skrining fitokimia jadi

43
PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Skrining Fitokimia” ini dapat diselesaikan oleh praktikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata praktikum Kimia Produk Alam pada pokok bahasan Skrining Fitokimia. Penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan dari beberapa pihak baik secara materiil atau pun immaterial. Oleh karena itu, pada kesempatan ini praktikan mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Andayana Puspitasari, M.Si., Apt., selaku koordinator praktikum Kimia Produk Alam 2. Ibu Dra. Sri Mulyani, SU.,Apt., selaku dosen pembimbing praktikum Kimia Produk Alam FSI golongan III 3. Segenap karyawan dan laboran laboratorium Kimia Produk Alam 4. Kakak – kakak asisten praktikum 5. Rekan-rekan dan pihal-pihak lain yang membantu dalam penyelesaian makalah ini Praktikan menyadari bahwa makalah yang penulis susun ini belum sempurna. Oleh Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah dengan judul “Skrining Fitokimia” ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca khususnya dan kepada masyarakat sekitar pada umumnya. 1

Upload: dionnotary

Post on 13-Jun-2015

10.788 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skrining fitokimia jadi

PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa, atas segala

rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Skrining Fitokimia” ini dapat diselesaikan oleh

praktikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata praktikum Kimia Produk Alam pada

pokok bahasan Skrining Fitokimia.

Penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan dari beberapa pihak baik secara materiil atau pun

immaterial. Oleh karena itu, pada kesempatan ini praktikan mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Andayana Puspitasari, M.Si., Apt., selaku koordinator praktikum Kimia Produk Alam

2. Ibu Dra. Sri Mulyani, SU.,Apt., selaku dosen pembimbing praktikum Kimia Produk

Alam FSI golongan III

3. Segenap karyawan dan laboran laboratorium Kimia Produk Alam

4. Kakak – kakak asisten praktikum

5. Rekan-rekan dan pihal-pihak lain yang membantu dalam penyelesaian makalah ini

Praktikan menyadari bahwa makalah yang penulis susun ini belum sempurna. Oleh Karena

itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Semoga makalah dengan judul “Skrining Fitokimia” ini dapat memberikan manfaat kepada para

pembaca khususnya dan kepada masyarakat sekitar pada umumnya.

Yogyakarta, 1 Mei 2009

Praktikan

1

Page 2: Skrining fitokimia jadi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... 1

Daftar isi.............................................................................................................................. 2

Bab I : Pendahuluan............................................................................................................. 3

Latar Belakang......................................................................................................... 3

Tinjauan pustaka...................................................................................................... 3

Bab II : Jalannya Percobaan................................................................................................ 8

Alat dan Bahan........................................................................................................ 8

Cara kerja................................................................................................................. 9

Data Percobaan........................................................................................................ 15

Bab III : Pembahasan .......................................................................................................... 18

Bab IV : Kesimpulan dan saran........................................................................................... 26

Daftar Pustaka...................................................................................................................... 27

Lampiran.............................................................................................................................. 28

2

Page 3: Skrining fitokimia jadi

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat tradisional sejak dulu kala

sebagai warisan nenek moyang. Obat tradisional ini, baik berupa jamu maupun tanaman obat

masih digunakan hingga saat ini, terutama oleh masyarakat menengah ke bawah. Penggunaan

obat tradisional bisa untuk beberapa macam tujuan, yaitu : preventif (pencegahan penyakit),

promotif (meningkatkan derajat kesehatan), dan kuratif (penyambuhan penyakit) (Anonim,

1983).

Terdapat berbagai macam tanaman obat yang dikenal saat ini, salah satunya adalah keji

beling. Ada 5 macam tumbuhan dari spesies yang berbeda yang memiliki nama keji beling, yaitu

: Hemigraphis colorata Hall, Ruella napifera Zoll et Mor, Strobilanthes cripus Bl atau

Serycocalyx crispus L., Clerodendron calamitosum L.. Tumbuhan-tumbhan tersebut banyak

digunakan sebagai diuretic (Seno,1967)

Tanaman Strobilanthes cripus Bl atau Serycocalyx crispus L. di masyarakat dikenal sebagai

diuretic. Namun belum diketahui secara pasti dan terperinci kandungan kimia dari tanaman

tersebut. Belum diketahui pula senyawa mana yang memberikan efek farmakologis sebagai

diuretic karena selama ini penggunaan keji beling sebagai obat tradisional berdasarkan

pengalaman turun menurun dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu pada praktikum ini dilakukan

penelitian kandungan kimia yang ada di dalam tanaman Strobilanthes cripus Bl atau Serycocalyx

crispus L..

