skripsi azim lengkap with cv

141
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN JAMAAH AHLI TARIKAT QADIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DI KABUPATEN BREBES MENGENAI POLIGAMI SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH AZIM IZZUL ISLAMI 08350013 PEMBIMBING 1. DRS. MALIK IBRAHIM, M.Ag 2. DRA. HJ. ERMI SUHASTI, M.SI. JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012

Upload: azim-izzul-islami

Post on 26-Jul-2015

534 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Azim Lengkap With CV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN JAMAAH AHLI TARIKAT

QADIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DI KABUPATEN BREBES MENGENAI POLIGAMI

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM

ILMU HUKUM ISLAM

OLEH

AZIM IZZUL ISLAMI

08350013

PEMBIMBING

1. DRS. MALIK IBRAHIM, M.Ag 2. DRA. HJ. ERMI SUHASTI, M.SI.

JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Skripsi Azim Lengkap With CV

ii

ABSTRAK

Poligami merupakan salah satu pembahasan dalam bidang Hukum Keluarga, yang menurut pandangan jumhur ulama hukumnya mubah, namun tidak sedikit ulama yang membatasi kebolehannya, bahkan melarangnya. Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes sebagai salah satu bukti eksistensi tasawuf di Indonesia menyimpan sebuah fenomena unik terkait masalah poligami, yakni fenomena mursyid dan beberapa murid yang melakukan poligami. Fenomena ini tidak ditemukan dalam kelompok tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di wilayah lain, sebab umumnya pengikut tarikat berusaha menyempurnakan syari’at dengan meninggalkan perbuatan yang masih diperdebatkan hukumnya. Fenomena ini juga bertentangan dengan doktrin tarikat yang mengajarkan salik untuk meninggalkan kenikmatan dunia (berlaku zuhud ). Melihat fenomena ini, penyusun tertarik untuk mengetahui bagaimana pandangan poligami menurut jama’ah Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di kabupaten Brebes dan juga bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pandangan jama’ah Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Kabupaten Brebes mengenai poligami.

Penyusun menggunakan metode wawancara dalam menggali informasi mengenai pandangan poligami menurut jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes. Wawancara dilakukan terhadap Sembilan orang jama’ah yang terdiri dari badal mursyid, kiai ahli fiqh dan jama’ah lain. Narasumber dikelompokkan ke dalam tiga golongan, antara lain: pelaku poligami, istri yang dipoligami dan jama’ah yang tidak berpoligami.

Penyusun mendapat informasi bahwa semua informan yang terdiri dari sembilan jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah berpendapat bahwa poligami boleh hukumnya. Perbedaan nampak pada cara pandang jama’ah dalam menafsirkan ‘adl dalam poligami. Sebagian responden berpendapat bahwa keadilan dalam poligami hanya sebatas keadilan fisik saja, dan sebagian lain berpendapat bahwa keadilan meliputi keadilan fisik dan keadilan batin (kasih sayang). Poligami harus ditinjau dari aspek kemaslahatan yang merupakan inti dari tujuan Hukum Islam. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa poligami menurut jama’ah Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di kabupaten Brebes tersebut sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh ulama fiqh konvensional. Persamaan persepsi jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes dengan ulama fiqh konvensional disebabkan doktrin normatif dari mursyid mengingat bahwa Syaikh Abdul Qadir Jaelani sebagai guru para mursyid menggunakan doktrin fiqh ala Mazhab Syafi’i dan mazhab Hanbali.

Page 3: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 4: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 5: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 6: Skripsi Azim Lengkap With CV

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 05936/U/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab

Nama

Huruf Latin

Nama

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

Alif

Ba’

Ta’

Sa’

Jim

Ha’

Kha’

Dal

Zal

Ra’

Za’

Sin

Syin

Sad

Dad

Tidak dilambangkan

b

t . s

j

h

kh

d . z

r

z

s

sy

s

d

tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik diatas)

je

ha (dengan titik di bawah)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di bawah)

Page 7: Skripsi Azim Lengkap With CV

vii

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

Ta’

Za

‘ain

gain

fa’

qaf

kaf

lam

mim

nun

waw

ha’

hamzah

ya

t z .

g

f

q

k

‘l

‘m

‘n

w

h

y

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

koma terbalik di atas

ge

ef

qi

ka

‘el

‘em

‘en

w

ha

apostrof

ye

II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap

����دة

�ة

di tulis

ditulis

Muta’addidah

‘iddah

III. Ta’marbutah di akhir kata

a. Bila dimatikan ditulis h

Page 8: Skripsi Azim Lengkap With CV

viii

��

���

ditulis

ditulis

hikmah

jizyah

b. Bila diikuti denga kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h

آ�ا�ا�و���ء

ditulis _

Karamah al-auliya’

c. Bila ta’marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah

ditulis t

زآ�ةا����

ditulis

zakātul fitri

IV. Vokal Pendek

____

____

____

fathah

kasrah

dammah

ditulis

ditulis

ditulis

a

i

u

V. Vokal Panjang

1 2 3

��Fathah + alifه���

Fathah + ya’ mati �� Kasrah + ya’ mati � آ�

ditulis

ditulis

ditulis

_ a jahiliyyah

_ a tansa

_ i karim

Page 9: Skripsi Azim Lengkap With CV

ix

4

Dammah + wawu mati وض��

ditulis

_ u furud

VI. Vokal Rangkap

1

2

Fathah ya mati

����

Fathah wawu mati

��ل

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

اا!�

أ� ت

$��% &'�

ditulis

ditulis

ditulis

a’antum

‘u’iddat

la’in syakartum

VIII. Kata sandang Alif + Lam

a. bila diikuti huruf Qomariyah

ا�(�ا ن

ا�(�� ش

ditulis

ditulis

_ al-Qur’an

_ al-Qiyas

b. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyah

yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)nya.

Page 10: Skripsi Azim Lengkap With CV

x

ا�+��ء

ا�-�,

ditulis

ditulis

_ as-Sama’

asy-Syams

IX. Penulisan kata – kata dalam rangkaian kalimat

ذوي ا���وض

أه2 ا�+1

ditulis

ditulis

Zawi al-furūd

Ahl as-Sunnah

X. Pengecualian Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:

a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur’an, hadis, mazhab, syariat, lafaz.

b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh penerbit, seperti judul buku al-Hijab.

c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negera yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri Soleh

d. Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya Toko Hidayah, Mizan.

Page 11: Skripsi Azim Lengkap With CV

xi

MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO

IKHTIAR, DO’A dan TAWAKKALIKHTIAR, DO’A dan TAWAKKALIKHTIAR, DO’A dan TAWAKKALIKHTIAR, DO’A dan TAWAKKAL

�ن ا� �� ����� �� وان

(Manusia tiada akan mendapatkan selain apa yang

telah diusahakannya)

Page 12: Skripsi Azim Lengkap With CV

xii

KATA PENGANTAR

��ة وا ��م ��� ا��ف ا����ء وا ������ و��� ا � و�� ا����� ��� وا�� �! رب ا ا

�" ��� #� $%� ! �!ك ور�( ) ا '& ا�ما

�! ا '& ا�"& و��� ا � و��$ +����� " ��� #� $%� ا

ا"� ,�!

Puji syukur ke hadhirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmah,

hidayah dan inayah-Nya sehingga atas ridho-Nya penyusun dapat menyelesaikan

skripsi berjudul “ Tinjauan hukum Islam terhadap Pandangan Jamaa’ah Tarekat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah tentang Poligami”. Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah

menyampaikan ajaran agama Islam kepada kita sebagai satu-satunya agama yang

diridhai oleh Allah SWT.

Sebagai manusia biasa, penyusun menyadari bahwa skripsi yang berjudul “

Tinjauan hukum Islam terhadap Pandangan Jamaa’ah Tarekat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah tentang Poligami” ini masih jauh dari kesempurnaan. Harapan

penyusun semoga skripsi ini mempunyai nilai manfaat bagi seluruh pembaca.

Ucapan terima kasih juga penyusun haturkan kepada seluruh pihak yang telah

membantu penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun

tidak langsung, secara materiil maupun moril. Oleh karena itu, penyusun

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

Page 13: Skripsi Azim Lengkap With CV

xiii

1. Bapak Dr. Noorhaidi Hasan, M.Phil., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

2. Bapak Dr. Samsul Hadi, M.Ag selaku Ketua Jurusan (Kajur) al-Ahwal asy-

Syakhsiyyah.

3. Bapak Drs. Abu Bakar Abbak, M.SI selaku Penasihat Akademik.

4. Bapak Drs. Malik Ibrahim, M.Ag dan Ibu Dra. Ermi Suhasti, M.SI selaku

pembimbing I dan II yang selalu bersabar dalam membimbing dan

mengarahkan penyusun demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Ayahanda Izzudin Amaith dan Ibunda Siti Mahmudah yang senantiasa

“ngomaih” saat penyusun sedang malas dan lengah, yang tak pernah bosan

menyisihkan sebagian besar penghasilannya untuk biaya pendidikan dan

hidup anak-anakmu, yang semua itu tak lain merupakan wujud kasih

sayangmu pada penyusun. Terima kasih juga untuk kakakku, mas Izzam Izzul

Islami dan adikku yang rewel, Azmi Izzul Islami.

6. Dek Khikmatul Maulla (De Iik) yang jatuh bangun bersama-sama dalam

menemani penyusun selama kuliah di Jogja. Semoga cinta kita berlanjut ke

pelaminan. Amin.

7. Teman-teman AS angkatan 2008: Zuber, Nanda, Arif, Alex, Eko, Yaumi,

Jeni, H. Opik, Rahmat, Iqbal, Surya, Adi Jegog, Putra, Rohman, Aceng,

Zulfan, Tenggo, Jupe, Khabibi, Amin Rais, Anas, Munir, Damar, Agus,

Laeli, Shirhi, Mba Anif, Mba Leli, Mba Ummi, Devi, Luluk, Latipah, Khoir,

Page 14: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 15: Skripsi Azim Lengkap With CV

xv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:Skripsi ini ku persembahkan untuk:Skripsi ini ku persembahkan untuk:Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Bapak, ibu, kakak dan adikkuBapak, ibu, kakak dan adikkuBapak, ibu, kakak dan adikkuBapak, ibu, kakak dan adikku

KekasihkuKekasihkuKekasihkuKekasihku

KawanKawanKawanKawan----Kawan AS ‘Kawan AS ‘Kawan AS ‘Kawan AS ‘08080808

RekanRekanRekanRekan----Rekan PSKH UIN SuRekan PSKH UIN SuRekan PSKH UIN SuRekan PSKH UIN Su----KaKaKaKa

Dan Kepada Seluruh JiwaDan Kepada Seluruh JiwaDan Kepada Seluruh JiwaDan Kepada Seluruh Jiwa----Jiwa yang Pernah Hadir dalam HatiJiwa yang Pernah Hadir dalam HatiJiwa yang Pernah Hadir dalam HatiJiwa yang Pernah Hadir dalam Hati

Page 16: Skripsi Azim Lengkap With CV

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i

ABSTRAK…………………………………………………………………………… ii

NOTA DINAS………………………………………………………………………... iii

PENGESAHAN……………………………………………………………………... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN………………………………….. vi

MOTTO………………………………………………………………………………. xi

KATA PENGANTAR………………………………………………………………. xii

PERSEMBAHAN…………………………………………………………………… xv

DAFTAR ISI………………………………………………………………………… xvi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………. 1

B. Pokok Masalah……………………………………………………… 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………. 6

D. Telaah Pustaka………………………………………………………. 7

E. Kerangka Teoritik…………………………………………………… 10

F. Metode Penelitian…………………………………………………... 16

G. Sistematika Pembahasan……………………………………………. 19

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI

A. Pengertian Poligami………………………………………………… 21

B. Dasar Hukum Poligami…………………………………………….. 23

C. Poligami dalam Pandangan Hukum Islam (Fiqh)..……………........ 25

D. Poligami Perspektif Hukum Positif Indonesia…………………….. 37

Page 17: Skripsi Azim Lengkap With CV

xvii

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG TARIKAT QADIRIYA H WA

NAQSABANDIYAH DI BREBES.

A. Gambaran Umum Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Kabupaten

Brebes

1. Tasawuf dan Tarikat……………………………………………… 44

2. Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah dan Sejarah Berdirinya .…. 51

3. Penyebaran dan Perkembangan Tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah (TQN) di Kabupaten Brebes…………………….. 59

B. Pandangan Jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN)

terhadap Poligami…………………………………………………….. 66

BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN JAMAAH

TARIKAT QADIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DI KABUPATEN

BREBES MENGENAI POLIGAMI………………………………….. 77

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 93

B. Saran………………………………………………………………….. 94

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………. 95

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I Terjemahan

Lampiran II Biografi Ulama

Lampiran III Pedoman Wawancara

Lampiran IV Surat Rekomendasi Riset

Lampiran V Surat Bukti Wawancara

Page 18: Skripsi Azim Lengkap With CV

xviii

Lampiran VI Curriculum Vitae

Page 19: Skripsi Azim Lengkap With CV

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa.1 Kata nikah dalam al-Qur’an sering kali ditulis dengan kata ح��

berarti berhimpun, dan kata زوج yang berarti pasangan. Perkawinan secara

bahasa berarti berkumpulnya dua insan yang semula terpisah dan berdiri

sendiri, menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermitra.2 Khoirudin

Nasution dalam bukunya menyebutkan lima tujuan perkawinan, antara

lain: memperoleh kehidupan Sakinah, Mawaddah dan Rahmah;

Reproduksi/ Regenerasi; Pemenuhan kebutuhan biologis; Menjaga

kehormatan, dan ibadah. 3

Poligami merupakan salah satu fenomena yang ada dalam

perkawinan. Kata poligami secara etimologi berasal dari bahasa Yunani,

dari kata poli atau polus yang artinya banyak dan gamein atau gamos yang

berarti perkawinan dan ta’adzudz al-zaujah dalam hukum Islam; yang

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Pasal 1.

2Khoirudin Nasution, Hukum Perkawinan I. (Yogyakarta: ACAdeMIa&TAZZAFA, 2005), hlm. 17.

3 Ibid., hlm. 38.

Page 20: Skripsi Azim Lengkap With CV

2

berarti beristeri lebih dari seorang wanita. Bila kata ini digabungkan (polus

dan gamos), maka poligami akan berarti perkawinan banyak, dan bisa jadi

dalam jumlah yang tidak terbatas. Poligami dalam Islam mempunyai arti

perkawinan yang lebih dari satu, dengan batasan, umumnya dibolehkan

hanya sampai empat wanita. Ada juga yang memahami ayat tentang

poligami dengan batasan lebih dari empat atau bahkan lebih dari sembilan

isteri.4

Poligami memang telah menjadi perbincangan dan perdebatan

yang tidak pernah ada habisnya. Sebut saja praktik poligami yang

dilakukan oleh da’i kondang KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dan

Syekh Pujiono atau Syekh Puji yang berpoligami dengan menikahi gadis

di bawah umur bernama Ulfa. Kedua fenomena tersebut mendapatkan

respon dan tanggapan yang bervariasi dari masyarakat.

Nabi Muhammad melakukan praktik poligami, sebelumnya ia

hanya beristri satu orang selama 28 tahun. Setelah istrinya meninggal

(Khadijah) barulah ia menikah dengan beberapa wanita. Mayoritas isteri-

isteri Nabi Muhammad adalah janda yang ditinggal mati suaminya, kecuali

Aisyah (putri Abu Bakar). yang dinikahinya dengan kondisi yang masih

perawan.

Para imam Mażhab menggunakan dasar ( �� yang berbeda (ا

dalam memandang masalah poligami. Para ulama konvensional tersebut

4 Khoirudin Nasution, “Riba dan Poligami (Sebuah Studi atas Pemikiram Muhammad Abduh), (Yogyakarta: Academia dan Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 84.

Page 21: Skripsi Azim Lengkap With CV

3

mengakui bahwa poligami boleh hukumnya, bukan dianjurkan (sunnah),

apalagi wajib (amar/perintah) seperti yang diasumsikan sebagian orang.5

Khoirudin Nasution mencatat, bahwa ulama modernis pada

umumnya memperketat kebolehan poligami. Beberapa di antara mereka

mengharamkannya, meski di balik keharaman tersebut masih disertai

dengan kondisi yang masih memberikan kemungkinan untuk

melakukannya. Muhammad Abduh dan Ridha merupakan ulama modernis

yang mengharamkan poligami, meskipun untuk kondisi tertentu

membolehkannya. Letak perbedaan pendapat mereka dengan ulama fiqh

klasik adalah bahwa Muhammad Abduh berpendapat bahwa meskipun

Islam membolehkan poligami, namun kebolehan tersebut dituntut dengan

syarat keharusan meladeni isteri dengan adil. Adil merupakan syarat yang

sangat berat bahkan hal yang mustahil dilakukan oleh manusia sekeras

apapun upaya yang dilakukannya untuk berbuat adil, hal ini sebagaimana

Allah telah menyebutkan dalam surat Al-Nisa (4): 129.6

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 secara tegas menyebutkan,

dasar/prinsip perkawinan adalah monogini/monogami.7 Poligami menjadi

sebuah pengecualian dengan syarat maksimal empat. Orang yang akan

melakukan poligami harus ada izin dari Pengadilan. Sebaliknya, tanpa izin

5 Khoirudin Nasution, Hukum Perdata (keluarga) Islam Indonesia dan

Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia muslim, (Yogyakarta: ACAdeMIA&Tazzafa, 2009), hlm. 265.

6 Khoirudin Nasution, “Riba dan Poligami (Sebuah Studi atas Pemikiram Muhammad Abduh), (Yogyakarta: Academia dan Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 103-104

7 Prinsip ini seperti yang tertera pada UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 3 ayat (1).

Page 22: Skripsi Azim Lengkap With CV

4

Pengadilan perkawinannya tidak mempuyai kekuatan hukum.8 PNS

(Pegawai Negeri Sipil) yang mempunyai aturan yang terpisah dalam

pengaturan poligami. PP No. 45 Tahun 1990 menyebutkan bahwa PNS

yang akan berpoligami harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari

pejabat.9 Wanita yang berstatus PNS tidak boleh menjadi istri kedua/ketiga

dan seterusnya.10

Pada penelitian ini, penyusun membawa masalah poligami ke

dalam ranah tasawuf. Penyusun mencoba mencari informasi dan mencoba

memahami poligami menurut perspektif ahlu tarikat. Jama’ah tarikat yang

dijadikan objek penelitian adalah jama’ah tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah. Khususnya tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang

ada di Brebes. Poligami yang dilakukan oleh mursyid11 dan jama’ah

tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di kabupaten Brebes ini menjadi

motivasi bagi penyusun untuk menjadikannya sebagai objek penelitian.

Mayoritas mursyid tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Indonesia tidak

melakukan poligami, namun berbeda dengan mursyid tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah di Brebes. Kiai Jazuli sebagai salah satu mursyid tarikat

8 Khoirudin Nasution, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan

Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Muslim. (Yogyakarta: ACAdeMIa&TAZZAFA, 2009), hlm. 266-267.

9 PP No. 45 Tahun 1990 Pasal 4 ayat (1),

10 PP No. 10 Tahun 1983 Pasal 4 ayat (2); PP No. 45 Tahun 1990, perubahan no. 2 ayat (2).

11 Mursyid merupakan seorang pemimpin dalam tarikat, status mursyid selain sebagai pemimpin juga sebagai pembimbing spiritual bagi para jama’ah tarikat.

Page 23: Skripsi Azim Lengkap With CV

5

Qadiriyah wa Naqsabandiyah melakukan poligami yang tidak dilakukan

oleh mursyid lain. Dampaknya, poligami yang dilakukan Kiai Jazuli

seakan menjadi sebuah doktrin (ajaran) mursyid dengan melihat beberapa

jama’ah yang juga melakukan poligami.

Jika ditinjau dari aspek tasawuf, poligami bagi seorang salik

merupakan sebuah tantangan bahkan bisa menjadi sebuah larangan

mengingat tirakat atau riyadhah seorang salik dalam upaya mencapai

ma’rifat adalah dengan meninggalkan kenikmatan (tarku an-ni’mah),

meninggalkan syahwat (tarku asy-syahwah) dan meninggalkan

kesenangan (tarku al-ladzah). Jika poligami dilakukan dengan alasan

pemenuhan kebutuhan biologis, maka dapat disebut salik tersebut telah

gagal dalam upaya mencapai ma’rifat.

Fenomena poligami yang dilakukan oleh mursyid dan jama’ah ini

tentunya memiliki korelasi yang sangat jelas, sebab mursyid dalam suatu

tarikat merupakan pimpinan dan guru yang paling dominan dan paling

dipatuhi petuah-petuahnya, sehingga doktrin-doktrin sang mursyid bersifat

normatif dan harus selalu dipatuhi oleh jama’ah tarikat. Tarikat sendiri

artinya jalan, petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadat sesuai dengan

ajaran yang ditentukan dan dicontohkan Nabi dan dikerjakan oleh sahabat

dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada guru-guru, sambung-

menyambung dan berantai-rantai.12 Pandangan poligami menurut ahli

12 Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarikat (Uraian tentang Mistik), (Jakarta:

Ramadhani, 1993), hlm.67.

Page 24: Skripsi Azim Lengkap With CV

6

tarikat cukup menarik perhatian, sebab poligami sebagai fenomena sosial

ketika ditinjau dari aspek tasawuf dapat menguji sejauhmana nikah

poligami dapat dilaksanakan sesuai syari’at, sehingga hakikat dari

poligami dapat benar-benar dipenuhi.

B. Pokok Masalah

Latar belakang masalah di atas, menimbulkan pertanyaaan-

pertanyaan yang menjadi pokok masalah pada skripsi ini. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut dapat dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan

berikut:

1. Bagaimana pandangan jama’ah ahl Tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah di kabupaten Brebes mengenai poligami?

2. Bagaimana pandangan jama’ah ahl Tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah tentang poligami menurut perspektif hukum Islam?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan pandangan jama’ah ahl tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah mengenai poligami.

b. Untuk menjelaskan pandangan jama’ah ahl Tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah tentang poligami menurut perspektif hukum Islam.

Page 25: Skripsi Azim Lengkap With CV

7

2. Kegunaaan Penelitian

a. Memberikan kontribusi intelektual dalam rangka turut

berpartisipasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

ilmu pengetahuan seputar poligami.

b. Memberikan jawaban atas perilaku poligami bagi para pelakunya

sekaligus memberikan referensi bagi yang ingin mengetahi atau

melakukan poligami.

c. Sebagai studi komparatif (perbandingan) maupun lanjutan bagi

yang ingin mendalami masalah seputar poligami.

D. Telaah Pustaka

Telaah Pustaka merupakan bagian dalam karya ilmiah yang sangat

penting dan harus selalu ada. Telaah pustaka digunakan untuk menguji

keabsahan suatu penyusunan dan menunjukkan bahwa permasalahan yang

diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain.

