......... 89

Lampiran 7 Lembar validasi Intrumen Peer Asessment ...................... 91

Lampiran 8 Kisi-Kisi Intrumen Peer Assesment ................................. 95

Lampiran 9 Kisi-Kisi Intrumen Hasil Belajar ...................................... 96

Lampiran 10 Intrumen Uji Coba Hasil Belajar Siswa ........................... 100

Lampiran 11 Rekapitulasi Validasi Hasil Belajar Siswa ....................... 108

Lampiran 12 Kisi-kisi Intrumen Hasil Belajar Setelah Validasi ........... 110

Lampiran 13 Intrumen Penelitian Hasil belajar ..................................... 111

Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar ................................... 118

Lampiran 15 Uji Normalitas hasil Belajar ............................................. 123

Lampiran 16 Uji homogenitas hasil Belajar .......................................... 125

Lampiran 17 Uji Signifikansi hasil Belajar ........................................... 127

Lampiran 18 Uji persiapan N- Gain hasil Belajar ................................. 130

Lampiran 19 Uji N- Gain hasil Belajar .................................................. 131

Lampiran 20 Perhitungan Uji Korelasi .................................................. 133

Lampiran 21 Perhitungan Uji signifikansi ............................................. 140

Lampiran 22 Perhitungan Uji Koefisien Determinansi ........................ 141

Page 13: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi saat ini menuntut

semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strategi

agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian

tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro, maupun

mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan nasional

senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional maupun global.

Era globalisasi ini menuntut generasi kreatif, mandiri, bersifat terbuka

dan demokratis. Padahal proses pembelajaran pada satuan pendidikan

seharusnya diselenggarakan secara interktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, dan memotivasi peserta didik. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Pemerintah tentang Standar Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005, pasal

19 yang menyatakan bahwa:

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” 1

Pembentukan peserta didik yang inovati, kretif dan mandiri merupakan

tujuan dari kurikulum indonesia. Kurikulum merupakan acuan setiap satuan

pendidikan, baik pengelola maupun penyelenggara, khususnya acuan bagi

guru dan kepala sekolah. kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah

kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut perubahan paradigma

1 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departemen Agam RI Tahun 2006, hal. 164

Page 14: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

2

dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang

pendidikan formal (persekolahan). 2

Paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran menuntut keaktifan

siswa, tetapi fakta di sekolah-sekolah berbeda. Setelah dilakukan wawancara

secara langsung dengan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 dalam

pembelajaran biologi, masih dominan penerapan pengajaran konvensional

yang berpusat pada guru (Teacher Centered). Guru kurang memberikan

kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif membangun sendiri struktur

kognitifnya, serta kurangnya kesempatan yang diberikan guru untuk

menumbuhkembangkan minat dan kemampuan berkomunikasi siswa. Padahal

kemampuan berkomunikasi yang baik menunjang keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah.

Proses belajar mengajar yang berlangsung sudah semestinya

mengaktifkan siswa agar dapat mengkontruksi pengetahuan. Siswa juga bisa

saling mengajar dengan sesama siswa lainnya. Bahkan, banyak penelitian

menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (Peer Teaching) ternyata

lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. 3

Oleh karena itu diperlukan suatu

pendidikan yang sejalan dengan Kurikulum 2006 dan berorientasi pada

kecakapan hidup.

Salah satu cara berkomunikasi dalam pembelajaran biologi adalah

melalui presentasi dalam diskusi. Kegiatan diskusi siswa sudah sering

dilaksanakan dalam pembelajaran biologi, melalui kegiatan tersebut siswa

diharapkan dapat membangun pengetahuan dengan lebih aktif.4 Akan tetapi,

masih terdapat kekurangan dalam mengelolanya. Dalam kegiatan diskusi

sekelompok siswa diminta untuk mempresentasikan materi tertentu di depan

kelas, Sementara itu siswa yang lain duduk di kursi masing-masing. Sebagian

2 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik. (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), hal. 2 * Wawancara dengan guru biologi di MAN 2 Bogor ibu Nurul Khodariyah, S. Pd

3 Mukhtas Muhammad, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa SMA, Jurnal Penelitian

Pendidikan IPA Vol. I No. 2, Juli 2007. Hal 181 4 Lie, A. Cooperative learning mempraktekkan cooperative learning di ruang-ruang kelas.

(Jakarta: Grasindo, 2002), hal. 56

Page 15: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

3

siswa hanya menjadi penonton atau mengerjakan aktivitas lain. Kemudian

ketika sesi tanya jawab dalam diskusi dibuka, hanya sebagian kecil siswa yang

bertanya atau menanggapi. Ini disebabkan karena metode diskusi yang biasa

dilakukan dalam pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga biologi

dianggap pelajaran yang membosankan.

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai

pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan

proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis,

mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan

memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau

memecahkan masalah sehari-hari.5

Mekanisme Transpor pada Membran Sel merupakan salah satu

subkonsep dalam ilmu biologi di SMA. Konsep ini dicantumkan pada kelas XI

semester satu. Subkonsep tersebut meliputi pendeskripsian proses keluar

masuknya zat pada sel. Mekanisme transpor pada membran sel merupakan

subkonsep yang sangat penting dalam pembalajaran biologi kerana

berhubungan dengan Sel yaitu unit terkecil pada makhluk hidup. Konsep Sel

merupakan konsep awal yang harus dicapai oleh siswa sebelum memasuki

konsep selanjutnya, karena berdasarkan kurikulum SMA/MA kelas XI

memiliki standar kompetensi yaitu memahami struktur dan fungsi sel sebagai

unit terkecil. Oleh karena itu dalam pembelajaran konsep tersebut diharapkan

dalam penyampaiannya dapat menyediakan berbagai pengalaman belajar

untuk memahami konsep dan proses sains, seperti keterampilan mengamati,

mengajukan hipotesis, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan

menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau

tertulis.

Kenyataannya dalam proses belajar mengajar di sekolah masih ada

guru yang hanya menggunakan metode ceramah atau diskusi dalam subkonsep

mekanisme transpor pada membran, dan bahkan ada guru yang hanya

5 Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, hal. 451

Page 16: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

4

menugaskan dengan merangkum buku paket saja, tanpa adanya interaksi

antara guru dengan siswa dan siswa dengan guru. Memperhatikan

permasalahan tersebut guru sebagai pengajar, tetapi kurang memperhatikan

proses pembelajaran yang mengupayakan pembelajaran aktif, sehingga adanya

interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, maka model

pembelajaran yang dapat menjembatani kebutuhan tersebut adalah model

pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru tidak lagi berperan sebagai satu-

satunya narasumber dalam pembelajaran, melainkan berperan sebagai

moderator, fasilitator dan manager pembelajaran.6 Iklim belajar yang

berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan

kesempatan yang optimal kepada siswa untuk memperoleh informasi yang

lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap

serta keterampilan sosialnya baik di kelas maupun di luar kelas.

Salah satu dari pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw yang

membagi siswa dalam kelompok kecil yang heterogen, yaitu kelompok ahli

dan kelompok asal. Kelompok ahli bertugas mendalami suatu topik materi,

selanjutnya masing-masing anggota kelompok mengajar temannya dan

menjadi ahli dalam kelompok asal. Di akhir pembelajaran ditutup dengan

diskusi umum sebagai evaluasi.7

Melalui metode pembelajaran jigsaw diharapkan pembelajaran dapat

memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga

memberikan konsep baru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran jigsaw

membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa.

Pembelajaran jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, dan

kemampuan bekerjasama dalam suasana gotong-royong, selain itu dengan

6 Mukhtas Muhammad, op. cit., hal. 182

7 Yurni Suasti, upaya peningkatan kreativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui

modifikasi cooperative learning model jigsaw, Jurnal Pembelajaran Vol. I No.I, 26 Desember

2002. hal. 228

Page 17: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

5

jigsaw siswa dapat memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi

dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Beberapa alasan lain yang menyebabkan metode jigsaw perlu

diterapkan sebagai metode pembelajaran yaitu tidak adanya persaingan antar

siswa atau kelompok. Siswa diharapkan bekerjasama untuk menyelesaikan

masalah dan mengatasinya dengan cara dan pikiran yang berbeda. Siswa

dalam kelompok saling bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar

yang ditugaskan, serta siswa bertanggung jawab mengajarkan bagian tugasnya

pada anggota kelompoknya.

Berdasarkan pemikiran di atas mendorong penulis untuk meneliti,

“Hubungan antara Kemampuan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa

Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah untuk penelitian ini adalah

1. Siswa yang pasif menyebabkan rendahnya kemampuan berkomunikasi siswa

2. Orientasi pembelajaran masih didominansi pembelalajaran konvensional dengan

metode ceramah

3. Penggunaan metode diskusi dalam pembelajara belum maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Kegiatan penelitian ini terbatas pada masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw

2. Kemampuan berkomuniksi dibatasi dengan indikator membaca,

menjelaskan, menyimak, umpan balik, diskusi, mengambil keputusan,

menjawab pertanyaan dan melakukan refleksi.

3. Hasil belajar yang diukur dibatasi pada pengetahuan atau kemampuan

kognitif siswa pada konsep mekanisme transpor pada membran sel

Page 18: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan permasalahan yang telah

dikemukakan diatas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara

kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar siswa melalui pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada subkonsep mekanisme transpor pada membran?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan

antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar siswa melalui

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai bahan acuan untuk menciptakan

pembelajaran yang efektif dengan menggunakan variasi metode sehingga

materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa. Dan dapat memberikan

kontribusi yang baik bagi sekolah dalam rangka peningkatan mutu proses

pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi.

Page 19: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

7

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning merupakan suatu teknik instruksional dan

filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa

untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan

kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya, serta memimpin

dirinya. Selain itu, cooperative learning dirancang untuk

mengumpulkan dan menganalisis informasi. Dalam strategi ini

diharapkan siswa berperan secara aktif, reflektif, dan saling

menghormati dalam setiap proses untuk mencapai keberhasilan dalam

belajar. Oleh karena itu untuk membangun model koperatif harus

dimulai dari inisiatif, dan kepedulian guru terhadap kondisi nyata

siswa untuk kemudian mengubah hal-hal yang menghambat

berlangsungnya suatu proses pembelajaran.1

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang

melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk

menetapkan tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif didasarkan oleh

teori-teori perlakuan, persandaran sosial dan teori perkembangan

kognitif konstruktivis yang menyatakan bahwa siswa harus

membangun pengetahuannya secara aktif. 2Informasi yang

disampaikan merupakan informasi yang jelas tidak ambigu. Secara

umum komunikasi adalah suatu cara sharing ide dan pengklarifikasian

1 Yurni Susanti. Upaya peningkatan kreativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui

modifikasi Cooperative learning Model Jigsaw. Jurnal pendidikan, No. 04 Tahun 26, Desember

2003, hal. 326 2 Isjoni, Cooperatif Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok,

(Bandung: Alfabeta, 2007), hal 53

Page 20: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

8

pengertian, proses komunikasi juga membantu membangun

pemahaman.

