skripsi fakultas pertanian

63
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tertulis Indonesia telah menganut konsep pembangunan pertanian berkelanjutan. Hal ini termuat dalam amandemen UUD 1945, pasal 33 bahwa "perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional".Pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan dengan pendekatan sistem dan usaha agribisnis serta kemitraan usaha. Dalam agribisnis dikenal konsep agribisnis sebagai suatu sistem dan agribisnis sebagai suatu usaha (perusahaan). Di samping itu dikenal azas- azas dalam pengembangan agribisnis yang berkelanjutan, seperti dikemukakan oleh Sudaryanto dan Hadi (1993) serta Hadi et al. (1994), yaitu

Upload: jalaluddin

Post on 31-Jul-2015

383 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara tertulis Indonesia telah menganut konsep pembangunan

pertanian berkelanjutan. Hal ini termuat dalam amandemen UUD 1945,

pasal 33 bahwa "perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional".Pembangunan

berkelanjutan dapat dilakukan dengan pendekatan sistem dan usaha

agribisnis serta kemitraan usaha.

Dalam agribisnis dikenal konsep agribisnis sebagai suatu sistem dan

agribisnis sebagai suatu usaha (perusahaan). Di samping itu dikenal azas-

azas dalam pengembangan agribisnis yang berkelanjutan, seperti

dikemukakan oleh Sudaryanto dan Hadi (1993) serta Hadi et al. (1994),

yaitu terpusat, efisien, menyeluruh dan terpadu, serta menjaga kelestarian

lingkungan. Struktur agribisnis yang berkembang saat ini dapat digolongkan

sebagai tipe dispersal atau tersekat-sekat, kurang memiliki daya saing, dan

tidak berkelanjutan. Hal itu disebabkan oleh tiga faktor utama (Simatupang

1995), yaitu:

1) Tidak ada keterkaitan fungsional yang harmonis di antara kegiatan atau

pelaku agribisnis, sehingga dinamika pasar belum dapat direspons secara

efektif karena tidak adanya koordinasi,

Page 2: Skripsi Fakultas Pertanian

2) Terbentuknya marjin ganda sehingga ongkos produksi, pengolahan, dan

pemasaran hasil yang harus dibayar konsumen menjadi lebih mahal, atau

sistem agribisnis tidak efisien, dan

3) Tidak adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dan pelaku agribisnis

lainnya sehingga petani sulit mendapatkan harga pasar yang wajar.

Ada dua sistem koordinasi, yaitu koordinasi melalui harga pasar dan

antarpelaku agribisnis. Operasionalnya dapat dilakukan melalui kelembagaan

kemitraan usaha agribisnis. Sistem yang pertama tidak dapat menjamin

keterpaduan produk, dan sebaliknya untuk system kedua. Pembangunan

pertanian berkelanjutan melalui pendekatan sistem dan usaha agribisnis dan

kemitraan usaha memberikan beberapa manfaat sekaligus, yaitu: 1)

mengoptimalkan alokasi sumber daya pada satu titik waktu dan lintas

generasi, 2) meningkatkan efisiensi dan produktivitas produk-produk

pertanian karena adanya keterpaduan produk berdasarkan tarikan permintaan

(demand driven), 3) meningkatkan efisiensi masing-masing subsistem

agribisnis dan harmonisasi keterkaitan antarsubsistem melalui keterpaduan

antarpelaku, 4) terbangunnya kemitraan usaha agribisnis yang saling

membutuhkan, memperkuat, dan menguntungkan, dan 5) adanya

kesinambungan usaha yang menjamin stabilitas dan kontinuitas pendapatan

seluruh pelaku agribisnis.

Pendekatan tersebut hanya akan berhasil bila dilakukan secara

partisipatif. Syahyuti (2006) mendefinisikan partisipasi sebagai proses

pelibatan seluruh pihak dalam proses pembangunan. Oleh karena itu,

2

Page 3: Skripsi Fakultas Pertanian

pembangunan partisipatif dalam konteks pembangunan pertanian

berkelanjutan dengan pendekatan sistem agribisnis dan kemitraan usaha

adalah proses yang melibatkan keseluruhan pelaku agribisnis dari hulu

hingga hilir dalam pengambilan keputusan substansial yang berkaitan dengan

eksistensi dan keberlanjutan usaha. Pembangunan pertanian secara

partisipatif akan menjamin keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan itu

sendiri.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai buah keberhasilan

pembangunan telah menimbulkan dampak negative terhadap ketersediaan

sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Sebagai gambaran, sektor

pertanian yang bertumpu pada potensi sumber daya alam banyak mengalami

pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya alam makin

menurun. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa pembangunan

berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan pada berbagai

masalah, antara lain: 1) menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan, 2)

berkurangnya daya dukung lingkungan, 3) meningkatnya konversi lahan

pertanian produktif, 4) meluasnya lahan kritis, 5) meningkatnya pencemaran

dan kerusakan lingkungan, 6) menurunnya nilai tukar, penghasilan dan

kesejahteraan petani, 7) meningkatnya jumlah penduduk miskin dan

pengangguran di pedesaan, dan 8) terjadinya kesenjangan sosial di

masyarakat.

Masalah tersebut muncul karena pembangunan selama ini cenderung

biasa pada pemacuan pertumbuhan produksi, serta peran pemerintah dan

3

Page 4: Skripsi Fakultas Pertanian

swasta sangat dominan. Masyarakat petani hanya berperan sebagai objek,

bukan sebagai subjek pembangunan. Sektor pertanian juga tidak lagi

ditempatkan sebagai fondasi ekonomi nasional, tetapi sebagai penyangga

untuk menyukseskan industrialisasi sebagai lokomotif pertumbuhan

ekonomi. Sebagai penyangga, sektor pertanian berperan untuk mendongkrak

produksi pangan dalam negeri secara cepat dan tidak berisiko secara politik.

Meminjam istilah Prof. Dr. Emil Salim, pembangunan ekonomi seperti itu

sering disebut sebagai “pola pembangunan konvensional”. Pola tersebut kini

sudah usang, bahkan menimbulkan dampak negatif serta memicu konflik

akses dan kontrol terhadap sumber daya alam, sehingga pola alternatif perlu

diajukan. Perubahan lingkungan strategis berupa globalisasi ekonomi,

otonomi daerah, perubahan preferensi konsumen, dan kelestarian lingkungan

menuntut adanya perubahan serta penyesuaian operasional kelembagaan,

termasuk kelembagaan pertanian. Globalisasi ekonomi menyebabkan makin

terintegrasinya berbagai aspek perekonomian suatu negara dengan

perekonomian dunia, serta meningkatnya persaingan baik antarpelaku

agribisnis maupun antarnegara. Kebijakan desentralisasi diperkirakan akan

mempengaruhi kinerja pembangunan pertanian di pedesaan.