TINJAUAN PUSTAKA

Spesifikasi tanaman

Nama tanaman : Strobilanthes crispus BL.

Sinonim : Sericocalyx crispus L

Klasifikasi : Divisi :

Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Solanales

Suku : Acanthaceae

Marga : Strobilanthes

3

Page 4: Skrining fitokimia jadi

Jenis : Strobilanthes crispus L.

Nama umum/dagang : Keji Beling

Nama daerah : Daun pecah baling (Jakarta), Daun keji beling (Jawa Tengah)

Deskripsi :

Habitus : Semak, tinggi 1-2 m.

Batang : Beruas, bentuk bulat, berbulu kasar, percabangan monopodial, hijau

Daun : tunggal, berhadapan, lanset atau lonjong, tepi beringgil, ujung

meruncing, pangkal runcing, panjang 9-18cm, lebar 3-8cm,bertangkai

pendek, pertulangan menyirip, hijau.

Bunga : Majemuk, bentuk bulir, mahkota bentuk corong, berambut, ungu,

benang sari empat, putih, kuning.

Buah : Bulat, coklat.

Biji : Bulat, kecil, pipih, coklat,

Akar : Tunggang, coklat muda.

Khaslat : Daun Strobilanthes crispus berkhasiat sebagai peluruh air seni. Untuk

peluruh air seni dipakai ± 25 gram daun segar Strobiianthes crispus,

direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, setelah dingin disaring.

Hasil saringan diminum sekaligus

Kandungan kimia : Daun Strobilanthes crispus mengandung alkaloida, saponin, flavonoida

dan polilfenol.

Identifikasi kandungan kimia tanaman obat

Penelitian mengenai bahan alam hayati terutama terutama dalam hal untuk menemukan

senya yang memiliki bioaktivitas atau efek farmakologi dikenal dua pendekatan yaitu

pendekatan fitofarmakologi dan pendekatan skrining fitokimia (Fransworth, 1966).

Pendekatan fitofarmakologi meliputi uji berbagai efek farmakologi terhadap hewanpercobaan

dengan ekstrak tumbuhan atau bagian tumbuhan. Misalnya efek farmakologi terhadap susunan

syaraf pusat, terhadap organ tertentu dan sebagainya. Percobaan farmakologi dapat dilakukan

baik secara in vivo, dan/atau in vitro. Adapun aktivitas yang diujikan antara lain antineoplastik,

antiviral, antimikrobial, antimalarial, insektisida, hipoglikemik, kardiotonik, estrogenic atau

androgenik dan sebagainya.

Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualiatif kandungan kimia dalam

tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji), terutama kandungan

metabolit sekunder yang bioaktif, yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, glikosida jantung,

kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid), tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid),

iridoid, dan sebagainya. Adapun tujuan utama dari pendekatan skrining fitokimia adala untuk

4

Page 5: Skrining fitokimia jadi

mensurvai tumbuhan untuk mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna

untuk pengobatan.

Metode yang digunakan untuk melakukan skrining fitokimia harus memenuhi beberapa

persyaratan antara lain (a) sederhana, (b) cepat, (c) dirancang untuk peralatan minimal, (d)

bersifat selektif untuk golongan senyawa yang dipelajari, (e) bersifat semikuantitatif sebegitu

jauh dapat diketahui batas terendah dari golongan senyawa yang dipelajari, (f) dapat

memberikan keterangan tambahan ada/tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang

dipelajari. Adapun hingga saat ini prosedur yang banyak dipublikasikan memenuhi criteria (a)

sampai dengan (d) dan sangat sedikit memenuhi kriteria (e) sampai dengan (f) (Fransworth,

1966).

Analisis kualitatif untuk mengetahui golongann senyawa bioaktif tersebut dapat

dilakukan dengan metode uji tabung dan/atau uji kualitatif secara KLT. Kedua metode tersebut

dapat digabungkan dan dapat dilakukan untuk survai tumbuhan di lapangan.

Uraian senyawa yang diteliti

Steroid/Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene

dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen. Senyawa ini

berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau asam karboksilat.

Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-Buchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat)

yang dengan kebanyakan triterpen dan sterol memberikan warna hijau-biru (Harborne, 1987).

Sterol atau steroid adalah triterpenoid yang kerangka dasarnya cincin siklopentana

perhidrofenantren. Senyawa sterol pada tumbuhan disebut dengan fitosterol, yang umum

terdapat pada tumbuhan tinggi adalah sitosterol, stigmasterol dan kampesterol (Harborne, 1987).

