skrining kanker payudara

13
BAB II PEMBAHASAN 2.1 SKRINING KANKER PAYUDARA A. Tes Skrining Tes Skrining dapat membantu mendiagnosa kanker pada stadium awal sebelum munculnya gejala-gejala. Ketika terjadi jaringan tidak normal tumbuh dan kanker terdiagnosis dalam stadium awal diharapakan dengan adanya skrining penderita dapat segera ditangani secara medis. Apabila gejala kanker telah muncul, tumbuh, dan berkembang maka penangangannya akan lebih sulit (NCI, 2015). Hal penting yang seharusnya diperhatikan dan diingat bahwa melakukan skrining yang disarankan oleh petugas kesehatan pada seseorang. Tidak selalu berarti bahwa seseorang tersebut memiliki kanker. Tes skrining dilakukan untuk mendiagnosa apakah ada kemungkinan orang tersebut terkena kanker atau tidak (NCI, 2015). Tidak semua tes skrining membantu mendiagnosa sebuah penyakit/kanker. Tes skrining juga mempunyai resiko. Seseorang harus mengetahui resiko apa saja yang akan diterima ketika melakukan tes skrining meskipun hasil dari tes skrining dapat menurunkan angka kematian seseorang akibat kanker (NCI, 2015). Hal ini dikarenakan beberapa skrining tes dapat menimbulkan beberapa masalah seperti pendarahan yang terjadi pada skrining kanker kolon dengan menggunakan sigmoidoscopy

Upload: ayu-nindhi-kistianita

Post on 17-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skrining Kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: SKRINING KANKER PAYUDARA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SKRINING KANKER PAYUDARA

A. Tes Skrining

Tes Skrining dapat membantu mendiagnosa kanker pada stadium awal

sebelum munculnya gejala-gejala. Ketika terjadi jaringan tidak normal tumbuh

dan kanker terdiagnosis dalam stadium awal diharapakan dengan adanya skrining

penderita dapat segera ditangani secara medis. Apabila gejala kanker telah

muncul, tumbuh, dan berkembang maka penangangannya akan lebih sulit (NCI,

2015).

Hal penting yang seharusnya diperhatikan dan diingat bahwa melakukan

skrining yang disarankan oleh petugas kesehatan pada seseorang. Tidak selalu

berarti bahwa seseorang tersebut memiliki kanker. Tes skrining dilakukan untuk

mendiagnosa apakah ada kemungkinan orang tersebut terkena kanker atau tidak

(NCI, 2015).

Tidak semua tes skrining membantu mendiagnosa sebuah penyakit/kanker.

Tes skrining juga mempunyai resiko. Seseorang harus mengetahui resiko apa saja

yang akan diterima ketika melakukan tes skrining meskipun hasil dari tes skrining

dapat menurunkan angka kematian seseorang akibat kanker (NCI, 2015). Hal ini

dikarenakan beberapa skrining tes dapat menimbulkan beberapa masalah seperti

pendarahan yang terjadi pada skrining kanker kolon dengan menggunakan

sigmoidoscopy atau colonoscopy. Selain itu hasil tes skrining yang biasanya

kurang signifikan/tepat (false-negative test). Dimana false negative test

menunjukkan bahwa tidak terdiagnosa kanker pada diri seseorang dan mungkin

saja terdapat keterlambatan diagnosa meskipun seseorang tersebut telah

mengalami gejala kanker.

Beberapa penyakit kanker tidak menimbulkan gejala yang nampak akan

tetapi dengan adanya tes skrining, penyakit kanker tersebut akan segera terdeteksi

dan penanganan yang tepat dan cepat pun akan segera dilakukan (NCI, 2015).

B. Skrining Kanker Payudara

Page 2: SKRINING KANKER PAYUDARA

Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker

payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru (setelah

dikontrol oleh umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan persentase

kematian (setelah dikontrol oleh umur) akibat kanker payudara sebesar 12,9%

(DepkesRI, 2015).

Gambar 1.1 Data Kanker yang Banyak Menyerang Perempuan Secara

Global.

Pencegahan adalah salah satu metode untuk melawan kanker payudara.