Sejalan dengan globalisasi ekonomi dan otonomi daerah, terjadi pula

perubahan besar pada preferensi konsumen terhadap produk-produk

pertanian. Dewasa ini konsumen tidak lagi membeli komoditas, tetapi

membeli produk dengan atribut yang lebih lengkap. Berdasarkan

permasalahan tersebut, dibutuhkan paradigma baru pembangunan, baik

4

Page 5: Skripsi Fakultas Pertanian

mengenai arah, strategi maupun kebijakan, agar berbagai masalah yang

muncul dapat dipecahkan tanpa menimbulkan kerusakan sumber daya alam

dan lingkungan. Makalah ini mengulas beberapa kasus kegagalan

pembangunan pertanian konvensional, paradigma pembangunan pertanian

berkelanjutan dan konsep kemitraan usaha agribisnis, serta strategi

kemitraan usaha untuk mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan.

Daerah Lombok Timur yang cocok diusahakan tanaman stroberi

adalah di daerah Sembalun. Pembudidayaan stroberi di daerah ini hanya ada

di Desa Sembalun Kecamatan Sembalun. Usahatani stroberi membutuhkan

biaya selama proses produksinya berlangsung yang meliputi: biaya

perawatan, biaya tenaga kerja, biaya pupuk, biaya pajak, dan biaya obat-

obatan yang dinilai dengan rupiah.

Pengolahan usahatani di daerah penelitian ini sudah lama

dilaksanakan, namun dari pengamatan peneliti minat petani terhadap

usahatani stroberi ini masih rendah. Hal ini terbukti masih sedikit jumlah

petani yang mengusahakan tanaman stroberi. Sementara harga jual buah

stroberi cukup tinggi dimana pada saat survey dilaksanakan harga jual

stroberi Rp 20.000/Kg. Berdasarkan uraian diatas akan dilakukan penelitian

dengan judul "Analisa Usaha Tani Strobery di Kecamatan Sembalun

Kabupaten Lombok Timur

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran di atas maka masalah yang perlu diteliti

adalah sebagai berikut:

5

Page 6: Skripsi Fakultas Pertanian

1. Bagaimana produksi dan produktivitas usaha tani strobery di Kecamatan

Sembalun Kabupaten Lombok Timur?

2. Berapa besar pendapatan bersih usahatani stroberi ?

3. Apakah usahatani stroberi secara ekonomi layak untuk diusahakandi

Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur ?

4. Masalah-masalah apakah yang dihadapi petani dalam melaksanakan

usahatani stroberi di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur ?

5. Upaya - upaya apakah yang dilakukan untuk mengatasi masalah - masalah

yang dihadapi petani stroberi di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok

Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut yaitu untuk:

1. Mengetahui berapa produksi dan produktivitas stroberi di Kecamatan

Sembalun Kabupaten Lombok Timur.

2. Mengetahui besarnya pendapatan bersih usahatani stroberi di Kecamatan

Sembalun Kabupaten Lombok Timur.

3. Mengetahui kelayakanusahatani stroberi di Kecamatan Sembalun

Kabupaten Lombok Timur.

4. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani dalam usahatani

stroberi di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.

5. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan petani dalam memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi petani stroberi di Kecamatan Sembalun

Kabupaten Lombok Timur.

6

Page 7: Skripsi Fakultas Pertanian

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai:

1. Bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam

mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang analisis usahatani

tanaman stroberi.

2. Bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang ingin

mengetahui sampai sejauh mana perkembangan usahatani tanaman

stroberi.

3. Bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam

menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Gunung

Rinjani Selong.

7

Page 8: Skripsi Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Agribisnis

Pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki tiga tujuan (Sanim

2006), yaitu tujuan ekonomi (efisiensi dan pertumbuhan), tujuan sosial

(kepemilikan/keadilan), dan tujuan ekologi (kelestarian sumber daya alam

dan lingkungan). Tiga tujuan tersebut saling terkait seperti disajikan pada

Gambar 1. Pembangunan pertanian berkelanjutan dapat terwujud bila tiga

tujuan pembangunan tersebut tercapai. Efisiensi dan pertumbuhan sector

pertanian dapat dipacu melalui pertumbuhan produksi dan pendapatan

petani, pembentukan modal, dan peningkatan daya saing. Pemerataan

kepemilikan sumber daya dapat ditempuh melalui kebijakan reformasi

agraria (land reform) serta meningkatkan akses dan control masyarakat

petani ke sumber daya pertanian, modal, teknologi, kesejahteraan sosial, dan

ketenteraman. Kelestarian sumber daya pertanian dan lingkungan dapat

diwujudkan dengan mengembangkan sistem usaha tani ramah lingkungan,

memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan, mengurangi dampak

negative eksternal, serta mendorong dampak positif eksternal dalam proses

pembangunan.

Keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan ditentukan oleh

pelaksanaan revitalisasi pertanian. Krisnamurthi (2006) mengemukakan,

revitalisasi pertanian memiliki tiga pengertian. Pertama, sebagai kesadaran

akan pentingnya pertanian bagi kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia,

kedua, sebagai bentuk rumusan harapan masa depan tentang kondisi

8

Page 9: Skripsi Fakultas Pertanian

pertanian, serta ketiga, sebagai kebijakan dan strategi besar melakukan

revitalisasi itu sendiri. Pada bahasan ini, revitalisasi dibatasi pada

kelembagaan pertanian, yaitu kesadaran untuk menempatkan kembali arti

penting kelembagaan secara proporsional dan kontekstual. Bukti empiris

menunjukkan, penurunan kinerja kelembagaan penyuluhan pertanian dan

kelompok tani pada awal otonomi daerah menjadi salah satu faktor kunci

tidak stabilnya produksi pertanian, khususnya padi dan beberapa komoditas

Stroberi.

Adnyana (2005) memperkenalkan suatu kelembagaan petani yang

disebut “Sistem Agribisnis Korporasi Terpadu" (Integrated Corporate

Agribusiness System). Pada kelembagaan ini, petani melakukan konsolidasi

manajemen usaha pada hamparan lahan yang memenuhi skala usaha,

misalnya 50−100 ha. Konsolidasi manajemen dituangkan dalam bentuk

kelembagaan agribisnis seperti Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu

(KUAT), sistem kebersamaan ekonomi, dan lainnya. Kelompok usaha

tersebut sebaiknya berbentuk korporasi, asosiasi atau koperasi yang

berbadan hukum serta menerapkan manajemen korporasi dalam

menjalankan usahanya.

Kelompok juga mengembangkan pola kemitraan terpadu secara tidak

langsung dengan mitra. Alternatif model adalah pembangunan pertanian

berkelanjutan melalui kemitraan usaha. Model ini tetap mempertimbangkan

berbagai bentuk kelembagaan sebagai penopang kehidupan masyarakat,

yaitu kelembagaan yang hidup dan telah diterima oleh komunitas lokal atau

9

Page 10: Skripsi Fakultas Pertanian

tradisional (voluntary sector), kelembagaan pasar atau ekonomi (private

sector), dan kelembagaan politik/pemerintah atau sistem pengambilan

keputusan di tingkat publik (public sector) (Etzioni 1961).