Fenolik, fenil propanoid

Senyawa fenolik meliputi bermacam senyawa yang memiliki cirri yaitu berupa senyawa

aromatis. Beberapa enyawa yang termasuk dalam golongan fenolik antara lain fenol sederhana,

lignin, antrakinon, flavonoid, tannin danfenil propanoid. Fenol sederhana memiliki kelarutan

yang terbatas dalam air dan bersifat asam. Identifikasi senyawa fenol secara umum dapat

menggunakan FeCl3, di mana akan dihasilkan larutan berwarna merah, violet atau merah-ungu.

Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa yang larut air, dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan

tetap ada dalam lapisan air, setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid

5

Page 6: Skrining fitokimia jadi

berupa senyawa fenol, oleh karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau ammonia.

Flavonoid mengandung sistem aromatic yang terkonjugasi sehingga akan menunjukkan pita

serapan yang kuat pada sinar UV dan sinar tampak (Harborne, 1987). Pada analisis dengan KLT

dan penampakkan dengan pereaksi AlCl3, flavonoid akan tampak berupa bercak berwarna

kuning dan tergantung strukturnya, flavonoid akan berfluoresensi kuning, biru, atau hijau di

bawah UV 365nm.

Tannin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang berarti termasuk dalam senyawa fenolik. Tanin

dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Terdapat

2 jenis utama tannin yaitu tannin terkondensasi, tersebar pada paku-pakuan, angiospermae dan

gymnospermae, dan tannin terhidrolisis, terdapat pada tumbuhan berkeping dua. Tanin dapat

dideteksi dengan sinar UV pendek berupa bercak lembayung yang bereaksi positif dengan setiap

pereaksi fenol baku. Elagitanin (tannin terhidrolisis) bereaksi khas dengan asam nitrit (NaNO2

ditambah dengan asam asetat) membentuk warna merah cerah yang kian lama berubah menjadi

biru indigo (Harborne, 1987).

Saponin

Saponin atau glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang

tersebar luas dalam tanaman. Tiap saponin terdiri dari sapogenin yang terdiri dari sapogenin

yang merupakan molekul aglikon dan sebuah gula. Saponin merupakan senyawa yang

menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering

menyebabkan hemolisis sel darah merah, sering digunakan sebagai detergen (Clauss dkk, 1970).

saponin dapat digunakan untuk meningkatkan diuretika serta merangsang kerja ginjal. Saponin

dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir, bersifat toksik pada binatang berdarah dingin

seperti ikan (Claus dkk., 1970). Pada analisis dengan metode KLT, saponin tidak terdeteksi tanpa

pereaksi semprot di bawah sinar UV 254 nm atau 365 nm. Saponin dapat terdeteksi dengan

pereaksi semprot vanillin asam sulfat dan tampak berupa bercak berwarna biru atau biru ungu

atau terkadang berupa bercak kuning (Wagner dkk., 1984)

Kumarin

Kumarin dan asam fenolat biasanya dideteksi setelah bahan tumbuhan dihidrolisis dalam

suasana asam klorida 2N dan disari dengan etil asetat sehingga semua aglikon tersari dalam etil

asetat. Selain itu kumr]atin dapat dideteksi dari tumbuhan dalam suasana basa atau hidroksida

yang akan membentuk kumarinat larut dalam air dan pada penambahan asam ke dalam larutan

tersebut akan terbentuk kumarin yang dapat disari dengan pelarut organic (kloroform).

Pada identifikasi kumarin yang terdapat dalam sari klorofoorm dan sari etil asetat hasil hidrolisis

dengan menggunakan KLT terlihat

6

Page 7: Skrining fitokimia jadi

Kumarin adalah turunan benz-alfa-piron ditemukan tersebar luas dalam tumbuhan.

Aktifitas biologi yang dimiliki oleh snyawa kumarin adalah antibakteri analgesik (fransworth,

1966). Jika kumarin dibuat alkalis cincin lakton akan terbuka membentuk anion asam kumarinat

dengan adanya sinar UV mengalami isomerosasi menjadi bentuk trans yaitu anion asam-o-

kumarat sehingga untuk deteksi setelah kromatogram disemprot dengan lar alkali, bercak anion

as.o kumarat segera terlihat di bawah sinar UV (Machek, 1972)