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin adalah srategi belajar

dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk

memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki

jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi

belajar tertinggi. Dan menurut Davidson dan Worsham, pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang efektif yang

mengintergrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.3

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu yang memiliki prinsip

dasar siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar

sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam proses

pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajari siswa yang kurang

pandai tanpa merasa dirugikan. Selain itu, siswa kurang pandai dapat

belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang

membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa

bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan

terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota

kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi

yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru

dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Kooperatif juga menghasilkan

peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan

berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menggali berbagai

informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi

siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi

tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam

menghargai pokok pikiran orang lain.4

3 Tonih Feronika, Buku Ajar Strtegi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 56 4 Isjoni, op. ci,. hal. 24

Page 21: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

9

Kegiatan dalam kooperatif akan membantu siswa-siswa yang

lemah dalam akademik untuk dapat memahami materi, karena dalam

pembelajaran kooperatif siswa yang pintar menjelaskan dan

menguraikan materi ke siswa yang kurang paham. Hal ini dapat

memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat

memahami materi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompaknya belum menguasai bahan pembelajaran.5

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat

konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan.

Diantaranya yaitu memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan

dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa

ketika belajar secara bekerjasama dalam merumuskan kearah satu

pandangan kelompok.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif, membuat siswa

bisa meraih keberhasilan dalam belajar dan melatih siswa untuk

memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir, maupun

keterampilan sosial, seperti keterampilan mengemukakan pendapat,

menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia

kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam

kehidupan kelas.

Model Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk

mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara

penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Karena

dalam model pembelajaran ini siswa bukan lagi sebagai objek

pembelajaran, namun bisa juga sebagai tutor bagi teman sebayanya.

Sharan mengemukakan bahwa siswa yang belajar dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif akan memilki motivasi yang

tinggi karena didorong oleh rekan sebayanya. Pembelajaran kooperatif

juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik dan berpikir

kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai

informasi, belajar sopan santun, meningkatkan motivasi siswa,

5 Tonih Feronika, op. cit., hal. 56

Page 22: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

10

memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar untuk mengurangi

tingkah laku yang kurang baik, serta menghargai pokok pikiran orang

lain.

Selanjutnya Stahl mengemukakan bahwa melalui model

pembelajaran kooperatif siswa dapat memperoleh pengetahuan,

kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta

berbuat dan berpartisipasi sosial. Zaltman mengemukakan pula bahwa

siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan

persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata

sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing

secara individual. Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar dapat

memberikan berbagai pengalaman. Mereka akan lebih banyak

mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan

secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik.6

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang

baik di dalam kelompok kecil dengan siswa yang memiliki keahlian

yang berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan

pemahaman mereka pada sebuah mata pelajaran. Kegiatan dalam

kooperatif akan membantu siswa-siswa yang lemah dalam akademik

untuk dapat memahami materi. Siswa yang lemah bekerja secara

individual cenderung akan menyerah jika menghadapi hambatan.

Siswa yang pintar menjelaskan daan menguraikan materi ke siswa

yang kuraang paham. Hal ini dapat memberikan penguatan kepada

siswa yang pintar untuk dapat memahami materi. Belajar belum

selesai jika salah satu teman dalam kelompaknya belum menguasai

bahan pembelajaran

6 Isjoni, op. cit., hal. 24

Page 23: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

11

Tabel 1.1. Perbedaan kelompok belajar kooperatif

dengan kelompok konvensional7

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

Adanya saling ketergantungan

positif, saling membantu dan saling

memberikan motivasi sehingga ada

interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi

kelompok atau menggantungkan

diri ada kelmpok.

Adanya akuntabilitas individual

yang mengukur penguasaan materi

pelajaran tiap anggoata kelompok,

dan kelompok diberi umpan balik

tentang hasil belajar para

anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan

bantuan dan siapa yang dapat

memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas

sering diborong oleh salah seorang

anggota kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik

dalam kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik dan sebagainya

sehingga dapat saling mengetahui

siapa yang memerlukan bantuan dan

siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya

homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman pemimpin

bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau

kelompok dibiarkan untuk

memilih pemimpinnya dengan

cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan

dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang

lain, dan mengelola konflik secara

langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak

secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

Pemantauan melaui intervensi

sering tidak dilakukan oleh guru

pada saat belajar kelompok sedang

7 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik. (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), hal. 43

Page 24: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

12

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

melakuakan intervensi jik terjadi

masalah dalam kerja sama antar

anggota kelompok.

berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses

kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan

proses kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok

belajar.

Penekanan tidak hanya pada

penyelasaian tugas tetapi juga

hubungan interpersonal (hubungan

antar pribadi yang saling

menghargai).

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi

dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong

menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara

berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai

pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Dalam pembelajran kooperatif meskipun mencakup beragam

tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis

penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model

ini menunjukan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma

yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang

Page 25: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

13

berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat member

keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas

yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan

secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasrkan ras, budaya, kelas

sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajran kooperatif

memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi

untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan

melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling meNghargai

satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak

muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif sebagaimana yang dikemukakan Slavin yaitu penghargaan

kelompok, pertanggungjawaban, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

1) Penghargaan kelompok, pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok

untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok

diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.

Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai

anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang

saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari

semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan

pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.

Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap

Page 26: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

14

anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri

tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang

mencakup nilai perkembangan berdasarkan penigkatan prestasi yang

diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode

scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi

sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang

terbaik bagi kelompoknya. 8

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Secara umum pembelajaran kooperatif teridiri dari lima karakteristik,

yaitu:

1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk

menyelasaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.

2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa

membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5

siswa.

4) Siswa menggunakan perilkau kooperatif, prososial.

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan

pembelajaran mereka.9

d. Pengelolaan Kelas Pembelajaran kooperatif

Pengelolaan kelas pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membina

pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi

dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan

dalam pengelolaan kelas:

8Isjoni, op. cit., hal. 21-28

9 Tonih Feronika, op. cit., hal. 57

Page 27: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

15

1) Pengelompokan

Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri

yang menonjol dalam metode pembelajaran gotong royong atau

pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan

memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio ekonomi dan

etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis,

kelompok biasanya terdiri dari satu orang berkemammpuan tinggi, dua

orang berkemampuan sedang, dan yang lainnya berkemampuan kurang.

2) Semangat gotong royong

Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran

kooperatif, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat

gotong royong. Semangat gotong royong bisa dirasakan dengan membina

niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa yang lainnya.

3) Penataan ruang kelas

Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang

kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu

ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan, toleransi guru di

kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lain-lain. 10

e. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang merupakan

ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif

2) Adanya pengakuan dalam dalam merespon perbedaan individu

3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

5) Terjalinnya hubungan baik dan bersahabat antar teman dan guru

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan diri agar lebih

menyenangkan. 11

10

Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal. 37 – 50 11

Isjoni, op. cit., hal. 24

Page 28: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

16

f. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Carin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh

ciri-ciri sebagai berikut:

1) Setiap anggota mempunyai peran.

2) Terjadi interaksi langsung diantara siswa.

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya.

4) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. 12

g. Keterampilan-keterampilan Kooperatif

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi menjalankan tugas sesuai

dengan tanggung jawabnya, mengambil giliran dan berbagi tugas,

mendorong adanya partisipasi, dan menyamakan persepsi atau pendapat

2) Keterampilan koopertaif tingkat menengah, meliputi mendengarkan

dengan aktif, meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih

lanjut, menafsirkan atau menyampaikan kembali informasi dengan kalimat

yang berbeda, memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban,

memastikan bahwa jawaban tersebut benar.

3) Keterampilan kooperaif tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, yaitu

memperluas konsep, membuat kesimpulan, dan menghubungkan pendapat

dengan topik tertentu. 13

h. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Kooperatif

1) Meyampaikan tujuan dan motivasi siswa

2) Menyajikan informasi

3) Mengorganisasikan siswa/peserta didik dalam kelompok kooperatif

4) Bimbing atau membantu kerja kelompok dalam belajar untuk melakukan

kegiatan/berkooperatif

5) Evaluasi

12

Tonih Feronika, op. cit., hal. 56 13

Trianto, Op. cit., hal. 46

Page 29: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

17

6) Memberikan penghargaan. 14

i. Beberapa Variasi Teknik Dalam Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima macam teknik belajar kooperatif yang berhasil

dikembangkan para peneliti pendidikan di Jhon Hopkins University yaitu:

Student Team Achievement Divisions (STAD), JIGSAW, TGT (Tean Game

Tournamen), Team Acelarated Intruction (TAI), dan Cooperative Intergrated

reading & Composition (CIRC).

1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok terdiri dari empat atau lima orang siswa secara

heterogen. Pembelajaran ini diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan

penghargaan kelompok.

2) Pembelajaran koopertif tipe TGT merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk tidak menggunakan kuis atau saling

tanya melainkanj menggunakan turnamen atau lomba mingguan.

Dalam lomba itu siswa berkompetisi untuk menyumbangkan poin pada

skor mereka.

3) Pembeljaran kooperatif tipe Team Acelarated Intruction (TAI)

merupakan pembelajaran kooperatif yang menggabungkan kerja

kelompok dan individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal

bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam

kelompoknya. Setelah itu hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh tim

lain.

4) Pembelajarn kooperatif tipe JIGSAW adalah pembelajaran kooeratif

dengan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli.

5) Pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Intergrated reading &

Composition (CIRC) merupakan pembelajaran yang hanya

14

H. M. Sirih dan Muhammad Ali, Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan

Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP

Negeri 2 Kendiri, MIPMIPA, Vol. 6 No. 1, Februari 2007, hal 22

Page 30: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

18

menekankan pada membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas

Cooperative Intergrated reading & Composition terdiri dari siswa

mengikuti urutan intruksi guru, latihan tim, assesmen tim awal dan

kuis.15

2. Teknik Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot

Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi

oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Silberman,

mengatakan bahwa jigsaw learning merupakan sebuah teknik dipakai

secara luas yang memiliki kesamaan dengan pertukaran dari kelompok ke

kelompok dengan suatu perbedaan penting setiap peserta didik

mengerjakan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang

dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik

lain, kemudian dibuat suatu kumpulan pengetahuan. Dalam setting jigsaw

learning ini dijelaskan bahwa setiap peserta didik adalah pengajar. Strategi

ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak

sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lainnya.16

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al. sebagai

metode Cooperative learning. Teknik ini dapat digunakan dalam

pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam

teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman

siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran

menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama

siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan

untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.17

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu metode

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

15

Tonik Peronika, op. cit., hal. 63-64 16

Srih dan Muhammad Ali. op. cit., hal. 23 17

Anita Lie, op. cit., hal. 68

Page 31: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

19

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar

dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya.18

Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah suatu metode

pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur multifungsi kelompok

belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua

tingkatan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap

anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi yaitu

diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal sehingga dalam metode

pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang lain dan

menciptakan saling ketergantungan bagi tiap anggota kelompok.

a. Tahapan-tahapan Dengan Teknik Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe

pembelajaan kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling

membnatu dalam menguasai materi untuk mencapai prestasi yang

maksimal. Dalam belajar model kooperatif jigsaw ini terdapat tahap-

tahap dalam penyelenggaraannya antara lain:

Tahap pertama, siswa dikelompokkan dalam kelompok-

kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut

dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan. Jumlah tiap

kelompok yang tepat adalah sekitar 4-6 orang dengan kondisi siswa

yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun karakteristik

lainnya.

Tahap kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan

didiskusikan, maka di dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok

ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa

atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan

18

Emildadiany, Novi, Cooperative Learning-Teknik Jigsaw, http://makalahkumakalahmu.

wordpress.com/2008/09/15/coopertaive-learning (tgl: 1/22/2010 Jam: 10. 57)

Page 32: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

20

anggota-anggota kelompok dari kelompok lain yang mempelajari

materi yang sama.

Tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat

menguasai materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing

perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya

masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu

kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami

materi yang ditugaskan guru.