Pengembangan model pembangunan pertanian berkelanjutan melalui

kemitraan usaha di pedesaan dengan melakukan revitalisasi kelembagaan

kelompok tani dan penyuluhan. Pemberdayaan petani menjadi petani

mandiri dan profesional dapat dilakukan melalui beberapa langkah. Pertama,

meningkatkan kualitas sumber daya manusia petani melalui pelatihan,

penelitian, magang dan sebagainya, baik secara individu maupun kelompok.

Kedua, melakukan revitalisasi kelompok tani mandiri ke arah kelembagaan

formal berbadan hokum (koperasi petani atau koperasi agribisnis, asosiasi

petani komoditas tertentu).

Ketiga, mengangkat penyuluh swakarsa atau petani petandu (dalam

program SLPHT) sebagai mitra penyuluh untuk memperlancar difusi dan

adopsi teknologi. Keempat, memberdayakan kelembagaan penyuluhan

pertanian dan kelembagaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) menjadi

Pusat Pelayanan dan Konsultasi Agribisnis (PPA) di setiap kecamatan

melalui system penyuluhan partisipatif. Kelembagaan di tingkat petani

seperti kelompok tani yang belum mandiri perlu direvitalisasi sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan setempat. Jumlah anggota kelompok dibatasi 20−25

orang untuk memudahkan penyatuan pendapat dan penggalangan kerja sama

(partisipasi).

10

Page 11: Skripsi Fakultas Pertanian

Hal ini di dasarkan pada keberhasilan berbagai program

pembangunan pertanian melalui pendekatan kelompok-kelompok kecil dan

proses seleksi yang baik, seperti Program Peningkatan Pendapatan Petani

dan Nelayan Kecil (P4K) dan SLPHT. Kelompok tani mandiri didorong

untuk mengkonsolidasikan diri dalam kelembagaan formal berbadan hukum,

sehingga me-mudahkan melakukan transaksi dan kemitraan usaha

agribisnis. Kelompok-kelompok tani dapat disatukan dalam bentuk

gabungan kelompok tani (gapoktan), asosiasi petani atau asosiasi agribisnis

yang anggotanya adalah para pengurus kelompok tani. Ketua kelompok tani

diangkat sebagai penyuluh swakarsa yang bertanggung jawab akan

perkembangan kelompoknya. Jika memungkinkan, penyuluh swakarsa

mendapat insentif atau honor yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD). Pemahaman terhadap berbagai aspek

pembangunan berkelanjutan (ekonomi, sosial, dan lingkungan) merupakan

prasyarat untuk menjadi penyuluh swakarsa. Gapoktan atau asosiasi

dipimpin oleh se-orang ketua atau koordinator penyuluh swakarsa desa

(jabatan ini hampir sama dengan Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA)

yang berlaku sekarang). Para penyuluh swakarsa akan menjadi mitra

Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam mengembangkan pembangunan

pertanian berkelanjutan melalui kemitraan usaha agribisnis. Perencanaan

pengembangan pembangunan pertanian berkelanjutan dan kemitraan usaha

agribisnis di pedesaan dan kelompok tani disusun bersama secara partisipatif

dengan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu suatu

11

Page 12: Skripsi Fakultas Pertanian

pendekatan dan metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan

masyarakat desa.

Perencanaan pembangunan pertanian berkelanjutan melalui

kemitraan usaha agribisnis merupakan kunci keberhasilan pembangunan

pertanian, baik dari tingkatan (magnitude), stabilitas maupun kontinuitasnya.

Oleh karena itu, kegiatan awal yang mutlak dilakukan adalah melatih

penyuluh agar memahami teknik dan filosofi PRA. Dalam penerapan di

lapang, penyuluh didampingi dan difasilitasi peneliti yang berpengalaman

dan menguasai teknik PRA. Keluaran PRA adalah rencana kerja atau

program pembangunan pertanian berkelanjutan melalui kemitraan usaha

agribisnis. Program difokuskan pada: 1) perencanaan pola tata tanam untuk

mengatur produksi sehingga tepat jenis, volume, kualitas serta

berkelanjutan, 2) diseminasi teknologi tepat guna yang ramah lingkungan, 3)

pengelolaan usaha simpan-pinjam, 4) pengadaan saran produksi melalui kios

saprodi kelompok, 5) penanganan pascapanen dengan memperhatikan

keamanan pangan, dan 6) pemasaran hasil secara berkelompok, baik melalui

kelompok tani maupun koperasi agribisnis.

Dalam era otonomi daerah, PPL dan penyuluh swakarsa bertugas di

tingkat desa dan berkantor di PPA di tingkat kecamatan. Namun untuk

memperlancar tugas, di setiap desa yang menjadi wilayah kerjanya perlu ada

sekretariat. Semua bantuan teknis penyediaan infrastruktur fisik, peralatan

dan bahan, dana, serta bimbingan teknis disediakan dan dianggarkan pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun APBD.

12

Page 13: Skripsi Fakultas Pertanian

Permasalahan yang muncul dimusyawarahkan di PPA, namun bila sulit

terpecahkan, penyuluh bisa menghubungi dan atau memanggil

peneliti/penyuluh BPTP, lembaga penelitian atau perguruan tinggi.

Koordinator PPL berfungsi sebagai ketua pelaksana PPA, dan bersama

gapoktan dan asosiasi petani atau asosiasi agribisnis merencanakan

melaksanakan dan mengevaluasi pengembangan agribisnis pedesaan. Bila

sistem ini berhasil dikembangkan, diharapkan masyarakat petani secara aktif

mendatangi PPA untuk mengakses informasi teknologi dan pasar atau

berkonsultasi tentang masalah yang dihadapi.

Dengan demikian, penyuluhan partisipatif dapat berjalan dengan

baik dan petani terdidik untuk bertindak secara profesional. Konsultasi dapat

dilakukan secara pribadi atau melalui musyawarah kelompok (sebaiknya

diawali dengan musyawarah kelompok, bila tidak teratasi baru dimajukan ke

musyawarah gapoktan atau asosiasi petani/asosiasi agribisnis). PPA tidak

hanya merencanakan pengembangan agribisnis, tetapi juga memberdayakan

dan meningkatkan kualitas sumber daya petani, PPL, dan penyuluh

swakarsa, serta sebagai mediator bagi terbangunnya kemitraan usaha

antarpelaku agribisnis yang saling membutuhkan, memperkuat, dan

menguntungkan. Implementasi pembangunan pertanian berkelanjutan

melalui kemitraan usaha agribisnis adalah sebagai berikut. Petani melakukan

konsolidasi dalam wadah kelompok tani. Selanjutnya, kelompok tani

mandiri ditransformasikan dalam kelembagaan formal berbadan hukum

13

Page 14: Skripsi Fakultas Pertanian

(koperasi pertanian, koperasi agribisnis, atau kelembagaan lainnya sesuai

kebutuhan).

Kelompok tani mandiri atau kelembagaan berbadan hukum

mengkonsolidasikan diri dalam gapoktan atau asosiasi petani/asosiasi

agribisnis, lalu melakukan konsolidasi manajemen usaha pada hamparan

lahan yang memenuhi kelayakan usaha (skala usaha bergantung jenis

komoditas, 25−100 ha), serta kesinambungan usaha. Pilihan komoditas atau

kelompok komoditas disesuaikan dengan potensi wilayah dan permintaan

pasar dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Manajemen korporasi

diterapkan dalam menjalankan sistem usaha agribisnis yang berkeadilan.