7

Page 8: Skrining fitokimia jadi

BAB II

JALANNYA PERCOBAAN

ALAT DAN BAHAN

ALAT

- Cawan porselen

- Drupelplat

- Tabung reaksi

- Penangas air

- Gelas ukur

- Labu Erlenmeyer

- Pipet tetes

- Corong biasa

- Kapas

- Tabung refluks

- Gelas pengaduk

- Botol kecil

- Corong pisah

- Plastik dan karet

- Kompor

- Penjepit kayu

- Flakon

- Pipa kapiler

- Bejana KLT dan penutupnya

- Indikator pH universal

BAHAN

- Serbuk Simplisia daun kejibeling

- Plat KLT Sliika Gel F 254

- Penyari petroleum eter, eter, etanol-air

- Aquades

- KOH 0,5 N

- Anhidrida asam asetat P

- Kloroform P

- Asam sulfat pekat

- Larutan SbCl3 dalam kloroform P

- HCl 2 %

- Pereaksi Dragendorf

8

Page 9: Skrining fitokimia jadi

- Pereaksi Mayer

- Larutan Feri Klorida

- Campuran kalium heksasianoferat(III) dan larutan besi (III) klorida

- Air panas

- Amonia encer

- Amonia 25%

- NaOH 10%

- HCl 10%

- NaCl

- HCl 10% LP

- Natrium sulfat anhidrat

- Pereaksi Molisch

- Lugol LP

Bahan untuk KLT :

- KLT Alkaloid

Fase gerak = Toluen:etilasetat:dietilamin=7:2:1

Pembanding: kinin

Deteksi : Dragendorf dilanjutkan dengan natrium nitrit

- KLT Kumarin

Fase gerak : Dietileter-toluen(1;1) dijenuhkan dengan asam asetat 10%

Pembanding : kumarin

Deteksi : KOH 5% etanolik

- KLT Saponin

Fase gerak : Kloroform-metanol-air = 64:50:10

Pembanding : Stigmasterol

Deteksi : Anisaldehid asam sulfat dipanaskan 100oC

- KLT minyak atsiri

Fase gerak : Heksana-etilasetat = 7:3

Cara Kerja

1. Uji Tabung

a) Sari dalam petroleum eter

20 gram serbuk simplisisa disari dengan petroleum eter (sampai serbuk

terendam), dikocok berkali-kali hingga larutan penyari jernih, sari petroleum

eter dipekatkan hingga kira-kira sampai 10 mL, sisihkan sebanyak 1 mL untuk

uji KLT.

1). Steroid dan triterpenoid

9

Page 10: Skrining fitokimia jadi

8 mL sari petroleum eter diupkan sampai kering, ditambahkan 5 mL KOH

0,5 N dalam ethanol, direfluks dalam penangas air, panaskan dalam suhu

80 C diatas penangas air, sisa dilarutkan kembali dalam air panas,

dinginkan, sari dengan eter dengan corong pisah berkali-kali setiap kali

dengan 10 mL eter. Sari eter dipisahkan kurang lebih 5mL sari eter

diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 0.5mL anhidrida asam

asetat P, ditambah 0.5mL kloroform P, tuangkan larutan dalam tabung

reaksi, teteskan asam sulfat pekat terjadi cincin coklat kemerahan atau

ungu, ada steroid

2). Karotenoid

lebih kurang 5mL sari eter pada uji nomor 1 diuapkan sampai kering

ditambah 2 – 3 tetes larutan jenuh SbCl3 dalam kloroform P, warna mula

mula biru kemudian menjadi merah, maka terdapat kandungan karotenoid

b) Sari dalam eter

Serbuk sisa penyarian dengan PE disari kembali dengan eter P dikocok

dengan berkali-kali, sehingga hasil diuapkan sampai tidak meninggalkan sisa,

sari dalam eter dipekatkan sampai 30 mL sisihkan sebanyak 5 mL untuk KLT

1) Uji alkaloid

Lebih kurang 10 mL eter diuapkan, sisa dilarutkan dalam 1.5 HCL 2%,

dibagi menjadi 3 tabung reaksi, tabung 1 sebagai pembanding, tabung 2

direaksikan dengan 3-4 tetes pereaksi drgendorf, tabung 3 direaksikan

dengan pereaksi meyer, adanya endapan menunjukkan adanya kandungan

alkaloid,

2) Senyawa Fenolik

Lebih kurang 1 mL eter diuapkan, ditetesi larutan FeCl3 warna hijau, ungu,

biru, sampai hitam menunjukkan adanya senyaw fenolik terutama fenolik

bebas

a. Fenol-fenol

Lebih kurang 1 ml sari eter diuapkan, ditetesi denagan campuran

kalium heksasianoferat (III) dan larutan besi (III) clorida, warna biru

sampai hitam menunjukkan adanya fenol-fenol.