Tahap keempat, siswa diberikan tes/kuis oleh guru, hal tersebut

dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami suatu

materi dengan metode pembelajaran kooperatif jigsaw tersebut. 19

Menurut Anita Lie tahapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

antara lain:

1) Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi

empat bagian

2) Sebelum pembelajaran dimulai, pengajar memberikan penjelasan

terhadap tipok yang akan dipelajari. Ini bertujusn agar siswa lebih

siap untuk menghadapi bahan pelajaran yang akan dipelajari

3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

4) Bahan yang pertama diberikan kepada siswa yang pertama, dan

bahan yang kedua diberikan kepada siswa yang kedua. Dam begitu

seterusnya.

5) Kemudian siswa mempelajari bahan ajar yang telah diberikan

6) Setelah selesai, siswa saling menjelaskan bahan ajar yang telah

dipelajarinya masing-masing. Ini bertujuan agar siswa dapat

berinteraksi dengan teman-temannya.

7) Kemudian guru menjelaskan materi yang tidak ada pada bacaan.

8) Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi. 20

19

Tonik Feronika, Op. cit., hal. 70 20

Anita Lie, op. cit., hal. 68-67

Page 33: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

21

b. Peranan Guru Dalam Teknik Jigsaw

Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan

memotivasi siswa untuk belajar mandiri, menumbuhkan rasa tanggung

jawab serta membuat siswa merasa senang dalam melakukan kegiatan

diskusi dalam kelompoknya. Guru bukanlah menjadi pusat kegiatan

kelas tetapi siswa lah yang menjadi pusat kegiatan kelas walaupun

guru tetap mengendalikan aturan-aturan dalam pembelajaran.

Sedangkan dalam pembelajaran bisa atau menggunakan metode

diskusi biasa guru menjadi satu-satunya nara sumber atau guru

menjadi pusat dari semua kegiatan. 21

Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) teknik jigsaw antara lain:

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.

2) Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok

kecil (4-6 orang dalam setiap kelompoknya). Menyampaikan

tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa baik tugas individu

maupun tugas kelompok dengan sejelas-jelasnya.

3) Memantau berlangsungnya kerja kelompok-kelompok kecil yang

telah dibentuk untuk mengetahui bahwasanya kegiatan berlangsung

dengan lancar. Dalam hal ini guru menyediakan kesempatan

kepada siswa dengan seluas-luasnya untuk memperoleh

pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4) Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tes tertulis. Penilaian

dilakukan terhadap proses dan hasil belajar siswa. 22

3. Kemampuan Berkomunikasi

Pada mulanya, komunikasi yang tetap hanya terdapat pada masyarakat

kecil, kelompok orang yang hidup berdekatan yang merupakan satu unit

politik. Tetapi sekarang, akibat kecepatan media informasi dan kompleknya

21

Isjoni, op. cit., hal. 57 22

Srih dan Muhammad Ali, op. cit., hal. 22

Page 34: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

22

berbagai macam hubungan, maka komunikasi telah menjadi maslah semua

orang. Komunikasi merupakan inti dari semua hubungan sosial, apabila orang

telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka

lakukan akan mentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau

mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau menghilangkan masalah

yang muncul.23

Persoalan komunikasi yang saling menjadi perhatian adalah bagaimana

komunikasi yang kita lakukan bisa efektif (Berhasil-guna) terhadap orang lain.

Itu bisa berarti dalam urusan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan

apa yang kita inginkan.24

a. Pengertian dan Komponen Komunikasi

Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa

latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik

bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak

yang melakukan aktivitas komunikasi tersebut.25

Komunikasi adalah

sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak

lainnya yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan

sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk

mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas

menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung

maupun tidak langsung langsung menggunakan bahasa berbentuk kode

visual, kode suara, atau kode tulisan.

Menurut Hovland, Janis & Kelley, Komunikasi adalah suatu proses

melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya

dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk

perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Menurut Berelson dan Stainer,

23

A. W. Widjhaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. (Jakarta: Bumi Aksara 2008).

hal. 4 24

Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi. Psikologi Komunikasi. (Jakarta: Universitas Terbuka

Depdiknas 2005). hal. 2 25

Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta, Universitas Terbuka

Depdiknas 2005). hal 10

Page 35: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

23

komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,

keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-

kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Dan menurut Lasswell

menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi,

yakni siapa (pelaku komunikasi pertama yang punya ide sebagai sumber),

mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa (pelaku

komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima), melalui saluran apa

(alat/saluran penyampaian informasi), dan dengan akibat apa (hasil yang

terjadi pada diri penerima). Defenisi ini menunjukkan bahwa komunikasi

adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.26

Hovlan, Janis & Kelly menyebut bahwa dalam komunikasi terdapat

komponen-komponen komunikasi, yaitu: 1) komunikator, yang bertugas

untul menyampaikan stimulus (biasa dalam bentuk kata-kata). 2)

komuniksai yang berperan sebagai peneerima berita. 3) pesan yang

diperbincangkan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

proses komunikasi melibatkan adanya pemberi berita pesan

(komunikator/sender), berita atau pesan yang disampaikan (massege), dan

penerima berita atau pesan (reseptor).

b. Karakteristik Komunikasi

Ada enam karakteristik komunikasi yang diperoleh dari gambaran

pengertian yang telah dikemukakan diatas. Dan karakteristik teresebut

adalah: 27

1) Komunikasi adalah suati proses yaitu Komunikasi itu proses

dinamis dan komunikasi itu tak bisa diulang dan diubah.

Komunikasi bersifat dinamis, karena komunikasi bukanlah suatu

yang statis (diam), segala sesuatu dalam komunikasi bersifat

26

Sasa Djuarsa Sendjaja. op. cit., hal. 10-11 27

Ibid., hal. 12

Page 36: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

24

akumulatif. Kita berkomunikasi sepanjang hidup kita, oleh

karenanya setiap interaksi dimana kita terlibat merupakan bagian

dari serangkaiaan kejadian yang saling berhubungan. Dengan kata

lain pengalaman komunikasi kita saat ini merupakan akhir dari

pengalaman masa lalu atau merupakan awal dari pengalaman masa

datang kita.

2) Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan,

yaitu sesuatu kegiatan yang dilakukan secara sadar. Pengertian

sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang

dilakukan seseorang berada dalam kondisi normal bukan dalam

keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang

dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakukanya.

3) Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para

pelaku yang terlibat.

4) Komunikasi bersifat simbolis, yaitu tindakan yang dilakukan

dengan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan

dalam komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam

bentuk kata-kata.

5) Komunikasi bersifat transaksional. Yaitu keberhasilan komunikasi

tidak hanya ditentukkan oleh salah satu pihak, tetapi oleh kedua

belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.

6) Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang, yaitu para peserta

yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta

tempat yang sama.

c. Fungsi Komunikasi

Setiap pengalaman komunikasi menghasilkan satu atau lebih

fungsi. Misalnya saja komunikasi dapat menolong kita untuk mengetahui

siapa diri kita, atau memapankan suatu hubungan dengan seseorang, atau

mencoba untuk mengubah sikap dan prilaku, baik diri kita maupun orang

lain. Ada tiga fingsi utama yang dapat diketahui, yaitu

Page 37: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

25

1) Memahami diri sendiri dan orang lain

Kita membutuhkan feedback (umpan balik) setiap waktu dari

orang lain secara tetap juga butuh feedback dari kita. Melaui proses

komunikasi kita akan dapat mempelajari kenapa kita bisa percaya dan

tidak percaya, apakah pikiran dan perasaan kita sampaikan dengan

jelas. Pada kondisi apakah kita memiliki kekuatan untuk dipengaruhi

orang lain serta apakah kita mampu apa tidak, secara efektif membuat

keputusan atau menyelesaikan konflik dan maslah.

2) Memapankan hubungan yang bermakna

Memapankan hubungan yang bermkana yang dimaksud

dengan hubungan bermakna adalah bahwa guna mencapai hubungan

yang harmonis, kita tidak dapat hanya memikirkan diri sendiri, tetapi

juga harus mempertimbankan kebutuhan dan keinginan orang lain.

Dalam suatu komunikasi, masing-masing yang terlibat harus

memenuhi kebutuhan untuk diterima, dikontrol dan mendapatkan

kasih sayang.

3) Mengubah sikap prilaku

Dalam interaksi antar pribadi, kelompok kecil dan kelompok

publik, setiap individu memiliki kesempatan untuk mempengaruhi

orang lain baik secara bersandar atau tidak. Kita mengabiskan banyak

waktu untuk mencobamempengaruhi orang lain agar berpikir seperti

“apa yang kita pikir” bertindak sebagaimana +apa yang kita lakukan”

dan menyukai “apa yang kita sukai”. Kadangkala upaya kita berhasil

dan kadangkala tidak. Dalam banyak kasus pengalaman membujuk

kita menghasilkan kepada kita kesempatan untuk mempengaruhi

orang lain karenya kita dapat mencoba untuk mewujudkan tujuan

kita.28

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi, artinya bahwa dalam

kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari aktivitas

berkomunikasi. Baik pada tujuan tertentu maupun tanpa disadarinya

28

Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Op. cit., hal. 11

Page 38: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

26

manusia melakukan komunikasi. Bahkan dalam kondisi tidak

menginginkan sekalipun manusia serigkali harus terlibat dalam

komunikasi.

d. Tujuan Komunikasi

Kegitan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentu memiliki

tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah pada suatu hasil atau akibat

yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Secara umum, menurut Wilbur

Schramm, tujuan komunikasi dapat dilihat pada dua perspektif

kepentingan yaitu kepentingan sumber/pengirim/komunikator dan

kepentingan penerima/komunikan. dengan demikian maka tujuan

komunikasi yang ingin dicapai adalah

Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber

1) Memberikan informasi

2) Mendidik

3) Menyenangkan/ menghibur

4) Mengajukan suatu tindakan

Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima

1) Memahami informasi

2) Mempelajari

3) Menikmati

4) Menerima atau menolak anjuran29

Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan

antara lain seperti pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti, memahami

orang lain, gagasan kita diterima oleh orang lain dan menggerakkan orang

lain agar melakukan sesuatu.30

29

Sasa Djuarsa Sendjaja, op. cit., hal. 19 30

A. W. Widjhaja. Op, cit., hal. 10

Page 39: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

27

e. Kemampuan Berkomunikasi Lisan Bagi Siswa

Kemampuan berkomunikasi merupakan bagian dari kemampuan

hidup sosial yang sangat penting dimiliki oleh siswa untuk bekal hidup

bermasyarakat.31

Banyak profesi yang menuntut kecakapan berkomunikasi

lisan dimiliki dengan baik, misalnya guru, dosen, wartawan, dokter,

presenter, pengacara, konsultan, diplomat, politikus dan masih banyak lagi

bidang pekerjaan yang lain. Walaupun tidak semua siswa jadi pekerja

seperti yang disebutkan, kecakapan siswa mutlak harus dimiliki oleh

siswa. Sebagai makhluk sosial, siswa harus memecahkan maslah yang

timbul sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sosial dan menampilkan

diri sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Berkaitan dengan hal itu,

Jhon Dewey telah mengemukakan bahwa sudah sepantasnya sekolah

sebagai miniatur masyarakat mendidik siswa tata cara bermasyarakat

dalam konteks sesungguhnya.32

Terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam

berkomunikasi, yaitu sumber, komunikator, pesan, saluran, penerima

pesan dan hasil. Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam

menyampikan pesa, yang digunakan untuk memperkuat pesan tersebut,

dan komunikator adalah berupa individu yang sedang berbicara. Syarat-

syarat yang perlu diperhatikan komunikator adalah memiliki kredibilitas

yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan berkomunikasi, mempunyai

pengetahuan yang luas, sikap dan memiliki daya tarik dala arti dia

memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan

pengetahuan.33

Menurut Abraham Maslow, Gordon Alport dan Carl Roger yang

berasal dari psikologi humanistik mengatakan bahwa, terdapat minimal

lima strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk

31

Departemen Pendidikan Nasional. Konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup.