Pemilihan perusahaan mitra mengacu pada rekomendasi dinas dan atau

direktorat teknis, yang didasarkan atas komitmennya membangun

masyarakat agribisnis. Kelembagaan PPA diperlukan sebagai mediator dan

fasilitator dalam membangun kelembagaan kemitraan usaha terpadu.

2.2. Budi Daya Tanaman Strobery

Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan

pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu

Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan

Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas

dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali

masuk ke Indonesia.

Tanaman stroberi di Indonesia sebenarnya telah lama ditanam

semenjak jaman penjajahan dahulu tetapi sampai saat ini penyebaran dan

14

Page 15: Skripsi Fakultas Pertanian

budidaya stroberi belum meluas ke daerah-daerah di seluruh Indonesia

padahal tanaman lainnya seperti: komoditi jeruk, apel, dan anggur sudah

berkembang. Manfaat stroberi selain sumber vitamin dan mineral untuk

memenuhi kebutuhan gizi manusia juga mempunyai nilai ekonomi yang

patut di perhitungkan (Soemadi, 1997).

Tanaman stroberi (Fragaria x ananassa Duchesne) ditanam di

sebagian besar negara yang beriklim temperate dan di beberapa negara

subtropis. Stroberi di daerah tropis ditanam di daerah dataran tinggi.

Tanaman stroberi di Indonesia dalam setahun dapat berproduksi hingga lima

kali, puncak produksi terjadi pada bulan Juli - Agustus tergantung keadaan

lingkungan (Sukumalanandana dan Verheij, 1997). Menurut data FAO

(2009) produksi stroberi dunia tahun 2008 sebesar 4 068 454 ton dengan

luas areal produksi 255 366 ha. Buah stroberi di Indonesia mempunyai nilai

ekonomi yang tinggi karena permintaan pasar yang terus meningkat. Buah

stroberi tidak hanya dikonsumsi segar tetapi juga diolah menjadi sirup, selai,

ice cream, manisan, jus, dan dodol. Pengembangan produksi stroberi di

Indonesia belum mencapai optimal karena beberapa kendala yaitu : keadaan

iklim yang kurang mendukung, teknik budidaya yang belum tepat, kultivar

stroberi yang digunakan masih berproduktivitas rendah, serta adanya

serangan hama dan penyakit. Kendala produksi tersebut mengakibatkan

rendahnya tingkat produktivitas.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas yaitu dengan

memperbaiki pengelolaan teknik budidaya tanaman khususnya pemupukan.

15

Page 16: Skripsi Fakultas Pertanian

Pemupukan yang tepat akan menghasilkan buah yang berkualitas dan

meningkatkan produktivitas. Menurut Leiwakabesy dan Sutandi (2004)

pemupukan merupakan suatu usaha penyediaan nutrisi di dalam tanah,

sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan akhirnya tercapai produktivitas

yang maksimal. Semua nutrisi yang penting untuk tanaman dibuat dengan

melarutkan pupuk dalam air. Pengelolaan nutrisi tanaman merupakan kunci

sukses dalam budidaya hidroponik (Resh, 2004). Tanaman hidroponik

biasanya diletakkan dalam greenhouse untuk melengkapi kebutuhan sinar,

tingkat kelembaban dan kontrol pertumbuhan (Lingga, 2009). Sistem

penanaman secara hiroponik umumnya menggunakan metode irigasi tetes

dalam kegiatan pemeliharaan tanaman, khususnya pengairan dan

pemupukan (fertigasi). Menurut Gunawan (1996) pemupukan melalui irigasi

tetes dilakukan sebelum penanaman sebanyak 50 % dari kebutuhan pupuk

total dan sisanya diaplikasikan satu bulan kemudian secara berkala.

Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang

dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara

dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu

menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x

annanassa var Duchesne. Varitas stroberi introduksi yang dapat ditanam di

Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda,

Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet.

Stroberi merupakan tanaman buah yang hanya dapat tumbuh baik di

daerah pengunungan yang berhawa sejuk. Bentuk buah segar jarang

16

Page 17: Skripsi Fakultas Pertanian

dijumpai di pasaran di daerah dataran rendah yang jauh dari pegunungan

kecuali di tempattempat tertentu seperti: pasar swalayan, dan hotel-hotel,

restoran-restoran bertaraf internasional maupun di pesawat udara (Soemadi,

1997).

Petani stroberi harus menghasilkan produksi yang lebih tinggi

sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar setelah

dikurangkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses

produksi. Pengusahaan tanaman stroberi ini petani harus benar-benar

mengusahakan teknologi budidaya stroberi dalam usahataninya.

Tanaman stroberi dapat berbunga sepanjang tahun di daerah tropik.

Menurut Sukumalanandana dan Verheij (1997) bunga tanaman stroberi

terdiri dari lima mahkota, 20 - 35 benang sari, dan ratusan putik yang

menempel pada receptacle (dasar bunga) dengan pola melingkar. Bunga

primer yang lebih mendominasi perkembangan bunga terletak di ujung

tangkai utama. Buah stroberi akan matang setelah satu bulan pembungaan

dan ukuran buahnya akan menurun menurut percabangan yang makin ke

atas.

Ukuran buah stroberi yang paling besar berasal dari bunga primer,

kemudian bunga sekunder, tersier, dan kuartener. Menurut Gunawan (1996)

buah stroberi merupakan buah semu yang berasal dari receptacle yang

membesar, buah sejati yang berasal dari ovul yang telah diserbuki

berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras ini

disebut achene.

17

Page 18: Skripsi Fakultas Pertanian

Stroberi merupakan salah satu komoditi buah asli daerah beriklim

subtropis yang berasal dari Chili. Sejarah holtikultura mencatat bahwa

stroberi pada abad 14 pernah diusahakan dalam bentuk “Perkebunan” di

Prancis, sedang di eropa pada abad 17-18, jenis pertama stroberi yang

dibudidayakan mulai dari berproduksi (Gunawan, 1996).

Tanaman stroberi di Indonesia dapat di tanam sepanjang tahun tanpa

terganggu oleh adanya pergantian musim kontras setiap tahunnya seperti

yang terjadi di negara-negara yang mempunyai empat musim yaitu: Belanda,

Amerika,dan Australia (Soemadi, 1997).

Tanaman buah stroberi juga berguna bagi kesehatan bahwa selain

rendah lemak dan kalori juga stroberi secara alami mengandung serat

vitamin C, asam fospat, kalium, dan antioksi dalam jumlah yang tinggi.

Kandungan vitamin dalam buah stroberi menjadikan stroberi sebagai bahan

alternatif yang bagus untuk meningkatkan kesehatan seperti: jantung,

mengurangi resiko terserang beberapa jenis kanker, dan memberikan

dorongan positif terhadap kesehatan tubuh manusia. Orang yang

mengkonsumsi stroberi diuntungkan oleh kandungan nutrisinya yang

banyak, dapat mempertahankan jantung serta bisa membantu meningkatkan

fungsi ingatan, dan mengatasi peradangan sendi atau lebih dikenal dengan

istilah rematik (Kurnia, 2005).