Diskursus tentang poligami sudah lama dan sudah sering dibahas

dan dikaji oleh banyak peneliti. Penyusun telah melakukan telaah terhadap

skripsi-skripsi dan penelitian yang membahas poligami. Skripsi-skripsi

dan penelitian yang membahas masalah poligami sudah banyak

jumlahnya, namun penyusun hanya akan menyebutkan beberapa saja.

Skripsi berjudul Pandangan Kelompok Salafi terhadap Poligami

(Studi Kasus di Pesantren Ihya’ al-Sunnah, Sleman, Yogyakarta) karya

Desman menjelaskan tentang poligami menurut pandangan kelompok

Page 26: Skripsi Azim Lengkap With CV

8

Salafi. Desman juga menganalisis faktor –faktor yang melatarbelakangi

pandangan kelompok Salafi tersebut. Analisis poligami pada skripsi ini

menggunakan tinjauan dari sosiologi feminis, sehingga jelas sangat

berbeda dengan penyusunan yang dilakukan oleh penyusun, yaitu

poligami menurut jama’ah tarikat dalam sudut pandang hukum Islam.13

Sunu Budi Priyanto dalam skripsinya yang berjudul Pandangan

Aktivis Perempuan Islam Yogyakarta terhadap Poligami (Studi Kasus

Pandangan Lima Orang Aktivis Perempuan Islam di Wilayah Yogyakarta

terhadap Poligami), dia memaparkan secara jelas dan komprehensif

tentang pandangan lima aktivis perempuan Islam di Yogyakarta mengenai

poligami. Lima orang aktivis tersebut yaitu G.K.R Hemas (Ketua Tim

Penggerak PKK Prop. DIY), Hj. Masruchah (Ketua LKKNU DIY),

Ruhaini Dzuhayatin (Direktur PSW UIN Sunan kalijaga Yogyakarta), Umi

Munawiroh (Ketua Dept. Keputrian DPW PKS DIY) dan Getta

Nurmalasari (PP Nasiyatul Aisiyah). Setelah mengamati skripsi ini,

penyusun tidak menemukan analisis poligami menurut pandangan jama’ah

tarikat, melainkan hanya menurut beberapa aktivis perempuan muslim

saja. 14

13 Desman, ”Pandangan Kelompok Salafi Terhadap poligami (Studi Kasus di

Pesantren Ihya’ al-Sunnah, Sleman, Yogyakarta)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Ushuludin UIN Sunan kalijaga Yogyakarta, 2010.

14 Sunu Budi Priyanto, “Pandangan Aktivis Perempuan Islam Yogyakarta terhadap Poligami (Studi Kasus Pandangan Lima Orang Aktivis Perempuan Islam di Wilayah Yogyakarta terhadap Poligami)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005.

Page 27: Skripsi Azim Lengkap With CV

9

Skripsi berjudul Pandangan Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN

Sunan kalijaga Yogyakarta terhadap Praktek Poligami di Indonesia karya

Minzahrotil Umami yang menyoroti tentang pandangan poligami dari

kaum akademisi, yaitu mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Perbedaan skripsi ini dengan penyusunan yang penyusun

lakukan adalah pada informan. Skripsi ini menjadikan pendapat

mahasiswa sebagai objek penyusunan, sedang penyusun menjadikan

jama’ah tarikat sebagai narasumbernya.15

Bambang Setiono dalam skripsi berjudul Poligami dalam

Perspektif Kyai Pondok Modern di Kabupaten Ponorogo menjelaskan

pendapat kyai bahwa poligami dibolehkan dengan batasan empat orang

isteri dengan syarat-syarat yaitu kemampuan di bidang ekonomi (nafkah)

dan kemampuan berbuat adil di antara isteri-isteri dan anak-anaknya.

Meskipun menggunakan tinjauan yang sama (hukum Islam), namun

informan pada skripsi ini adalah seorang kyai pondok modern di

Kabupaten Ponorogo, sehingga nampak jelas perbedaannya dengan

penelitian yang dilakukan oleh penyusun.16

Skripsi berjudul Perbandingan Pandangan Enam Mufassir tentang

Poligami karya Hudaepah yang menjelaskan pendapat-pendapat mufasssir

15 Minzahrotil Umami, “Pandangan Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Sunan

Kalijaga terhadap Praktek Poligami di Indonesia”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

16 Bambang Setiono, “Poligami dalam Perspektif Kyai Pondok Modern di Kabupaten Ponorogo”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005.

Page 28: Skripsi Azim Lengkap With CV

10

dengan kesimpulan bahwa mayoritas mufassir memperbolehkan poligami

berdasar hadis Nabi. Selain itu, para mufassir mendasarkan konsep

keadilan berdasar An-Nisā’ (4): 3 dan 129. Skripsi ini sama sekali tidak

menyinggung analisis hukum Islam terhadap poligami, melainkan hanya

sebatas mendeskripsikan pandangan-pandangan beberapa mufassir tentang

poligami.17

Beberapa literatur di atas terkait permasalahan yang telah penyusun

bahas. Namun sejauh penelusuran yang dilakukan, penyusun tidak

menemukan satupun penyusunan tentang poligami dalam pandangan

Jamaah Tarikat. Oleh sebab itu penyusun mencoba meneliti bagaimana

pendapat poligami dari sudut pandang jama’ah tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah di Brebes dan bagaimana pandangan jama’ah tersebut

menurut perspektif Hukum Islam.

E. Kerangka Teoritik

Poligami merupakan salah satu dinamika dalam hukum

perkawinan. Poligami merupakan perkawinan antara seorang dengan dua

orang atau lebih (namun cenderung diartikan perkawinan satu orang suami

dengan dua orang isteri atau lebih).18 Poligami ada dua macam, yaitu

Poligini dan Poliandri. Poligini artinya permaduan atau beristeri lebih dari

17 Hudaepah, “ Perbandingan Pandangan Enam Mufassir tentang Poligami”, Skripsi

tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

18 Farida Hamid, Kamus ilmiah populer Lengkap (Surabaya: Apollo), hlm. 498.

Page 29: Skripsi Azim Lengkap With CV

11

satu.19 Pada pemahaman masyarakat umum, pengertian poligini sering

diidentikkan dengan poligami. Padahal melihat substansinya, terlihat

perbedaan yang jelas. Jenis poligami yang kedua yaitu poliandri, artinya

perkawinan dengan lebih dari satu laki-laki.20

Di Indonesia, poligami telah diatur dalam beberapa peraturan

perundang-undangan. Undang-undang perkawinan di indonesia

menyebutkan secara tegas bahwa asas perkawinan adalah monogami, 21

namun jika ada persetujuan dari isteri maka poligami dapat dilakukan

dengan izin Pengadilan Agama. 22

Undang-Undang Perkawinan menyebutkan Pengadilan Agama

bisa memberikan izin kepada suami yang ingin berpoligami bila:

a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan.

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.23

PNS yang akan melakukan poligami harus mendapat izin dari

pejabat,24 dan PNS perempuan dilarang secara mutlak untuk menjadi isteri

kedua/ketiga/keempat.

19 Ibid.

20 Ibid.

21 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal (3) ayat 1.

22 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal (3) ayat 2.

23 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 4 ayat (2). Syarat serupa juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 57.

Page 30: Skripsi Azim Lengkap With CV

12

Khoirudin Nasution menjelaskan bahwa perundang-undangan

perkawinan di Indonesia tentang poligami berusaha mengatur agar laki-

laki yang melakukan poligami adalah laki-laki yang benar-benar: (1)

mampu secara ekonomi menghidupi dan mencukupi seluruh kebutuhan

(sandang, pangan dan papan) keluarga (isteri-isteri dan anak-anak), serta

(2) mampu berlaku adil terhadap isteri-isterinya. Sehingga isteri-isteri dan

anak-anak dari suami poligami tidak disia-siakan. Perundang-undangan

Indonesia terlihat berusaha menghargai isteri sebagai pasangan hidup

suami. Suami yang akan berpoligami, harus lebih dahulu mendapat

persetujuan isteri. Untuk mencapai tujuan ini, semua perundang-undangan

Indonesia memberikan kepercayaan yang sangat besar kepada hakim di

Pengadilan Agama.25

Asas perkawinan tidak ditemukan secara tegas dalam kitab-kitab

fiqh konvensional karya imam mażhab seperti ا�����ط karya Imam as-

Sarakhsi (w483/1090) dari Mażhab Hanafi, al Muwatta’ karangan Imam

Malik, م karya Imam Syafi’i dan pendapat Ibnu Qudamah (w.620.H) ا

dari Mażhab Hanbali. Mayoritas ulama mażhab tidak melarang poligami

namun tidak pula menganjurkannya atau mewajibkannya. Kesimpulan lain

yang perlu dicatat adalah ada sejumlah nash yang berhubungan dengan

poligami yang dicatat ulama mażhab, yakni:

24 PP Nomor 45 tahun 1990 Pasal 4 ayat (1).

25 Khoirudin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, (Leiden-Jakarta: INIS, 2002), hlm. 111.

Page 31: Skripsi Azim Lengkap With CV

13

(1) an-Nisā’ (4): 3,

(2) an-Nisā’ (4): 129,

(3) al-Ahzab (33): 50 yang berbunyi:

26 $# ���!� �� �"!� ����� � ازوا��� و�� ���� ا������ ���� ���ن ���� �ج

(4) al-Mu’minūn (23): 5-6 yang berbunyi:

&%�ن ���ا ��+ ازو��� او �� ���� ا������ ���� *�� .وا�(�) ھ� �&�و

(�����27

(5) hadis berupa doa Nabi,28

(6) hadis tentang ancaman bagi suami yang tidak adil kepada isteri-

isterinya, dan

(7) hadis tentang kasus laki-laki yang masuk Islam dan disuruh Nabi untuk

mempertahankan isterinya maksimal empat.29

Muhammad Rasyid Ridha mencantumkan beberapa hal yang boleh

dijadikan alasan berpoligami, antara lain:

26 al-Ahzab (33): 50

27 al-Mu’minūn (23): 5-6

28 Doa dimaksud adalah ا��� ��ھذا ���ي � �� Hadiŝ bersumber dari Aisyah, dalam , اAbu Dawud, Sunan Abi Dawud, Kitab an-Nikah, Hadiŝ no. 1882; at-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, “Kitab an-Nikah”, hadiŝ no. 1059; an-Naasa’i, Sunan an-Nasa’i, “Kitab Asyratu an-Nisā’, hadiŝ no.3882; Ibn Majah, Suna Ibn Majah, “Kitab an-Nikah”, hadiŝ no. 1961; Ahmad, Musnad Ahmad, hadiŝ no. 33959; ad-Darimi Sunan ad-Darimi, “Kitab an-Nikah”, hadiŝ no.2110. as-Sarakhsi, al-Mabsut, V:217.

29 Dikutip oleh Khoirudin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, (Leiden-Jakarta: INIS, 2002), hlm. 106-107.

Page 32: Skripsi Azim Lengkap With CV

14

1. Isteri mandul.

2. Isteri yang mempunyai penyakit yang dapat menghalangi suaminya

untuk memberikan nafkah batin.

3. Bila suami mempunyai kemauan seks luar biasa (over dosis), sehingga

isterinya haid beberapa hari saja mengkhawatirkan dirinya berbuat

serong.

4. Bila suatu daerah yang jumlah perempuannya lebih banyak daripada

laki-laki. Apabila tidak poligami mengakibatkan banyak wanita yang

berbuat serong.30

Tuntutan harus berbuat adil yang dikutip oleh Khoirudin Nasution,

bahwa menurut Imam Syafi’i berhubungan dengan urusan fisik, sedang

untuk urusan keadilan dalam hati, hanya Allah yang mengetahuinya. Imam

Syafi’i mendasarkan pendapatnya pada ayat:

�5ا���5 .����ا � ���4�3/� ا�!��ء �1) /,#��ا أ) /�.-�,�ا ��)

31����4 ��)*&��ا &�)اهللا �..�7ا �ا)/�4�3ا ����,�$6 &/(�وھ�

Ayat tersebut menunjukkan bahwa keadilan dalam poligami hanya

sebatas keadilan fisik (keadilan kuantitatif), sebab hati tidak akan mampu

berlaku adil (keadilan kualitatif). Realisasi sifat adil dapat dijelaskan

dengan suami tidak boleh masuk kamar isteri yang bukan gilirannya

kecuali karena ada kepentingan. Kalau ada kepentingan boleh masuk asal

30 http://petanidakwahmenulis.blogspot.com/2009/07/perspektif-dan-syarat-

poligami-dalam.html, akses pada 4 Juli 2012.

31 an-Nisā’ (4): 129.

Page 33: Skripsi Azim Lengkap With CV

15

tidak bermesraan. Jika isteri yang bukan giliran malamnya sedang sakit,

suami hanya boleh mengunjungi isteri tersebut pada malam hari, kecuali

jika dia meninggal dunia, maka baru boleh mengunjungi pada malam

hari.32

Jika poligami ditinjau dari perspektif Hukum Islam, maka poligami

harus dilihat dan dicermati nilai kemaslahatannya. Poligami yang notabene

masih menjadi perdebatan dalam diskursus kajian Hukum Islam, memang

sangat berpotensi menimbulkan kemadharatan jika dilakukan oleh orang

dan waktu yang salah. Tentu kemadharatan lebih baik dihindari

sebagaimana kaidah fiqhiyyah:

33درء ا��&�;# �7#م ��+ ��: ا��9��3

Jika poligami dirasa dapat menimbulkan mafsadat atau madharat

bagi pihak-pihak yang terlibat, maka sesuai dengan kaidah fiqhiyyah di

atas, poligami harus dihindari (dilarang).

Tarikat sendiri artinya jalan, petunjuk dalam melakukan sesuatu

ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan Nabi dan

dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada guru-

guru, sambung-menyambung dan berantai-rantai.34 Tarikat merupakan

32 Khoirudin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap Perundang-

undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, (Leiden-Jakarta: INIS, 2002), hlm. 105.

33 Abdul hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah (Jakarta: al-Maktabah al-Sa’adiyyah Putra, 1927), hlm. 34.

34 Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarikat (Uraian tentang Mistik) (Jakarta: Ramadhani, 1993), hlm.67.

Page 34: Skripsi Azim Lengkap With CV

16

salah satu bagian dari tasawuf. Dalam ilmu tasawuf, ada 4 tingkatan

amalan seseorang yang merupakan dasar pokok ajaran Islam, yaitu:

Syari’at, Tarikat, Hakikat dan Ma’rifat . Syari’at merupakan peraturan,

tarikat merupakan pelaksanaan, hakikat merupakan keadaan dan ma’rifat

adalah tujuan yang terakhir.35 Poligami ditinjau dari ranah tasawuf,

penjelasannya adalah:

1. Aturan tentang poligami dalam al-Qur’an dan al-hadis disebut syari’at.

2. Tindakan Nabi dalam berpoligami yang diikuti sahabat-sahabat, tabi’in

dan tabi’in-tabi’in disebut tarikat.

3. Keadaan atau ahwal ketika seseorang merasakan dan memahami

manfaat atau madharat (hikmat at-tasyri’) disebut hakikat.

4. Ma’rifat adalah bahwa jika poligami dilakukan sesuai dengan aturan

dan niat berpoligami semata-mata karena ingin mengharap ridha Allah

dan mentaati apa yang telah disuruh oleh Allah, maka tujuan akhir

poligami telah tercapai, yaitu mengenal Allah dan mentaati aturan-Nya

dengan sebaik-baiknya.

F. Metode Penelitian

Metode dalam menyusun karya ilmiah seperti skripsi mempunyai

peranan yang sangat penting. Peranan metode terkait tata cara (prosedur)

memahami dan mengolah inti dari obyek penelitian. Pada penelitian ini,

penyusun menggunakan metode-metode sebagai berikut:

35 Ibid., hlm.68.

Page 35: Skripsi Azim Lengkap With CV

17

1. Jenis penelitian.

Jenis penelitian ini adalah field research, yaitu mengambil

informasi dari sumbernya (informan) secara langsung di lapangan yang

diteliti.36 Obyek utama pada penelitian ini adalah Jamaah Ahli Tarikat

Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di Brebes.

2. Sifat Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

metode deskriptif analisis. Metode deskripif dimaksudkan untuk

memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau

gejala-gejala lainnya.37 Jadi deskriptif analisis adalah menganalisa data-

data yang menggunakan metode deskripstif.

3. Pengumpulan Data

Penelitian yang penyusun lakukan menggunakan cara-cara

sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur,

dimana penyusun menggunakan pedoman wawancara yang memuat

garis besar pertanyaan yang diajukan kepada narasumber. Penyusun

juga menggunakan wawancara bebas sehingga narasumber dapat

lebih leluasa dalam menanggapi permasalahan yang ditanyakan.

36 Ahmad Pattiroy, “Metodologi Penelitian”. Hand Out Mata Kuliah Metodologi

Penelitian di Jurusan al-Ahwal asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta TA 2010/2011, tidak diterbitkan.

37 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta:Teras, 2009), hlm. 15.

Page 36: Skripsi Azim Lengkap With CV

18

Jumlah jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di

Brebes mencapai lebih dari lima ribu orang, namun penyusun

mengambil sampel dari objek yang diwawancarai hanya sembilan

jama’ah ahli Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang terdiri dari

badal (pengganti) mursyid, kyai ahli fiqh dan jama’ah lain.

Informan-informan tersebut dibagi menjadi tiga golongan, yaitu

tiga orang jama’ah dari golongan lelaki yang melakukan poligami,

tiga orang jama’ah dari golongan yang tidak melakukan poligami

dan tiga orang jama’ah perempuan yang dipoligami.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka diperlukan untuk mengkaji beberapa literatur

yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Literatur-

literatur yang dimaksud diantaranya bersumber Al-Qur’an, Hadis,

kitab-kitab fiqh dan ushul fiqh, peraturan perundang-undangan dan

literatur lain.

4. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah

ini adalah pendekatan normatif, dimana penyusun menyoroti

masalah poligami dengan menggunakan konsep fiqh konvensional

dalam menyoroti pandangan masyarakat Tarikat Qadiriyah Wa

Naqsabandiyah di Brebes.

Page 37: Skripsi Azim Lengkap With CV

19

5. Analisis Data

Analisis dalam penyusunan ini adalah analisis kualitatif,

yaitu untuk mengungkap fenomena sosial agar ditemukan solusi

atas masalah terkait. Penalaran (pola pikir) yang digunakan yaitu

secara induktif, yaitu setelah data-data terkumpul dari informan,

data-data terkait masalah poligami akan dianalisis dengan teori

yang tercantum dalam kerangka teoritik.

G. Sistematika Pembahasan

Materi yang dibahas dalam penyusunan skripsi ini disusun dalam

beberapa bab yang saling berkaitan agar dapat memudahkan pembaca

dalam memahami skripsi ini, yakni:

Bab pertama pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab. Latar

belakang masalah, pokok masalah dan tujuan dan kegunaan berfungsi

untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti dan signifikansinya. Telaah

pustaka berfungsi untuk menginformasikan bahwa permasalahan yang

diteliti belum pernah diteliti oleh orang lain. Kerangka teoritik berisi teori-

teori yang digunakan untuk menganalisis pandangan jamaah tarikat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Metode penelitian untuk menjelaskan

metode (pendekatan) yang digunakan dalam mengumpulkan dan mengolah

data. Sistematika pembahasan untuk menjelaskan sistematika pembahasan

yang digunakan dalam skripsi.

Page 38: Skripsi Azim Lengkap With CV

20

Bab kedua membahas gambaran umum poligami yang meliputi

pengertian, dasar hukum, konteks nash poligami serta pandangan Hukum

Islam dan peraturan perundang-undangan Indonesia mengenai poligami.

Bab ketiga, penyusun memaparkan gambaran umum tentang

Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes. Dimulai dari sejarah

hingga sampainya tarikat ini ke wilayah Brebes. Bab ini juga membahas

pandangan beberapa jama’ah ahli tarikat terkait tentang poligami.

Bab keempat merupakan analisis terhadap data di lapangan. Pada

bab ini penyusun menggunakan tinjauan (perspektif) hukum Islam dalam

menganalisis pandangan-pandangan jama’ah ahli tarikat tentang poligami.

Bab kelima atau bab terakhir, seperti pada umumnya skripsi-skripsi

lain, bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh

isi skripsi. Selain itu pada bab lima ini, diberikan juga sub bab tentang

saran-saran yang bersifat membangun.

Di akhir skripsi ini juga dicantumkan daftar pustaka sebagai

rujukan dalam penyusunan skripsi dan lampiran-lampiran guna menguji

validitas data.

Page 39: Skripsi Azim Lengkap With CV

21

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI

A. Pengertian Poligami

Kata poligami berasal dari bahasa Yunani. Kata ini merupakan

penggalan dari kata poli atau polus yang berarti banyak dan kata gamos atau

gamein yang berarti kawin atau perkawinan. Jika dua kata ini digabungkan

maka akan mempunyai arti suatu perkawinan yang banyak. Kalau dipahami

dari kata ini, menjadi sah untuk mengatakan, bahwa arti poligami adalah

perkawinan yang banyak, dan bisa jadi dalam jumlah yang tidak terbatas.1

Poligami dalam Islam mempunyai arti perkawinan yang lebih dari

satu, dengan batasan, umumnya dibolehkan hanya sampai empat wanita.

Beberapa kelompok lain memahami ayat tentang poligami memperbolehkan

seseorang untuk menikahi wanita lebih dari empat atau bahkan lebih dari

sembilan. Perbedaan ini disebabkan perbedaan dalam memahami dan

menafsirkan ayat al-Nisa (4): 3, sebagai dasar penetapan hukum poligami.2

Poligami menurut Kamus Ilmiah Populer berarti perkawinan antara

seorang dengan dua orang atau lebih (namun cenderung diartikan perkawinan

satu orang suami dengan dua orang isteri atau lebih). 3 Poligami ada dua

1 Khoirudin Nasution, “Riba dan Poligami (Sebuah Studi atas Pemikiram

Muhammad Abduh), (Yogyakarta: Academia dan Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 84.

2 Ibid.,

3 Farida Hamid, Kamus ilmiah populer Lengkap (Surabaya: Apollo), hlm. 498.

Page 40: Skripsi Azim Lengkap With CV

22

macam, yaitu poligini dan poliandri. Poligini artinya permaduan atau beristeri

lebih dari satu.4 Pada pemahaman masyarakat umum, pengertian poligini

sering diidentikkan dengan poligami. Padahal melihat substansinya, terlihat

perbedaan yang jelas. Jenis poligami yang kedua yaitu poliandri, artinya

perkawinan dengan lebih dari satu laki-laki.5 Jadi, poligami yang dilakukan

oleh seorang laki-laki disebut poligini, sedang poligami yang dilakukan oleh

wanita disebut poliandri.

