skripsi analisa perubahan kimia air tanah

187
ANALISA PERUBAHAN KIMIA AIR TANAH DAN APLIKASINYA DALAM PENYALIRAN AIR TANAH PADA TAMBANG BAWAH TANAH IOZ DAN DOZ PT. FREEPORT INDONESIA SKRIPSI Oleh SINATRIA SAROSA NIM. 112980138 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2004

Upload: adee13

Post on 27-Jun-2015

3.137 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Sistem penyaliran yang digunakan di daerah IOZ dan DOZ adalah sistemdewatering drill. Sistem penyaliran ini dilakukan dengan cara membuat lubangbor pada litologi tertentu yang diperkirakan mempunyai kandungan air yangbesar. Air akan mengalir pada elevasi yang menurun melaluidrainwaydenganmemanfaatkan gravitasi.

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

ANALISA PERUBAHAN KIMIA AIR TANAH DAN APLIKASINYA DALAM PENYALIRAN AIR TANAH PADA TAMBANG BAWAH TANAH IOZ DAN DOZ

PT. FREEPORT INDONESIA

SKRIPSI

Oleh SINATRIA SAROSA

NIM. 112980138

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2004

Page 2: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

ANALISA PERUBAHAN KIMIA AIR TANAH DAN APLIKASINYA DALAM PENYALIRAN AIR TANAH PADA TAMBANG BAWAH TANAH IOZ DAN DOZ

PT. FREEPORT INDONESIA

SKRIPSI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh SINATRIA SAROSA

NIM. 112980138

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2004

Page 3: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

ANALISA PERUBAHAN KIMIA AIR TANAH DAN APLIKASINYA DALAM PENYALIRAN AIR TANAH PADA TAMBANG BAWAH TANAH IOZ DAN DOZ

PT. FREEPORT INDONESIA

SKRIPSI

Oleh SINATRIA SAROSA

NIM. 112980138

Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Tanggal : …………………………

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Hasywir Thaib Siri, MSc Ir. Budiarto, MT

Page 4: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

I Did My Time

Realized I can never win. Sometimes feel like I have failed. Inside where do I begin. My mind

is laughing at me. Tell me why am I to blame. Aren't we suppose to be the same. That's why I

will never change. This thing that burning in me. I am the one who chose my path. I am the

one who couldn't last. I feel the life pulled from me. I feel the anger changing me. Sometimes I

can never tell. If I've got something after me. That's why I just beg and plead. For this curse

to leave me. Tell me why am I to blame. Aren't we suppose to be the same. That's why I will

never change. This thing that's burning in me. Betrayed…I feel so…Enslaved…I

really…Tried…I did my time. Oh God the anger's changing me…………………... (koRn)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

(Alm.) Iman Sarosa Sukardi dan Siti Supartini, yang kucintai

Mas Aji, Mbak Retno dan Mas Dea, yang kusayangi

Seseorang yang kelak akan mendampingiku

Komunitas Prayan dan Tambang 98

Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Pertambangan

Page 5: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

RINGKASAN

Pada industri pertambangan, tingginya curah hujan dapat menghambat kegiatan operasional penambangan. Untuk itu perlu adanya sistem penyaliran pada lokasi penambangan. Sistem penyaliran merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya air atau untuk mengeluarkan air yang telah masuk pada daerah penambangan. Sistem penyaliran harus memerlukan penanganan yang baik, sehingga kegiatan operasional penambangan yang telah direncanakan tidak terganggu serta produksi tambang dapat dipenuhi.

Sistem penyaliran yang digunakan di daerah IOZ dan DOZ adalah sistem dewatering drill. Sistem penyaliran ini dilakukan dengan cara membuat lubang bor pada litologi tertentu yang diperkirakan mempunyai kandungan air yang besar. Air akan mengalir pada elevasi yang menurun melalui drainway dengan memanfaatkan gravitasi.

Air masuk ke tambang IOZ dan DOZ dapat melalui infiltrasi dan presipitasi langsung melalui cave material, permeabilitas sepanjang zona kontak diorite/skarn/marble dan adanya spillover yang memotong crackline atau caveline dari formasi Lower Kais. Total inflow selama tahun 2002 adalah sebesar 94.294,43 gpm dan total outflow sebesar 78.577 gpm. Berdasarkan water balance (neraca air) maka terdapat penyimpanan air tanah (S) sebesar 15.717,43 gpm.

Dalam penelitian ini analisa kimia air tanah akan digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan kimia air tanah di sekitar daerah tambang dalam IOZ dan DOZ. Parameter utama yang dijadikan pertimbangan adalah perubahan kandungan sulfat dalam air tanah yang berasal dari pelarutan mineral anhydrite atau dari hasil oksidasi mineral sulfida. Analisa kandungan kation-anion yang lain digunakan untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara aquifer yang satu dengan aquifer yang lain. Air tanah yang berhasil dikeluarkan selanjutnya akan digunakan untuk kegiatan pengolahan di Mill. Kualitas dan kuantitas air tanah yang berhasil dikeluarkan dapat digunakan dalam proses pengolahan di Mill.

Berdasarkan hasil analisa ini dapat diketahui bahwa terdapat dua aliran yang berbeda antara daerah di sebelah Barat lokasi penambangan dengan daerah sebelah Timur lokasi penambangan. Secara lateral, aliran air di bagian Barat dan bagian Timur lokasi penambangan mengalir dari arah Selatan daerah tambang ke arah Barat dan arah Timur menuju arah Utara.

Aquifer yang berada di bagian Barat lokasi penambangan tidak memiliki hubungan hidrolika dengan aquifer di sebelah Timur lokasi tambang. Hubungan hidrolika formasi Kais dan formasi Faumai terjadi akibat adanya rekahan pada bidang impermeable yang merupakan bagian bawah formasi Sirga.

Aliran yang mengalir pada formasi Faumai bersumber dari daerah Meren Valley dan mengalir menuju formasi Waripi dan formasi Kais melalui bidang rekahan.

Page 6: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Perubahan

Kimia Air Tanah dan Aplikasinya Dalam Penyaliran Air Tanah Pada Tambang

Bawah Tanah IOZ dan DOZ PT. Freeport Indonesia”.

Adapun tujuan penyusunan Skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Jurusan Teknik

Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Yogyakarta.

Skripsi ini disusun berdasarkan studi literatur, penelitian – penelitian

terdahulu dan hasil pengamatan di lapangan, yang dilakukan di Departement

Central Engineering, bagian Hydrology dari tanggal 25 November 2002 sampai

dengan 25 Februari 2003.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Titus Pulunggono, selaku General Manager HRD PT. Freeport Indonesia.

2. Ir. Yuni Rusdinar, Msc, selaku Superintendent Hydrology.

3. Ir. Yogi Sasongko, selaku pembimbing lapangan.

4. Dr. Ir. H. Supranto, SU, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta.

5. Dr. Ir. Sutanto, DEA, Dekan Fakultas Teknologi Mineral.

6. Ir. Singgih Saptono, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan.

7. Ir. Hasywir Thaib Siri, MSc, selaku Dosen Pembimbing I.

8. Ir. Budiarto, MT, selaku Dosen Pembimbing II.

9. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Atas segala fasilitas, bimbingan, dukungan serta saran-saran yang telah diberikan

selama melaksanakan skripsi.

Page 7: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perusahaan tempat

penulis melakukan penelitian, teman-teman mahasiswa Teknik Pertambangan dan

juga pembaca lainnya.

Yogyakarta, Maret 2004 Penulis

Sinatria Sarosa

Page 8: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

BAB

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 2 1.3. Pembatasan Masalah ...................................................................... 3 1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3 1.5. Metode Penelitian .......................................................................... 3 1.6. Hasil Yang Diharapkan.................................................................. 4

II. TINJAUAN UMUM ............................................................................... 5

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah..................................................... 5 2.2. Geologi Regional ........................................................................... 8 2.3. Iklim dan Curah Hujan................................................................... 14 2.4. Cadangan Bijih............................................................................... 14 2.5. Cara Penambangan dan Pengolahan Bijih Tembaga ..................... 15

III. DASAR TEORI ...................................................................................... 22

3.1. Sirkulasi Air di Bumi ..................................................................... 22 3.2. Sumber-Sumber Air Permukaan dan Air Tanah .......................... 23 3.3. Aliran dan Penyebaran Air Tanah.................................................. 25 3.4. Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah.................................... 25 3.5. Water Balance (Neraca Air)........................................................... 26 3.6. Kimia Air Tanah ............................................................................ 27

IV. KARAKTERISTIK DAERAH EESS................................................... 38

4.1. Geologi Daerah EESS.................................................................... 38 4.2. Iklim, Curah Hujan dan Daerah Tangkapan Hujan EESS ............. 40 4.3. Hidrogeologi Daerah EESS............................................................ 42

vii

Page 9: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

V. SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BAWAH TANAH DAN HASIL KIMIA AIR TANAH DI IOZ DAN DOZ .............................................. 45

5.1. Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ............ 45 5.2. Kualitas Air Permukaan Daerah EESS .......................................... 46 5.3. Geokimia Batuan Daerah IOZ dan DOZ ....................................... 49 5.4. Metode Analisa Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ.............. 52 5.5. Pelaksanaan Pengambilan Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ......... 52 5.6. Hasil Penelitian Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ.............. 52

VI. PEMBAHASAN ..................................................................................... 61

6.1. Water Balance dan Fluktuasi Muka Air Tanah.............................. 61 6.2. Analisa Kualitas Air Permukaan Daerah EESS Terhadap

Perubahan Kimia Air Tanah .......................................................... 68 6.3. Analisa Geokimia Batuan Daerah IOZ dan DOZ Terhadap Perubahan Kimia Air Tanah......................................................... 69 6.4. Analisa Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ........................... 72 6.5. Aplikasi Perubahan Kimia Air Tanah Untuk Menentukan Arah Aliran Air Tanah Dalam Penyaliran Tambang .............................. 78 6.6. Aplikasi Perubahan Kimia Air Tanah Untuk Kegiatan Pengolahan

Bijih di Mill.................................................................................... 82

VII. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 86

7.1. Kesimpulan .................................................................................... 86 7.2. Saran............................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90

LAMPIRAN..................................................................................................... 91

viii

Page 10: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

2.1. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah................................................... 6

2.2. Tata Letak Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ.............................. 8

2.3. Stratigrafi Daerah Penelitian ................................................................ 11

2.4. Peta Geologi Daerah EESS .................................................................. 12

2.5. Level Undercut..................................................................................... 17

2.6. Level Extraction................................................................................... 18

2.7. Level Truck Haulage ........................................................................... 19

2.8. Level Exhaust....................................................................................... 20

2.9. Metode Block Caving........................................................................... 21

3.1. Sirkulasi Air (Siklus Hidrologi) ........................................................... 23

3.2. Reaksi Kinetik Vs Kesetimbangan Mineral......................................... 31

4.1. Grafik Curah Hujan Daerah Meren Valley .................................. 41

4.2. Grafik Curah Hujan Daerah Yellow Valley .......................................... 41

4.3. Grafik Curah Hujan Daerah Lower Subsidence ................................... 42

4.4. Struktur Geologi Daerah EESS............................................................ 44

5.1. Grafik Perubahan pH ........................................................................... 53

5.2. Grafik Perubahan EC ........................................................................... 54

5.3. Grafik Perubahan Kandungan Sulfat ................................................... 55

5.4. Grafik Perubahan Kandungan Ca ........................................................ 56

5.5. Grafik Perubahan Kandungan Alkalinity............................................. 57

5.6. Grafik Perubahan Kandungan Cu ........................................................ 57

5.7. Grafik Perubahan Kandungan Fe ......................................................... 58

5.8. Grafik Perubahan Kandungan Potasium .............................................. 59

5.9. Grafik Perubahan Kandungan Mg ....................................................... 60

5.10. Grafik Perubahan Kandungan Sodium ................................................ 60

6.1. Peta Kontur Piezometer........................................................................ 65

A.1. Grafik Curah Hujan Daerah Meren Valley........................................... 95

ix

Page 11: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

A.2. Grafik Curah Hujan Daerah Yellow Valley .......................................... 95

A.3. Grafik Curah Hujan Daerah Lower Subsidence ................................... 96

H.1. Grafik Perubahan SO4 dan Ca.............................................................. 164

H.2. Grafik Perubahan Mg,Ca dan Alkalinity ............................................. 164

H.3. Grafik Perubahan SO4 dan Fe .............................................................. 164

I.1. Diagram Schoeller Tahun 2000 ........................................................... 165

I.2. Diagram Schoeller Tahun 2002 ........................................................... 165

J.1. Grafik Kandungan SO4 Vs Lokasi Tahun 2000................................... 166

J.2. Grafik Kandungan SO4 Vs Lokasi Tahun 2002................................... 167

J.3. Grafik Kandungan SO4 Rata-Rata Vs Lokasi ...................................... 168

L.1. Peta Lokasi Arah Pemboran IOZ dan DOZ ......................................... 170

M.1. Sayatan Geologi Daerah Tambang IOZ dan DOZ............................... 171

x

Page 12: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

DAFTAR TABEL Tabel Halaman

2.1. Cadangan PT. Freeport Indonesia ...................................................... 15

3.1. Rata-Rata Konsentrasi Kation-Anion Dalam Sumber Air ................... 30

3.2. Contoh Sulfida Primer ......................................................................... 32

4.1. Curah Hujan Meren Valley, Yellow Valley dan Lower Subsidence ..... 40

5.1. Kimia Air Permukaan Daerah Meren Lake.......................................... 47

5.2. Kimia Air Permukaan Daerah Aliran Sungai Tsinga........................... 48

5.3. Kimia Air Permukaan Daerah Carstenz............................................... 49

6.1. Standar Kualitas Air di Perairan Umum .............................................. 82

6.2. Kualitas Air Tanah Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ ................ 84

A.1. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan Oktober 1998 – Desember 2002 Di Daerah Meren Valley ............................................ 92

A.2. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan Oktober 1998 – Desember 2002 Di Daerah Yellow Valley ............................................ 93

A.3. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan Oktober 1998 – Desember 2002 Di Daerah Lower Subsidence..................................... 94

B.1. Total Outflow Daerah EESS Tahun 2002 ............................................ 97

B.2. Outflow Stasiun GBT-3600-POR......................................................... 100

B.3. Outflow Stasiun GBT-3530-L.............................................................. 100

B.4. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~G#2....................................................... 100

B.5. Outflow Stasiun 3520/L GBT-2~G-09................................................. 101

B.6. Outflow Stasiun 3520/L IOZ~WVD .................................................... 101

B.7. Outflow Stasiun 3520/L Thwi&P-10 ................................................... 101

B.8. Outflow Stasiun 3520/L Stn-41 B ........................................................ 102

B.9. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~NWC .................................................... 102

B.10. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~WDN .................................................... 102

B.11. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~NVD..................................................... 103

B.12. Outflow Stasiun 3370/L IOZ~CNIU.................................................... 103

B.13. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~WD....................................................... 103

xi

Page 13: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

B.14. Outflow Stasiun 3370/ West Drainage Drift-SWC .............................. 104

B.15. Outflow Stasiun 3370/L TE-IA-IZFA-Total ........................................ 104

B.16. Outflow Stasiun RB37.......................................................................... 104

B.17. Outflow Stasiun 3370/L South-IA........................................................ 105

B.18. Outflow Stasiun 3370/L IZFA.............................................................. 105

B.19. Outflow Stasiun X/C#10 ...................................................................... 105

B.20. Outflow Stasiun SC .............................................................................. 106

B.21. Outflow Stasiun 3388/L DE ................................................................. 106

B.22. Outflow Stasiun 3406/L DRD .............................................................. 106

B.23. Outflow Stasiun 110A .......................................................................... 107

B.24. Outflow Stasiun 2940/L~HF-1 (FAS).................................................. 107

B.25. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-07 ............................................. 107

B.26. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-09 ............................................. 108

B.27. Outflow Stasiun M-15 .......................................................................... 108

B.28. Outflow Stasiun M-16 .......................................................................... 108

B.29. Outflow Stasiun M-17 .......................................................................... 109

B.30. Outflow Stasiun M-18 .......................................................................... 109

B.31. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-14 ............................................. 109

B.32. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-19 ............................................. 110

B.33. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-21 ............................................. 110

B.34. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-22+Seep ................................... 110

B.35. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~Pipe..................................................... 111

B.36. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-23 ............................................. 111

B.37. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-24 ............................................. 111

B.38. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-25 ............................................. 112

B.39. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-26 ............................................. 112

B.40. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-27 ............................................. 112

B.41. Outflow Stasiun 3100/L Ramp A~DZ.................................................. 113

B.42. Outflow Stasiun DZRA 32-Ramp A..................................................... 113

B.43. Outflow Stasiun 3100/L DZVR............................................................ 113

B.44. Outflow Stasiun 3100/L Ramp A~DZ VR3&4 .................................... 114

xii

Page 14: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

B.45. Outflow Stasiun 2940/L MLA~DZ-01................................................. 114

B.46. Outflow Stasiun 3079/L DZTH-24 ...................................................... 115

B.47. Outflow Stasiun 3079/L Haulage Truck~DZTH37-01 ........................ 115

B.48. Outflow Stasiun 3079/L Haulage Truck~DZTH32-02 ........................ 115

B.49. Water Balance Daerah EESS Tahun 2002........................................... 116

C.1. Piezometer G9-10 ................................................................................ 117

C.2. Piezometer G9-11 ................................................................................ 118

C.3. Piezometer DRD03-08......................................................................... 119

C.4. Piezometer DRD03-09......................................................................... 119

C.5. Piezomater TEW05-05......................................................................... 120

C.6. Piezometer VSW-31 ............................................................................ 120

C.7. Piezometer VSW-74 ............................................................................ 126

C.8. Piezometer GE-01-07........................................................................... 127

C.9. Piezometer VSW-58 ............................................................................ 128

C.10. Piezometer VSW-70 ............................................................................ 130

C.11. Piezometer VSW-70D.......................................................................... 131

C.12. Piezometer VSW-70S .......................................................................... 131

D.1. Koordinat Lubang Bor Dewatering IOZ dan DOZ.............................. 133

E.1. Geologi Unit di Daerah IOZ ................................................................ 134

E.2. Geologi Unit di Daerah DOZ............................................................... 136

F.1. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WD-04 .................................. 138

F.2. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WD-05 .................................. 139

F.3. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-04 ............................... 140

F.4. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-06 ............................... 141

F.5. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-08 ............................... 142

F.6. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun CNIU-05............................... 143

F.7. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-01........................... 144

F.8. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-04........................... 145

F.9. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-03.......................... 146

F.10. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-04.......................... 147

F.11. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-02.......................... 148

xiii

Page 15: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

F.12. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-03.......................... 149

F.13. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-01.......................... 150

F.14. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-02.......................... 151

F.15. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-04.......................... 152

G.1. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-04.............................................. 154

G.2. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-05.............................................. 154

G.3. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-04........................................... 155

G.4. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-06........................................... 155

G.5. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-08........................................... 156

G.6. Analisa Neraca Ion Lubang Bor CNIU-05 .......................................... 156

G.7. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-01 ...................................... 157

G.8. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-04 ...................................... 157

G.9. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-03 ..................................... 158

G.10. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-04 ..................................... 158

G.11. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-02 ..................................... 159

G.12. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-03 ..................................... 159

G.13. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-01 ..................................... 160

G.14. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-02 ..................................... 160

G.15. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-04 ..................................... 161

H.1. Perubahan Komposisi Kimia Air Tanah di Daerah IOZ 2000-2002 ............................................................................................ 162

H.2. Perubahan Komposisi Kimia Air Tanah di Daerah DOZ 2000-2002 ............................................................................................ 163

J.1. Kandungan SO4 Tahun 2000................................................................ 166

J.2. Kandungan SO4 Tahun 2002................................................................ 167

J.3. Kandungan SO4 Rata-Rata................................................................... 168

K.1. Koefisien Hidrostatis Masing-Masing Unit Batuan............................. 169

xiv

Page 16: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

A. DATA CURAH HUJAN DAERAH PENELITIAN............................ 92

B. WATER BALANCE DAERAH EESS................................................ 97

C. WATER LEVEL DAERAH EESS...................................................... 117

D. KOORDINAT LUBANG BOR DEWATERING IOZ DAN DOZ..... 133

E. GEOLOGI UNIT PADA MASING-MASING STASIUN LUBANG BOR.................................................................................... 134

F. HASIL ANALISA KIMIA AIR TANAH ........................................... 138

G. ANALISA NERACA ION................................................................... 153

H. ANALISA PERUBAHAN KOMPOSISI KIMIA AIR TANAH ........ 162

I. DIAGRAM SCHOELLER .................................................................. 165

J. PERUBAHAN KANDUNGAN SO4 PADA MASING-MASING LUBANG BOR.................................................................................... 166

K. KOEFISIEN HIDROSTATIS MASING-MASING UNIT BATUAN .................................................................................. 169

L. PETA LOKASI ARAH PEMBORAN IOZ DAN DOZ...................... 170

M. SAYATAN GEOLOGI DAERAH TAMBANG IOZ DAN DOZ ...... 171

xv

Page 17: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai curah

hujan yang cukup tinggi. Pada industri pertambangan, tingginya curah hujan,

aliran permukaan (surface stream flow) dan air tanah (ground water) tersebut

dapat menghambat kegiatan operasional penambangan. Untuk itu perlu adanya

sistem penyaliran pada lokasi penambangan.

Penyaliran tambang adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah

masuknya air atau untuk mengeluarkan air yang telah masuk dan menggenangi

daerah penambangan tersebut, sehingga tidak mempengaruhi atau mengganggu

aktifitas penambangan, mempercepat kerusakan peralatan dan akan menambah

kandungan air pada mineral atau batuan yang akan ditambang.

Di PT. Freeport Indonesia saat ini menggunakan 2 metode penambangan

yaitu tambang terbuka (open pit) dan tambang bawah tanah (block caving). Salah

satu masalah yang timbul di lokasi penambangan bawah tanah area kerja PT

Freeport Indonesia adalah sering terbentuknya lumpur basah sebagai akibat

pencampuran air dengan material halus yang ada di sekitar lokasi penambangan,

untuk itu perlu dilakukan sistem penyaliran tambang.

Sistem penyaliran di tambang bawah tanah Intermediate Ore Zone (IOZ)

dan Deep Ore Zone (DOZ) merupakan suatu sistem penyaliran yang komplek.

Alasan utama dari semua ini adalah kompleknya struktur geologi di daerah

penelitian dan adanya Karstified Limestone yang akan menentukan distribusi

aquifer-aquifer di daerah East Ertsberg Skarn System (EESS). Untuk mengkaji

sistem penyaliran pada IOZ dan DOZ dibutuhkan pemahaman tentang

hidrogeologi, geologi daerah regional (tektonik setting, stratigrafi dan struktur

geologi regional), geologi daerah penelitian (litologi dan struktur geologi daerah

penelitian), tipe-tipe aquifer, struktur – struktur geologi (faults, shear zones,

joints, fracture dan pengetahuan tentang kehadiran karst), kimia air dan lain-lain.

1

Page 18: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

2

Salah satu usaha yang selama ini dilakukan adalah dengan melakukan

penyaliran di sekitar area tambang bawah tanah. Sistem penyaliran ini dilakukan

dengan cara membuat lubang bor yang ditargetkan ke litologi tertentu yang

diperkirakan mempunyai kandungan air yang besar.

Air yang dialirkan dari aquifer disalurkan ke dam-dam untuk selanjutnya

dipergunakan sebagai suplai air untuk kegiatan pemisahan bijih dari mineral

pengotor yang dilakukan di Mill. Dari segi kualitas, penggunaan air untuk

kegiatan Mill harus memperhatikan kualitas kimia dari air itu sendiri. Air yang

terlalu asam dapat mempengaruhi proses pemisahan mineral bijih dari

pengotornya, bahkan bisa mengurangi kadar bijih itu sendiri. Standar kualitas air

yang bisa digunakan untuk kegiatan pemisahan bijih pada proses pengolahan

adalah standar kualitas air golongan D (air untuk pertanian dan usaha perkotaan,

industri dan PLTA) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/

Menkes/ SK/ VII/ 2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Masalah lain berkaitan dengan jumlah debit air yang mengalir harus benar-

benar bisa menutupi sebagian besar kebutuhan kegiatan Mill. Pada saat ini

kebutuhan air untuk pengolahan adalah 244.800 gpm selama satu tahun dan

diharapkan debit air yang keluar bisa menyuplai sebesar 30% dari total kebutuhan

air untuk pengolahan.

1.2. Perumusan Masalah

Adanya perubahan kimia air tanah yang terjadi di daerah penyaliran IOZ

dan DOZ akan dijadikan bahan penelitian ini, kemudian akan dianalisis untuk

mengetahui penyebab terjadinya perubahan kimia air tanah tersebut. Dari data

kimia yang ada juga dicoba untuk mengetahui hubungan hidrolika antara satu

aquifer dengan aquifer yang lain dan pada akhirnya dicoba untuk mengetahui

sumber alirannya.

Selain itu dari hasil analisa kimia air tanah dan perhitungan debit air yang

ada, dapat diketahui ada tidaknya perubahan kualitas kimia air tanah dan besarnya

cadangan air sehingga penggunaan air untuk kegiatan di Mill bisa dilakukan atau

tidak.

Page 19: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

3

Dua masalah ini yang akhirnya menuntut adanya usaha untuk mengetahui

sumber aliran air, sehingga pada akhirnya bisa diperkirakan perubahan kualitas

kimianya dan juga bisa diketahui besarnya cadangan air yang ada.

1.3. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengkajian terhadap sistem

penyaliran tambang bawah tanah di IOZ dan DOZ pada EESS guna menentukan

arah aliran air tanah.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mencari penyebab terjadinya perubahan

kimia air tanah serta melihat ada tidaknya hubungan hidrolika suatu aquifer

dengan aquifer yang lainnya. Analisa sifat kimia air tanah juga ditujukan untuk

mengetahui sumber dan arah aliran yang ada pada aquifer di sekitar daerah

penelitian.

Dua parameter yang dijadikan sebagai bahan penelitian penyebab

terjadinya perubahan kimia air tanah adalah :

1. Pengaruh litologi batuan terhadap perubahan kimia air tanah.

2. Pengaruh oksidasi mineral sulfida terhadap perubahan kimia air tanah.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan studi pustaka kemudian dilanjutkan dengan

observasi lapangan dan melakukan analisis dari keduanya untuk mendapatkan

penyelesaian masalah yang baik.

Adapun urutan pekerjaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur, brosur-brosur dan laporan penelitian perusahaan.

Mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang diperoleh dari :

- Instansi yang terkait.

- Perpustakaan.

- Brosur-brosur, grafik, tabel dan informasi dari data perusahaan.

2. Pengamatan lapangan.

Page 20: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

4

Dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap keadaan geologi

permukaan dan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas. Mencocokkan dengan perumusan masalah,

yang bertujuan agar penelitian yang dilakukan tidak meluas.

3. Penentuan lokasi pengambilan data.

4. Pengambilan data primer (langsung dari lapangan) dan data sekunder (laporan

penelitiaan perusahaan).

5. Pengelompokan data.

6. Pengolahan data.

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan

penggambaran. Selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik-grafik atau

rangkaian perhitungan dalam penyelesaian masalah yang ada.

7. Pengambilan kesimpulan.

Dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

permasalahan yang diteliti.

1.6. Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui sumber-sumber air tanah maupun daerah-daerah yang berpotensi

menyimpan air tanah di tambang dalam tanah IOZ dan DOZ .

2. Mengetahui hubungan hidrolika suatu aquifer dengan aquifer lainnya yang

bisa digunakan untuk memprediksi arah aliran air tanah dan daerah-daerah

yang memiliki debit air tanah yang besar.

3. Mengetahui sumber terjadinya perubahan kimia air tanah yang pada akhirnya

bisa dijadikan sarana untuk memperkirakan sifat kimia air tanah untuk waktu

selanjutnya.

Page 21: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan

emas di Indonesia yang luas wilayah kontrak karya seluas 10.000 Ha meliputi area

seluas 10 km x 10 km. Lokasi tambang tembaga dan emas ini terletak pada lokasi

04º03’30” - 04º11’30” Lintang Selatan dan 137º02’30”- 137º10’00” Bujur Timur,

Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua (Gambar 2.1.).

Selain lokasi pertambangan, PT. Freeport Indonesia juga memiliki ijin

penggunaan area untuk prasarana proyek yang meliputi daerah seluas 1.630 km2

membujur dari Utara (sekitar wilayah kontrak kerja) ke Selatan (sekitar pelabuhan

Amamapare). Daerah ini merupakan daerah kegiatan operasi Freeport yang

meliputi sarana dan prasarana pelabuhan, pipa penyaluran konsentrat tembaga,

jalan angkutan, pipa penyaluran bahan bakar minyak, serta beberapa prasarana

penunjang lainnya.

Daerah pertambangan PT. Freeport Indonesia dapat dicapai dengan

menggunakan kendaraan darat atau dengan helikopter. Dari bandara udara Timika

menuju kota Tembagapura melalui jalan darat dapat ditempuh dengan

menggunakan bus / mobil kurang lebih sejauh 65 km selama 2 jam. Kota

Tembagapura merupakan daerah pemukiman bagi seluruh pekerja dan karyawan

Freeport, terletak kurang lebih pada ketinggian 1.980 m di atas permukaan air

laut.

Daerah penambangan PT. Freeport Indonesia secara garis besar dapat

dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :

a. Highland

Daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 1.900 m – 3.850 m di atas

permukaan laut (dpl). Pada daerah ini terdapat lokasi tambang terbuka

Grasberg, tambang bawah tanah IOZ, DOZ, Deep Ore Mineralized (DOM),

Big Gossan, Amole, Kucing Liar, Mill Site dan tempat tinggal karyawan.

5

Page 22: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

6

Gambar 2.1. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah

Page 23: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

7

Tempat tinggal karyawan berada di Tembagapura pada ketinggian 1.980 m

dpl, Hiden Valley pada ketinggian 2.300 m dpl dan di Ridge Camp 2.400 m

dpl.

b. Lowland

Dataran rendah yang mencakup lokasi pelabuhan Amamapare (Portsite),

perumahan karyawan dan kantor administrasi di Kuala Kencana serta

beberapa lokasi pendukung lainnya.

Untuk dapat sampai pada area penambangan IOZ, DOZ, Grasberg, GBT,

DOM, Mill Level Adit (MLA), Amole, Kucing Liar, serta lokasi-lokasi aktifitas

penambangan lainnya, jika menggunakan jalan darat dapat ditempuh dengan

menggunakan fasilitas bus karyawan dari terminal bus Tembagapura (mile-68)

sampai ke tempat perhentian terakhir bus di mile-74 (Office Building 2 / Area

Crushing Plant) pada ketinggian 2.800 m di atas permukaan air laut dengan waktu

tempuh kurang lebih 45 menit.

Tambang bawah tanah IOZ memiliki ketinggian 3.370 m dpl sampai 3.540

m dpl dan merupakan lokasi penambangan yang ketiga setelah tambang bawah

tanah GBT area I dan GBT area II. Pada saat ini tambang bawah tanah pada area I

dan area II sudah tidak berproduksi lagi. Tambang bawah tanah IOZ terletak pada

152 meter di bawah GBT area II dan 170 meter di atas DOZ. Untuk dapat ke

lokasi IOZ dapat melewati jalan melalui level 3.530 GBT dengan jarak 2.500 m

dan dengan memakai jalur ramp A dan ramp B yang merupakan jalan keluar

masuk daerah IOZ berbentuk spiral. Ramp A digunakan sebagai jalan turun

sedangkan ramp B digunakan sebagai jalan naik menuju IOZ. Selain kedua jalur

di atas untuk menuju IOZ dapat juga melalui level 2.890 MLA dengan jarak 5.500

m.

Lokasi tambang DOZ merupakan bagian dari kegiatan penambangan di

GBT. Kegiatan penambangan di DOZ bisa dijangkau melalui MLA portal yang

berada di kawasan mile 74 dengan elevasi 2.940 atau melalui ventilation drifts

yang berada pada level 2.960 m.

Page 24: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

8

Gambar 2.2. Tata Letak Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ

2.2. Geologi Regional

2.2.1. Tektonik Setting

Lokasi penambangan IOZ dan DOZ terletak pada daerah Irian Jaya Mobile

Belt yang merupakan bagian perbatasan antara lempeng Indo-Australia bagian

Utara dengan lempeng Pasifik bagian Barat-Barat Laut. Lempeng Indo-Australia

mengandung batuan klastik berumur mesozoic yang masuk ke dalam grup

Kembelangan serta mengandung batuan karbonat yang berumur Cenozoic yang

masuk ke dalam grup New Guinea Limestone.

2.2.2. Stratigrafi

Secara regional, stratigrafi di sekitar daerah penelitian bisa dibagi kedalam

empat kelompok besar yang terdiri dari kelompok Kembelangan, kelompok New

Guniea Limestone, kelompok Glacial Till dan kelompok Batuan Intrusi. (Gambar

2.3.).

a. Kelompok Kembelangan

Ahli geologi PT. Freeport Indonesia telah membagi kelompok Kembelangan

ini dalam empat formasi yang terdiri :

1. Formasi Kopai (Jkk) yang berumur jurassic serta memiliki ketebalan

sekitar 770 m, tersusun atas sandstone, siltstone dan black limestone.

Page 25: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

9

2. Formasi Woniwagi (Jkkw) yang berumur cretaceous dengan ketebalan

sekitar 980 m, tersusun atas batupasir kuarsa yang berlapis selang-seling

dengan mudstone.

3. Formasi Piniya (Kkp) yang berumur cretaceous dengan ketebalan sekitar

600 m dan tersusun atas siltstone dan shale.

4. Formasi Ekmai yang berumur cretaceous dengan total ketebalan mencapai

700 m Batuan penyusun formasi ini dibagi menjadi tiga subkelompok

yang terdiri dari :

a. Lapisan paling bawah dengan tebal 600 m merupakan unit

glauconitic sandstone (Kke).

b. Lapisan tengah dengan tebal sekitar 100 m merupakan lapisan

calcareous shale (Kkel).

c. Lapisan paling atas merupakan lapisan yang tipis dengan ketebalan

hanya 4 m merupakan lapisan penciri berupa black calcareous shale

(Kkeh).

b. Kelompok New Guneia Limstone

Kelompok New Guinea Limestone terdiri dari empat formasi yang terurut dari

tua ke yang paling muda adalah sebagai berikut :

1. Formasi Waripi (Tw), berumur paleocene dengan ketebalan mencapai 300

m yang merupakan lapisan Mg dolomite dengan sisipan silt dan sand.

2. Formasi Faumai (Tf), berumur eocene dengan ketebalan antara 120 – 150

m dan terdiri dari lapisan massive limestone.

3. Formasi Sirga (Ts), berumur olegocene dengan ketebalan 30 – 50 m yang

tersusun oleh quartzone sandstone dengan semen berupa calcite, siltstone

dan sandy limestone.

4. Formasi Kais (Tk), berumur oligocene – pliocene dengan ketebalan

mencapai 1.100 m yang terdiri dari empat bagian yaitu :

a. Bagian tertua dengan ketebalan 300 – 350 m merupakan lapisan Mg

limestone (Tk1), 30 – 50 m dari bagian lapisan ini merupakan lapisan

yang sangat penting untuk penentuan unit hydrostratigrafi.

Page 26: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

10

b. Bagian kedua (Tk2) merupakan lapisan limestone, shale dan

perulangan sandstone dengan ketebalan total lapisan mencapai 80 m.

c. Anggota dari bagian yang ketiga (Tk3) dengan ketebalan kurang lebih

200 m merupakan occasional inerbedded sandstone.

d. Bagian paling muda dari formasi ini (Tk4) dengan ketebalan sekitar

500 m merupakan lapisan limestone dengan sisipan interbedded

carbonaceous shale dan coal.

c. Kelompok Glaciatill,Peat dan Alluvium

Kelompok Glaciatill, Peat dan Alluvium merupakan kelompok batuan

yang tidak terkonsolidasi yang berumur pleistocene. Kelompok ini biasanya

hadir pada lapisan teratas dan menutupi sebagian besar permukaan perbukitan.

Endapan glaciatill paling besar terdapat di Carstenszewide. Di daerah ini juga

diketahui tebalnya endapan alluvial sekitar 100 m. Adanya sinkholes pada

daerah ini mencirikan bahwa daerah Carstenzewide merupakan bagian dari

sistem Karst Alpine. Ketebalan alluvial di daerah Carstenzewide juga bisa

dipakai sebagai acuan untuk memperkirakan ketebalan alluvial di daerah

Tsinga Valley.

d. Kelompok Batuan Intrusi

Ditinjau dari komposisi mineralogi batuannya, kelompok batuan

intrusi ini merupakan batuan jenis diorite sampai quartz diorite yang berumur

pliocene di sekitar daerah struktural pada litologi karbonat.

Dua buah intrusi primer yang ada di sekitar lokasi penelitian adalah Grasberg

Intrusive Complex (GIC) dan Ertsberg Diorite. Pada empat lokasi yaitu

Wanagon, South Wanagon, Idenberg dan Lembah Tembaga (Subsurface) juga

akan ditemukan tubuh batuan beku yang ukurannya relatif kecil dibanding

dengan batuan intrusi primer.

Tubuh batuan intrusi merupakan bagian yang kering kecuali pada

daerah-daerah yang tersesarkan dan daerah kontak dengan batuan karbonat

yaitu di sekitar skarn yang terkekarkan dan hornfels yang merupakan daerah

water-bearing untuk GBT dan IOZ.

Page 27: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

11

Pada daerah intrusi vulkanik pengaruh hydrothermal akibat pemanasan

oleh magma akan menyebabkan besarnya porositas dan permeabilitas batuan

memiliki nilai yang lebih tinggi. Pengaruh hydrothermal ini tidak terjadi pada

daerah DOZ dikarenakan terjadinya pengendapan anhydrite yang mampu

menyumbat pori-pori batuan sehingga permeabilitas batuan lebih rendah

dibandingkan daerah lainnya.

Pada daerah yang berlitologi batuan intrusif, bagian yang paling

penting jika ditinjau secara hidrologi adalah bagian yang secara geoteknik

memiliki nilai RQD mendekati nol. Pada lokasi penelitian bagian yang seperti

ini biasanya disebut dengan Poker Chip Zone, yang merupakan bagian yang

hampir tidak memiliki kandungan anhydrite.