Tanaman stroberi merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Daya pikatnya terletak pada warna

18

Page 19: Skripsi Fakultas Pertanian

buah yang merah mencolok dengan bentuk yang mungil, menarik, serta rasa

yang manis segar (Soemadi, 1997).

Varietas stroberi yang dapat ditanam di Indonesi adalah: oso grance,

pajaro, selva, ostara, teniro, robunda, tristar, bogota, elvira, gorilla, sweet

Charlie, shantung, dan red gauntlet. Petani di Lembang (Bandung) yang

sudah lama menanam stroberi menggunakan varietas shantung yang cocok

untuk di daerah tropis dan sering dibuat menjadi makanan olahan seperti:

selai dan jeli (Kurnia, 2005).

Petani di Lombok Timur (Tanah Sembalun) menanam jenis varietas

sweet charlie dan oso grance yang sangat baik untuk buah segar. Stroberi

ditanam di kebun tidak kalah menarik dengan menanamnya di pot. Ada

beberapa hal harus ysng dilakukan untuk penanaman stroberi, yaitu:

2.2.1. Pengolahan lahan.

Pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi fisik

tanah yang baik bagi pertumbuhan awal tanaman. Pengolahan ini

tergantung pada tanahnya, jenis tanah yang tidak gembut dibajak atau

dicangkul sebanyak dua kali, sedangkan bila tanahnya cukup gembur

maka pengolahan cukup dilakukan satu kali. Pengolahan tanah

dilakukan 1 (satu) bulan sebelum penanaman, sehingga dapat

memberikan waktu yang cukup bagi bahan organik terurai secara

sempurna.

Tanah yang sudah diolah kemudian dibuat menjadi bedengan

berukuran panjang dan lebar tergantung kebutuhan dan kondisi lahan.

19

Page 20: Skripsi Fakultas Pertanian

Lubang tanam dibuat setelah petani selesai melakukan bedengan.

Petani membuat beberapa lubang tanam yang mempunyai kedalaman

10 cm. Jarak antara baris dan lubang tanaman adalah 20-30 cm,

biasanya setiap bedengan dibuat 1-2 barisan lubang tanam (Seomedi,

1997).

2.2.2. Pemberian Pupuk

Pupuk adalah sumber nutrisi bagi tanaman, sumber nutrisi ini

dapat berupa pupuk kimia seperti: NPK, Urea, dan KCL. Penggunaan

pupuk kimia harus memperhatikan kondisi tanah, cuaca, dan harga

pupuk. Penggunaan pupuk urea pada musim hujan sebagai sumber

nitrogen sebaiknya dihindari dan menggantikannya dengan sumber

nitrogen berbentuk nitrit seperti: NPK atau KNO3.

Pupuk alami diberikan beberapa hari sebelum dilakukan

penanaman, yaitu dengan menggunakan pupuk kandang atau kompos.

Pupuk kandang dapat dibuat dari kotoran ternak babi, kambing,

kelinci, kerbau, kuda, sapi, dan unggas (Kurnia, 2005).

2.2.3. Pemberian Air

Stroberi adalah tanaman yang tidak tahan kekeringan. Ciri

umum tanaman yang mengalami kekeringan adalah dengan daunnya

yang layu. Kekeringan dapat berpengaruh terhadap menurunnya

produksi buah stroberi. Pengairan sebaiknya dilakukan secara rutin.

Para petani stroberi di Sembalun melakukan penyiraman dengan cara

manual yaitu dengan menggunakan gembor (Kurnia, 2005).

20

Page 21: Skripsi Fakultas Pertanian

2.2.4. Penanaman Bibit

Ada beberapa sistem penanaman stroberi di kebun seperti:

a. Sistem Baris Acak

Stroberi dimulai dengan tanpa bedengan pada sistem ini tanaman

stroberi ditanam dengan beberapa anakan yang muncul dari

setiap sulur dan dibiarkan tumbuh tidak teratur.

b. Sistem Pagar

Sistem pagar sama seperti sistem baris acak, tetapi pertumbuhan

anakan diatur sedemikian rupa sehingga sejajar dengan barisan

tanaman induk.

c. Sistem Baris Teratur

Sistim baris teratur digunakan untuk varietas yang kurang dapat

menghasilkan anakan. Tanaman induk ditanam pada jarak yang

sudah diatur sampai dihasilkan anakan dari tanaman tersebut

(Soemadi, 1997).

2.2.5. Pemberian Mulsa

Pemberian mulsa dianjurkan untuk menjaga kelembaban tanah.

Mulsa yang diberikan berupa jerami atau plastik “polietilen”.

Penggunaan mulsa diperkirakan dapat mempertahankan kelembaban

tanah dengan curah hujan sebanyak 5 cm. Tujuan pemberian mulsa

adalah:

a. Menjaga kelembaban tanah.

b. Menjaga temperatur tanah pada tanah subtropis.

21

Page 22: Skripsi Fakultas Pertanian

c. Mencegah tumbuhnya gulma.

d. Menjaga agar buah tetap bersih dan tidak langsung terletak di atas

tanah. Menyediakan permukaan yang bersih untuk meletakan

kountainer pada waktu panen (Soemadi, 1997).

2.2.6. Penyiangan

Tanaman stroberi umumnya tidak tahan bersaing dengan gulma.

Gulma bisa mengganggu pertumbuhan dan kesehatan tanaman.

Penyiangan tanaman stroberi harus hati-hati agar tidak terlalu banyak

mematahkan perakaran, sebab akar yang terluka terinfeksi oleh

penyakit. Kegiatan ini harus dilakukan sesering mungkin agar

tanaman dapat terhindar dari tanaman penganggu

2.2.7. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan terhadap tanaman yang daunnya terlalu

rimbun atau terkena penyakit. Pemangkasan daun dilakukan agar

tanaman efisien dalam melakukan suatu fotosintesis dan menghindari

terjadi dehidrasi akibat laju transpirasi.

Pemangkasan juga memudahkan dan pengamatan terhadap keadaan

makanan secara keseluruhan serta meningkatkan kuantitas dan

kualitas hasil panen. Pemangkasan dilakukan secara teratur terutama

melakukan dalam membuang daun-daun yang sudah tua atau busuk.

2.2.8. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Tanaman stroberi termasuk tanaman yang sering diserang hama dan

penyakit. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit sering

22

Page 23: Skripsi Fakultas Pertanian

berdampak buruk karena dapat menggagalkan panen. Penyakit utama

tanaman stroberi adalah cendawan yang kebanyakan menular dari

tanah. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan

dengan pestisida.

2.2.9. Panen

Tanaman buah stroberi dapat di panen setelah berumur 2-2,5 bulan.

Tanaman buah stroberi yang dapat di panen memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Buah sudah agak kenyal.

b. Kulit buah didominasi warna merah, merah kekuningan, hijau

kemerahan atau kuning kemerahan.