b. Fenil propanoid

Lebih kurang 3 mL sari dalam eter diuapkan, sisa dilarutkan dalam air

panas, dinginkan, larutan dibagi dalam dua tabung reksi, tabung 1 untuk

pembanding, tabung 2 diberi amoniak encer hingga alkalis, bila terjadi

fluorosensi biru atau hijau dibawah sinar UV menunjukkan adanya

kumarin atau derivatnya

c. Antrakuinon

10

Page 11: Skrining fitokimia jadi

Lebih kurang 3mL sari eter dituang dalam tabung reaksi, ditambah 1mL

amonia 25% atau NaOH 10%, kocok larutan berubah menjadi warna

merah menunjukkan adanya antrakuinon

c) sari dalam etanol air

Sisa serbuk penyarian dengan eter disari dengan campuran etanol 70% hingga

pelarut hampir jernih, sari dipekatkan menjadi 40mL sisihkan 5mL , pekatkan

digunakan sebagai larutan percobaan KLT

1) Garam Alkaloid

Lebih kurang 10mL sari etanol air diuapkan, sisa ditambah HCL 10%

sambil dipanaskan dan diaduk, larutan dibagi menjadi 2 :

a) Larutan tabung 1 ditambah amoniak encer hingga pH 8-9, sari

dengan kloroform, sari diuapkan sampai kering sisa dilarutkan

dalam HCL 2%, sisihkan 0.5 mL untuk KLT alkaloid, sisa

larutan dibagi 3 bagian, tabung a sebagai pembanding tabung

b direaksikan dengan meyer, tabung c direaksikan dengan

dragendorf, adanya alkaloid ditunjukkan dengan timbulnya

endapan

b) larutan asam pada tabung 2 ditambah sedikit NaCl padat

diaduk, disaring, kertas saring dicuci dengan HCL 10% LP,

sisihkan 0.5 ml untuk KLT, sisa larutan diuji dengan meyer atau

dragendorf, adanya kekeruhan menunjukkan basa kuarterner atau

amina teroksidasi.

2) Antosian

Jika sari dalam etanol air bereaksi asam maka warna larutan merah, jika

pH netral berwarna ungu, susana alkalis membuat warna larutan menjadi

biru, perubahan itu menunjukkan adanya antosian

3) Glikosida

Lebih kurang 20mL sari dalam etanol air ditambah 15 mL HCL 10% LP,

refluks selam 30 menit dinginkan, larutan disari 3 x masing masing

dengan 8mL eter P dalam corong pisah, lapisan eter dipisahkan ditambah

dengan NaSO4 anhidrat, sisihkan sebagian untuk KLT, sisa sari eter

digunakan untuk uji aglikon setroid , triterpenoid , kumarin ( seperti pada

sari eter), fase air asam dinetralakan, gunakan untuk uji gula dengan reaksi

molisch

4) Saponin

Lebih kurang 2mL sari etanol air diuapkan hingga separuhnya, sisa

diencerkan dengan air sama banyak kocok selam 15 menit, terbentuk buih

11

Page 12: Skrining fitokimia jadi

stabil menunjukkan adanya saponin, dapat pula ditunjukkan dengan reaksi

Lieberman-bouchardat yang didasarkan atas reaksi terhadap aglikon

triterpenoid atau steroid penyusunnya

5) Tanin

Lebih kurang 1 mL sari etanol air diencerkan dengan 2mL air, ditambah

FeCl3 P, warna biru, hijau, kehitaman menunjukkan adanya tanin.

6) Karbohidrat

a) Lebih kurang 2mL sari etanol air diuapkan hingga hampir kering

diberi pereaksi molisch, tambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat melalui

dinding, warna merah ungu menunjukkan adanya karbohidrat

b) Lebih kurang 1mL sari dienap tuangkan dan diencerkan, tambah

lugol LP, warna biru menunjukkan pati

2. Uji Kualitatif Secara KLT

A. Penyediaan larutan percobaan

1. Alkaloid

a.uapkan 2 mL sari eter, basahi dengan sedikit HCL dan metanol

b. ambil sedikit larutan untuk identifikasi garam alkaloid dan garam

alkaloid basa kuaterner pada sari etanol air

2. Antra Glikosida, flavonoid dan kumarin

Gunakan sari eter yang telah dipekatkan

3. Saponin dan Tanin

Gunakan sari etanol air yang telah dipekatkan

4. Minyak Atsiri

Gunakan sari petroleum eter yang telah dipekatkan

5. Glikosida Jantung

Gunakan sari eter hasil hidrolisis sari etanol air yang digunakan untuk uji

glikosida, pekatkan larutan

B. Lempeng KLT

Lempeng yang digunakan adalah Silika Gel F254

C. Fase gerak

Gunakan fase gerak yang sesuai

D. Pereaksi penampak atau cara deteksi

Gunakan pereaksi penampak bercak yang sesuai

Tanin dan senyawa fenolik lain

12

Page 13: Skrining fitokimia jadi

Fase Diam Silika Gel F254

Fase Gerak Etil asetat : Metanol : Air ( 100 : 13,5 : 10 )