Gambar 2.3. Stratigrafi Daerah Penelitian

Page 28: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

12

Page 29: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

13

2.2.3. Struktur Geologi Regional

Penentuan stratigrafi dan struktur pada daerah penelitian didasarkan pada

analisa geologi di daerah Erstberg bagian Timur dan pada coring yang dihasilkan

dari pengeboran ke arah Barat Laut daerah penelitian. Dari dua pertimbangan

tersebut diketahui beberapa daerah yang dimungkinkan merupakan daerah

struktural yang sangat penting peranannya dalam mengontrol aliran air tanah.

Tiga buah sesar yang diinterpretasikan sangat mempengaruhi aliran air

tanah untuk daerah IOZ – DOZ adalah Sesar-E, Sesar-Flat dan Sesar Northeast.

a. Sesar-E

Sesar-E kurang lebih memiliki arah 180o dengan kemiringan 40o ke

arah Barat. Sesar-E diperkirakan telah mempengaruhi pembentukan topografi

di daerah Yellow Valley dan juga telah menjadi aquifer yang penting bagi air

tanah untuk bisa masuk ke daerah IOZ dan DOZ. Empat kenyataan lapangan

yang menjadi bukti keberadaan Sesar-E adalah :

1. Banyaknya kekar dan sesar minor pada level 3.610.

2. Adanya pergeseran pada kontak marble dan skarn.

3. Adanya pergeseran pada kontak diorite dan skarn.

4. Adanya kenampakan topografi berupa topografi yang tidak menerus.

b. Flat-Sesar

Flat-Sesar diperkirakan berada di sebelah Barat Laut dari area IOZ

pada level 3.540. Sesar ini diperkirakan memiliki jurus 100o dengan

kemiringan 40o. Dua hal yang memperkuat dugaan keberadaan Flat –Sesar

adalah :

1. Adanya anomali kontak antara marble dan skarn.

2. Adanya breksiasi pada bagian footwall dimana terjadi kontak antara

marble dan skarn.

c. Sesar-Northeast

Lokasi sesar diperkirakan berada di sebelah Timur Laut dari area IOZ-

DOZ. Northeast sesar diperkirakan berupa sesar vertikal dengan arah 35o.

Northeast sesar diperkirakan berada pada perpotongan dua sesar lain dimana

Page 30: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

14

East sesar berada di sebelah Tenggara dan Flat sesar berada di sebelah Barat

Laut dari Northeast sesar.

Dua bukti keberadaan Northeast sesar adalah adanya kontak vertikal

antara marble dan skarn pada level 3.450.

2.3. Iklim dan Intensitas Curah Hujan

Seperti halnya iklim di daerah lain di Indonesia, Papua mempunyai iklim

tropis dengan intensitas curah hujan yang cukup besar, terutama di kota

Tembagapura dan area penambangan PT. Freeport Indonesia yaitu antara 3.000

mm sampai 4.500 mm per tahun. Selain itu suhu udara cukup dingin terutama di

daerah pegunungan yaitu antara 30 C sampai 200 C. Hal ini berbeda dengan

kondisi di daerah Lowland (Porsite, Timika dan Kuala Kencana) yang

mempunyai suhu cukup panas yaitu sekitar 190 C sampai 380 C. Curah hujan rata-

rata di PT. Freeport Indonesia, mulai tahun 1998 sampai tahun 2002 dapat dilihat

pada lampiran A.

2.4. Cadangan Bijih

PT. Freeport Indonesia telah beroperasi di Papua selama 32 tahun dengan

produksi sekitar 332.927,26 ton bijih per hari, yaitu 18.000 ton bijih per hari dari

tambang bawah tanah Intermediate Ore Zone (IOZ) dan Deep Ore Zone (DOZ)

95.956,91 ton per hari. Produksi bijih rata-rata 192.752,76 ton per hari dari

tambang terbuka Grasberg. Untuk tambang bawah tanah Grasberg akan

dilaksanakan setelah tambang terbuka Grasberg selesai. Hal ini dilakukan karena

cadangan endapan bijih di Grasberg sudah tidak memungkinkan lagi ditambang

dengan sistem tambang terbuka, sehingga perlu dilakukan dengan sistem tambang

dalam.

Untuk area tambang Big Gossan, Kucing Liar, Amole dan DOM (Deep

Ore Mineralisazed) belum dilakukan produksi dan sesuai dengan hasil eksplorasi

di area tersebut mempunyai cadangan yang cukup besar. Selain kegiatan

penambangan, PT. Freeport Indonesia juga terus mencari lokasi endapan mineral

yang baru.

Page 31: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

15

Tabel 2.1. Cadangan Bijih PT. Freeport Indonesia

Lokasi Penambangan Tonnes

(x 1000)

Cu

(%)

Au

(gr/ton)

Ag

(gr/ton)

DOM 31.000 1,67 0,42 9,63

IOZ 21.000 1,05 0,39 7,63

DOZ 185.000 1,16 0,83 5,21

Big Gossan 37.000 2,69 1,02 16,42

Kucing Liar 1.109.000 1,02 1,18 2,99

Grasberg Open Pit 691.000 1,08 0,77 3,15

Grasberg Underground 321.000 1,41 1,41 5,30

Total 2.395.000 1,13 1,05 3,85

2.5. Cara Penambangan dan Pengolahan Bijih Tembaga

2.5.1. Cara Penambangan Bijih Tembaga

Saat ini PT. Freeport Indonesia menerapkan dua teknik penambangan,

yaitu tambang terbuka atau open pit di tambang Grasberg dan teknik block caving

pada cadangan bawah tanah yang dikenal sebagai IOZ dan DOZ.

2.5.1.1.Metode Tambang Terbuka (Open Pit)

Kegiatan tambang terbuka yang diterapkan oleh PT. Freeport Indonesia

terletak pada ketinggian sekitar 3.500 meter sampai 4.200 meter di atas

permukaan laut. Pada saat ini tambang terbuka yang aktif adalah Grasberg Open

Pit dengan target produksi 200.000 ton/hari. Grasberg Open Pit sendiri terletak

pada ketinggian 4.000 m dari permukaan laut dan terletak disebelah Barat Laut

tambang Erstberg yang sudah tidak aktif lagi. Sistem tambang terbuka yang

diterapkan PT. Freeport Indonesia menggunakan metode jenjang yang memiliki

ketinggian 15 meter untuk tambang bijih dan ketinggian 15 sampai 17 meter

untuk waste, dengan sudut jenjang masing-masing 64 sampai 67 derajat dan sudut

keseluruhan jenjang sekitar 42 sampai 45 derajat.

Page 32: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

16

Pembongkaran bijih dan batuan dilakukan dengan cara peledakan yang

sebelumnya dilakukan lebih dahulu pembuatan lubang ledak dengan mesin bor

putar berdiameter rata-rata 12,75 cm sampai 15 cm dan kedalaman mencapai 17

meter. Bahan peledak yang digunakan yaitu Ammonium Nitrate Fuel Oil

(ANFO) buatan Amerika. Setelah dilakukan peledakan, kemudian dilakukan

pemuatan dengan menggunakan shovel dan loader. Setelah pemuatan dilakukan

pengangkutan dengan menggunakan dump truck menuju instalasi crusher yang

berada di atas GBT.

Setelah dari instalasi crusher, bijih turun menuju area Ore Flow yang

berada di GBT Area I Upper Level Conveyor Area yang kemudian akan turun lagi

melalui Ore Pass # 6 sampai Ore Pass # 9 sampai menuju MLA Bottom Ore Bin

yang selanjutnya bijih akan diangkut keluar dengan belt conveyor menuju stock

pile yang berada di luar tambang bawah tanah.

2.5.1.2.Metode Tambang Bawah Tanah (Block Caving)

Sistem Penambangan pada tambang bawah tanah yang diterapkan oleh PT.

Freeport Indonesia menggunakan sistem Block Caving atau metode ambrukan

(Gambar 2.9.). Metode ini menggunakan beberapa level dimana badan bijih

dihancurkan atau diledakan pada level teratas (undercut). Karena gaya gravitasi,

sifat batuan dan beban dari bijih sendiri, ambrukan bijih akan turun dengan

sendirinya ke level di bawahnya (level produksi). Beberapa kegiatan pada metode

block caving sebagai berikut :

1. Level Undercut (3.146 L dan 3.136 L)

Level ini merupakan level ambrukan dengan undercutting sebagai kegiatan

utama yaitu pemboran dan peledakan pada daerah drill drift untuk membuat

gua pemula ambrukan. Jarak antara drill drift satu dengan yang drill drift

lainnya adalah 30 m dengan panjang bervariasi mengikuti badan bijih dan

posisinya sejajar terhadap panel drill drift di bawahnya (level produksi).

Ukuran lubang bukaan dari drill drift adalah 3,6 x 3, 6 meter (Gambar 2.5.).

Ukuran standar drift bermacam-macam sesuai dengan tujuan pembuatan dan

kondisi batuannya. Melalui drift ini para pekerja tambang mengoperasikan

mesin bor untuk membuat lubang-lubang bor untuk peledakan pada drift-drift

Page 33: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

17

tersebut dengan jarak yang lebih rapat. Lubang-lubang bor dibuat dengan pola

menyebar menyerupai kipas (fan drilling) disepanjang drift-drift tadi. Lubang-

lubang bor tersebut kemudian diisi bahan peledak untuk meledakkan pillar-

pillar yang akan diruntuhkan. Peledakan menyebabkan rekahan alamiah pada

batuan dan setelah “atap” yang menahannya roboh, maka dengan beratnya

sendiri satu blok batuan horizontal (satu baris) akan runtuh dan mengisi ruang

kosong yang telah diledakkan atau disebut dengan drawbell. Batuan yang

telah dihancurkan turun dengan gaya gravitasi melalui drawbell ke drawpoint

yang berada di level produksi atau level extraction.

Gambar 2.5.

Level Undercut

2. Level Produksi atau Level Extraction (3.116 L dan 3.126 L)

Level produksi ini merupakan lubang bukaan yang berada tepat di bawah level

undercut, yang berfungsi sebagai tempat penarikan bijih hasil ambrukan

(broken ore) dari level undercut (Gambar 2.6.). Dua lubang bukaan penting

dalam level ini adalah :

● Panel

Yaitu lubang bukaan sebagai jalan angkut broken ore dari lubang bukaan

penarikan bijih (drawpoint) menuju lokasi penumpahan broken ore yang

dilengkapi dengan rock breaker atau pemecah batu untuk mereduksi

broken ore yang berukuran besar agar dapat lolos dari grizzly. Lantai,

Page 34: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

18

dinding dan atap yang dianggap vital (stasiun rock breaker, ruang

perbaikan, ruang makan) dipasang spilt set, wire mesh, shotcrete dan

perkuatan dengan beton (concrete). Perkuatan tersebut dimaksudkan untuk

mengamankan segala aktivitas yang berada di level produksi dari bahaya

runtuhnya batuan.

● Drawpoint

Yaitu lubang – lubang penarikan bijih yang menyerong ke kiri dan ke

kanan pada setiap panel untuk tempat loading broken ore dari level

undercut dengan menggunakan alat LHD (Load-Haul-Dump). Drawpoint

yang dibuat terdiri dari dua macam yaitu single drawpoint yang hanya

terdiri dari satu lubang dari dari satu sisi panel dan double drawpoint yang

terdiri dari satu lubang yang menghubungkan dua panel. Tata letak

drawpoint dirancang agar tahan terhadap beban ambrukan broken ore.

Sudut antara panel dengan drawpoint dibuat 450 dengan jarak antara

drawpoint adalah 18 meter. Satu drawpoint mewakili satu blok untuk satu

caving atau gua.

Gambar 2.6.

Level Extraction

3. Level Truck Haulage (3.076 L)

Level ini merupakan level yang terletak di bawah level produksi berfungsi

sebagai jalan untuk alat angkut (Gambar 2.7.). Broken ore yang turun dari

Page 35: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

19

level produksi, langsung jatuh ke bawah melalui raise setinggi 20 meter dan

ditampung pada tempat penampungan, kemudian broken ore diangkut dengan

menggunakan truk ke DOZ Crusher (Gyratory Crusher). Gyratory Crusher

akan mereduksi ukuran batuan dan selanjutnya diturunkan ke ore bin yang

berdiameter 10 meter dan diteruskan melalui ore pass yang berdiameter 3

meter ke feeder.

Gambar 2.7.

Level Truck Haulage

4. Level Exhaust atau Gallery (3.010 L)

Level ini merupakan level yang terletak diantara level pengangkutan dengan

level produksi, yang berfungsi untuk mengalirkan udara bersih ke level

undercut, level produksi dan level pengangkutan. Disamping itu juga

berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor melalui sumuran vertikal (Bore

Hole # 3) sepanjang 800 meter yang langsung menuju ke permukaan tempat

kipas tambang dipasang (Gambar 2.8.).

5. Level Conveyor

Level conveyor merupakan level terbawah pada sistem block caving yang

merupakan area penempatan sabuk berjalan (belt conveyor) guna mengalirkan

bijih yang berasal dari level produksi, selanjutnya akan diangkut menuju stock

pile yang berada di luar tambang bawah tanah

Page 36: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

20

Gambar 2.8.

Level Exhaust

2.5.2. Cara Pengolahan Bijih Tembaga

Bijih yang telah dihancurkan diangkut ke pabrik pengolahan melalui

rangkaian ban berjalan (belt conveyor) dan ore pass. Proses konsentrasi meliputi

berbagai teknik fisika, termasuk penghancuran, penggilingan dan pengapungan.

Gabungan teknik penghancuran digunakan, termasuk penggunaan mesin Semi

Autogenous Grinding (SAG) dan Ball Mill untuk menghancurkan bijih tambang

menjadi pasir yang sangat halus.

Selanjutnya diikuti dengan proses pengapungan, yang menggunakan re-

agent, bahan yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang

mengandung mineral tembaga, emas dan perak. Di mana mineral-mineral tersebut

mengapung ke permukaan dan diciduk permukaannya (skimmed-off) sebagai

produk akhir. Sisa dari batuan yang tidak memiliki nilai ekonomi akan

mengendap di bagian dasar sebagai tailing, yang dilepaskan melalui arus sungai

menuju daerah pengendapan di dataran rendah.

Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju

pabrik pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa sepanjang 110 Km.

Konsentrat yang telah dikeringkan disimpan di pelabuhan Amamapare sebelum

dijual dan dikapalkan ke pabrik peleburan di seluruh dunia.

Page 37: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

21

Gambar 2.9. Metode Block Caving

Page 38: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Sirkulasi Air di Bumi

Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km3 air : 97,5 %

adalah air laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan sebagai air

sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Hanya 0,001 % berbentuk uap di

udara6).

Air di bumi ini mengulangi terus-menerus sirkulasi penguapan, presipitasi

dan pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan

laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh

sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke

permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke

permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi

mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan di

mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui

dahan-dahan ke permukaan tanah.

Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam

tanah (infiltrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-

lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk

ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan

tiba ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke

udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-

sungai (disebut aliran intra = interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan

sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam

jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah

(disebut groundwater runoff = limpasan air tanah).

6) Menunjukan No. Urut Daftar Pustaka

22

Page 39: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

23

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka berkembanglah ilmu hidrologi,

yaitu ilmu yang mempelajari sirkulasi air tersebut. Jadi dapat dikatakan, hidrologi

adalah ilmu untuk mempelajari :

1. Presipitasi (precipitation).

2. Evaporasi dan transpirasi (evaporation).

3. Aliran permukaan (surface stream flow).

4. Air tanah (ground water).

Gambar 3.1.6)

Sirkulasi Air (Siklus Hidrologi)

3.2. Sumber-Sumber Air Permukaan dan Air Tanah

3.2.1. Sumber-Sumber Air Permukaan

1. Presipitasi

Presipitasi biasanya dinyatakan sebagai kedalaman cairan yang berakumulasi

di atas permukaan bumi seandainya tidak terdapat kehilangan. Presipitasi

vertikal jatuh di atas permukaan bumi dan diukur oleh penakar hujan sedang

Page 40: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

24

presipitasi horizontal dibentuk di atas permukaan bumi dan tidak diukur oleh

penakar hujan. Presipitasi vertikal berupa : hujan, salju, hujan es dan sleet atau

glaze (campuran hujan dan salju). Presipitasi horizontal berupa : es, kabut,

embun beku, embun serta kondensasi pada es dan dalam tanah.

2. Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh pada satuan luas, dinyatakan

dalam millimeter. Sedangkan derajat curah hujan merupakan banyaknya curah

hujan per satuan waktu tertentu dan disebut sebagai intensitas hujan.

3. Limpasan

Limpasan adalah bagian dari presipitasi (juga kontribusi-kontribusi permukaan

dan bawah tanah) yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan nampak pada

saluran permukaan dari bentuk permanen maupun terputus-putus.

3.2.2. Sumber-Sumber Air Tanah

1. Infiltrasi dan Perkolasi

Infiltrasi adalah proses perpindahan air dari atas ke dalam tanah. Sedangkan

perkolasi adalah gerakan air ke bawah tanah dari zona tidak jenuh ke daerah

jenuh air atau gerakan air dari permukaan tanah sampai permukaan air tanah.

2. Aquifer1)

Aquifer adalah lapisan tanah atau massa batuan yang bersifat dapat

menyimpan dan meloloskan air, serta dapat dikembangkan secara ekonomis.

Jenis-jenis aquifer :

a. Aquifer tertekan (confined aquifer), adalah lapisan permeable yang

sepenuhnya jenuh air dan dibatasi oleh lapisan-lapisan yang impermeable,

baik pada bagian atas maupun pada bagian bawahnya.

b. Aquifer setengah tertekan (semi confined aquifer) atau disebut juga leaky

aquifer adalah lapisan yang jenuh air, pada bagian atas dibatasi oleh

lapisan semipermeable dan pada bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan

yang impermeable atau semipermeable.

c. Aquifer semi bebas (semi unconfined aquifer), adalah aquifer utama

tertutup oleh suatu lapisan kurang kedap air atau lapisan yang menutupi

aquifer utama mempunyai kelulusan yang lebih kecil dari angka kelulusan

Page 41: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

25

aquifer utama, sehingga aliran arah horizontal pada lapisan tersebut tak

dapat diabaikan.

d. Aquifer bebas (unconfined aquifer), adalah lapisan aquifer yang hanya

sebagian ketebalan lapisan kedap airnya yang jenuh air. Lapisan yang

dibatasi oleh lapisan impermeable dibagian bawahnya ini umumnya

terdapat pada bagian atas dari lapisan batuan / tanah dan batas atas aquifer

tersebut adalah muka air tanah, yang berada dalam kesetimbangan dengan

tekanan udara.

3.3. Aliran dan Penyebaran Air Tanah

Air tanah mengalir melalui tanah dibawah pengaruh gradien hidrolika. Hal

ini merupakan petunjuk adanya kemiringan pada muka air tanah atau perbedaan

tekanan dimana aquifernya tidak bebas. Banyaknya air tanah yang tersimpan

tergantung pada sifat batuannya.

Pada waktu tertentu air tanah yang tersimpan dalam aquifer dapat

berpindah menempuh jarak yang jauh, baik menyamping atau tegak lurus dari satu

sumber asalkan tersedia gaya berat yang mampu untuk mengatasi tahanan gesek

dari alur aliran dan memberikan gradien hidrolika yang cukup. Ciri-ciri struktur

massa batuan memegang peranan besar dalam penyebaran air tanah. Sebagai

contoh pada bidang perlapisan endapan sedimen dimana air dapat menempuh

jarak yang jauh sepanjang lapisan atau dari singkapan ke titik pelepasan.

Demikian juga bidang retakan di dalam batuan dan patahan merupakan

penghantar air tanah yang baik. Air tanah dapat juga dihantarkan hingga jauh oleh

aliran daerah ketidakmenerusan.

3.4. Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah

Penyaliran pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan dengan cara-

cara sebagai berikut :

a. Drainase Dengan Terowongan (Tunnel-Adit).

Penyaliran ini dengan membuat tunnel atau adit bila daerahnya

memungkinkan, dimana terowongan ini dibuat sebagai level pengeringan

Page 42: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

26

tersendiri untuk mengeluarkan air tambang bawah tanah. Cara ini relatif

murah dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara pemompaan air ke luar

tambang.

b. Penyaliran Tambang Dengan Pemompaan.

Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem pemompaan adalah untuk

mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar shaft atau sumuran bawah tanah

yang sengaja dibuat untuk menampung air dari permukaan maupun air

rembesan bawah tanah. Air yang sudah terkumpul tersebut kemudian dipompa

keluar atau ke permukaan tambang. Penyaliran dengan pemompaan dapat

dilakukan dengan sistem pemompaan langsung berupa pompa slurry dan

dengan sistem pemompaan tidak langsung berupa fasilitas pompa yang

terpasang secara terpisah untuk memompa air bersih (tidak berlumpur) dimana

air tambang yang terkumpul diendapkan terlebih dahulu untuk memisahkan air

jernih dengan endapan lumpur pada suatu sumur/kolam pengendapan.

c. Penyaliran Tambang Dengan Pemboran (Dewatering Drill).

Sistem penyaliran tambang bawah tambang ini dilakukan dengan cara

membuat lubang bor yang ditargetkan ke litologi tertentu yang diperkirakan

mempunyai kandungan air yang besar. Pada level tertentu dibuat stasiun bor

yang kemudian dilakukan pemboran untuk mengeluarkan air sesuai dengan

letak kandungan air tanah yang berpotensi besar menjadi sumber air di dalam

tambang. Air akan mengalir pada elevasi yang menurun melalui drainway

dengan memanfaatkan gravitasi.

3.5. Water Balance (Neraca Air)

Perhitungan awal dari analisa ini didasarkan pada kondisi keseimbangan

yang dinamik dari aquifer. Sehingga air yang masuk ke dalam aquifer akan sama

dengan air yang keluar. Bila dinyatakan dengan persamaan maka dapat ditulis

sebagai berikut :

I = O ± S 5) ………………………...……..(3.1.)

dimana :

I : Jumlah air yang masuk.

Page 43: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

27

O : Jumlah air yang keluar.

S : Penyimpanan air tanah.

Air yang masuk berasal dari air hujan, dan mengalir melalui beberapa

water-bearing. Sedangkan air yang keluar dari beberapa lubang bor tambang

bawah tanah IOZ maupun DOZ digunakan sebagai saluran drainage.

Aliran air yang masuk ke dalam tambang (inflow) berdasarkan data curah

hujan dapat dihitung dengan rumus :

R = f . P . A 5)…………………….. (3.2.)

dimana :

R : Recharge dari presipitasi (m3/hari).

f : Faktor pengisian.

P : Presipitasi (mm/hari).

A : Luas daerah tangkapan air hujan (m2).

Untuk menghitung inflow area EESS diperhitungkan pula kondisi batuan

yang ada serta kemampuan resap dari material. Sehingga digunakan faktor

pengisian atau recharge sebesar 0,9 4).

Untuk menghitung total aliran outflow di EESS maka harus menghitung

aliran air yang keluar pada tiap-tiap stasiun dewatering di GBT, IOZ dan DOZ.

3.6. Kimia Air Tanah

3.6.1. Analisa Kimia Air Tanah

Salah satu kendala dalam pengukuran kimia air tanah terutama pengukuran

pH adalah adanya kontak langsung antara contoh air dengan CO2 di udara yang

bisa menaikan nilai pH dibanding dengan pH saat air berada dalam aquifer atau

bahkan menyebabkan terjadinya pengendapan CaCO3 dalam air2) . Untuk

mengurangi tingkat kesalahan yang diakibatkan karena adanya kontak dengan

udara di atmosfer maka pada penganalisaan sifat kimia air tanah selalu dilakukan

analisa lapangan. Data dari hasil analisa lapangan akan digunakan oleh

laboratorium untuk dijadikan sebagai pembanding dengan hasil analisa

laboratorium.

Page 44: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

28

Analisa lapangan yang biasa dilakukan adalah analisa untuk parameter

seperti pH, suhu dan Electrical Conductivity (EC) yang bisa dilakukan dengan

menggunakan elektode. Pada beberapa analisa lapangan sering juga dianalisa

parameter Eh, O2, alkalinity dan Fe2+.

Secara garis besar dimungkinkan terdapat dua macam kesalahan yang

terjadi saat penganalisaan kimia air tanah yaitu presisi dan akurasi.

Presisi atau kesalahan secara statistik biasanya digunakan untuk

mengetahui perubahan tingkat kesalahan dari prosedur yang dilakukan saat

menganalisa. Untuk mengetahui tingkat kesalahan statistik ini biasanya dilakukan

pengulangan penganalisaan yang diberlakukan pada contoh air utama dengan

contoh air duplikat yang diambil dari tempat yang sama. Pengambilan contoh air

duplikat tidak harus dilakukan jika laboratorium yang akan menganalisa contoh

air sudah melakukan uji presisi dengan contoh yang lain.

Akurasi atau kesalahan sistematik adalah kesalahan yang terjadi saat

penganalisaan dilakukan atau kesalahan karena adanya perbedaan prosedur

selama penganalisan berlangsung. Kesalahan sistematik bisa diuji dengan

membandingkan hasil analisa dari satu laboratorium dengan laboratorium yang

lain.

Secara sederhana nilai akurasi bisa dicari dengan menggunakan nilai

Electro Neutrality (EN) yaitu dengan memanfaatkan sifat netral suatu kimia air

tanah dalam aquifer. Karena sifat netralnya suatu air tanah dalam aquifer maka

jumlah kation dan anion yang terlarut dalam air idealnya memiliki nilai yang

sama.

Penghitungan akurasi yang dimaksudkan adalah dengan menggunakan

persamaan :

E.N. (%) = %100×−+

∑ ∑∑ ∑

AnionKationAnionKation 2)

Untuk nilai anion dan kation terlarut yang memiliki nilai lebih dari 1

mg/L nilai akurasi yang masih bisa diterima adalah kurang dari 5%. Lain halnya

untuk contoh air yang masih memiliki nilai kation-anion terlarut yang lebih kecil

Page 45: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

29

dari 1 mg/L, pada analisa contoh air seperti ini nilai akurasi yang bisa diterima

adalah kurang dari 10%7).

3.6.2. Perubahan Sifat Kimia Air

3.6.2.1.Perubahan Kimia Air Hujan

Komposisi kimia air hujan sangat dipengaruhi oleh sifat kimia air yang

menjadi sumber terjadinya evaporasi dan penambahan atau pengurangan ion yang

terkandung dalam air pada saat terjadinya evaporasi.

Sifat air hujan di sekitar pantai akan menampakan besarnya pengaruh air

laut yang menjadi sumber evaporasi dengan ditandai oleh besarnya kandungan

Na+ dan Cl- pada air hujan. Demikian juga sifat air hujan di sekitar kawasan

industri akan menampakan sifat yang lain dikarenakan adanya pengaruh kegiatan

industri yang mampu merubah komposisi udara dan akhirnya akan mempengaruhi

sifat air yang terevaporasi ke atmosfer.

Besarnya kandungan anion NO3- dan SO4

2- yang biasanya terjadi akibat

pengaruh kegiatan industri akan mampu menghasilkan hujan air asam. Anion

NO3- dan SO4

2- sebagai hasil dari proses pengoksidasian gas NOx dan SO2 di

udara mampu berikatan dengan ion H+ menghasilkan HNO3 dan H2SO4 asam-

asam inilah yang mampu menurunkan pH air hujan di daerah industri.

3.6.2.2.Perubahan Kimia Air Tanah

Komposisi kimia air tanah akan dipengaruhi oleh sifat kimia batuan yang

menjadi aquifer air tanah tersebut. Batuan ultrabasa yang kaya dengan olivine dan

pyroxsen akan memberikan pengaruh terhadap besarnya komposisi kation Mg2+

dalam air tanah. Seperti halnya juga kandungan Ca2+ akan lebih besar pada air

tanah yang mengalir melalui calcareous soil. Dolomite (CaMg(CO3)2) yang

menjadi aquifer akan memberikan komposisi Ca2+ dan Mg2+ yang relatif sama

pada air tanah yang melewatinya.

Adanya sifat aquifer yang mampu mempengaruhi komposisi kimia air

tanah bisa menyebabkan terjadinya penyebaran kation-anion yang berbeda-beda

untuk masing-masing aquifer. Berdasarkan nilai kandungan kation dan anion

dalam air bisa juga diperkirakan jenis litologi yang menjadi aquifer air tersebut

(Tabel 3.1.).

Page 46: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

30

Tabel 3.1. 2)

Rata-Rata Konsentrasi Kation - Anion Dalam Sumber Air

Elemen Konsentrasi (mmol/l)

Sumber

Na+ 0,1 – 2 Feldspar, Batugaram, Zeolite, Atmosfer K+ 0,01 – 0.2 Feldspar, Mika

Mg2+ 0,05 – 2 Dolomite, Serpentine, Pyroxene, Amfibole, Olivin, Mica Ca2+ 0,05 – 5 Carbonate, Gypsum, Feldspar, Pyroxene, Amfibole Cl- 0,05 – 2 Batugaram, Atmosfer

HCO3- 0 – 5 Carbonat, Material Organik

SO42- 0.01 – 0.2 Atmosfer, Gypsum, Sulfida

NO3- 0.001 – 0.2 Atmosfer, Material Organik

SiO2 0.02 – 1 Silicate Fe2+ 0 – 0.5 Silicate, Siderit, Hydroksida, Sulfida PO4

- 0 – 0.02 Material Organik, Phosphat

Dengan memanfaatkan sifat khas batuan untuk menguraikan kation dan

anion, diagram Schoeller biasanya dipakai untuk menganalisa kesamaan aquifer

dari beberapa contoh air.

Air yang mengalir melalui litologi granite (zone lemah) atau melalui

batupasir akan menunjukan sifat kimia yang normal. Hal ini dikarenakan dua jenis

batuan tersebut lebih didominasi oleh mineral silica yang susah larut dalam air,

akibatnya komposisi air tanah akan sangat berpengaruh pada komposisi air

sebelum terjadinya kontak dengan batuan.

3.6.3. Reaksi Kimia Air Tanah

3.6.3.1.Reaksi Kinetik dan Keseimbangan (Equilibrium)

Dua pengertian utama yang harus diperhatikan dalam mempelajari

hidrogeokimia adalah adanya pelarutan dan pengendapan mineral. Mineral dapat

larut di air dan dapat mengendap dari konsentrasi yang terkandung di air.

Terjadinya pengendapan dan pelarutan sangat ditentukan oleh adanya kondisi

kinetik dan equilibrium. Perubahan kondisi kinetik dan equilibrium untuk setiap

waktu ditentukan oleh konsentrasi mineral tersebut. Hubungan antara reaksi

kinetik dan equilibrium (Gambar 3.2.).

Page 47: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

31

Konsentrasi Keseimbangan

Waktu

Pelarutan mineral

Pengendapan Mineral K

onse

nter

asi

Gambar 3.2. 2)

Reaksi Kinetik vs Kesetimbangan Mineral

Dari grafik bisa dilihat bahwa pada kondisi kinetik (dissolution /

precipitation) terjadinya pereaksian sangat dipengaruhi oleh waktu dan

perbandingan antara air dengan mineral tertentu. Konsentrasi hasil pelarutan

mineral primer akan terus meningkat sampai pada batas konsentrasi tertentu

dimana dia bersifat equlibrium. Jika pada suatu reaksi konsentrasi hasil larutan

mineral primer tertentu melebihi nilai equilibrium, maka proses yang akan terjadi

adalah proses pengendapan mineral sekunder dari mineral-mineral terlarut. Proses

ini akan terus berlangsung sampai mencapai konsentrasi tertentu dimana hasil

pelarutan sama dengan hasil pengendapan. Proses pelarutan mineral primer dan

pengendapan mineral sekunder ini bisa terjadi bersamaan.

Mineral sulfida merupakan mineral primer yang paling banyak ditemukan

di lokasi pertambangan (Tabel 3.2.). Hasil pelarutan mineral primer ini akan

bereaksi dengan mineral larutan yang lainnya dan akan membentuk suatu endapan

mineral sekunder.

Page 48: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

32

Tabel 3.2.2) Contoh Sulfida Primer

Mineral Komposisi Mineral Komposisi Realgar AsS Pyrhotite Fe(0.8 – 1)S

Orpiment As2S3 Troilite FeS Greenckite CdS Greigite Fe3S4

Cobaltite CoAsS Arsenopyrite FeAsS Linnaeite Co3S4 Violarite FeNi2S4

Covellite CuS Cinnabar HgS Enargite Cu3AsS4 Galena PbS Tennatite Cu2As2S13 Stibnite Sb2S3

Pyrite FeS2 Spharelite ZnS Marcasite FeS2 Wurtzite ZnS

3.6.3.2.Tahapan Perubahan Hidrogeokimia

Tahap pertama adalah tahap dimana terjadi pelarutan mineral - mineral

utama dan dilanjutkan dengan terjadinya pengendapan mineral - mineral sekunder

seperti sulfat, karbonat dan hydroxides dll. Pada tahap ini dicirikan dengan

adanya akumulasi mineral - mineral hasil pelarutan. Pada daerah tambang,

pelarutan mineral utama akan sangat efektif jika daerah tersebut memiliki curah

hujan yang tinggi, fluktuasi temperatur yang sering terjadi dan batuan yang

mengandung mineral primer tersebut tersingkap di permukaan.

Tahap kedua dimulai setelah sebagian besar mineral primer terlarut. Pada

tahap ini akumulasi mineral sekunder akan mulai terlarutkan. Karena pelarutan

mineral sekunder sama dengan akumulasi mineral sekunder dari mineral primer

maka pada tahap ini akan terjadi proses kesetimbangan pada mineral sekunder.

Tahap terakhir dari tahapan perubahan hidrogeokimia adalah adanya

pelarutan dari mineral-mineral yang resisten (low-reactivity) seperti quartz. Tahap

ini dicirikan dengan menurunnya konsentrasi mineral dalam batuan. Tahap ini

biasanya terjadi pada batuan yang tersingkap dimana proses pelapukan terjadi

secara intensif.

Page 49: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

33

3.6.3.3.Pengasaman Air Tanah

Penurunan pH selalu berasosiasi dengan kenaikan sulfat dan nitrogen.Tiga

faktor utama yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan pH pada air tanah2) ,

adalah :

a. Evapotranspirasi

Yaitu perubahan komposisi kimia dari air hujan yang disebabkan oleh

tingginya kandungan ammonium di udara. Reaksi yang terjadi pada kondisi

ini adalah :

NH4+ + 2O2 NO3

- + 2H+ + H2O

b. Penggunaan Ammonia

Penggunaan Amonia (seperti pupuk) yang berlebih pada tanah akan

menyebabkan terjadinya oksidasi ammonia yang akhirnya akan menyebabkan

terjadinya penurunan pH tanah. Reaksi yang terjadi pada kondisi ini adalah :

NH3 + 2O2 NO3- + H+ + H2O

Nitrat yang dihasilkan akan dikonsumsi oleh tumbuhan dan akan

menghasilkan HCO3-. Proses denitrification ini berlangsung dengan reaksi :

5CH2O + 4NO3- 2N2 + 4HCO3

- + CO2 + 3H2O

c. Oksidasi Mineral Pyrite (FeS2)

Pyrite biasanya ditemukan pada sedimen yang tereduksi atau pada

bagian yang tertutup oleh air tanah. Oksidasi pyrite bisa terjadi dikarenakan

adanya sumur produksi yang menurunkan air tanah atau sebab lain yang

menyebabkan tersingkapnya mineral pyrite ke permukaan. Reaksi yang

menyebabkan terjadinya pengasaman air tanah adalah :

2FeS2 + 15/2 O2 + 5H2O 2FeOOH + 4SO42- + 8H+

Pada kondisi normal reaksi biasanya terjadi dalam dua tahap :

FeS2 + 7/2 O2 + H2O Fe2+ + 2SO42- + 2H+

Fe2+ yang dihasilkan akan mengalami oksidasi lanjutan menghasilkan Fe3+

yang bisa terendapkan berupa FeOOH melalui reaksi :

Fe2+ + ¼ O2 + H+ Fe3+ + ½ H2O Empat parameter yang bisa dijadikan acuan untuk mendeteksi ada tidaknya

pengaruh proses oksidasi terhadap komposisi kimia air tanah2) adalah :

Page 50: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

34

1. Tingkat Keasaman (pH)

Tingkat keasaman atau pH pada air tanah yang terpengaruhi oleh

proses oksidasi mineral sulfida akan menunjukan nilai pH yang semakin

rendah jika dibandingkan dengan saat sebelum terjadinya oksidasi mineral

sulfida. Turunnya nilai pH ini disebabkan karena adanya ion H+ yang

merupakan hasil dari proses oksidasi mineral sulfida.

2. Kandungan SO4

Pada air yang terpengaruhi oleh aktifitas oksidasi mineral sulfida

akan menunjukan kenaikan kandungan sulfat terlarut yang merupakan

hasil dari pengoksidaan mineral sulfida. Kandungan sulfat akan

mengalami penurunan jika terjadi suatu pengendapan mineral sekunder

yang bersifat sulfatik.

3. Kandungan Fe dan Al

Oksidasi mineral sulfida terutama pyrite akan menghasilkan

komposi yang semakin meningkat jika dibandingkan dengan sebelum

terjadi pengoksidaan. Fe yang terlarut merupakan ion hasil rombakan dari

mineral sulfida. Tidak semua kenaikan nilai Fe mencirikan terjadinya

proses oksidasi mineral sulfida, sebab kandungan Fe bisa juga bertambah

akibat pelarutan mineral - mineral lain selain mineral pyrite.

Keberadaan goethite (aFeOOH) atau ferrihydrite (Fe5HO8.4H2O)

perlu diperhatikan jika dalam suatu komposisi mineral terjadi penurunan

komposisi Fe2+. Dua mineral di atas merupakan mineral sekunder hasil

pengendapan dari Fe2+. Pembentukan mineral sekunder seperti inilah

yang akan menyebabkan terjadinya penurunan komposisi Fe2+ walaupun

sebenarnya proses oksidasi mineral sulfat terjadi. Pembentukan mineral-

mineral inilah yang juga akan meningkatkan nilai kandungan endapan

dalam air.

Alumunium dijadikan sebagai parameter terjadinya oksidasi

mineral sulfida disebabkan adanya sifat yang selalu berasosiasi dengan

keberadaan Fe. Alumunium yang dihasilkan bisa berasal dari penguraian

Page 51: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

35

mineral-mineral plagioklas atau mika yang terurai akibat adanya

penurunan pH dari hasil oksidasi mineral sulfida.

4. Turbiditas

Tingkat kekeruhan air atau turbiditas sangat berkaitan dengan

jumlah partikel halus yang terapung pada air. Partikel halus yang

dimaksud termasuk juga partikel hasil pengendapan mineral-mineral

sekunder atau bahkan partikel-partikel mineral berat yang tertransportasi.