(Jakarta: Depdiknas 2003) 32

Anita Lie, Op. cit., hal. 33

A. W. Widjhaja. Op. cit. hal. 12

Page 40: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

28

menciptakan/membangun komunikasi efektif, seperti yang disebutkan

sebagai berikut:34

1) Keterbukaan

Sipat keterbukaan menunjuk 2 aspek tentang komunikasi yaitu bahwa

kita harus diawali dengan rasa saling terbuka. Adanya rasa saling

terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Dan

keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberoi tanggapan

terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang sesuatu yang

kita katakan. Dari sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran

dan gagasan kita. Sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.

2) Empati

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi

dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama darisikap empeti

adalahkamampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum

didengarkan dan dimengerti orang lain.

Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti

keinginannya, tetapi ia akan berusaha mamahami peserta didiknya

terlebih dahulu. Di sini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan

komponen indrawinya saja, tetapi melibatkan pula mata hati dan

perasaannya dalam memahami berbagai prihal yang ada pada peserta

didiknya.

3) Prilaku suportif

Keterbukaan dan empeti tidak akan berlangsung dalam dalam suasana

yang tidak suportif. Jack R. Gibb menyebutkan 3 prilsku yang

menimbulkan prilaku suportif, yakni deskriptif, spontanitas dan

privisionalisme.

4) Prilaku positif

Sikap positif dalam komunikasi ,enunjuk paling tidak dua aspek, yaitu

positif terhadap diri sendiri dan positif terhadap orang lain.

34

Sasa Djuarsa Sendjaja op. cit., hal. 30

Page 41: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

29

5) Kesamaan

Kesaan yang dimaksud adalah kominikasi umumnya akan lebih efektif

bila para pelakukanya mempunyai nilai, sikap, prilaku dan pengalaman

yang yang sama. Hal ini buksn berarti ketidaksamaan tidaklah

komunikatif, tentu saja dapat tetapi komunikasi lebih sulit dan perlu

banyak waktu untuk menyesuaikan diri dibandingkan dengan kedua

belah pihak memiliki kesamaan-kesamaan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memerlukan sesuatu yang

memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman,

maupun dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar

mengajar terdapat dua hal yang menentukan keberhasilannya yaitu

pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang

keduanya mempenyai ketergantungan untuk menciptakan situasi

komunikasi yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilatih

keterampialn berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi dapat berupa:35

1) Mengutaran suatu gagasan

2) Menjelaskan, mendiskusikan hasil percobaan atau pengamatan

3) Menyusun atau menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas

4) Menggambarkan data dengan grafik, tabel, peta dan diagram/bagan

5) Mengubah data dalam bentuk tabel kebentuk lainnya, misalnya grafik

atau peta.

Berdasarkan uraian-uraian diatas yang telah dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi yang akan digunakan

dalam penelitian ini meliputi penggunaan keahlian:

1) Membaca

2) Menjelaskan

3) Menyimak

4) Umpan balik

35

Mukhtas Muhammad, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa SMA, Jurnal Penelitian

Pendidikan IPA Vol. I No. 2, Juli 2007. hal. 183

Page 42: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

30

5) Diskusi

6) Mengambil keputusan

7) Menjawab pertanyaan

8) Melakukan refleksi

4. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.

Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif

individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Menurut James O.

Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan

demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau

kematangan, kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan tidak

termasuk sebagai belajar. 36

Belajar adalah penambahan pengetahuan, dimana guru-guru

memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid giat mengumpulkannya.

Belajar juga diartikan sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan

latihan. Belajar membawa sesuatu perubahan pada inividu yang belajar.

Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga

dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan,

minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek pribadi

seseorang.37

a. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar penguasaan

materi. Ranah kognitif meruapakan ranah yang lebih banyak

melibatkan kegiatan otak. Pada ranah kognitif terdpat enam jenjang

proses berpikir,mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni:

pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

36

Wasty Soemanto, Psiklogi Pendidikan, (Malang:Rineka Cipta, 1984), hal. 99. 37

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi aksara, 1995), hal. 34-35.

Page 43: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

31

evaluasi. Untuk menilai aspek kognitif atau penguasaan materi

digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan

tersebut.

Kemampuan-kemampun yang termasuk domain kognitif oleh

Bloom dkk. Dikategrikan lebih rinci ke dalam enam jenjang

kemampuan, yaitu:

1) Hafalan (C1)

Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta,

konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.

2) Pemahaman (C2)

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari

informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan,

diagram, atau grafik.

3) Penerapan (C3)

Yang termasukjenjang penerapan adalah kemampuan

menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada

situasi baru atau situasi konkrit.

4) Analisis (C4)

Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi

yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur

informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut

menjadi jelas.

5) Sintesis (C5)

Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk

mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu

keseuruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan

merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk

mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.

Page 44: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

32

6) Evaluasi (C6)

Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk

mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan,

berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.38

b. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berkenaan dengan

sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam

berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar

dan lain-lain.39

Selain itu, hasil belajar afektif dapat diketahui dari ucapan

verbal serta kelakuan nonverbal seperti ekspresi pada wajah, gerak-gerik

tubuh sebagai indikator apa yang terkandung dalam hati siswa.40

Ranah

afektif oleh Krathwohl (1974) dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi

lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu receiving (menerima),

responding (menanggapi), valuing (menghargai), organization

(mengorganisasikan), dan characterization by a value or value complex

(karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai).

Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah

kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang

datang kepada diri siswa baik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan

lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini adalah kesadaran dan keinginan

untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau

rangasangan yang datang dari luar.

Responding (menanggapi), mengandung arti adanya reaksi yang

diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal

ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab

38

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama. Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal.15-17 39

Nana Sudjana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2002), hal. 53 40

S. Nasution. Kurikulum Dan Pengajaran, (Jakrta: Bumi Aksara, 1989), hal. 69

Page 45: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

33

stimulus dari luar yang dating kepada diri siswa. Jadi kemampuan

menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan

membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat

lebih tinggi ketimbang jenjang receiving.

Valuing (menilai atau menghargai), jenjang ini berkenaan dengan

nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Termasuk didalamnya

kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk

menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

Organization (mengorganisasikan), artinya mengembangkan nilai

dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai

dengan nilai lain dan kemantapan serta proritas nilai yang telah

dimilikinya.

Value characterization (karakterisasi nilai atau internalisasi nilai)

yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dalam jenjang ini

termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. 41

Sedangkan menurut Gagne terdapat lima macam hasil belajar, tiga

diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat

psikomotorik.42

1) Belajar kemahiran intelektual

Dalam tipe ini termasuk belajar deskriminasi dan belajar konsep.

Belajar deskriminasi yaitu kesanggupan membedakan beberapa objek

berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kemampuan membedakan objek

dipengaruhi oleh kematangan, pertumbuhan dan pendidikannya.

Sedangkan belajar konsep adalah kesanggupan menempatkan objek

yang mempunyai ciri yang sama menjadi satu kelompok tertentu.

Konsep dinyatakan dalam bentuk simbol bahasa. Contoh konsep

adalah keluarga, masyarakat, pendidikan dan lain-lain.

41

Nana sudijana, Op. cit., hal. 53-54 42

Ibid., hal. 47-49

Page 46: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

34

2) Belajar informasi verbal

Pada umumnya belajar melalui informasi verbal seperti membaca,

mengarang, mendengarkan uraian guru, kesangguapan menyatakan

pendapat dalam bahasa lisan/tulisan, berkomunikasi, kesanggupan

member arti dari setiap kata/kalimat dan lain-lain.

3) Belajar mengatur kegiatan intelektual

Belajar mengatur kegiatan intelektual menekankan kepada

kesanggupan memecahkan masalah melalui konsep dan kaidah yang

telah dimilikinya. Tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif

dalam memecahkan persoalan. Ada dua aspek penting dalam tipe

belajar ini, yaitu prinsip pemecahan masalah dan langkah berpikir

dalam memecahkan masalah (problem solving). Prinsip pemecahan

masalah merupakan landasan bagi terealisasinya langkah berpikir.

4) Belajar sikap

Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima

atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu,

apakah berarti atau tidak bagi dirinya. Hasil belajar sikap nampak

dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan perasaan, dan

lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah melalui proses

belajar.

5) Belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan

kesangguapan menggunakan gerakan anggota badan, sehingga

memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat

dan lancar. Misalnya belajar menjahit, mengetik, bermain basket dan

lain-lain. Aspek utama belajar motorik adalah tercapainya otomatisme

melakukan gerakan. Gerakan yang sudah otomatis merupakan puncak

belajar motorik. Misalnya seseorang telah dinilai cakap mengetik jika

secara otomatis ia dapat mengetik dengan menggunakan semua

jarinya.

Page 47: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

35

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Mukhtas Muhammad, dengan judulnya Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan

Konsep Hidrokarbon Siswa SMA, berdasarkan hasil penelitiannya

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan

berkomunikasi siswa dan aktifitas guru yang bersifat membimbing siswa

dalam pembelajaran menurun43

Menurur H. M. Sirih dan Muhammad Ali dengan judul Penerapan

model pembelajaran tipe jigsaw dengan dengan tongkat estapet untuk

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri

2 Kendari berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa

penerapan pembelaajaran kooferatif tipe jigsaw dengan menggunakan tongkat

estafet dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa bekerja

kelompok dalam berbagai pengetahuan pada kelompok ahli dan kelompok

asal. 44

Muhammad Jamhari dalam jurnalnya yang bejudul Pengaruh

Pemberian Tugas Rumah Dikombinasikan Dengan Pembelajaran Model

Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa SMPN 21 Palu dalam

penelitiannya disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

memberikan sumbangan yang berarti terhadap hasil belajar IPA biologi.45

Yurni suasti dengan judul upaya peningkatan kreativitas siswa SMU

Pembangunan UNP melalui modifikasi cooperative learning model jigsaw

bahwa metode tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab

siswa bekerja kelompok dalam berbagi pengetahuan pada kelompok ahli dan

kelompok asal siswa menunjukkan lebih aktif dalam proses pembelajaran

43

Mukhtas Muhammad, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa SMA, Jurnal Penelitian

Pendidikan IPA Vol. I No. 2, Juli 2007. 44

H. M. Sirih dan Muhammad Ali, Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan

Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP

Negeri 2 Kendiri, MIPMIPA, Vol. 6, No. 1, Pebruari 2007 45

Muhammad Jamhari dalam jurnalnya yang bejudul , Pengaruh Pemberian Tugas Rumah

Dikombinasikan Dengan Pembelajaran Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa

SMPN 21 Palu Media Eksakta 2 (2) : 128-130, juli 2006

Page 48: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

36

berupa bertanya, mengemukakan ide/pendapat, berdiskusi, dan

mempresentasikan hasil belajarnya dan mengumpulkan hasil kerja/

laporannya kepada guru.46

Aceng Hiatami dan Supriadi dengan judul Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa Pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan bahwa secara

psikologis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini memberikan

manfaat yang sangat besar terhadap siswa, antara lain : (1) memotivasi siswa

untuk belajar giat karena adanya tekanan dari teman kelompoknya serta

menyadari akan penilaian yang berkelanjutan, (2) menghilangkan rasa takut

pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan,

dan (3) menumbuhkan kemampuan kerja sama siswa, berfikir kritis dan

kemampuan membantu teman.47

C. Kerangka Pikir

Berbagai usaha telah dilakukan permimntaan untuk meningkatkan

mutu pendidikan dan pengajaran biologi, namun hasil belajar biologi siswa

masih jauh dari harapan. Hasil observasi dan analisis pendahuluan terhadap

pembelajaran biologi yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa salah satu

faktor yang dapat mengarah pada penyebab rendahnya hasil belajar biologi

siswa masih dominannya penerapan pengajaran konvensional dalam

pembelajaran biologi kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk

membangun sendiri struktur kognitifnya, serta kesempatan untuk menumbuh

kembangkan minat dan kemampuan berkomunikasi siswa. Dengan

terbentuknya kemampuan berkomunikasi yang baik maka orang tersebut dapat

46

Yurni suasti dengan judul upaya peningkatan kreativitas siswa SMU Pembangunan UNP

melalui modifikasi cooperative learning model jigsaw, Jurnal Pembelajaran no.1. 26 Desember

2002 47

Aceng Hiatami dan Supriadi, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Untuk Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan, (http://jurnal.unhalu.ac.id/download/aceng/penerapan%20model%20pembelajaran%

20kooperatif%20tipe%20jigsaw)

Page 49: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

37

memecahkan masalah yang dihadapinya dengan sebaik-baiknya, sebagai hasil

dari interaksi sosial.