Petani melakukan pemanenan pada pagi hari sebelum buah

terpengaruh udara panas, jika terlalu siang suhu udara yang panas akan

merangsang laju metabolisme buah menjadi lebih cepat, sehingga

mengurangi waktu simpan buah.

Pemanenan dapat dilakukan dua kali seminggu atau setiap tiga hari.

(Kurnia, 2005). Kematangan buah ditandai dengan perubahan warna dari

putih kemerahan. Penentuan saat panen yang tepat harus memperhatikan

permintaan dan jaraknya dengan lokasi pemasaran. Kriteria buah yang dapat

di panen adalah besarnya persentase warna merah pada buah masak

(Soemadi, 1997).

Stroberi merupakan buah yang lunak sehingga cukup peka pada

kerusakan akibat tekanan atau gesekan dari luar, oleh karena itu

23

Page 24: Skripsi Fakultas Pertanian

pemanenannya harus dilakukan secara hati-hati. Petani melakukan panen

dengan cara menggunting tangkai buah sehingga kelopak buah masih

menempel, cara lain dengan menjepit tangkai buah dengan telunjuk dan ibu

jari kemudian ditarik hingga putus (Soemadi, 1997).

Kondisi lingkungan tempat tanaman dapat mempengaruhi rasa dan

aroma buah stroberi, walaupun hal ini dipengaruhi oleh sifat genetik

tanamannya. Varietas stroberi yang tumbuh di bawah cuaca cerah tetapi

dingin pada malam harinya akan mempunyai rasa lebih enak dibanding yang

tumbuh di bawah udara berawan, lembab, dan panas malam hari (Soemadi,

1997).

2.3. Tinjauan Ekonomi

Petani stroberi akan menghasilkan produksi. Produksi menurut

anjuran adalah bahwa produksi yang dihasilkan sangat tinggi dapat kita lihat

jumlah produksi dengan luas lahan 1400 m adalah 4000 Kg dengan jumlah

bibit yang digunakan petani sebanyak 8000 batang. untuk mendapatkan total

pendapatan harus terlebih dahulu menghitung total biaya yang dikeluarkan

petani terdiri dari: biaya, tenaga kerja, biaya pengolahan lahan, biaya bibit,

biaya pupuk, biaya obatobatan,dan biaya pajak.

Penerimaan petani adalah perkalian total produksi yang dihasilkan

petani dengan harga tanaman buah stroberi selama masa produksi yang

dihitung dalam proses produksi. Kelayakan suatu usahatani dianalisis

dengan “Return Cost Rasio (R/C)”.

24

Page 25: Skripsi Fakultas Pertanian

Jika perbandingan totalitas penerimaan dengan totlitas biaya

produksi usahtani yang dikelola petani. Apabila R/C >1 maka usahatani

tanaman stroberi secara ekonomis layak untuk diusahakan sedangkan bila

R/C <1 maka usahatani tanaman stroberi tidak layak diusahakan.

2.4. Penelitian yang Relevan

Menurut Adi Patoni ( 2008 ), dalam penelitiannya berjudul Analisa

Kelayakan Usaha Tani Strowberi di Kecamatan Sembalun Kabupaten

Lombok Timur menyatakan bahwa, total biaya yang dikeluarkan selama

musim tanam pada usaha tani strowberi yang ada di Kecamatan Sembalun

adalah Rp. 8.863.124 perhektar dengan nilai produksi sebesar Rp.

13.500.000 perhektar sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp.4.636.876

perhektar dan hasil perhitungan B/C Ratio didapat nilai 1, 47 yaitu lebih

besar dari 1 berarti usaha tanai stroberi di Kecamatan Sembalun layak untuk

usahakan.

Jalaluddin ( 2007 ), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

usahatani stroberi dilakukan pada budidaya stroberi secara hidroponik di

Kecamatan Sembalun menyatakan bahwa, usahatani stroberi dilakukan pada

budidaya stroberi secara hidroponik menguntungkan dengan keuntungan

sebesar Rp. 54 327 731,00 selama dua tahun. Biaya produksi setiap tanaman

dari penanaman stroberi secara hidroponik sebesar Rp. 5 886,00. Return of

cost ratio (R/C) dan payback period (PP) yang dihasilkan oleh usahatani

stroberi berturut-turut sebesar 1.2 dan 1.6.

25

Page 26: Skripsi Fakultas Pertanian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumiati ( 2009 ),

dengan judul Analisis usahatani stroberi secara konvensional di Kecamatan

Sembalun Kabupaten Lombok Timur. Analisis usahatani menunjukkan

bahwa penanaman tanaman stroberi secara konvensional di Kampung

Langkop memberikan nilai keuntungan sebesar Rp. 7 596 000,00 selama dua

tahun. Total pendapatan yang dihasilkan selama dua tahun sebesar Rp. 27

010 000,00 dengan total biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. 19 414

000,00. Biaya produksi setiap tanaman dari penanaman stroberi secara

konvensional Rp. 2 623,00. Return of cost ratio (R/C) yang dihasilkan oleh

usahatani stroberi berturut-turut sebesar 1.3 .

26

Page 27: Skripsi Fakultas Pertanian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Landasan Teori

Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif

dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu dan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber

daya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila

pemanfaatan sumber tersebut menghasilkan pengeluaran yang melebihi

masukan (Soekartawi, 1995).

Tenaga kerja usahatani merupakan faktor yang penting, tenaga kerja

usahatani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga.

Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan upahan atau arisan tenaga

kerja. Tenaga kerja manusia terdiri atas: tenaga kerja pria, wanita, dan anak-

anak. Perhitungan tenaga kerja dari ketiga jenis tersebut berbeda-beda.

Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah dengan

menggunakan satuan HKP. Pengukuran tenaga kerja dapat diukur dengan

rumus yaitu:

1. Tenaga kerja pria : Jam kerja x 1 HKP

2. Tenaga kerja wanita : Jam kerja x 0,8 HKP

3. Tenaga kerja anak : Jam kerja x 0,5 HKP

(Hermanto, 1993).

27

Page 28: Skripsi Fakultas Pertanian

Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Modal

mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam pemasukan.

Modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga

kerja. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya pemasukan yang

diberikan sehingga menimbulkan resiko atau rendahnya hasil yang diterima

(Daniel, 2002).

Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau yang dapat

digunakan dalam sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar

tercapai hasil maksimum. Ukuran dari terjadinya peningkatan produksi

pertanian secara nasional adalah nilai pertumbuhan produksi hasil-hasil

pertanian dalam harga konstan. Kemampuan tanaman memberikan suatu

hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim dan lahan (Simanjuntak, 2004).

Produktivitas pertanian meliputi produkrivitas tanaman dan

produktivitas lahan. Produktivitas tanaman adalah totalitas hasil yang

diperoleh tanaman dalam satu kali proses produksi. Produktivitas dilakukan

oleh keunggulan bibit, dan metode budidaya seperti: pemupukan,

pemberantasan hama dan penyakit, system pemasaran, dan sistem panen

(Simanjuntak, 2004).