Dengan demikian nilai turbiditas bisa dikaitkan dengan nilai kandungan

mineral berat atau nilai kandungan mineral sekunder yang terbentuk akibat

terjadinya penambahan komposisi Fe2+ dan Al2+ yang juga merupakan

hasil oksidasi mineral sulfida.

3.6.3.4.Proses Buffering

Proses buffering sangat berkaitan erat dengan kondisi litologi suatu daerah.

Misalnya saja pada litologi batuan karbonat, pengasaman air tanah pada batuan

karbonat akan terhambat dikarenakan adanya pelarutan batuan karbonat yang

relatif cepat. Kondisi yang memungkinkan rendahnya nilai alkalinity, akan

menyebabkan intensifnya proses pengasaman air tanah, adanya kecenderungan

menurunnya alkalinity memberikan arti akan adanya kemungkinan penurunan

pH2) .

Lain halnya untuk batuan non karbonat seperti granit, untuk batuan asam

ini atau pasir kuarsa dimana perlarutan silica berlangsung lama, proses

pengasaman batuan akan lebih lama dibandingkan dengan pada batuan beku basa

dan ultrabasa.

Secara umum ada tiga hal yang memungkinkan terjadinya proses buffering :

a. Pelarutan Al(OH)3 atau AlOHSO4

Masuknya air asam ke dalam tanah bisa menyebabkan terjadinya

reaksi antara air tanah dengan Al(OH)3 atau dengan mineral lempung. Reaksi

ini akan menyebabkan terjadinya pelapukan dari mineral primer melalui reaksi

sebagai berikut :

Al(OH)3 Al3+ + 3OH-

Page 52: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

36

b. Pertukaran ion Al3+

Adanya kation Al3+ dari hasil pelarutan mineral lapukan

memungkinkan terjadinya interaksi antara Al3+ dengan kation - kation lain

yang umum berada dalam batuan misalnya saja Ca2+, Mg2+, Na+ dan K+.

Interaksi antar kation ini bisa berupa pertukaran kation dari kation yang lain

oleh Al3+. Umumnya Al3+ berinteraksi dan menukar posisi kation Ca2+

dengan reaksi :

⅓ Al3+ + ½ Ca-X2 ⅓ Al-X3 + ½ Ca2+

c. Pelapukan mineral-mineral silicate

Pelapukan mineral-mineral silicate akan menghasilkan mineral mineral

hidroksida yang bisa menjadi penyangga terjadinya pengasaman air tanah.

Reaksi yang terjadi dari pelarutan masing - masing mineral tersebut adalah :

2NaAlSi3O8(Albit)+2H++9H2O Al2Si2O5(OH)4(Kaolinite)+2Na++4H4SiO4

2KAlSi3O8(K-feldspar) + 2H+ + 9H2O Al2Si2O5(OH)4+2K++ 4H4SiO4

2CaAlSi3O8(Alnortit) + 2H+ + 9H2O Al2Si2O5(OH)4 + Ca2+

Seperti halnya pelarutan feldspar, pelarutan pyroxine dan biotite juga akan

menghasilkan mineral hidroksida dan melepaskan kation Mg2+, Ca2+ dan K+

dan (OH)-.

3.6.3.5.Pengendapan Mineral Sulfat Sekunder

Adanya kandungan kation-anion yang terus meningkat pada air tanah akan

memungkinkan terjadinya suatu reaksi yang menyebabkan terjadinya

pengendapan mineral sekunder. Anion sulfat yang terus meningkat kemungkinan

bisa bereaksi dengan kation yang dihasilkan oleh proses leaching batuan samping

oleh air dan menghasilkan suatu endapan mineral sekunder. Reaksi seperti inilah

yang akan menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi sulfat dan kation

terlarut dalam air.

Kandungan total logam bisa digunakan untuk membedakan proses

pengendapan mineral sekunder dengan proses non oksidasi. Misalnya saja pada

porses oksidasi mineral pyrite / calcopyrite. Untuk membedakan terjadinya proses

pengendapan mineral sekunder dengan proses non oksidasi mineral sulfida, bisa

dilihat dari kandungan nilai total Fe/Cu yang merupakan nilai Fe/Cu terlarut

Page 53: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

37

dengan Fe/Cu yang sudah mengalami presipitasi. Pada proses oksidasi, walaupun

nilai sulfat dan kation-anion mengalami penurunan, kandungan total Fe/Cu akan

mengalami kenaikan sebagai hasil leaching mineral pyrite dan calcopyrite.

Page 54: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

BAB IV

KARAKTERISTIK DAERAH EESS

4.1. Geologi Daerah Penelitian

4.1.1. Litologi Daerah Penelitian

Daerah penambangan IOZ dan DOZ memiliki dua kelompok besar litologi

yaitu kelompok batuan intrusi Ertsberg dan Skarn.

a. Batuan Intrusi Ertsberg

Komposisi mineral yang dominan terdapat pada batuan ini adalah

quartz monzodiorite sampai quartz monzonite. Sebagai fenokris pada batuan

sering ditemukan hornblende, biotite dan pyroxsen. Tekstur batuan berupa

equigranular sampai pada porphyritic.

Jenis alterasi yang sering ditemukan berupa alterasi propylitic kecuali

pada daerah rekahan atau sekitar kontak antara batuan beku dan skarn, sering

ditemukan hasil alterasi phyllic.

b. Skarn

Batuan skarn di IOZ dan DOZ bisa dibedakan menjadi lima macam

berdasarkan pada komposisi mineral dominannya. Lima macam skarn tersebut

adalah :

1. Fosterit-Diopside Skarn

Batuan jenis ini berwarna abu-abu kehijauan yang memiliki ukuran butir

halus kadang-kadang ditemukan forsterit masif yang berukuran lebih

kasar. Di lapangan batuan jenis ini ditemukan dengan arah perlapisan N

290o – 300o E dan kemiringan 60o – 65o. Dari komposisinya diperkirakan

batuan asalnya berupa quartz sandy-dolomite dengan sisipan silty

dolomite.

2. Forsterit-Diopside-Biotite Hornfels

Batuan berwarna coklat kehijauan dengan butir halus. Kandungan forsterit

dan diopsid dalam batuan ini sekitar 20-30 %. Dari komposisi batuan ini

38

Page 55: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

39

bisa diperkirakan bahwa batuan asalnya berupa calcareous siltstone. Di

lapangan batuan ini ditemukan dengan tebal sekitar 10 – 12 m.

3. Forsterit-Magnetite Skarn

Berwarna hitam kehijauan dengan ukuran butir sedang – kasar. Pada

batuan ini sering dijumpai serpentine dengan sedikit klorit yang

merupakan batuan ubahan dari forsterit. Dari ciri yang ada dimungkinkan

batuan tersebut berasal dari batupasir gampingan.

4. Magnetite-Forsterite Skarn

Batuan berwarna hijau berbutir sedang-kasar. Pada bagian atas sering

dijumpai nodul-nodul anhydrite sedimen. Kadang-kadang ditemukan

serpentin, talc, termolit-aktinolit dan klorit yang merupakan ubahan dari

forsterit. Batuan asal dari magnetite-forsterit skarn kemungkinan adalah

batupasir.

5. BAS-Calcite Breccia

Adalah singkatan dari Black Amorphous Silicate. Batuan banyak

ditemukan di sekitar hangingwall sesar dan diindikasikan sebagai sesar

gauge yang diikuti oleh larutan hydrothermal berwarna hitam dan berbutir

halus. Keberadaan calcite, garnat dan anhydrite dijumpai sebagai fragmen

sekitar 20-30 %.

4.1.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Struktur yang berkembang dan mempengaruhi penyebaran zone

mineralisasi di daerah IOZ dan DOZ adalah hangingwall, sesar dan kekar.

Hangingwall merupakan batas antara skarn dengan litologi marble yang tidak

mengalami proses mineralisasi.

Sesar primer yang ada di daerah IOZ / DOZ relatif memiliki arah ke Barat

Laut. Pada litologi skarn jarang sekali ditemukan zona sesar yang mempengaruhi

hidrogeologi daerah EESS.

Kebanyakan kekar ditemukan dalam tubuh diorite dan marble jarang

sekali ditemukan pada tubuh batuan skarn. Arah kekar yang ada memiliki tiga set

yang umum ditemukan yaitu N 40o E dengan sudut menunjam curam, N 110o E

dengan sudut curam dan N 90o E dengan sudut penunjaman yang relatif landai.

Page 56: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

40

4.2. Iklim, Curah Hujan dan Daerah Tangkapan Hujan EESS

Daerah penelitian yang terletak di bagian Selatan Papua beriklim tropis.

Hujan hampir terjadi setiap hari pada sepanjang tahun. Bulan Mei sampai Oktober

curah hujan relatif kecil jika dibandingkan dengan bulan November sampai April

di daerah Meren Valley, Yellow Valley dan Lower Subsidence (Tabel 4.1.).

Tablel 4.1. Curah Hujan Meren Valley,Yellow Valley dan Lower Subsidence

Maren Valley (mm/hr) Yellow Valley (mm/hr) Lower Subsidence (mm/hr) Tahun

CH Tinggi CH Rendah CH Tinggi CH Rendah CH Tinggi CH Rendah

1999 Mar = 14,32 Ags = 0 Apr = 15,31 Juli = 9,81 Jul = 18,87 Mei = 9,71

2000 Okt = 14,77 Jul = 7,52 Apr = 21,87 Sep = 6,39 Apr = 19,41 Jul = 9,42

2001 Des = 13,58 Jul = 0 Mar = 13,19 Ags = 0,4 Feb = 21,89 Jul-Okt = 0

2002 Mar = 15,77 Sep = 4 Mar = 13,94 Ags = 4,23 Mar = 21,71 Ags = 5,52

Dari beberapa stasiun curah hujan yang dimiliki oleh Hydrology-

Engineering Department (1998-2002) bisa diperkirakan bahwa rata-rata curah

hujan di sekitar lokasi penelitian adalah 9,58 mm/hari untuk daerah Meren Valley,

10,20 mm/hari untuk Yellow Valley dan 12,75 mm/hari untuk daerah Lower

Subsidence. Perubahan curah hujan di Meren Valley, Yellow Valley dan Lower

Subsidence dari tahun 1998 ke tahun 2002 bisa dilihat pada Gambar 4.1., Gambar

4.2. dan Gambar 4.3.

Penentuan besar daerah tangkapan hujan didasarkan pada batas zona

tersebut dan disesuaikan dengan keadaan topografi daerah penelitian. Dari

perhitungan berdasarkan program autocad, luas daerah tangkapan hujan adalah

1.573.403,38 m2 atau 1,57340338 km2.

Page 57: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

41

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Meren Valley

02468

1012141618

Okt

-98

Jan-

99

Apr

-99

Jul-9

9

Okt

-99

Jan-

00

Apr

-00

Jul-0

0

Okt

-00

Jan-

01

Apr

-01

Jul-0

1

Okt

-01

Jan-

02

Apr

-02

Jul-0

2

Okt

-02

Waktu

Cura

h H

ujan

(mm

/har

i)

Curah Hujan (mm/hari)

Gambar 4.1. Grafik Curah Hujan Daerah Meren Valley

Grafik Hujan Bulanan Daerah Yellow Valley

0

5

10

15

20

25

Okt

-98

Jan-

99

Apr-

99

Jul-9

9

Okt

-99

Jan-

00

Apr-

00

Jul-0

0

Okt

-00

Jan-

01

Apr-

01

Jul-0

1

Okt

-01

Jan-

02

Apr-

02

Jul-0

2

Okt

-02

Bulan

Cur

ah H

ujan

(mm

/har

i)

Data Curah Hujan BulananDaerah Yellow Valley

Gambar 4.2. Grafik Curah Hujan Daerah Yellow Valley

Page 58: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

42

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Lower Subsidence

0

5

10

15

20

25

Okt

-98

Jan-

99

Apr-

99

Jul-9

9

Okt

-99

Jan-

00

Apr-

00

Jul-0

0

Okt

-00

Jan-

01

Apr-

01

Jul-0

1

Okt

-01

Jan-

02

Apr-

02

Jul-0

2

Okt

-02

Bulan

Cur

ah H

ujan

(mm

/har

i)

Data Curah Hujan BulananDaerah Low er Subsidence

Gambar 4.3. Grafik Curah Hujan Daerah Lower Subsidence

4.3. Hidrogeologi Daerah EESS

Kompleksitas kondisi geologi daerah East Ertsberg dan sekitarnya,

terutama berkaitan dengan formasi gamping dan intrusi, mempengaruhi

hidrogeologi daerah East Ertsberg tersebut. Menurut para ahli geologi PTFI

terdapat 13 buah struktur geologi (gambar 4.4.) yang cukup signifikan yang

berpengaruh secara hidrogeologi. Struktur geologi tersebut adalah sesar : Barat-

Laut, Lembah Cartensz, Ertsberg (#1, #2, #3), danau Fairy, Grasberg, Idenberg

(#1 dan #2), Lembah Meren (#1 dan #2), Mill Wanagon dan New Zealand. Dari

ketiga belas struktur tersebut, sesar Idenberg (#1 dan #2) serta bagian Selatan

sesar lembah Cartensz diperkirakan lebih transmisif dibanding sesar-sesar lainnya

termasuk struktur utama yang ada di daerah penelitian yaitu sesar Ertsberg #1, #2,

dan #3. Disamping struktur-struktur utama di atas juga terdapat struktur-struktur

geologi atau sesar minor yang berpengaruh secara hidrogeologi terutama di

daerah EESS yaitu adanya fracture diorite (sebelah Selatan EESS), West

Boundary Fault (sebelah Barat EESS), East Boundary Fault (sebelah Timur

EESS).

Page 59: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

43

Sistem aliran air tanah dikontrol oleh patahan-patahan utama dan sesar-

sesar minor yang berada di daerah East Erstberg. Aliran air tanah tersebut dapat

masuk ke tambang bawah tanah IOZ - DOZ dengan jalan :

1. Infiltrasi dari presipitasi langsung melalui cave material.

Pada daerah ini air mengalir dari permukaan zona subsidence ke tambang

bawah tanah melalui material caving. Material caving sangat mudah dilalui

oleh air. Disebabkan material penyusun pada zona ini merupakan material

yang tidak solid atau tidak termampatkan dengan baik. Hal ini sesuai dengan

metode tambang bawah tanah block caving yang diterapkan pada daerah ini

merupakan daerah yang akan mengalami ambrukan atau runtuhan.

2. Adanya permeabilitas sepanjang zona kontak diorite/skarn/marble. Zona ini

merupakan daerah aliran air tanah dan air tanah masuk melalui struktur yang

ada di Timur dan Barat daerah tambang bawah tanah. Di sebelah Timur DOZ

pada 3.050 L terdapat East Bounding Fault yang merupakan bagian dari

Ertsberg intrusive, dimana East Bounding Fault mempunyai potensi recharge

dari Upper Tsinga Basin yang besar.

3. Spillover yang memotong crackline atau caveline dari formasi Lower Kais.

Aliran air dari Yellow Valley terinfiltrasi ke bawah permukaan masuk ke

formasi Kais melalui joints, fractures dan bidang bedding dan memotong

crackline atau caveline kemudian masuk ke tambang bawah tanah. Aliran air

tanah sedikit yang masuk ke bawah formasi Lower Kais dikarenakan ada Sirga

sandstone yang bertindak sebagai aquitard dan mempunyai konduktifitas

hidrolika yang rendah.

Page 60: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

44

Page 61: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

BAB V

SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BAWAH TANAH DAN

HASIL KIMIA AIR TANAH DI IOZ DAN DOZ

5.1. Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ

Keberhasilan dari suatu sistem penyaliran pada suatu tambang bawah

tanah adalah dengan melihat berhasil atau tidaknya sistem tersebut untuk

mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke dalam daerah

penambangan. Selain itu juga perlu diperhatikan berapa besar penyimpanan air

sebagai air tanah pada suatu aquifer (dapat dihitung berdasarkan water balance)

dan penurunan muka air tanah sehingga kegiatan operasional penambangan tidak

terganggu.

Adanya kendala dalam penambangan bawah tanah yaitu timbulnya aliran

lumpur basah, adalah alasan untuk dilaksanakan sistem penyaliran pada daerah

IOZ dan DOZ. Faktor utama yang mempercepat terbentuknya lumpur basah

adalah adanya air hujan dan air tanah yang bercampur dengan sedimen

kebanyakan dengan BAS-calcite breccia, garnet-calcite skarn, atau dari batuan

lain yang berasal dari tambang lama yang ada di sekitar lokasi penambangan IOZ

/ DOZ. Dalam pembentukan lumpur basah, air tanah memiliki kandungan sekitar

30% yang bercampur dengan air formasi yang mengalir melalui pori-pori atau

melalui bidang rekahan5) .

Sumber air yang masuk ke dalam lokasi tambang bisa dibedakan menjadi

dua, yaitu air hujan (run-off) yang mengalir langsung masuk ke daerah subsidence

di sekitar IOZ / DOZ. Sumber air yang lain adalah air formasi air tanah yang

masuk melalui pori-pori dan zona lemah.

Sistem penyaliran ini merupakan sistem yang bertujuan untuk mencegah

masuknya air ke dalam block cave. Dengan pertimbangan besarnya potensi air di

daerah IOZ / DOZ, sistem penyaliran ini sudah dimulai sekitar pertengahan tahun

1994 pada beberapa stasiun pengeboran.

45

Page 62: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

46

Sistem penyaliran yang digunakan pada tambang dalam IOZ dan DOZ

adalah sistem Dewatering Drill. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat

yang rendah. Selama air tersebut mengalir secara tidak langsung akan meresap ke

dalam melalui pori-pori tanah, struktur geologi (patahan, sesar, kekar, dll).

Semakin besar daya serap tanah (permeabilitas) maka semakin banyak air yang

akan meresap dan tertampung ke dalam tanah. Bila tidak segera ditangani maka

air akan menggenangi daerah tambang sehingga kegiatan operasional tambang

akan terganggu. Sebelum air tanah tersebut sampai ke lokasi tambang maka

dilakukan sistem penyaliran dewatering drill. Tim geologi akan mensurvey

dimana letak kandungan air tanah yang berpotensi besar menjadi sumber air di

dalam tambang. Setelah diketahui posisi air maka dilakukan pemboran dengan

tujuan mengeluarkan air tanah tersebut. Bila aliran air yang keluar besar maka

dipasang pipa-pipa pengontrol untuk mengalirkan air tanah. Air akan mengalir

pada elevasi yang menurun melalui drainway dengan memanfaatkan gravitasi

5.2. Kualitas Air Permukaan Daerah EESS

Analisa kualitas air permukaan dilakukan untuk bisa menganalisa

kereaktifan batuan yang dilewatinya. Kualitas air permukaan yang dijadikan

acuan dalam penelitian ini adalah kualitas air dari daerah danau Meren yang

berada relatif sebelah Utara daerah penelitian, aliran sungai Tsinga yang

merupakan daerah bagian Selatan dari lokasi penelitian serta daerah Carstenzt

yang merupakan daerah dumping dari kegiatan tambang Grasberg. Data kualitas

air permukaan daerah Meren Lake, sungai Tsinga dan daerah Carstenz masing-

masing dapat dilihat pada Tabel 5.1., Tabel 5.2. dan Tabel 5.3.

Parameter kimia air permukaan yang dianalisa dalam analisa laboratorium

ini disamakan dengan parameter yang dianalisa dalam penganalisaan kualitas air

tanah. Dari hasil analisa laboratorium ini bisa dilihat ada tidaknya pengaruh

litologi yang tersingkap di permukaan terhadap perubahan kimia air permukaan

yang melewatinya. Analisa ini diambil dengan pertimbangan tidak adanya limbah

industri, terutama limbah logam, yang mengalir ke dalam aliran sungai atau danau

tersebut.

Page 63: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

47

Tabel 5.1. Kimia Air Permukaan Daerah Meren Lake

Tanggal

Parameter 21 Oktober 2002

Lab pH 8,4

Lab EC 150

TSS 1

TDS 73

Total Alkalinity as CaCO3 73

Bromide 0,1

Chloride 0,1

Carbonate 36

Sulfate 1,6

Nitrate 0,05

Diss. Calcium 24,6

Diss. Copper 0,001

Diss. Iron 0,004

Diss. Potassium 0,06

Diss. Magnesium 3,7

Diss. Manganese 0,001

Diss. Sodium 0,03

Diss. Nickel 0,001

Diss. Zinc 0,003

Total Calcium 26,5

Total Copper 0,006

Total Iron 0,04

Total Potassium 0,11

Total Magnesium 4,04

Total Manganese 0,001

Total Sodium 0,22

Total Nickel 0,001

Total Zinc 0,009

Kandungan unsur/senyawa dalam mg/L

Page 64: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

48

Tabel 5.2. Kimia Air Permukaan Daerah Aliran Sungai Tsinga

Tanggal Parameter

5 Juli 2000 17 Oktober 2002

Lab Ph 8,33 8,2

Lab EC 203 140

TSS 1 1

TDS 110 76

Total Alkalinity as CaCO3 120 75

Bromide 0,1 0,1

Chloride 0,1 0,1

Carbonate 55 38

Sulfate 1,9 1

Nitrate 0,07 0,05

Diss. Calcium 32,5 20,1

Diss. Copper 0,001 0,001

Diss. Iron 0,041 0,056

Diss. Potassium 0,127 0,08

Diss. Magnesium 8,87 5,25

Diss. Manganese 0,001 0,001

Diss. Sodium 0,51 0,56

Diss. Nickel 0,01 0,001

Diss. Zinc 0,02 0,001

Total Arsenic - 0,008

Total Calcium 35,8 21,8

Total Copper 0,08 0,009

Total Iron 0,12 0,132

Total Potassium 0,11 0,15

Total Magnesium 9,88 5,72

Total Manganese 0,003 0,003

Total Sodium 0,611 2,03

Total Nickel 0,001 0,001

Total Zinc 0,02 0,005

Kandungan unsur/senyawa dalam mg/L

Page 65: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

49

Tabel 5.3. Kimia Air Permukaan Daerah Carstenz

Tanggal

Parameter 17 Oktober 2002

PH 6,6

Alkalinity 71

Alumunium 3,7

Calcium 173

Chloride 0,1

Copper 0,5

Iron 4,4

Magnesium 39

Manganese 0,9

Potassium 2,9

Sodium 4,7

Sulfate 349

Zinc 0,4

Kandungan unsur/senyawa dalam mg/L

5.3. Geokimia Batuan Daerah IOZ dan DOZ

5.3.1. Geokimia Batuan Diorite

Diorite yang merupakan batuan beku intermediate mengandung banyak

mineral silicate. Pelapukan batuan akan menyebabkan terurainya mineral silicate

menjadi kation dan anion silika, yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses

pengasaman pada air tanah.

Selama terjadinya pelapukan batuan juga akan menyebabkan terbentuknya

mineral-mineral baru atau mineral sekunder seperti mineral lempung dan Fe-

oxides. Semua reaksi mineral silicate hasil pelapukan akan mengkonsumsi

mineral-mineral pembawa asam atau akan menjadi penghambat dalam

pengasaman air tanah. Proses penghambatan atau penyanggaan pengasaman ini

Page 66: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

50

terjadi karena adanya anion bikarbonat yang akan terbentuk selama pelapukan

mineral silicate atau karena pengkonsumsian proton pembawa asam (H+).

Kehadiran mineral lempung, misalnya saja montmorilonite dan kaolinite,

juga bisa menjadi penciri terjadinya pelapukan mineral - mineral silicate. Pada

proses pelapukan albite akan menghasilkan kaolinite atau pada keadaan lain

pelapukan albite akan menghasilkan gibbsite.

2NaAlSi3O8(albite) + 2H+ + 9H2O Al2Si2O5(OH)4(kaolinite) + 2 Na+ + 4H4SiO4

2NaAlSi3O8(albite) + H+ + 7H2O Al(OH)3(gibbsite) + Na+ + 3H4SiO4

CO2 + H2O H+ + HCO3-

Contoh reaksi yang lain yang mungkin terjadi pada aquifer lapukan diorite adalah:

2KAlSi3O 8 + 2H+ + 9H2O Al2Si2O5(OH)4 + 2K+ + 4H4SiO4

CaAl2Si2O8 + 2H+ + H2O Al2Si2O5(OH)4 + Ca2+

[CaMg7Al3Si1.7]O6 +3.4H+ +1.1H2O 3Al2Si2O5(OH)4 + Ca2+ +7Mg2+ +1.1H4SiO4

2K[Mg2Fe][AlSi3]O10(OH)2 + 10H+ + 5O2 + 7H2O

Al2Si2O5(OH)4 + 2K+ + 4Mg2+ + Fe(OH)3 + 4H4SiO4

Dari reaksi tersebut bisa dilihat bahwa perubahan dari albite menjadi

mineral lempung (kaolinit dan gibbsite) akan mengkonsumsi proton pembawa

asam (H+). Reaksi sebelumnya yang merupakan pensuplai proton (H+) terjadi

akibat pereaksian antara CO2 dan H2O dan akan menghasilkan anion bikarbonat.

Reaksi-reaksi seperti inilah yang bisa menyebabkan terjadinya proses

penyanggaan pada reaksi pengasaman air tanah. Fe-oxida akan terbentuk sebagai

hasil dari penguraian ion Fe yang berada pada mineral silicate.

Pelapukan pada plagioklas akan menyebabkan terjadinya penambahan

Ca2+, walaupun pada pelapukan mineral lain seperti amphiboles dan pyroxen akan

mengakibatkan penambahan Ca2+. Kenaikan konsentrasi kation ini akan diikuti

oleh kenaikan nilai bikarbonat terlarut atau bahkan pada keadaan dimana

konsentrasi kation dan anionnya memiliki nilai melebihi nilai setimbang,

pengendapan karbonat akan terjadi sebagai hasil dari proses pelapukan mineral-

mineral silicate dan biasanya akan dicirikan dengan kehadiran dolomite.

Page 67: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

51

Kenaikan yang rendah dari nilai total konsentrasi mineral terlarut

mengindikasikan kecilnya tingkat pelapukan mineral-mineral silicate yang terlarut

atau adanya bidang-bidang lemah yang menyebabkan cepatnya aliran air dan

berkurangnya waktu kontak antara air dan batuan. Besar kecilnya bidang kontak

air dan batuan akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat pelapukan

batuan.

Umumnya kontak air tanah dengan diorite akan menyebabkan pelapukan

dan terurainya mineral-mineral silicate. Penguraian mineral-mineral silicate inilah

yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kenaikan konsentrasi kation

terlarut dan nilai alkalinity. Dalam hubungannya dengan tingkat keasaman, kontak

antara air tanah dengan diorite tidak memiliki potensi untuk mengasamkan air

tanah, sebaliknya pereaksian antara air tanah dengan mineral silicate pada diorite

akan menyebabkan terjadinya reaksi buffer atau reaksi penyanggaan terhadap

proses pengasaman air tanah.

Penyebaran batuan diorite pada daerah penelitian tidak begitu melimpah.

Hanya sebagian dari bagian Barat-Daya daerah penelitian dipengaruhi oleh reaksi

pelapukan diorite dan mineralisasi dari daerah kontak diorite dengan skarn.

5.3.2. Geokimia Batuan Karbonat

Satu hal yang menyebabkan pentingnya analisa geokimia batuan karbonat

dalam penganalisaan kualitas air tanah adalah mudahnya batuan karbonat bereaksi

dengan air. Hasil pelarutan batuan karbonat tentunya akan menyebabkan

perubahan kualitas kimia air tanah. Mineral utama yang umumnya ditemukan

pada batuan karbonat adalah Ca-karbonat dan Mg-karbonat yang berasal dari

limestone dan dolomite.

Reaksi yang mungkin terjadi antara batuan karbonat dengan air adalah :

2CO2 + 2H2O + CaMg(CO3)2 Ca2+ + Mg2+ + 4HCO3-

atau :

CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2HCO3-

Dari reaksi tersebut bisa dipastikan bahwa penguraian mineral karbonat

menjadi kation dan anion akan menghasilkan nilai alkalinity (HCO3-) yang

semakin meningkat. Nilai alkalinity inilah yang nantinya akan digunakan untuk

Page 68: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

52

membedakan terjadinya penurunan kation karena pengendapan mineral sekunder

sulfatik dengan penurunan nilai kation yang disebabkan karena tidak adanya

pelarutan mineral karbonat.

Seluruh lubang bor yang mengarah ke Timur-Laut dipengaruhi oleh

aktifitas pelapukan batuan karbonat baik itu dolomite, limestone maupun batupasir

karbonatan.

5.4. Metode Analisa Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ

Analisa kimia air tanah di daerah IOZ dan DOZ menggunakan metode

Schoeller. Diagram semilogarithmic yang dikembangkan oleh Schoeller secara

luas dipekerjakan untuk membandingkan analisa kimia air tanah. Di dalam

diagram ini, konsentrasi ion dinyatakan dalam milliequivalents per liter, diplotkan

pada skala logaritma yang dihubungkan oleh garis lurus. Grafik jenis ini tidak

hanya menunjukkan nilai mutlak dari setiap ion tetapi juga perbedaan konsentrasi

antar berbagai analisa air tanah. Didalam skala logaritma, jika terdapat satu atau

lebih garis lurus menyatu/ bersinggungan pada konsentrasi tertentu maka dapat

diprediksi mempunyai kesamaan kimia air.

5.5. Pelaksanaan Pengambilan Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ

Pelaksanaan pengambilan air tanah di daerah IOZ dan DOZ berdasarkan

pada 15 lubang bor yaitu : WD-04, WD-05, WDN-04, WDN-06, WDN-08,

CNIU-05, DRD02-01, DRD02-04, DOW09-03, DOW09-04, DOW23-02,

DOW23-03, DOW24-01, DOW24-02 dan DOW24-04, yang memiliki tingkat

keseimbangan kation-anion minimal 90 %.

5.6. Hasil Penelitian Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ

Hasil penelitian kimia air tanah yang dilakukan di daerah penelitian IOZ

dan DOZ berdasarkan pada hasil penelitian kimia air tanah yang dilakukan di

laboratorium (Timika Enviromental Laboratorium dan Succofindo Laboratorium).

Page 69: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

53

Pengambilan sampel dilakukan dua kali dalam satu tahun (bulan Januari / Februari

dan Juli / Agustus).

Untuk penelitian ini digunakan data-data dari hasil analisa kimia air tanah

pada bulan Juli 2000 dan Agustus 2002. Parameter-parameter yang dianalisa di

laboratorium meliputi : pH, Electric Conductivity, Alcalinity, TDS, TSS, Bromide,

Chloride, Carbonate, Sulfate, Nitrate, Jumlah Kation-Anion Terlarut (Dissolve)

dan Total Kation-Anion (lampiran G).

5.6.1. pH Air Tanah

Dua data yang dianalisa di laboratorium, berturut turut menunjukan

adanya penurunan dan kenaikan nilai pH. Data tahun 2000 menunjukan bahwa pH

air bersifat basa semua. Lubang bor yang menghasilkan air dengan pH terbesar

adalah DOW23-02 dengan nilai pH mencapai 8,13 dan lubang bor yang

menghasilkan air dengan pH terkecil adalah WD-04 dengan nilai pH 7,02. Data

tahun 2002 masih menunjukan pH air bersifat basa semua. Lubang bor yang

menghasilkan air dengan pH terbesar adalah WDN-04 dengan nilai pH mencapai

8,1 dan pH air basa terkecil terdapat pada lubang bor DOW-24-02 dan WD-04

dengan nilai pH 7,3.

Grafik Perubahan pH

6,46,66,8

77,27,47,67,8

88,28,4

2000 2002

Waktu

pH

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.1. Grafik Perubahan pH

Page 70: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

54

5.6.2. Electric Conductivity

Electric Conductivity adalah nilai yang menyatakan kemampuan air untuk

menghantarkan arus listrik. Kemampuan menghantarkan arus listrik ini akan

meningkat jika pada air tersebut terdapat banyak sekali kation-anion lepas yang

terlarut.

Dari lokasi penelitian nilai Electric Conductivity (EC) menunjukan adanya

selisih nilai yang sangat besar jika dibandingkan antara nilai minimal dan nilai

maksimalnya. Tahun 2000, nilai terkecil untuk EC didapat dari WDN-04 dengan

nilai 230 µs/cm. Lubang bor WD-05 menunjukan nilai yang besar yaitu 1.535

µs/cm. Data tahun 2002 menunjukan kondisi yang sama dengan tahun 2000

dimana selisih antara nilai terkecil dan terbesar sangat besar. Nilai EC paling kecil

didapat dari lubang bor WDN-04 dengan nilai 240 µs/cm, sedangkan nilai EC

terbesar didapat dari sampel DOW23-03 dengan nilai 1.900 µs/cm.

Perubahan EC

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

2000 2002

Waktu

EC(u

S)

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.2. Grafik Perubahan EC

5.6.3. Kandungan Sulfat (SO42-)

Kandungan anion sulfat yang akan digunakan untuk menganalisa ada

tidaknya pengaruh oksidasi mineral sulfida menunjukan perubahan nilai dari

tahun 2000 ke tahun 2002. Nilai kandungan anion sulfat yang lebih besar

kemungkinan akan terpengaruh oleh proses oksidasi mineral sulfida atau pelarutan

Page 71: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

55

mineral sulfatik. Sebagian conto air yang didapat dari daerah penelitian

menunjukan adanya penurunan nilai walaupun pada lubang bor yang lain nilai

kandungan anion sulfat terlihat mengalami kenaikan dari tahun 2000 ke tahun

2002. Tahun 2000 nilai kandungan anion sulfat terbesar didapat dari lubang bor

WD-05 dengan nilai sebesar 926 mg/L sedangkan nilai kandungan anion sulfat

yang terkecil didapat dari lubang bor WDN-04 dengan nilai 25 mg/L. Tahun 2002

nilai kandungan anion sulfat paling besar didapat dari lubang bor WD-05 dengan

nilai kandungan sebesar 1.019 mg/L sedangkan nilai paling kecil didapat dari

lubang bor WDN-04 dengan nilai kandungan sebesar 29 mg/L.

Perubahan Sulfat

0

200

400

600

800

1000

1200

2000 2002

Waktu

Sul

fat (

mg/

L)

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.3. Grafik Perubahan Kandungan Sulfat

5.6.4. Kandungan Kalsium (Ca2+)

Kandungan kation kalsium dianalisa dengan tujuan untuk melihat berapa

besar tingkat pelapukan yang terjadi pada batuan yang mengandung kalsium.

Kandungan kation Ca2+ ini bisa terdapat di semua litologi yang ada pada daerah

penelitian, baik itu batuan diorite yang mengandung plagioklas sebagai penyuplai

kation Ca2+ ataupun batuan karbonat yang banyak mengandung kation Ca2+.

Sebagian conto air yang didapat dari daerah penelitian menunjukan adanya

kenaikan nilai walaupun pada lubang bor yang lain nilai kandungan kation

kalsium terlihat mengalami penurunan dari tahun 2000 ke tahun 2002. Tahun

Page 72: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

56

2000 nilai kandungan kation kalsium terbesar didapat dari lubang bor WD-05

dengan nilai sebesar 318 mg/L sedangkan nilai kandungan kation kalsium yang

terkecil didapat dari lubang bor DOW09-04 dengan nilai 43,8 mg/L. Tahun 2002

nilai kandungan kation kalsium paling besar didapat dari lubang bor WD-05

dengan nilai kandungan sebesar 406 mg/L sedangkan nilai paling kecil didapat

dari lubang bor DOW24-02 dengan nilai kandungan sebesar 41,4 mg/L.

Perubahan Ca

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

2000 2002

Waktu

Ca

(mg/

L)

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.4. Grafik Perubahan Kandungan Ca

5.6.5. Alkalinity (CO32-)

Nilai kandungan anion alkaninity yang menunjukan tingkat kereaktifan

batuan menunjukan adanya perubahan dari tahun 2000 ke tahun 2002. Nilai

kandungan anion alkalinity terkecil yang teranalisa pada tahun 2000 sebesar 17

mg/L didapat dari lubang bor WD-04 sedangkan untuk nilai kandungan anion

alkalinity yang paling besar didapat dari lubang bor DOW24-01 dengan nilai 133

mg/L. Tahun 2002 nilai kandungan anion alkalinity terbesar didapat dari lubang

bor DOW24-01 dengan nilai 142 mg/L sedangkan nilai yang terkecil didapat dari

lubang bor WD-05 dengan nilai 14 mg/L.

5.6.6. Kandungan Tembaga (Cu2+)

Nilai kandungan kation Cu2+ yang teranalisa pada tahun 2000 menunjukan

hampir semua lokasi mempunyai nilai kandungan kation Cu2+ kurang dari

Page 73: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

57

0,01mg/L kecuali lubang bor DOW09-03= 0,01 mg/L, DOW23-03 = 0,011 mg/L

dan DOW24-01 = 0,013 mg/L. Pada tahun 2002 lubang bor yang memiliki nilai

kandungan kation tembaga diatas ambang batas analisa laboratorium adalah

lubang bor DRD02-04 dengan nilai kandungan sebesar 0,587 mg/L. Sebagian

conto air yang diambil dari lokasi penelitian mempunyai nilai kandungan kation

tembaga kurang dari 0,01 mg/L.

Perubahan Alkalinity

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2000 2002

Waktu

Alk

alin

ity (m

g/L)

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.5. Grafik Perubahan Kandungan Alkalinity

Perubahan Cu

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

2000 2002

Waktu

Cu

(mg/

L)

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.6. Grafik Perubahan Kandungan Cu

Page 74: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

58

5.6.7. Kandungan Besi (Fe2+)

Pada lokasi-lokasi tertentu nilai kandungan kation besi tidak bisa dianalisa

laboratorium dikarenakan nilai kandungannya kurang dari 0,001 mg/L. Nilai

kandungan kation besi terbesar pada tahun 2000 didapat dari lubang bor DOW24-

01 dengan nilai kandungan sebesar 0,292 mg/L. Tahun 2002 nilai kandungan

kation besi terbesar terdapat pada conto air yang didapat dari lubang bor DOW24-

01 dengan nilai kandungan sebesar 0,957 mg/L. Sebagian dari lubang bor

mempunyai kandungan besi dibawah ambang kemampuan laboratorium (< 0,001

mg/L).