Pelajaran biologi kurang diminati oleh kebanyakan para siswa. Ini

dikarnakan penyajian materinya tidak menarik sehingga biologi dianggap

sebagai materi pelajaran yang membosankan. Dengan demikian diperlukan

suatu pendekatan yang ampuh agar siswa dapat menyukai biologi sehingga

siswa dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang dimilikinya.

Untuk menanamkan kemampuan berkomunikasi tersebut digunakan model

pembelajaran jigsaw melalui strategi pengajaran dan pembelajaran yang aktif,

terbuka dan kondisi yang kondusif. Dengan pembelajaran ini, pengetahuan

yang diperoleh sebagian besar didasarkan pada usaha sendiri, dan siswa

bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

kemampuan berkomunikasi. Proses pembelajaran jigsaw ini diterapkan pada

subkonsep mekanisme transfor pada membran.

Melalui pembelajaran jigsaw pada subkonsep mekanisme transfor pada

membran peneliti dapat melihat hasil kemampuan berkomunikasi dan hasil

belajar biologi siswa. Kedua hasil tersebut akan duhubungkan untuk melihat

seberapa besar kontribusi yang diberikan kemampuan berkomunikasi terhadap

hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Hubungan antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar

melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada subkonsep mekanisme

transfor pada membran dapat digambarkan secara bagan sebagai berikut:

Page 50: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

38

BAGAN KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran konvensional

Siswa yang kurang dapat

mengembangkan kemampuan

berkomunikasi siswa

Biologi tidak menarik

Model pembelajaran koooperatif

tipe Jigsaw Subkonsep

mekanisme tranfor pada

membran

Kemampuan berkomunikasi Hasil belajar

Lembar pedoman observasi dengan

dimensi kemampuan berkomunikasi

Buku paket biologi

SMA kelas XI

Tes kinerja

Reting scale

Tes hasil belajar

kognitif bloom

C1, C2, C3, C4

Kemampuan berkomunikasi siswa

melalui model pembelajaran jigsaw

pada subkonsep mekanisme transpor

pada membran

Kemampuan berkomunikasi siswa melalui

model pembelajaran jigsaw pada

subkonsep mekanisme transper pada

membran

Hubungan antara kemampuan berkomunikasi dengan

hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

jigsaw pada subkonsep mekanisme transper pada

membran

Siswa pasif

Page 51: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

39

B. Pengajuan Hipotesis

Pengajuan hipotesis ini beradasarkan kajian teoritis dan penyusunan

kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“ Terdapat hubungan positif antara kemampuan berkomunikasi dengan

hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

subkonsep mekanisme transpor pada membran”

Adapun rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:

H0 : ρ xy < 0

Ha : ρ xy > 0

ρ xy = koefesien korelasi antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil

belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

subkonsep mekanisme transfor pada membran

H0 = Tidak terdapat antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil

belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

subkonsep mekanisme transfor pada membran

Ha = Terdapat antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar

siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada subkonsep

mekanisme transfor pada membran

Page 52: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bogor.

Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester ganjil tahun pelajaran 2010-

2011 bulan Agustus sampai September 2010.

B. Metode dan Desain Penelitian

Dalam penelitian yang akan Peneliti lakukan, Peneliti menggunakan

metode Ekperimen dengan penelitian korelasional. Penelitian korelasional ini

bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara satu variabel

dengan variabel yang lain dan hubungan serta keberartian atau tidak hubungan

itu.1

Penelitian ini mengunakan teknik korelasi tata jenjang. Teknik ini

digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya

merupakan gejala ordinal atau tata jenjang. Mengenai faktor-faktor lain yan

turut mempengaruhi diasumsikan tidak mempunyai pengaruh pada penelitian.

Penelitian ini menggunakan satu kelas yaitu kelas yang diberikan perlakuan,

menggunakan pembebelajaran kooperatif tipe jigsaw.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 Populasi target dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa MA Negeri 2 Bogor. Populasi terjangkau

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN 2 Bogor tahun ajaran

2010-2011. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang

dianggap mewakili populasi dan diambil dengan menggunakan teknik

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2006). hal 235 2 Ibid., op. cit., hal. 130

Page 53: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

41

sampling.3 Dalam penelitian ini adalah dari populasi terjangkau berjumlah 10

kelas, dengan jumlah 38 siswa.

Sampel diambil dengan menggunakan teknik sampel bertujuan

(purposive sample) yaitu memilih subjek bukan didasarkan atas strata, random

atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.4 Dalam penentuan

pengambilan sampel, pihak sekolah atau guru bersangkutan menentukan tiga

kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, yaitu XI IPA3, IPA4, dan IPA5

dengan pertimbangan bahwa kemampuan kognitif berbeda-beda, baik tinggi,

sedang maupun rendah. Dan peneliti memilih IX IPA 3 sebagai sampel karena

kontiuitas waktu dalam proses pembelajarannya.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

peneliti. Variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel independen (X) : Kemampuan berkomunikasi siswa

Variabel dependen (Y) : Hasil belajar biologi siswa

E. Prosedur Penelitian

1. Melakukan survei ke sekolah MA Negeri 2 Bogor untuk menelaah

kurikulum mengenai metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah

tersebut dan hasil belajar biologi siswanya.

2. Tahap persiapan:

a. Pembuatan perangkat pembelajaran.

b. Penentuan sampel penelitian.

c. Penyusunan instrumen penelitian.

d. Uji coba instrumen penelitian.

e. Revisi instrumen penelitian.

3. Tahap pelaksanaan

a. Pelaksanaan pretes.

3 Suharsimi Arikunto. op. cit., hal. 131

4 Ibid., hal 139-140

Page 54: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

42

b. Pelaksanaan pembelajaran.

c. Pelaksanaan postes.

4. Tahap analisis data

Pengolahan data hasil pretes, postes, dan observasi.

5. Hasil penelitian

6. Kesimpulan

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Lembar Pedoman Observasi

Lembar observasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan

berkomunikasi siswa adalah lembar pedoman observasi berupa Rating

Scale atau Skala Lanjutan. Rating Scale hampir mirip dengan Chek list,

hanya saja pada skala rating digunakan derajat atau peringkat. Rating scale

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe Numerical Rating Scale.

Numerical Rating Scale menggambarkan suatu karakteristik atau kualitas

tertentu yang akan diukur keberadaannya dengan menggunakan angka

dengan 1-5.

2. Tes

Tes yang digunakan merupakan tes hasil belajar yang terdiri dari

pre test dan post tes. pre test adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Sedangkan pos tes adalah tes hasil

belajar setelah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, untuk

melihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar akibat adanya perlakuan.

G. Instrumen Penelitian

1. Tes

Tes yang digunakan adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda

beralasan pada subkonsep mekanisme transpor pada membran. Jumlah

butir soal sebanyak 30 soal. Berdasarkan pengujian intrument tes melalui

Page 55: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

43

perhitungan Software ANATES dari soal-soal yang lolos diperoleh

sebanyak 20 butir soal. Bentuk penilaian adalah dengan memberikan nilai

1 apabila siswa menjawab pilihan ganda dan alasan dengan benar dan

nilai 0 apabila siswa menjawab pilihan ganda dan alasan salah.

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kognitif

No Indikator Jenjang Kognitif Proporsi

C1 C2 C3 C4 ∑ %

1. Menjelaskan

pengertian dari proses

terjadinya difusi

1,2,3,

4

4 20

2. Menjelaskan

pengertian dari proses

terjadinya osmosis

5 6,9,10

,

11

12 7,8 8 40

3. Menjelaskan

pengertian dari proses

terjadinya transfor

fasif dan aktif

13,1

6

14,17 18 15 6 30

4. Menjelaskan

pengertian dari proses

terjadinya endositosis

19 1 5

5. Menjelaskan

pengertian dari proses

terjadinya eksositosis

20 1 5

Jumlah 20 100

Adapun perhitungan lebih lengkap ada pada lampiran 115

2. Lembar Observasi

Intrumen digunakan untuk mengukur kemampuan berkomunikasi

siswa pada pembelajaran biologi dengan tipe jigsaw adalah dengan

menggunakan rubrik pedoman observasi Numerical Rating Scale

menggambarkan suatu karakteristik atau kualitas tertentu yang akan diukur

keberadaannya dengan menggunakan 5 pilihan yaitu: sangat baik, baik,

cukup, buruk, sangan buruk. Sebelumnya rancangan intrumen tersebut

telah divalidasi oleh dosen dan guru, selanjutnya di uji coba oleh guru

terlebih dahulu, dan dari hasil uji coba tersebut divalidasi kembali oleh

dosen pembimbing dan guru.

5 Lampiran. 11, hal. 104 – 105

Page 56: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

44

Agar dapat mengetahui instrumen tersebut sudah sesuai dengan

pencapaian indikator maka dibuatlah kisi-kisi instrumen lembar observasi.

Adapun kisi-kisi instrumen lembar observasi dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen observasi

No Aspek kemampuan

berkomunikasi

Jumlah indikator Jumlah

Ahli Asal

1 Membaca 1 1

2 Menjelaskan 3 3 6

3 Menyimak 3 3

4 Umpan balik 3 3

5 Diskusi 3 3

6 Mengambil keputusan 3 3

7 Menjawab pertanyaan 3 3

8 Melakukan refleksi 3 3

3. Peer Assessment (Penilaian Teman Sebaya)

Peer Assessment (Penilaian Teman Sebaya) adalah alat penilaian

yang digunakan pada pembelajaran biologi. Dalam penelitian ini, penilaian

teman sebaya digunakan untuk menilai kemampuan berkomunikasi siswa

saat presentasi lisan dilakukan. Dalam penilaian teman sebaya penilaian

dilakukan oleh teman satu kelompok, sehingga dapat mengetahui

kemampuan berkomunikasi siswa dalam melakukan presentasi lisan dalam

kelompok asal selama proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

berlangsung. dan instrumen tersebut telah divalidasi oleh dosen

pembimbing.

Agar dapat mengetahui instrumen tersebut sudah sesuai dengan

pencapaian indikator maka dibuatlah kisi-kisi instrumen peer assesmen.