Sampel Daun Beluntas

Deteksi FeCl3

Pembanding Asam galat

KeteranganDibawah sinar tampak senyawa fenolik akan

berwarna hijau hingga biru kehitaman

Alkaloid

Fase Diam Silika Gel F254

Fase Gerak

Toluene : Etilasetat : dietilamina ( 7 :

2 : 1)

Sampel Daun Beluntas

Deteksi Dragendorff dilanjutkan natrium nitrit

Pembanding Kinina

Keterangan

Bercak berwarna jingga sampai merah

tua

Dibawah sinar tampak

Glikosida Jantung

Fase Diam Silika Gel F254

Fase Gerak

Etilasetat : metanol : air ( 100 : 13,5 :

10)

Sampel Daun Beluntas

Deteksi SbCl3

Pembanding Digitoksin

Keterangan Dibawah sinar tampak

Kumarin

Fase Diam Silika Gel F254

Fase Gerak

Dietileter : Toluen (1 : 1) dijenuhkan dengan asam asetat

10%

Sampel Daun Beluntas

Deteksi KOH 5% etanolik

Pembanding Kumarin standar

Keterangan biru muda atau sawo matang

13

Page 14: Skrining fitokimia jadi

Saponin

Fase Diam Silika Gel F254

Fase Gerak Kloroform : Metanol : Air ( 64 : 50 : 10)

Sampel Daun Beluntas

Deteksi

Anisaldehida asam sulfat, dipanaskan

100oC

Pembanding Stigmasterol (steroid)

Keteranganbercak berwarna biru dibawah sinar

tampak

Antrakinon

Fase Diam Silika Gel F254

Fase Gerak Etilasetat : metanol : air

Sampel Daun Beluntas

Deteksi KOH 5% etanolik

Pembanding Istizin

KeteranganBercak dibawah sinar tampak berwarna merah

menunjukkan adanya antrakinon

Flavonoid

Fase Diam Silika Gel F254

Fase Gerak

Etilasetat : asam format :

as.asetatglasial : air

Sampel Daun Beluntas

Deteksi AlCl3

Pembanding Rutin

Keterangan

Di bawah UV 365 berpendar kuning

intensif

hijau atau jingga

14

Page 15: Skrining fitokimia jadi

DATA HASIL PERCOBAAN

1. Uji Tabung

a. Sari Petroleum Eter

Uji Hasil

Steroid dan Triterpenoid Terjadi cincin merah coklat di perbatasan fase

(positif)

Karotenoid Warna hijau bening (negatif)

b. Sari Eter

Uji Hasil

Alkaloid i. Dragendorf

Endapan jingga kecoklatan (positif)

ii. Mayer

Endapan putih kekuningan (positif)

Kumarin-turunan fenil

propanoid

Terjadi Pemendaran (positif)

Antrakinon Terjadi merah keruh (positif)

Fenolik terutama fenol

bebas

Terjadi warna biru gelap (positif)

Fenol Terjadi warna biru gelap (positif)

c. Sari Etanol- Air

Uji Hasil

Alkaloid i. Alkaloid

Dragendorf : terjadi endapan kecoklatan (positif)

Mayer : terjadi endapan kuning (positif)

ii. Alkaloid kuartener atau amina teroksidasi

Dragendorf : tidak terjadi endapan (negatif)

Mayer : tidak terjadi endapan (negatif)

Antosian Tidak terjadi perubahan warna (negatif)

Glikosida i. Gugus gula glikosida

Tidak terbentuk cincin merah keunguan

ii. Steroid

Terbentuk cincin merah (positif)

iii. Triterpenoid

Terbentuk cincin merah (positif)

iv. Kumarin

15

Page 16: Skrining fitokimia jadi

Tidak terjadi Pemendaran (negatif)

v. Flavonoid

Tidak terjadi warna merah muda (negatif)

Saponin Terjadi buih yang stabil setelah 30 menit (positif)

Tanin Tidak muncul warna biru hijau kehitaman (negatif)

Karbohidrat i. Pati

Tidak terjadi warna ungu kehitaman (negatif)

ii. Karbohidrat

Tidak terjadi cincin merah (negatif)