Perubahan Fe

0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

1,200

2000 2002

Waktu

Fe (m

g/L)

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.7. Grafik Perubahan Kandungan Fe

5.6.8. Kandungan Potassium (K+)

Hasil pengamatan di lapangan menunjukan adanya perubahan nilai

kandungan kation K+ dari tahun 2000 ke tahun 2002. Nilai kandungan kation K+

terbesar pada tahun 2000 didapat dari conto air dari lubang bor WD-05 dengan

nilai kandungan sebesar 3,72 mg/L sedangkan nilai paling kecil didapat dari

lubang bor WDN-04 dengan nilai 0,125 mg/L. Pada tahun 2002 nilai kandungan

Page 75: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

59

kation potassium terbesar terdapat pada lubang bor DOW23-02 dengan nilai 6,34

mg/L sedangkan nilai terkecil terdapat pada lubang bor WD-04 dengan nilai

0,089 mg/L.

Perubahan Potasium

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2000 2002

Waktu

Pota

sium

(mg/

L)

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.8. Grafik Perubahan Kandungan Potasium

5.6.9. Kandungan Magnesium (Mg+)

Nilai kandungan kation Mg+ terlarut yang didapat dari analisa sampel

tahun 2000 menunjukan angka yang paling tinggi sebesar 66,7 mg/L didapat dari

lubang bor DOW23-02 sedangkan nilai kandungan paling rendah didapat dari

lubang bor WDN-04 sebesar 2,27 mg/L. Tahun 2002 nilai kandungan kation Mg+

terbesar didapat dengan nilai 92,9 mg/L yang berasal dari conto air DOW24-01

dan nilai kandungan paling rendah sebesar 2,42 mg/L yang berasal dari lubang bor

WDN-04.

5.6.10.Kandungan Sodium (Na+)

Dari data laboratorium diketahui bahwa tahun 2000 nilai kandungan kation

Na+ terbesar didapat dari conto air dari lubang bor DOW23-02 dengan kandungan

sebesar 5,81 mg/L sedangkan nilai kandungan kation Na+ terendah didapat dari

lubang bor DOW-09-04 dengan nilai 0,406 mg/L. Tahun 2002 nilai kandungan

kation Na+ terbesar didapat dari lubang bor WD-05 dengan nilai kandungan kation

Page 76: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

60

Na+ terlarut sebesar 5,68 mg/L dan nilai kandungan kation Na+ terkecil didapat

dari lubang bor DOW-09-03 dengan nilai 0,43 mg/L.

Perubahan Mg

0,010,020,030,040,050,060,070,080,090,0

100,0

2000 2002

Waktu

Mg

(mg/

L)

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.9. Grafik Perubahan Kandungan Mg

Perubahan Sodium

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

2000 2002

Waktu

Sod

ium

(mg/

L)

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar 5.10. Grafik Perubahan Kandungan Sodium

Page 77: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Water Balance dan Fluktuasi Muka Air Tanah

6.1.1. Water Balance

Untuk menghitung inflow area EESS diperhitungkan pula kondisi batuan

yang ada serta kemampuan resap dari material. Sehingga digunakan faktor

pengisian atau recharge sebesar 0,94) . Presipitasi selama bulan Desember 2002 di

daerah Meren Valley sebesar 10,67 mm/hari, presipitasi di daerah Yellow Valley

sebesar 10,77 mm/hari dan presipitasi di daerah Lower Subsidence sebesar 11,18

mm/hari (lampiran A). Luas daerah tangkapan hujan daerah penelitian disesuaikan

dengan keadaan topografi. Dari perhitungan berdasarkan program autocad, luas

daerah tangkapan hujan adalah 1.573.403,38 m2.

Perhitungan inflow di daerah EESS pada bulan Desember 2002 :

R = f . P . A

R = 0,9 x (0,01067 + 0,01077 + 0,01118) x 1.573.403,3

= 0,9 x 0,03262 x 1.573.403,3

= 46.191,974 m3/hari

= 8.474,970 gpm (1 gallon = 3,785 ltr)

Untuk menghitung total aliran outflow di EESS maka harus menghitung

aliran air yang keluar pada tiap-tiap stasiun dewatering di GBT, IOZ dan DOZ.

Stasiun-stasiun dewatering yang berhubungan dengan aliran air di EESS adalah

sebagai berikut :

a. Portal 3600L.

b. G9, WVD, YVAL, Stn 41, HWI & P10, G2 (IOZ-3388 L), V/R#4 (3100 L),

V/R#3 (3100 L), DE dari GBT II.

c. Total GBT DH = WVD + DE dari GBT II.

d. Total GBT DWB = G9 + YVAL.

e. Portal 3530 L.

f. 3450 L.

61

Page 78: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

62

g. DD4, DWTR, NWC, NVD, WDN, CNIU, WD, SWC, TE, RB37, IA, IZFA-

46, X/C10, SC, DE dari IOZ & 3540 L, DRD.

h. Total IOZ DWB = DD4 – DRD.

i. Stn 110, DZ-Ramp A.

j. FAS (calculated and measured).

k. Red Path Hole (calculated and measured).

Red Path Hole (calculated) = Stn 41 + CNIU + SWC + TE1 + IZFA 46.

l. DZRA 32, DZVR 32, DOW-07, DOW-09, M-15, M-16, M-17, M-18, DOW-

19, DOW-20, DOW-21, DOW-22 + seep, DOW-23, DOW-24, DOW-25,

DOW-26, DOW-27.

m. Total DOZ DWB = DOW-07 + DOW-09 + M-15 + M-16 + M-17 + M-18 +

DOW-19 + DOW-20 + DOW-21 + DOW-22 & seep + DOW-23 + DOW-24 +

DOW-25 + DOW-26 + DOW-27.

n. DOZ X/C 14 of 2910 L Drift, DOZ 3050 L Drift, DOZ Bellow DOW19, DOZ

Bellow DOW 20.

o. M15-M18 (pumped to dam 20) = M-15 + M-16 + M-17 + M-18.

p. DOZ to MLA (DOW-07 dan DOW-09) = DOW-07 + DOW-09.

q. DOZ to MLA (Bellow DOW-19&DOW-07,09&M-15, M-18) =

DOZ Bellow DOW-19 + (M-15 + M-16 + M-17 + M-18).

r. DZTH-37-01, DZTH-37-02.

s. DOZ Pipe(measured) dan DOZ Pipe(calculated).

DOZ Pipe (calculated) = Total DOZ DWB – DOZ Bellow DOW-19

– (M-15 + M-16 + M-17 + M-18).

t. MLA Portal.

u. MLA Mill.

v. DZ-01.

w. EESS Total (Portal) = Portal 3600 L + Portal 3530 L + MLA

Portal + DOZ Pipe (measured).

x. EESS DWB Total = Total GBT DWB + 3450 L + Total DOZ

DWB + Total IOZ DWB.

y. EESS DWB Total +VR3-4 = EESS DWB Total + V/R#4 + V/R#3.

Page 79: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

63

z. ∆ EESS Total - (DW Hole & Raise) =

EESS Total (portal) – (EESS DWB Total + VR#4+V/R#3).

Sampai dengan bulan Desember 2002 outflow pada EESS sebesar 5.450

gpm (Lampiran B.1.). Sehingga nilai perubahan pada permukaan air tanah (S)

pada bulan Desember 2002 adalah :

I = O ± S

S = I - O

= 8.474,970 - 5.450

= 3.024,970 gpm

Selama tahun 2002 total inflow adalah 94.294,43 gpm dan total outflow

adalah 78.577 gpm, sehingga terdapat penyimpanan air tanah (S) sebesar

15.717,43 gpm (lampiran B.4.).

Air yang tersimpan akan bergerak ke dalam tanah yang terdapat di dalam

ruang-ruang antara butir-butir tanah dan di dalam retakan-retakan dari batuan. Jika

permukaan air tanah mempunyai gradien, maka air tanah akan bergerak ke arah

gradien tersebut. Gradien ini disebut gradien hidrolika. Untuk mengetahui arah /

pola pergerakan air tersebut dapat ditentukan dengan hasil analisa kimia air tanah.

6.1.2. Fluktuasi Air Tanah

Untuk memantau tinggi air tanah pada daerah EESS dipasang beberapa

piezometer. Untuk mengetahui water level pada masing-masing piezometer dapat

dilihat pada lampiran C.1., C.2. dan C.3. Beberapa stasiun piezometer yang

berhubungan dengan daerah EESS antara lain :

a. Daerah Utara EESS

Sebelah Utara daerah EESS sampai saat ini terpasang empat buah

piezometer yaitu G9-10, G9-11, DRD03-08 dan DRD03-09.

Piezometer G9-10 dimulai pada bulan Oktober 2001 dengan water

level awal 3.430,03 m dpl. Sampai dengan bulan November 2002 water level

menunjukan kedalaman 3.386,63 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air

tanah sebesar 43,40 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami

penurunan rata-rata sebesar 3,95 m.

Page 80: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

64

Piezometer G9-11 dimulai pada bulan Oktober 2001 dengan water

level awal 3.610,81 m dpl. Sampai dengan bulan November 2002 water level

menunjukan kedalaman 3.588,60 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air

tanah sebesar 22,22 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami

penurunan rata-rata sebesar 2,02 m.

Piezometer DRD03-08 dimulai pada bulan Oktober 2002 dengan water

level awal 3.338,23 m dpl. Sampai dengan bulan November 2002 water level

menunjukan kedalaman 3.205,60 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air

tanah sebesar 132,63 m. Piezometer DRD03-09 juga dimulai pada bulan

Oktober 2002 dengan water level awal 3.227,66 m dpl dan sampai pada bulan

Desember 2002 belum ada pemeriksaan lagi terhadap stasiun ini.

Berdasarkan data piezometer di atas maka sistem penyaliran di bagian

Utara tambang sudah baik karena sudah berhasil menurunkan muka air tanah.

b. Daerah Barat EESS

Sebelah Barat daerah EESS sampai saat ini terpasang tiga buah

piezometer yaitu TEW05-05, VZW-31 dan VZW-74.

Piezometer TEW05-05 dimulai pada bulan Oktober 2002 dengan

water level awal 3.538 m dpl. Sampai dengan bulan November 2002 water

level menunjukan kedalaman 3.483,03m dpl. Sehingga total terjadi penurunan

air tanah sebesar 54,97 m.

Piezometer VZW-31 dimulai pada bulan April 2000 dengan water

level awal 3.635,44 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level

menunjukan kedalaman 3.582,55 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air

tanah sebesar 52,89 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami

penurunan rata-rata sebesar 1,60 m.

Piezometer VZW-74 dimulai pada bulan Agustus 2002 dengan water

level awal 3.528,73 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level

menunjukan kedalaman 3.539,47 m dpl. Sehingga total terjadi kenaikan air

tanah sebesar 10,74 m.

Page 81: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

65

Page 82: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

66

Berdasarkan data piezometer di atas maka sistem penyaliran di bagian

Timur tambang sudah baik kecuali untuk daerah di VZW-74 perlu dilakukan

sistem penyaliran lagi karena terjadi kenaikan air tanah.

Untuk dapat menurunkan muka air tanah pada VZW-74 maka perlu

dilakukan pemboran pada formasi kais sesuai dengan litologi pada piezometer

VZW-74. Koordinat VZW-74 adalah Easting : 736.381,75, Northing :

9.549.126,187 dengan Elevation : 3.840,913. Stasiun lubang bor yang

berhubungan dengan VZW-74 adalah stasiun WVD. Pada stasiun WVD ini

sudah terdapat 13 lubang bor dimana 5 lubang bor (WVD-02, WVD-04,

WVD-05, WVD-06 dan WVD-10) sudah tidak mengeluarkan air lagi (dry).

Sedang lubang bor yang mengeluarkan air paling banyak ada di WVD-07A

dan WVD-08 dengan debit air masing-masing 10 gpm. Usaha untuk

menurunkan muka air tanah pada daerah ini dapat dengan menambah lubang

bor pada stasiun ini sesuai dengan koordinat dari piezometer VZW-74 atau

dengan menambah kedalaman lubang bor yang sudah kering sampai

memotong aliran air sehingga air bisa keluar lagi.

c. Daerah Selatan EESS

Sebelah Selatan daerah EESS sampai saat ini terpasang lima buah

piezometer yaitu GE-01-07, VZW-58, VZW-70, VZW-70D dan VZW-70S.

Piezometer GE-01-07 dimulai pada bulan Januari 2001 dengan water

level awal 3.755,62 m dpl. Sampai dengan bulan Oktober 2002 water level

menunjukan kedalaman 3.559,68 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air

tanah sebesar 195,94 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami

penurunan rata-rata sebesar 9,33 m.

Piezometer VZW-58 dimulai pada bulan Oktober 2001 dengan water

level awal 3.572,39 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level

menunjukan kedalaman 3.524,21 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air

tanah sebesar 48,18 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami

penurunan rata-rata sebesar 3,44 m.

Piezometer VZW-70 dimulai pada bulan April 2002 dan baru

diketahui water levelnya pada bulan Mei 2002 dengan water level awal

Page 83: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

67

3.668,38 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level

menunjukan kedalaman 3.678,18m dpl. Sehingga total terjadi kenaikan air

tanah sebesar 9,80 m.

Piezometer VZW-70D dimulai pada bulan Oktober 2002 dengan water

level awal 3.859,56 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level

menunjukan kedalaman 3.730,47 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air

tanah sebesar 129,09 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami

penurunan rata-rata sebesar 64,55 m.

Piezometer VZW-70S dimulai pada bulan September 2002 dengan

water level awal 3.898,64 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water

level menunjukan kedalaman 3.902,42 m dpl. Sehingga total terjadi kenaikan

air tanah sebesar 3,78 m.

Berdasarkan data piezometer di atas maka sistem penyaliran di bagian

Selatan tambang sudah baik kecuali untuk daerah di VZW-70 dan VZW-70S

perlu dilakukan sistem penyaliran lagi karena terjadi kenaikan air tanah.

Untuk dapat menurunkan muka air tanah pada VZW-70 maka perlu

dilakukan pemboran pada litologi diorit sesuai dengan litologi pada

piezometer VZW-70. Koordinat VZW-70 adalah Easting : 737.245,9405,

Northing : 9.548.541,134 dengan Elevation : 4.046,923. Stasiun lubang bor

yang berhubungan dengan VZW-70 adalah stasiun SC, DE dan DZRA32.

Untuk dapat menurunkan muka air tanah pada VZW-70S maka perlu

dilakukan pemboran pada formasi kais sesuai dengan litologi pada piezometer

VZW-70S. Koordinat VZW-70S adalah Easting : 737.245,0205, Northing :

9.548.543,928 dengan Elevation : 4.046,8055. Stasiun lubang bor yang

berhubungan dengan VZW-70S adalah stasiun NWC dan NVD

Pada stasiun SC terdapat 6 lubang bor dimana 2 lubang bor (SC-01

dan SC-02) sudah tidak mengeluarkan air lagi (dry). Sedang lubang bor yang

mengeluarkan air paling banyak ada di SC-04 dengan debit air pada bulan

Desember 2002 sebesar 4 gpm.

Page 84: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

68

Pada stasiun DE terdapat 13 lubang bor dengan semua lubang bor

masih mengeluarkan aliran air. Total aliran air dari stasiun ini sampai dengan

bulan Desember 2002 adalah 144 gpm.

Pada stasiun DZRA32 terdapat 18 lubang bor dimana 12 lubang bor

sudah tidak mengeluarkan air lagi (dry). Sedang lubang bor yang

mengeluarkan air paling banyak ada di DZRA-14 dengan debit air sebesar 23

gpm. Total aliran air yang keluar selama bulan Desember 2002 pada stasiun

ini adalah 69 gpm.

Pada stasiun NWC dan NVD terdapat masing-masing 27 dan 14

lubang bor. Dimana seluruh lubang bor masih mengeluarkan aliran air sebesar

80 gpm untuk NWC dan 55 gpm untuk NVD pada bulan Desember 2002.

Usaha untuk menurunkan muka air tanah pada daerah ini dapat dengan

menambah lubang bor pada stasiun SC, DE, DZRA32, NWC dan NVD sesuai

dengan koordinat dari piezometer VZW-70 dan VSW-70 S atau dengan

menambah kedalaman lubang bor yang sudah kering sampai memotong aliran

air sehingga air bisa keluar lagi.

6.2. Analisa Kualitas Air Permukaan Daerah EESS Terhadap Perubahan

Kimia Air Tanah

Litologi dan mineralisasi permukaan dianggap memiliki peranan terhadap

perubahan kimia air tanah dikarenakan adanya kontak antara litologi dan mineral

tertentu dengan udara yang kemungkinan besar bisa mengakibatkan terjadinya

proses oksidasi yang berlanjut dengan penguraian mineral-mineral, terutama

mineral sulfida menjadi kation-anion yang bisa mengakibatkan terjadinya

perubahan air tanah.

Perlu dianalisanya pengaruh oksidasi mineral sulfida terhadap perubahan

kimia air tanah didasarkan pada banyaknya daerah mineralisasi yang sangat

mungkin tersingkap di permukaan, selain itu dengan adanya kegiatan

penumpukan waste rock yang merupakan batuan penutup bagian yang ditambang

sangat dimungkinkan terjadi pengoksidasian mineral sulfida yang ada pada batuan

tersebut.

Page 85: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

69

Dalam penelitian ini daerah pengaruh yang dianggap mampu menyalurkan

hasil oksidasi permukaannya sampai ke daerah tambang IOZ dan DOZ adalah

Meren Valley (Meren Lake), daerah aliran sungai Tsinga dan lembah Carstenz.

Meren Lake yang terdapat di sebelah Utara dari daerah penelitian diambil

sebagai acuan karena dianggap merupakan tempat terakumulasinya air permukaan

yang besar kemungkinan telah mengalami kontak dengan batuan di sebelah Utara

daerah penelitian. Kereaktifan batuan serta sifat kimia batuan yang dilewatinya

akan terlihat dari sifat kimia air yang terakumulasi.

Tingkat kereaktifan batuan di sebelah Selatan – Tenggara daerah

penelitian akan dianalisa dari sifat kimia air sungai yang didapat dari aliran sungai

Tsinga. Aliran sungai Tsinga sebagai sungai utama ini bisa mewakili sebagian

besar aliran air permukaan di Selatan-Tenggara lokasi penelitian yang pada

akhirnya akan terhubung dengan sungai Tsinga tersebut.

Lembah Carstenz merupakan daerah penumpukan waste rock yang

diperkirakan masih mengandung mineral - mineral sulfida. Ukuran batuan yang

relatif hancur dapat mempercepat terjadinya reaksi oksidasi mineral-mineral

sulfida.

Dari data kimia yang ada, dengan mempertimbangkan tingkat

keasamannya, sulfat serta Fe bisa dilihat bahwa proses oksidasi yang mampu

mempengaruhi sifat kimia air tanah hanya akan terjadi di daerah lembah Carstenz.

Kecilnya nilai kandungan sulfat yang terkandung oleh contoh air dari

Meren Lake dan Sungai Tsinga jika dibandingkan dengan kandungan sulfat yang

ada pada air tanah, memberikan kepastian bahwa oksidasi mineral sulfida di dua

daerah tersebut tidak akan terlalu berpengaruh terhadap perubahan kimia air tanah

khususnya pengasaman air tanah.

6.3. Analisa Geokimia Batuan Daerah IOZ dan DOZ Terhadap

Perubahan Kimia Air Tanah

Litologi samping yang merupakan media untuk terbentuknya air tanah

sangat mempengaruhi kualitas air tanah sendiri. Kontak antara air dengan litologi

Page 86: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

70

yang menjadi aquifernya akan menyebabkan terjadinya suatu reaksi yang

memungkinkan perubahan kimia air tanah.

Dua macam litologi yang dominan terdapat di lokasi penelitian adalah

litologi karbonatan dengan litologi diorite. Adanya zone pelapukan dari dua

macam litologi ini akan menyebabkan terjadinya reaksi yang relatif cepat dan

menyebabkan terjadinya pelarutan mineral batuan dalam air. Pelarutan mineral ini

juga yang akan menyebabkan terjadinya pertukaran kation-anion yang

memungkinkan terjadinya pengendapan mineral sekunder dalam air.

6.3.1. Pengaruh Litologi Karbonat

Sifat reaktif yang dimiliki oleh batuan karbonatan menyebabkan

pentingnya dilakukan analisa pengaruh litologi terhadap kimia air tanah. Tiga

macam litologi karbonatan yang terdapat pada daerah penelitian adalah limestone,

dolomite dan carbonate-sandstone.

Limestone dengan kandungan CaCO3 akan terurai menjadi kation Ca2+ dan

anion CO32-. Pelarutan limestone akan menyebabkan terjadinya suatu penambahan

kandungan kation Ca2+ dan anion CO32- dalam air. Sampai pada batas

kesetimbangan, pelarutan mineral batuan akan terhenti dan menyebabkan

terjadinya pengendapan mineral sekunder sebagai hasil reaksi antara kation anion

terlarut.

Keberadaan anion CO32- inilah yang akan menyebabkan terjadinya

pengkonsumsian ion H+ dalam air, dan akan membentuk reaksi :

CO32- + H+ HCO3

-

HCO3- + H+ H2CO3

H2CO3 H2O + CO2

Dari persamaan reaksi di atas, bisa disimpulkan bahwa pengaruh pelarutan

limestone pada air akan menyebabkan terjadinya proses buffering pada peristiwa

pengasaman air.

Pada kondisi yang sama juga tidak dimungkinkan terjadinya kenaikan

kandungan sulfat, sebaliknya pada kondisi litologi limestone, kandungan sulfat

sangat mungkin turun sebagai akibat terjadinya pembentukan mineral sekunder

yang bersifat sulfatik dengan kation dari hasil pelarutan limestone.

Page 87: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

71

Litologi yang lain yang terdapat pada lokasi penelitian adalah dolomite

(Tw) dan batupasir-karbonatan (Tk). Dua jenis litologi tersebut akan memiliki

sifat yang sama dengan limestone, dengan pertimbangan adanya mineral karbonat

yang bisa menghasilkan kation Ca2+ yang bisa berlaku sebagai ion buffering pada

pengasaman air tanah.

Dengan pertimbangan di atas, pengaruh kontak antara batuan dengan air

hanya akan menyebabkan terjadinya pembasaan air tanah. Mineral-mineral

sulfatik serta mineral berat Cu, Fe dan Al tidak pernah akan terbentuk dari hasil

pelarutan limestone oleh air.

Karena sebagian besar conto air yang dianalisa berasal dari aquifer

karbonat maka conto-conto tersebut akan sangat dipengaruhi oleh sifat kimia

batuan karbonat.

6.3.2. Pengaruh Pelapukan Diorite Terhadap Perubahan Kimia Air Tanah

Mineral dalam diorite yang paling berpengaruh terhadap perubahan kimia

air tanah adalah plagioklas dikarenakan sifatnya yang mudah larut dalam air.

Plagioklas sebagai mineral buffering akan menyebabkan terjadinya penurunan

tingkat keasaman air. Selain itu plagioklas dengan kandungan kimianya juga akan

mempengaruhi konsentrasi kation yang terlarut dalam air.

Setiap air yang memiliki aquifer berupa zona lapukan diorite akan

mengalami penurunan tingkat keasaman karena penambahan kation Ca2+, Na+, K+

atau Mg2+ yang merupakan salah satu penyusun dari plagioklas. Pada pelarutan

hasil lapukan diorite ini tidak dimungkinkan terjadinya kenaikan kandungan sulfat

ataupun mineral berat Cu. Kenaikan kandungan mineral berat seperti Fe dan Al

masih mungkin didapatkan sebagai hasil dari pelarutan plagioklas selama mineral

berat tersebut tidak membentuk endapan sekunder berupa mineral lempung.

Parameter yang paling dulu bisa dilihat adalah tingkat keasaman. Reaksi

antara air dengan mineral penyusun diorite akan mengkonsumsi ion H+ dan akan

menyebabkan terjadinya proses buffering. Jika pelapukan terus terjadi pada

kondisi kimia air yang tidak berubah, maka akan terjadi perubahan sifat kimia air

yang mengarah ke arah sifat basa.

Page 88: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

72

Pada beberapa lokasi yang memiliki aquifer berupa lapukan diorite, sifat

kimia air yang ada mengarah ke arah basa dari tahun 2000 ke tahun 2002. Sama

halnya dengan air yang mengalir melalui batuan karbonat, air pada aquifer

lapukan karbonat juga diperkirakan telah mengalami perubahan ke arah basa dari

tahun 2000 ke tahun 2002.

6.4. Analisa Kimia Air Tanah daerah IOZ dan DOZ

6.4.1. Analisa Neraca Ion

Analisa air tanah pada daerah penelitian didasarkan pada data yang

terkumpul dengan tingkat ketidakseimbangan kation-anion maksimal 10%.

Data yang terkumpul merupakan hasil analisa kimia air tanah yang

dianalisa pada bulan Juli 2000 dan Agustus 2002. Sebagian besar data memiliki

tingkat Imbalance (IB) dengan nilai kurang dari 10% (lampiran G). Dengan

demikian data bulan Juli 2000 dan Agustus 2002 bisa digunakan sebagai acuan

untuk menganalisa kimia air tanah.

6.4.2. Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

6.4.2.1.Analisa Perubahan pH Air Tanah

Besar kecilnya pH yang merupakan derajat keasaman, sangat ditentukan

oleh seberapa besar kandungan ion H+ terlarut di dalam air. Seluruh reaksi yang

menghasilkan ion H+ akan mampu untuk menaikan derajat keasaman air tanah.

Dari data kimia air tanah didapat air tanah bersifat ke basa karena adanya

kontak dengan batuan samping baik limestone, dolomite carbonate-sandstone dan

diorite yang masing-masing mineral penyusunnya akan mengkonsumsi ion H+ dan

menyebabkan proses buffering sehingga air bersifat basa.

6.4.2.2.Analisa Perubahan Electric Conductivity

Nilai Electric Conductivity (EC) sangat dipengaruhi oleh jumlah kation-

anion terlarut yang ada dalam air. Semakin banyak jumlah kation-anion yang

terlarut maka akan semakin tinggi pula nilai EC yang dimiliki oleh air tersebut.

Adanya akumulasi kation-anion pada daerah tertentu akan ditunjukan oleh

besarnya nilai EC. Pada daerah penelitian, nilai EC pada beberapa tempat yang

mengalami kenaikan EC cukup tajam diantaranya lokasi CNIU-05 dan DOW23-

Page 89: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

73

03. Lokasi-lokasi yang mengalami kenaikan nilai EC merupakan lokasi yang

memungkinkan terjadinya pengakumulasian kation-anion terlarut.

6.4.2.3.Analisa Perubahan Kandungan Alkalinity (CO32-)

Perubahan kandungan anion alkalinity (CO32-) dari tahun 2000 ke tahun

2002 relatif naik, kecuali pada lokasi WD-05, WDN-06, CNIU-05, DOW09-03

menunjukan penurunan nilai kandungan anion CO32-. Penurunan nilai kandungan

anion alkalinity pada lokasi lokasi tersebut menunjukan tingkat kereaktifan batuan

pada lokasi-lokasi tersebut kurang.

6.4.2.4.Analisa Perubahan Kandungan Tembaga (Cu 2+)

Analisa nilai kandungan kation Cu2+ dilakukan dengan tujuan untuk

dijadikan sebagai data pendukung dalam menganalisa ada tidaknya pengaruh

oksidasi mineral sulfida dalam air. Nilai kandungan kation Cu2+ yang besar

menunjukan adanya pengaruh oksidasi mineral sulfida dalam air.

Pada lokasi penelitian mineral yang paling mungkin menghasilkan larutan

tembaga adalah calcopyrite. Adanya assosiasi mineral calcopyrite dengan pyrite

memberikan satu kemungkinan bahwa kenaikan nilai kandungan kation Fe2+ dari

hasil oksidasi mineral pyrite akan diikuti oleh kenaikan nilai kandungan kation

Cu2+ sebagai hasil oksidasi mineral calcopyrite.

Kandungan kation tembaga terlarut pada lokasi WD-04, DRD-02-04,

CNIU-05 dan DOW24-02 mengalami kenaikan yang relatif lebih tinggi dibanding

dengan yang lokasi yang lainnya. Lokasi-lokasi yang mengalami kenaikan inilah

pada akhirnya akan dijadikan pertimbangan untuk mengetahui ada tidaknya

kemungkinan lokasi ini menjadi daerah pengendapan kation-anion terlarut.

6.4.2.5.Analisa Perubahan Kandungan Besi (Fe2+)

Pada lokasi penelitian kandungan kation Fe2+ lebih dipengaruhi oleh

aktifitas oksidasi mineral pyrite dan pelarutan plagioklas pada batuan beku.

Terjadinya oksidasi mineral pyrite akan ditunjukan oleh kenaikan nilai kandungan

kation Fe2+ yang sejalan dengan kenaikan nilai sulfat.

Kenaikan nilai kandungan kation Fe2+ terlarut dimungkinkan akan

disebabkan oleh dua faktor. Kemungkinan pertama adalah adanya peningkatan

Page 90: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

74

hasil pelapukan plagioklas dalam batuan beku atau karena adanya proses oksidasi

mineral pyrite.

Pada lokasi penelitian kandungan kation Fe2+ paling besar terdapat pada

conto air yang diambil dari DOW-24-01. Tingginya nilai kandungan kation Fe2+

pada lokasi ini dimungkinkan disebabkan oleh adanya oksidasi mineral pyrite, hal

ini dibuktikan dengan adanya penurunan pH dari tahun 2000 ke tahun 2002.

Demikian juga dengan lokasi-lokasi yang lain yang mempunyai

kecenderungan perubahan kualitas air yang memiliki pH semakin rendah (level

3.406 dan 3.050) dari tahun 2000 ke tahun 2002. Menurunnya nilai pH ini

dimungkinkan terjadi karena adanya kenaikan tingkat oksidasi mineral pyrite.

Kenaikan nilai kandungan kation Fe2+ yang lebih besar dibanding yang

lainnya juga terdapat pada lokasi DRD-02-04. Sama halnya dengan kandungan

kation-anion yang lain, kenaikan nilai kandungan kation Fe2+ ini juga mencirikan

bahwa lokasi tempat kenaikan kandungan merupakan lokasi yang memungkinkan

terjadinya akumulasi kation-anion terlarut.

6.4.2.6.Analisa Perubahan Kandungan Potassium (K+)

Kandungan kation potassium dianalisa dengan tujuan untuk melihat berapa

besar tingkat pelapukan yang terjadi pada batuan yang mengandung plagioklas.

Seperti halnya kation-anion yang lain, kandungan kation potassium dalam air juga

dipakai untuk menganalisa seberapa besar tingkat kesalahan yang ada dalam suatu

hasil analisa.

Perubahan kandungan kation potassium (K+) dari tahun 2000 ke tahun

2002 relatif mempunyai nilai yang sama, kecuali pada lokasi WDN-04,

menunjukan kenaikan nilai kandungan kation K+. Kenaikan nilai kandungan

kation K+ pada lokasi lokasi tersebut menunjukan bahwa pada lokasi-lokasi

tersebut memang telah terjadi akumulasi kation-anion hasil larutan dalam air. Hal

ini sejalan dengan kenaikan nilai sulfat pada lokasi yang sama.

6.4.2.7.Analisa Perubahan Kandungan Magnesium (Mg+)

Kandungan kation Mg+ terlarut yang diperkirakan berasal dari larutan

litologi dolomite atau pelarutan mineral pyroxsen, menunjukan perubahan nilai

kandungan dari tahun 2000 sampai tahun 2002.

Page 91: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

75

Perubahan kandungan kation Mg+ dari tahun 2000 ke tahun 2002 relatif

mengalami kenaikan hampir di seluruh lokasi. Kenaikan kandungan kation Mg+

yang relatif tinggi terjadi pada lokasi DOW23-03 dan DOW24-01. Kenaikan nilai

kandungan kation Mg+ pada lokasi-lokasi ini juga bisa diartikan bahwa pada

lokasi ini telah terjadi akumulasi nilai kandungan kation Mg+ terlarut. Dengan

kata lain lokasi-lokasi yang mengalami kenaikan nilai kandungan kation Mg+

merupakan lokasi yang letaknya berada pada daerah dekat lokasi pengendapan

kation-anion terlarut.

6.4.2.8.Analisa Perubahan Kandungan Sodium (Na+)

Sodium dianalisa sebagai parameter yang akan digunakan untuk

menganalisa tingkat pelapukan mineral plagioklas dalam batuan atau tingkat

pengendapan mineral sekunder Na-sulfat.

Perubahan nilai kandungan kation sodium (Na+) dari tahun 2000 ke tahun

2002 relatif mengarah lebih kecil, kecuali pada lokasi WD-05, WDN-06, WDN-

08, DRD-02-01 dan DOW09-04 menunjukan kenaikan nilai kandungan kation

Na+. Kenaikan nilai kation Na+ pada lokasi lokasi tersebut menunjukan bahwa

pada lokasi-lokasi tersebut memang telah terjadi akumulasi kation-anion hasil

larutan dalam air. Hal ini sejalan dengan kenaikan nilai sulfat pada lokasi yang

sama.

6.4.2.9.Analisa Perubahan Kandungan Sulfat (SO42- ) dan Kalsium (Ca2+)

Hampir semua data yang terkumpul memiliki kandungan anion sulfat

(SO42-) dan kation kalsium (Ca2+) yang lebih tinggi dibanding kandungan kation-

anion yang lainnya (lampiran I). Dari data ini kita bisa memperkirakan bahwa

kenaikan kandungan anion sulfat dan kation kalsium dipengaruhi oleh adanya

aktifitas pelarutan anhydrite (CaSO4). Data geologi yang didapat dari hasil coring

saat pembuatan lubang bor juga menunjukan adanya kandungan anhydrite hampir

pada semua lokasi pengeboran.

Hubungan perubahan kandungan anion sulfat dan kandungan kation

kalsium menunjukan hampir semua kenaikan nilai kandungan anion sulfat diikuti

oleh kenaikan nilai kandungan kation kalsium (lampiran H, gambar H.1.).

Page 92: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

76

Terjadinya pelarutan anhydrite yang merupakan mineral sekunder sulfatik

ini memastikan terjadinya suatu proses akumulasi mineral sekunder sulfatik yang

terjadi pada litologi yang mengandung kation Ca2+. Kandungan kation Ca2+ ini

bisa terdapat di semua litologi yang ada pada daerah penelitian, baik itu batuan

diorite yang mengandung plagioklas sebagai penyuplai Ca2+ ataupun batuan

karbonat yang banyak mengandung kation Ca2+.

Pelarutan mineral karbonat atau plagioklas, yang merupakan proses

pelarutan mineral primer, menjadi kation dan anion masih bisa berlangsung

walaupun telah terjadi pelarutan mineral sekunder berupa anhydrite. Pelarutan

mineral primer baik berupa mineral - mineral karbonat, pyroxsen ataupun mineral

plagioklas dicirikan dengan adanya kandungan kation Mg+ yang terlarut dalam air

yang merupakan salah satu kation pembentuk mineral-mineral tersebut (lampiran

H, gambar H.2.).

Berdasarkan reaksi :

[CaMg7Al3Si1.7]O6 + 3.4H+ + 1.1H2O 3Al2Si2O5(OH)4+ Ca2+ + 7Mg2+

2CO2 +

Konsen

yang sama un

sedangkan unt

terkandung seh

dalam air.

Dari la

berada diatas k

kedua Mg+ dan

kalsium. Miner

Kandun

sumber pemben

sulfida. Data ge

di lokasi pene

Pyroxsen

+ 1.1H4SiO4

2H2O + CaMg(CO3)2 Ca2+ + Mg2+ + 4HCO3

trasi kation Mg+ dan Ca2+ pada persamaan reaksi memiliki nilai

tuk reaksi yang melibatkan pelarutan dolomite atau limestone

uk reaksi yang melibatkan pelarutan pyroxsen nilai Mg+ yang

arusnya lebih besar dibanding dengan nilai Ca2+ yang terlarut

mpiran H, gambar H.2. terlihat bahwa kandungan Ca2+ selalu

andungan Mg+ maupun alkalinity. Besarnya nilai Ca2+ dibanding

alkalinity disebabkan adanya mineral lain yang melarutkan kation

al lain inilah yang diyakini berupa anhydrite.

gan sulfat yang terinfiltrasi ke litologi di daerah penelitian sebagai

tukan anhydrite diperkirakan berasal dari hasil pelarutan mineral

ologi menunjukan bahwa mineral sulfida yang umumnya terdapat

litian adalah mineral sulfida jenis pyrite dan calcopyrite yang

Page 93: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

77

merupakan mineral primer dalam proses perubahan kimia air tanah di lokasi

penelitian ini.

Pelarutan mineral primer, pyrite dan calcopyrite, masih mungkin

berlangsung walaupun pada tahap yang sama telah terjadi pelarutan mineral

sekunder anhydrite. Pelarutan mineral primer ini juga akan mempengaruhi

perubahan kandungan kimia air tanah terutama untuk kandungan sulfat.

Data kimia yang ada menunjukan adanya hubungan perubahan kandungan

Fe2+ dengan perubahan kandungan sulfat (lampiran H, gambar H.3.). Dengan

adanya hubungan perubahan kimia sulfat dengan kation Fe2+ bisa menjelaskan

perkecualian yang terjadi dari penjelasan hubungan konsentrasi sulfat dangan

konsentrasi kalsium.

Dari data di atas bisa dipastikan bahwa perubahan kandungan air tanah di

daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh adanya reaksi antara air dengan

anhydrite walaupun pada waktu yang sama reaksi oksidasi mineral sulfida dan

reaksi pelarutan mineral karbonat masih terjadi.

Perubahan kimia air tanah yang disebabkan oleh pelarutan mineral sangat

dipengaruhi oleh debit air yang mengalir melalui aquifer tersebut. Debit air dari

masing-masing lokasi pengamatan mengalami penurunan dari tahun 2000 ke

tahun 2002.

Penurunan debit aliran akan menurunkan aktifitas pelarutan mineral dalam

aquifer. Menurunnya proses pelarutan ini akan menurunkan konsentrasi kation-

anion terlarut dalam air. Pada lokasi yang memungkinkan terjadinya akumulasi

kation-anion terlarut, penurunan debit juga bisa menunjukan adanya peningkatan

nilai sulfat. Kenaikan ini disebabkan karena adanya akumulasi sulfat yang terlarut

dari lokasi-lokasi sebelumnya.

Dari grafik perubahan kandungan sulfat bisa dilihat adanya kenaikan nilai

kandungan sulfat terlarut untuk lokasi-lokasi yang memiliki target litologi pada

formasi Faumai, Kais dan Waripi. Kenaikan kandungan sulfat pada aquifer ini

disebabkan karena adanya pengakumulasian mineral-mineral sulfatik dari aquifer-

aquifer sebelumnya.