Situs wikipedia menyebutkan bahwa arti poligami yaitu perkawinan

antara satu orang laki-laki atau wanita dengan lebih dari satu wanita atau laki-

laki, dengan kata lain beristri atau bersuami lebih dari satu orang. Poligami

dibagi menjadi dua yaitu:

1. Poligini, yaitu seorang laki-laki beristri lebih dari satu orang. Poligini

sendiri dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Poligini sororat, bila para istrinya beradik-kakak

b. Poligini non-sororat, bila para istrinya bukan beradik-kakak

2. Poliandri, yaitu seorang istri bersuami lebih dari satu orang. Poliandri

dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Poliandri fraternal, bila para suami beradik-kakak

4 Ibid.

5 Ibid.

Page 41: Skripsi Azim Lengkap With CV

23

b. Poliandri non-fraternal, bila para suami bukan beradik-kakak. Poliandri

antara lain terdapat pada orang Eskimo, Markesas (Oceania), Toda di

India Selatan dan beberapa bangsa di Afrika Timur dan Tibet.6

B. Dasar Hukum Poligami

Ada beberapa ayat-ayat dari al-Qur’an maupun al-Hadis yang

digunakan oleh ulama dalam menjelaskan masalah hukum poligami. Ayat al-

Qur’an yang menjelaskan tentang hukum poligami yaitu:

ا����ء ���� ���ث �ر�� �� �ا ��� ا����ا ��� ��� ���ا �� ������ ��� ا��

�"��وا ���!ة "!��ا��م ا 7.ا��� ���) ا����� '�& ا!%� ا

Ayat lain yang digunakan oleh ulama dalam menjelaskan hukum

poligami adalah:

8.وا���-��ت * ا����ء ا *� *��) ا(��%��

Ayat ini merupakan ayat yang melarang seseorang untuk menikahi

wanita yang terikat dalam perkawinan sehingga menutup kemungkinan

berlakunya perkawinan poliandri dalam islam.

Selain ayat-ayat dalam al-Qur’an, ada juga beberapa hadis yang

berkaitan dengan poligami. Salah satunya hadis Nabi, seperti yang

diungkapkan oleh Amir Syarifudin yang menjelaskan kasus Ghailan al-

Tsaqafi yang pada saat masuk Islam mempunyai 10 isteri, lalu Nabi

6 http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan, akses pada tanggal 18 Mei 2012.

7 An-Nisā’ (4) : 3

8 An-Nisā’ (4) : 24

Page 42: Skripsi Azim Lengkap With CV

24

menyuruh menceraikan isteri-isterinya dan memilih 4 orang saja. Hadis

tersebut berbunyi:

9.ا*�& ار�"� و�1رق /�ءر ھ

Jika melihat beberapa dalil nash di atas, maka sangatlah jelas bahwa

poligami telah diperbolehkan oleh Islam. Namun kebolehan tersebut tidak

secara mutlak. Jika seseorang akan melakukan poligami, ada beberapa syarat

yang harus dipenuhi. Syarat tersebut adalah berlaku adil di antara isteri-isteri.

Bahkan terdapat larangan untuk berpoligami jika tidak mampu berlaku adil

sebagaimana yang tertulis pada QS. An-Nisā’ (4) :3.

Adil memang menjadi syarat yang harus dipenuhi seseorang yang

ingin berpoligami, namun syarat itu tidaklah mudah. Sekeras apapun

manusia berusaha, tidak akan mungkin manusia itu dapat berbuat adil. Hal ini

dijelaskan oleh Allah dalam ayat:

�� 51 ����ا �4ا���4 ��'3وھ� ����"��2 -3��"!��ا �� ا����ء ��� ����"�ا أ ��

������ا ��9ا �� اهللا �� 3��7ا 3�-� 10.�ا

Amir Syarifudin menambahkan bahwa para fuqaha terdahulu

membatasi adil pada hal yang bersifat zahir, seperti adil dalam memberi

nafkah, adil dalam memberikan giliran dan adil dalam hal-hal yang bersifat

zahir lain, sedang untuk adil dalam hal batin, seperti adil dalam cinta kasih

tidak disyaratkan. Golongan ini berdalih dari hadis nabi yang berbunyi:

9 Malik Ibnu Anas, al-Muwatta (Beirut: Dar al-Fikr, tt), “Kitab Talak”, Hadis

nomor. 76, hlm. 586.

10 An-Nisā’ (4) : 129.

Page 43: Skripsi Azim Lengkap With CV

25

:;"<� 2<� ا *�& ("�� * ز(�دت ا�� ���1 �%'?�� 11.ا��:� ھ'ا ����� 1��� ا

Hal ini disebabkan kecenderungan seseorang terhadap salah satu

isteri yang sudah alamiah, sehingga adil dalam hal batin sangat tidak

dimungkinkan untuk dilakukan.

C. Poligami dalam Pandangan Hukum Islam (Fiqh).

Jumhur ulama berpendapat bahwa surat An-Nisā’ (4): 3 turun seusai

perang Uhud ketika banyak pejuang Islam (mujahidin) gugur di medan

perang. Konsekuensinya, banyak anak yatim dan janda yang ditinggal mati

oleh ayah dan suaminya. Akibatnya banyak anak yatim yang terabaikan

kehidupan, pendidikan dan masa depannya.12

Khoirudin Nasution mengutip pendapat Al-Sarakhsi dari mażhab

Hanafi yang menyebutkan kewajiban berlaku adil bagi suami terhadap isteri-

isterinya. Keharusan berlaku adil ini berdasar pada An-Nisā’ (4): 3, dan

hadis dari ‘Aisyah yang berbunyi:

ان ا��>� ��F هللا �E�C و/�� �Bن ("!ل �1 ا�2��9 �� %��CD و�Bن (�9ل ا��:� ھ'ا

����� 1��� ا :;"<� 2<� ا *�& ("�� * ز(�دت ا�� ���1 �%'?��13

11 Abi Daud, Sunan Abi Daud (Beirut: Dar al-Fikr), Juz 1, hadis nomor 2134 hlm.

242. Hadis diriwayatkan oleh dari Abu al-Walid, dari Qatadah, dari Nasr bin Anas, dari Basyar bin Nahilah, dari Abi Hurairah.

12 Khoirudin Nasution, “Riba dan Poligami (Sebuah Studi atas Pemikiram Muhammad Abduh), (Yogyakarta: Academia dan Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 85.

13 Abi Daud, Sunan Abi Daud (Beirut: Dar al-Fikr), Juz 1, hadis nomor 2134 hlm. 242.Diriwayatkan oleh Musa bin Isma’il, dari Ayub, dari Abi Qilabah, dari Abdullah bin Yazid, dari Aisyah. Dalam teks lain �%'?�� diganti dengan �����.

Page 44: Skripsi Azim Lengkap With CV

26

ditambah hadis Nabi

ان ا��>� ��F هللا �E�C و/�� *%�B( Cن ��1ل ا�ا*3أ����Hء (�م ا�9��*2 ��اG!ھ �

9IوC 4D�* 14

Poligami menurut Imam Malik hukumnya boleh dan hanya sebatas

empat isteri. Imam malik mendasarkan pendapatnya berdasar hadis Nabi

yang menceritakan seorang pria Thaqif yang masuk Islam dan mempunyai

sepuluh isteri, dan ternyata Nabi menyuruh mempertahankan maksimal empat

isteri dan menceraikan yang lainnya.15

Imam Syafi’i, pendiri mażhab Syafi’i membolehkan seorang muslim

mempunyai isteri maksimal empat. Imam Syafi’i mendasarkan pendapatnya

pada An-Nisā’ (4): 3 tentang kebolehan menikahi wanita maksimal empat,

al-Ahzab (33): 50 tentang berhubungan dan giliran para isteri, nafkah dan

waris, al-Mu’minun (23): 5-6 tentang kebolehan menikah dengan wanita

merdeka dan budak dan kebolehan melakukan aktifitas senang-senang (ذ'�� )

dengan kemaluan isteri dan budak, tetapi tidak boleh dengan binatang. Dasar

hadis yang digunakan oleh Imam Syafi’i dalam menghukumi poligami sama

seperti dasar hadis yang digunakan oleh Imam Malik, yaitu kisah seorang

pria Thaqif yang masuk Islam dengan kondisi mempunyai sepuluh Isteri.16

14 Abi Daud, Sunan Abi Daud (Beirut: Dar al-Fikr, tt), Juz 1, hadis nomor 2133, hlm.

242. Diriwayatkan oleh Abi Hurairah.

15 Khoirudin Nasution, Hukum Perdata (keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia muslim, (Yogyakarta: ACAdeMIA&Tazzafa, 2009), hlm. 260.

16 Ibid., hlm. 261-262.

Page 45: Skripsi Azim Lengkap With CV

27

Ibnu Qudamah dari Mażhab Hanbali berpendapat bahwa seorang laki-

laki boleh menikahi wanita maksimal empat. Dasar yang digunakan adalah

An-Nisā’ (4): 3, kasus Ghailan bin Salamah dan kasus Nawfal bin

Mu’awiyah.17

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa meskipun menggunakan dasar

yang berbeda, mayoritas ulama mażhab tidak melarang poligami. Kebolehan

ini menurut Imam Syafi’i harus diirngi dengan tuntutan berbuat adil. Keadilan

yang dimaksud Imam Syafi’i adalah keadilan yang berhubungan dengan

urusan fisik, misalnya mengunjungi isteri di siang atau malam hari. Konsep

keadilan dalam hati, menurut Syafi’i hanya Allah yang mengetahuinya.18

Mayoritas ulama membolehkan poligami dengan syarat adanya

perlakuan adil terhadap isteri-isteri. Imam Syafi’i menjelaskan bahwa

tuntutan berbuat adil di antara para isteri berhubungan dengan urusan fisik,

misal mengunjungi isteri di siang atau malam hari. Keadilan dalam hati

menurut Syafi’i hanya Allah yang mengetahui.19 Al-Athar berpendapat

bahwa maksud surat An-Nisā’ (4): 129 adalah agar suami tidak berlaku berat

sebelah yang mengakibatkan isteri yang lainnya menjadi tidak mendapat

posisi yang jelas. Al-Athar kemudian memberikan perumpamaan kasih

sayang bapak terhadap anak-anaknya, yang kesimpulannya tidak akan bisa

17 Ibid., hlm. 264.

18 Ibid., hlm. 262.

19 Dikutip oleh Khoirudin Nasution, Hukum Perdata (keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia muslim, (Yogyakarta: ACAdeMIA&Tazzafa, 2009), hlm. 262.

Page 46: Skripsi Azim Lengkap With CV

28

dilakukan orang tua untuk berlaku adil yang sama persis kepada semua anak-

anaknya. Maka kira-kira begitu juga tuntutan kemampuan seorang suami

dalam berlaku adil kepada sejumlah isteri yang dinikahinya, baik secara lahir

maupun secara batin. Kesimpulannya, Al-Athar lebih melihat tuntutan adil

dalam bentuk dan sifat materi daripada kasih sayang dan kebutuhan batin.

Kaum Mu’tazilah mempunyai pendapat yang berbeda dengan

pendapat Imam Al-Syafi’i dan Al-Athar. Kaum Mu’tazilah berpendapat arti

kata An-Nisā’ dalam ayat An-Nisā’ (4): 129 bermakna perlakuan adil

tehadap para isteri dalam segala hal, termasuk perasaan dan hati seperti rasa

cinta dan sebagainya yang berkaitan dengan kebutuhan batin isteri.20

Pendapat ini hampir serupa dengan pendapat Mu’ammal Humaidy yang

menafsirkan keadilan dalam surat An-Nisā’ (4): 129 sebagai keadilan yang

lebih ditekankan pada perasaan batin, seperti perlakuan adil dalam

hubungannya dengan cinta dan perasaan.21

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz menyebutkan bahwa tidak

ada pertentangan di dalam An-Nisā’ (4): 3 dan ayat 129, tidak pula ada

penghapusan hukum oleh salah satu dari kedua ayat tersebut terhadap yang

lainnya. Perbuatan adil yang diperintahkan adalah yang sesuai kemampuan,

yaitu adil di dalam pembagian waktu bermalam dan pemberian nafkah.

20 Dikutip oleh Khoirudin Nasution, “Riba dan Poligami (Sebuah Studi atas

Pemikiram Muhammad Abduh), (Yogyakarta: Academia dan Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 101.

20 Ibid., hlm. 86.

21 Ibid., hlm. 105.

Page 47: Skripsi Azim Lengkap With CV

29

Sedangkan adil dalam masalah cinta dan hal-hal yang berkaitan dengannya

seperti perbuatan intim dan sejenisnya, maka hal ini tidak ada kemampuan.22

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan di atas adalah bahwa

mayoritas ulama mażhab berpendapat bahwa hukum poligami adalah mubah

(boleh) bagi seseorang yang sudah memenuhi kriteria tertentu dan dengan

syarat harus berlaku adil. Khoirudin Nasution mengutip pendapat beberapa

ulama yang memperbolehkan poligami, antara lain:

1. Ibn Jarir Al-Thabari (w.310H)

Al-Thabari menjelaskan bahwa pendapat yang mendekati

kebenaran adalah pendapat yang mengatakan bahwa makna An-Nisā’ (4) :

3 merupakan kekhawatiran tidak mampunyai seorang wali berbuat adil

terhadap harta anak yatim. Jika sudah khawatir terhadap harta anak yatim,

seharusnya juga khawatir terhadap wanita. Maka janganlah menikahi

mereka kecuali dengan wanita yang kalian yakin bisa berbuat adil, satu

sampai empat wanita. Sebaliknya, kalau ada kekhawatiran masih ada,

maka cukup menikahi seorang saja.23

2. Al-Jashshash (m.370/980)

Al-Jashshash berpendapat kebolehan poligami harus disertai

dengan syarat kemampuan berbuat adil di antara para isteri. Ukuran

keadilan ini menurut Al-Jashshas, termasuk keadilan material dan non

22 http://ulamasunnah.wordpress.com/2008/04/15/apa-yang-dimaksud-adil-dalam-

poligami/, akses pada tanggal 18 Mei 2012.

23 Khoirudin Nasution, “Riba dan Poligami (Sebuah Studi atas Pemikiram Muhammad Abduh), (Yogyakarta: Academia dan Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 85

Page 48: Skripsi Azim Lengkap With CV

30

material. Namun Al- Jashshash mencatat bahwa kemampuan berbuat adil

di bidang non material ini sangat berat. Hal ini disebutkan sendiri oleh

Allah dalam surat An-Nisā’ (4) : 129. 24

3. Al-Zamakhsyari (w.538)

Arti surat An-Nisā’ (4) :3 menurut al-Zamakhsyari adalah bahwa

jika seorang laki-laki khawatir tidak bisa memberikan hak-hak anak yatim

secara adil, maka jauhilah mereka. Demikian juga jika takut berbuat zina,

maka menikahlah dengan wanita yang halal. Kata ط�ب dalam ayat ini

diartikan dengan halal. Penetapan hukum halal ini disebabkan karena

alasan orang arab pra Islam menikahi wanita yatim di bawah

pengampuannya karena kecantikan dan hartanya dengan tanpa

memberikan mahar pada saat menikahinya. Hal ini sama dengan menikahi

wanita dengan jalan haram. Untuk menjahui perbuatan itu, maka

disuruhlah untuk menikahi wanita di luar anak yatim yang halal.

Al-Zamakhsyari juga membahas bahwa huruf waw (�) pada kata

berupa waw ‘athaf yang berfungsi sebagai penjumlahan ���� ���ث �ر��

(li al-jami’ ). Jadi jumlah wanita yang boleh dinikahi bukan empat,

melainkan sembilan. Selain itu, dia menambahkan bahwa �����ا��� ���) ا

berarti agar halalnya hubungan seorang tuan dengan budak harus dinikahi

terlebih dahulu.

24 Ibid., hlm. 86.

Page 49: Skripsi Azim Lengkap With CV

31

Konsep keadilan pada surat An-Nisā’ (4): 129 menurut Al-

Zamakhsyari adalah bahwa tuntutan kemampuan berbuat adil terhadap

isteri sesuai dengan kemampuan maksimal. Dia berpendapat bahwa

memaksakan diri dalam melakukan sesuatu di atas kemampuan manusia

adalah perbuatan aniaya (dhulm), sebagaimana firman Allah:

25.�">�!و*� ر�& ���5Mم �

4. Al-Qurthubi (m.671/1272)

Al-Qurthubi berpendapat bahwa adil dalam surat An-Nisā’ (4) : 3

berkaitan dengan keadilan kasih sayang, hubungan biologis, pergaulan dan

pembagian nafkah. Kebolehan poligami yang diisyaratkan oleh al-Qur’an

menurut Al-Qurthubi hanya sebatas empat isteri dengan mencatat kasus

yang pernah terjadi di masa Rasulullah, ketika Hariŝ ibn Qais yang

mempunyai delapan isteri ingin masuk Islam, Nabi menyuruh memilih

empat saja dan menceraikan yang lainnya.

Perihal hubungan tuan dan budak, Al-Qurthubi mempunyai

pendapat yang sama dengan Al-zamakhsyari, dimana untuk mensahkan

hubungan budak dengan tuannya harus melalui akad perkawinan. Sebab

menurut dia kata �����ا��� ���) ا sama statusnya dengan kata ةاو!G yang

secara implisit maknanya ة!Gا وا���� ���) ا�����ا%���ا ا��%�1 .

25 Fushshilat (41): 46.

Page 50: Skripsi Azim Lengkap With CV

32

5. Ibnu Al-Qayyim (w.751H)

Ibnu Al-Qayyim mengutip pendapat Al-Kasa’i. Beliau mengatakan

bahwa poligami sampai empat dibolehkan dengan syarat bisa berbuat adil

terhadap isteri-isterinya dan tidak berbuat aniaya. Jika tidak mampu

berbuat adil ataupun akan menimbulkan aniaya, maka hendaklah menikahi

satu wanita saja atau budak. Menurutnya وا��"� sama artinya '�& ا!%� ا

dengan روا�N� atau ا����� .

6. Al-Syawkani (w.1250/1832)

As-Syawkani berpendapat bahwa asbab al-nuzul surat An-Nisā’

(4): 3 berkaitan dengan kebiasaan orang arab pra Islam dimana wali

menikahi anak yatim tanpa memberikan mahar padanya. Sehingga Allah

menyuruh menikahi wanita non yatim saja maksimal empat wanita dengan

syarat berbuat adil. Jika takut tidak bisa adil, maka cukup satu isteri saja.

Al-Syawkani mencatat bahwa Abu Ubaidah membahas makna ���

berarti yakin, dalam arti yakin tidak bisa berbuat adil. Ibnu ‘Athiyah

memberi arti lafaż ��� sebagai prasangka (keraguan), sehingga jika

mempunyai prasangka tidak bisa berbuat adil, maka cukup menikahi satu

wanita saja.

Larangan menikahi wanita lebih dari empat ditegaskan oleh Al-

Syawkani dengan dasar sunnah Nabi yang hanya membolehkan sahabat

memiliki isteri maksimal empat wanita. Dasar lain yang digunakan Al-

Syawkani dalam menolak pendapat yang memperbolehkan sampai

Sembilan isteri adalah karena bertentangan dengan pemahaman Bahasa

Page 51: Skripsi Azim Lengkap With CV

33

Arab, baik dari tata Bahasa Arab yang umum maupun dari tinjauan

nadham Al-Qur’an.

Al-Syawkani mengatakan bahwa untuk menjadikan budak sebagai

isteri tanpa harus menikahinya, namun cukup dengan memilikinya. Alasan

yang dikemukakan adalah karena budak lebih disandarkan kepada harta

milik meskipun juga berfungsi sebagai manusia. Al-Syawkani memaknai

surat An-Nisā’ (4): 129 bahwa bagaimanapun usaha untuk berbuat adil,

manusia tidak akan mampu, lebih-lebih kemampuan di bidang non materi.

Namun usaha berbuat adil terhadap isteri-isterinya harus senantiasa

diupayakan secara maksimal.

7. Al-Qasimi (m.1332/1914)

Al-Qasimi berpendapat bahwa untuk bisa menikahi wanita lebih

dari satu tergantung pada keluasan berfikir suami, kemampuan

mengendalikan rumah tangga dan kematangan dalam mengurusi segala hal

dalam masyarakat. Al-Qasimi menekankan, hanya pria istimewa yang bisa

melakukan hal tersebut, sebagaimana tertuang dalam An-Nisā’ (4): 129.

8. Al-Maraghi

Al-Maraghi menjelaskan bahwa kebolehan poligami adalah

kebolehan yang dipersulit dan diperketat. Poligami diperbolehkan hanya

dalam keadaan darurat yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang

benar-benar membutuhkan. Al-Maraghi berpendapat bahwa alasan-alasan

yang membolehkan seseorang melakukan poligami adalah:

Page 52: Skripsi Azim Lengkap With CV

34

a. Isteri mandul, sedang keduanya atau salah satunya sangat

mengharapkan keturunan.

b. Suami mempunyai hasrat seks yang tinggi, sedangkan isteri tidak

mampu melayani sesuai dengan kebutuhannya.

c. Jika suami mempunyai banyak harta sehingga mampu memenuhi biaya

semua kepentingan keluarga, mulai dari kepentingan isteri sampai

kepentingan anak.

d. Jika jumlah wanita lebih banyak disbanding jumlah pria yang mungkin

disebabkan karena perang.

Al-Maraghi menafsirkan surat An-Nisā’ (4): 129 adalah bahwa

yang terpenting adalah upaya maksimal dari suami untuk berbuat adil.

Adapun di luar kemampuan manusia, bukanlah suatu keharusan yang

harus dilaksanakan manusia.

9. Sayyid Qutub (w.1966)

Sayyid Qutub berpendapat bahwa poligami merupakan suatu

perbuatan rukhsah yang bisa dilakukan dalam keadaan darurat. Kebolehan

poligami maksimal empat isteri disertai dengan syarat untuk berbuat adil

dalam bidang nafkah, mu’amalah, pergaulan serta pembagian malam. Bagi

suami yang tidak bisa berbuat adil, maka cukup satu isteri saja.

10. Al-Shabuni

Al-Shabuni membolehkan poligami maksimal empat isteri dengan

dasar ijma’ ulama. Kebolehan poligami bisa dilakukan dalam keadaan

darurat dan dengan syarat berlaku adil.

Page 53: Skripsi Azim Lengkap With CV

35

Hikmah poligami menurut Al-Shabuni ada tiga, antara lain:

a. Mengangkat harkat dan martabat wanita itu sendiri.

b. Untuk keselamatan dan terjaganya sebuah keluarga.

c. Untuk keselamatan masyarakat secara umum.

11. Al-‘Athar

Sehubungan dengan menikahi budak, Al-‘Athar berpendapat

bahwa mengawini budak lebih ditekankan pada pemberian contoh pada

umat lain bagaimana Islam memperlakukan tawanan, yaitu dengan

mengawini mereka yang lambat laun akan memerdekakannya. Perlakuan

adil terhadap budakpun menjadi kewajiban, sebab menyebut budak

sebagai tangan kanan (�����ا (��� �� ) menunjukan kemuliaan mereka.

Isyarat ini bisa dilihat dengan penggunaan tangan kanan dalam keseharian

digunakaan untuk hal-hal yang baik dan terpuji.

12. Al-Mizan

Al-Mizan menjelaskan bahwa surat An-Nisā’ (4): 3 turun

berkenaan dengan kebiasaan orang arab pra Islam yang menikahi anak

yatim karena kecantikan dan hartanya, tetapi mereka tidak memberikan

mahar seperti yang diberikan kepada wanita di luar anak yatim. Bahkan

ada pria yang begitu habis hartanya kemudian isterinya dicerai. Ayat ini

turun sebagai peringatan bahwa perbuatan mereka termasuk perbuatan

yang tercela.