Dua metode melawan kanker payudara yang lain dengan deteksi dini dan

pengobatan yang tepat. Pencegahan yang dimaksud adalah proses panjang dan

membutuhkan perubahan gaya hidup yang lebih baik. Tujuannya adalah

meminimalisir faktor risiko yang ada seperti memperhatikan dengan baik

keseimbangan diet, olah raga yang cukup, mengurangi alkohol, menghindari

stress dan cukup tidur (Anindyajati, 2013).

Skrining payudara adalah metode untuk mendeteksi dini kanker payudara

ketika masih berukuran kecil dan belum menyebar ke tempat lain. Keuntungan

utama dari deteksi dini adalah chance of better survival. Selain itu, ukuran kanker

yang masih kecil pada stadium awal memungkinkan dokter ahli bedah untuk bisa

mempertahankan keutuhan payudara. Bila kanker belum menyebar, maka

kemungkinan tidak diperlukan pengobatan secara sistemik (Anindyajati, 2013).

Skrininng Payudara menurut CDC (2014), pengecekan kanker pada

payudara sebelum terlihatnya tanda dan gejala dari kanker payudara. Tiga tes

Page 3: SKRINING KANKER PAYUDARA

utama digunakan untuk tes skrining pada kanker payudara. Tiga tes tersebut

adalah:

1. Mammografi

a. Pengertian

Mammografi adalah foto payudara dengan sinar X dosis

rendah (CDC, 2014). Pada mammografi dapat dilihat gambaran payudara

secara keseluruhan. Mammografi merupakan tes skrining kanker payudara

yang sangat cocok untuk mendiagnosa kanker payudara secara lebih awal

(sebelum munculnya tanda dan gejala). Dengan mendiagnosa secara lebih

awal maka akan memudahkan penanganan dan perawatan. The United

States Preventive Service Task Force merekomendasikan pada wanita yang

berusia 50-74 tahun untuk melakukan tes skrining mammografi ini setiap 2

tahun sekali (CDC, 2014).

b. Tujuan

Untuk mendeteksi kelainan yang belum teraba (ukuran kurang dari 10 mm)

dan memberikan gambaran yang khas pada kelainan tertentu (jinak atau

ganas) (TimmedikRSOS, 2013).

c. Persiapan

1) Tidak dalam keadaan hamil

2) Daerah payudara dan ketiak, bebas dari bedak dan parfum

3) Mammografi dilakukan 7-10 hari setelah selesai menstruasi

d. Hasil Pemeriksaan Mamografi

Hasil Skrining Mammografi Akan Menunjukkan Apakah:

1) Payudara normal (tidak ditemukan kelainan). Akan dianjurkan untuk

kembali melakukan deteksi dini 1 tahun lagi (sesuai petunjuk

dokter).

2) Terdapat kelainan yang tidak ganas.Akan dilakukan pemeriksaan

tambahan, yaitu USG (Ultra Sonografi) payudara untuk memastikan

jenis  kelainannya (padat atau berisi cairan).

3) Terdapat kelainan yang mungkin ganas pada payudara (suspicious/

dicurigai. Pada keadaan ini diperlukan tindakan khusus untuk

kepastian diagnosa.

Page 4: SKRINING KANKER PAYUDARA

4) Biopsi (pengambilan jaringan dengan jarum khusus) atau dengan

tuntunan USG.

5) Prosedur lokalisasi (pengambilan jaringan dengan Hook Wire dan

Stereotactic Aparatus dengan tuntunan mammografi.

Gambar 1.2 Mammografi Gambar 1.3 Gambar panah menunjukkan tumor dalam foto mammografi yang tidak teraba

Berikut ini merupakan prosedur Deteksi Dini Kanker Payudara

Page 5: SKRINING KANKER PAYUDARA

Gambar 1.4 Prosedur Deteksi Dini Kanker Payudara

Dalam aspek diagnostik tes skrining mammografi masih memiliki

kelemahan karena sensitifitasnya masih berkisar 70-92%, spesifisitas 73% dan

akurasi 80% ditangan ahli radiologi (Novianto, 2004).