Harga yang digunakan dalam analisis adalah harga bayangan atau

harga ekonomi shadow price, yaitu harga yang terjadi dalam perekonomian

yang berada dalam tingkatan keseimbangan sempurna dan adanya

persaingan sempurna. Selain itu harga bayangan merupakan suatu harga

yang nilainya tidak sama dengan harga pasar (bisa di atas maupun di bawah

28

Page 29: Skripsi Fakultas Pertanian

harga pasar). Harga tersebut dianggap mencerminkan nilai sosial yang

sesungguhnya dari suatu barang atau jasa karena harga pasar dianggap tidak

mencerminkan atau tidak mengukur biaya atau nilai sosial yang sebenarnya

opportunity social dari hasil produksi (Gray dkk, 1986).

Penerimaan diperoleh dengan menekankan adanya harga jual. Harga

penjualan yang dapat diperoleh petani ditentukan oleh berbagai faktor yaitu:

mutu hasil, pengolahan hasil, dan sistem pemasaran serta struktur pasar yang

dihadapi. Produksi yang diperoleh petani dijual ke pasar sehingga akan

mendapatkan penerimaan (Simanjuntak, 2004). Penerimaan usahatani adalah

perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini

dapat dituliskan sebagai berikut:

TR = Py . Y

Keterangan :

TR = Total Penerimaan

Py = Harga

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani (Soekartawi, 1995).

Biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan pembiayaan yang

dimiliki oleh petani, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari luar.

Biaya produksi mencakup kegiatan mendefenisikan input-input dan sarana

produksi yang dibutuhkan baik dari segi jenis, jumlah dan mutu. Secara

umum biaya yang dikeluarkan petani adalah: bibit, pupuk, obat-obatan dan

tenaga kerja. Biaya produksi lebih mudah dikendalikan oleh petani dan salah

satu faktor yang menentukan adalah produktivitas petani (Said dan Intan,

2001).

29

Page 30: Skripsi Fakultas Pertanian

Penerimaan petani dapat dicari dengan menghitung total produksi

yang dihasilkan petani dikali dengan harga tanaman buah stroberi selama

masa produksi yang dihitung dalam proses produksi. Pendapatan bersih

adalah selisih total pendapatan tunai dengan total pengeluaran tunai.

Pendapatan bersih suatu usaha dinyatakan dalam bentuk jumlah rupiah.

Tujuan petani dalam berusahatani pada masyarakat yang telah

memasuki sistem pasar adalah untuk memperoleh pendapatan yang

sebesarbesarnya. Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya

produksi. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka

petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi

yang rendah.. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya

produksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi, menggunakan

teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur

skala produksi yang efisien (Simanjuntak, 2004).

Kelayakan usahatani stroberi dapat diketahui dengan menggunakan

analisis “ Return Cost Ratio (R/C) “ dengan kriteria kelayakan adalah:

R / C

Keterangan:

R = Py.Y

C = F C + V C

R = Revenue (Penerimaan)

C = Cost (Biaya)

Biaya Produksi Usahatani

30

Page 31: Skripsi Fakultas Pertanian

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total Biaya

FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Tidak Tetap

Jika:

R/C > 1, maka usahatani stroberi layak diusahakan

R/C < 1, maka usahatani stroberi tidak layak diusahakan (Soekartawi, 1995).

3.2. Kerangka Pemikiran

Tanaman stroberi merupakan tanaman yang memiliki prospek yang

cukup cerah untuk dikembangkan karena selain memberikan hasil yang

memuaskan juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat pedesaan.

Usaha tani tanaman stroberi memiliki beberapa input produksi yang

dikorbankan antara lain: bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Input

produksi ini menjadi komponen biaya produksi dalam pengelolaan usahatani

tanaman stroberi. Besarnya masing-masing komponen biaya tersebut

dipengaruhi oleh jumlah input yang digunakan dan tingkat harga masing-

masing input yang pada akhirnya secara bersama-sama akan mempengaruhi

besarnya total biaya produksi per proses produksi.

Suatu perencanaan produksi usahatani semua jenis komoditi,

persoalan biaya menempati kedudukan yang sangat penting, karena

pengambilan keputusan mengenai hal ini perlu menggunakan pertimbangan-

pertimbangan yang luas, seperti pertimbangan-pertimbangan yang sangat

31

Page 32: Skripsi Fakultas Pertanian

diperlukan agar biaya produksi cukup dapat dipenuhi sehingga usahatani

stroberi dapat dijalankan lancar dan berhasil. Petani akan memperoleh

penerimaan dari usahatani stroberi yaitu dari hasil penjualan produksi

tanaman stroberi. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara

produksi usahatani dengan harga jual pada saat penelitian yang dinilai

dengan rupiah. Pendapatan bersih diperoleh dari penerimaan dikurang

dengan biaya produksi dalam satu proses produksi.

Satu proses produksi tanaman stroberi adalah 2 Tahun dimulai panen

pertama setaelah tanaman berumur 5 Bulan sampai umur 2 Tahun. Totalitas

pendapatan bersih dipengaruhi oleh biaya produksi yang dikurangkan

dengan total penerimaan yang senantiasa akan dianalisis dengan alat uji

kelayakan R/C, sehingga diketahui apakah usahatani stroberi di daerah

penalitian layak atau tidak layak diusahakan oleh petani .

Berdasarkan uraian diatas, maka secara sistematis dapat digambarkan

skema kerangka pemikiran seperti di bawah ini.

32

Page 33: Skripsi Fakultas Pertanian

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

33

Usaha TaniStroberi

KendalaUsaha Tani

Stroberi

BiayaProduksi

Upaya-upayaUsaha Tani

Stroberi

Produksi

Pendapatan

KelayakanUsaha Tani

Stroberi

Page 34: Skripsi Fakultas Pertanian

3.3 Hipotesis

Dari Uraian dan pembahasan diatas, maka diajukan hipotesis sebagai

berikut : "Diduga Usaha Tani Stroberi di Kecamatan Sembalun Kabupaten

Lombok Timur layak diusahakan"

34

Page 35: Skripsi Fakultas Pertanian

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Metode dan Teknik Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang

ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan, menyusun dan

menganalisa serta menginterprestasikan data, kemudian menarik kesimpulan

( Nasir, 1988).

Pengumpulan data dengan menggunakan teknik survey, yaitu cara

mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung dan

wawancara dengan respondent pada daftar pertayaan yang dibuat

sebelumnya ( Soekartawi, 1986 ).

4.2. Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1. Penentuan Daerah Sampel

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Sembalun

Kabupaten Lombok Timur. Dari 6 Desa yang ada di Kecamatan

Sembalun diambil 2 Desa sebagai daerah sampel dengan

pertimbangan kedua Desa tersebut memiliki areal tanah terluas dan

merupakan sentra usaha tani stoberi ( Lampiran 1 ).

4.2.2. Penentuan Petani Responden

Petani yang digunakan sebagai responden adalah petani

pelaksana usahatani strowberi di dua Desa yang ada di

Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur pada musim

tanam 2011/2012 yaitu sebanyak 40 orang secara Kuota Sampling.