Page 54: Skripsi Azim Lengkap With CV

36

Al-Mizan berpendapat bahwa lafaż (�����(ا��� ���) ا bermaksud

menjelaskan adanya alternatif memperisteri hamba adalah cukup dengan

pemilikan tanpa harus dinikahi terlebih dahulu.

13. Thabathabai

Thabathabai mengatakan, kalau diteliti secara mendalam ayat An-

Nisā’ (4): 3 menjadi jelas bahwa ayat (��� menduduki puncak ( �ا

masalah dari ayat sebelumnya, yakni larangan memakan harta anak yatim.

Jika ada kekhawatiran untuk berbuat adil terhadap anak yatim yang

dijadikan isteri, maka tinggalkanlah mereka menikahlah dengan wanita

selain mereka yang engkau suka, dua, tiga atau empat.26

Selain ulama-ulama tersebut di atas, ada beberapa ulama yang

memperbolehkan poligami lebih dari empat. Pendapat tersebut dikemukakan

oleh Dhahiri dengan alasan bahwa dari tinjauan bahasa tidak ada larangan

untuk menikahi wanita lebih dari empat. Mereka berpendapat bahwa � dalam

surat An-Nisā’ (4): 3 berfungsi sebagai penghubung (kata sambung). Alasan

lain yang digunakan adalah bahwa Rasul sendiri menikahi wanita muslim

lebih dari empat orang.27

Khoirudin Nasution mencatat, bahwa ulama modernis pada umumnya

memperketat kebolehan poligami. Beberapa di antara mereka

mengharamkannya, meski di balik keharaman tersebut masih disertai dengan

26 Khoirudin Nasution, “Riba dan Poligami (Sebuah Studi atas Pemikiram

Muhammad Abduh), (Yogyakarta: Academia dan Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 85-92.

27 Ibid., hlm. 102.

Page 55: Skripsi Azim Lengkap With CV

37

kondisi yang masih memberikan kemungkinan untuk melakukannya.

Muhammad Abduh dan Ridha merupakan ulama modernis yang

mengharamkan poligami, meskipun untuk kondisi tertentu membolehkannya.

Letak perbedaan pendapat mereka adalah bahwa Muhammad Abduh

berpendapat bahwa meskipun Islam membolehkan poligami, namun

kebolehan tersebut dituntut dengan syarat keharusan meladeni isteri dengan

adil. Adil merupakan syarat yang sangat berat bahkan hal yang mustahil

dilakukan oleh manusia sekeras apapun upaya yang dilakukannya untuk

berbuat adil, hal ini sebagaimana Allah telah menyebutkan dalam surat An-

Nisā’ (4): 129.28 Pendapat serupa dengan argumentasi yang sedikit berbeda

diungkapkan oleh Ridha. Menurut Ridha poligami merupakan perbuatan yang

haram, kalau suami takut tidak bisa berbuat adil terhadap isteri-isterinya.

Kebolehan poligami menurutnya, merupakan tindakan yang benar-benar

darurat atau sangat terpaksa.29

D. Poligami dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia.

Ada beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia yang

mengatur perkawinan poligami. Peraturan perundang-undangan tersebut

antara lain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1983 yang diganti dengan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan

28 Ibid., hlm. 102-103.

29 Ibid., hlm. 104.

Page 56: Skripsi Azim Lengkap With CV

38

dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan. Selain diatur dalam peraturan perundang-undangan, poligami

juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam.

Sekian banyak aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga yang

berwenang, tidak lain bertujuan untuk memiinimalisir prilaku poligami di

kalangan masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam UU Perkawinan

bahwa asas perkawinan pada dasarnya adalah monogami atau monogini.30

Meski demikian, kemungkinan untuk berpoligami masih dapat dilakukan

setelah mendapat izin dari pengadilan agama dan persetujuan dari pihak-

pihak yang bersangkutan, dalam hal ini isteri dan calon isteri.31 Jika

perkawinan poligami tersebut tidak mendapat izin dari Pengadilan Agama,

maka konsekuensinya perkawinan itu tidak mempunyai kekuatan hukum.32

Dampaknya, isteri yang dinikahi tanpa izin pengadilan dan anak-anaknya

tersebut tidak memperoleh hak-hak hukum dari negara.

Salah satu prosedur jika seseorang akan melakukan poligami adalah

dengan mengajukan permohonan poligami ke Pengadilan Agama.33 Sebelum

hakim membacakan putusan pengadilan tentang izin poligami, hakim akan

30 Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 3 ayat (1).

31 Ibid., pasal 3 ayat (2).

32 Kompilasi hukum Islam Pasal 56 Ayat (3).

33 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tetntang Perkawinan Pasal 4 Ayat (1).

Page 57: Skripsi Azim Lengkap With CV

39

melakukan pemeriksaan dengan memanggil isteri dan mendengarkannya.34

Jika pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk

beristeri lebih dari seorang, maka pengadilan akan memberikan izin bagi

pemohon untuk berpoligami.35 Pelanggaran terhadap aturan poligami ini

dapat dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya Rp. 7.500,-.36

Pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) terhadap

aturan ini dapat dihukum dengan empat kemungkinan:

1. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah.

2. Pembebasan jabatan

3. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS

4. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.37

Usaha meminimalisir poligami yang dilakukan oleh negara dilakukan

dengan memberikan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh lelaki

yang ingin berpoligami. Khoirudin Nasution menyebutkan bahwa izin

poligami dapat diberikan apabila memenuhi sekurang-kurangnya salah satu

syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif.38. Syarat alternatif yang

dimaksud yaitu:

34 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 42.

35 Ibid., Pasal 43.

36 Ibid., Pasal 45 Ayat (1a)

37 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 1990 Pasal 15 Ayat (1).

38 Khoirudin Nasution, Status Wanita di asia Tenggara (Studi Terhadap Perundang-Undangan Perkawinan Muslim Kontermporer di Indonesia dan Malaysia, (Leiden-Jakarta: INIS, 2002), hlm. 108. Syarat ini sebagaimana tertera pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1983 Pasal 10 Ayat (1).

Page 58: Skripsi Azim Lengkap With CV

40

1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.

2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan39.

Selain syarat alternatif, ada juga syarat kumulatif yang wajib dipenuhi.

syarat ini harus dipenuhi secara keseluruhan bagi suami yang akan

berpoligami dan telah memenuhi salah satu syarat alternatif. Syarat-syarat

tersebut yaitu:

1. Ada persetujuan tertulis dari isteri/isteri-isteri

2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri

dan anak-anak mereka.

3. Ada jaminan tertulis bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri

dan anak-anaknya.40

Peraturan perundang-undangan juga mengatur prilaku poligami

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Peraturan tersebut berupa Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi

Pegawai Negeri sipil (PNS) yang diamandemen dengan Peraturan

Pemerintah(PP) Nomor 45 Tahun 1990. Peraturan Pemerintah (PP) yang

ditetapkan pada tanggal 21 April 1983 ini lahir atas dasar kasus yang terjadi

di tahun 1980, yaitu perilaku seorang pejabat negara yang menikahi seorang

wanita simpanan yang sebelumnya merupakan babysitter dari anak sang

pejabat tersebut. Akibat tindakan tersebut, sang isteri merasa tidak mendapat

39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 4 Ayat (2).

40 Ibid., Pasal 5 Ayat (1).

Page 59: Skripsi Azim Lengkap With CV

41

perlindungan hukum. Oleh sebab itu isteri sang pejabat tersebut mengusulkan

dibuatnya aturan yang dapat melindungi para isteri PNS. Sumber lain

mengatakan bahwa PP ini konon juga dibentuk dalam rangka memenuhi

keinginan isteri presiden pada waktu itu (Soeharto). Proses awal dari

penerimaan usulan ini adalah dengan turunnya instruksi BAKN (Badan

administrasi Kepegawaian Negara) untuk membentuk tim yang bertugas

membuat rancangan PP dimaksud. Akhirnya, PP yang yang mengatur dua hal

pokok (poligami dan perceraian bagi PNS) ini diabsahkan pemberlakuannya

pada 21 April 1983.41

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1983 ini juga memberikan syarat

kepada PNS yang akan berpoligami untuk mendapatkan izin dari atasan,42

sedang wanita yang berstatus PNS tidak diizinkan berpoligami atau menjadi

isteri kedua/ketiga/keempat.43 Syarat lain bagi PNS yang akan berpoligami

adalah harus memenuhi salah satu syarat alternatif dan ketiga syarat

kumulatif sebagaimana tertera pada pasal 10 ayat (1). Syarat alternatif

tersebut yaitu:

1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.

2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

41 Khoirudin Nasution, Hukum Perdata (keluarga) Islam Indonesia dan

Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia muslim, (Yogyakarta: ACAdeMIA&Tazzafa, 2009), hlm. 49-50.

42 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1983 Pasal 4 Ayat (1)

43 Ibid., Pasal 4 Ayat (2).

Page 60: Skripsi Azim Lengkap With CV

42

3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.44

Selain itu ada juga syarat kumulatif yang meskipun substansinya sama

dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, namun objeknya berbeda

dengan PP ini. Syarat kumulatif tersebut yaitu:

1. Ada persetujuan tertulis dari isteri;

2. Pegawai Negeri Sipil pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan

yang cukup untuk membiayai lebih dari seorang isteri dan anak anaknya

yang dibuktikan dengan surat keterangan pajak penghasilan; dan

3. Ada jaminan tertulis dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bahwa

ia akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.45

Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa persetujuan isteri harus

dipertegas di pengadilan.46 Persetujuan ini diucapkan secara lisan di

pengadilan. Kecuali isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya

dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar

dari isteri selama minimal dua tahun, atau sebab-sebab lain yang perlu

mendapat penilaian dari hakim pengadilan, maka persetujuan dari isteri-isteri

tidak diperlukan.47

44 Ibid., Pasal 10 Ayat (2).

45 Ibid., Pasal 10 Ayat (3).

46 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 58 Ayat (2).

47 Dikutip oleh Khoirudin Nasution, Hukum Perdata (keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia muslim, (Yogyakarta: ACAdeMIA&Tazzafa, 2009), hlm. 268. Pernyataan ini sebagaimana tertera pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 5 Ayat (2) dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 58 Ayat (3).

Page 61: Skripsi Azim Lengkap With CV

43

Salah satu syarat kumulatif yang harus dipenuhi lelaki yang akan

berpoligami adalah kemampuan suami dalam menjamin keperluan hidup

keluarga. Kemampuan ini dibuktikan dengan menggunakan surat keterangan

mengenai penghasilan suami yang ditanda tangani bendahara tempat bekerja,

atau surat keterngan pajak penghasilan atau surat keterangan lain yang dapat

diterima pengadilan.48 Sedang jaminan untuk berbuat adil terhadap isteri-

isterinya kelak dapat dibuat dalam bentuk perjanjian.49

Jika poligami telah dilakukan, maka berlaku ketentuan-ketentuan

sebagai berikut:

1. suami wajib memberikan jaminan hidup yang sama kepada semua isteri

dan anaknya

2. isteri yang kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas harta bersama

yang telah ada sebelum perkawinan dengan isteri kedua atau berikutnya itu

terjadi.

3. Semua isteri mempunyai hak yang sama atas harta bersama yang terjadi

sejak perkawinan masing-masing.50

Ketentuan ini bisa tidak berlaku jika ada ketentuan lain yang

disepakati sebelumnya.

48 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 41 huruf c.

49 Ibid., huruf d.

50 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Pasal 65 Ayat (1).

Page 62: Skripsi Azim Lengkap With CV

44

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG TARIKAT QADIRIYAH WA

NAQSABANDIYAH DI KABUPATEN BREBES.

A. Gambaran Umum Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Kabupaten

Brebes

1. Tasawuf dan Tarikat.

Ada berbagai macam pendapat mengenai asal mula kata tasawuf.

Abu Bakar Aceh menjelaskan bahwa perkataan itu (tasawuf) mungkin

berasal dari sufah yang sudah dikenal sebelum Islam sebagai gelar dari

seorang anak Arab, Khaus bin Murr yang selalu mengasingkan diri di

dekat Ka’bah guna mendekati Tuhannya. Tasawuf juga berasal dari kata

sufah yang digunakan untuk nama surat ijazah orang naik haji. Tasawuf

juga berasal dari kata safa yang berarti bersih dan suci. Sophia dalam

bahasa Yunani merupakan istilah yang juga dianggap sebagai asal kata

tasawuf yang berarti hikmah atau filsafat. Tasawuf juga berasal dari kata

suffah yaitu nama suatu ruang dekat Masjid Madinah tempat Nabi

memberikan pengajaran kepada sahabat-sahabatnya. Tasawuf juga

berasal dari kata suf yang berarti bulu kambing yang biasanya menjadi

bahan pakaian orang-orang sufi yang berasal dari Syiria.1

Sri Mulyati mengutip perkataaan Ibnu Khaldun bahwa secara

istilah tasawuf merupakan salah satu ilmu syari’ah yang timbul kemudian

1 Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarikat (Uraian tentang Mistik) (Jakarta:

Ramadhani, 1993), hlm.27.

Page 63: Skripsi Azim Lengkap With CV

45

dalam Islam, yang asalnya tekun beribadah dan memutuskan perhatian

dengan segala selain Allah, hanya mengharap pada Allah semata,

menolak hiasan dunia, serta membenci perkara yang selalu memperdaya

orang kepada kelezatan harta benda dan kemegahan dunia, menyendiri

menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadah.2

Tasawuf adalah kesadaran yang murni (fitrah) yang mengarahkan

jiwa yang benar kepada amal dan kegiatan yang sungguh-sungguh

menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka mendekatkan diri kepada

Tuhan, untuk mendapatkan perasaan berhubungan yang erat dengan

wujud Yang Mutlak (Tuhan).3

Al-Ghazali menyebutkan bahwa tasawuf mempunyai dua

karakter:

a. Istiqamatu ma’a Allahi Ta’ala (Istiqamah terhadap Allah ta’ala)

b. As-sukunu ‘ani al-khalqi (tenang terhadap makhluk).4

Penjelasannya adalah barangsiapa sanggup menjalani istiqamah,

berakhlak baik terhadap sesama dan bergaul dengan santun, maka dia

adalah seorang sufi. Istiqamah adalah kerelaan seorang hamba

mengorbankan kepentingan pribadinya demi melaksanakan perintah-

perintah Allah, sedang akhlak yang baik terhadap sesama adalah tidak

2 Dr. Hj. Sri Mulyati, MA (et.al), Mengenal dan memahami Tarikat-Tarikat

Muktabarah di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 8. 3 Drs. Usman Said dkk, , Pengantar Ilmu Tasawuf (Proyek Pembinaan Perguruan

Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 1981/1982), hlm. 15. 4 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Prinsip-Prinsip Menapaki

Jalan Spiritual Islami, alih bahasa Muhammad Hilal, cet. Ke-1 (Yogyakarta: Diamond), hlm. 44.

Page 64: Skripsi Azim Lengkap With CV

46

memaksa orang lain untuk menuruti keinginan dirinya tetapi memaksa

dirinya untuk menuruti kehendak orang lain selama tidak bertentangan

dengan syari’at.5

Orang yang menempuh jalan tasawuf disebut dengan salik. Al-

Ghazali menyebutkan kewajiban bagi pengembara (salik) adalah

memiliki guru penuntun (mursyid) dan pendidik untuk

menghindarkannya dari akhlak buruk dan melatihnya berakhlak yang

baik.6 Al-Ghazali kemudian melanjutkan, seorang pengembara harus

mempunyai seorang guru yang bisa menuntun dan membimbingnya ke

jalan Allah. Demikian itu karena Allah telah mengutus seorang Rasul

untuk menuntun hamba-hamba-Nya ke jalan-Nya. Setelah Nabi

Muhammad SAW meninggal, maka para pengganti beliau yang akan

mewarisi tugas dan kedudukan beliau untuk membimbing umat ke jalan

Allah. Guru pembimbing yang pantas menjadi pengganti Rasul adalah

orang yang berilmu, namun tidak semua orang yang berilmu pantas

menjadi pembimbing pengganti beliau. Al-Ghazali kemudian

menceritakan ciri-ciri (kriteria) seseorang bisa menjadi pembimbing

(mursyid) antara lain:

a. Dia adalah sosok yang selalu berpaling dari cinta harta dan

kehormatan duniawi.

5 Ibid., 6 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Prinsip-Prinsip Menapaki

Jalan Spiritual Islami, alih bahasa Muhammad Hilal, cet. Ke-1 (Yogyakarta: Diamond), hlm. 39.

Page 65: Skripsi Azim Lengkap With CV

47

b. Dia telah mengikuti bimbingan seorang syaikh yang memiliki silsilah

pembimbingan sampai kepada Rasulullah SAW.

c. Dia menempa dirinya (riyadhah) dengan baik, dengan tidak makan

terlalu banyak, tidak terlalu banyak bicara, tidak terlalu banyak tidur,

sering mengerjakan shalat (wajib dan sunnah), serta sering bersedekah

dan sering berpuasa.

d. Selama proses penempaannya, sang syaikh telah berhasil mencapai

berbagai pekerti yang mulia seperti sabar, rajin melakukan shalat dan

berdoa, syukur, tawakkal, yakin, qanaa’ah (menerima segala

ketentuan Allah dengan hati yang lapang, berjiwa tenang dan

tenteram, belas kasih, rendah hati, berpengetahuan, jujur, malu,

menepati janji, berwibawa, berpembawaan tenang, tidak terburu-buru,

dan lain sebagainya.7

Sekelompok salik yang menyandarkan dirinya pada seorang

mursyid (menjadi pengikut mursyid) menamakan kelompok mereka

sebagai kelompok tarikat tertentu. Orang yang menyandarkan dirinya

pada Syaikh Abdul Qadir Jaelani dinamakan jama’ah tarikat Qadiriyah,

orang yang menyandarkan dirinya pada Muhammad bin Muhammad

Baha’ al-Din al-Uwaisi al-Bukhari al-Naqsabandi disebut jama’ah tarikat

Naqsabandiyah. Tarikat berasal dari Bahasa Arab (ا������) yang berarti

jalan, keadaan, aliran dalam garis pada sesuatu. Kata tarikat telah

7 Ibid., hlm 40-41.

Page 66: Skripsi Azim Lengkap With CV

48

dibakukan menjadi Bahasa Indonesia.8 Tarikat menurut Abu Bakar Aceh

artinya jalan, petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadat sesuai dengan

ajaran yang ditentukan dan dicontohkan Nabi dan dikerjakan oleh

sahabat dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada guru-guru, sambung-

menyambung dan berantai-rantai.9

Kesimpulannya, pengertian tarikat ialah hasil pengalaman dari

seorang sufi yang diikuti oleh para murid, yang dilakukan dengan aturan

atau cara tertentu dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam perkembangannya tarikat digunakan sebagai nama sekelompok

mereka yang menjadi pengikut bagi seorang syaikh yang mempunyai

pengalaman tertentu dalam cara mendekatkan diri kepada Allah dan cara

memberikan tuntutan dan bimbingan pada muridnya.10

Pada suatu tarikat dapat ditemukan unsur-unsur pokok meliputi

guru yang digelari dengan mursyid atau syaikh, wakilnya digelari

khalifah dan sejumlah pengikut yang disebut dengan murid. Tempat

untuk latihan disebut ribath atau zawiyah atau taqiyah dan dalam bahasa

persia disebut khanaqah. Tujuan tarikat yang sebenarnya adalah agar

para pengikut yang tergabung di dalamnya dapat berada sedekat mungkin

8 Drs. Usman Said dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf (Proyek Pembinaan Perguruan

Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 1981/1982), hlm. 257. 9 Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarikat (Uraian tentang Mistik) (Jakarta:

Ramadhani, 1993), hlm.67. 10 Drs. Usman Said dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf (Proyek Pembinaan Perguruan

Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 1981/1982), hlm. 259.

Page 67: Skripsi Azim Lengkap With CV

49

dengan Allah sesuai dengan bimbingan seorang guru atau mursyid.

Pelaksanaan tarikat diantaranya melalui:

a. Zikir

Zikir yaitu ingatan yang terus menerus kepada Allah dalam hati dan

menyebutkan secara lisan. Beberapa orang membedakan zikir itu

dengan zikir lisan (lidah), zikir qalbu (hati) dan zikir sirri (rahasia).

b. Ratib

Ratib yaitu mengucap kalimat tahlil ( هللاا �ا�) dengan gaya, gerak

dan irama tertentu.

c. Musik

Musik yaitu pada saat membacakan wirid-wirid dan syair-syair

tertentu diiringi dengan bunyi-bunyian (instrumentalia), seperti

memukul rebana.

d. Menari

Menari yaitu gerak yang dilakukan untuk mengiringi wirid-wirid dan

bacaan-bacaan tertentu untuk menimbulkan kekhidmatan.

e. Bernafas

Bernafas yaitu mengatur cara bernafas pada waktu melakukan zikir-

zikir tertentu.11

Ada 4 tingkatan amalan seseorang dalam ilmu tasawuf yang

menjadi pokok dalam ajaran Islam, yaitu: Syari’at, Tarikat, Hakikat dan

11 Ibid., hlm. 260-261.

Page 68: Skripsi Azim Lengkap With CV

50

Ma’rifat . Syari’at merupakan peraturan, tarikat merupakan pelaksanaan,

hakikat merupakan keadaan dan ma’rifat adalah tujuan yang terakhir.12

Tasawuf secara umum adalah usaha mendekatkan diri kepada

Tuhan melalui pensucian rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha

mendekatkan diri ini selalu berada di bawah bimbingan seorang guru

atau syaikh. Ajaran-ajaran tasawuf yang merupakan jalan yang harus

ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah tarikat. Jadi dapat

dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Tuhan,

sedang tarikat adalah jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya

mendekatkan diri kepada Tuhan.13 Hubungan antara tasawuf dengan

tarikat adalah bahwa tarikat bermula dari tasawuf dan berkembang

dengan berbagai macam faham dan aliran, yang tergambar dalam adanya

thuruqus sufyah (aliran-aliran tarikat) sehingga belakangan ini seseorang

yang hendak berkecimpung dalam kehidupan tasawuf pada umumnya

adalah melalui tarikat yang sudah ada.14

Peralihan tasawuf yang bersifat personal kepada tarikat sebagai

suatu lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf

itu sendiri. Semakin luas pengaruh tasawuf ini, semakin banyak orang

yang berhasrat mempelajari tasawuf. Alasan itu yang membuat mereka

menemui orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas

12 Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarikat (Uraian tentang Mistik) (Jakarta:

Ramadhani, 1993), hlm. 68. 13 Drs. Usman Said dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf (Proyek Pembinaan Perguruan

Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 1981/1982), hlm. 272. 14 Ibid., 274.