Data KLT

Alkaloid

Totolan Rf

Sebelum disemprot Setelah disemprot

UV 254 TampakUV

366

UV

366Tampak

Fase eter 0,25

0,275

0,2875

0,5125

0,5625

0,6375

0,75

Bercak hijau - - - Bercak hijau

Kinin 0,25 Bercak hijau - - - Orange

Fase air-

etanol

0,6375

0,8875

0,95

- - - - Hijau

Kumarin

Totolan Rf

Sebelum disemprot Setelah disemprot

UV 254 TampakUV

366

UV

366Tampak

Fase eter 0,1625

0,3125

0,3375

Hijau - - - Hijau

16

Page 17: Skrining fitokimia jadi

0,5625

0,9375

0,9625

Kumarin 0,9375 Ungu - - - -

Saponin

Totolan Rf

Sebelum disemprot Setelah disemprot

UV 254 TampakUV

366UV 366 Tampak

Fase PE 0,9625 Pemadaman Kuning - Kuning Ungu abu-

abu

Stigmastero

l

0,9625 Pemadaman - - Kuning Ungu abu-

abu

Fase air-

etanol

0,9625 Pemadaman Hijau pudar - Kuning Ungu abu-

abu

Minyak atsiri

Totolan Rf

Sebelum disemprot Setelah disemprot

UV 254 TampakUV

366

UV

366Tampak

Fase PE 0,4375 Pemadaman - - - Abu-abu

Timol 0,6975 Pemadaman - - - Ungu abu-abu

BAB III17

Page 18: Skrining fitokimia jadi

PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan agar sebelum dilakukan praktikum ini praktikum wajib memahami

berbagai golongan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan, terutama yang disebut metabolit

sekunder.

Setelah melakukan praktikum ini, dengan menggunakan metode tabung dan metode KLT

mahasiswa mampu mengidentifikasi :

a. Senyawa golongan flavonoid

b. Senyawa golongan antrakinon

c. Senyawa golongan saponin(steroid dan triterpenoid)

d. Senyawa golongan alkaloid

e. Senyawa golongan fenolik dan polifenolik

Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah menyari serbuk simplisia

daun Strobilanthus crispus (kejibeling) dengan petroleum eter hingga jernih, kemudian sisa

serbuk dikeringkan untuk selanjutnya disari dengan eter. Sisa serbuk penyarian eter dikeringkan

dan disari kembali menggunakan etanol. Selanjutnya dilakukan uji tabung terhadap setiap fraksi

yang didapatkan yaitu fraksi petroleum eter, fraksi eter, dan fraksi etanol-air.

1. Uji Ekstrak Simplisia dalam Penyari Petroleum Eter

Sari ini mengandung zat-zat kimia yang larut dalam minyak, misalnya minyak atsiri, lemak

dan asam lemak tinggi, steroid dan triterpenoid dan karotenoid.

a. Uji Steroid dan Triterpenoid

Uji tabung dilakukan dengan pereaksi Lieberman-Burchard. 8 mL sari petroleum eter

diupkan sampai kering lalu ditambahkan 5 mL KOH 0,5 N dalam ethanol refluks dalam

penangas air, panaskan dalam suhu 80 C diatas penangas air, sisa dilarutkan kembali

dalam air panas, kemudian didinginkan, sari dengan eter dengan corong pisah berkali-

kali setiap kali dengan 10 mL eter. Sari eter dipisahkan kurang lebih 5mL sari eter

diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 0.5mL anhidrida asam asetat P, ditambah

0.5mL kloroform P, tuangkan larutan dalam tabung reaksi, teteskan asam sulfat pekat,

jika terjadi cincin coklat kemerahan atau ungu maka sampel mengandung steroid.

Dari hasil percobaan terbentuk cincin warna kemerahan, sehingga dapat disimpulkan

bahwa sampel mengandung steroid atau triterpenoid.

b. Karotenoid

Lebih kurang 5 mL sari eter pada uji butir (a) diuapkan sampai kering ditambah 2 – 3

tetes larutan jenuh SbCl3 dalam kloroform P, warna mula-mula biru kemudian menjadi

merah ada jika mengandung karotenoid.

Dari hasil percobaan, warna larutan tetap berwarna hijau bening, hal ini menunjukkan

bahwa sampel tidak mengandung karotenoid.