35

Page 36: Skripsi Fakultas Pertanian

Sedangkan untuk menentukan jumlah responden dari masing-masing

Desa dilakukan secara Random Sampling dengan rincian jumlah

responden pada masing-masing Desa sebagai berikut :

Desa Sembalun Bumbung = x 40 = 24 Orang

Desa Sembalun Lawang = x 40 = 16 Orang

Petani responden dari Desa Sembalun Bumbung ditetapkan

sebanyak 24 orang dan petani responden dari Desa Sembalun Lawang

ditetapkan sebanyak 16 orang. Untuk menentukan petani dari masing-

masing Desa ditentukan secara Random Sampling ( secara sengaja ).

Untuk lebih rincinya jumlah petani responden diuraikan pada bagan

berikut :

Gambar 2. Bagan Petani Responden

36

Kecamatan Sembalun

Desa Sembalun Bumbung

n = 24 Orang

Desa Sembalun Lawang

n = 16 Orang

Jumlah

n = 40 Orang

Page 37: Skripsi Fakultas Pertanian

4.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani

tanaman stroberi di Desa Sembalun Bumbung melalui survei kuisioner

yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh melalui

instansi yang terkait. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat

pada table dibawah ini.

Tabel 2. Spesifikasi pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Metode

1 Identitas Petani Responden Wawancara

2 Data Populasi Dan Sampel Responden Wawancara

3 Biaya Produksi Responden Wawancara

4 Harga Penjualan Tanaman Stroberi Responden Wawancara

5 Penerimaan Uasahatani Tanaman Stroberi Responden Wawancara

6 Pendapatan Bersih Tanaman Stroberi Responden Wawancara

7 Masalah yang di hadapi Responden Wawancara

8 Upaya yang dilakukan Responden Wawancara

4. 4. Metode Analisa Data

Analisis yang dilakukan dalam hipotesis penelitian adalah sebagai

berikut : Hipotesis 1 dianalisis dengan cara deskriptif yaitu dengan

membandingkan sistem pengolahan usaha tanai stroberi didaerah penelitian

dengan sistem pengolahan menurut anjuran ( literatur ).

Hipotesis 2 dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan

produksi dan produktivitas yang dihasilkan petani di daerah penelitian dengan

produktivitas menurut anjuran (literatur).

37

Page 38: Skripsi Fakultas Pertanian

Hipotesis 3 dianalisis secara tabulasi sederhana yaitu:

Pd = TR - TC

Keterangan:

Pd (Pendapatan) = Pendapatan Bersih Usahatani

TR (Total Revenue) = Total Penerimaan

TC (Total Cost) = Total Biaya

Hipotesis 4 dianalisis dengan R/C ratio, melihat layak atau tidak

layaknya usahatani stroberi dikembangkan.

1. Biaya produksi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

TC = FC + VC

2. Penerimaan adalah dikalikan dengan harga jual

R = Py . Y

Keterangan :TC = Total Biaya ( Total Cost )VC = Biaya Variabel ( Variable Cost )FC = Biaya Tetap ( Fixed Cost )R = Penerimaan ( Revenue )Py = Harga jual ( Price )Y = Produksi

Dengan kriteria R / C sebagai berikut : Jika : R/C 1, maka usahatani stroberi secara ekonomis layak dikembangkanR/C , maka usahatani stroberi secara ekonomis tidak layak

dikembangkan.

4.5. Definisi dan Batasan Opersional

Penelitian ini perlu dibuat defenisi dan batasan operasional

untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran sebagai

berikut:

38

Page 39: Skripsi Fakultas Pertanian

4.5.1. Defenisi

1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman stroberi

dalam lahannya

2. Produksi tanaman stroberi adalah semua hasil buah tanaman

stroberi dalam satu kali musim tanam selama 2 tahun.

3. Faktor produksi adalah komponen utama yang mutlak harus

diperlukan dalam melaksanakan proses produksi, pada usahatani

tanaman stroberi terdiri dari lahan, modal, tenaga kerja, dan sarana

produksi.

4. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani

selama proses produksi masih berlangsung yang dinyatakan dalam

bentuk rupiah permusim tanam ( 2 tahun ).

5. Komponen biaya produksi adalah termasuk biaya tenaga kerja,

biaya penyusutan, dan biaya sarana produksi seperti bibit, pupuk,

dan obat-obtan yang dikorbankan selama satu musim tanam yang

dinilai dalam bentuk rupiah / 2 tahun.

6. Penerimaan usahatani adalah total produksi yang dihasilkan dikali

dengan harga oleh tanaman usahatani stroberi selama musim

tanam masa produksi yang dihitung dalam rupiah/musim tanam.

7. Pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan dari

usahatani stroberi dengan total biaya produksi usahatani stroberi

(Rp/2 Tahun).

8. Kriteria kelayakan adalah kriteria yang digunakan dalam

39

Page 40: Skripsi Fakultas Pertanian

pelaksanaan suatu usahatani untuk mengukur apakah usahatani

secara ekonomi layak atau tidak layak diusahakan.

4.5. 2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Desa Sembalun Bumbung

Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2011 / 2012

3. Petani sampel adalah petani yang melakukan usahatani tanaman

stroberi didaerah penelitian.

40

Page 41: Skripsi Fakultas Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, 1982. Ilmu Usaha Tani, Alumni Bandung

Anomimus, 2003. Budidaya Pertanian Strowbery, CV. Yasa Guna, Jakarta

Arikunto, suharsimi,1998. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta

Budiman, S. dan D. Saraswati. 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta

Ganjar, I. RA. Samson, 1999, Pengenalan Kapang Tropik Umum, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Gunawan, L.W, 2003. Stroberi. Penebar Swadaya, Jakarta

Gray, dkk, 1986. Opportunity Social Produksi Pertanian, Rineka Cipta, Jakarta

Mawarni, Agnes, 2008, Paguyuban Petani Lestari Melangkah Maju, Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM

Manulang, 1983, Ekonomi Moneter, G I, Jakarta

M.T. Ritonga, Yoga Firdaus, 2007, Ekonomi, PHIBETA, Jakarta

Nopirin, Ph.D, 1992, Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta

Nainggolan, Kaman , 2007, Kebijakan Pangan Nasional Menuju Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Pangan, Makalah disampaikan pada : Workshop dan Peringatan Hari Pangan Sedunia Nasional pada Hari Jumat Tanggal 26 Oktober 2007 di Balai Desa Banjarsari, Kalibawang, Kulon Progo, DIY

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta

Susanto, S., B. Hertanti, N. Khumaida. 2010. Produksi dan kualitas buah stroberi pada beberapa sistem irigasi. Jurnal Hortikultura Indonesia

Suryana, Achmad, 2005, Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Andalan Pembangunan Nasional, Makalah Seminar Sistem Pertanian Berkelanjutan untuk Mendukung Pembangunan Nasional tanggal 15 Pebruari 2005 di

41

Page 42: Skripsi Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Solo.

Tjandra, A. 2000. Budidaya Stroberi (Fragaria x ananassa Duch.) di PT Indo Berry Pratama Desa Ciseureuh, Kecamatan Sindanglaya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hal.

42