Page 69: Skripsi Azim Lengkap With CV

51

dalam pengamalan tasawuf yang dapat menuntun mereka, sebab belajar

dari seorang guru dengan metode mengajar yang disusun berdasarkan

pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat praktikal merupakan suatu

keharusan. Oleh karena itu, bertemunya dua kepentingan itu kemudian

seorang guru tasawuf memformulasikan suatu sistem pengajaran tasawuf

berdasar pengalamannya ( ة� �) sendiri dalam mengajarkan tasawuf.

Sistem pengajaran itulah yang menjadi ciri khas bagi suatu tarikat dan

yang membedakannya dengan tarikat yang lain.15

2. Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN) dan Sejarah

Berdirinya.

Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah ialah gabungan antara

tarikat Qadiriyah dan tarikat Naqsabandiyah. Tarikat ini didirikan oleh

Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1802-1872). Sambas merupakan nama

sebuah kota di pontianak, Kalimantan Barat. Syaikh Naquib al-Attas

mengatakan bahwa Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah merupakan

tarikat gabungan antara tarikat Qadiriyah dan tarikat Naqsabandiyah

karena Syaikh Sambas adalah seorang Syaikh dari kedua tarikat dan

mengajarkannya dalam satu versi yaitu mengajarkan dua jenis zikir

sekaligus yaitu zikir yang dibaca keras (jahr) dalam tarikat Qadiriyah

dan zikir yang dilakukan dalam hati (khafi) dalam tarikat

Naqsabandiyah.16

15 Ibid, 274-275. 16 Sri Mulyati (et.al), Mengenal dan memahami Tarikat-Tarikat Muktabarah di

Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 253.

Page 70: Skripsi Azim Lengkap With CV

52

Syaikh Sambas berangkat ke Makkah pada usia sembilan belas

tahun untuk meneruskan studinya dan menetap disana hingga wafatnya

pada tahun 1289 H/ 1872 M. Beliau belajar ilmu-ilmu Islam termasuk

tasawuf, dan mencapai posisi yang sangat dihargai di antara teman-teman

sejawatnya dan kemudian menjadi tokoh yang berpengaruh di seluruh

Indonesia. Gurunya antara lain Syaikh Daud bin ‘Abd Allah bin Idris al-

Fatani, Syaikh Syams al-Din, Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan

menurut sebuah sumber Syaikh ‘Abd al-Shamad al-Palimbani. Syaikh

Sambas merupakan murid Syaikh Syams al-Din yang mencapai tingkat

tertinggi dan kemudian ditunjuk sebagai Syaikh Mursyid Kamil

Mukammil.17

Kitab Fath al-‘Arifin merupakan kitab karangan Syaikh Ahmad

Khatib Sambas yang dianggap sebagai sumber ajaran Tarikat Qadiriyah

wa Naqsabandiyah. Manuskripnya hanya terdapat satu buah yang berada

di Perpustakaan Nasional Jakarta yang disusun oleh Ma’ruf al-Palimbani,

murid Syaikh Sambas.18

17 Ibid., hlm 254-255 18 Ibid., hlm.258.

Page 71: Skripsi Azim Lengkap With CV

53

Izzudin Amaith menjelaskan hal-hal yang menjadi amalan tarikat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang diajarkan oleh KH. Abu Nur Jazuli

NA19 adalah pembinaan sikap taat kepada guru mursyid yang diwujudkan

dalam beberapa ritual sebagai berikut:

a. Mubaya’ah

Mubaya’ah merupakan ritual yang wajib diamalkan pada saat

seseorang akan mengikuti sebuah tarikat. Mubaya’ah atau bai’at

adalah mengadakan ikatan lahir batin antara calon murid dengan guru

untuk mengamalkan zikir dan amalan-amalan tarikat dengan kaifiat

atau cara tertentu. Kaifiat yang diamalkan oleh seorang musrsyid

belum tentu sama dengan mursyid yang lain. Inti dari mubaya’ah ini

adalah membentuk ikatan antara mursyid dengan murid.

Jika mubayaah telah selesai, berarti murid telah rela

mengikatkan diri dengan guru untuk dibimbing dan kemudian

dilanjutkan dengan tawajjuh.20

b. Tawajjuh

Tawajjuh ialah murid berzikir di bawah bimbingan guru

mursyid. Guru dan murid berhadap-hadapan dalam melaksanakan

19 KH. Abu Nur Jazuli Nahrawi Amaith Alm. Atau Kiai Jazuli (1925-2010 M)

adalah seorang tokoh masyarakat dan ulama yang berasal dari Bumiayu Brebes. Beliau merupakan salah satu mursyid Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Jawa Tengah yang di bai’at oleh KH. Muslih Mranggen Demak Jawa Tengah. Beliau juga merupakan pendiri Jam’iyyah Ahli Mujahadah Salawat Ummi (JAMSU). Aktivitasnya di Jam’iyyah Tarikat begitu jelas dengan ditunjuknya beliau sebagai Rais ‘Am Mustafad pada Muktamar VIII Jam’iyyah Ahli thariqah Mu’tabarah Indonesia (JATMI) Di Pati Jawa Tengah pada tahun 1998.

20 Izzudin Amaith, Dari Buta Mata Menjadi Ulama Luar Biasa (Biografi KH. Abu

Nur Jazuli NA), (Brebes: tnp., 2008), hlm. 116-117.

Page 72: Skripsi Azim Lengkap With CV

54

zikir tersebut, oleh karenanya disebut tawajjuh yang berarti berhadap-

hadapan.

c. Zikir Nafi Itsbat

Zikir Nafi Itsbat menjadi ciri khas dari zikir yang diamalkan

oleh pengikut tarikat Qadiriyah. Acara zikir Nafi Itsbat yang diajarkan

antara mursyid satu dan mursyid yang lain biasanya terdapat sedikit

perbedaan. Namun pada intinya zikir Nafi Itsbat dilakukan dengan

membaca kalimat هللاا �ا� (la ilaha illallah) sebanyak tiga kali dengan

cara sebagai berikut:

1) Panjangkan kalimat (la) dengan dibayangkan seolah-olah ditarik

dari bawah pusat (latifah al-qalabi) ke otak (latifah al-nafsi)

kemudian jika sudah sampai otak baca kalimat i ( ا ).

2) Hendaklah dalam mengucapkan kalimat (la) diarahkan ke bawah

payudara kanan (latifah al-ruhi).

3) Mengucapkan kalimat ه (ha) pada latifah khofi (di atas payudara

kanan).

4) Mengucapkan kalimat ال (il ) pada latifah akhfa (di tengah dada).

5) Mengucapkan kalimat ال (law) diarahkan ke atas payudara kiri

(latifah sirri) dengan tekanan suara yang kuat supaya sampai pada

makna kalimat.

6) Mengucapkan kalimat �� (lah) diarahkan ke latifah qalbi (di bawah

payudara kiri).

Page 73: Skripsi Azim Lengkap With CV

55

d. Zikir Ismu Dzat

Zikir Ismu Dzat merupakan ciri khas dari tarikat

Naqsabandiyyah. Jadi ritual tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyyah

juga memadukan amalan zikir dari kedua tarikat ini. Zikir Ismu Dzat

dilakukan dengan menghadapkan hati kepada Allah dan meminta

anugerah kepada-Nya dengan mengharap kesempurnaan cinta dan

ma’rifat kepada-Nya, dengan perantara guru (rabithah guru) dengan

membayangkan seolah-olah guru ada di hadapannya, ini disebut

dengan wukuf al-qalbi. Lafadz Zikir Ismu Dzat sendiri yaitu هللا هللا ,

yang diucapkan dalam hati (sirri) yang diedarkan ke latifah tujuh

(latifah al-sab’ah). Caranya yaitu dengan mengangkat lidah ke langit-

langit mulut, bibir dikatupkan rapat, kedua mata dipejam dan kepala

ditundukkan. Membaca Ismu Dzat setiap seratus kali diselingi dengan

membaca doa:

��� ا���� �� �� و������ � ا�'� ا&% ��$�دى ور �ك ��

Pada setiap latifah minimal membaca Ismu Dzat seribu kali,

sehingga tujuh latifah menjadi tujuh ribu kali.21

e. Muraqabah

Muraqabah secara bahasa berarti mengawasi, mengintai,

menjaga dan menunggu. Menurut ahli hakikat muraqabah adalah

pengetahuan (keyakinan) seorang hamba secara terus menerus

terhadap pengawasan Tuhan atas dirinya dalam semua keadaan.

21 Ibid., hlm. 121-122.

Page 74: Skripsi Azim Lengkap With CV

56

Muraqabah merupakan metode pendekatan diri kepada Allah

dengan mengawasi terus menerus gerak-gerik hati agar jangan

sampai Allah lepas dari pengetahuannya. Muraqabah menurut

doktrin Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah memiliki dua puluh

tingkatan, antara lain:

1) Muraqabah Ahadiyah

2) Muraqabah Ma’iyah

3) Muraqabah Aqrabiyah

4) Muraqabah Mahabbah fi Dairat al-Ula

5) Muraqabah mahabbah al-Tsaniyah

6) Muraqabah Mahabbah fi dairat al-Qaus

7) Muraqabah Wilayah ‘Ulya

8) Muraqabah Kamalatu al-Nubuwah

9) Muraqabah Kamalatu al-Risalah

10) Muraqabah Kamalatu Ulul Azmi

11) Muraqabah Mahabbah fi Dairat al-Khillah

12) Muraqabah Mahabbah al-Sirfah

13) Muraqabah Dzatiyah al-Muhtizajati bi al-Mahabbah

14) Muraqabah Mahbubiyah al-Shirfah

15) Muraqabah al-Hubbi al-Shirfa

16) Muraqabah la Ta’yin

17) Muraqabah Haqiqatu Ka’bah

18) Muraqabah Haqiqat al-Qur’an

Page 75: Skripsi Azim Lengkap With CV

57

19) Muraqabah Haqiqat al-Shalat

20) Muraqabah Ma’budiyah al-Shirfah

Keseluruhan muraqabah ini tidak dapat dilaksanakan secara

serentak melainkan setahap demi setahap sesuai izin guru, dalam

waktu yang cukup panjang, bahkan terkadang salik telah beberapa

tahun masih belum diizinkan oleh guru untuk pindah dari muraqabah

satu ke muraqabah lain disebabkan menurut penilaian guru ia belum

mampu menjalankan muraqabah yang lebih tinggi. 22

f. Mujahadah al-Nafs

Mujahadah secara bahasa berarti bersungguh-sungguh.

Menurut istilah mujahadah berarti bersungguh-sungguh dalam

mengamalkan zikir dan wirid, beribadah kepada Allah baik yang

diwajibkan maupun yang nawafil, dan bersungguh-sungguh dalam

usaha menghilangkan sifat-sifat madmumah (tercela).

Mujahadah ada dua macam, yaitu mujahadah ataqah

(pemerdekaan) dan mujahadah salawat ummi.23 Masing-masing

mempunyai dua jenis, yaitu sughra dan kubra. Ataqah sughro

dilakukan dengan membaca surat Al-Ikhlas dengan ketentuan

sebanyak seribu kali hingga sepuluh ribu kali, sedang ataqah kubra

sebanyak seratus ribu kali. Mujahadah salawat sughra dilakukan

22 Ibid., hlm. 122-128. 23 Salawat Ummi ada dua macam, yaitu; salawat ummi abdika dan salawat ummi

taslima. Salawat ummi abdika bunyi lafaznya adalah : � () *'� -ك ور,��� ا�� + ا�+ا�� -.�� ��

sedang salawat ummi taslima bunyi lafaznya adalah: �./�01 *��� ��.- ا�� + ا�+ و��� ا�� و,� () *'� .ا�

Page 76: Skripsi Azim Lengkap With CV

58

dengan membaca salawat ummi sebanyak seribu kali dan surat Al-

Ikhlas seribu kali. Mujahadah salawat kubra mempunyai tiga

peringkat:

1) Peringkat pertama membaca empat puluh satu ribu (41.000) kali

salawat ummi taslima dan tiga puluh enam ribu (36.000) kali

salawat ummi abdika dalam waktu tiga hari.

2) Peringkat kedua membaca seratus empat puluh tiga ribu dua ratus

(143.200) kali salawat ummi taslima dan dua ratus delapan ribu

lima ratus (208.500) kali salawat ummi abdika dalam waktu tujuh

hari.

3) Peringkat ketiga membaca satu juta empat ratus tiga puluh dua

ribu (1,432.000) kali salawat ummi taslima dan dua juta delapan

puluh lima ribu (2.085.000) kali salawat ummi abdika dalam

waktu tujuh puluh hari.24

g. Manaqib

Manaqib merupakan salah satu acara membaca riwayat hidup

Syaikh Abdul Qadir Jailani dan wirid ratib dengan cara dan maksud

tertentu. Tujuan membaca manaqib Syaikh Abdul Qadir Jaelani

ialah:

1) Tabarruk-an, mengharap barakah wali dan tawassul.

2) Ta’dhim, sebagai penghormatan murid terhadap syaikh (guru)

untuk menunjukkan rasa cinta murid terhadap guru

24 Ibid., hlm. 128-130.

Page 77: Skripsi Azim Lengkap With CV

59

3) Tawassul kepada Allah dalam memohon suatu keperluan,

terutama memohon ampun, memohon bertambahnya mahabbah

dan ma’rifah.

Ada beberapa cara manaqiban yang biasa diajarkan dan

dilaksanakan oleh jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di

Brebes, yaitu:

1) Seorang guru membaca manaqib dan murid atau peserta

membaca wirid yang telah ditentukan.

2) Guru memimpin dan seorang petugas membaca manaqib, sedang

para peserta mengikuti guru melakukan wirid.

3) Membaca manaqib secara bergiliran tanpa ada wirid.

4) Salah seorang membaca manaqib dan peserta yang lain

mendengarkan dengan khusyu’.25

3. Penyebaran dan Perkembangan Tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah (TQN) di Kabupaten Brebes.

Kabupaten Brebes adalah salah satu kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah, Indonesia. Luas wilayahnya 1.657,73 km², jumlah

penduduknya sekitar 1.732.719 jiwa (2010). Ibukotanya ada di

Brebes. Brebes merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk

paling banyak di Jawa Tengah. Kabupaten Brebes terletak di

bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara

koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6°

25 Ibid., hlm. 131.

Page 78: Skripsi Azim Lengkap With CV

60

44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan dan berbatasan langsung

dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Kecamatan-kecamatan yang

terdapat di Kabupaten Brebes, yaitu:

a. Banjarharjo

b. Bantarkawung

c. Brebes

d. Bulakamba

e. Bumiayu

f. Jatibarang

g. Kersana

h. Ketanggungan

i. Larangan

j. Losari

k. Paguyangan

l. Salem

m. Sirampog

n. Songgom

o. Tanjung

p. Tonjong

q. Wanasari

Perekenomian masyarakat kabupaten brebes ditopang oleh

beberapa sektor usaha seperti pertanian, perkebunan, peternakan,

Page 79: Skripsi Azim Lengkap With CV

61

kehutanan, pertambangan, cadangan batu bara muda, perikanan

dan industri.26

Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Jawa Tengah

berpusat di Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen Demak.

Pesantren ini didirikan oleh Kiai ‘Abd al-Rahman pada 1905, yang

kemudian diteruskan oleh putra Kiai ‘Abd al-Rahman, Kiai Muslich,

yang merupakan mursyid Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah.27

Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes dikembangkan oleh

KH. Abu Nur Jazuli NA atau Kiai Jazuli yang berbai’at kepada Kiai

Muslich pada tahun 1968.28 Sebelum berbai’at kepada Kiai Muslich,

sekitar tahun 1966-1967, Kiai Jazuli sudah mengikuti tarikat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah Kholidiyah dari guru mursyid KH. M.

Rifa’i yang berasal dari Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah. Pada

tahun tersebut kegiatan yang harus dilakukan Kiai Jazuli cukup

padat, sehingga merasa berat untuk mengikuti ketentuan guru. Atas

izin guru, beliau diizinkan untuk tidak mengikuti tarikat ini

selanjutnya. Setelah diizinkan untuk tidak mengikuti tarikat ini, Kiai

Jazuli dilanda rasa rindu yang berat dengan Allah sehingga beliau

berbai’at kepada Kiai Muslich. Setelah melakukan tawajjuh, Kiai

Jazuli sudah dianggap memenuhi syarat untuk diangkat menjadi

26 W id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Brebes, akses tanggal 2 Mei 2012. 27 Sri Mulyati, (et.al), Mengenal dan memahami Tarikat-Tarikat Muktabarah di

Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 259. 28 Izzudin Amaith, Dari Buta Mata Menjadi Ulama Luar Biasa (Biografi KH. Abu

Nur Jazuli NA), (Brebes: tnp., 2008), hlm. 43.

Page 80: Skripsi Azim Lengkap With CV

62

Mursyid.29 Sejak Kiai Jazuli diangkat menjadi mursyid oleh Kiai

Muslich, Kiai Jazuli sudah berhak untuk membai’at orang-orang

yang ingin menjadi pengikut Syaikh Abdul Qadir Jaelani, dan sejak

saat itu juga beliau mulai menyiarkan pentingnya mengikuti tarikat

kepada jama’ah-jama’ahnya.30

Sejak berbai’at kepada Kiai Muslich dan diangkat menjadi

mursyid, Kiai Jazuli diundang untuk menghadiri Konferensi

Jam’iyyah Ahlu Thariqah Mu’tabaroh di Semarang pada tahun 1968.

Pada Muktamar VII JATMI31 tahun 1998 Kiai Jazuli masuk ke

dalam mustafad DPP JATMI dengan ketua umum Imdhaiyyahnya

KH. Drs. Damanhuri Ramli dan Sekjennya KH. Drs. Maktub

Effendi. Pada Muktamar JATMI VIII di Pati Jawa Tengah, Kiai

Jazuli dijadikan Ra’is ‘Am Mustafad dengan ketua umum

Imdhaiyyahnya KH. Drs. Maktub Effendi dan Sekjennya H. Johny

Yusuf Abdullah MBA.32

Ritual kegiatan Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di

Brebes dan sekitarnya berpusat di Pondok Pesantren An-Nuriyyah

Bumiayu yang biasanya dipimpin langsung oleh Kiai Jazuli. Pasca

wafatnya KH. Abu Nur Jazuli NA pada 2010 lalu, semua rutinitas

29 Ibid., hlm. 107. 30 Ibid., hlm. 43. 31 JATMI merupakan singkatan dari Jam’iyyah Ahlu Thariqah Mu’tabarah

Indonesia. 32 Izzudin Amaith, Dari Buta Mata Menjadi Ulama Luar Biasa (Biografi KH. Abu

Nur Jazuli NA), (Brebes: tnp., 2008), hlm. 67.

Page 81: Skripsi Azim Lengkap With CV

63

dan ritual keagamaan jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah

dipimpin oleh putra Kiai Jazuli, yaitu bapak Izzudin Amaith (Gus

Izz). Status Gus Izz dalam Terekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah

bukan guru mursyid, melainkan hanya sebagai pengasuh dan imam

dalam setiap ritual mujahadah dan kegiatan tarikat yang lain. Pasca

wafatnya Kiai Jazuli, jama’ah sepakat untuk menunjuk Gus Izz

sebagai pengganti beliau. Usulan tersebut disampaikan dengan alasan

bahwa Gus Izz mempunyai hubungan darah (nasab) dengan beliau

dan Gus Izz merupakan putra Kiai Jazuli yang paling rajin

melakukan mujahadah dan ritual tarikat yang lain.

Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes

berkembang cukup pesat, hal ini terbukti dengan jumlah jamaa’ah

tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes mencapai lebih dari

lima ribu orang yang tersebar ke seluruh wilayah Brebes. Kiai Jazuli

mengembangkan tarikat ini tidak hanya sebatas di wilayah

Kabupaten Brebes saja, namun beliau juga menjadi mursyid bagi

jamaa’ah Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang berada di

wilayah Tegal dan Banyumas.33

Silsilah dalam tarikat merupakan suatu keharusan untuk

melacak asal-usul tarikat tersebut, apakah sanadnya bersambung

kepada Rasulullah SAW atau tidak. Hal ini diperlukan sebab dalam

doktrin tarikat jika sesorang mengikuti tarikat tanpa guru dipandang

33 Wawancara dengan Bapak Izzudin Amaith, pengasuh (badal mursyid) jama’ah

Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Bumiayu, Brebes, tanggal 23 April 2012.

Page 82: Skripsi Azim Lengkap With CV

64

tidak sah dan gurunya adalah syaitan. Silsilah Tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah yang dikemukakan oleh guru Mursyid Kiai Jazuli

Bumiayu Brebes adalah sebagai berikut:

1. Allah SWT

2. Malaikat Jibril

3. Nabi Muhammad SAW

4. Ali bin Abi Thalib

5. Husain bin Ali

6. Zainal Abidin

7. Muhammad al-Bakir

8. Ja’far al Shadiq

9. Musa al-Hadim

10. Al-Hasan Ali al-Ridho

11. Abi Mahfud Ma’ruf al-Kharqi

12. Al-Sari al-Syaqati

13. Abi al-Qasim Junaidi al-Baghdadi

14. Abu Bakar Dilf bin Jahdar al-Sibli

15. Abi al-Faraj al-Thurtusi

16. Abi al-Hasan Ali bin Abi Yusuf al-Qursisyi al-Hakkari

17. Abu Said al-Mubarak bin Ali al-Makzumi

18. Sulthan al-Aulian Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani

19. Abdul Azizi

20. Muhammad al-hataki

Page 83: Skripsi Azim Lengkap With CV

65

21. Syamsudin

22. Syarofudin

23. Nurudin

24. Waliyuddin

25. Hisyamuddin

26. Yahya

27. Abu bakar

28. Abdurrakhim

29. Utsman

30. Abdul fatah

31. Muhammad Murod

32. Syamsuddin

33. Ahmad Khatib Sambas al-Makki

34. Abdul Karim al-Bantani

35. Asnawi al-bantani

36. Maulana Abdul latif bin al-Bantani

37. Muslich bin Abdurrahman al-Maraqi

38. KH. Abu Nur Jazuli Nahrawi Amaith34

Silsilah di atas menjelaskan bahwa tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah di Brebes mempunyai sanad yang menyambung

hingga kepada Rasulullah SAW, dimulai dari Kiai Jazuli sampai ke

34 Izzudin Amaith, Dari Buta Mata Menjadi Ulama Luar Biasa (Biografi KH. Abu

Nur Jazuli NA), (Brebes: tnp., 2008), hlm. 108.

Page 84: Skripsi Azim Lengkap With CV

66

shahib al-Tariqah Syaikh ‘Abdul Qadir Jaelani dan diteruskan

kepada Rasulullah SAW dan berakhir pada Allah Azza wa Jalla.

B. Pandangan Jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN)

terhadap Poligami.