Adapun kisi-kisi instrumen penilaian teman sebaya dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Peer Assesment

No Indikator Jumlah

Jumlah Ahli Asal

1 Cara menjelaskan 1 1

2 Bahasa 1 1

Page 57: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

45

H. Kalibrasi Instrumen

Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, instrumen terlebih

dahulu di uji coba. Data hasil uji coba yang dianalisis yaiu validitas butir soal

(item), reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran butir soal dan daya pembeda

butir soal.

1. Uji Validitas Butir Soal

Validitas adalah ketepatan atau kesahihan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya.6

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi

Point Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk dikotomi (skor 0 atau

1). Adapun rumus rpbi, yaitu:7

rbis = St

XtXi

qi

pi

Keterangan

rbis = Koefisien rbis

= Means skor siswa yang menjawab item soal yang benar

= Means skor total yang diperoleh oleh siswa

St = Standar deviasi skor total

pi = Proporsi subjek yang menjawab item yang benar nomor i

qi = Proporsi subjek yang menjawab item yang salah nomor i

2. Uji Realibilitas Instrumen

Reliabilitas adalah konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen

penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes

yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang

hendak diukur. Pengujian realibilitas ini menggunakan rumus K-R 20

(Kuder-Richardson 20) karena skor butir soal berbentuk dikotomi (skor 0

atau 1). Adapun rumus K-R 20 yaitu:8

6 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal. 105 7 Ibid., hal. 109

8 Ibid., hal. 113

Page 58: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

46

r11 =

21

1 St

qp

k

k ii

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item

p = Proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i

q = Proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i

∑ pq = Jumlah hasil perkalian p dan q

K = Banyaknya item

St2 = Varians skor total

3. Uji Tingkat Kesukaran Item

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang,

atau mudah maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih

dahulu. Rumus dari uji ini yaitu: 9

P =

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar

N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :

P = 0,00 - 0,25 = soal sukar

P = 0,26 - 0,75 = soal sedang

P = 0,76 - 1,00 = soal mudah

4. Daya Pembeda

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam

membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan

9 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Yogyakarta: Bumi Aksara.

1987). hal. 208

Page 59: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

47

kelompok siswa yang kurang pandai. Cara perhitungannya dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:10

No

BBD BA

5,

Keterangan:

D = Daya Pembeda

BA = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas

BB = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah

N = Jumlah peserta tes

Daya beda yang baik adalah D>0,30.

I. Teknik Analisis Data

Data kuantitatif kemampuan berkomunikasi berupa Rating Scale dan

peer assesmen serta data hasil belajar tes kognitif kemudian diolah secara

statistika.

1. Normal Gain

Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain

menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa

setelah pembelajaran dilakukan guru. normal gain dicari dengan

menggunakan rumus di bawah ini: 11

g = posttest – pretest

mps-pretest

keterangan:

g : normal gain

mps : maximum possible score; skor ideal = 100

10

Suharsimi Arikunto Op, cit, hal. 213 11

David E. Meltzer, “The Relationship Between Mathematics Preaparation and

Conceptual Learning gains in Physics: A Possible hidden variable in Diagnostic Pre-test Scores”,

Departement of Phisycs and Astronomy State University Ames, Am, J, Phys, 70 (12), December

2002, p. 1260 dari http://www.physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf.

diakses pada tanggal 5 april 2010.

Page 60: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

48

2. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas Hasil Belajar

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang

digunakan yaitu uji Liliefors.

Lo = F (Zi) – S (Zi)

Keterangan:

Lo : Harga mutlak terbesar

F (Zi) : Peluang angka baku

F (Zi) : Proporsi angka baku

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:12

1) Urutkan sampel dari yang kecil ke besar

2) Hitung nilai Zi dari masing-masing data berikut dengan rumus:

3)

Xi: data

: rata-rata data tunggal

S: Simpangan Baku

4) Dengan mengacu pada tabel distribusi normal baku, tentukan besar

peluang untuk masing-masing nilai Z, berdasarkan tabel Z ditulis

F(Z≤Zi) yang mempunyai rumus F(Zi) = 0,5 ± Z

5) Hitung proporsi Z1, Z2,. .., Zn yang lebih kecil atau sama dengan

Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:

S (Zi) =

6) Hitung selisih absolut F(Z)-S(Z), pada masing-masing data

7) Ambil harga Lhitung yang paling besar kemudian dibandingkan

dengan nilai Ltabel dari tabel Liliefors.

Kriteria pengujian : Lhitung < Ltabel ; data terdistribusi normal.

12

Sudjana, Metoda Statistiaka, (Bandung: Tarsito, 2002), hal. 466-467

Page 61: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

49

Lhitung > Ltabel ; data tidak terdistribusi normal.

8) Setelah data dinyatakan terdistribusi normal, maka dilakukan uji

homogenitas melalui uji Fisher dan dilakukan analisis data secara

parametrik dengan mengggunakan uji t. Jika data tidak terdistribusi

normal maka akan dilakukan analisis data dengan teknik

nonparametrik dengan uji Mann Whitney.

b. Uji Homogenitas Hasil Belajar

Uji homogenitas sebagai uji persyaratan analisis data yang

bertujuan untuk mengetahui apakah data homogen (sama) atau tidak.

Uji homogenitas dilakukan setelah data persyaratan normalitas

terpenuhi, yakni data dinyatakan berdistribusi normal. Uji homogenitas

dilakukan dengan menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi 0,05,

dengan rumus sebagai berikut:13

F =

Dengan kriteria : Fhitung ≤ Ftabel, maka data homogen.

Fhitung ≥ Ftabel, maka data tidak homogen.

3. Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat dilakukan, maka dilanjutkan dengan uji

hipotesis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan

berkomunikasi siswa dengan hasil belajar siswa signifikan. Teknik

pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji

korelasi, uji signifikansi dan koefisien determinansi.

a. Uji Korelasi

Analisis korelasi dilakuakan untuk mengetahui kuat lemahnya

hubungan antar variabel yang dianalisis, yaitu seberapa besar

hubungan antara kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar. Untuk

13

Ruseffendi, Satistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung: IKIP Bandung

Press, 1998), hal. 295

Page 62: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

50

menghitung koofesien korelasi digunakan rumus Sperman yaitu

sebagai berikut.14

Rhoxy = 1 –

Keterangan:

Rhoxy : koefisien korelasi tata jenjang

D : Difference, sering digunakan jiga B singkatan dari beda. D

adalah beda antara jenjang setiap subjek

N : Banyaknya subjek

b. Uji Signifikansi

Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara

variabel kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar benar-benar

signifikan. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus

“t” atau yang dikenal dengan uji t, yaitu:

thitung =

Dengan kriteria pengujian:

jika thitung < ttabel : maka Ho diterima (tidak ada hubungan yang

signifikan)

jika thitung > ttabel : maka Ho ditolak (ada hubungan yang signifikan)

Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan n-2 pada level of

significance (a) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0,05) atau taraf

keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu

variabel lebih dari 5% berarti variabel tersebut tidak signifikan.

c. Koefisien Determinansi

Koefesien determinansi digunakan untuk menyatakan besar kecilnya

sumbangan atau kontribusi variabel X terhadap Y. Koefisien

determinansi dapat dinyatakan dengan rumus:

14

Suharsimi Arikunto, op. cit., hal. 278

Page 63: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

51

KD = (rxy)2 x 100%

Keterangan :

KD : kontribusi variabel X terhadap Y

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y kemudian dicari

taraf signifikansi korelasi 0,05%

jika rhitung > rtabel maka Ho berati korelasi signifikan

4. Interpretasi Data

Cara lain yang juga bisa digunakan untuk mengetahui hubungan

antar dua variabel setelah pengujiannya adalah dengan menginterpretasi

koefisien korelasi yang diperoleh ataupun nilai r. Interpretasi tersebut

adalah sebagai berikut:15

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai r

“r” Interpretasi

0.0 – 0.20

0.20 – 0.40

0.40 – 0.70

0.70 – 0.90

0.90 – 1.00

Tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y

Terdapat korelasi yang rendah antara variabel X danY

Terdapat korelasi yang cukup antara variabel X danY

Terdapat korelasi yang tinggi antara variabel X danY

Terdapat korelasi yang sangat tinggi antara variabel X danY

15

Suharsimi Arikunto, op. cit., hal. 276

Page 64: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kemampuan Berkomunikasi Siswa

Hasil perhitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.1

dibawah ini. Pada Tabel 4.1 dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan

berkomunikasi siswa yang paling banyak diperoleh siswa berada pada

interval 81 – 83 yaitu sebanyak 15 siswa atau sebesar 39.4%. Siswa yang

mendapat skor pada interval 78 – 80 yaitu sebanyak 13 siswa atau sebesar

34,2%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 10

siswa atau sebesar 26.3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa

kelas XI MAN 2 Bogor memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.

Perhitungan ini secara rinci dapat dilihat pada lampiran 6.1

Tabel 4.1 Data Kemampuan Berkomunikasi Siswa

No Kelompok kemampuan N Persentasi

1 Tinggi 15 39,4%

2 Sedang 13 34,2%

3 Rendah 10 26,3%

Hasil penelitian kemampuan berkomunikasi melalui hasil pengamatan

yang dilakukan oleh observer, menunjukan bahwa indikator kemampuan

berkomunikasi siswa pada kelas tersebut sudah menyatakan hal yang positif

terhadap kemampuan berkomunikasi siswa. Perhatikan Tabel 4.2 terlihat

ketercapaian kemampuan berkomunikasi yang dimunculkan siswa mencapai

rerata tertinggi sebesar 82,76. Persentase ini terlihat pada indikator menjawab

pertanyaan, indikator tersebut berada pada kelompok asal. Sedangkan nilai

terendah berada pada indikator membaca sebesar 78,24 indikator tersebut

berada pada tahapan kelompok ahli. Analisis perhitungan ini secara rinci

dapat dilihat pada lampiran 5.2

1 Lampiran 6, hal 90

2 Lampiran 6, hal 88

Page 65: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

53

Tabel 4.2 Data Analisis Kemampuan Berkomunikasi Siswa

No Kelompok Jigsaw Kemampuan

berkomunikasi Rerata Kategori

1

Ahli

Membaca 78,24 Baik

Menjelaskan 80,78 Baik

Menyimak 81,07 Baik

Umpan Balik 81,52 Baik

Diskusi 81,13 Baik

Mengambil Keputusan 81,39 Baik

2 Asal

Menjelasakan 80,92 Baik

Menjawab Pertanyaan 82,76 Baik

Melakukan Refleksi 81,75 Baik

Sedangkan hasil penelitian kemampuan berkomunikasi dengan Peer

Assesment atau penilaian teman sebaya juga menunjukan hasil yang tidak

jauh berbeda dengan hasil penelitian menggunakan rubrik observasi

kemampuan berkomunikasi, bahwa aspek-aspek kemampuan berkomunikasi

siswa pada kelas XI IPA.3 sudah menyatakan hal yang positif terhadap

kemampuan berkomunikasi siswa. Perhatikan Tabel 4.3 Berdasarkan hasil

Peer Assesment yang dilakukan ketika berada dikelompok asal pada

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperoleh skor tertinggi berada pada

indikator menjelaskan sebesar 78,83. Sedangakan untuk skor indikator bahasa

diperoleh sebesar 76,91.