2. USG Payudara

Pemerikaan ini dilakukan oleh ahli radiologi. Merupakan modalitas

diagnostik pada wanita dibawah 35 tahun dengan densitas payudara

yang tinggi karena mempunyai jaringan parenkim lebih banyak

diabandingkan dengan jaringan lemak diamana hal ini sulit dengan

mammografi. Dengan USG payudara dapat dibedakan lesi solid dan

kistik dan sering dipakai sebagai guiding saat aspirasi pada pemeriksaan

sitologi FNA. Dengan transucer sonografi linerar Toshiba 5-7 MHz

struktur ekhogenik akan tampak terang sedangkan non-ekhogenik akan

tampak gelap. Tiga gambaran struktur yang perlu diperhatikan adalah

batas dan bentuk ekho, ekho internal dan bayangan eko posterior. Tanda

Page 6: SKRINING KANKER PAYUDARA

primer yang membedakan lesi jinak dan ganas diuraikan dibawah ini

(Novianto, 2004):

1) Bentuk lesi jinak : teratur (bulat, oval, lobulasi)

Lesi ganas: tidak teratur (bergerigi, berspekulasi)

2) Batas lesi jinak: licin

Lesi ganas:kasar

3) Echo internal lesi jinak: ankoik, homogen, dan halus

Lesi ganas: heterogen dan kasar

4) Echo Posterior lesi jinak: penyangatan

Lesi ganas: tidak ada bayangan akustik posterior

5) Bayangan samping lesi jinak: uni/bilateral

Lesi ganas:tidak ada

6) Depth/Wide Ratio lesi jinak: <1

Lesi ganas: >1

Tanda sekunder lesi ganas adalah penebalan kutis dan ligamentum

cooperi, distorsi parenkim, invasi ke kutis, otot pektoralis dan fasianya. Penebalan

ini terjadi akibat aktifasi protein protease (Kalpain-1) dan IL-1β coverting enzym

yang memerlukan kalsium sehingga terjadi degradasi intrasel. Keadaan ini tidak

terdapat pada lesi jinak.

Kombinasi USG Payudara bersama dengan mammografi memiliki akurasi

yang sangat tinggi 94% dibandingkan hanya mammografi atau USG Payudara

saja (Novianto, 2004).

3. MRI

a. Pengertian

MRI merupakan suatu alat yang menggunakan tenaga magnet cukup kuat

dengan radio dan gradient frequent serta perangkat komputer untuk menghasilkan

irisan-irisan gambar (imaging) yang bisa dianalisa untuk mengetahui lesi-lesi

patologis pada bagian-bagian tubuh yang diperiksa (Melita, 2015).

b. Kegunaan

MRI payudara tidak menggantikan pemeriksaan mammografi maupun

USG payudara, namun merupakan pemeriksaan tambahan dalam mendeteksi

tumor atau kanker payudara dan menentukan kondisi penyakit kanker payudara

Page 7: SKRINING KANKER PAYUDARA

serta mendeteksi kelainan payudara lainnya. Beberapa penelitian telah dilakukan

dalam menilai kemampuan MRI dalam deteksi dini dan preventif terhadap kanker

payudara.

MRI payudara diperlukan untuk mengindentifikasi tanda dini

kanker payudara, terutama pada wanita dengan payudara padat dan mempunyai

risiko tinggi untuk menderita kanker, seperti menderita kanker pada

usia muda, riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara, atau mutasi

genetik (brCa1 atau brCa2). MRI juga bisa memberikan nilai tambahan

informasi terhadap penyakit maupun penentuan pengobatan dengan memberikan

kontras media melalui pembuluh darah vena, mengevaluasi perluasan kanker yang

telah ditemukan pada mammaografi dan USG payudara, menentukan letak

tumor yang multipel—terutama pada pasca-operasi payudara dengan teknik bCt

(breast Conservation surgery), serta dapat memperlihatkan kelainan dengan lebih

baik pada wanita muda, di mana jaringan payudara masih padat (Melita, 2015).