Poligami, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, merupakan

perkawinan antara seorang dengan dua orang atau lebih (namun

cenderung diartikan perkawinan satu orang suami dengan dua orang

isteri atau lebih).35 Fenomena poligami merupakan salah satu bagian

dari hukum perkawinan di dunia Islam. Banyak nash yang membahas

poligami. Mayoritas ulama menggunakan An-Nisā’ (4): 3 untuk

menetapkan status kebolehan poligami. Metode penafsiran yang berbeda

menimbulkan pendapat yang berbeda pula dalam menetapkan status

hukum poligami. Jumhur ulama membolehkan poligami dengan syarat

adil, namun tidak sedikit yang mengharamkannya. Berikut adalah

beberapa pendapat beberapa jama’ah Tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah terkait masalah poligami:

1. H. A. Ghazali

H.A. Ghazali merupakan salah satu pengikut Kiai Jazuli yang

mempunyai karir cemerlang dalam dunia politik. Beliau pernah

menjabat sebagai ketua komisi D DPRD Kabupaten Brebes. Beliau

menyebutkan bahwa status hukum poligami adalah boleh dengan

35 Farida Hamid, Kamus ilmiah populer Lengkap, (Surabaya: Apollo), hlm. 498.

Page 85: Skripsi Azim Lengkap With CV

67

disertai syarat adil. Pendapatnya ini didasarkan pada An-Nisā’ (4): 3

yang mengandung makna kebolehan melakukan poligami, bahkan

dia menuturkan, tidak ditemukan lafaż (kata) yang berisi perintah

untuk tidak melakukan poligami. Konsep keadilan yang dimaksud

dalam Islam menurut dia hanya sebatas keadilan materiil, sebab

tidak mungkin syaria’at memperbolehkan manusia melakukan

poligami dengan syarat yang tidak mungkin dapat dipenuhi oleh

manusia itu sendiri, yakni syarat keadilan non-materi (perasaan cinta

dan kasih sayang) yang secara jelas telah Allah sebutkan dalam An-

Nisā’ (4) : 129. Ketika isteri menuntut keadilan non materi, beliau

akan membicarakan permasalah ini dari hati ke hati (musyawarah)

sebab cara seperti ini adalah cara yang ampuh untuk

mempertahankan keutuhan rumah tangga.

Beliau menambahkan bahwa poligami tidak dapat dikatakan

sebagai penghambat bagi seorang salik yang tengah berusaha

mencari ma’rifat Allah. Beliau memberikan contoh, bahwa Kiai

Jazuli adalah pelaku poligami yang juga berstatus guru mursyid.

Fenomena ini memberikan kesimpulan bahwa poligami tidak dapat

dikategorikan ke dalam hal-hal yang menghambat seorang salik

menuju ma’rifat jika dilakukan sesuai dengan syariat.36

36 Wawancara dengan H. A. Ghazali, Pelaku Poligami, Pruwatan, Bumiayu, pada

tanggal 16 April 2012.

Page 86: Skripsi Azim Lengkap With CV

68

2. KH. Labib

KH. Labib merupakan salah satu pengasuh Pondok Pesantren

al-Hikmah Benda, Sirampog, Brebes. Beliau mengatakan bahwa An-

Nisā’ (4): 3 digunakan oleh ulama untuk menetapkan status hukum

poligami. Beliau juga menggunakan dasar tersebut untuk

menetapkan kebolehan poligami. Selain ayat tersebut, beliau juga

menggunakan dasar hadis yang berisi anjuran untuk mempunyai

anak yang banyak, yang menurutnya bisa dilakukan dengan cara

melakukan poligami. Beliau menentang pendapat orang yang

mengharamkan poligami, bahkan beliau juga menantang orang-

orang maupun pemerintah yang mengharamkan poligami untuk

memberikan solusi yang tepat selain poligami terhadap maraknya

kasus perzinaan yang ada. Beliau berpendapat bahwa poligami

merupakan lembaga yang jauh lebih baik untuk menyalurkan hasrat

seksual dibanding dengan “jajan di luar” .

Kebolehan poligami yang diamanatkan oleh al-Quran bukan

tanpa syarat, melainkan orang yang berpoligami harus mempunyai

kemampuan untuk berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-

anaknya di samping kemampuan dalam hal nafkah. KH. Labib

berpendapat bahwa keadilan yang menjadi syarat bagi pelaku

poligami hanya sebatas keadilan yang bersifat materi/ fisik

sebagaimana dijelaskan dalam An-Nisā’ (4): 129, bahwa keadilan

Page 87: Skripsi Azim Lengkap With CV

69

non-fisik merupakan hal yang tidak akan mungkin bisa dicapai oleh

manusia sekeras apapun dia berusaha.

Beliau menambahkan, terkait masalah apakah poligami dapat

mengganggu seseorang salik dalam mencapai ma’rifat, beliau

menjawab, bahwa hal semacam itu tergantung pada individu masing-

masing. Jika orang tersebut mampu me-manage hatinya antara

kehidupan dunia (hablu min an-nas) dan ukhrawinya (hablu

minallah), maka insya Allah dengan atau tanpa melakukan poligami

orang tersebut mampu mencapai cita-cita tertinggi tasawuf.37

3. Kiai Tauchid S.

Beliau dikenal sebagai seorang muballigh yang cukup

kondang di desanya. Pendapat Kiai Tauhid mengenai poligami pada

dasarnya sama seperti pendapat para ulama pada umumnya, yaitu

memperbolehkan poligami dengan syarat adil. Adil yang dimaksud

dalam hal poligami hanya sebatas adil dalam urusan materi. Beliau

mengatakan bahwa adil bukan berarti menyamaratakan nafkah antara

isteri yang satu dengan isteri yang lain, tetapi adil adalah

memberikan nafkah sesuai dengan kebutuhan isteri-isterinya. Jadi

antara isteri yang satu dan isteri yang lain belum tentu mendapatkan

nafkah yang sama, namun kuantitasnya menurut kebutuhan masing-

masing (proporsional). Meski demikian, dalam hal giliran malam

Kiai Tauhid memberikan jatah yang sama terhadap isteri-isterinya.

37 Wawancara dengan KH. Labib, pelaku poligami, Benda Sirampog, Brebes, pada

tanggal 18 April 2012.

Page 88: Skripsi Azim Lengkap With CV

70

Kiai Tauhid merupakan orang yang tekun dalam

melaksanakan ibadah, beliau kerap mengamalkan ritual zikir yang

pernah diajarkan oleh sang guru mursyid. Bahkan, poligami yang

dilakukannya semakin membuat dirinya merasa dekat dengan Allah,

sebab beliau merasa bahwa poligami yang dilakukannya membuat

dirinya belajar untuk lebih memahami arti keadilan dan tanggung

jawab sebagai seorang suami.38

4. Drs. Izzudin Amaith, M.Pd. (Gus Izz)

Pasca wafatnya sang guru mursyid Kiai Jazuli, sebagaimana

telah dijelaskan di atas, segala rutinitas ritual keagamaan tarikat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes dipimpin oleh putra ke-9

dari anak pertama beliau, yaitu Izzudin Amaith atau lebih akrab

disebut Gus Izz. Gus Izz berpandangan bahwa poligami hukumnya

boleh sebagaimana dijelaskan dalam An-Nisā’ (4): 3. Keadilan ini

bersifat fisik dan batin. Keadilan batin, menurut beliau, meski

memang sangat sulit untuk dilakukan namun tetap harus selalu

diupayakan. Beliau berpendapat bahwa pandangan kebolehan

poligami yang banyak disampaikan oleh jama’ah tidak lain karena

poligami yang dilakukan mursyid, sebab af’al (perbuatan) seorang

mursyid secara tidak langsung memberikan tanda bahwa perbuatan

tersebut boleh dilakukan, bahkan dalam perspektif tarikat dianjurkan

untuk dilakukan, begitu pula sebaliknya, jika mursyid tidak

38 Wawancara dengan Kiai Tauhid. S, pelaku poligami, Caruban, Tonjong,, Brebes,

pada tanggal 19 April 2012.

Page 89: Skripsi Azim Lengkap With CV

71

melakukan dan melarang (mengharamkan) seorang murid

berpoligami, maka dia tidak akan berpoligami dan berpendapat

bahwa poligami haram hukumnya.

Seorang salik yang berpoligami, menurut Gus Izz sangat sulit

untuk mencapai tujuan tasawuf (ma’rifat) jika tujuannya berpoligami

untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Hal ini disebabkan karena

riyadhah seorang salik dalam upaya mencapai ma’rifat adalah

dengan meninggalkan nikmat (tarku an-ni’mah), meninggalkan

syahwat (tarku asy-syahwah) dan meninggalkan kesenangan (tarku

al-ladzah).39

5. Kiai Munirudin

Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Subulussalam di

Desa Kali Langkap Kecamatan Bumiayu. Pendapat beliau tentang

An-Nisā’ (4): 3 adalah bahwa fungsi huruf و pada lafadz 2ر����4ث ��4.

adalah wawu takhyir, yaitu huruf athaf yang befungsi untuk memilih.

Artinya, poligami diperbolehkan dua atau tiga atau empat.

Kebolehan melakukan poligami disertai dengan syarat adil yang

harus dipenuhi. Keadilan dalam poligami menurut Kiai Munirudin

hanya sebatas keadilan fisik, sebab keadilan batin tidak disyaratkan

dengan alasan keadilan batin tidak mungkin untuk bisa dipenuhi.

Kiai Munirudin tidak menganjurkan pengikut Tarikat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah untuk melakukan poligami meski sang

39 Wawancara dengan Drs. Izzudin Amaith, M.Pd, informan yang tidak

berpoligami, Kauman, Bumiayu, Brebes, pada tanggal 23 April 2012.

Page 90: Skripsi Azim Lengkap With CV

72

mursyid melakukan hal itu. Beliau berpendapat poligami merupakan

perbuatan atau hal yang dilaksanakan mursyid, namun perbuatan

tersebut tidak dianjurkan untuk diikuti karena syarat yang berat. Jika

ada jama’ah yang melakukan poligami karena mengikuti perbuatan

mursyid, beliau juga tidak memberikan apresiasi terhadapnya karena

bagi beliau hukum poligami adalah mubah, bukan sunnah. Meski

mursyid (yang notabene merupakan pemimpin tertinggi dalam tarikat

dan sudah memperoleh ma’rifat) melakukan poligami dengan

sukses, belum tentu dampak yang sama akan diperoleh oleh jama’ah,

sebab setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menjalin

komunikasi dengan keluarga. Artinya, poligami belum tentu dapat

membuat diri semakin cinta kepada Allah dan belum tentu juga

dapat menghambat seorang salik dalam mengenal Allah, namun

tergantung masing-masing individu dalam mengatur hatinya.40

6. Gautsul Audhom, S.Pd.I.

Beliau adalah seorang guru agama di salah satu sekolah

swasta di Bumiayu. Pendapat Bapak Gauts tentang poligami hampir

sama dengan pendapat Kiai Munirudin, yaitu memperbolehkan

poligami dengan syarat adil. Pak Gauts memberikan makna adil

sebagai mahallu al-haal fii al-haal (menempatkan sesuatu sesuai

pada tempatnya), artinya keadilan bersifat relatif. Beliau

menambahkan, bahwa Allah menggunakan lafadz khaf pada kalimat

40 Wawancara dengan Kiai Munirudin, informan yang tidak poligami, Kali Langkap,

Bumiayu, Brebes, pada 22 April 2012.

Page 91: Skripsi Azim Lengkap With CV

73

wa in khiftum karena lafadz khaf (takut) mempunyai makna yang

lebih komprehensif, artinya pada saat seseorang akan melakukan

poligami, dia paham bahwa perbuatannya mempunyai

pertanggungjawaban di dunia dan akhirat. Berbeda jika Allah

menggunakan lafadz hazn (sedih), lafadz hazn meski mengandung

mengandung resiko namun tidak ada pertanggung jawaban lebih

lanjut atas perbuatan tersebut. Pemenuhan kebutuhan isteri

tergantung pada cara orang memahami lafadz khaf. jika dia bisa

memahami lafadz tersebut, maka kebutuhan materi maupun non

materi dapat dipenuhi.41

7. Ibu Nyai Siti Muzakiyah

Ibu Nyai Siti Muzakiyah merupakan isteri ke-empat Kiai

Jazuli. Beliau juga menjadi pengasuh Pondok Pesantren An-

Nuriyyah Komplek Rabiah al-Adawiyah, salah satu komplek asrama

putri dari Pondok Pesantren An-Nuriyyah yang didirikan Kiai Jazuli.

Ibu Nyai Zakiyah berpendapat bahwa poligami diperbolehkan jika

suami mampu berbuat adil. Adil menurut Ibu Nyai bersifat relatif

dan proporsional. Keadilan ini tidak hanya bersifat fisik saja, namun

keadilan yang bersifat batin juga harus dipenuhi. Keadilan batin,

menurut beliau juga bersifat relatif, beliau memberi contoh jika isteri

pertama lebih taat terhadap suaminya dibanding isteri-isteri yang

lain, maka sudah sepatutnya suami lebih condong kepada isteri

41 Wawancara dengan Gautsul Audhom, S. Pd.I, informan yang tidak poligami, Kali

Langkap, Bumiayu, Brebes, pada 22 April 2012.

Page 92: Skripsi Azim Lengkap With CV

74

pertama. Keadilan seperti ini, meski terdapat kesenjangan (timpang),

inilah keadilan batin yang harus dipenuhi oleh suami.

Hal yang menarik adalah bahwa Ibu Nyai Zakiyah

merupakan isteri Kiai Jazuli yang menawarkan diri untuk dipoligami

(dijadikan isteri ke-empat). Keinginan beliau untuk menjadi isteri

Kiai Jazuli adalah karena kecintaanya kepada Allah. Kecintaan

beliau kepada Allah beliau terapkan dengan menikah dengan

waliyullah (Kiai Jazuli), karena beliau beranggapan bahwa menikah

dengan waliyullah dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Beliau menambahkan, bahwa wanita yang dipoligami harus ikhlas

dan harus meneguhkan hatinya untuk mengharap ridha’ Allah

semata, sebab dengan ikhlas dan ridha’ akan semakin mendekatkan

diri kepada Allah.42

8. Ibu Nunik Parwati

Ibu Nunik merupakan isteri ke-dua dari H. A. Ghazali. Beliau

tinggal daerah Bantarkawung, Brebes. poligami menurut Ibu Nunik

adalah boleh dengan syarat adil. Keadilan dalam poligami bersifat

fisik dan non fisik. Meski keadilan non fisik (keadilan perasaan)

sangat susah untuk dicapai, suami harus senantiasa berusaha sekeras

mungkin untuk menyayangi dan memberikan perhatian kepada

isteri-isteri dengan kadar yang sama.

42 Wawancara dengan Ibu Nyai Siti Muzakiyah, isteri yang dipoligami, Krajan,

Bumiayu, Brebes, pada tanggal 23 April 2012.

Page 93: Skripsi Azim Lengkap With CV

75

Kehidupan rumah tangga pasangan poligami memang tidak

selalu berjalan mulus. Problematika rumah tangga seperti pembagian

nafkah yang kurang adil, perhatian berlebih terhadap salah satu isteri

memang sering terjadi dalam rumah tangga. Jika hal seperti itu

terjadi, Ibu Nunik akan mengintrospeksi diri, sebelum kemudian

curhat dengan suami.

Ibu Nunik merasa bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan

oleh seorang salik yang ingin melakukan poligami. Jika poligami

dilakukan sesuai dengan praktek poligami Rasulullah, insya Allah

akan terbentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah dan

akan semakin mendekatkan diri salik kepada Allah.43

9. Ibu Tasripah

Sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan masalah

poligami, Ibu Tasripah tidak menganjurkan wanita lain untuk

bersedia dipoligami. Poligami bagi Ibu Tasripah hanya

diperbolehkan, bukan disunnahkan. Beliau mengutip An-Nisā’ (4): 3

sebagai dasar bagi seseorang untuk melakukan poligami. Beliau

berpendapat, meski konteks ayat tersebut adalah larangan memakan

harta anak yatim namun ayat tersebut juga mempunyai aturan

tentang kebolehan poligami. Tidak ada ayat-ayat al-Qur’an maupun

al-Hadits yang melarang (mengharamkan) seseorang melakukan

poligami dan tidak ada pula yang menyuruh (mewajibkan atau

43 Wawancara dengan Ibu Nunik Parwati, isteri yang dipoligami, Bantarkawung,

Brebes, pada 17 April 2012.

Page 94: Skripsi Azim Lengkap With CV

76

menganjurkan) melakukannya. Namun jika melihat dampak-dampak

yang mungkin ditimbulkan oleh poligami, sebisa mungkin untuk

menghindari melakukan poligami, sebab wanita yang dipoligami

harus mempunyai mental dan kesabaran yang kuat.

Keadilan dalam poligami menurut Ibu Tasripah meliputi

keadilan fisik dan batin. Keadilan batin, bagi beliau merupakan

syarat yang harus diupayakan meski tidak mungkin untuk dicapai,

sebab batin (perasaan) perempuan pada umumnya menolak untuk

dimadu, sehingga sebisa mungkin suami harus memberikan

perhatian yang sama agar tidak menimbulkan kecemburuan di antara

isteri-isteri.44

44 Wawancara dengan Ibu Tasripah, Isteri yang dipoligami, Pruwatan, Bumiayu,

pada tanggal 16 April 2012.

Page 95: Skripsi Azim Lengkap With CV

77

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TEHADAP PANDANGAN JAMA’AH

TARIKAT QADIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DI BREBES

MENGENAI POLIGAMI

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah

tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1

Akad dalam perkawinan bukan sekedar akad muammalah biasa, namun

merupakan akad yang kokoh (mitsaqan ghaliza). Tujuan akad ini tidak lain

untuk membentuk keluarga bahagia yang sakinah (tenteram), mawaddah

(kasih) dan rahmah (sayang). Tujuan lain dari lembaga perkawinan adalah

pemenuhan kebutuhan biologis, fungsi reproduksi, menjaga kehormatan dan

ibadah.

Undang-Undang Perkawinan Indonesia menjelaskan bahwa asas

perkawinan pada dasarnya adalah monogami,2 yaitu perkawinan antara

seorang lelaki dan seorang perempuan. Pada kondisi tertentu poligami, atau

menikah lebih dari seorang, dibolehkan oleh undang-undang.3 Kebolehan

melakukan poligami tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan, namun

1 UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1.

2 Ibid., pasal 3 ayat 1

3 Ibid., pasal 4 ayat 2.

Page 96: Skripsi Azim Lengkap With CV

78

sebenarnya kebolehan poligami masih menimbulkan banyak polemik. Jumhur

ulama memperbolehkan poligami dengan syarat yang cukup ketat, namun

tidak sedikit pula yang mengharamkan poligami. Imam mazhab seperti Imam

Syafi’i, Imam Hanbali, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah pada umumnya

tidak pernah menyebutkan kata “haram” pada saat berbicara masalah

poligami dan tidak pula menyebutkan kata “wajib” maupun “sunnah”.

Poligami menurut ulama mazhab hukumnya hanya sebatas mubah.

Penyusun mendapat informasi di lapangan bahwa status hukum

poligami menurut jama’ah Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di

Kabupaten Brebes secara global (umum) adalah boleh (mubah). Pernyataan

ini dapat dilihat pada bab sebelumnya bahwa semua informan membolehkan

poligami dan tidak ada yang mengharamkannya. Pendapat para informan ini

tidak lain merupakan salah satu doktrin yang diajarkan oleh sang guru

mursyid meski tidak secara langsung. Peran guru mursyid dalam sebuah

tarikat sangatlah dominan. Guru mursyid merupakan tempat jama’ah

berkeluh kesah dan berkonsultasi tentang permasalahannya di bidang fiqh,

tauhid, tasawuf dan lain-lain. Perbuatan atau perilaku sang mursyidpun

menjadi uswah atau teladan bagi para jama’ah. Jika mursyid melakukan

amalan tertentu, maka jama’ah akan berasumsi bahwa perbuatan itu boleh,

sunnah bahkan wajib dilakukan juga olehnya. Begitu pula sebaliknya, jika

guru mursyid melarang sang murid (jama’ah) melakukan perbuatan tertentu,

maka murid tersebut tidak akan melakukan.

Page 97: Skripsi Azim Lengkap With CV

79

Penyusun telah melakukan pengumpulan data melalui wawancara

dengan sembilan informan yang merupakan anggota (jama’ah) Tarikat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Pendapat pertama dari H. Ghazali yang

memperbolehkan poligami dengan syarat adil dalam hal materi saja. Alasan

poligami dari H. Ghazali adalah karena umur isteri pertama yang sudah lanjut

usia, sehingga tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan suami.4 Alasan ini

dibenarkan oleh pendapat al-Maraghi dan Muhammad Rasyid Ridha yang

memperbolehkan poligami dengan alasan menghindari zina melalui lembaga

perkawinan yang sah dengan isteri kedua dan seterusnya. Pendapat kedua

oleh KH. Labib yang pendapatnya tidak jauh berbeda dengan pendapat H.

Ghazali. KH. Labib menambahkan bahwa Rasulullah juga menyuruh

ummatnya untuk mempunyai banyak anak, sehingga poligami dapat dijadikan

sarana untuk memperbanyak keturunan.5 Pendapat ketiga dari Kiai Tauhid

yang memandang kebolehan poligami dengan alasan yang sama6 dengan H.

Ghazali.

Pandangan selanjutnya yaitu pandangan keempat dari Gus Izz yang

memperbolehkan poligami dengan syarat adil materi dan non materi. Beliau

menyarankan kepada para salik agar sebisa mungkin tidak melakukan

4 Wawancara dengan H. A. Ghazali, Pelaku Poligami, Pruwatan, Bumiayu, pada

tanggal 16 April 2012.

5 Wawancara dengan KH. Labib, pelaku poligami, Benda Sirampog, Brebes, pada tanggal 18 April 2012.

6 Wawancara dengan Kiai Tauhid. S, pelaku poligami, Caruban, Tonjong,, Brebes, pada tanggal 19 April 2012.

Page 98: Skripsi Azim Lengkap With CV

80

poligami demi menjaga tirakatnya.7 Argumen ini sangat logis mengingat

poligami masih menjadi perdebatan dan sangat berpotensi menyebabkan

konflik yang tentu dapat merusak tirakat seorang salik. Pendapat yang kelima

dari Kiai Munirudin yang memperbolehkan poligami dengan syarat adil

materi saja. Beliau berpendapat bahwa poligami yang dilakukan oleh mursyid

bukan hal yang wajib diikuti, sebab metode komunikasi antar individu dengan

masing-masing keluarga berbeda.8 Pendapat keenam dari Bapak Gauts yang

berpendapat bahwa lafaz khaf mempunyai makna bahwa an-Nisā (4): 3

mensyaratkan pelaku poligami menunaikan keadilan materi dan non materi.9

Asumsi ini menunjukkan bahwa kewajiban memenuhi keadilan mempunyai

pertanggung jawaban hingga ke akhirat, bahwa poligami bukan sekedar

perbuatan yang serta merta diperbolehkan oleh syara’, namun mempunyai

dampak yang sangat luar biasa. Akibatnya, keadilan poligami menjadi syarat

yang wajib untuk dilakukan dan diperhatikan.

Pendapat ketujuh dari Ibu Muzakiyah yang memperbolehkan poligami

dengan syarat adil fisik dan adil non fisik. Ibu Muzakiyah berasumsi bahwa

menikah dengan waliyullah dapat semakin meningkatkan iman dan taqwa

7 Wawancara dengan Drs. Izzudin Amaith, M.Pd, informan yang tidak berpoligami,

Kauman, Bumiayu, Brebes, pada tanggal 23 April 2012.