Page 94: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

78

Conto air yang didapat dari lokasi DOW24-4 menunjukan adanya

perkecualian jika dibandingkan dengan conto air lain yang berasal dari formasi

Waripi. Kandungan sulfat di lokasi DOW24-4 ini mengalami penurunan dari

tahun 2000 ke tahun 2002. Penurunan nilai kandungan sulfat ini disebabkan

karena terjadinya akumulasi sulfat sebelum pengeboran dilakukan. Dikarenakan

waktu akhir pengeboran dengan pengambilan sampel dilakukan bulan yang sama

maka pada kualitas air yang diambil pada tahun 2000 merupakan kualitas air

yang sebelumnya terakumulasi dalam aquifer tersebut dan bukan merupakan

kualitas kimia air tanah yang murni melewati aquifer tersebut. Hal ini juga

membuktikan bahwa pada aquifer yang termasuk ke dalam formasi Waripi telah

terjadi akumulasi mineral - mineral terlarut.

Dari hasil analisa ini bisa disimpulkan bahwa perubahan kandungan sulfat

bisa dijadikan acuan untuk menentukan arah aliran air dari formasi satu ke

formasi yang lain jika sumber utama larutan sulfat tersebut berasal dari proses

yang sama. Conto air yang memiliki kandungan sulfat yang rendah berarti didapat

dari aquifer yang letaknya relatif lebih dekat dengan permukaan, sebaliknya conto

air yang memiliki kandungan sulfat tinggi berarti didapat dari aquifer tempat

akumulasi hasil-hasil larutan mineral atau berada pada tempat yang lebih rendah.

6.5. Aplikasi Perubahan Kimia Air Tanah Untuk Menentukan Arah

Aliran Air Tanah Dalam Penyaliran Tambang

6.5.1. Analisa Hubungan Antar Aquifer

Nilai kandungan sulfat bisa digunakan sebagai acuan untuk menentukan

aliran pada suatu aquifer. Penentuan sama tidaknya aquifer beberapa conto air

bisa dilihat dari tingkat kereaktifan batuan yang dilewati. Aquifer yang sama akan

ditunjukan oleh adanya penggradasian nilai kandungan kation-anion terlarut dari

beberapa conto yang dianalisa. Penggunaan diagram Schoeller bisa dijadikan

suatu acuan untuk menentukan tingkat kesamaan pola kandungan kation-anion

yang terlarut dalam air (lampiran I). Saling berdekatannya garis-garis dalam grafik

tersebut menunjukan jumlah kandungan kation-anion yang terlarut dalam masing-

masing conto air hampir sama. Kemiripan jumlah kandungan ini menunjukan

Page 95: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

79

adanya kesamaan tingkat kereaktifan batuan yang dilewati dan dari hal ini bisa

dipastikan bahwa conto-conto air yang memiliki sifat tersebut adalah conto air

yang terletak pada satu aquifer yang saling berhubungan. Perbedaan jumlah

kandungan yang relatif bergradasi ini dipengaruhi oleh seberapa jauh kontak

antara air dengan aquifernya.

Sifat lain yang bisa dilihat dari diagram ini adalah adanya indikasi dua

aquifer yang berbeda dari beberapa conto air yang ditunjukan dengan adanya pola

yang berbeda untuk conto air yang diambil dari WD-04 dan WD-05 terutama

tahun 2002. Nilai kandungan alkalinity yang lebih rendah dimiliki oleh conto air

yang didapat dua lokasi tersebut. Kecilnya nilai kandungan alkailnity ini

disebabkan karena batuan yang menjadi aquifernya berupa batuan hancuran

batuan beku yang tidak mengandung karbonat sebagai sumber alkalinity.

Khusus untuk air yang didapat dari WD-04, nilai kandungan alkalinity

kadang kadang mengalami kenaikan seperti yang pada tahun 2000. Hal ini

disebabkan karena jenis aquifer yang menjadi target pengeboran yaitu

diorite/skarn yang kemungkinan masih mengandung CaCO3.

Dari data di atas bisa disimpulkan bahwa pola aliran aquifer WD-04 dan

WD-05 yang merupakan aliran dari aquifer di sebelah Barat daerah tambang,

tidak memiliki hubungan dengan aquifer lain yang berada di sebelah Timur daerah

tambang.

6.5.2. Penentuan Arah Aliran Air Tanah

Dari data kimia yang ada penentuan hubungan antara satu aquifer dengan

aquifer yang lainya sudah bisa ditentukan. Adanya dua aliran sumber yang

berbeda mengharuskan adanya pemisahan penganalisaan untuk menentukan arah

aliran yang ada.

Penentuan arah aliran ini didasarkan pada kandungan sulfat yang terlarut,

dengan satu keyakinan bahwa nilai sulfat terlarut akan semakin besar pada daerah

yang memungkinkan terjadinya pengendapan hasil larutan sulfat dari daerah

sebelumnya.

Page 96: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

80

6.5.2.1.Aliran Air Tanah di Sebelah Barat Lokasi Tambang

Ada dua titik bor yang menjadi acuan penentuan arah aliran yang ada yaitu

WD-04 dan WD-05. Dari data yang ada, nilai kandungan sulfat pada titik WD-04

mengalami penurunan dari tahun 2000 ke tahun 2002 sementara total aliran juga

menurun pada tahun yang sama. Lain halnya dengan titik WD-05 yang penurunan

total alirannya tidak diikuti oleh penurunan nilai kandungan sulfat. Adanya

kenaikan sulfat pada titik WD-05 mencirikan terjadinya akumulasi kandungan

sulfat terlarut dalam air.

Dengan demikian bisa dipastikan bahwa aliran air mengalir dari WD-04 ke

WD-05. Bukti lain yang menunjukan arah aliran ini adalah lebih tingginya nilai

alkalinity pada titik WD-05 dibanding dengan titik WD-04 (menunjukan

tingginya nilai karbonat pada titik WD-05). Sementara aquifer WD-05 berupa

diorite, tingginya nilai alkalinity atau karbonat di titik ini mencirikan telah

terjadinya akumulasi kandungan karbonat dari air yang melaluinya yang

diperkirakan telah melalui aquifer karbonatan sebelum melewati titik WD-05.

Titik yang paling dekat dengan WD-05 yang memiliki aquifer berupa karbonat

adalah titik WD-04 dengan aquifer berupa kontak skarn / diorite.

Dengan memperhatikan posisi target aquifer dari analisa di atas bisa

disimpulkan bahwa aliran air yang berada di sebelah Barat lokasi tambang

mengalir dari arah Selatan ke Barat (lampiran L).

6.5.2.2.Aliran Air Tanah di Sebelah Timur Lokasi Tambang

Seperti halnya pada aliran di sebelah Barat lokasi tambang. Aliran di

sebelah Timur lokasi tambang juga bisa diketahui dengan membandingkan nilai

kandungan sulfat terlarut dalam air.

Dengan memperhatikan data kandungan sulfat yang ada maka kita bisa

mengetahui bahwa aliran air dari tahun 2000 ke tahun 2002 mengalir melalui

aquier-aquifer seperti terlihat pada lampiran J.

Jika kita melihat aliran tersebut dari sisi formasi, maka aliran air yang ada

secara umum mengalir dari formasi Faumai yang diteruskan ke formasi Waripi.

Pada beberapa lokasi terjadi perembesan air dari formasi Faumai ke formasi Kais

yang ditunjukan dengan tingginya nilai sulfat pada titik CNIU-05 jika

Page 97: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

81

dibandingkan dengan kandungan sulfat pada titik-titik lain yang berada di formasi

Kais.

Perembesan air dari formasi Faumai ke formasi Kais ini terjadi karena

adanya bidang lemah atau bidang kekar pada formasi Sirga bagian bawah

(ditunjukan pada titik DRD-02-01). Bidang kekar inilah yang digunakan oleh air

sebagai jalur untuk mengalir dari formasi Faumai ke formasi Kais. Bidang lemah

ini dimungkinkan terjadi baik pada formasi Sirga maupun pada formasi Faumai

sebagai akibat adanya proses perlipatan yang mungkin mengakibatkan terjadinya

rekahan atau pengkekaran pada batuan yang berada pada bagian luar lipatan.

Adanya perpindahan air dari formasi Faumai ke formasi Kais bisa

diartikan bahwa selama perpindahannya air tersebut mengalami perpindahan

aquifer dari yang berelevasi rendah ke aquifer yang elevasinya lebih tinggi.

Berpindahnya air ke elevasi yang lebih tinggi ini disebabkan oleh adanya

perbedaan koefisien hidrostatis dari formasi Faumai dan formasi Kais (lampiran

K). Lebih rendahnya koefisien hidrostatis pada formasi Faumai menunjukan lebih

sulitnya air mengalir melalui aquifer tersebut jika dibanding dengan formasi Kais

yang memiliki koefisien hidrostatis lebih tinggi.

Penentuan arah aliran secara lateral bisa didasarkan pada posisi aquifer

yang menjadi target setiap pengeboran (lampiran L). Dengan memperhatikan

posisi masing-masing target aquifer ini kita bisa menentukan bahwa air mengalir

dari sebelah Selatan ke sebelah Timur dengan melalui formasi Faumai yang

dilanjutkan ke formasi Waripi dan formasi Kais bagian bawah.

Dari analisa ini bisa disimpulkan bahwa hubungan hidrolika antara

formasi Faumai dengan formasi Kais terjadi karena adanya kekar hasil perlipatan

pada lapisan impermeable (formasi Sirga) yang memungkinkan berpindahnya air

dari formasi Faumai ke formasi Sirga.

Sumber air yang mengalir pada formasi Faumai diperkirakan berasal dari

daerah Meren Valley yang telah mengalami kenaikan sulfat selama perjalanannya

sebagai hasil dari proses pelapukan anhydrite dan oksidasi mineral sulfida yang

berada di bawah permukaan (lampiran M).

Page 98: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

82

6.6. Aplikasi Perubahan Kimia Air Tanah Untuk Kegiatan Pemisahan

Bijih di Mill

Agar penggunaan air tanah dari tambang bawah tanah IOZ dan DOZ untuk

kegiatan Mill bisa dilakukan maka harus diperhatikan kualitas kimia dan kuantitas

dari air itu sendiri.

6.6.1. Kualitas Kimia Air Tanah

Standar kualitas air yang bisa digunakan untuk kegiatan pemisahan bijih

pada proses pengolahan adalah standar kualitas air golongan D (air untuk

pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA) sesuai dengan Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002 tentang Syarat-Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air.

Tabel 6.1. Standar Kualitas Air di Perairan Umum

Kadar Maksimum

No Parameter Satuan Golongan

A Golongan

B Golongan

C Golongan

D FISIKA

1 Bau - - - - - 2 Jumlah zat

padat terlarut

Mg/L 1000 1000 1000 1000

3 Kekeruhan Skala NTU 5

4 Rasa - 5 Warna Skala TCU 15 6 Suhu oC Suhu

udara

7 Daya Hantar Listrik

Umhos/cm 2250

KIMIA anorganik

1 Air raksa Mg/lt 0.001 0.001 0.002 0.005 2 Aluminium Mg/lt 0.2 - 3 Arsen Mg/lt 0.005 0.05 1 1 4 Barium Mg/lt 1 1 5 Besi Mg/lt 0.3 5 6 Florida Mg/lt 0.5 1.5 1.5 7 Kadmium Mg/lt 0.005 0.01 0.01 0.01 8 Kesadahan CaCO3 Mg/lt 500

Page 99: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

83

9 Klorida Mg/lt 250 600 0.003 10 Kromium valensi 6 Mg/lt 0.005 0.05 0.05 1 11 Mangan Mg/lt 0.1 0.5 2 12 Natriun Mg/lt 200 60 13 Nitrat sebagai N Mg/lt 10 10 14 Nitrit sebagai N Mg/lt 1.0 1 0.06 15 Perak Mg/lt 0.05 16 .pH 6.5 - 8.5 5-9 6 – 9 5 – 9 17 Selenium Mg/lt 0.01 0.01 0.05 0.05 18 Seng Mg/lt 5 5 0.02 2 19 Sianida Mg/lt 0.1 0.1 0.02 20 Sulfat Mg/lt 400 400 500 500-600 21 Sulfida sebagao H2S Mg/lt 0.05 0.1 0.002 22 Tembaga Mg/lt 1.0 1 0.02 0.1 23 Timbal Mg/lt 0.05 0.01 0.03 1 24 Oksigen terlarut

(DO) Mg/lt - >=6 >3

25 Nikel Mg/lt - 0.5 26 SAR (Sodium

Absortion Ratio) Mg/lt - 1.5 – 2.5

Kimia Organik

1 Aldrin dan dieldrin Mg/lt 0.0007 0.017 2 Benzona Mg/lt 0.01 3 Benzo (a) Pyrene Mg/lt 0.00001 4 Chlordane (total

isomer) Mg/lt 0.0003

5 Chlordane Mg/lt 0.03 0.003 6 2,4 D Mg/lt 0.10 7 DDT Mg/lt 0.03 0.042 0.002 8 Detergent Mg/lt 0.5 9 1,2 Dichloroethane Mg/lt 0.01 10 1,1 Dichloroethane Mg/lt 0.0003 11 Heptachlor

heptachlor epoxide Mg/lt 0.003 0.018

12 Hexachlorobenzene Mg/lt 0.00001 13 Lindane Mg/lt 0.004 0.056 14 Metoxychlor Mg/lt 0.03 0.035 15 Pentachlorophenol Mg/lt 0.01 16 Pestisida total Mg/lt 0.1 17 2,4,6

Trichlorophenol Mg/lt 0.01

18 Zat Organik (KMnO4)

Mg/lt 10

19 Endrin Mg/lt - 0.001 0.004 20 Fenol Mg/lt - 0.002 0.001 21 Karbon kloroform

ekstrak Mg/lt - 0.05

22 Minyak dan lemak Mg/lt - Nihil 1

Page 100: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

84

23 Organofosfat dan carbanat

Mg/lt - 0.1 0.1

24 PCD Mg/lt - Nihil 25 Senyawa aktif biru

metilen Mg/lt - 0.5 0.2

26 Toxaphene Mg/lt - 0.005 27 BHC Mg/lt - 0.21

Mikrobiologik

1 Koliform tinja Jml/100ml 0 2000 2 Total koliform Jml/100ml 3 10000

Radioaktivitas

1 Gross Alpha activity Bq/L 0.1 0.1 0.1 0.1 2 Gross Beta activity Bq/L 1.0 1.0 1.0 1.0

Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA.

Tabel 6.2. Kualitas Air Tanah Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ

Parameter Satuan 2000 2002 Rata-Rata

pH 7,682 7,676666667 7,679333333 EC Umhos/cm 822,7333333 958,4666667 890,6

TDS Mg/L 708,7333333 825,8 767,2666667 Br Mg/L 0,542666667 0,01 0,276333333 Cl Mg/L 4,340666667 5,64 4,990333333 C Mg/L 39,74666667 44,48 42,11333333 Al Mg/L 0,014973333 0,0326 0,023786667 Fe Mg/L 0,056893333 0,102206667 0,07955 Ca Mg/L 137,12 172,2333333 154,6766667 Mg Mg/L 29,61333333 35,188 32,40066667 Na Mg/L 2,141333333 2,034133333 2,087733333 K Mg/L 1,2508 4,0506 2,6507

SO4 Mg/L 411,6666667 470,4666667 441,0666667 Alc Mg/L 86,6 80,93333333 83,76666667 Cu Mg/L 0,00302 0,05308 0,02805

Page 101: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

85

Berdasarkan kualitas air pada tabel 6.1. dan 6.2. , maka air pada tambang

bawah tanah IOZ dan DOZ dapat digunakan untuk kegiatan pengolahan di Mill

karena tidak ada parameter yang melebihi kadar maksimum berdasarkan standar

kualitas air golongan D.

6.6.2. Kuantitas Air Tanah

Pada saat ini kebutuhan air untuk pengolahan adalah 244.800 gpm selama

satu tahun dan diharapkan debit air yang keluar dari tambang bawah tanah IOZ

dan DOZ bisa menyuplai sebesar 30 % dari total kebutuhan air untuk pengolahan.

Kebutuhan air sisanya atau 70 % telah disuplai dari sungai Aghawagong (20 %),

danau Wilson (10 %), air tanah dari Amole (20 %), empat buah tanggul : Macken,

Hasan, Carpenter Shop dan Heat Road (masing-masing 5 %).

Jumlah air yang dibutuhkan dari tambang bawah tanah IOZ dan DOZ

untuk kegiatan di Mill adalah 73.440 gpm. Sedangkan aliran air yang keluar dari

tambang bawah tanah IOZ dan DOZ selama tahun 2002 adalah 78.577 gpm. Ini

berarti dari segi kuantitas air dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di

Mill.

Page 102: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dan didukung oleh data yang

ada, maka analisa perubahan kimia air tanah dan aplikasinya dalam penyaliran air

tanah pada tambang bawah tanah IOZ dan DOZ dapat diambil kesimpulan dan

saran sebagai berikut :

7.1. Kesimpulan

1. Tahun 2000 pH terbesar = 8,13 (DOW23-02), pH terkecil = 7,02 (WD-04).

Tahun 2002 pH terbesar = 8,1 (WDN-04), pH terkecil = 7,3 (DOW24-02 dan

WD-04). Berdasarkan data kimia air tanah didapat air tanah bersifat basa

karena adanya kontak dengan batuan samping baik limestone, dolomite

carbonate-sandstone dan diorite yang masing-masing mineral penyusunnya

akan mengkonsumsi ion H+ dan menyebabkan proses buffering sehingga air

bersifat basa.

2. Tahun 2000 EC terbesar = 1.535 µs/cm (WD-05), EC terkecil = 230 µs/cm

(WDN-04). Tahun 2002 EC terbesar = 1.900 µs/cm (DOW23-03), EC terkecil

= 240 µs/cm (WDN-04). Nilai EC pada DOW23-03 meningkat tajam karena

terjadi akumulasi kation-anion terlarut.

3. Tahun 2000 alkalinity terbesar = 133 mg/L (DOW24-01), alkalinity terkecil =

17 mg/L (WD-04). Tahun 2002 alkalinity terbesar = 142 mg/L (DOW24-01),

alkalinity terkecil = 14 mg/L (WD-05).

4. Tahun 2002 lubang bor yang memiliki nilai kandungan Cu2+ dan Fe2+ diatas

ambang batas analisa laboratorium adalah lubang bor DRD02-04 dengan nilai

kandungan Cu2+ sebesar 0,587 mg/L dan Fe2+ 0,957 mg/L pada lubang bor

DOW24-01. Hal ini terjadi karena adanya assosiasi mineral calcopyrite

dengan pyrite memberikan satu kemungkinan bahwa kenaikan nilai Fe2+ dari

hasil oksidasi mineral pyrite akan diikuti oleh kenaikan Cu2+ sebagai hasil

oksidasi mineral calcopyrite.

86

Page 103: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

87

5. Perubahan kandungan potassium (K+) dari tahun 2000 ke tahun 2002 relatif

mempunyai nilai yang sama, kecuali pada lokasi WDN-04, menunjukan

kenaikan nilai kandungan K+. Kenaikan nilai K+ pada lokasi karena terjadi

akumulasi kation-anion hasil larutan dalam air.

6. Tahun 2000 Mg+ terbesar = 66,7 mg/L (DOW23-02), Mg+ terkecil = 2,27

mg/L (WDN-04). Tahun 2002 Mg+ terbesar = 92,9 mg/L (DOW24-01), Mg+

terkecil = 2,42 mg/L (WDN-04). Perubahan kandungan Mg+ dari tahun 2000

ke tahun 2002 relatif mengalami kenaikan hampir di seluruh lokasi. Kenaikan

nilai Mg+ pada lokasi-lokasi ini juga bisa diartikan bahwa pada lokasi ini telah

terjadi akumulasi nilai Mg+ terlarut.

7. Tahun 2000 Na+ terbesar = 5,81 mg/L (DOW23-02), Na+ terkecil = 0,406

mg/L mg/L (DOW09-04). Tahun 2002 Na+ terbesar = 5,68 mg/L (WD-05),

Na+ terkecil = 0,43 mg/L (DOW09-03). Perubahan kandungan Na+ dari tahun

2000 ke tahun 2002 relatif mengalami penurunan, kecuali pada lokasi WD-

05, WDN-06, WDN-08, DRD-02-01 dan DOW09-04 menunjukan kenaikan

nilai kandungan Na+. Kenaikan nilai Na+ pada lokasi-lokasi ini juga bisa

diartikan bahwa pada lokasi ini telah terjadi akumulasi nilai Na+ terlarut.

8. Tahun 2000 sulfat terbesar = 926 mg/L (WD-05), sulfat terkecil = 25 mg/L

mg/L (WDN-04) dan kalsium terbesar = 318 mg/L (WD-05), kalsium terkecil

= 43,8 mg/L (DOW09-04). Tahun 2002 sulfat terbesar = 1.019 mg/L (WD-

05), sulfat terkecil = 29 mg/L (WDN-04) dan kalsium terbesar = 406 mg/L

(WD-05), kalsium terkecil = 41,4 mg/L (DOW24-02).

9. Hampir semua data yang terkumpul memiliki kandungan sulfat (SO42-) dan

kalsium (Ca2+) yang lebih tinggi dibanding kandungan kation-anion yang

lainnya. Dari data ini bisa diperkirakan bahwa kenaikan sulfat dan kalsium

dipengaruhi oleh adanya aktifitas pelarutan anhydrite (CaSO4). Data geologi

yang didapat dari hasil coring saat pembuatan lubang bor juga menunjukan

adanya kandungan anhydrite hampir pada semua lokasi pengeboran.

10. Dari segi kualitas (berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/

Menkes/ SK/ VII/ 2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air)

maupun kuantitas (bisa memenuhi 30% kebutuhan air di Mill) air dari

Page 104: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

88

tambang bawah tanah IOZ dan DOZ dapat digunakan pada kegiatan

pengolahan di Mill.

11. Perubahan kimia air tanah di sekitar lokasi penambangan IOZ dan DOZ lebih

dipengaruhi oleh aktifitas pelarutan mineral anhydrite yang merupakan

mineral sekunder.

12. Mineral sekunder anhydrite merupakan akumulasi kation-anion hasil pelarutan

mineral sulfatik dan mineral karbonatan.

13. Pelarutan mineral primer sulfatik masih berlangsung, walaupun tidak

dominan, saat pelarutan mineral sekunder berlangsung.

14. Aquifer yang berada di bagian Barat lokasi penambangan tidak memiliki

hubungan hidrolika dengan aquifer di sebelah Timur lokasi tambang.

15. Hubungan hidrolika formasi Kais dan formasi Faumai terjadi akibat adanya

rekahan pada bidang impermeable yang merupakan bagian bawah formasi

Sirga.

16. Aliran yang mengalir pada formasi Faumai bersumber dari daerah Meren

Valley dan mengalir menuju formasi Waripi dan formasi Kais melalui bidang

rekahan.

17. Secara lateral, aliran air di bagian Barat dan bagian Timur lokasi

penambangan mengalir dari arah Selatan ke arah Timur dan arah Barat.

18. Total Inflow selama tahun 2002 adalah sebesar 94.294,43 gpm dan total

Outflow sebesar 78.577 gpm. Berdasarkan Water Balance (neraca air) maka

akan didapat perubahan atau peyimpanan air tanah (S) sebesar 15.717,43 gpm.

19. Dari data piezometer yang terdapat di daerah EESS hampir semua

menunjukan penurunan muka air tanah kecuali Piezometer VZW-74, VZW-

70 dan VZW-70S yang mengalami kenaikan air tanah sebesar 10,74 m, 9,80 m

dan 3,78 m. Untuk itu perlu dilakukan penyaliran lebih intensif pada daerah

tersebut sehingga dapat menurunkan muka air tanah dengan cara menambah

lubang bor atau menambah kedalaman lubang bor yang sudah ada pada stasiun

WVD, SC, DE, DZRA32, NWC dan NVD.

Page 105: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

89

7.2. Saran

Dengan diketahuinya penyebab terjadinya perubahan kimia dan arah aliran

sekitar lokasi tambang IOZ dan DOZ, maka beberapa langkah yang harus

dilakukan dalam upaya keberhasilan program dewatering dan pemanfaatan air

tanah adalah :

1. Dari hasil analisa kimia bisa ditentukan bahwa aliran dari formasi Faumai

dimungkinkan untuk mengalir ke formasi Kais, dari kesimpulan ini maka

perlu sekali dilakukan program penyaliran yang lebih efektif pada formasi

Kais dibandingkan dengan penyaliran pada formasi Faumai.

2. Kualitas air tanah untuk waktu ke depan tidak akan terpengaruh langsung oleh

kegiatan penambangan, sehingga pemanfaatannya untuk kepentingan

pengolahan bijih maupun untuk kepentingan lingkungan masih bisa terus

dilakukan.

Page 106: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

90

DAFTAR PUSTAKA 1. Budiarto, (1997), “ Sistem Penirisan Tambang ”, Jurusan Teknik

Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.

2. C.A.J. Appelo and D. Potsma, (1993), “Geochemistry, Groundwater and

Pollution”, A.A. Balkema, Rotterdam, Brookfield. 3. George A. Mealey, (1996), “Penambangan Tembaga dan Emas Di

Pegunungan Irian Jaya Pada Endapan Yang Paling Terpencil Di Dunia”, Freeport-McMoran Cooper&Gold Inc.,New Orleans, LA.

4. HCI, (2001), “Update Interpretation of Groundwater Flow in Vicinity of EESS

Mines Based on Water Chemistry Data”, HCIASCA, Lakewood, Colorado.

5. HCI, (2001), “Current Status and Findings from Recent Hydrogeologic and

Hydrogeochemical Data from EESS Based on Investigation Performed in 2001”, HCIASCA, Lakewood, Colorado.

6. Kensaku Takeda dan Suyono Sosrodarsono, (1999), “Hidrologi Untuk

Pengairan”, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 7. Mc. Curdy, (1990), “Chemical Water Quality – Interpretation”, Fenwick

Laboratories Ltd, Nova Scotia. 8. Olivia Iriani, (2002), “Studi Hidrogeologi dan Kimia Air Tanah Untuk

Identifikasi Zona Aquifer Dalam Menentukan Target Pengeboran Secara Efektif Dalam penirisan Tambang Terbuka Grasberg Dengan Metode Pengeboran Bawah Tanah PT. Freeport Indonesia”, Jurusan Geologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

9. Tofan Parbowo, (2001), “Evaluasi Perubahan Tinggi Muka Air Tanah Zona

Fractured Diorite dan Hubungannya Dengan Perkembangan Caving Guna Mendukung Penentuan Program Dewatering Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ di PT. Freeport Indonesia”, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.

Page 107: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

LAMPIRAN

91

Page 108: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

92

LAMPIRAN A

DATA CURAH HUJAN DAERAH PENELITIAN

A.1. Curah Hujan Bulanan Daerah Meren Valley

Side ID : MER-01 Project ID : RFMER Description : Meren Valley Easting : 740599.46 Northing : 9549710.463 Elevation : 4327.949

Tabel A.1.

Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan Oktober 1998 – Desember 2002 Di Daerah Meren Valley

Bulan CH(mm) Hari Hujan Bulan CH(mm) Hari Hujan Okt-98 467 31 Dec-00 265 31 Nov-98 272 30 Jan-01 296 31 Des-98 314 31 Feb-01 349 28 Jan-99 298 31 Mar-01 396 31 Feb-99 266 28 Apr-01 332 30 Mar-99 444 31 May-01 194 31 Apr-99 374 29 Jun-01 66 9 May-99 214 31 Jul-01 0 0 Jun-99 241 30 Aug-01 4 17 Jul-99 242 31 Sep-01 270 30 Aug-99 0 0 Oct-01 303 31 Sep-99 244 30 Nov-01 357 30 Oct-99 261 31 Dec-01 421 31 Nov-99 401 30 Jan-02 368 31 Des-99 323 31 Feb-02 379 28 Jan-00 287 31 Mar-02 489 31 Feb-00 308 29 Apr-02 319 30 Mar-00 322 30 May-02 151 31 Apr-00 372 29 Jun-02 442 30 May-00 295 31 Jul-02 147 31 Jun-00 268 29 Aug-02 128 31 Jul-00 233 31 Sep-02 120 30 Aug-00 379 31 Oct-02 372 31 Sep-00 238 30 Nov-02 332 30 Oct-00 458 31 Dec-02 331 31 Nov-00 300 30 Average 287.2941 28.47059

Page 109: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

93

A.2. Curah Hujan Bulanan Daerah Yellow Valley

Side ID :YLV01 Project ID : RFHA Description : Yellow Valley Easting : 739566.572 Northing : 9549489.062 Elevation : 4054

Tabel A.2.

Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan Oktober 1998 – Desember 2002 Di Daerah Yellow Valley

Bulan CH(mm) Hari Hujan Bulan CH(mm) Hari Hujan Okt-98 455 31 Dec-00 297 19 Nov-98 299 29 Jan-01 164 31 Des-98 343 31 Feb-01 104 14 Jan-99 306 31 Mar-01 409 31 Feb-99 337 28 Apr-01 364 30 Mar-99 72 5 May-01 229 31 Apr-99 444 29 Jun-01 247 30 May-99 301 31 Jul-01 79 27 Jun-99 335 29 Aug-01 4 10 Jul-99 0 0 Sep-01 295 30 Aug-99 304 31 Oct-01 310 31 Sep-99 327 30 Nov-01 323 30 Oct-99 325 30 Dec-01 332 31 Nov-99 455 30 Jan-02 313 31 Des-99 365 31 Feb-02 303 28 Jan-00 51 6 Mar-02 432 31 Feb-00 355 29 Apr-02 329 30 Mar-00 525 30 May-02 98 31 Apr-00 328 15 Jun-02 400 30 May-00 108 14 Jul-02 158 31 Jun-00 289 30 Aug-02 131 31 Jul-00 159 19 Sep-02 134 30 Aug-00 48 4 Oct-02 50 11 Sep-00 189 30 Nov-02 323 30 Oct-00 452 31 Dec-02 334 31 Nov-00 311 30 Average 267.549 25.96078

Page 110: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

94

A.3. Curah Hujan Bulanan Daerah Lower Subsidence

Side ID : LSB-01 Project ID : RFHA Description : Lower SubsidenceEasting : 736822.994 Northing : 9548984.556 Elevation : 3841

Tabel A.3.

Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan Oktober 1998 – Desember 2002 Di Daerah Lower Subsidence

Bulan CH(mm) Hari Hujan Bulan CH(mm) Hari Hujan Okt-98 536 31 Dec-00 409 31 Nov-98 313 30 Jan-01 414 31 Des-98 453 31 Feb-01 613 28 Jan-99 378 31 Mar-01 540 30 Feb-99 487 28 Apr-01 476 30 Mar-99 557 31 May-01 306 30 Apr-99 507 30 Jun-01 325 27 May-99 301 31 Jul-01 0 0 Jun-99 317 28 Aug-01 0 0 Jul-99 0 0 Sep-01 0 0 Aug-99 585 31 Oct-01 0 0 Sep-99 364 30 Nov-01 133 14 Oct-99 372 31 Dec-01 626 31 Nov-99 528 30 Jan-02 345 25 Des-99 432 31 Feb-02 245 13 Jan-00 370 31 Mar-02 673 31 Feb-00 413 29 Apr-02 413 30 Mar-00 486 29 May-02 151 19 Apr-00 563 29 Jun-02 507 29 May-00 459 23 Jul-02 179 31 Jun-00 209 20 Aug-02 171 31 Jul-00 245 26 Sep-02 168 30 Aug-00 543 31 Oct-02 96 11 Sep-00 174 15 Nov-02 234 19 Oct-00 357 31 Dec-02 392 31 Nov-00 510 30 Average 350.4902 24.90196

Page 111: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

95

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Meren Valley

0

100

200

300

400

500

600O

kt-9

8

Jan-

99

Apr

-99

Jul-9

9

Oct

-99

Jan-

00

Apr

-00

Jul-0

0

Oct

-00

Jan-

01

Apr

-01

Jul-0

1

Oct

-01

Jan-

02

Apr

-02

Jul-0

2

Oct

-02

Waktu

Cura

h Hu

jan

(mm

)

Gambar A.1.

Grafik Curah Hujan Daerah Meren Valley

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Yellow Valley

0

100

200

300

400

500

600

Okt

-98

Jan-

99

Apr

-99

Jul-9

9

Oct

-99

Jan-

00

Apr

-00

Jul-0

0

Oct

-00

Jan-

01

Apr

-01

Jul-0

1

Oct

-01

Jan-

02

Apr

-02

Jul-0

2

Oct

-02

Waktu

Cura

h Hu

jan

(mm

)

Gambar A.2.

Grafik Curah Hujan Daerah Yellow Valley

Page 112: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

96

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Lower Subsidence

0100200300400500600700800

Okt

-98

Jan-

99

Apr

-99

Jul-9

9

Oct

-99

Jan-

00

Apr

-00

Jul-0

0

Oct

-00

Jan-

01

Apr

-01

Jul-0

1

Oct

-01

Jan-

02

Apr

-02

Jul-0

2

Oct

-02

Waktu

Cura

h Hu

jan

(mm

)

Gambar A.3.