MRI payudara juga dapat membedakan antara jaringan bekas operasi

(jaringan parut) dengan kanker yang rekuren (kambuh), menilai efek setelah

pemberian kemoterapi, serta menemukan kelainan pada payudara implan seperti

kebocoran akibat robeknya implan, yang tidak dapat terlihat dengan baik dengan

pemeriksaan UDG payudara dengan implan tidak dapat dilakukan pemeriksaan

mammografi.

c. Persiapan Pemeriksaan

Persiapan pemeriksaan tidak ada persiapan khusus. dianjurkan memakai

baju yang telah disediakan selama pemeriksaan atau pakaian yang tidak

mengandung metal, termasuk perhiasan, jepitan rambut, alat bantu dengar, dan

gigi palsu. tidak dapat dilakukan pada pasien yang memakai alat pacu jantung,

pen pada tulang, dan klip post operasi pembuluh darah otak (aneurisma).

Saat pemeriksaan, pasien akan ditidurkan pada meja yang dapat bergerak

dan diminta tidak melakukan gerakan saat pemeriksaan berlangsung. posisi pasien

berada dalam keadaan tengkurap dan payudara akan menggantung yang berada di

dalam alat khusus (coil). pemeriksaan akan berlangsung antara 30 menit sampai 1

jam bila pasien dapat dengan tenang tanpa melakukan pergerakan sekecil apapun

selama pemeriksaan berlangsung. biasanya, saat pemeriksaan diberikan suntikan

Page 8: SKRINING KANKER PAYUDARA

kontras media (gadolinium dtpa) melalui pembuluh darah vena dilipat siku.

ini diperlukan agar kelainan dari jaringan payudara dapat dilihat dengan lebih

jelas. Dengan MRI payudara, pasien relatif tak merasakan sakit

seperti pada mammaografi. sewaktu payudara dikompresi, pasien tak kena radiasi

sinar X. Hasil pemeriksaannya pun lebih akurat dan detail (Melita, 2015).

Gambar 1.5 Perbandingan Tes Skrining dengan Mammografi dan MRI

Gambar 1.6 Skrining MRI

Page 9: SKRINING KANKER PAYUDARA

Jika di keluarga terdapat riwayat kanker payudara, maka sebaiknya orang

tersebut cek ke dokter dan pertimbangkan untuk melakukan terapi pengurangan

risiko terjadinya kanker payudara. Disarankan juga sejak umur 20 tahun,

seharusnya wanita mulai rajin melakukan pemeriksaan sendiri payudara (breast

self examination). Hal ini karena penemuan awal terhadap kanker payudara

membuat angka kesakitan dan kematian akibatnya berkurang sangat drastis

(Anindyajati, 2013).

DAFTAR PUSTAKA:

Anindyajati, Gina. 2013. Kanker Payudara. Online.

(http://angsamerah.com/pdf/Angsamerah%20Kanker%20Payudara.pdf.), diakses

pada tanggal 4 Desember 2015.

CDC. 2014. Breast Cancer:What Screening Test are There?. Online.

(http://www.cdc.gov/cancer/breast/basic_info/screening.htm),diakses pada tanggal

4 Desember 2015.

Departemen Kesehatan RI. 2015. Situasi Penyakit Kanker. Online.

(http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-

kanker.pdf.), diakses pada tanggal 4 Desember 2015.

Dr, Melita. 2015. MRI Payudara. Online,

(https://ml.scribd.com/doc/268340638/15-04-Diagnosa-2-MRI-Payudara), diakses

pada tanggal 5 Desember 2015.

NCI (National Cancer Institute). 2015. Cancer Screenign Overview: What is

Cancer Screening?. Online.

(http://www.cancer.gov/about-cancer/screening/patient-screening-overview-pdq),

diakses pada tanggal 4 Desember 2015.

Novianto, Cahyo. 2004. Akurasi Pemeriksaan Klinis, Ultrasonografi I Payudara

dan Sitologi Biopsi Aspirasi dalam Menegakkkan Diagnsis Keganasan Payudara

Stadium Dini. Online. (http://core.ac.uk/download/pdf/11712526.pdf.), diakses

pada tanggal 4 Desember 2015.

Tim Medik RSOS. 2014. Deteksi Dini Kanker Payudara. Online.

(http://www.rsonkologi.com/blog_dokter/deteksi-dini-kanker-payudara/), diakses

pada tanggal 4 Desember 2015.

Page 10: SKRINING KANKER PAYUDARA

`