8 Wawancara dengan Kiai Munirudin, informan yang tidak poligami, Kali Langkap, Bumiayu, Brebes, pada 22 April 2012.

9 Wawancara dengan Gautsul Audhom, S. Pd.I, informan yang tidak poligami, Kali Langkap, Bumiayu, Brebes, pada 22 April 2012.

Page 99: Skripsi Azim Lengkap With CV

81

terhadap Allah.10 Perkawinan dengan seorang mursyid memang dapat

dianalogikan seperti perkawinan Nabi Muhammad dengan isteri-isterinya

yang dapat membuat seorang isteri dapat lebih intens dalam menggali ilmu

agama. Pendapat kedelapan dari Ibu Nunik Parwati yang memperbolehkan

poligami dengan syarat keadilan fisik dan non fisik. Ibu Nunik menambahkan

bahwa konflik dalam keluarga, baik keluarga biasa maupun keluarga

poligami, dapat diredam dengan musyawarah antar anggota keluarga,

sehingga musyawarah menjadi kunci sukses dalam membangun keluarga

harmonis.11 Musyawarah dapat menjadi solusi awal jika dalam rumah tangga

poligami mengalami konflik akibat kesenjangan keadilan suami. Musyawarah

juga menjadi salah satu prinsip perkawinan. Pendapat terakhir atau

kesembilan dari Ibu Tasripah yang membolehkan poligami namun tidak

menganjurkan isteri-isteri untuk dipoligami, sebab poligami hanya bisa

dilakukan secara sukses oleh wanita yang mempunya kesabaran dan mental

yang kuat.12 Pendapat ini mengandung sebuah pemahaman bahwa pada

hakikatnya poligami bukanlah perkawinan yang ideal karena mempunyai

potensi yang lebih besar dalam munculnya konflik dalam rumah tangga,

meskipun pada kondisi yang lain poligami dapat menjadi solusi dalam

menjawab permasalahan sosial yang ada.

10 Wawancara dengan Ibu Nyai Siti Muzakiyah, isteri yang dipoligami, Krajan,

Bumiayu, Brebes, pada tanggal 23 April 2012.

11 Wawancara dengan Ibu Nunik Parwati, isteri yang dipoligami, Bantarkawung, Brebes, pada 17 April 2012.

12 Wawancara dengan Ibu Tasripah, Isteri yang dipoligami, Pruwatan, Bumiayu, pada tanggal 16 April 2012.

Page 100: Skripsi Azim Lengkap With CV

82

Berdasarkan hasil data yang penyusun dapatkan di lapangan, terdapat

kesamaan pendapat informan dalam menetapkan status kebolehan melakukan

poligami, namun terdapat perbedaan dalam memberikan makna pada keadilan

poligami berbeda-beda. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1. Informan yang berpendapat bahwa keadilan dalam poligami sebatas

keadilan materi.

Keadilan kuantitatif (disebut juga keadilan materi atau keadilan

fisik) merupakan keadilan yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang

akan melakukan poligami. Undang-Undang Perkawinan Indonesia

menyebutkan bahwa suami yang akan melakukan poligami harus

memenuhi syarat yang salah satunya adalah jaminan bahwa suami akan

berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.13 Fiqh mazhab

juga menyebutkan bahwa keadilan yang disyaratkan oleh al-Qur’an adalah

keadilan materi saja.

Informan yang berpendapat bahwa keadilan dalam poligami

sebatas keadilan fisik saja antara lain; H.A. Ghazali, KH. Labib, Kiai

Tauchid dan Kiai Munirudin. Alasan yang dikemukakan oleh informan

pada golongan ini secara garis besar mempunyai persamaan, yaitu karena

keadilan non materi tidak mungkin dilakukan oleh manusia sekeras apapun

manusia berusaha sebagaimana tertera pada an-Nisā’ (4): 129.

13 Ibid., Pasal 5 ayat 1c.

Page 101: Skripsi Azim Lengkap With CV

83

2. Informan yang berpendapat bahwa keadilan dalam poligami mencakup

keadilan materi dan keadilan batin.

Informan yang berpendapat bahwa keadilan poligami meliputi

keadilan materi dan non materi yaitu Gus Izz, Ghautsul Audhom, Ibu Nyai

Muzakiyah, Ibu Nunik Parwati dan Ibu Tasripah. Pendapat para informan

ini mempunyai alasan bahwa pada dasarnya tidak ada wanita yang secara

benar-benar lapang dada bersedia untuk dimadu. Meski bersedia, dalam

hati kecilnya pasti dia lebih memilih untuk menjadi satu-satunya isteri

sang suami. Alasan lain yang dikemukakan adalah bahwa setiap manusia,

khususnya wanita, diberi rasa iri dan cemburu oleh Allah. Jika suami

condong pada salah satu isteri, maka isteri yang lain pasti akan merasa

cemburu. Kecemburuan ini merupakan tanda atau barometer bahwa terjadi

kesenjangan keadilan suami.

Keadilan non materi juga ditunaikan oleh Rasulullah SAW,

sehingga keadilan non materi harus selalu diupayakan meski tidak

mungkin dipenuhi secara maksimal.

Mayoritas informan dari kelompok ini mengkaitkan QS. An-Nisa

(4): 3 dan 129, bukan memaknainya secara terpisah. Meski keadilan non

materi sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk dilakukan, suami yang

berpoligami wajib berusaha sekeras mungkin untuk berlaku adil dalam

membagi perhatian dan kasih sayang terhadap isteri-isterinya.

Kelompok informan kedua yang berpendapat bahwa keadilan

poligami meliputi keadilan fisik dan batin terlihat didominasi oleh kaum

Page 102: Skripsi Azim Lengkap With CV

84

perempuan yang dipoligami, sehingga pendapat bahwa keadilan poligami

yang diungakapkan terkesan sangat subjektif. Namun beberapa informan

dari lelaki yang tidak berpoligami juga mengungkapkan hal senada, seperti

Gus Izz dan Kiai Munirudin yang mengkaitkan kewajiban menununaikan

keadilan poligami fisik dan batin dengan upaya pencapaian kesempurnaan

syari’at.

Tujuan setiap orang yang mengikuti jalan tasawuf (salik) tidak lain

adalah untuk mencapai ma’rifat atau kesempurnaan iman. Ma’rifat adalah

pengetahuan yang objeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi

lebih mendalam batinnya dengan mengetahui rahasianya. Hal ini

didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui

hakikat ketuhanan dan hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal

dari yang satu. 14

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa sebelum mencapai

ma’rifat seorang salik wajib berjalan dalam koridor syari’at dan berusaha

memahami hikmah dari syariat Allah tersebut (hikmatuttasyri’). Jika

syari’at yang ia jalankan sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi, maka dia

akan merasakan manfaat dari syari’at tersebut. Semakin banyak hakikat

tasyri’ yang ia rasakan, pengetahuan dan rasa cinta kepada Allah akan

semakin besar, hingga sampailah ia pada tingkat ma’rifat. Salah satu

syari’at dalam Islam adalah aturan poligami yang tertera pada An-Nisā’

14http://fadilhafiz.multiply.com/reviews/item/16?&show_interstitial=1&u=%2Frevie

ws%2Fitem, akses pada 21 Mei 2012

Page 103: Skripsi Azim Lengkap With CV

85

(4): 3. Jika poligami dilakukan sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi,

maka sudah tentu dia akan semakin merasakan hikmah dari syari’at

tentang poligami tersebut. Beberapa narasumber berpendapat bahwa

poligami tidak bisa dikategorikan sebagai masalah yang dapat

menghalangi seorang salik untuk berma’rifat, dengan alasan bahwa untuk

mencapai ma’rifat tergantung pada setiap individu dalam memandang dan

melakukan poligami. Bahkan orang yang tidak melakukan poligamipun

belum tentu dapat mencapai tingkat ma’rifat. Sebagian lain berpendapat

bahwa orang yang berpoligami akan semakin sulit untuk mencapai

ma’rifat jika tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis, sebab

tasawuf mengajarkan pada seorang salik untuk zuhud dan tidak cinta pada

kenikmatan dunia.

Perkawinan ideal dalam Islam adalah monogami, namun tidak

menutup kemungkinan diperbolehkannya seseorang untuk melakukan

poligami. Izin poligami dapat diberikan kepada seorang suami dengan

syarat-syarat yang wajib dipenuhi baik sebelum maupun sesudah

melakukan poligami.

Hukum Islam diciptakan untuk memberikan kemasalahatan hidup

bagi manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial.

Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga

untuk kehidupan di akhirat kelak. Jika menganalisis status hukum poligami

dari aspek Hukum Islam harus melalui pertimbangan manfaat (maslahat)

dan mafsadatnya. Hukum Islam terdiri dari syari’at dan fiqh, dimana

Page 104: Skripsi Azim Lengkap With CV

86

syari’at adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah15 sedang fiqh berupa

pemahaman (interpretasi) terhadap ilmu yang berupa wahyu (yaitu al-

Qur’an dan al-Hadis).16

Al-Qur’an menyebutkan kebolehan poligami yang tertuang dalam

An-Nisā’ (4):3, yang berbunyi:

ا����ء ���� ���ث �ر�� �� �ا ��� ا����ا ��� ��� ���ا �� ������ ��� ا��

�"��واا��� ���' ا����� &�% ا!$� ��م ا"!��ا ���!ة 17ا

Jumhur ulama berpendapat bahwa syarat poligami adalah berbuat adil dan

maksimal empat orang isteri. Adil menjadi syarat yang harus dipenuhi

pelaku poligami berdasar An-Nisā’ (4): 129 yang berbunyi:

� )* ��+,��"!��ا �� ا����ء ��� ����"�ا أ ���ا �0ا���0 ��&,وھ� ����"��. ��

������ا ��3ا �� اهللا �� ��1,ا ,�+� �18ا

Pemaparan sebelumnya menyebutkan bahwa Hukum Islam dibuat

dengan tujuan demi mendatangkan maslahat dan meninggalkan mafsadat.

Tujuan Hukum Islam (maqashid as-syari’ah) ini melindungi agama, jiwa,

akal, harta dan nasab. Konsep maslahat ini juga disebutkan dalam sebuah

kaidah fiqhiyyah:

19درء ا�����د ��دم �� ب ا������

15 http://wigunaharis.wordpress.com/2011/02/01/hukum-islam-syari%E2%80%99at-dan-fiqih/, akses pada 25 Mei 2012

16 Ibid.

17 An-Nisā’ (4) : 3

18 An-Nisā’ (4) : 129.

Page 105: Skripsi Azim Lengkap With CV

87

Maksud kaidah fiqh di atas adalah jika poligami dirasa dapat menimbulkan

mafsadat atau madharat bagi pihak-pihak yang terlibat, maka sesuai

dengan kaidah fiqhiyyah di atas, poligami harus dihindari (dilarang).

Poligami dalam tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah juga harus

dicermati kemaslahatannya. Umumnya jama’ah tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah di Brebes berpendapat bahwa poligami diperbolehkan

dengan alasan:

1. Poligami disyariatkan oleh al-Qur’an dan tidak dilarang sebagaimana

dalam ayat:

ا����ء ���� ���ث �ر�� �ا ��� ا����ا �� � ��� ���ا �� ������ ���ا��

�"��واا��� ���' ��م ا"!��ا ���!ة �� 20ا����� &�% ا!$� ا

Jama’ah yang berpendapat demikian antara lain; Gus Izz, Kiai

Munirudin, Bapak Gauts, Ibu Nunik dan Ibu Tasripah.

2. Poligami bagi orang tertentu dapat menjadi sarana untuk mendekatkan

diri kepada Allah, seperti poligami yang dialami oleh Ibu Siti

Muzakiyah yang bersedia menjadi isteri keempat dari seorang mursyid.

Beliau mengetahui resiko menjadi isteri kedua, ketiga atau keempat,

namun beliau beranggapan bahwa menikah dengan waliyullah dapat

semakin mendekatkan dirinya kepada Allah. Perkawinan ini dapat

dianalogikan seperti Aisyah dan isteri-isteri Nabi yang lain yang secara

19 Abdul hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah (Jakarta: al-Maktabah al-Sa’adiyyah

Putra, 1927), hlm. 34.

20 An-Nisā’ (4) : 3

Page 106: Skripsi Azim Lengkap With CV

88

umum lebih banyak meriwayatkan hadis karena intensitas bertemu

dengan Rasul lebih tinggi, sehingga isteri-isteri Rasul menjadi lebih

tahu banyak mengenai ilmu agama.

3. Poligami sebagai sarana penyaluran hasrat seksual yang sesuai dengan

syariat dibanding melakukan zina. Alasan ini didukung dengan ayat

berikut:

ا >�� ازو78� او :� :��' ا��9$7� *�$7� 1�, .وا�&9 ھ� ��,و78� �5�6ن

�:��:21

Alasan ini sebagaimana diungkapkan oleh H. A. Ghazali, KH. Labib

dan Kiai Tauchid. Alasan ini diikuti oleh alasan lain seperti: ingin

memperbanyak keturunan, isteri yang sudah tidak mampu melayani

kebutuhan seksual suami dan sebagainya. Alasan pemenuhan hasrat

seksual ini dapat menjadi terbukanya pintu darurat poligami

sebagaimana yang diungkapkan al-Maraghi dan Muhammad Rasyid

Ridha, yaitu karena suami mempunyai hasrat seks yang tinggi,

sedangkan isteri tidak mampu melayani sesuai dengan kebutuhannya.

Penalaran atau pola pikir jama’ah dalam memandang

permasalahan poligami secara garis besar memiliki kesamaan dengan

model berfikir ulama fiqh klasik. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh

doktrin tarikat yang begitu kuat mengingat peran guru mursyid yang

memang sangat dominan dalam tarikat. Hubungan fiqh dan tasawuf

21 Al-Mu’minūn (23): 5-6.

Page 107: Skripsi Azim Lengkap With CV

89

terlihat pada kesamaan persepsi jama’ah tarikat dengan persepsi ulama

fiqh, sebab seperti diterangkan dalam beberapa literatur Syaikh Abdul

Qadir Jaelani senantiasa memberikan fatwa dan doktrin fiqh ala mazhab

Hanbali dan mazhab Syafi’i.22

Ilmu tasawuf mengenal adanya pokok ajaran Islam yang

menjadi tingkatan amalan seseorang. Poligami yang dijalankan sesuai

dengan syari’at tentu dapat menimbulkan rasa cinta (mahabbah) dan

menambah kedekatan seorang makhluk terhadap Tuhan, dengan catatan

jika pelaku poligami tersebut mengetahui hakikat poligami. Poligami

yang dilakukan oleh Rasul pada hakikatnya bukanlah sebagai lembaga

penyaluran hasrat seksual, namun perlindungan terhadap janda-janda

dan anak yatim masa itu. Hakikat ini harus dipahami oleh salik demi

sempurnanya syari’at yang ia lakukan. Jika poligaminya tidak sesuai

dengan syari’at dan hakikat yang telah dijelaskan di atas, maka

poligami tentu dapat menghambat salik dalam mencapai ma’rifat.

Ketika poligami menghambat riyadhah atau tirakat seorang salik

dalam menjalani jalan tasawuf, tentu poligami harus dihindari demi

tercapainya cita-cita bertasawuf.

Poligami memang masih menjadi diskursus panjang yang

hingga detik ini masih menimbulkan perseteruan pendapat dari kubu

pro dan kubu kontra. Kubu Pro-Poligami berpendapat bahwa tidak ada

22 Abdul Razaq al-Kailani, Syaikh Abdul Qadir Jailani Guru Para Pencari Tuhan

(Bandung: Mizania, 2009), hlm. 137.

Page 108: Skripsi Azim Lengkap With CV

90

satupun dalil yang mengharamkan poligami secara tegas. Poligami juga

dapat dijadikan sebagai solusi atau alternatif terhadap maraknya kasus

perselingkuhan dan perzinahan. Pada sisi yang lain Kubu yang kontra

berpendapat bahwa poligami telah mengusik kesetaraan gender dan Hak

Asasi Manusia, yang dalam hal ini korbannya adalah wanita.

Pada kesempatan ini penyusun mencoba ikut menganalisis

poligami. Poligami disebutkan secara tersurat dan tersirat dalam nash

(al-Qur’an dan hadis), seperti pada An-Nisā’ (4) : 3, 24 dan 129, lalu

al-Ahzab (33): 50 dan al-Mu’minūn (23): 5-6. Jika dicermati secara

tekstual, poligami dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang

hukumnya boleh karena tidak ada satupun nash yang

mengharamkannya. Ayat tentang poligami umumnya adalah ayat-ayat

zanni, sehingga tidak dapat dipungkiri akan adanya pendapat yang

menganggap bahwa poligami hanya sebagai alternatif saja, bukan

merupakan perbuatan yang dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun

dan dimanapun. Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk

diberlakukan status haram terhadap poligami jika memang poligami

dapat menimbulkan mafsadat tertentu atau pada saat poligami tidak

relevan diterapkan pada kondisi tertentu.23 Jika pada tataran empiris

23 Pernyataan ini sejalan dengan konsep Nazariyah I’tibar al-mal (sebagaimana

dikutip oleh Drs. Fu’ad Zan, MA) yang diterapkan oleh Umar bin Khattab, yang menerapkan Hukum Islam yang disesuaikan dengan kondisi tertentu tanpa meninggalkan ruh nash (maqashid syari’ah). Nazariyah I’tibar al-mal sejalan dengan kaidah:

.��:�=�9, ا��6م ���=�9, از:�. وا

Page 109: Skripsi Azim Lengkap With CV

91

poligami menimbulkan mafsadat tertentu, maka sudah seharusnya

poligami dihindari. Atas dasar ini penyusun berpendapat, meski

poligami hukum asalnya adalah boleh namun dalam kondisi tertentu

status hukum ini bisa menjadi haram.

Pandangan poligami menurut jama’ah tarikat yang umumnya

masih berpegang teguh pada doktrin ulama fiqh konvensional.

Relevansinya dengan konteks poligami di zaman Rasul memang sedikit

berbeda. Poligami yang dilakukan Rasulullah semata-mata adalah

karena kepentingan dakwah dan perlindungan terhadap janda dan anak

yatim, namun Rasulullah sendiri tidak pernah melarang sahabat untuk

melakukan poligami dengan alasan pemenuhan kebutuhan seksual.

Rasulullah hanya melarang sahabat menikahi wanita lebih dari empat.

Ketika melihat pandangan poligami di kalangan jama’ah Tarikat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang umumnya memperbolehkan dengan

alasan pemenuhan kebutuhan biologis, maka dapat juga disimpulkan

bahwa poligami karena alasan pemenuhan kebutuhan biologis tidak

dapat disalahkan oleh Hukum Islam. Terkait dengan alasan untuk

memperbanyak keturunan, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi,

hendaknya ditafsirkan secara kontekstual. Rasulullah memang

menganjurkan umatnya untuk mempunyai keturunan dalam jumlah

(Fu’ad Zen, “Ijtihad dan Nazariyah I’tibar al-Mal”. Hand Out Mata Kuliah Fiqh Kontemporer di Jurusan al Ahwal al Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta TA 2011/2012, tidak diterbitkan.)

Page 110: Skripsi Azim Lengkap With CV

92

yang banyak, namun peningkatan kuantitas yang banyak tersebut harus

diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia itu.

Terkait pandangan jama’ah Tarikat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah, penyusun mempunyai pendapat yang sama terhadap

kebolehan poligami. Makna an-Nisā’ (4): 3 dan 129 menurut penyusun

pada dasarnya menunjukkan kebolehan poligami dengan tuntutan syarat

adil, bukan mewajibkan, mensunnahkan atau mengharamkan meski

pada kondisi tertentu hukumnya dapat berubah. Kebolehan ini tidak

serta merta dapat dilakukan tanpa melihat kondisi yang ada. Poligami

harus diperketat kebolehannya sebab poligami mempunyai potensi yang

cukup besar dalam memicu terjadinya berbagai macam konflik di dalam

rumah tangga. Upaya minimalisasi poligami ini dapat diterapkan

sebagaimana yang diterapkan di Indonesia, yakni harus adanya izin dari

Pengadilan Agama bagi orang yang akan melakukan poligami. Izin

poligami sangat efektif untuk mencegah timbulnya konflik dalam

rumah tangga yang diakibatkan oleh poligami.

Page 111: Skripsi Azim Lengkap With CV

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar uraian seputar pandangan jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah

terkait masalah poligami di atas, keseluruhan uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pandangan jama’ah tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah tentang poligami adalah

mubah (boleh), bukan sunnah (anjuran) maupun wajib (keharusan). Semua informan

yang diminta keterangan terkait poligami menafsirkan bahwa poligami tidak

diharamkan oleh syari’at, sebagaimana tertera pada an-Nisā’ (4): 3. Meski

memberikan jawaban yang sama terhadap status hukum poligami, namun perbedaan

terdapat pada saat para informan menafsirkan lafadz adl yang merupakan syarat yang

diwajibkan oleh syari’at, fiqh dan perundang-undangan Indonesia. Beberapa informan

menafsirkan bahwa adil yang dimaksud oleh al-Qur’an hanya sebatas materi, dimana

keadilan kualitatif atau keadilan dalam hal cinta dan kasih sayang tidak wajib dipenuhi

karena hal itu tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Sebagian lain berpendapat

bahwa keadilan kualitatif juga menjadi syarat yang dituntut oleh syari’at, dengan

alasan bahwa keadilan dalam poligami mencakup semua hal. Alasan lain bahwa

keadilan batin juga ditunaikan oleh Nabi Muhammad. Jadi, meski keadilan non materi

tidak mungkin dapat ditunaikan oleh manusia, sebagaimana tertera dalam an-Nisā’ (4):

129, keadilan non materi ini wajib diupayakan sekeras mungkin oleh suami. Hal ini

untuk menghindari timbulnya rasa cemburu dan iri hati dari salah seorang isteri.

Page 112: Skripsi Azim Lengkap With CV

94

2. Pandangan poligami menurut jama’ah Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah secara

garis besar mempunyai kesamaan dengan pendapat ulama fiqh klasik, artinya

pandangan poligami menurut jama’ah Tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes

terhadap poligami sejalan dengan konsep fiqh ulama konvensional (Hukum Islam).

B. Saran

1. Poligami masih menimbulkan banyak polemik, baik di antara pelaku maupun

pemerhatinya. Oleh sebab itu, saat berusaha menetapkan status hukum poligami dan

konsep keadilan dalam poligami hendaknya tidak menggunakan dalil yang terpisah

(parsial). Kemaslahatan dalam poligami juga harus menjadi pertimbangan. Sebab

kemaslahatan merupakan tujuan dari pembentukan hukum itu sendri.

2. Bagi para jama’ah hendaknya lebih berhati-hati dalam mengamalkan nash yang zanni

yang masih diperdebatkan penafsirannya. Sebab dikhawatirkan akan merusak tirakat-

tirakat dalam rangka mencapai maqam ma’rifat.