Tabel 4.3 Data Analisis Peer Assesment Kemampuan Berkomunikasi Siswa

No Kelompok Jigsaw Kemampuan

berkomunikasi

Rerata Kategori

1 Asal Menjelaskan 78,83 Baik

Bahasa 76,91 Cukup Baik

Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari

satu pihak ke pihak lainnya yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana

dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak

seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian

dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara

langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode

Page 66: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

54

visual, kode suara, atau kode tulisan.3 Berdasarkan penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi melibatkan adanya pemberi

berita atau pesan, berita atau pesan yang disampaikan, dan penerima berita

atau pesan. Hasil pengamatan kemampuan berkomunikasi terlihat

kemampuan siswa hanya sampai menyampaikan pesan, yaitu dengan

menjawab pertanyaan, tetapi belum adanya umpan balik yang positif dari

penerima pesan.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kemampuan berkomunikasi

yang dimiliki siswa kelas XI.3 adalah baik. Hal ini terlihat dari keseriusan

siswa dalam menjalankan diskusi dengan baik dan adanya interaksi antara

guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa. Besarnya indikator menjawab

pertanyaan sebesar 82,76 yang diajukan teman-temannya satu kelompok

dalam proses presentasi yang dilakukan dalam kelompok asal, karena

didukung dengan rasa tanggung jawab siswa terhadap materi yang

dikuasainya. Respon siswa terhadap aspek bertanggung jawab menerima

pertanyaan untuk dijawab tersebut positif, hal ini ditunjukkan dengan total

kemampuan berkomunikasi siswa pada kelompok ahli rata-rata 82,03%.

Kemampuan siswa dalam bertanggung jawab dikelompoknya akan

memberikan manfaat yang sangat besar terhadap siswa, antara lain : (1)

Memotivasi siswa untuk belajar giat karena adanya tekanan dari teman

kelompoknya serta menyadari akan penilaian yang berkelanjutan, (2)

Menghilangkan rasa takut pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya dan

menjawab pertanyaan, dan (3) Menumbuhkan kemampuan kerja sama siswa,

berfikir kritis dan kemampuan membantu teman. Hal ini juga sesuai dengan

pendapat Aceng Hiatami dan Supriadi secara psikologis model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.4

3 Zubair, A. Definisi Komunikasi. 2006. Tersedia: http://meilemma.wordpress.com

4 Aceng Hiatami dan Supriadi, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Untuk Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan,http://jurnal.unhalu.ac.id/download/aceng/PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJ

ARAN%20KOOPERATIF%20TIPE%20JIGSAW.pdf

Page 67: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

55

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi

siswa karena dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa menjadi lebih

aktif. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian lain, seperti

Novi Emildadiany yang menyatakan bahwa proses pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan

dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi.5 Begitu pula dengan

pendapat H. M. Sirih dan Muhammad Ali dalam penelitiannya menunjukan

bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara signifikan dapat

meningkatkan kemampuan berkomunikasi, kegiatan pembelajaran tipe jigsaw

juga dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa bekerja

kelompok dalam berbagi pengetahuan pada kelompok ahli dan kelompok

asal.6 Hal ini juga sesuai dengan pendapat Khoirul dalam Supriyadi

mengemukakan beberapa tujuan khusus model pembelajaran tipe Jigsaw

diantaranya adalah mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan

dan menerima informasi diantara anggota kelompok untuk mendorong

kedewasaan berfikir dan menyediakan kesempatan berlatih bicara dan

mendengar untuk berlatih dalam menyampaikan informasi.7

Dengan kemampuan berkomunikasi yang dimiliki oleh siswa yang

baik, diharapkan keseluruhan hasil belajar siswa meningkat. Seperti

penelitian yang dilakukan H. M. Sirih dan Muhammad Ali menyatakan

bahwa pembelajaran kooperatif akan berpengaruh pada aktivitas siswa yang

pada akhirnya dapat meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar

materi yang telah dipelajari.8

5 Novi Emildadiany, Cooperative learning teknikjigsaw. September 2008 . hal. 9

6 H. M. Sirih dan Muhammad Ali, Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan

Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP

Negeri 2 Kendiri, MIPMIPA, Vol. 6, No. 1, Pebruari 2007 h. 23 7 Aceng Hiatami dan Supriadi, op. cit., hal 12

8 H. M. Sirih dan Muhammad Ali, op. cit., hal. 24

Page 68: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

56

B. Hasil Belajar

Data hasil belajar biologi siswa berdasarkan pada tujuan yang telah

dirumuskan meliputi data nilai pretest dan postest, pembelajaran

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebanyak 38 siswa pada

subkonsep mekanisme transpor pada membran.

Sebelumnya, siswa diberikan pretest dan postest. Instrumen tes yang

digunakan sebelumnya telah diuji validasi dan realibilitasnya. Sehingga,

instrumen tes tersebut telah layak digunakan untuk hasil belajar siswa. Hasil

belajar siswa dianalisis untuk mengetahui adanya hubungan dengan

kemampuan berkomunikasi melaui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Hasil perhitungan statistik nilai pretest dapat diinterpretasikan bahwa

skor terendah yang diperoleh siswa yaitu 25, sedangkan skor tertinggi sebesar

63. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan sebelum dilakukan

proses pembelajaran. Kegiatan ini untuk mengetahui pengetahuan awal siswa

mengenai materi mekanisme transpor pada membran. Perhitungan statistik

dapat dilihat secara lengkap pada Tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Skor Pretest tiap katagori siswa

No Kelompok kemampuan N Persentase

1 Rendah 14 36,8%

2 Sedang 9 23,6%

3 Tinggi 15 39,4%

Tabel 4.4 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa

berada pada titik tengah 49 atau pada interval 46 – 52 yaitu sebanyak 9 siswa

atau sebesar 23.6%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 15

siswa sebesar 39.4%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata

sebanyak 14 siswa atau sebesar 36.8%. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa siswa kelas XI IPA3 MAN 2 Bogor belum memiliki hasil belajar yang

baik, karena masih banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah.

Perhitungan ini secara rinci dapat dilihat pada lampiran14.9

9 Lampiran 14. hal 116

Page 69: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

57

Sedangkan dari hasil perhitungan statistik nilai posttest dapat

diinterpretasikan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa yaitu 50,

sedangkan skor tertinggi sebesar 90. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes

yang diberikan setelah dilakukan proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Perhitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Skor Postes tiap kategori hasil belajar siswa

No Kelompok kemampuan N Persentase

1 Rendah 6 15,7%

2 Sedang 12 31,5%

3 Tinggi 20 52,6%

Tabel 4.5 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa

berada pada titik tengah 67 atau pada interval 64 – 70 yaitu sebanyak 12

siswa atau sebesar 31,5%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata

sebanyak 20 siswa sebesar 52,6%. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-

rata sebanyak 6 atau sebesar 15,7% dengan demikian dapat dikatakan bahwa

siswa kelas XI MAN 2 Bogor memiliki hasil belajar yang cukup tinggi.

Tetapi masih terdapat 6 siswa yang memiliki hasil belajar rendah.

Perhitungan ini secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1410

Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilihat bahwa

hasil belajar pada subkonsep mekanisme transpor pada membran yang

dimiliki siswa dapat tercapai dengan baik. Hasil belajar siswa tercapai dengan

baik karena sebagai hasil kemampuan berkomunikasi yang cukup tinggi.

Hasil belajar siswa setelah melakukan proses pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw pada subkonsep mekanisme transpor pada membran berdasarkan

perhitungan statistik memiliki nilai rata-rata 71,8 termasuk dalam kriteria

baik. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Terlihat dari jumlah siswa

yang mencapai belajar tuntas adalah 32 dari 38 atau 86,8%.

Terkait dengan studi ini, hasil belajar yang merupakan hasil dari

proses belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam kegiatan

10

Lampiran 14. hal 116

Page 70: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

58

pembelajaran, yaitu kemampuan berkomunikasi sebagai pendorong

utamanya, dan faktor ekternal-internal lain sebagai penentu berikutnya. Satu

kelemahan yang diamati selama proses belajar mengajar berlangsung

diperoleh bahwa kemampuan berkomunikasi yang dimiliki siswa baik, hanya

saja belum terbiasanya pembelajaran secara kooperatif tipe jigsaw diterapkan

dalam proses belajar akibatnya kurangnya waktu yang digunakan dalam

proses pembelajaran.

Berdasarkan data-data statistik dan beberapa uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada subkonsep mekanisme transfor

pada membran melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat tercapai

dengan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian, seperti

Muhammad Jamhari dalam jurnalnya yang bejudul Pengaruh Pemberian

Tugas Rumah Dikombinasikan Dengan Pembelajaran Model Jigsaw

Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa SMPN 21 Palu dalam

penelitiannya disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

memberikan sumbangan yang berarti terhadap hasil belajar IPA biologi.11

H.

M. Sirih dan Muhammad Ali dalam jurnalnya menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif akan berpengaruh pada aktivitas siswa yang pada

akhirnya dapat meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar materi

yang telah dipelajari.12

11

Muhammad Jamhari, op, cit. hal 128-130 12

H. M. Sirih dan Muhammad Ali, op, cit.hal. 24

Page 71: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

59

C. Hubungan kemampuan berkomunikasi dengan Hasil Belajar Siswa

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar

a. Deskripsi Data Hasil Belajar Pretes

Data hasil pretes siswa dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil Belajar Pretes siswa

Data N Mean SD Median Modus

Kelas XI IPA 3 38 47,9 12.08 48.3 55.5

Berdasarkan hasil perhitungan data, pretest hasil belajar biologi

siswa pada diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah 8. Nilai rata-rata

(mean) skor pretestnya adalah 28.45 dengan standar deviasi 7.8, nilai

tengah (median) adalah 29.65 dan nilai modusnya adalah 29.9.

Sedangkan pretest hasil belajar biologi siswa pada kelompok

kontrol diperoleh nilai tertinggi 65 dan nilai terendah 25. Nilai rata-

rata (mean) skor pretestnya adalah 47.9, dengan standar deviasi 12.08,

nilai tengah (median) sebesar 48.3, dan nilai modus 55.5.

b. Deskripsi Data Hasil Belajar Postest

Data hasil postest dapat dilihat pada Table 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Belajar Postest Siswa dan Kelompok Kontrol

Data N Mean SD Median Modus

Kelas XI IPA 3 38 71.8 9,6 75,9 80.25

Berdasarkan hasil perhitungan data, postest hasil belajar biologi

siswa diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Nilai rata-rata

skor postest sebesar 71.8. dengan standar deviasi 9.6, nilai tengah

sebesar 45, dan modus sebesar 56.25.

c. Deskripsi Data Nilai N-Gain

Peningkatan hasil belajar siswa secara langsung dapat dilihat

dari nilai rerata N-gain sebesar 0.22 (Tabel 4.8.), peningkatan hasil

belajar tersebut termasuk kategori sedang.

Page 72: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

60

Tabel 4.8. Rekapitulasi N-Gain

Data Pre test Post test N-Gain

N 38 38 38

Mean 47.9 75.9 0.22

SD 12.08 9.6 0.17

Varians 145.9 93 0.02

Berdasarkan hasil penghitungan N-gain, 100% atau 38 orang

termasuk dalam kategori sedang. Presentasi N-gain ditunjukkan pada

grafik 4.1.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Mean SD Varians

pretest

postest

N-Gain

Gambar 4.1. Grafik Hasil N-Gain

d. Deskripsi Data Hasil Uji Normalitas

Pada pengujian normalitas pretest didapatkan Lo = 0.1004 dan

normalitas postes didapatkan Lo= 0.1079, sedangkan nilai L yang

diperoleh dari tabel standar pada taraf signifikan 5% dan n = 38 adalah

sebesar 0.1438. Maka dapat disimpulkan bahwa data pretest dan

postest terdistribusi normal karena Lo lebih kecil dari pada Lt, (Tabel

4.9). Hasil perhitungan uji normalitas dari pretest dan postest dapat

dilihat pada lampiran.