Grafik Curah Hujan Daerah Lower Subsidence

Page 113: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

97

LAMPIRAN B

WATER BALANCE DAERAH EESS

B.1. Total Outflow Daerah EESS Tahun 2002

Tabel B.1. Total Outflow Daerah EESS Tahun 2002

Year Jan-02 Feb-02 Mar-02 Apr-02 May-02 Jun-02 Jul-02 Aug-02 Sep-02 Oct-02 Nov-02 Dec-02Portal 3600L 0 7 15 17 0 0 0 0 0 0 0 0

G9 70 72 100 87 42 20 38 28 32 28 17 22 WVD 83 71 117 112 88 96 105 69 73 66 20 34 YVAL Stn 41 127 138 278 224 80 79 174 135 72 41 25 32

HWI&P10 125 103 146 129 60 60 208 85 93 35 27 40 G2(IOZ-3388L) 48 57 60 50 50 47 45 42 45 10 10 12 VR#4 (3100L) 276 259 243 266 250 136 191 228 203 264 131 188 VR#3 (3100L) 10 11 9 7 6 45 20

DE from GBT II 75 75 75 75 45 Total GBT DH 158 146 192 187 133 96 105 69 73 66 20 34

Total GBT DWB 70 72 100 87 42 20 38 28 32 28 17 22 Portal 3530L 313 399 349 372 319 285 336 325 297 302 203 200

3450L DD4

DWTR NWC 137 100 85 110 80 80 83 65 75 75 83 80 NVD 70 50 65 55 46 50 66 54 60 36 55 55 WDN 29 26 32 30 29 26 10 27 28 24 21 22

Page 114: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

98

CNIU 5 5 5 5 4 4 4 3 4 3 27 20 WD 6 5 5 3 3 4 4 2 3 2 3 3

SWC 56 54 70 56 61 60 79 54 60 53 48 39 TE1 37 25 37 5 5 5 5 5 6 5 5 4

RB37 647 734 739 682 593 513 530 357 443 305 562 531 IA 36 40 35 43 45 40 26 46 45 25 31 29

IZFA-46 167 383 368 347 312 290 359 330 320 300 330 320 X/C 10 719 197 232 250 268 218 249 268 158 133 191 188

SC 7 7 5 5 5 4 5 5 6 5 5 6 DE from IOZ&3540L 176 176 176 175 169 85

DRD 825 794 701 615 750 850 1027 650 790 592 735 859 Total IOZ DWB 2917 2596 2555 2381 2370 2144 2532 1866 1998 1558 2096 2156

Stn 110 75 72 75 75 55 50 40 40 45 45 DZ-Ramp A 57 74 165 125 90 25 41 45 61 45 39 34

FAS (calculated) FAS (measured) 1686 2078 2345 2435 2158 1720 1195 1390 1593 1050 950 1120

Red Path Hole (calculated) 340 539 555 488 437 409 487 432 435 406 410 383 Red Path Hole (measured) 1254 804 999 974 1018 685 703 528 411 488 475 360

DZRA32 73 65 110 250 200 150 183 87 87 77 69 DZVR32 125 85 70 75 65 71 73 59 41 48 53 85 DOW07 99 313 52 55 164 180 321 335 269 286 340 DOW09 13 12 15 15 12 12 15 71 55 53 55 40

M-15 M-16 10 10 10 10 7 7 7 6 5 3 3 0 M-17 M-18 52 50 45 40 38 35 30 5 2 2 2 0

DOW19 21 17 5 3 3 3 3 1 1 1 1 0 DOW20 DOW21 32 39 35 112.5 517 416 459 441 411 391 405 373

Page 115: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

99

DOW22+Seep 466.6 767 60 505 400 380 279 350 366 360 365 325 DOW23 645 789 835 954 1018 775 958 610 810 795 748 542 DOW-24 18 15 15 10 1 35 21 21 24 18 20 20 DOW-25 55 5 10 25 0 0 0 19 15 15 12 0 DOW-26 1093 1080 855 1097 1143 985 904 1294 1250 1068 1075 764 DOW-27 2 2 5 5 2 2 2 2 2 2 3 2

Total DOZ DWB 2408 2885 2203 2829 3196 2814 2858 3141 3276 2977 2975 2406 DOZ x/c14 of 2910L Drift

DOZ 3050L Drift DOZ below DOW19 DOZ below DOW20

M15 - M18 83 77 60 53 48 45 40 12 8 6 7 0 DOZ to MLA (DOW 7 & DOW 9) 13 111 328 67 67 176 195 392 390 322 319 380

DOZ to MLA 75 171 383 117 112 218 232 403 397 327 346 380 DZTH37-01 25 47 51 50 47 22 97 97 53 58 45 DZTH37-02 8 49 128 125 125

DOZ PIPE (measured) 1401 1560 1010 1133 2500 2250 2150 2050 2010 1750 1800 2000 MLA Portal 4861 4873 4800 5859 5450 4650 4510 4133 4060 3278 3500 3250 MLA-Mill

DZ01 DOZ PIPE (calculated) 2333 2714 1820 2712 3084 2596 2626 2738 2879 2650 2629 2026

EESS Total (Portal) 6575 6839 6174 7381 8269 7185 6996 6508 6367 5330 5503 5450

EESS DWB Total 5395 5553 4858 5297 5608 4978 5428 5035 5306 4563 5088 4584 EESS DWB Total + VR 3 - 4 5671 5812 5101 5563 5858 5124 5630 5272 5516 4833 5264 4792

∆ (EESS) Total-(DW Holes & Raise) 904 1027 1073 1819 2411 2061 1366 1236 850 497 239 658

Page 116: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

100

B.2. Aliran Air Keluar (Outflow) Daerah IOZ

Tabel B.2. Outflow Stasiun GBT-3600-POR

GBT-3600-PORTAL GBT-3600-PORTAL

No Date Measurement gpm pH EC Remarks

No Date Measurement gpm pH EC Remarks

1 07-Jan-02 10 13-Mei-02 dry

2 21-Jan-02 11 01-Jun-02 dry

3 04-Feb-02 6 12 13-Jun-02 dry

4 18-Feb-02 8 13 15-Jul-02 dry

5 04-Mar-02 14 10-Sep-02 dry

6 18-Mar-02 53 15 24-Sep-02 dry

7 01-Apr-02 16 09-Okt-02 dry

8 15-Apr-02 17 8,8 460 17 04-Nop-02 dry

9 02-Mei-02 dry 18 10-Des-02 dry

Tabel B.3. Outflow Stasiun GBT-3530-L

GBT-3530-PORTAL GBT-3530-PORTAL

No Date Measurement gpm pH EC Remarks

No Date Measurement gpm pH EC Remark s

1 07-Jan-02 313 8,3 797 Flume 11 01-Jun-02 280 8,2 916 Flume 2 21-Jan-02 492 8,5 745 Flume 12 13-Jun-02 291 Flume 3 04-Feb-02 462 8,1 682 Flume 13 05-Jul-02 324 8,0 1401 Flume 4 18-Feb-02 336 8,3 568 Flume 14 15-Jul-02 347 8,5 1050 Flume 5 04-Mar-02 533 8,2 710 Flume 15 10-Sep-02 302 Flume 6 18-Mar-02 741 Flume 16 24-Sep-02 291 Flume 7 01-Apr-02 347 7,7 741 Flume 17 09-Okt-02 302 7,6 1479 Flume 8 15-Apr-02 396 7,9 674 Flume 18 04-Nop-02 203 Flume 9 02-Mei-02 324 8,0 854 Flume 19 18-Nop-02 160 Flume

10 13-Mei-02 313 7,8 1216 Flume 20 17-Des-02 200 Flume

Tabel B.4. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~G#2

IOZ-3388-G#2 IOZ-3388-G#2 No Date

Measurement gpm pH EC Remarks No Date

Measurement gpm pH EC Remarks 1 07-Jan-02 60 7,9 1184 9 05-Jul-02 42 ear plug 2 21-Jan-02 64 7,5 1124 10 15-Jul-02 47 ear plug 3 04-Feb-02 81 7,8 1278 11 05-Agust-02 49 ear plug 4 20-Feb-02 33 7,7 1056 12 29-Agust-02 35 ear plug 5 04-Mar-02 60 7,6 931 13 10-Sep-02 45 ear plug 6 18-Mar-02 40 7,0 1240 14 09-Okt-02 10 ear plug 7 21-Mei-02 50 ear plug 15 18-Nop-02 10 ear plug 8 20-Jun-02 47 ear plug 16 10-Des-02 12 ear plug

Page 117: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

101

Tabel B.5. Outflow Stasiun 3520/L GBT-2~G-09

G-09-Total G-09-Total No Date

Measurement gpm pH Remark No Date

Measurement gpm pH Remark 1 30-Jan-02 70 Sam Total G-9 10 01-Jun-02 20 2 20-Feb-02 72 Sam Total G-9 11 05-Jul-02 52 calculate Average 3 05-Mar-02 98 Sam Total G-9 12 15-Jul-02 24 calculate 38 4 18-Mar-02 102 Sam Total G-9 13 10-Sep-02 37 calculate 30,33 5 01-Apr-02 96 Sam Total G-9 14 24-Sep-02 28 calculate 32,235 6 15-Apr-02 79 Sam Total G-9 15 09-Okt-02 28 calculate 27,95 7 02-Mei-02 16 04-Nop-02 17 calculate 8 13-Mei-02 17 10-Des-02 26 calculate 21,73 9 21-Mei-02 41,2

Tabel B.6. Outflow Stasiun 3520/L IOZ~WVD

Date Total WVD Date Total WVD No Measurement gpm pH Average

No Measurement gpm pH Average 1 07-Jan-02 32 11 21-Mei-02 88 2 21-Jan-02 32 12 01-Jun-02 96 3 30-Jan-02 83 13 05-Jul-02 117 4 20-Feb-02 71 14 15-Jul-02 93 105 5 05-Mar-02 91 15 29-Agust-02 45 69 6 18-Mar-02 143 117 16 10-Sep-02 55 50 7 01-Apr-02 117 17 24-Sep-02 92 73 8 15-Apr-02 108 18 09-Okt-02 41 66 9 02-Mei-02 57 19 04-Nop-02 48 44

10 13-Mei-02 20 10-Des-02 20 34

Tabel B.7. Outflow Stasiun 3520/L Thwi&P-10

Total HWI&P10 Total HWI&P10

No Date Measurement gpm pH EC

No Date Measurement gpm pH EC

1 02-Mei-02 7 10-Sep-02 140 2 13-Mei-02 8 24-Sep-02 46 3 01-Jun-02 60 7,7 1428 9 09-Okt-02 35 7,8 1183 4 05-Jul-02 176 7,7 1065 10 04-Nop-02 27 7,6 1487 5 15-Jul-02 240 7,7 1341 11 05-Nop-02 30 6 05-Agust-02 220 12 10-Des-02 40

Page 118: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

102

Tabel B.8. Outflow Stasiun 3520/L Stn-41B

Total Stn 41 Total Stn 41 No Date

Measurement gpm pH EC No Date

Measurement gpm pH EC 1 07-Jan-02 10 01-Jun-02 79 7,8 1099 2 30-Jan-02 127 7,0 1130 11 05-Jul-02 211 7,8 936 3 20-Feb-02 138 7,6 989 12 15-Jul-02 175 7,6 2513 4 05-Mar-02 188 7,9 1061 13 05-Agust-02 174 5 18-Mar-02 369 7,9 1119 14 10-Sep-02 90 6 01-Apr-02 250 7,8 1004 15 24-Sep-02 54 7 15-Apr-02 198 7,9 992 16 09-Okt-02 41 7,8 1822 8 02-Mei-02 17 04-Nop-02 25 7,0 1155 9 13-Mei-02 18 10-Des-02 32

Tabel B.9. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~NWC

Total NWC Total NWC

No Date

Measurement gpm pH EC

No Date

Measurement gpm pH EC

1 07-Jan-02 135 11 20-Jun-02 80 2 21-Jan-02 139 12 05-Jul-02 85 3 04-Feb-02 101 13 15-Jul-02 80 4 20-Feb-02 99 7,7 368 14 05-Agust-02 86 5 04-Mar-02 70 7,7 1353 15 21-Agust-02 50 7,2 1131 6 18-Mar-02 100 7,1 1092 16 29-Agust-02 80 7 01-Apr-02 120 7,8 1119 17 10-Sep-02 75 8 02-Mei-02 117 7,7 1388 18 09-Okt-02 75 9 13-Mei-02 19 18-Nop-02 83 7,7 1209

10 21-Mei-02 80 7,8 1083 20 10-Des-02 80

Tabel B.10. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~WDN

Total WDN Total WDN

No Date

Measurement gpm Remarks

No Date

Measurement gpm Remarks

1 07-Jan-02 26 12 05-Jul-02 10 Calculated

2 21-Jan-02 32 Calculated 13 15-Jul-02 11 Calculated

3 04-Feb-02 26 14 05-Agust-02 25

4 20-Feb-02 25 Calculated 15 21-Agust-02 28

5 04-Mar-02 27 Calculated 16 29-Agust-02 27

6 18-Mar-02 37 17 10-Sep-02 28

7 01-Apr-02 27 18 09-Okt-02 24

8 02-Mei-02 37 Calculated 19 18-Nop-02 21 Calculated

9 13-Mei-02 Calculated 20 19-Nop-02 23 Calculated

10 21-Mei-02 29 Calculated 21 10-Des-02 22

11 20-Jun-02 26

Page 119: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

103

Tabel B.11. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~NVD

Total NVD Total NVD No

Date Measurement

gpm pH EC No

Date Measurement

gpm pH EC 1 07-Jan-02 82 7,9 1184 11 20-Jun-02 50

2 21-Jan-02 58 7,9 260 12 05-Jul-02 103

3 20-Feb-02 48 7,7 350 13 15-Jul-02 103

4 04-Mar-02 54 7,9 259 14 05-Agust-02 52

5 18-Mar-02 76 7,8 262 15 21-Agust-02 23

6 01-Apr-02 54 7,9 343 16 29-Agust-02 88

7 15-Apr-02 54 17 10-Sep-02 60

8 02-Mei-02 73 8,0 388 18 09-Okt-02 36

9 13-Mei-02 19 10-Des-02 55

10 21-Mei-02 46

Tabel B.12. Outflow Stasiun 3370/L IOZ~CNIU

Date Total CNIU

No Measurement Gpm pH EC Remark 1 07-Jan-02 5 Estimate 2 20-Feb-02 5 Estimate 3 01-Apr-02 5 Estimate 4 02-May-02 5 Estimate 5 13-May-02 6 18-Nov-02 27 with ear plug 7 10-Dec-02 20 with ear plug

Tabel B.13. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~WD

Total WD Total WD No

Date Measurement

gpm Remarks No

Date Measurement

gpm Remarks 1 07-Jan-02 5 11 21-Mei-02 5

2 21-Jan-02 6 12 20-Jun-02 4

3 04-Feb-02 5 13 05-Jul-02 4

4 20-Feb-02 5 14 15-Jul-02 4

5 04-Mar-02 7 15 05-Agust-02 2

6 18-Mar-02 4 16 29-Agust-02 2

7 01-Apr-02 3 17 10-Sep-02 3

8 15-Apr-02 3 18 09-Okt-02 2

9 02-Mei-02 4 19 10-Nop-02 3

10 13-Mei-02 20 10-Des-02 3

Page 120: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

104

Tabel B.14. Outflow Stasun 3370/West Drainage Drift~SWC

Total SWC Total SWC No

Date Measurement

gpm Remarks No

Date Measurement

gpm Remarks

1 07-Jan-02 56 12 05-Jul-02 52

2 21-Jan-02 56 13 15-Jul-02 106

3 20-Feb-02 53 14 05-Agust-02 63

4 05-Mar-02 71 15 21-Agust-02 52

5 18-Mar-02 57 16 29-Agust-02 47

6 01-Apr-02 17 10-Sep-02 60

7 15-Apr-02 54 18 09-Okt-02 53

8 02-Mei-02 54 19 04-Nop-02 48

9 03-Mei-02 20 18-Nop-02 43

10 21-Mei-02 61 21 10-Des-02 39

11 20-Jun-02 60

Tabel B.15. Outflow Stasiun 3370/L TE-IA-IZFA-Total

Total IA&TE Total IA&TE No

Date Measurement

gpm pH EC No

Date Measurement

gpm pH EC 1 07-Jan-02 344 8,8 1092 12 05-Jul-02 656 2 21-Jan-02 701 13 15-Jul-02 612 3 05-Feb-02 1081 7,6 1307 14 05-Agust-02 156 4 20-Feb-02 619 7,7 465 15 21-Agust-02 53 5 05-Mar-02 634 16 29-Agust-02 215 6 18-Mar-02 632 8,0 644 17 10-Sep-02 185 7 01-Apr-02 819 8,1 1058 18 09-Okt-02 158 8,1 1468 8 15-Apr-02 816 8,1 1058 19 04-Nop-02 245 9 02-Mei-02 7,8 1261 20 18-Nop-02 176 8,1 563

10 13-Mei-02 545 7,6 1478 21 10-Des-02 175 11 21-Mei-02 450 8,3 1269

Tabel B.16. Outflow Stasiun RB37

Total RB-37

Total RB-37 No

Date Measurement

gpm No

Date Measurement

gpm

1 07-Jan-02 651 13 11-Jun-02 471 2 21-Jan-02 644 14 05-Jul-02 339 3 04-Feb-02 868 15 15-Jul-02 321 4 18-Feb-02 648 16 05-Agust-02 343 5 04-Mar-02 622 17 29-Agust-02 371 6 18-Mar-02 837 18 10-Sep-02 513 7 01-Apr-02 837 19 23-Sep-02 84 8 15-Apr-02 544 20 09-Okt-02 305 9 02-Mei-02 657 21 04-Nop-02 292

10 13-Mei-02 601 22 18-Nop-02 562 11 21-Mei-02 522 23 10-Des-02 531 12 01-Jun-02 546

Page 121: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

105

Tabel B.17. Outflow Stasiun 3370/L South~IA

Total IA

Total IA No

Date Measurement

gpm No

Date Measurement

gpm

1 07-Jan-02 36 11 05-Jul-02 34 2 21-Jan-02 36 12 15-Jul-02 18 3 05-Feb-02 42 13 05-Agust-02 62 4 20-Feb-02 40 14 21-Agust-02 39 5 05-Mar-02 41 15 29-Agust-02 37 6 18-Mar-02 20 16 10-Sep-02 45 7 01-Apr-02 43 17 09-Okt-02 25 8 12-Apr-02 43 18 04-Nop-02 21 9 02-Mei-02 41 19 18-Nop-02 31

10 13-Mei-02 48 20 10-Des-02 29

Tabel B.18. Outflow Stasiun 3370/L IZFA

Total IZFA

Total IZFA No

Date Measurement

gpm No

Date Measurement

gpm

1 07-Jan-02 293 9 02-Mei-02 218 2 21-Jan-02 283 10 13-Mei-02 134 3 05-Feb-02 607 11 21-Mei-02 312 4 18-Feb-02 348 12 05-Jul-02 245 5 05-Mar-02 360 13 15-Jul-02 473 6 18-Mar-02 377 14 05-Agust-02 330 7 01-Apr-02 385 15 10-Sep-02 320 8 15-Apr-02 309

Tabel B.19. Outflow Stasiun X/C#10

Total X/C10

Total X/C10 No

Date Measurement

gpm No

Date Measurement

gpm

1 07-Jan-02 187 12 05-Jul-02 236 2 21-Jan-02 478 13 15-Jul-02 261 3 04-Feb-02 170 14 05-Agust-02 304 4 18-Feb-02 223 15 19-Agust-02 317 5 05-Mar-02 262 16 29-Agust-02 181 6 18-Mar-02 202 17 10-Sep-02 178 7 15-Apr-02 308 18 23-Sep-02 139 8 02-Mei-02 239 19 09-Okt-02 133 9 13-Mei-02 296 20 04-Nop-02 151

10 01-Jun-02 235 21 18-Nop-02 191 11 11-Jun-02 201 22 10-Des-02 188

Page 122: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

106

Tabel B.20. Outflow Stasiun SC

Total SC Total SC No Date

Measurement gpm

No Date

Measurement gpm

1 07-Jan-02 6 7 01-Apr-02 6 2 21-Jan-02 7,5 8 15-Apr-02 4 3 05-Feb-02 7 9 02-Mei-02 4 4 20-Feb-02 7 10 20-Jun-02 4 5 04-Mar-02 5 11 29-Agust-02 5,49 6 18-Mar-02 5 12 10-Sep-02 6,01

Tabel B.21. Outflow Stasiun 3388/L DE

Total DENo

Date Measurement

Gpm

1 7-Jan-02 176 2 4-Feb-02 176 3 5-Mar-02 176 4 15-Apr-02 175 5 2-May-02 169 6 5-Jul-02 85

Tabel B.22. Outflow Stasiun 3406/L DRD

Total DRD

Total DRD No

Date Measurement

gpm No

Date Measurement

gpm

1 07-Jan-02 938 13 05-Jul-02 996 2 21-Jan-02 711 14 15-Jul-02 1059 3 05-Feb-02 732 15 05-Agust-02 871 4 20-Feb-02 882 16 19-Agust-02 438 5 04-Mar-02 723 17 29-Agust-02 640 6 18-Mar-02 633 18 10-Sep-02 847 7 01-Apr-02 586 19 23-Sep-02 733 8 15-Apr-02 670 20 09-Okt-02 592 9 02-Mei-02 699 21 04-Nop-02 704

10 13-Mei-02 802 22 18-Nop-02 735 11 01-Jun-02 817 23 03-Des-02 859 12 11-Jun-02 882

Page 123: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

107

Tabel B.23. Outflow Stasiun 110A

Total Stn 110 Total Stn 110 No

Date Measurement

gpm pH EC No

Date Measurement

gpm pH EC 1 07-Jan-02 75 6 01-Jun-02 50 2 21-Jan-02 75 7 05-Jul-02 40 3 20-Feb-02 72 8 05-Agust-02 40 4 01-Apr-02 75 9 10-Sep-02 40 5 02-Mei-02 55 10 09-Okt-02 45

Tabel B.24. Outflow Stasiun 2940/L~HF-1(FAS)

Total FAS Total FAS

No Date

Measurement gpm pH EC

No Date

Measurement gpm pH EC

1 03-Jan-02 1274 1420 7,5 9 02-Mei-02 2158 1400 7,8 2 21-Jan-02 2097 1678 8,4 10 20-Jun-02 1720 3 05-Feb-02 2078 1626 8,9 11 09-Jul-02 2892 4 20-Feb-02 2592 1728 8,7 12 05-Agust-02 1195 5 11-Mar-02 2332 695 8,5 13 16-Sep-02 1593 1961 8,1 6 18-Mar-02 2359 695 9,5 14 09-Okt-02 1050 7 01-Apr-02 2435 448 7,9 15 18-Nop-02 950 8 15-Apr-02 16 10-Des-02 1120

B.3. Aliran Alir Keluar (Outflow) Daerah DOZ

Tabel B.25. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-07

Total DOW-07 Total DOW-07 No Date

Measurement gpm pH Remark No Date

Measurement gpm pH Remark 1 03-Jan-02 No measured 12 22-Jul-02 No measured

2 31-Jan-02 No measured 13 05-Agust-02 No measured

3 12-Feb-02 No measured 14 12-Agust-02 No measured

4 27-Feb-02 No measured 15 13-Agust-02 No measured

5 11-Mar-02 No measured 16 05-Sep-02 No measured

6 25-Mar-02 No measured 17 16-Sep-02 No measured

7 09-Apr-02 No measured 18 14-Okt-02 No measured

8 06-Mei-02 No measured 19 11-Nop-02 No measured

9 18-Mei-02 No measured 20 03-Des-02 372

10 06-Jun-02 No measured 21 16-Des-02 308

11 09-Jul-02 No measured

Page 124: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

108

Tabel B.26. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-09

Date Total DOW-09 Date Total DOW-09 No Measurement gpm pH Remark

No Measurement gpm pH Remark 1 03-Jan-02 No

measured 11 09-Jul-02 2 31-Jan-02 No

measured 12 22-Jul-02 8 3 12-Feb-02 12 13 12-Agust-02 55 4 27-Feb-02 14 19-Agust-02 87 5 11-Mar-02 12 15 05-Sep-02 52 6 25-Mar-02 16 16-Sep-02 58 7 08-Apr-02 17 14-Okt-02 49 8 06-Mei-02 18 11-Nop-02 55 9 18-Mei-02 19 03-Des-02 39

10 06-Jun-02 20 16-Des-02 42

Tabel B.27. Outflow Stasiun M-15

M-15 ( Total ) M-15 ( Total )

No Date Measurement gpm pH Rema s rk

No Date Measurement gpm pH Rema ks r

1 03-Jan-02 dry 10 09-Jul-02 dry 2 31-Jan-02 dry 11 22-Jul-02 dry 3 12-Feb-02 dry 12 12-Agust-02 dry 4 25-Feb-02 dry 13 05-Sep-02 dry 5 08-Apr-02 dry 14 16-Sep-02 dry 6 06-Mei-02 dry 15 14-Okt-02 dry 7 18-Mei-02 dry 16 11-Nop-02 dry 8 18-Mei-02 dry 17 17-Des-02 dry

9 18-Jun-02 dry

Tabel B.28. Outflow Stasiun M-16

Date M-16 ( Total ) Date M-16 ( Total ) No Measurement gpm pH Remarks

No Measurement gpm pH Remarks

1 03-Jan-02 Not measured

normal 9 09-Jul-02 Normal

dry 2 31-Jan-02 10 estimate 10 22-Jul-02 dry 3 12-Feb-02 10 estimate 11 12-Agust-02 dry 4 25-Mar-02 dry 12 05-Sep-02 dry 5 08-Apr-02 dry 13 16-Sep-02 dry 6 06-Mei-02 dry 14 14-Okt-02 dry 7 18-Mei-02 dry 15 11-Nop-02 dry 8 06-Jun-02 dry 16 19-Des-02 dry

Page 125: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

109

Tabel B.29. Outflow Stasiun M-17

M-17 ( Total ) M-17 ( Total ) No Date

Measurement gpm pH Remarks No Date

Measurement gpm pH Remarks 1 03-Jan-02 dry 9 09-Jul-02 dry 2 31-Jan-02 dry 10 22-Jul-02 dry

3 12-Feb-02 dry 11 12-Agust-02 dry

4 25-Feb-02 dry 12 05-Sep-02 dry

5 08-Apr-02 dry 13 16-Sep-02 dry

6 06-Mei-02 dry 14 14-Okt-02 dry

7 18-Mei-02 dry 15 11-Nop-02 dry 8 06-Jun-02 dry 16 19-Des-02 dry

Tabel B.30. Outflow Stasiun M-18

M-18 ( Total ) M-18 ( Total )

No Date Measurement gpm pH Remarks

No Date Measurement gpm pH Remarks

1 03-Jan-02 52 7,53 11 06-Jun-02 Not measured dry

2 31-Jan-02 45 Estimate 12 09-Jul-02 Not measured dry

3 12-Feb-02 50 Estimate 13 22-Jul-02 Not measured dry

4 27-Feb-02 7,67 no access 14 12-Agust-02 Not measured

5 11-Mar-02 45 Estimate 15 13-Agust-02 Not measured

6 25-Mar-02 40 16 16-Sep-02 Not measured

7 08-Apr-02 Not measured dry 17 14-Okt-02 Not measured

8 23-Apr-02 Not measured dry 18 11-Nop-02 Not measured

9 06-Mei-02 Not measured dry 19 19-Des-02 dry

10 18-Mei-02 Not measured dry

Tabel B.31. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-14

Total DOW-

14 Total DOW-

14 No Date Measurement gpm

No Date Measurement gpm

1 0 10 27-Agust-02 11 2 18-Mei-02 11 11 05-Sep-02 18 3 0 12 11-Sep-02 9 4 0 13 16-Sep-02 14 5 06-Jun-02 8 14 14-Okt-02 11 6 09-Jul-02 14 15 12-Nop-02 21 7 22-Jul-02 22 16 03-Des-02 13 8 12-Agust-02 25 17 16-Des-02 11 9 19-Agust-02 10

Page 126: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

110

Tabel B.32. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-19

Total DOW-19

Total DOW-19 No Date

Measurement gpm No Date

Measurement gpm

1 03-Jan-02 21 11 06-Jun-02 3 2 31-Jan-02 12 09-Jul-02 3 3 12-Feb-02 17 13 22-Jul-02 4 27-Feb-02 14 12-Agust-02 1 5 11-Mar-02 5 15 13-Agust-02 6 25-Mar-02 16 16-Sep-02 1 7 08-Apr-02 3 17 14-Okt-02 1 8 23-Apr-02 18 11-Nop-02 1 9 06-Mei-02 3 19 19-Des-02

10 18-Mei-02

Tabel B.33. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-21

Total DOW-21 Total DOW-21

No Date Measurement gpm pH Average

No Date Measurement gpm pH Average

1 03-Jan-02 2 12 18-Mei-02 506 506 2 31-Jan-02 64 33 13 06-Jun-02 446 485,9 3 12-Feb-02 39 51,5 14 09-Jul-02 446 465,9 4 27-Feb-02 16 27,5 15 22-Jul-02 485 458,9 5 11-Mar-02 2 9 16 12-Agust-02 394 441,6 6 25-Mar-02 2 2 17 05-Sep-02 366 415 7 08-Apr-02 36 19 18 16-Sep-02 487 415,6 8 23-Apr-02 189 112,5 19 14-Okt-02 391 409,5 9 06-Mei-02 550 369,5 20 11-Nop-02 406 412,5

10 14-Mei-02 21 02-Des-02 361 11 18-Mei-02 506 528 22 17-Des-02 384 372,6

Tabel B.34. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-22+Seep

Total DOW-22+seep Total DOW-22+Seep

No Date Measurement gpm pH Remarks

No Date Measurement gpm pH Remarks

1 03-Jan-02 437 8 12 06-Jun-02 2 31-Jan-02 496 8 13 09-Jul-02 3 12-Feb-02 767 8 14 22-Jul-02 279 8 4 27-Feb-02 8 15 12-Agust-02 523 5 11-Mar-02 60 8 16 19-Agust-02 935 6 25-Mar-02 17 05-Sep-02 382 7 08-Apr-02 415 8 18 16-Sep-02 351 8 23-Apr-02 596 9 19 14-Okt-02 360 9 06-Mei-02 596 9 20 11-Nop-02 365

10 14-Mei-02 204 21 19-Des-02 325 11 18-Mei-02

Page 127: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

111

Tabel B.35. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~Pipe

DOZ-Pipe

DOZ-Pipe No Date

Measurement gpm No Date

Measurement gpm

1 03-Jan-02 1608 10 06-Jun-02 2415 2 31-Jan-02 1195 11 09-Jul-02 1345 3 12-Feb-02 1560 12 22-Jul-02 2150 4 27-Feb-02 1110 13 12-Agust-02 5 11-Mar-02 990 14 19-Agust-02 2020 6 25-Mar-02 1021 15 16-Sep-02 2010 7 08-Apr-02 1133 16 14-Okt-02 8 06-Mei-02 2350 17 Nop-02 9 18-Mei-02 2345 18 19-Des-02 2000

Tabel B.36. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-23

Total DOW-23 Total DOW-23 No Date

Measurement gpm Average No Date

Measurement gpm Average 1 03-Jan-02 533 12 06-Jun-02 716 2 31-Jan-02 757 645 13 09-Jul-02 233 3 12-Feb-02 794 14 22-Jul-02 803 584 4 27-Feb-02 650 722 15 12-Agust-02 625 554 5 11-Mar-02 828 16 19-Agust-02 597 675 6 25-Mar-02 855 841 17 05-Sep-02 812 678 7 08-Apr-02 832 18 16-Sep-02 812 812 8 23-Apr-02 978 905 19 14-Okt-02 795 804 9 06-Mei-02 876 20 11-Nop-02 700 748

10 14-Mei-02 888 882 21 03-Des-02 508 11 18-Mei-02 331 22 17-Des-02 575 542

Tabel B.37. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-24

Total DOW-24 Total DOW-24

No Date Measurement gpm Average Remarks

No Date Measurement gpm Average Remarks

1 03-Jan-02 20 11 06-Jun-02 1 1 2 31-Jan-02 15 18 12 09-Jul-02 16 8 3 12-Feb-02 14 15 13 22-Jul-02 25 21 4 27-Feb-02 14 14 14 12-Agust-02 29 27 5 11-Mar-02 13 14 15 19-Agust-02 19 24 6 25-Mar-02 2 8 16 05-Sep-02 34 27 7 08-Apr-02 1 2 17 16-Sep-02 13 24 8 23-Apr-02 1 1 18 14-Okt-02 18 16 9 06-Mei-02 1 1 19 11-Nop-02 0 9

10 18-Mei-02 1 1 20 17-Des-02 20

Page 128: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

112

Tabel B.38. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-25

Total DOW-25

Total DOW-25 No Date

Measurement gpm No Date

Measurement gpm

1 03-Jan-02 55 11 18-Mei-02 0 2 31-Jan-02 5 12 06-Jun-02 0 3 12-Feb-02 3 13 09-Jul-02 0 4 27-Feb-02 2 14 22-Jul-02 0 5 11-Mar-02 3 15 12-Agust-02 19 6 25-Mar-02 3 16 05-Sep-02 15 7 08-Apr-02 50 17 16-Sep-02 8 23-Apr-02 0 18 14-Okt-02 14 9 06-Mei-02 0 19 11-Nop-02 12

10 14-Mei-02 25 20 17-Des-02 0

Tabel B.39. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-26

Total DOW-26 Total DOW-26 No

Date Measurement

gpm Average No

Date Measurement

gpm Average 1 03-Jan-02 1123 1037 12 06-Jun-02 939 1204 2 31-Jan-02 1063 1093 13 09-Jul-02 938 1033 3 12-Feb-02 1080 1071 14 22-Jul-02 869 904 4 27-Feb-02 1218 1149 15 12-Agust-02 2543 1706 5 11-Mar-02 957 1088 16 19-Agust-02 44 1294 6 25-Mar-02 753 855 17 05-Sep-02 821 433 7 08-Apr-02 780 767 18 16-Sep-02 776 799 8 23-Apr-02 1414 1097 19 14-Okt-02 833 805 9 06-Mei-02 1038 1226 20 11-Nop-02 740 787

10 14-Mei-02 1454 21 03-Des-02 800 11 18-Mei-02 1221 1143 22 17-Des-02 728 764

Tabel B.40. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-27

Total DOW-27 Total DOW-27 No

Date Measurement

gpm Remarks No

Date Measurement

gpm Remarks 1 03-Jan-02 3 11 06-Jun-02 0 Dry 2 31-Jan-02 Dry 12 09-Jul-02 0 Dry 3 12-Feb-02 2 Dry 13 22-Jul-02 0 Dry 4 27-Feb-02 0 Dry 14 12-Agust-02 0 Dry 5 11-Mar-02 0 Dry 15 09-Sep-02 4 calculate 6 25-Mar-02 0 Dry 16 16-Sep-02 7 08-Apr-02 0 Dry 17 14-Okt-02 2 calculate 8 23-Apr-02 0 Dry 18 11-Nop-02 3 calculate 9 06-Mei-02 0 Dry 19 17-Des-02 2 calculate

10 18-Mei-02 0 Dry

Page 129: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

113

Tabel B.41. Outflow Stasiun 3100/L Ramp A~DZ Total DZ-Ramp A Total DZ-Ramp A

No Date Measurement gpm pH EC

No Date Measurement gpm pH EC

1 03-Jan-02 84 7,7 1450 12 06-Jun-02 2 31-Jan-02 30 13 22-Jul-02 3 12-Feb-02 28 7,6 1425 14 09-Jul-02 41 7,5 1247 4 27-Feb-02 26 8,1 1370 15 22-Jul-02 5 11-Mar-02 38 7,8 567 16 12-Agust-02 45 6 25-Mar-02 38 7,8 567 17 16-Sep-02 61 7 06-Apr-02 37 6,3 254 18 14-Okt-02 45 8 23-Apr-02 34 8,0 1161 19 11-Nop-02 39 7,6 1544 9 06-Mei-02 31 7,7 1243 20 03-Des-02 34

10 18-Mei-02 21 19-Des-02 33 7,7 11 06-Jun-02

Tabel B.42. Outflow Stasiun DZRA32-Ramp A

Total DZ-Ramp A Total DZ-Ramp A No Date

Measurement gpm Average Remarks No Date

Measurement gpm Average Remarks 1 03-Jan-02 52 13 09-Jul-02 42 24 Calculated 2 21-Jan-02 54 53 14 22-Jul-02 80 61 Calculated 3 31-Jan-02 114 73 15 16-Agust-02 82 81 Calculated 4 12-Feb-02 35 74 16 29-Agust-02 92 87 Calculated 5 27-Feb-02 75 55 17 05-Sep-02 91 91 Calculated 6 11-Mar-02 58 66 18 16-Sep-02 84 87 Calculated 7 25-Mar-02 272 165 Calculated 19 24-Sep-02 83 84 Calculated 8 06-Apr-02 120 196 Calculated 20 14-Okt-02 33 58 Calculated 9 23-Apr-02 43 82 Calculated 21 11-Nop-02 77 55 Calculated

10 06-Mei-02 96 70 Calculated 22 03-Des-02 71 Calculated 11 18-Mei-02 6 51 Calculated 23 19-Des-02 67 69 Calculated 12 06-Jun-02 6 6 Calculated

Tabel B.43. Outflow Stasiun 3100/L DZVR

Total DZVR32 Total DZVR32 No Date

Measurement gpm pH Average No Date

Measurement gpm pH Average 1 05-Jan-02 152 14 06-Jun-02 71 71 2 21-Jan-02 75 15 09-Jul-02 71 71 3 31-Jan-02 59 95 16 22-Jul-02 75 7,1 73 4 12-Feb-02 101 17 05-Agust-02 70 73 5 27-Feb-02 76 88 18 12-Agust-02 75 7,1 73 6 11-Mar-02 72 74 19 16-Agust-02 63 8,7 69 7 25-Mar-02 71 72 20 19-Agust-02 38 8,3 51 8 06-Apr-02 63 67 21 05-Sep-02 45 7,8 41 9 23-Apr-02 34 49 22 16-Sep-02

10 06-Mei-02 64 49 23 14-Okt-02 48 7,5 11 18-Mei-02 0 32 24 11-Nop-02 53 12 06-Jun-02 71 36 25 03-Des-02 105 13 06-Jun-02 71 71 26 19-Des-02 65 7,3 85

Page 130: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

114

Tabel B.44. Outflow Stasiun 3100/L Ramp A~DZ VR3&4

Total V/R#4 Total V/R#3 No Date

Measurement Gpm EC pH gpm EC PH 1 3-Jan-02 420 245 7.5 10 - - 2 21-Jan-02 314 11 - - 3 1-Feb-02 237 697 7.2 8 4 12-Feb-02 225 417 7.7 7 - - 5 27-Feb-02 398 495 8.4 10 - - 6 11-Mar-02 122 10 - - 7 25-Mar-02 243 405 7.9 4 - - 8 6-Apr-02 289 1152 8.0 5 - - 9 23-Apr-02 243 619 8.0 7 - -

10 6-May-02 381 7.84 8.0 4 - - 11 18-May-02 - - 12 6-Jun-02 136 7.6 10 - - 13 09-Jul-02 242 1123 7.6 10 - - 14 22-Jul-02 186 1067 7.9 12 - - 15 05-Aug-02 191 9 - - 16 16-Aug-02 265 730 7.8 8 - - 17 05-Sep-02 203 7 - - 18 14-Oct-02 264 1823 7.6 6 - - 19 11-Nov-02 131 45 - - 20 03-Dec-02 235.31 15 21 12-Dec-02 141 1471 7.59 20 1110 7.76

Tabel B.45. Outflow Stasiun 2940/L MLA~DZ-01

Total DZ01

Total DZ01 No Date

Measurement gpm No Date

Measurement gpm

1 14-Jan-02 11 18-Mei-02 1 2 31-Jan-02 12 06-Jun-02 18 3 12-Feb-02 156 13 09-Jul-02 18 4 01-Mar-02 62 14 22-Jul-02 48 5 11-Mar-02 263 15 05-Sep-02 39 6 25-Mar-02 62 16 16-Sep-02 34 7 06-Apr-02 17 11-Nop-02 28 8 23-Apr-02 44 18 03-Des-02 32 9 06-Mei-02 42 19 17-Des-02 38

10 15-Mei-02 74

Page 131: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

115

Tabel B.46. Outflow Stasiun 3079/ DZTH-24

Total DZTH24

Total DZTH24 No Date

Measurement gpm No Date

Measurement gpm

1 11-Sep-02 0 7 21-Sep-02 74 2 13-Sep-02 0 8 26-Sep-02 60 3 14-Sep-02 0 9 05-Okt-02 65 4 17-Sep-02 0 10 16-Okt-02 230 5 18-Sep-02 0 11 12-Nop-02 325 6 20-Sep-02 0 12 16-Des-02 308

Tabel B.47. Outflow Stasiun 3079/L Haulage Truck~DZTH37-01

Total DZTH37-01

Total DZTH37-01 No Date

Measurement gpm No Date

Measurement gpm

1 05-Feb-02 19 12 09-Jul-02 24 2 15-Feb-02 31 13 22-Jul-02 20 3 01-Mar-02 33 14 16-Agust-02 97 4 11-Mar-02 51 15 29-Agust-02 5 25-Mar-02 59 16 05-Sep-02 37 6 06-Apr-02 58 17 14-Sep-02 7 23-Apr-02 45 18 16-Sep-02 157 8 06-Mei-02 39 19 11-Okt-02 9 15-Mei-02 57 20 14-Okt-02 53

10 18-Mei-02 3 21 11-Nop-02 58 11 06-Jun-02 3 22 16-Des-02 45

Tabel B.48. Outflow Stasiun 3079/L Haulage Truck~DZTH37-02

Total DZTH37-

02 Total DZTH37-

02 No Date Measurement gpm

No Date Measurement gpm

1 29-Agust-02 8 6 14-Okt-02 128 2 05-Sep-02 23 7 11-Nop-02 117 3 14-Sep-02 85 8 14-Nop-02 125 4 16-Sep-02 39 9 16-Des-02 112465 5 11-Okt-02 128

Page 132: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

116

B.4. Water Balance Daerah EESS Tahun 2002

Tabel B.49. Water Balance Daerah EESS Tahun 2002

Aliran Data Jan-02 Feb-02 Mar-02 Apr-02 May-02 Jun-02 Jul-02 Aug-02 Sep-02 Oct-02 Nov-02 Dec-02Inflow (MER) F 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9

P(mm/hari) 11.87 13.54 15.77 10.63 4.87 14.73 4.74 4.13 4 12.005 11.0825 10.67 A(m2) 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 R(m3/hari) 16808.67 19173.49 22331.31 15052.75 6896.23 20858.61 6712.14 5848.34 5664.25 16999.84 15693.52 15109.39 R(gpm) 3083.933 3517.814 4097.188 2761.77 1265.27 3826.987 1231.49 1073.01 1039.24 3119.007 2879.333 2772.162

Inflow (YLV) F 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 P(mm/hari) 10.1 10.82 13.94 10.97 3.16 13.33 5.1 4.23 4.47 4.55 10.78 10.77 A(m2) 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 R(m3/hari) 14302.24 15321.8 19739.92 15534.21 4474.76 18876.12 7221.92 5989.95 6329.8 6443.087 15265.16 15251 R(gpm) 2624.071 2811.134 3621.738 2850.105 820.996 3463.254 1325.03 1098.99 1161.35 1182.131 2800.741 2798.143

Inflow (LSB) F 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 P(mm/hari) 13.8 18.85 21.71 13.77 7.95 17.48 5.77 5.52 5.6 8.73 12.32 11.18 A(m2) 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 R(m3/hari) 19541.67 26692.79 30742.73 19499.19 11257.7 24752.78 8170.68 7816.67 7929.95 12362.23 17445.9 15831.58 R(gpm) 3585.364 4897.4 5640.454 3577.57 2065.48 4541.462 1499.1 1434.15 1454.93 2268.133 3200.847 2904.665