3. Penelitian terkait poligami masih terbuka selebar-lebarnya untuk diteliti. Selain karena

penyusun masih belum secara sempurna dalam menyampaikan pandangan jama’aah

tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Brebes terhadap kasus poligami, masih

banyak aspek-aspek yang belum digunakan dalam menganalisis permasalahan

poligami.

Page 113: Skripsi Azim Lengkap With CV

96

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Hadis

Al- Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1984.

Kitab Hadis

Anas, Malik Ibnu, al-Muwatta. Beirut: Dar al-Fikr, tt.

Daud, Abi, Sunan Abi Daud. Beirut: Dar al-Fikr, tt.

Fiqh/ Ushul Fiqh

Anshori, Fahmi. Siapa bilang Poligami itu Sunnah. Depok: Pustaka IIMAN, 2007.

Dahlan, Abdul Rahman, Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah, 2010.

Gusmian, Islah. Mengapa Nabi Muhammad SAW Berpoligami. Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007.

Hakim, Abdul Hamid, Mabadi Awwaliyyah. Jakarta: al-Maktabah al-Sa’adiyyah Putra, 1927.

Hudaepah, “ Perbandingan Pandangan Enam Mufassir tentang Poligami” , Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Jaelani, Abdul Qadir, al-Gunyah li Thalibi Thariq al-Haqq fi al-Akhlaq wa at-tashawwuf wa al-Adab al-Islamiyyah. Dar al-Fikr, t.t., t.p., Penerjemah: Muhammad Abdul Ghafur, Fiqh Tasawuf. Bandung: Pustaka Hidayah, 2006.

Khalaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh. Alih bahasa oleh Muhammad Zuhri dan Ahmad Qarib. Semarang: Dina Utama, 1994.

Kompilasi Hukum Islam

Mubarak, Saiful Islam. Poligami Antara Pro dan Kontra. Bandung: Syamiil, 2007.

Nasution, Khoirudin, Hukum Perkawinan I. Yogyakarta: ACAdeMIa&TAZZAFA, 2005.

Page 114: Skripsi Azim Lengkap With CV

97

Nasution, Khoirudin, “Riba dan Poligami (Sebuah Studi atas Pemikiram Muhammad Abduh). Yogyakarta: Academia dan Pustaka Pelajar, 1996.

Nasution, Khoirudin, Hukum Perdata (keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum perkawinan di Dunia muslim. Yogyakarta: ACAdeMIA&Tazzafa, 2009.

Nasution, Khoirudin, Status Wanita di asia Tenggara (Studi Terhadap Perundang-Undangan Perkawinan Muslim Kontermporer di Indonesia dan Malaysia. Leiden-Jakarta: INIS, 2002.

Priyanto, Sunu Budi, “Pandangan Aktivis Perempuan Islam Yogyakarta terhadap Poligami (Studi Kasus Pandangan Lima Orang Aktivis Perempuan Islam di Wilayah Yogyakarta terhadap Poligami)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005.

Setiono, Bambang, “Poligami dalam Perspektif Kyai Pondok Modern di Kabupaten Ponorogo”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005.

Syarifudin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,cet ke-3. Jakarta: Kencana, 2009.

Umami, Minzahrotil, “Pandangan Mahasiswa Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga terhadap Praktek poligami di Indonesia”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Lain-lain

Amaith, Izzudin, Dari Buta Mata Menjadi Ulama Luar Biasa (Biografi KH. Abu Nur Jazuli NA). Brebes: tnp., 2008.

Atjeh, Aboe Bakar, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian tentang Mistik). Jakarta: Ramadhani, 1993.

Desman, ”Pandangan Kelompok Salafi Terhadap poligami (Studi Kasus di Pesantren Ihya’ al-Sunnah, Sleman, Yogyakarta)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Ushuludin UIN Sunan kalijaga Yogyakarta, 2010.

Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-, Ayyuhalwaladu. Surabaya: al-Hidayah, tt.

Page 115: Skripsi Azim Lengkap With CV

98

Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-, Prinsip-Prinsip Menapaki Jalan Spiritual Islami, alih bahasa Muhammad Hilal, cet. Ke-1. Yogyakarta: Diamond, 2010.

Hamid, Farida, Kamus ilmiah populer Lengkap . Surabaya: Apollo, tt.

Kailani, Abdul Razaq al-, Syaikh Abdul Qadir Jailani Guru Para Pencari Tuhan. Bandung: Mizania, 2009.

Mulyati, Sri, (et.al), Mengenal dan memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.

Pattiroy, Ahmad, “Metodologi Penelitian”. Hand Out Mata Kuliah Metodologi Penelitian di Jurusan al Ahwal al Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta TA 2010/2011, tidak diterbitkan.

Said, Usman dkk, , Pengantar Ilmu Tasawuf. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 1981/1982.

Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta:Teras, 2009.

Zen, Fu’ad “Ijtihad dan Nazariyah I’tibar al-Mal”. Hand Out Mata Kuliah Fiqh Kontemporer di Jurusan al Ahwal al Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta TA 2011/2012, tidak diterbitkan.

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1983.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 1990.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 1975.

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Website

http://fadilhafiz.multiply.com/reviews/item/16?&show_interstitial=1&u=%2Freviews% 2Fitem, akses pada 21 Mei 2012.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan, akses pada tanggal 18 Mei 2012.

http://petanidakwahmenulis.blogspot.com/2009/07/perspektif-dan-syarat-poligami-dalam.html, akses pada 4 Juli 2012.

Page 116: Skripsi Azim Lengkap With CV

99

http://ulamasunnah.wordpress.com/2008/04/15/apa-yang-dimaksud-adil-dalam-poligami/, akses pada tanggal 18 Mei 2012..

http://wigunaharis.wordpress.com/2011/02/01/hukum-islam-syari%E2%80%99at-dan-fiqih/, akses pada 25 Mei 2012.

Www.id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Brebes, akses tanggal 2 Mei 2012.

Page 117: Skripsi Azim Lengkap With CV

LAMPIRAN

Page 118: Skripsi Azim Lengkap With CV

LAMPIRAN I

TERJEMAHAN TEKS ARAB

BAB I

Halaman Footnote Terjemahan 13 26 Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami

wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu.

13 27 Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.

14 31 Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

15 33 Menolak kerusakan didahulukan dari menarik kemaslahatan.

BAB II

Halaman Footnote Terjemahan 23 7 Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap

(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

23 8 dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki

24 9 Tahanlah (dalam perkawinan) sebanyak empat orang dan ceraikanlah yang lainnya.

24 10 Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan

Page 119: Skripsi Azim Lengkap With CV

memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

25 11 Beginilah cara adil yang dapat saya lakukan dan janganlah Engkau mencela saya terhadap keadilan yang hanya mungkin Engkau yang memilikinya dan saya tidak mampu melakukannya.

25 13 Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berlaku adil terhadap isteri-isterinya dan beliau berdoa “Beginilah cara adil yang dapat saya lakukan dan janganlah Engkau mencela saya terhadap keadilan yang tidak mungkin aku miliki yakni bertambahnya rasa cinta kepada sebagian yang lain”.

26 14 Rasulullah SAW bersabda, Apabila seorang laki-laki memiliki dua istri kemudian tidak berlaku adil terhadap keduanya, maka akan datang pada Hari Kiamat dalam keadaan pincang/lumpuh.

31 25 dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.

BAB III

Halaman Footnote Terjemahan 55 - Tuhanku, Engkau adalah tujuanku dan ridha-Mu yang aku

cari, Berilah aku cinta-Mu dan ma’rifat-Mu.

BAB VI

Halaman Footnote Terjemahan 86 17 Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap

(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

86 18 Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Page 120: Skripsi Azim Lengkap With CV

86 19 Menolak kerusakan didahulukan dari menarik kemaslahatan. 87 20 Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap

(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

88 21 dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki

maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.

Page 121: Skripsi Azim Lengkap With CV

LAMPIRAN II

BIOGRAFI ULAMA

Imam al-Syafi’i Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i Al-Quraish, lahir di Ghazzah tahun 150 H. Di usia kecilnya beliau telah hafal al-Quran dan mempelajari Hadist dari Ulama hadist di Makkah. Pada usia 20 tahun, beliau meninggalkan Makkah untuk belajar fiqh dari Imam Malik, kemudian dilanjutkan belajar fiqh dari murid Imam Abu Hanifah yang masih ada. Karya tulis beliau diantaranya adalah: kitab al- Um, Amali Kubra, Kitab Risalah, Ushul al-Fiqh dan memperkenalkan Kaul Jadid sebagai mazhab baru Imam asy-Syafi’i dikenal sebagai orang pertama yang mempelopori penulisan dalam bidang tersebut. Imam Abu Hanbal Imam Hambali (Mazhab Hambali) dilahirkan di Madinah pada tahun 164 H= 780 M (imam keempat dari empat imam mazhab). Beliau adalah seorang yang gemar dan berlomba-lomba dalam menuntut ilmu. Beliau pernah melawat ke beberapa negeri untuk mencari ilmu, serta beliau pernah belajar kepada imam Syafi'i. Salah satu kitab yang disusun oleh beliau adalah Al Musnad yang berisi 30.000 hadits. Beliau meninggal dunia pada tahun 241 H= 855 M, di masa-masa kejayaan beliau. Imam Malik Imam Maliki (Mazhab Maliki) dilahirkan di Madinah pada tahun 92 H= 712 M (imam kedua dari empat imam mazhab). Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Anas bin Malik Al Ashbahi. Beliau adalah seorang yang amat keras dalam beragama. Oleh karena suatu fitnah yang ditujukan kepada beliau, beliaupun mendapat hukuman cambuk. Pada masa pemerintahan khalifah Al Manshur, beliau diminta untuk menyusun sebuah kitab yang digunakan sebagai pegangan seluruh lapisan masyarakat di Madinah, maka beliaupun menyusun kitab yang berjudul Al Muwaththa sebagai pemenuh permintaan khalifah Al Manshur. Beliau meninggal dunia pada tahun 179 H= 798 M. Imam Abu Hanifah Imam Hanafi (Mazhab Hanafi) lahir di Kufah pada tahun 80 H= 699 M. Beliau adalah orang yang mula-mula membuka pintu qiyas (imam pertama dari empat imam mazhab). Nama lengkap beliau adalah Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsabit at-Taimi. Setelah beliau besar, beliau beliau berkemauan besar untuk berhijrah guna mempelajari ilmu-ilmu agama pada ulama-ulama yang menerima ilmu-ilmu dari para Sahabat Nabi.

Page 122: Skripsi Azim Lengkap With CV

Di antara kitab-kitab beliau yang disusun oleh murid-muridnya, ialah Al Musnad (dalam bidang hadis) dan Al Makharij (dalam urusan fiqih). Beliau meninggal dunia pada tahun 150 H= 767 M, bertepatan dengan tahun lahirnya Imam Syafi'i. Khoirudin Nasution Prof. Dr. H. Khoirudin Nasution, MA., lahir di Simangambat, Siabu, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tahun 1964. Beliau adalah guru besar Fakultas Syari’ah dan Hukum dan Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Tenaga Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Karya-karyanya antara lain: Riba dan Poligami, Sebuah Studi Pemikiran Muhammad Abduh, Status Wanita di Asia Tenggara, Studi terhadap Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer Indonesia dan Malaysia, Fazlur Rahman tentang Wanita, Hukum Perkawinan I, Pengantar Studi Islam, Pengantar dan Pemikiran Hukum Keluarga (Perdata) Islam dan sebagainya. Syaikh Abdul Qadir Jaelani Nama lengkap Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa Jankidous bin Musa ats-Tsani bin Abdullah al-Mahdi bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Ali r.a bin Abu Thalib. Al-Jailani adalah seorang tokoh sufi yang sangat terkenal, seorang pendiri tarekat Qadiriyah yang dilahirkan di Naif, Jailan pada 1 Ramadhan 470 H./ 1077 M. Sejak kecil ia sudah ditinggal ayahnya. Beliau menguasai berbagai disiplin ilmu, seperti Fikih, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Khilaf, Ilmu Ushul, Ilmu Nahwu, Ilmu Tajwid, Ilmu Sharaf, Ilmu Arudh, Ilmu Balaghah, Ilmu Mantiq dan Tasawuf. Beliau juga belajar kepada para ulama besar di zamannya, seperti Abu al-Wafa’ bin Aqil, Muhammad bin Hasan al-Baqilani, Abu al-Khatahab, al-Kalawazani dan Abu al-Husain Muhammad bin al-Qadhi Abu Ya’la, Abu Zakariya at-Tibrizi, Abu al-Khair Hamad bin Muslim ad-Dibbas hingga ia mendapatkan ijazah dan kedudukan tinggi dari al-Qadhi Abu Said al-Mukharami. Bahkan al-Jailani juga belajar kepada Nabi Khidir a.s. selama tiga tahun. Karya beliau yang terkenal adalah; al-Ghunyah li Thalib Thariq al-Haq, al-Fath ar-Rabbany, dan Futuh al-Ghayb. Syaikh Ahmad Khatib Sambas Ahmad Khatib Sambas dilahirkan di daerah Kampung Dagang, Sambas, Kalimantan Barat, pada bulan shafar 1217 H. bertepatan dengan tahun 1803 M. dari seorang ayah bernama Abdul Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad bin Jalaluddin. Ahmad Khatib terlahir dari sebuah keluarga perantau dari Kampung Sange’. sejak kecil, Ahmad khatib Sambas diasuh oleh pamannya yang terkenal sangat alim dan wara’ di wilayah tersebut. Salah satu gurunya yang terkenal di wilayah tersebut adalah, H. Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jami’ Kesultanan Sambas. Ahmad Khatib Sambas kemudian dikirim oleh orang tuanya untuk meneruskan pendidikannya ke Timur Tengah, khususnya ke Mekkah. Maka pada tahun 1820 M. Ahmad Khatib Sambas pun berangkat ke tanah suci untuk menuntaskan dahaga

Page 123: Skripsi Azim Lengkap With CV

keilmuannya. Dari sini kemudian ia menikah dengan seorang wanita Arab keturunan Melayu dan menetap di Makkah. Sejak saat itu, Ahmad Khatib Sambas memutuskan untuk menetap di Makkah sampai wafat pada tahun 1875 M. Syaikh Baha’udin an-Naqsabandi Syeikh Bahauddin dilahirkan pada tahun 1318 di desa Qasr-i-Hinduvan (yang kemudian bernama Qasr-i Arifan) di dekat Bukhara, yang juga merupakan tempat di mana ia wafat pada tahun 1389. Dari awal, ia memiliki kaitan erat dengan Khwajagan, yaitu para guru dalam mata rantai Tariqat Naqsyabandi. Sejak masih bayi, ia diadopsi sebagai anak spiritual oleh salah seorang dari mereka, yaitu Baba Muhammad Sammasi. Sammasi merupakan pemandu pertamanya dalam jalur ini, dan yang lebih penting lagi adalah hubungannya dengan penerus (khalifah) Sammasi, yaitu Amir Kulal, yang merupakan rantai terakhir dalam silsilah sebelum Bahauddin. Bahauddin mendapat latihan dasar dalam jalur ini dari Amir Kulal, yang juga merupakan sahabat dekatnya selama bertahun-tahun. Pada suatu saat, Bahauddin mendapat instruksi secara “ruhani” oleh Abdul Khaliq Gajadwani (yang telah meninggal secara jasmani) untuk melakukan dzikir secara hening (tanpa suara). Meskipun Amir Kulal adalah keturunan spiritual dari Abdul Khaliq, Amir Kulal mempraktekkan dzikir yang dilakukan dengan bersuara. Setelah mendapat petunjuk mengenai dzikir diam tersebut, Bahauddin lantas absen dari kelompok ketika mereka mengadakan dzikir bersuara. KH. Muslich Mranggen Abdurrahman adalah ulama allamah yang pernah mengasuh pon-pes Futuhiyyah Mranggen sejak tahun 1936-1981 Masehi. Beliau sangat berjasa dalam mengembangkan dan membesarkan pon-pes Futuhiyyah Mranggen brkat fodlol dan rahmat Allah s.w.t hingga dapat melahirkan banyak kiai dan ulama yang terbesar di Jawa khususnya di Indonesia umumnya. Dan Beliau berjasa pula dalam menyebarkan thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah di Jawa / Indonesia, hingga melahirkan banyak Kiai dan Guru Mursyid Thoroqoh tersebut. Disamping berjasa sebagai salah seorang pendiri dan salah seorang Ro’is Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh di Indonesia yang dikenal sekarang dengan jam’iyyah ahlith Thoriqoh Nahdriyyah itu beliau juga ikut aktif mengembangkan dan membesarkan Jam’iyyah tersebut hingga akhir hayat pada tahun 1981 Masehi. KH. Abu Nur Jazuli Nahrawi Amaith KH. Abu Nur Jazuli Nahrawi Amaith Alm. (1925-2010 M) adalah seorang tokoh masyarakat dan ulama yang berasal dari Bumiayu Brebes. Beliau merupakan salah satu mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Jawa Tengah yang di bai’at oleh KH. Muslih Mranggen Demak Jawa Tengah. Beliau juga merupakan pendiri Jam’iyyah Ahli Mujahadah Salawat Ummi (JAMSU). Aktivitasnya di Jam’iyyah Tarekat begitu jelas dengan ditunjuknya beliau sebagai Rais ‘Am Mustafad pada

Page 124: Skripsi Azim Lengkap With CV

Muktamar VIII Jam’iyyah Ahli thariqah Mu’tabarah Indonesia (JATMI) Di Pati Jawa Tengah pada tahun 1998.

Page 125: Skripsi Azim Lengkap With CV

LAMPIRAN III

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN INFORMAN SUAMI YANG POLIGAMI

1. Apa pengertian poligami menurut bapak?

2. Bagaimana status hukum poligami menurut bapak?

3. Berapa jumlah isteri bapak?

4. Apa yang mendasari bapak melakukan poligami?

5. Sejauh yang bapak ketahui, bagaimana konsep keadilan dalam islam?

6. Apakah penerapan keadilan dalam rumah tangga bapak sudah sesuai dengan konsep

keadilan dalam Islam?

7. Apa yang mendasari bapak melakukan poligami?

8. Apakah bapak mengetahui regulasi terkait masalah perkawinan poligami?

9. Apakah syarat-syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan sudah

terpenuhi?

10. Bagaimana pandangan bapak mengenai tarikat dan apa yang membuat bapak tertarik

untuk mengikuti tarikat, khususnya tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah?

11. Apakah poligami yang bapak lakukan mempunyai keterkaitan (atas doktrin / ajaran)

dengan poligami yang dilakukan mursyid?

12. Seperti yang diketahui bahwa tujuan tasawuf (mengikuti tarikat) adalah untuk mencapai

ma’rifat (mengenal Allah sebaik-baiknya). Ketika poligami yang notabene masih

diperdebatkan status hukumnya oleh banyak ulama (belum jelas status hukumnya),

apakah poligami dapat dikategorikan sebagai penghambat menuju ma’rifat (tujuan

tasawuf) atau malah justru poligami membuat diri bapak menjadi lebih dekat dengan

Allah?

Page 126: Skripsi Azim Lengkap With CV

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN INFORMAN ISTERI YANG DIPOLIGAMI

1. Apa pengertian poligami menurut Ibu?

2. Bagaimana status hukum poligami menurut ibu?

3. Berapa jumlah isteri suami ibu?

4. Apa yang mendasari ibu mau dimadu/ dijadikan isteri kedua atau ketiga dst.?

5. Sejauh yang ibu ketahui, bagaimana konsep keadilan dalam islam?

6. Apakah penerapan keadilan dalam rumah tangga ibu sudah sesuai dengan konsep

keadilan dalam Islam?

7. Apakah ibu mengetahui regulasi terkait masalah perkawinan poligami?

8. Apakah syarat-syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan sudah

terpenuhi?

9. Bagaimana pandangan ibu mengenai tarikat dan apa yang membuat ibu tertarik untuk

mengikuti tarikat, khususnya tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah?

10. Seperti yang diketahui bahwa tujuan tasawuf (mengikuti tarikat) adalah untuk mencapai

ma’rifat (mengenal Allah sebaik-baiknya). Ketika poligami yang notabene masih

diperdebatkan status hukumnya oleh banyak ulama (belum jelas status hukumnya),

apakah poligami menjadi penghambat menuju ma’rifat (tujuan tasawuf) atau malah justru

poligami membuat diri ibu menjadi lebih dekat dengan Allah?

Page 127: Skripsi Azim Lengkap With CV

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN INFORMAN JAMA’AH LAIN YANG TIDAK

BERPOLIGAMI

1. Apa pengertian poligami menurut bapak/ibu?

2. Bagaimana status hukum poligami menurut bapak/ibu?

3. Sejauh yang bapak/ibu ketahui, bagaimana konsep keadilan dalam islam?

4. Apa tanggapan bapak/ ibu atas mursyid dan jamaah tarikat yang melakukan poligami?

5. Apakah ada hubungan antara poligami yang dilakukan oleh mursyid dengan poligami

yang dilakukan oleh jamaah tarikat?

6. Apakah bapak/ibu mengetahui regulasi terkait masalah perkawinan poligami?

7. Apakah regulasi tersebut efektif dan berlaku (diterapkan) di masyarakat?

8. Bagaimana pandangan bapak/ibu mengenai tarikat dan apa yang membuat bapak/ibu

tertarik untuk mengikuti tarikat, khususnya tarikat Qadiriyah wa Naqsabandiyah?

9. Seperti yang diketahui bahwa tujuan tasawuf (mengikuti tarikat) adalah untuk mencapai

ma’rifat (mengenal Allah sebaik-baiknya). Ketika poligami yang notabene masih

diperdebatkan status hukumnya oleh banyak ulama (belum jelas status hukumnya),

apakah poligami dapat dikategorikan sebagai penghambat menuju ma’rifat (tujuan

tasawuf) atau malah justru poligami dapat dikategorikan menjadi factor yang dapat

menjadikan kita lebih dekat dengan Allah?

Page 128: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 129: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 130: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 131: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 132: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 133: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 134: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 135: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 136: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 137: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 138: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 139: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 140: Skripsi Azim Lengkap With CV
Page 141: Skripsi Azim Lengkap With CV

LAMPIRAN VI

CURRICULUM VITAE

Nama : Azim Izzul Islami

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Brebes, 31 Juli 1991

Alamat : Jl. Ali Karta no. 20 RT 04 RW 06 Jatisawit Bumiayu

Brebes, Jawa Tengah

Riwayat Pendidikan

SD : SDN Bumiayu 05

SMP : SMP An-Nuriyyah Bumiayu

MA : MAN Purwokerto 2

Perguruan Tinggi : Jur. Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta

Nama Orang Tua

Ayah : Drs. Izzudin Amaith, M.Pd

Ibu : Siti Mahmudah

Pengalaman Organisasi

• PLT Kabid Pendidikan dan Pengkaderan Badan Otonom Mahasiswa Fakultas ( BOM-F) Pusat Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2010-2011)

• Sekretaris Umum Badan Otonom Mahasiswa Fakultas ( BOM-F) Pusat Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2011-2012)

• Kadiv Penelitian, Pengembangan dan Advokasi (Litbangad) Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) Wilayah Yogyakarta (2010-2011)