Page 73: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

61

Dari tabel 4.9 diketahui pula N-gain diperoleh Lo= 0.1336,

dengan n = 38. Pada taraf signifikasi 5% diperoleh Lt = 0.1438.

Karena Lo lebih kecil daripada Lt, maka data berdistribusi normal.

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas N Lhitung Ltabel Kesimpulan

Pre test 38 0.1004 0.1438 Ho diterima

Post test 38 0.1079 0.1438 Ho diterima

N-Gain 38 0.1336 0.1438 Ho diterima

e. Deskripsi Data Hasil Uji Homogenitas

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas, diperoleh data

pretest dan posttest berdistribusi normal. Maka dilakukan uji

homogenitas sebelum dilakukan uji hipotesis. Pengujian homogenitas

pada penelitian ini menggunakan rumus Fisher. Berdasarkan hasil

perhitungan uji homogenitas pretest dan postest kelas XI IPA 3,

diperoleh Fo (Fhitung) sebesar 1.56 dengan taraf signifikansi 5% (α =

0.05), maka diperoleh Ftabel sebesar 1.7. berdasarkan data tersebut,

dapat diketahui bahwa Fo (1.56) < Ftabel (1.7), maka disimpulkan

bahwa kedua sampel homogen.

Tabel 4.10. Rekapitulasi Uji Homogenitas

Data Α F

Kesimpulan Hitung Tabel

Pre Test dan post

test

0.05 1.56 1.7 Ho diterima

f. Deskripsi Data Hasil Uji Parametrik Hasil Belajar

Setelah melakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas),

data pretest dan posttest yang diperoleh ternyata normal dan homogen.

Oleh karena itu, pengujian hipotesis yang digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian ini adalah uji t.

Penghitungan uji t dilakukan dengan membandingkan pre test

dan post test. Adapun hasil perhitungannya dideskripsikan berikut ini.

Page 74: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

62

Tabel 4.11. Penentuan Uji-t

Kelas SD Rata-rata S2 N

Pretest 9.25 71,8 93 38

Postest 11.76 48.15 145.9 38

Tabel di atas dengan taraf signifikansi 5% diperoleh thitung

sebesar 8.895 untuk menentukan ttabel maka harus ditentukan dahulu

db nya. Untuk pengujian hipotesis dengan uji t, maka db pada

penelitian ini adalah db = (N – 2 = (38) – 2 = 36. Dengan db tersebut

dapat ditentukan nilai ttabel sebesar 1.996. hal ini berarti thitung (8.895) >

ttabel (1.996), sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pre test dan post test.

2. Pengujian Hipotesis

a. Deskripsi Data Hasil Uji Korelasi

Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, maka dilanjutkan

dengan uji hipotesis. Hipotesis penelitian yang dirumuskan

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara kemampuan berkomunikasi dan N-gain hasil belajar siswa

melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Adapun kekuatan

hubungan yang diperoleh sebesar 0.66 antara kemampuan

berkomunikasi dengan N-gain hasil belajar siswa. Sedangkan dengan

post tes didapatkan 0.75. sedangkan kekuatan hubungan antara

kemampuan berkomunikasi menggunakan peer assesmen dengan N-

gain hasil belajar diperoleh sebesar 0,5 (lihat Lampiran). Akan tetapi

nilai r tidak dapat di signifikansi dengan rtabel, karena tidak terdapat

nilai rtabel 38 pada rtabel Sperman. Dengan demikian rtabel menggunakan

N=30.

b. Uji Signifikansi Korelasi

Setelah dilakukan uji korelasi dilanjutkan dengan uji

signifikansi yang dihasilkan melalui perhitungan uji-t. Hasil

perhitungan dihasilkan sebesar 7,07 ternyata jauh lebih besar jika

Page 75: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

63

dibandingkan dengan harga ttabel pada taraf signifikansi 5% yaitu

1,996. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan

berkomunikasi dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada subkonsep mekanisme transpor pada

membran.

c. Deskripsi Data Hasil Uji Determinansi

Koefisien determinansi yang didapat jika r = 0,7501 maka r2

=

0.5626 atau 57%. Hal ini berarti nilai rata-rata hasil belajar siswa 57%

ditentukan oleh nilai kemampuan berkomunikasi siswa.13

3. Pembahasan

Berdasaran uraian data statistik di atas dapat disimpulkan bahwa

hasil penelitian menunjukkan terdapatnya hubungan positif yang

signifikan antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar siswa

melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebesar 57%.

Secara teoritis dapat dikemukakan bahwa kegiatan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw ini dapat memunculkan berbagai jenis aspek

kemampuan berkomunikasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

biologi siswa. Dapat dikatakan bahwa kemampuan berkomunikasi yang

digunakan dalam memproses pengetahuannya melalui berbagai tahapan

kegiatan jigsaw memiliki keterkaitan dengan pembentukkan hasil belajar

yang baik. Kontribusi tersebut disebabkan karena kemampuan

berkomunikasi yang dimiliki siswa dapat meningkatkan pengetahuan

biologi siswa, sehingga hasil biologi siswa menjadi lebih baik. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan H. M. Sirih dan

Muhammad Ali dalam jurnalnya yang berjidul Penerapan Model

Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan

Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendiri

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif akan berpengaruh pada

13

Lampiran 20, hal. 133

Page 76: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

64

aktivitas siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan penguasaan

konsep dan hasil belajar materi yang telah dipelajari.14

Kemampuan berkomunikasi dapat muncul jika pembelajaran yang

digunakan memungkinkan siswa untuk aktif. Hal ini sesuai dengan

pendapat Khoirul dalam Supriyadi mengemukakan beberapa tujuan khusus

model pembelajaran tipe Jigsaw diantaranya adalah mengkaji

kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima informasi

diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir dan

menyediakan kesempatan berlatih bicara dan mendengar untuk berlatih

dalam menyampaikan informasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan

peningkatan penguasaan konsep siswa.15

Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan berkomunikasi yang positif diikuti pula dengan hasil belajar

biologi yang baik.

Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan baik secara teoritis maupun

secara praktis. Secara teoritis, seperti yang dikemukakan sebelumnya, bahwa

hasil belajar dapat dipengaruhi oleh kemampuan berkomunikasi siswa.

Implikasi praktis yang dapat dilakukan adalah upaya peningkatan kemampuan

berkomunikasi siswa dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

Kemampuan berkomunikasi dapat terbentuk jika pembelajaran yang ada

menjadikan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran (student

centered)

Sebagaimana yang diketahui bahwa hakikat belajar pada umumnya

adalah segala aktivitas dengan melibatkan serangkaian pembelajaran secara

langsung. Untuk itu setiap orang yang belajar harus aktif dalam

pembentukan sifat yaitu pola yang berfikir kritis dan kreatif. Untuk itu

suasana kelas perlu didesain sedemikian rupa sehingga siswa mendapat

kesempatan untuk saling berinteraksi. Dalam interaksi ini siswa akan

membentuk komunitas yang memungkinkan mereka menyukai proses dan

saling mengenal satu sama lain. Suasana belajar yang penuh dengan

14

H. M. Sirih dan Muhammad Ali, op, cit. hal. 24 15

Aceng Hiatami dan Supriadi, op, cit.

Page 77: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

65

persaingan dan pengisolasian akan membentuk hubungan yang negatif dan

mematikan semangat siswa. Hal ini akan menghambat pembentukan

pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu menciptakan

suasana belajar sedemikian rupa sehingga siswa perlu bekerjasama secara

gotong-royong.

Page 78: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian dan pembahasan, maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan

berkomunikasi dengan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw pada subkonsep mekanisme transpor pada membran. Hal ini

ditandai dengan adanya kontribusi kemampuan berkomunikasi dengan hasil

belajar ditunjukkan oleh hasil koefisien korelasi yang cukup baik sebesar

57%. Selain itu, dari lembar observasi didapatkan hasil bahwa sebagian besar

siswa memiliki hasil belajar dan kemampuan berkomunikasi yang baik, karena

dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa menjadi lebih aktif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran peneliti dari penelitian ini

adalah, guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampun yang cukup

untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi

yang akan diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan berkomunikasi siswa. Selain itu, untuk meningkatkan hasil

penelitian selanjutnya yang lebih baik, sebaiknya memperhatikan prosedur

penelitian dan instrumen penelitian. Selain itu, pada tahap presentasi pada

kelompok asal dialokasikan waktu yang lebih lama.

Page 79: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

67

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

2008.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006.

Meltzer E. David, “The Relationship Between Mathematics Preaparation and

Conceptual Learning gains in Physics: A Possible hidden variable in

Diagnostic Pre-test Scores”, Departement of Phisycs and Astronomy State

University Ames, Am, J, Phys, 70 (12), December 2002, p. 1260 dari

http://www.physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pd

f. dibrowsing pada tanggal 5 april 2010 Pikul 10.09

Emildadiany, Novi. Cooperative Learning-Teknik Jigsaw, http://makalah

kumakalahmu.wordpress.com/2008/09/15/coopertaive-learning

dibrowsing Hari Rabu, Tanggal 22 Januari 2010 Pukul. 10.57

Feronika Tonih. Buku Ajar Strtegi Pembelajaran Kimia. Jakarta: FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan.

Jakarta: PT RajGrafindo, 1999.

Hiatami Aceng dan Supriadi, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Untuk Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Pada materi

kelarutan dan hasil kalikelarutan, http://jurnal.unhalu.ac.id/download

/aceng/PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20KOOPER

ATIF%20TIPE%20JIGSAW.pdf dibrowsing dibrowsing Hari Rabu,

Tanggal 22 Januari 2010 Pukul. 11.40

Isjoni, Cooperatif Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok.

Bandung: Alfabeta, 2007.

Jamhari Muhammad. Pengaruh Pemberian Tugas Rumah Dikombinasikan

Dengan Pembelajaran Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi

Siswa SMPN 21 Palu Media Eksakta 2 (2) : 128-130, juli 2006

Lie, Anita. Cooperative Leraning; Mempraktekan Cooperative Learning Di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo, 2002.

Page 80: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

68

Muhammad, Muhammad. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep

Hidrokarbon Siswa SMA, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. I No. 2,

Juli 2007.

Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Mutmainah Siti. Fauzi Ahmad. Psikologi Komunikasi. Jakarta, Universitas

Terbuka Depdiknas 2005.

Nasution, S. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakrta: Bumi Aksara, 1989.

Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi aksara, 1995

Sendjaja Sasa Djuarsa , Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, Universitas Terbuka

Depdiknas 2005. Hal 1-30

Sirih Muhammad dan Muhammad Ali. Penerapan Model Pembelajaran Tipe

Jigsaw dengan Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa

Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendiri, MIPMIPA,

Vol. 6, No. 1, Pebruari 2007.

Sofyan, Ahmad. Feronika, Tonih & Milama, Burhanudin. Evaluasi Pembelajaran

IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Suasti, Yurni. Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Smu Pembangunan Unp

Melalui Modifikasi Cooperative Learning Model Jigsaw, Jurnal

Pembelajaran no.1. 26 Desember 2002.

Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2002.

Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 1996.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Trianto, Mendesain Model Pembelajran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan,

Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidika.

Jakarta:Prenada media grup, 2009.

Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Direktorat

Jendral Pendidikan Islam Departemen Agam RI Tahun 2006.

Page 81: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3852/1/HIMMATUL ULYA-FITK.pdf · (Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

69

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi aksara,

2009. hal. 195

Widjhaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara 2008.

hal: 1-25