Total Inflow 9293.368 11226.35 13359.38 9189.445 4151.75 11831.7 4055.62 3606.15 3655.51 6569.271 8880.922 8474.97Outflow 6575 6839 6174 7381 8269 7185 6996 6508 6367 5330 5503 5450

S 2718.368 4387.347 7185.379 1808.445 -4117.25 4646.702 -2940.38 -2901.85 -2711.49 1239.271 3377.922 3024.97

Total Inflow 2002 = 94.294,43 gpm Total Outflow 2002 = 78.577 gpm S = 15.717,43 gpm

Page 133: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

117

LAMPIRAN C

WATER LEVEL DAERAH EESS

C.1. Piezometer di Daerah Utara EESS Piezometer G9-10 Location : DOM Easting : 737053.982 Northing : 9549412.496 Elevation : 3611.307

Tabel C.1. Piezometer G9-10

Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

G9-10 181.28 3430.03 0.00 Faumai 12-Oct-01 TRUE

G9-10 171.70 3439.61 -9.58 Faumai 26-Oct-01 TRUE

G9-10 173.00 3438.31 -8.28 Faumai 14-Nov-01 TRUE

G9-10 172.60 3438.71 -8.68 Faumai 28-Nov-01 TRUE

G9-10 188.10 3423.21 6.82 Faumai 13-Dec-01 TRUE

G9-10 188.00 3423.31 6.72 Faumai 07-Jan-02 TRUE

G9-10 188.00 3423.31 6.72 Faumai 07-Feb-02 TRUE

G9-10 178.77 3432.54 -2.51 Faumai 20-Feb-02 TRUE

G9-10 188.00 3423.31 6.72 Faumai 07-Mar-02 TRUE

G9-10 178.70 3432.61 -2.58 Faumai 19-Mar-02 TRUE

G9-10 178.50 3432.81 -2.78 Faumai 01-Apr-02 TRUE

G9-10 179.00 3432.31 -2.28 Faumai 15-Apr-02 TRUE

G9-10 178.00 3433.31 -3.28 Faumai 03-Jun-02 TRUE

G9-10 217.47 3393.84 36.19 Faumai 15-Jul-02 TRUE

G9-10 219.00 3392.31 37.72 Faumai 31-Jul-02 TRUE

G9-10 198.58 Faumai 10-Sep-02 TRUE

Page 134: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

118

G9-10 224.72 3386.59 43.44 Faumai 09-Oct-02 TRUE

G9-10 224.68 3386.63 43.40 Faumai 05-Nov-02 TRUE

Piezometer G9-11 Location : DOM

Easting : 737054.021

Northing : 9549413.05

Elevation : 3611.265 Tabel C.2. Piezometer G9-11

Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

G9-11 0.46 3610.81 0.00 Kais 10-Oct-02 12-Oct-01 TRUE

G9-11 8.30 3602.97 7.84 Kais 10-Oct-02 26-Oct-01 TRUE

G9-11 9.30 3601.97 8.84 Kais 10-Oct-02 14-Nov-01 TRUE

G9-11 10.25 3601.02 9.79 Kais 10-Oct-02 28-Nov-01 TRUE

G9-11 10.40 3600.87 9.94 Kais 10-Oct-02 13-Dec-01 TRUE

G9-11 11.00 3600.27 10.54 Kais 10-Oct-02 07-Jan-02 TRUE

G9-11 11.50 3599.77 11.04 Kais 10-Oct-02 07-Feb-02 TRUE

G9-11 9.98 3601.29 9.52 Kais 10-Oct-02 20-Feb-02 TRUE

G9-11 11.50 3599.77 11.04 Kais 10-Oct-02 07-Mar-02 TRUE

G9-11 11.60 3599.67 11.14 Kais 10-Oct-02 19-Mar-02 TRUE

G9-11 12.10 3599.17 11.64 Kais 10-Oct-02 01-Apr-02 TRUE

G9-11 12.00 3599.27 11.54 Kais 10-Oct-02 15-Apr-02 TRUE

G9-11 15.00 3596.27 14.54 Kais 10-Oct-02 03-Jun-02 TRUE

G9-11 14.68 3596.59 14.22 Kais 10-Oct-02 15-Jul-02 TRUE

G9-11 19.25 3592.02 18.79 Kais 10-Oct-02 31-Jul-02 TRUE

G9-11 20.58 3590.69 20.12 Kais 10-Oct-02 10-Sep-02 TRUE

G9-11 20.53 3590.74 20.07 Kais 10-Oct-02 09-Oct-02 TRUE

Page 135: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

119

G9-11 22.67 3588.60 22.22 Kais 10-Oct-02 05-Nov-02 TRUE

Piezometer DRD03-08 Location :

Easting : 737494.326

Northing : 9549354.746

Elevation : 3407.23

Tabel C.3. Piezometer DRD03-08

Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

DRD03-08 69.00 3338.23 0.00 Fumai 18-Oct-02 02-Oct-02 TRUE

DRD03-08 132.92 3274.31 63.92 Fumai 18-Oct-02 09-Oct-02 TRUE

DRD03-08 142.74 3264.49 73.74 Fumai 18-Oct-02 11-Oct-02 TRUE

DRD03-08 201.63 3205.60 132.63 Fumai 18-Oct-02 04-Nov-02 TRUE

Piezometer DRD03-09 Location :

Easting : 737559.854

Northing : 9549361.797

Elevation : 3407.23

Tabel C.4. Piezometer DRD03-09

Name Depth to Water Water Level Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

DRD03-09 179.57 3227.66 Waripi 18-Oct-02 16-Oct-02 TRUE

Page 136: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

120

C.2. Piezometer di Daerah Timur EESS

Piezometer TEW05-05 Location : Easting : 736668

Northing : 9549128

Elevation : 3607

Tabel C.5. Piezometer TEW05-05

Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

TEW05-05 69.00 3538.00 0.00 Diorite 18-Oct-02 02-Oct-02 TRUE

TEW05-05 124.88 3482.12 55.88 Diorite 18-Oct-02 01-Nov-02 TRUE

TEW05-05 12397.00 3483.03 54.97 Diorite 18-Oct-02 05-Nov-02 TRUE

Piezometer VSW-31 Location : DOM

Easting : 736104.19

Northing : 9549074.3

Elevation : 3785.34

Tabel C.6. Piezometer VSW-31

Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

VZW-31 3635.44 0.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Apr-00 TRUE

VZW-31 3634.24 1.20 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Apr-00 TRUE

Page 137: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

121

VZW-31 3632.64 2.80 Diorite 4 2000 17-Dec-02 21-Apr-00 TRUE

VZW-31 3632.56 2.88 Diorite 4 2000 17-Dec-02 25-Apr-00 TRUE

VZW-31 3632.54 2.90 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-May-00 TRUE

VZW-31 3626.85 8.59 Diorite 4 2000 17-Dec-02 04-May-00 TRUE

VZW-31 3628.94 6.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-May-00 TRUE

VZW-31 3631.74 3.70 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-May-00 TRUE

VZW-31 3631.74 3.70 Diorite 4 2000 17-Dec-02 31-May-00 TRUE

VZW-31 3627.94 7.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Jun-00 TRUE

VZW-31 3629.24 6.20 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Jun-00 TRUE

VZW-31 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Jul-00 TRUE

VZW-31 3627.54 7.90 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Jul-00 TRUE

VZW-31 3632.14 3.30 Diorite 4 2000 17-Dec-02 16-Aug-00 TRUE

VZW-31 3623.54 11.90 Diorite 4 2000 17-Dec-02 25-Sep-00 TRUE

VZW-31 3622.79 12.65 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Oct-00 TRUE

VZW-31 3622.69 12.75 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Oct-00 TRUE

VZW-31 3624.54 10.90 Diorite 4 2000 17-Dec-02 16-Oct-00 TRUE

VZW-31 3622.44 13.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-Oct-00 TRUE

VZW-31 3622.11 13.33 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-Nov-00 TRUE

VZW-31 3619.12 16.32 Diorite 4 2000 17-Dec-02 14-Nov-00 TRUE

VZW-31 3618.94 16.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 29-Nov-00 TRUE

VZW-31 3617.34 18.10 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Dec-00 TRUE

VZW-31 3616.84 18.60 Diorite 4 2000 17-Dec-02 15-Dec-00 TRUE

VZW-31 3616.74 18.70 Diorite 4 2000 17-Dec-02 18-Dec-00 TRUE

VZW-31 3616.73 18.71 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Dec-00 TRUE

VZW-31 3616.44 19.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Jan-01 TRUE

VZW-31 3616.40 19.04 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Jan-01 TRUE

VZW-31 3618.04 17.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 15-Jan-01 TRUE

VZW-31 3617.99 17.45 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Jan-01 TRUE

VZW-31 3615.81 19.63 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Jan-01 TRUE

Page 138: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

122

VZW-31 3615.78 19.66 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-Feb-01 TRUE

VZW-31 3615.70 19.74 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Feb-01 TRUE

VZW-31 3615.68 19.76 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Feb-01 TRUE

VZW-31 3616.44 19.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Feb-01 TRUE

VZW-31 3616.42 19.02 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Feb-01 TRUE

VZW-31 3616.64 18.80 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-Mar-01 TRUE

VZW-31 3615.14 20.30 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Mar-01 TRUE

VZW-31 3614.39 21.05 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-Mar-01 TRUE

VZW-31 3613.79 21.65 Diorite 4 2000 17-Dec-02 07-Mar-01 TRUE

VZW-31 3614.28 21.16 Diorite 4 2000 17-Dec-02 09-Mar-01 TRUE

VZW-31 3614.20 21.24 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Mar-01 TRUE

VZW-31 3614.88 20.56 Diorite 4 2000 17-Dec-02 21-Mar-01 TRUE

VZW-31 3614.39 21.05 Diorite 4 2000 17-Dec-02 26-Mar-01 TRUE

VZW-31 3614.34 21.10 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Mar-01 TRUE

VZW-31 3614.06 21.38 Diorite 4 2000 17-Dec-02 03-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.89 21.55 Diorite 4 2000 17-Dec-02 04-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.70 21.74 Diorite 4 2000 17-Dec-02 05-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.64 21.80 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.32 22.12 Diorite 4 2000 17-Dec-02 07-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.32 22.12 Diorite 4 2000 17-Dec-02 09-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.28 22.16 Diorite 4 2000 17-Dec-02 10-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.28 22.16 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.26 22.18 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.26 22.18 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.29 22.15 Diorite 4 2000 17-Dec-02 14-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.35 22.09 Diorite 4 2000 17-Dec-02 16-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.46 21.98 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.44 22.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 18-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.41 22.03 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-Apr-01 TRUE

Page 139: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

123

VZW-31 3613.24 22.20 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.04 22.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 26-Apr-01 TRUE

VZW-31 3612.92 22.52 Diorite 4 2000 17-Dec-02 28-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.04 22.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Apr-01 TRUE

VZW-31 3613.59 21.85 Diorite 4 2000 17-Dec-02 07-May-01 TRUE

VZW-31 3613.55 21.89 Diorite 4 2000 17-Dec-02 10-May-01 TRUE

VZW-31 3614.41 21.03 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-May-01 TRUE

VZW-31 3612.59 22.85 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-May-01 TRUE

VZW-31 3612.21 23.23 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-May-01 TRUE

VZW-31 3610.78 24.66 Diorite 4 2000 17-Dec-02 25-May-01 TRUE

VZW-31 3609.73 25.71 Diorite 4 2000 17-Dec-02 31-May-01 TRUE

VZW-31 3609.02 26.42 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Jun-01 TRUE

VZW-31 3608.38 27.06 Diorite 4 2000 17-Dec-02 15-Jun-01 TRUE

VZW-31 3608.08 27.36 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Jun-01 TRUE

VZW-31 3608.69 26.75 Diorite 4 2000 17-Dec-02 26-Jun-01 TRUE

VZW-31 3608.84 26.60 Diorite 4 2000 17-Dec-02 28-Jun-01 TRUE

VZW-31 3611.90 23.54 Diorite 4 2000 17-Dec-02 09-Jul-01 TRUE

VZW-31 3606.19 29.25 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Jul-01 TRUE

VZW-31 3606.77 28.67 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Aug-01 TRUE

VZW-31 3605.82 29.62 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Aug-01 TRUE

VZW-31 3603.81 31.63 Diorite 4 2000 17-Dec-02 29-Aug-01 TRUE

VZW-31 185.25 3600.79 34.65 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Sep-01 TRUE

VZW-31 184.04 3601.00 34.44 Diorite 4 2000 17-Dec-02 14-Sep-01 TRUE

VZW-31 185.1 3600.94 34.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Sep-01 TRUE

VZW-31 184.35 3601.69 33.75 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Oct-01 TRUE

VZW-31 184.6 3601.44 34.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Oct-01 TRUE

VZW-31 185.17 3600.87 34.57 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Oct-01 TRUE

VZW-31 184.3 3601.74 33.70 Diorite 4 2000 17-Dec-02 25-Oct-01 TRUE

VZW-31 184 3602.04 33.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Nov-01 TRUE

Page 140: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

124

VZW-31 183.36 3602.68 32.76 Diorite 4 2000 17-Dec-02 27-Dec-01 TRUE

VZW-31 183.23 3602.81 32.63 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Jan-02 TRUE

VZW-31 184.29 3601.75 33.69 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Jan-02 TRUE

VZW-31 184.22 3601.82 33.62 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Jan-02 TRUE

VZW-31 183.34 3602.70 32.74 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Feb-02 TRUE

VZW-31 182.93 3603.11 32.33 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Feb-02 TRUE

VZW-31 183.82 3602.22 33.22 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Feb-02 TRUE

VZW-31 183.38 3602.66 32.78 Diorite 4 2000 17-Dec-02 27-Feb-02 TRUE

VZW-31 182.23 3603.81 31.63 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-Mar-02 TRUE

VZW-31 182.88 3603.16 32.28 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Mar-02 TRUE

VZW-31 181.88 3604.16 31.28 Diorite 4 2000 17-Dec-02 29-Mar-02 TRUE

VZW-31 181.72 3604.32 31.12 Diorite 4 2000 17-Dec-02 03-Apr-02 TRUE

VZW-31 181.65 3604.39 31.05 Diorite 4 2000 17-Dec-02 05-Apr-02 TRUE

VZW-31 182.13 3603.91 31.53 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Apr-02 TRUE

VZW-31 182.65 3603.39 32.05 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Apr-02 TRUE

VZW-31 181.53 3604.51 30.93 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Apr-02 TRUE

VZW-31 183.66 3602.38 33.06 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Apr-02 TRUE

VZW-31 183.66 3602.38 33.06 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Apr-02 TRUE

VZW-31 183 3603.04 32.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Apr-02 TRUE

VZW-31 183.83 3602.21 33.23 Diorite 4 2000 17-Dec-02 03-May-02 TRUE

VZW-31 183.49 3602.55 32.89 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-May-02 TRUE

VZW-31 3602.17 33.27 Diorite 4 2000 17-Dec-02 09-May-02 TRUE

VZW-31 183.56 3602.48 32.96 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-May-02 TRUE

VZW-31 184.42 3601.62 33.82 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-May-02 TRUE

VZW-31 185.87 3600.47 34.97 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-May-02 TRUE

VZW-31 186.47 3599.57 35.87 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-May-02 TRUE

VZW-31 187.05 3598.99 36.45 Diorite 4 2000 17-Dec-02 27-May-02 TRUE

VZW-31 188.72 3597.32 38.12 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Jun-02 TRUE

VZW-31 188.67 3597.37 38.07 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Jun-02 TRUE

Page 141: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

125

VZW-31 187.92 3598.12 37.32 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Jun-02 TRUE

VZW-31 185.12 3600.92 34.52 Diorite 4 2000 17-Dec-02 28-Jun-02 TRUE

VZW-31 185.54 3600.50 34.94 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Jul-02 TRUE

VZW-31 187.26 3598.78 36.66 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Jul-02 TRUE

VZW-31 189.05 3596.99 38.45 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-Jul-02 TRUE

VZW-31 191.14 3594.90 40.54 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-Aug-02 TRUE

VZW-31 190.06 3595.98 39.46 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Aug-02 TRUE

VZW-31 199.92 3586.12 49.32 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Sep-02 TRUE

VZW-31 201.14 3584.90 50.54 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Sep-02 TRUE

VZW-31 202.09 3583.95 51.49 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-Oct-02 TRUE

VZW-31 201.94 3584.10 51.34 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Oct-02 TRUE

VZW-31 199.53 3586.51 48.93 Diorite 4 2000 17-Dec-02 16-Oct-02 TRUE

VZW-31 201.1 3584.94 50.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Oct-02 TRUE

VZW-31 200.13 3585.91 49.53 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Nov-02 TRUE

VZW-31 198.95 3587.09 48.35 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Nov-02 TRUE

VZW-31 201.77 3584.27 51.17 Diorite 4 2000 17-Dec-02 26-Nov-02 TRUE

VZW-31 202.91 3583.13 52.31 Diorite 4 2000 17-Dec-02 03-Dec-02 TRUE

VZW-31 203.39 3582.55 52.89 Diorite 4 2000 17-Dec-02 10-Dec-02 TRUE

VZW-31 203.33 3582.71 52.73 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Dec-02 TRUE

VZW-31 203.49 3582.55 52.89 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-Dec-02 TRUE

Page 142: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

126

Piezometer VSW-74 Location : Solo Tank

Easting : 736381.75

Northing : 9549126.187

Elevation : 3840.913

Tabel C.7. Piezometer VSW-74

Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

VZW-74 312.18 3528.73 0.00 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 08-Aug-02 TRUE

VZW-74 255.03 3585.88 -57.15 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 13-Aug-02 TRUE

VZW-74 62 3778.91 -250.18 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 15-Aug-02 TRUE

VZW-74 94 3746.91 -218.18 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 16-Aug-02 TRUE

VZW-74 285.49 3555.92 -27.19 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 17-Sep-02 TRUE

VZW-74 285.94 3555.47 -26.74 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 24-Sep-02 TRUE

VZW-74 290.74 3550.67 -21.94 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 01-Oct-02 TRUE

VZW-74 294.2 3547.21 -18.48 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 08-Oct-02 TRUE

VZW-74 297.86 3543.55 -14.82 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 16-Oct-02 TRUE

VZW-74 299.91 3541.50 -12.77 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 22-Oct-02 TRUE

VZW-74 303.65 3537.76 -9.03 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 13-Nov-02 TRUE

VZW-74 3536.98 304.43 -8.25 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 19-Nov-02 TRUE

VZW-74 305.36 3536.05 -7.32 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 26-Nov-02 TRUE

VZW-74 305.42 3536.89 -8.16 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 12-Des-02 TRUE

VZW-74 301.31 3540.109 -11.38 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 10-Des-02 TRUE

VZW-74 301.37 3540.04 -11.31 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 14-Des-02 TRUE

VZW-74 301.65 3540 -11.27 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 17-Des-02 TRUE

VZW-74 302.18 3539.47 -10.74 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 23-Des-02 TRUE

Page 143: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

127

C.3. Piezometer di Daerah Selatan EESS

Piezometer GE - 01 – 07 Location : Guru Ridge

Easting : 738252.02

Northing : 9548273.95

Elevation : 3818.68

Tabel C.8. Piezometer GE-01-07 Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

GE-01-07 3755.62 0.00 Kais 18-Jan-01 TRUE

GE-01-07 3755.62 0.00 Kais 01-Feb-01 TRUE

GE-01-07 3750.73 4.89 Kais 19-Feb-01 TRUE

GE-01-07 3750.73 4.89 Kais 01-Mar-01 TRUE

GE-01-07 3646.62 109.00 Kais 27-Aug-01 TRUE

GE-01-07 201.10 3643.31 112.31 Kais 27-Oct-01 TRUE

GE-01-07 238.50 3610.69 144.93 Kais 18-May-02 TRUE

GE-01-07 259.00 3559.68 195.94 Kais 04-Oct-02 TRUE

Piezometer VSW-58 Location : DOM

Easting : 736714.82

Northing : 9548453.95

Elevation : 3970.82

Page 144: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

128

Tabel C.9. Piezometer VSW-58 Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

VZW-58 398.93 3572.39 0.00 Diorite 10 2001 22-Oct-01 TRUE

VZW-58 232.19 Diorite 10 2001 30-Oct-01 TRUE

VZW-58 316.55 Diorite 10 2001 16-Nov-01 TRUE

VZW-58 445.67 3525.65 46.74 Diorite 10 2001 22-Nov-01 TRUE

VZW-58 447.32 3524.00 48.39 Diorite 10 2001 28-Nov-01 TRUE

VZW-58 446.96 3524.36 48.03 Diorite 10 2001 27-Dec-01 TRUE

VZW-58 453.5 3517.82 54.57 Diorite 10 2001 12-Jan-02 TRUE

VZW-58 446.37 3524.95 47.44 Diorite 10 2001 22-Jan-02 TRUE

VZW-58 447.9 3523.42 48.97 Diorite 10 2001 30-Jan-02 TRUE

VZW-58 446.6 3524.72 47.67 Diorite 10 2001 08-Feb-02 TRUE

VZW-58 446.64 3524.68 47.71 Diorite 10 2001 13-Feb-02 TRUE

VZW-58 448.31 3523.01 Diorite 10 2001 20-Feb-02 TRUE

VZW-58 447.79 3523.53 48.86 Diorite 10 2001 27-Feb-02 TRUE

VZW-58 445.92 3525.40 46.99 Diorite 10 2001 20-Mar-02 TRUE

VZW-58 445.6 3525.72 46.67 Diorite 10 2001 29-Mar-02 TRUE

VZW-58 446.8 3524.52 47.87 Diorite 10 2001 03-Apr-02 TRUE

VZW-58 447.18 3524.14 48.25 Diorite 10 2001 05-Apr-02 TRUE

VZW-58 447.92 3523.40 48.99 Diorite 10 2001 12-Apr-02 TRUE

VZW-58 448.6 3522.72 49.67 Diorite 10 2001 17-Apr-02 TRUE

VZW-58 448.21 3523.11 49.28 Diorite 10 2001 19-Apr-02 TRUE

VZW-58 448.57 3522.75 49.64 Diorite 10 2001 24-Apr-02 TRUE

VZW-58 449.28 3522.04 50.35 Diorite 10 2001 30-Apr-02 TRUE

VZW-58 449.58 3521.74 50.65 Diorite 10 2001 03-May-02 TRUE

VZW-58 449.69 3521.63 50.76 Diorite 10 2001 06-May-02 TRUE

VZW-58 449.89 3521.43 50.96 Diorite 10 2001 09-May-02 TRUE

VZW-58 450.05 3521.27 51.12 Diorite 10 2001 13-May-02 TRUE

VZW-58 446.86 3524.46 47.93 Diorite 10 2001 17-May-02 TRUE

Page 145: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

129

VZW-58 447.05 3524.27 48.12 Diorite 10 2001 20-May-02 TRUE

VZW-58 448.95 3522.37 50.02 Diorite 10 2001 23-May-02 TRUE

VZW-58 449.15 3522.17 50.22 Diorite 10 2001 27-May-02 TRUE

VZW-58 451.35 3519.97 52.42 Diorite 10 2001 11-Jun-02 TRUE

VZW-58 452.72 3518.61 53.78 Diorite 10 2001 17-Jun-02 TRUE

VZW-58 451.62 3519.70 52.69 Diorite 10 2001 21-Jun-02 TRUE

VZW-58 446.38 3524.94 47.45 Diorite 10 2001 28-Jun-02 TRUE

VZW-58 453.32 3518.00 54.39 Diorite 10 2001 17-Jul-02 TRUE

VZW-58 454.03 3517.29 55.10 Diorite 10 2001 23-Jul-02 TRUE

VZW-58 461.06 3510.26 62.13 Diorite 10 2001 06-Aug-02 TRUE

VZW-58 453.79 3517.53 54.86 Diorite 10 2001 13-Aug-02 TRUE

VZW-58 590 Diorite 10 2001 10-Sep-02 TRUE

VZW-58 455.79 3515.53 56.86 Diorite 10 2001 16-Sep-02 TRUE

VZW-58 455.51 3515.81 56.58 Diorite 10 2001 24-Sep-02 TRUE

VZW-58 453.62 3517.70 54.69 Diorite 10 2001 01-Oct-02 TRUE

VZW-58 450.82 3520.50 51.89 Diorite 10 2001 16-Oct-02 TRUE

VZW-58 452.78 3518.54 53.85 Diorite 10 2001 22-Oct-02 TRUE

VZW-58 445.99 3525.33 47.06 Diorite 10 2001 13-Nov-02 TRUE

VZW-58 447.43 3523.89 48.50 Diorite 10 2001 19-Nov-02 TRUE

VZW-58 447.64 3523.68 48.71 Diorite 10 2001 26-Nov-02 TRUE

VZW-58 448.66 3522.66 49.73 Diorite 10 2001 3-Des-02 TRUE

VZW-58 449.04 3522.28 50.11 Diorite 10 2001 10-Des-02 TRUE

VZW-58 447.4 3523.92 48.47 Diorite 10 2001 17-Des-02 TRUE

VZW-58 447.11 3524.21 48.18 Diorite 10 2001 23-Des-02 TRUE

Page 146: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

130

Piezometer VSW-70 Location : DOM

Easting : 737245.9405

Northing : 9548541.134

Elevation : 4046.923

Tabel C.10. Piezometer VSW-70 Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

VZW-70 292 Diorite 18 4 2002 20-Apr-02 TRUE

VZW-70 292 Diorite 18 4 2002 24-Apr-02 TRUE

VZW-70 379.25 Diorite 18 4 2002 30-Apr-02 TRUE

VZW-70 379 3668.38 0.00 Diorite 18 4 2002 03-May-02 TRUE

VZW-70 379.18 3668.20 0.18 Diorite 18 4 2002 06-May-02 TRUE

VZW-70 376.77 3670.61 -2.23 Diorite 18 4 2002 09-May-02 TRUE

VZW-70 376.99 3670.39 -2.01 Diorite 18 4 2002 13-May-02 TRUE

VZW-70 377.86 3669.52 -1.14 Diorite 18 4 2002 17-May-02 TRUE

VZW-70 377.95 3669.43 -1.05 Diorite 18 4 2002 20-May-02 TRUE

VZW-70 377.88 3669.50 -1.12 Diorite 18 4 2002 23-May-02 TRUE

VZW-70 378.18 3669.20 -0.82 Diorite 18 4 2002 27-May-02 TRUE

VZW-70 379.45 3667.93 0.45 Diorite 18 4 2002 11-Jun-02 TRUE

VZW-70 378.63 3668.75 -0.37 Diorite 18 4 2002 17-Jun-02 TRUE

VZW-70 378.46 3668.92 -0.54 Diorite 18 4 2002 21-Jun-02 TRUE

VZW-70 364.42 3682.96 -14.58 Diorite 18 4 2002 28-Jun-02 TRUE

VZW-70 376 3671.38 -3.00 Diorite 18 4 2002 17-Jul-02 TRUE

VZW-70 378.13 3669.25 -0.87 Diorite 18 4 2002 23-Jul-02 TRUE

VZW-70 335.13 3712.25 -43.87 Diorite 18 4 2002 06-Aug-02 TRUE

VZW-70 335.3 3712.08 -43.70 Diorite 18 4 2002 13-Aug-02 TRUE

VZW-70 400.26 3647.52 20.86 Diorite 18 4 2002 17-Sep-02 TRUE

Page 147: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

131

VZW-70 386.2 3661.58 6.80 Diorite 18 4 2002 01-Oct-02 TRUE

VZW-70 387.15 3661.58 6.80 Diorite 18 4 2002 21-Oct-02 TRUE

VZW-70 384.95 3662.83 5.55 Diorite 18 4 2002 30-Oct-02 TRUE

VZW-70 368.6 3678.18 -9.80 Diorite 18 4 2002 23-Des-02 TRUE

Piezometer VSW-70D Location : DOM

Easting : 737243.5775

Northing : 9548542.143

Elevation : 4046.1115

Tabel C.11. Piezometer VSW-70D Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

VZW-70D 188.22 3859.56 0.00 Kais 08-Oct-02 07-Oct-02 TRUE

VZW-70D 324.97 3722.81 136.75 Kais 08-Oct-02 21-Oct-02 TRUE

VZW-70D 316.21 3730.47 129.09 Kais 08-Oct-02 23-Des-02 TRUE

Piezometer VSW-70S Location : DOM

Easting : 737245.0205

Northing : 9548543.928

Elevation : 4046.8055

Tabel C.12. Piezometer VSW-70S Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active

VZW-70S 149.14 3898.64 0.00 Kais 08-Oct-02 30-Sep-02 TRUE

VZW-70S 138.63 3909.15 -10.51 Kais 08-Oct-02 01-Oct-02 TRUE

Page 148: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

132

VZW-70S 138.14 3909.15 -10.51 Kais 08-Oct-02 21-Oct-02 TRUE

VZW-70S 138.96 3907.65 -9.01 Kais 08-Oct-02 30-Oct-02 TRUE

VZW-70S 143.96 3902.42 -3.78 Kais 08-Oct-02 23-Des-02 TRUE

Page 149: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

133

LAMPIRAN D

KOORDINAT LUBANG BOR DEWATERING IOZ DAN DOZ

Tabel D.1. Koordinat Lubang Bor Dewatering IOZ dan DOZ

No. Prospect Hole Id. Date Start Date Finish Easting (UTM) Northing (UTM) Elevation (UTM) Azimuth (UTM) Inclination Depth Final Completion Status

1 IOZ WD-04 1989-02-15 1989-04-10 736978.823 9549120.791 3473.159 252.235 12.75 138.1 Complete

2 IOZ WD-05 1998-06-01 1998-06-30 736983.7427 9549125.741 3472.42 329.945 0.637 225 Complete

3 UGHL WDN-04 1997-02-25 1997-03-15 737097.379 9549271.379 3476.455

4 IOZ WDN-06 1997-04-16 1997-05-13 737098.16 9549271.697 3476.761 329.916 -0.18 544.4 Complete

5 IOZ WDN-08 1997-05-14 1997-06-21 737098.7551 9549272.256 3476.997 340.094 0.93 500.5 Complete

6 IOZ CNIU-05 737235.102 9549214.291 3461.582

7 IOZ DRD02-01 2001-09-03 2001-10-03 737274.104 9549430.568 3410.949 350 5 350 Completed

8 IOZ DRD02-04 2001-11-03 2001-11-26 737272.898 9549428.305 3410.757 359.66 5.56 333 Completed

9 DOZ DOW-09-03 1998-04-21 1998-06-02 737461.7412 9549112.865 3130.131 37.615 28.389 604.59 Complete

10 DOZ DOW-09-04 1998-06-03 1998-07-10 737463.169 9549114.354 3128.741 37.554 14.8 670.09 Complete

11 DOZ DOW-23-03 1998-06-30 1998-08-08 737913.4063 9548707.41 3147.362 36.155 30.549 590 Complete

12 DOZ DOW-23-04 1998-08-25 1998-10-07 737911.5857 9548708.445 3147.455 9.435 20.36 685.79 Complete

13 DOZ DOW-24-01 1998-07-13 1998-07-30 737832.8037 9548754.377 3144.931 14.265 -30.02 383.5 Complete

14 DOZ DOW-24-02 1998-08-01 1998-08-26 737833.0623 9548755.369 3145.829 14.355 10.04 301.2 Complete

15 DOZ DOW-24-04 2000-09-15 2000-10-13 737835.0983 9548753.316 3146.68 33.825 24.36 417.7 Complete

Page 150: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

134

LAMPIRAN E

GEOLOGI UNIT PADA MASING-MASING STASIUN LUBANG BOR

E.1. Geologi Unit di Daerah IOZ

Tabel E.1. Geologi Unit di Daerah IOZ

Drillstation Sample Name Geologic Unit

G9

G9-01 G9-02 G9-03 G9-04 G9-05

Lower Kais Limestone

NWC-03 NWC-04 NWC-05 NWC-06 NWC-07 NWC-08 NWC-09 NWC-10 NWC-11 NWC-12

NWC-13A NWC-15 Lower Kais Limestone NWC-16 NWC-17 NWC-18 NWC-19 NWC-20 NWC-22 NWC-23 NWC-24 NWC-25 NWC-26

NWC NWC-27

NVD-03 NVD-04 Lower Kais Limestone

NVD

NVD-05 CNIU-1 Faumai Limestone CNIU-03 CNIU-04 CNIU-05 Lower Kais Limestone CNIU-06 CNIU-08 Faumai & Lower Kais Limestone

CNIU

CNIU-10

Page 151: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

135

CNIU-13 CNIU-14 CNIU-15 Lower Kais Limestone CNIU-16

CNIU-17 WD-01 Diorite WD-02 WD-03 Diorite/Skarn Contact WD-04

WD WD-05 WD-06 Diorite WD-07 WD-08 Diorite/Skarn Contact WD-09 Faumai Limestone WDN-01 Lower Kais Limestone WDN-02 Faumai Limestone WDN-03 Lower Kais Limestone

WDN WDN-04 Faumai & Lower Kais Limestone WDN-05 WDN-06 Faumai & Lower Kais Limestone WDN-07 WDN-08 Lower Kais Limestone DRD1-01 Faumai & Lower Kais Limestone

DRD1 DRD1-02 DRD1-03 Lower Kais Limestone

DRD2 DRD2-01 Sirga Sandstone DRD4 DRD4-02 Faumai Limestone

DRD5-01 DRD5 DRD5-02 Faumai Limestone

DRD5-03 DRD6-01

DRD6 DRD6-02 Faumai Limestone DRD6-03 SWC-01 Diorite

SWC SWC-02 Diorite,Diorite/Skarn Contact SWC-04 Diorite/Skarn Contact SWC-08 Diorite,Diorite/Skarn Contact SC-02 Diorite,Diorite/Skarn Contact

SC SC-04 Diorite/Skarn Contact SC-05 DE-04 DE-05 Diorite/Skarn Contact

DE DE-07 DE-08

DE-09 Diorite DE-10 IZFA46-02

Page 152: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

136

IZFA46 IZFA46-03 Diorite IZFA46-04 IZFA46-05 RB37-03 RB37-04

RB37 RB37-05#06 Diorite RB37-07 RB37-08

TE1 TE1-01 Diorite Vein Raise VR#3 Diorite

VR#4

E.2. Geologi Unit di Daerah DOZ

Tabel E.2. Geologi Unit di Daerah DOZ

Drillstation Sample Name Geologic Unit DOW-07-01 Waripi Dolomite & Faumai Limestone

DOW-07 DOW-07-03 Faumai Limestone DOW-07-04 Waripi Dolomite & Faumai Limestone DOW-07-05 Waripi Dolomite & Faumai Limestone DOW-09-01 Waripi Dolomite & Faumai Limestone DOW-09-02 Faumai Limestone

DOW-09 DOW-09-03 DOW-09-04 Waripi Dolomite & Faumai Limestone DOW-09-05 DOW-09-06

DOW-14 DOW-14-01 Skarn DOW-14-04 DOW-19-01 Marbke/Skarn Contact

DOW-19 DOW-19-03 DOW-19-04 Skarn DOW-19-05 Marbke/Skarn Contact DOW-21-05

DOW-21 DOW-21-06 Waripi Dolomite & Faumai Limestone DOW-21-08 DOW-21-10 Diorite DOW-22-01 Waripi Dolomite DOW-22-02 Diorite/Skarn Contact

DOW-22 DOW-22-03 Marbke/Skarn Contact DOW-22-04 Waripi Dolomite DOW-22-06 DOW-22-015 Diorite DOW-23-01 DOW-23-02 DOW-23-03 DOW-23-04

Page 153: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

137

DOW-23-05 DOW-23-06

DOW-23 DOW-23-07 Waripi Dolomite DOW-23-08 DOW-23-09 DOW-23-10 DOW-23-11 DOW-23-12 DOW-23-13 DOW-23-14 DOW-23-15 DOW-24-01

DOW-24 DOW-24-02 Waripi Dolomite DOW-24-04 DOW-24-05

DOW-25 DOW-25-01 Waripi Dolomite DOW-25-02 Waripi Dolomite & Diorite/Skarn Contact DOW26-01 DOW-26-03 DOW-26-04 DOW-26-08 Waripi Dolomite DOW-26-09

DOW-26 DOW-26-10 DOW-26-11 DOW-26-13 Waripi Dolomite & Diorite DOW-26-15 Diorite/Skarn & Diorite DOW-26-17 Waripi Dolomite & Diorite DOW-26-19

DOW-27 DOW-27-01 Waripi Dolomite DOW-27-02

DZ01/DZ03 DZ01-07 Diorite Skarn Contact DZ03-02 Waripi Marble DZTH37-01-01

DZTH37 DZTH37-01-02 Waripi Marble DZTH37-01-04 DZRA32-02

DZRA32 DZRA32-10 Diorite DZRA32-11 DZRA32-12

M16 M16-Total Diorite/Skarn Contact M17 M17-Total Diorite/Skarn Contact M18 ML18-05&06 Diorite/Skarn Contact M19 M19-07 Diorite/Skarn Contact

Page 154: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

138

LAMPIRAN F

HASIL ANALISA KIMIA AIR TANAH

F.1. Kimia Air Tanah Stasiun WD-04

Tabel F.1. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WD-04

Konsentrasi(mg/L) Parameter Oktober 2000 Agustus 2002

PH 7.02 7.3 EC 1202 1300 TSS 0.1 3 TDS 1156 1100 Tot. Alkalinity as CaCO3 17 18 Bromide 1.6 0.01 Chloride 3.1 3.1 Carbonate 0.1 0.1 Nitrate 0.005 0.005 Sulfate 735 696 Dissolved : Aluminium 0.008 0.015 Calcium 230 267 Cadmium 0.0002 Chromium 0.001 Copper 0.0001 0.097 Iron 0.127 0.089 Potassium 1.38 0.089 Magnesium 17.1 19.1 Manganese 0.184 0.163 Sodium 1.17 2.1 Nickel 0.0001 0.0001 Zinc 0.012 0.004 Total : Aluminium 0.111 0.499 Calcium 218 267 Cadmium 0.0002 Chromium 0.003 Copper 0.0001 0.097 Iron 0.133 1 Potassium 0.127 0.089 Magnesium 17.3 19.3 Manganese 0.184 0.193 Sodium 1.20 2.07 Nickel 0.0001 0.005 Zinc 0.034 0.121

Page 155: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

139

F.2. Kimia Air Tanah Stasiun WD-05

Tabel F.2. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WD-05

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 Ph 7.69 8 EC 1535 1700 TSS 0.55 0.1 TDS 1510 1600 Tot. Alkalinity as CaCO3 100 14 Bromide 1.8 0.01 Chloride 9.2 11 Carbonate 1 0.1 Nitrate 0.05 0.005 Sulfate 926 1019 Dissolved : Aluminium 0.004 0.014 Calcium 318 406 Cadmium 0.001 Chromium 0.0005 Copper 0.0005 0.0001 Iron 0.006 0.0001 Potassium 3.72 5.67 Magnesium 34.1 42.3 Manganese 0.119 0.109 Sodium 5.03 5.68 Nickel 0.0005 0.005 Zinc 0.02 0.002 Total : Aluminium 0.004 0.226 Calcium 318 406 Cadmium 0.001 Chromium 0.0005 Copper 0.0005 0.05 Iron 0.175 0.785 Potassium 3.72 5.67 Magnesium 34.1 42.3 Manganese 0.119 0.156 Sodium 5.06 5.68 Nickel 0.0005 0.0001 Zinc 0.401 0.064

Page 156: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

140

F.3. Kimia Air Tanah Stasiun WDN-04

Tabel F.3. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-04

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.69 7.8 EC 450 500 TSS 0.1 0.1 TDS 346 350 Tot. Alkalinity as CaCO3 88 95 Bromide 0.01 0.01 Chloride 3 3.6 Carbonate 48 65 Nitrate 0.005 0.005 Sulfate 157 163 Dissolve : Aluminium 0.0008 0.013 Calcium 76.6 96 Cadmium 0.0002 Chromium 0.0001 Copper 0.001 0.001 Iron 0.004 0.001 Potassium 0.931 0.61 Magnesium 8.62 8.88 Manganese 0.013 0.022 Sodium 0.801 1.66 Nickel 0.0001 0.0001 Zinc 0.004 0.004 Total : Aluminium 0.0008 0.031 Calcium 79.4 99 Cadmium 0.0002 Chromium 0.0001 Copper 0.002 0.007 Iron 0.019 0.01 Potassium 0.931 0.61 Magnesium 9.24 9.99 Manganese 0.013 0.015 Sodium 0.801 1.66 Nickel <0.001 0.009 Zinc 0.021 0.007

Page 157: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

141

F.4. Kimia Air Tanah Stasiun WDN-06

Tabel F.4. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-06

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.69 7.8 EC 450 500 TSS 0.1 0.1 TDS 346 350 Tot. Alkalinity as CaCO3 88 95 Bromide 0.01 0.01 Chloride 3 3.6 Carbonate 48 65 Nitrate 0.005 0.005 Sulfate 157 163 Dissolve : Aluminium 0.0008 0.013 Calcium 76.6 96 Cadmium 0.0002 Chromium 0.0001 Copper 0.001 0.001 Iron 0.004 0.001 Potassium 0.931 0.61 Magnesium 8.62 8.88 Manganese 0.013 0.022 Sodium 0.801 1.66 Nickel 0.0001 0.0001 Zinc 0.004 0.004 Total : Aluminium 0.0008 0.031 Calcium 79.4 99 Cadmium 0.0002 Chromium 0.0001 Copper 0.002 0.007 Iron 0.019 0.01 Potassium 0.931 0.61 Magnesium 9.24 9.99 Manganese 0.013 0.015 Sodium 0.801 1.66 Nickel <0.001 0.009 Zinc 0.021 0.007

Page 158: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

142

F.5. Kimia Air Tanah Stasiun WDN-08

Tabel F.5. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-08

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.08 7.6 EC 1051 1200 TSS 0.1 4 TDS 952 996 Tot. Alkalinity as CaCO3 87 91 Bromide 1.6 0.01 Chloride 6.2 6 Carbonate 60 53 Nitrate 0.005 0.005 Sulfate 562 583 Dissolved : Aluminium 0.0008 0.02 Calcium 198 252 Cadmium 0.0002 Chromium 0.001 Copper 0.0001 0.0001 Iron 0.008 0.005 Potassium 2.48 1.45 Magnesium 25.4 29 Manganese 0.632 0.729 Sodium 1.73 3.93 Nickel 0.005 0.0001 Zinc 0.016 0.023 Total : Aluminium 0.0008 0.051 Calcium 200 254 Cadmium 0.0002 Chromium 0.002 Copper 0.0001 0.032 Iron 0.033 0.063 Potassium 2.48 1.45 Magnesium 26.0 29.3 Manganese 0.632 0.714 Sodium 1.73 3.93 Nickel 0.006 0.024 Zinc 0.030 0.024

Page 159: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

143

F.6. Kimia Air Tanah Stasiun CNIU-05

Tabel F.6. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun CNIU-05

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.86 7.4 EC 826 1200 TSS 0.5 0.1 TDS 691 990 Tot. Alkalinity as CaCO3 120 79 Bromide 0.5 0.01 Chloride 6.7 5.5 Carbonate 55 50 Nitrate 0.025 0.005 Sulfate 322 618 Dissolve : Aluminium 0.004 0.036 Calcium 154 253 Cadmium 0.001 Chromium 0.0005 Copper 0.0005 0.03 Iron 0.007 0.017 Potassium 2.1 2 Magnesium 21.7 32.5 Manganese 0.008 0.733 Sodium 2.3 3.33 Nickel 0.0005 0.0001 Zinc 0.014 0.012 Total : Aluminium 0.004 0.057 Calcium 172 253 Cadmium 0.001 Chromium 0.0005 Copper 0.0005 0.03 Iron 0.01 0.078 Potassium 2.37 2.26 Magnesium 22.8 33.6 Manganese 0.01 0.8 Sodium 2.58 3.66 Nickel 0.0005 0.0001 Zinc 0.02 0.0009

Page 160: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

144

F.7. Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-01

Tabel F.7. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-01

Konsentrasi (mg/L) Parameter Februari 2000 Agustus 2002PH 7.8 7.7 EC 810 880 TSS 0.1 0.1 TDS 600 760 Tot. Alkalinity as CaCO3 130 130 Bromide 0.01 0.01 Chloride 4.8 6.2 Carbonate 86 73 Nitrate 0.005 0.005 Sulfate 286 375 Dissolved : Aluminium 0.015 0.001 Calcium 170 175 Cadmium Chromium Copper 0.001 0.012 Iron 0.017 0.015 Potassium 1.1 1.31 Magnesium 17.22 22.5 Manganese 0.039 0.057 Sodium 1.99 3.01 Nickel 0.0001 0.007 Zinc 0.004 0.003 Total : Aluminium 0.045 Calcium 134 181 Cadmium Chromium Copper 0.041 0.014 Iron 0.061 0.04 Potassium 1.1 1.31 Magnesium 17.2 22.5 Manganese 0.038 0.046 Sodium 1.99 3.01 Nickel 0.006 0.0001 Zinc 0.006 0.018

Page 161: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

145

F.8. Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-04

Tabel F.8. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-04

Konsentrasi (mg/L) Parameter Oktober 2000 Agustus 2002Ph 7.9 7.53 EC 510 614 TSS 4 0.1 TDS 320 433 Tot. Alkalinity as CaCO3 110 116 Bromide Chloride 1.6 2.3 Carbonate 69 50 Nitrate 0.005 0.001 Sulfate 154 186 Dissolved : Aluminium 0.019 0.213 Calcium 103 87.3 Cadmium Chromium Copper 0.003 0.578 Iron 0.013 0.191 Potassium 0.751 0.868 Magnesium 10.3 9.42 Manganese Sodium 1.33 1.04 Nickel Zinc 0.004 0.163 Total : Aluminium 0.029 0.022 Calcium 97.3 136 Cadmium Chromium Copper 0.0001 0.008 Iron 0.06 0.076 Potassium 0.745 1.34 Magnesium 9.99 13.7 Manganese Sodium 1.25 1.68 Nickel Zinc 0.01 0.006

Page 162: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

146

F.9. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-03

Tabel F.9. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-03

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.7 7.84 EC 315 314 TSS 0.5 4 TDS 210 217 Tot. Alkalinity as CaCO3 78 63 Bromide 0.5 0.01 Chloride 0.4 16 Carbonate 45 36 Nitrate 0.025 0.05 Sulfate 101 91 Dissolved : Aluminium 0.019 0.02 Calcium 51.4 44.7 Cadmium 0.001 Chromium 0.0005 Copper 0.01 0.008 Iron 0.022 0.02 Potassium 0.596 0.322 Magnesium 14.2 12.4 Manganese 0.12 0.025 Sodium 0.445 0.43 Nickel 0.003 0.0001 Zinc 0.007 Total : Aluminium 0.047 0.01 Calcium 54.8 41.1 Cadmium 0.001 Chromium 0.003 Copper 0.01 0.003 Iron 0.037 0.04 Potassium 0.625 0.54 Magnesium 14.6 13.7 Manganese 0.12 0.02 Sodium 0.445 0.43 Nickel 0.003 0.0001 Zinc 0.013 0.007

Page 163: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

147

F.10. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-04

Tabel F.10. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-04

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.9 7.78 EC 283 449 TSS 0.5 0.1 TDS 192 331 Tot. Alkalinity as CaCO3 59 55 Bromide 0.5 0.01 Chloride 0.5 8.2 Carbonate 33 22 Nitrate 0.025 0.025 Sulfate 104 156 Dissolved : Aluminium 0.019 0.026 Calcium 43.8 75.6 Cadmium 0.01 Chromium 0.005 Copper 0.002 0.008 Iron 0.016 0.063 Potassium 0.79 0.446 Magnesium 12.4 20 Manganese 0.032 0.661 Sodium 0.406 0.867 Nickel 0.001 0.002 Zinc 0.009 0.007 Total Aluminium 0.019 0.01 Calcium 44.2 59.1 Cadmium 0.001 Chromium 0.001 Copper 0.002 0.008 Iron 0.018 0.063 Potassium 1.05 0.71 Magnesium 12.9 23 Manganese 0.032 0.608 Sodium 0.669 0.69 Nickel 0.001 0.009 Zinc 0.02 0.011

Page 164: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

148

F.11. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-02

Tabel F.11. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-02

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 8.13 7.6 EC 1208 1200 TSS 0.5 2 TDS 1142 1000 Tot. Alkalinity as CaCO3 62 60 Bromide 0.5 0.01 Chloride 10 8.6 Carbonate 22 30 Nitrate 0.025 0.005 Sulfate 682 750 Dissolved : Aluminium 0.024 0.001 Calcium 153 160 Cadmium 0.001 Chromium 0.002 Copper 0.002 0.008 Iron 0.107 0.013 Potassium 1.22 6.34 Magnesium 66.7 70.7 Manganese 0.116 0.148 Sodium 5.81 1.2 Nickel 0.0005 0.0001 Zinc 0.01 0.007 Total : Aluminium 0.024 0.041 Calcium 187 186 Cadmium 0.001 Chromium 0.002 Copper 0.002 0.0001 Iron 0.12 0.013 Potassium 1.28 6.34 Magnesium 79.6 70.7 Manganese 0.125 0.152 Sodium 7.01 1.2 Nickel 0.0005 0.0001 Zinc 0.01 0.08

Page 165: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

149

F.12. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-03

Tabel F.12. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-03

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.54 7.9 EC 1189 1900 TSS 0.5 2 TDS 862 1700 Tot. Alkalinity as CaCO3 58 81 Bromide 0.5 0.01 Chloride 12 8.2 Carbonate 29 44 Nitrate 0.025 Sulfate 712 763 Dissolved : Aluminium 0.011 0.019 Calcium 158 271 Cadmium 0.001 0.001 Chromium 0.002 0.002 Copper 0.011 0.002 Iron 0.152 0.053 Potassium 1.1 36.6 Magnesium 63.5 81.6 Manganese 0.178 0.206 Sodium 5 3.45 Nickel 0.0005 0.0001 Zinc 0.014 0.003 Total : Aluminium 0.011 0.019 Calcium 177 271 Cadmium 0.001 Chromium 0.003 Copper 0.011 0.002 Iron 0.656 0.068 Potassium 1.19 37.8 Magnesium 74.1 76.9 Manganese 0.21 0.195 Sodium 5.82 3.45 Nickel 0.0005 0.01 Zinc 0.014 0.01

Page 166: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

150

F.13. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-01

Tabel F.13. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-01

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.73 7.4 EC 1203 1300 TSS 1 0.1 TDS 1162 1500 Tot. Alkalinity as CaCO3 133 142 Bromide 0.05 0.01 Chloride 4.2 0.4 Carbonate 69 80 Nitrate 0.025 0.005 Sulfate 648 831 Dissolved : Aluminium 0.031 0.054 Calcium 167 244 Cadmium 0.001 Chromium 0.001 0.02 Copper 0.013 0.002 Iron 0.292 0.957 Potassium 1.43 3.04 Magnesium 68 92.9 Manganese 0.334 0.506 Sodium 2.7 2.27 Nickel 0.0005 0.0001 Zinc 0.014 0.011 Total : Aluminium 0.031 0.023 Calcium 199 244 Cadmium 0.001 Chromium 0.003 Copper 0.013 0.02 Iron 0.348 0.95 Potassium 1.54 3.04 Magnesium 80.3 92.9 Manganese 0.364 0.506 Sodium 3.22 2.27 Nickel 0.001 0.0001 Zinc 0.014 0.008

Page 167: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

151

F.14. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-02

Tabel F.14. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-02

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.85 7.3 EC 432 380 TSS 0.5 8 TDS 332 270 Tot. Alkalinity as CaCO3 58 68 Bromide 0.5 0.01 Chloride 1.3 1.4 Carbonate 31 45 Nitrate 0.025 Sulfate 173 115 Dissolved : Aluminium 0.027 0.02 Calcium 52.4 41.4 Cadmium 0.001 Chromium 0.0005 Copper 0.0005 0.036 Iron 0.034 0.011 Potassium 0.548 0.688 Magnesium 18.7 12.4 Manganese 0.018 0.081 Sodium 1.61 0.451 Nickel 0.001 0.0001 Zinc 0.009 0.013 Total : Aluminium 0.027 0.075 Calcium 64.6 43.9 Cadmium 0.001 Chromium 0.001 Copper 0.0005 0.036 Iron 0.034 0.467 Potassium 0.577 0.722 Magnesium 22.6 13.3 Manganese 0.018 0.086 Sodium 1.98 0.459 Nickel 0.001 0.008 Zinc 0.009 0.044

Page 168: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

152

F.15. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-04

Tabel F.15. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-04

Konsentrasi (mg/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002 PH 7.44 7.9 EC 1097 1200 TSS 0.5 3 TDS 1026 1000 Tot. Alkalinity as CaCO3 99 110 Bromide 0.05 0.01 Chloride 2.1 3.7 Carbonate 48 61 Nitrate 0.025 0.005 Sulfate 588 682 Dissolved : Aluminium 0.041 0.018 Calcium 146 169 Cadmium 0.001 Chromium 0.002 Copper 0.0005 0.002 Iron 0.045 0.097 Potassium 0.491 1.17 Magnesium 64 71.7 Manganese 0.117 0.142 Sodium 1.21 0.537 Nickel 0.001 0.0001 Zinc 0.014 0.016 Total : Aluminium 0.041 0.015 Calcium 176 169 Cadmium 0.001 Chromium 0.002 Copper 0.0005 0.0001 Iron 0.045 0.324 Potassium 0.514 1.17 Magnesium 73.9 71.7 Manganese 0.143 0.137 Sodium 1.46 0.537 Nickel 0.001 0.0001 Zinc 0.014 0.004

Page 169: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

153

LAMPIRAN G

ANALISA NERACA ION

Perhitungan dalam analisa neraca ion di lubang bor WD-04 pada bulan

Agustus 2002 adalah sebagai berikut :

Mol = )/(

))(/(MrAr

grsenyawaunsurBerat

Konsentrasi = )(LVolume

mol

Meq/L = Konsentrasi x Charge (Bilangan Oksidasi)

E.N. (%) = %100×−+

∑ ∑∑ ∑

AnionKationAnionKation

E.N. = Electro Neutrality

Parameter mg/L Ar/Mr Konsentrasi (mmol/L) Charge meq/L Tot. Alkalinity as CaCO3 18 100 0.18 -2 -0.36 Chloride 3.1 35.5 0.087323944 -1 -0.087323944Sulfate 696 96 7.25 -2 -14.5 Total Anion -14.94732394Aluminum 0.015 27 0.000555556 3 0.001666667Calcium 267 40 6.675 2 13.35 Copper 0.097 63.5 0.001527559 2 0.003055118Iron 0.089 56 0.001589286 3 0.004767857Potassium 0.089 39 0.002282051 1 0.002282051Magnesium 19.1 24 0.795833333 2 1.591666667Manganese 0.163 55 0.002963636 2 0.005927273Sodium 2.1 23 0.091304348 1 0.091304348Zinc 0.004 65.4 6.11621E-05 2 0.000122324Total Cation 15.0507923 E.N.(%) 0.344916194

Page 170: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

154

G.1. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-04

Tabel G.1. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-04

Normalitas (meq) Parameter Oktober 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -0.34 -0.36Chloride -0.087323944 -0.087323944Sulfate -15.3125 -14.5Total Anion -15.73982394 -14.94732394Aluminum 0.000888889 0.001666667Calcium 11.5 13.35Copper 3.14465E-06 0.003050314Iron 0.006849462 0.004784946Potassium 0.035384615 0.002282051Magnesium 1.425833333 1.591666667Manganese 0.008105727 0.007180617Sodium 0.050826087 0.091304348Zinc 0.000366972 0.000122324Total Cation 13.02825823 15.05205793IB 9.425604725 0.349120495

G.2. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-05

Tabel G.2. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-05

Normalitas (meq) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -2 -0.28Chloride -0.25915493 -0.309859155Sulfate -19.29166667 -21.22916667Total Anion -21.5508216 -21.81902582Aluminum 0.000444444 0.001555556Calcium 15.9 20.3Copper 1.57233E-05 3.14465E-06Iron 0.000322581 5.37634E-06Potassium 0.095384615 0.145384615Magnesium 2.841666667 3.525Manganese 0.005242291 0.004801762Sodium 0.218695652 0.246956522Zinc 0.000611621 6.11621E-05Total Cation 19.06238359 24.22376814IB 6.127164774 5.22284186

Page 171: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

155

G.3. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-04

Tabel G.3. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-04

Normalitas (meq) Parameter Februari 2000 Juni 2001

Tot. Alkalinity as CaCO3 -2 -1.84Chloride -0.00028169 -0.011267606Sulfate -0.520833333 -0.604166667Total Anion -2.521115023 -2.455434272Aluminum 0.000111111 0.000111111Calcium 2.375 2.075Copper 3.14465E-06 0.000377358Iron 0.00016129 5.37634E-05Potassium 0.003205128 0.004Magnesium 0.189166667 0.201666667Manganese 0.000704846 0.000440529Sodium 0.025608696 0.024217391Zinc 0 6.11621E-05Total Cation 2.593960882 2.305927982IB 1.424140331 3.139989831

G.4. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-06

Tabel G.4. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-06

Normalitas (meq) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.76 -1.9Chloride -0.084507042 -0.101408451Sulfate -3.270833333 -3.395833333Total Anion -5.115340376 -5.397241784Aluminum 8.88889E-05 0.001444444Calcium 3.83 4.8Copper 3.14465E-05 3.14465E-05Iron 0.000215054 5.37634E-05Potassium 0.023871795 0.015641026Magnesium 0.718333333 0.74Manganese 0.000572687 0.000969163Sodium 0.034826087 0.072173913Zinc 0.000122324 0.000122324Total Cation 4.608061616 5.63043608IB 5.217091305 2.114627387

Page 172: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

156

G.5. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-08

Tabel G.5. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-08

Normalitas (meq) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.74 -1.82Chloride -0.174647887 -0.169014085Sulfate -11.70833333 -12.14583333Total Anion -13.62298122 -14.13484742Aluminum 8.88889E-05 0.002222222Calcium 9.905 12.6Copper 3.14465E-06 3.14465E-06Iron 0.000430108 0.000268817Potassium 0.063589744 0.037179487Magnesium 2.116666667 2.416666667Manganese 0.027859031 0.032114537Sodium 0.075217391 0.170869565Zinc 0.00048318 0.000703364Total Cation 12.18933815 15.2600278IB 5.554104015 3.827811406

G.6. Analisa Neraca Ion Lubang Bor CNIU-05

Tabel G.6. Analisa Neraca Ion Lubang Bor CNIU-05

Normalitas (meq/L) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -2.4 -1.58Chloride -0.188732394 -0.154929577Sulfate -6.708333333 -12.875Total Anion -9.297065728 -14.60992958Aluminum 0.000444444 0.004Calcium 7.7 12.65Copper 1.57233E-05 0.000943396Iron 0.000376344 0.000913978Potassium 0.053846154 0.051282051Magnesium 1.808333333 2.708333333Manganese 0.000290909 0.026654545Sodium 0.1 0.144782609Zinc 0.000428135 0.000366972Total Cation 9.663735043 15.58727689E.N. 1.933828214 3.236548751

Page 173: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

157

G.7. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-01

Tabel G.7. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-01

Normalitas (meq) Parameter Februari 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -2.6 -2.6Chloride -0.135211268 -0.174647887Sulfate -5.958333333 -7.8125Total Anion -8.693544601 -10.58714789Aluminum 0.001666667 0.000111111Calcium 8.5 8.75Copper 3.14465E-05 0.000377358Iron 0.000913978 0.000806452Potassium 0.028205128 0.033589744Magnesium 1.435 1.875Manganese 0.001718062 0.002511013Sodium 0.086521739 0.130869565Zinc 0.000122324 9.17431E-05Total Cation 10.05417934 10.79335699IB 7.257599631 0.964472543

G.8. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-04

Tabel G.8. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-04

Normalitas (meq/L) Parameter Oktober 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -2.2 -2.32Chloride -0.045070423 -0.064788732Sulfate -3.208333333 -3.875Total Anion -5.453403756 -6.259788732Aluminum 0.002111111 0.023666667Calcium 5.15 4.365Copper 9.43396E-05 0.018176101Iron 0.000698925 0.010268817Potassium 0.01925641 0.02225641Magnesium 0.858333333 0.785Manganese 0 0Sodium 0.057826087 0.045217391Zinc 0.000122324 0.004984709Total Cation 6.08844253 5.274570096E.N. 5.502055378 8.541598641

Page 174: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

158

G.9. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-03

Tabel G.9. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-03

Normalitas (meq) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.56 -1.26Chloride -0.011267606 -0.450704225Sulfate -2.104166667 -1.895833333Total Anion -3.675434272 -3.606537559Aluminum 0.002111111 0.002222222Calcium 2.57 2.235Copper 0.000314465 0.000251572Iron 0.001182796 0.001075269Potassium 0.015282051 0.00825641Magnesium 1.183333333 1.033333333Manganese 0.005286344 0.001101322Sodium 0.019347826 0.018695652Zinc 0.000214067 0Total Cation 3.797071994 3.299935781IB 1.62780354 4.439339195

G.10. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-04

Tabel G.10. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-04

Normalitas (meq) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.18 -1.1Chloride -0.014084507 -0.230985915Sulfate -2.166666667 -3.25Total Anion -3.360751174 -4.580985915Aluminum 0.002111111 0.002888889Calcium 2.19 3.78Copper 6.28931E-05 0.000251572Iron 0.000860215 0.003387097Potassium 0.02025641 0.011435897Magnesium 1.033333333 1.666666667Manganese 0.001409692 0.029118943Sodium 0.017652174 0.037695652Zinc 0.000275229 0.000214067Total Cation 3.265961058 5.531658784IB 1.43042451 9.400833284

Page 175: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

159

G.11. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-02

Tabel G.11. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-02

Normalitas (meq) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.24 -1.2Chloride -0.281690141 -0.242253521Sulfate -14.20833333 -15.625Total Anion -15.73002347 -17.06725352Aluminum 0.002666667 0.000111111Calcium 7.65 8Copper 6.28931E-05 0.000251572Iron 0.005752688 0.000698925Potassium 0.031282051 0.162564103Magnesium 5.558333333 5.891666667Manganese 0.005110132 0.006519824Sodium 0.252608696 0.052173913Zinc 0.00030581 0.000214067Total Cation 13.50612227 14.11420018IB 7.606683941 9.47054415

G.12. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-03

Tabel G.12. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-03

Normalitas (meq) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.16 -1.62Chloride -0.338028169 -0.230985915Sulfate -14.83333333 -15.89583333Total Anion -16.3313615 -17.74681925Aluminum 0.001222222 0.002111111Calcium 7.9 13.55Copper 0.000345912 6.28931E-05Iron 0.008172043 0.002849462Potassium 0.028205128 0.938461538Magnesium 5.291666667 6.8Manganese 0.00784141 0.00907489Sodium 0.217391304 0.15Zinc 0.000428135 9.17431E-05Total Cation 13.45527282 21.45265164IB 9.655634975 9.453781659

Page 176: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

160

G.13. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-01

Tabel G.13. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-01

Normalitas (meq) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -2.66 -2.84Chloride -0.118309859 -0.011267606Sulfate -13.5 -17.3125Total Anion -16.27830986 -20.16376761Aluminum 0.003444444 0.006Calcium 8.35 12.2Copper 0.000408805 6.28931E-05Iron 0.015698925 0.051451613Potassium 0.036666667 0.077948718Magnesium 5.666666667 7.741666667Manganese 0.014713656 0.022290749Sodium 0.117391304 0.098695652Zinc 0.000428135 0.000336391Total Cation 14.2054186 20.19845268IB 6.799992524 0.085934513

G.14. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-02

Tabel G.14. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-02

Normalitas (meq) Parameter Juli 2000 Agustus 2002

Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.16 -1.36Chloride -0.036619718 -0.03943662Sulfate -3.604166667 -2.395833333Total Anion -4.800786385 -3.795269953Aluminum 0.003 0.002222222Calcium 2.62 2.07Copper 1.57233E-05 0.001132075Iron 0.001827957 0.000591398Potassium 0.014051282 0.017641026Magnesium 1.558333333 1.033333333Manganese 0.000792952 0.003568282Sodium 0.07 0.019608696Zinc 0.000275229 0.000397554Total Cation 4.268296477 3.148494586IB 5.871485756 9.314477238

Page 177: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

161

G.15. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-04

Table G.15. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-04

Normalitas (meq) Parameter Oktober 2000 Februari 2001

Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.98 -2.2Chloride -0.05915493 -0.104225352Sulfate -12.25 -14.20833333Total Anion -14.28915493 -16.51255869Aluminum 0.004555556 0.002Calcium 7.3 8.45Copper 1.57233E-05 6.28931E-05Iron 0.002419355 0.005215054Potassium 0.012589744 0.03Magnesium 5.333333333 5.975Manganese 0.005154185 0.006255507Sodium 0.052608696 0.023347826Zinc 0.000428135 0.000489297Total Cation 12.71110473 14.49237058IB 5.844574178 6.515699785

Page 178: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

162

LAMPIRAN H

ANALISA PERUBAHAN KOMPOSISI KIMIA AIR TANAH

Tabel H.1. Perubahan Komposisi Kimia Air Tanah di Daerah IOZ 2000-2002

Parameter WD-04 WD-05 WDN-04 WDN-06 WDN-08 CNIU-05 DRD-02-01 DRD-02-04

Oct-00 Aug-02 Jul-00 Aug-02 Feb-01 Aug-02 Jul-00 Aug-02 Jul-00 Aug-02 Jul-00 Aug-02 Feb-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02pH 7.02 7.3 7.69 8 7.9 8.1 7.69 7.8 7.08 7.6 7.86 7.4 7.8 7.7 7.9 7.53

EC 1202 1300 1535 1700 230 240 450 500 1051 1200 826 1200 810 880 510 614

TDS 1156 1100 1510 1600 130 140 346 350 952 996 691 990 600 760 320 433Br 1.6 0.01 1.8 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 1.6 0.01 0.5 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01Cl 3.1 3.1 9.2 11 0.01 0.4 3 3.6 6.2 6 6.7 5.5 4.8 6.2 1.6 2.3C 0.1 0.1 1 0.1 0.1 58 48 65 60 53 55 50 86 73 69 50Al 0.008 0.015 0.004 0.014 0.001 0.001 0.0008 0.031 0.0008 0.02 0.004 0.036 0.015 0.001 0.019 0.213Fe 0.127 0.089 0.006 0.0001 0.003 0.001 0.004 0.001 0.008 0.005 0.007 0.017 0.017 0.015 0.013 0.191Ca 218 267 318 406 47.5 41.5 76.6 96 198 252 154 253 170 175 103 87.3Mg 17.1 19.1 34.1 42.3 2.27 2.42 8.62 8.88 25.4 29 21.7 32.5 17.2 22.5 10.3 9.42Na 1.17 2.1 5.03 5.68 0.589 0.557 0.801 1.66 1.73 3.93 2.3 3.33 1.99 3.01 1.33 1.04K 1.38 0.089 3.72 5.67 0.125 0.156 0.931 0.61 2.48 1.45 2.1 2 1.1 1.31 0.751 0.868

SO4 735 696 926 1019 25 29 157 163 562 583 322 618 286 375 154 186Alc 17 18 100 14 100 92 88 95 87 91 120 79 130 130 110 116Cu 0.0001 0.097 0.0005 0.0001 0.0001 0.012 0.001 0.001 0.0001 0.0001 0.0005 0.03 0.001 0.012 0.003 0.578

Page 179: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

163

Tabel H.2. Perubahan Komposisi Kimia Air Tanah di Daerah DOZ 2000-2002

Parameter DOW-09-03 DOW-09-04 DOW-23-02 DOW-23-03 DOW-24-01 DOW-24-02 DOW-24-04

Jul-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02pH 7.7 7.84 7.9 7.78 8.13 7.6 7.54 7.9 7.73 7.4 7.85 7.3 7.44 7.9EC 315 314 283 449 1208 1200 1189 1900 1203 1300 432 380 1097 1200

TDS 210 217 192 331 1142 1000 862 1700 1162 1500 332 270 1026 1000Br 0.5 0.01 0.5 0.01 0.5 0.01 0.5 0.01 0.05 0.01 0.5 0.01 0.05 0.01Cl 0.4 16 0.5 8.2 10 8.6 12 8.2 4.2 0.4 1.3 1.4 2.1 3.7C 45 36 33 22 22 30 29 44 69 80 31 45 48 61Al 0.019 0.02 0.019 0.026 0.024 0.001 0.011 0.019 0.031 0.054 0.027 0.02 0.041 0.018Fe 0.022 0.02 0.016 0.063 0.107 0.013 0.152 0.053 0.292 0.957 0.034 0.011 0.045 0.097Ca 51.4 44.7 43.8 75.6 153 160 158 271 167 244 52.4 41.4 146 169

Mg 14.2 12.4 12.4 20 66.7 70.7 63.5 81.6 68 92.9 18.7 12.4 64 71.7Na 0.445 0.43 0.406 0.867 5.81 1.2 5 3.45 2.7 2.27 1.61 0.451 1.21 0.537K 0.596 0.322 0.79 0.446 1.22 6.34 1.1 36.6 1.43 3.04 0.548 0.688 0.491 1.17

SO4 101 91 104 156 682 750 712 763 648 831 173 115 588 682Alc 78 63 59 55 62 60 58 81 133 142 58 68 99 110Cu 0.01 0.008 0.002 0.008 0.002 0.008 0.011 0.002 0.013 0.002 0.0005 0.036 0.0005 0.002

Page 180: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

164

Perubahan SO4 dan Ca

0200400600800

10001200

WD-04

WD-05

WDN-04

WDN-06

WDN-08

CNIU-05

DRD-02-01

DRD-04-02

DOW-09

-03

DOW-09

-04

DOW-23

-02

DOW-23

-03

DOW-24

-01

DOW-24

-02

DOW-24

-04

Lokasi

Kom

posi

si (m

g/L)

SO4 2000SO4 2002Ca 2000Ca 2002

Gambar H.1. Grafik Perubahan SO4 dan Ca

Perubahan Mg, Ca dan Alkalinity

0

2

4

6

8

10

12

WD-04 WD-05 WDN-04

WDN-06

WDN-08

CNIU-05

DRD-02-01

DRD-04-02

DOW-09-03

DOW-09-04

DOW-23-02

DOW-23-03

DOW-24-01

DOW-24-02

DOW-24-04

Lokasi

Kom

posi

si (m

mol

/L)

Mg 2000Mg 2002Alkalinity 2000Alkalinity 2002Ca 2000Ca 2002

Grafik H.2. Grafik Perubahan Mg, Ca dan Alkalinity

Perubahan Komposisi SO4 dan Fe

0,0001

0,001

0,01

0,1

1

10

100

1000

10000

WD-04 WD-05 WDN-04 WDN-06 WDN-08 CNIU-05 DRD-02-01

DRD-04-02

DOW-09-03

DOW-09-04

DOW-23-02

DOW-23-03

DOW-24-01

DOW-24-02

DOW-24-04

Lokasi

Kom

posi

si m

g/L

SO4 2000 SO4 2002 Fe 2000 Fe 2002

Grafik H.3. Grafik Perubahan SO4 dan Fe

Page 181: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

165

LAMPIRAN I

DIAGRAM SCHOELLER

Schoeller Diagram 2000

0.0001

0.001

0.01

0.1

1

10

100

1000

10000

pH ECTDS Br Cl C Al

Fe Ca Mg Na KSO4 Alc

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar I.1. Diagram Schoeller Tahun 2000

Schoeller Diagram 2002

0.0001

0.001

0.01

0.1

1

10

100

1000

10000

pH ECTDS Br Cl C Al

Fe Ca Mg Na KSO4 Alc

WD-04WD-05WDN-04WDN-06WDN-08CNIU-05DRD-02-01DRD-02-04DOW-09-03DOW-09-04DOW-23-02DOW-23-03DOW-24-01DOW-24-02DOW-24-04

Gambar I.2. Diagram Schoeller Tahun 2002

Page 182: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

166

LAMPIRAN J

PERUBAHAN KANDUNGAN SO4 PADA MASING-MASING LUBANG BOR

J.1. Kandungan SO4 Masing-Masing Lubang Bor di Tahun 2000

Tabel J.1. Kandungan SO4 Tahun 2000

Lokasi mg/L WDN-04 25 DOW-09-03 101 DOW-09-04 104 DRD-02-04 154 WDN-06 157 DOW-24-02 173 DRD-02-01 286 CNIU-05 322 WDN-08 562 DOW-24-04 588 DOW-24-01 648 DOW-23-02 682 DOW-23-03 712 WD-04 735 WD-05 926

Kandungan SO4 vs Lokasi Tahun 2000

0

200400

600800

1000

WD

N-0

4

DO

W-0

9-03

DO

W-0

9-04

DR

D-0

2-04

WD

N-0

6

DO

W-2

4-02

DR

D-0

2-01

CN

IU-0

5

WD

N-0

8

DO

W-2

4-04

DO

W-2

4-01

DO

W-2

3-02

DO

W-2

3-03

WD

-04

WD

-05

Lokasi

SO4(

mg/

L)

Gambar J.1. Grafik Kandungan SO4 Vs Lokasi Tahun 2000

Page 183: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

167

J.2. Kandungan SO4 Masing-Masing Lubang Bor di Tahun 2002

Tabel J.2. Kandungan SO4 Tahun 2002

Lokasi mg/L WDN-04 29 DOW-09-03 91 DOW-24-02 115 DOW-09-04 156 WDN-06 163 DRD-02-04 186 DRD-02-01 375 WDN-08 583 CNIU-05 618 DOW-24-04 682 WD-04 696 DOW-23-02 750 DOW-23-03 763 DOW-24-01 831 WD-05 1019

Kandungan SO4 vs Lokasi Tahun 2002

0200400600800

10001200

WD

N-0

4

DO

W-0

9-03

DO

W-2

4-02

DO

W-0

9-04

WD

N-0

6

DR

D-0

2-04

DR

D-0

2-01

WD

N-0

8

CN

IU-0

5

DO

W-2

4-04

WD

-04

DO

W-2

3-02

DO

W-2

3-03

DO

W-2

4-01

WD

-05

Lokasi

SO4(

mg/

L)

Gambar J.2. Grafik Kandungan SO4 Vs Lokasi Tahun 2002

Page 184: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

168

J.3. Tabel J.3. Kandungan SO4 Rata-Rata

Tabel J.3. Kandungan SO4 Rata-Rata

Lokasi Mg/L WDN-04 27 DOW-09-03 96 DOW-09-04 130 DOW-24-02 144 WDN-06 160 DRD-02-04 170 DRD-02-01 330.5 CNIU-05 470 WDN-08 572.5 DOW-24-04 635 WD-04 715.5 DOW-23-02 716 DOW-23-03 737.5 DOW-24-01 739.5 WD-05 972.5

Kandungan SO4 Rata-Rata vs Lokasi

0200400600800

10001200

WD

N-0

4

DO

W-0

9-03

DO

W-0

9-04

DO

W-2

4-02

WD

N-0

6

DR

D-0

2-04

DR

D-0

2-01

CN

IU-0

5

WD

N-0

8

DO

W-2

4-04

WD

-04

DO

W-2

3-02

DO

W-2

3-03

DO

W-2

4-01

WD

-05

Lokasi

SO4(

mg/

L)

Gambar J.3. Grafik Kandungan SO4 Rata-Rata Vs Lokasi

Page 185: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

169

LAMPIRAN K

KOEFISIEN HIDROSTATIS MASING-MASING UNIT BATUAN

Tabel K.1. Koefisien Hidrostastis Masing-Masing Unit Batuan

Tipe Batuan Unit K(xx) (m/hari)

K(yy) (m/hari)

K(zz) (m/hari)

Ertsberg Diorite 0.005 0.005 0.005Skarn 0.01 0.01 0.01Kontak Marmer - Skarn 0.1 0.1 0.1Kontak Skarn - Diorite 0.03 0.03 0.03Cave Zone I 0.2 0.2 0.2

Intrusive, Metamorphic

Cave Zone 2 0.1 0.1 0.1Endapan Glacial 5 5 5Kais Limestone 0.005 0.02 0.005Lowermost Kais 0.05 0.2 0.05Sirga Sandstone 0.006 0.006 0.006Faumai Limestone 0.005 0.02 0.005Waripi Dolomite 0.015 0.05 0.015Ekmai Shale 0.005 0.005 0.005

Sedimen

Ekmai Sandstone 0.005 0.005 0.005

Page 186: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

170

LAMPIRAN L

PETA LOKASI ARAH PEMBORAN IOZ DAN DOZ

Page 187: Skripsi Analisa Perubahan Kimia Air Tanah

171

LAMPIRAN M

SAYATAN GEOLOGI DAERAH TAMBANG IOZ DAN DOZ

Gambar M.1. Sayatan Geologi Daerah Tambang IOZ dan DOZ