2. Uji Ekstrak Simplisia dalam penyari Eter

18

Page 19: Skrining fitokimia jadi

Sari ini mengandung senyawa alkaloid, senyawa-senyawa fenolik, komponen minyak atsiri

tertentu dan asam lemak

a. Uji alkaloida

Lebih kurang 10 mL eter diuapkan, sisa dilarutkan dalam 1.5 HCL 2%, dibagi menjadi 3

tabung reaksi, tabung 1 sebagai pembanding, tabung 2 direaksikan dengan 3-4 tetes

pereaksi dragendorf , tabung 3 direaksikan dengan pereaksi meyer. Adanya endapan

menunjukkan adanya kandungan alkaloid.

Dari hasil percobaan terbentuk endapan jingga kecoklatan pada pereaksi Dragendorf dan

terbentuk endapan putih kekuningan pada pereaksi Meyer. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa sampel mengandung alkaloid.

b. Uji senyawa fenolik

Lebih kurang 1 mL eter diuapkan ditetesi larutan FeCl3 warna hijau, ungu, biru,

sampai hitam menunjukkan adanya senyawa fenolik terutama fenolik bebas.

Dari hasil percobaan didapat warna kebiruan, sehingga dapat dikatakan sampel

mengandung senyawa fenolik.

i. Fenol-fenol

Lebih kurang 1 ml sari eter diuapkan, ditetesi denagan campuran kalium

heksasianoferat (III) dan larutan besi (III) clorida, warna biru sampai hitam

menunjukkan adanya fenol-fenol.

Dari hasil percobaan didapat warna kebiruan, sehingga dapat dikatakan sampel

mengandung senyawa fenolik.

ii. Kumarin-Turunan Fenil Propanoid

Lebih kurang 3 mL sari dalam eter diuapkan, sisa dilarutkan dalam air panas,

dinginkan. Larutan dibagi dalam dua tabung reksi, tabung 1 untuk pembanding,

tabung 2 diberi amoniak encer hingga alkalis, bila terjadi fluorosensi biru atau hijau

dibawah sinar UV menunjukkan adanya kumarin atau derivatnya.

Dari hasil percobaan didapat flouresensi kehijauan sehingga dapat disimpulkan bahwa

sampel mengandung senyawa kumarin turunan fenil propanoid.

iii. Antrakuinon

Lebih kurang 3mL sari eter dituang dalam tabung reaksi, ditambah 1mL amonia 25%

atau NaOH 10%, kocok larutan. Jika larutan berubah menjadi warna merah

menunjukkan adanya antrakuinon.

Dari hasil percobaan tidak berubah menjadi kemerahan, sehingga dapat disimpulkan

sampel tidak mengandung senyawa antrakuinon.

3. Uji ekstrak simplisia dalam penyari etanol-air

Sari ini mengandung garam alkaloid, alkaloid basa kuartener dan amina teroksidasi,

Antosian, Glikosida, Saponin, Tanin dan Karbohidrat.

a. Garam Alkaloid

19

Page 20: Skrining fitokimia jadi

Lebih kurang 10mL sari etanol air diuapkan sisa ditambah HCL 10% sambil

dipanaskan dan diaduk larutan dibagi menjadi 2 :

i. Alkaloid

Larutan tabung 1 ditambah amoniak encer hingga pH 8-9, sari dengan kloroform, sari

diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam HCL 2%, sisa larutan dibagi 3 bagian,

tabung a sebagai pembanding, tabung b direaksikan dengan meyer, tabung c

direaksikan dengan dragendorf, adanya alkaloid ditunjukkan dengan timbulnya

endapan.

Dari hasil percobaan terbentuk endapan jingga kecoklatan pada pereaksi Dragendorf

dan terbentuk endapan putih kekuningan pada pereaksi Meyer. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sampel mengandung alkaloid.

ii. Alkaloid basa kuartener dan amina teroksidasi

Larutan asam pada tabung 2 ditambah sedikit NaCl padat, diaduk kemudian disaring,

kertas saring dicuci dengan HCL 10% LP, larutan diuji dengan meyer atau

dragendorf, adanya kekeruhan menunjukkan basa kuarterner atau amina teroksidasi.

Dari hasil percobaan tidak terbentuk endapan jingga kecoklatan maupun kekeruhan

pada pereaksi Dragendorf dan tidak terbentuk endapan putih kekuningan maupun

kekeruhan pada pereaksi Meyer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tidak

mengandung alkaloid.

b. Antosian

Jika sari dalam etanol air bereaksi asam maka warna larutan merah, jika pH netral

berwarna ungu, susana alkalis membuat warna larutan menjadi biru, perubahan itu

menunjukkan adanya antosian.

Dari hasil percobaan tidak didapat warna biru pada suasana alkalis sehingga dapat

disimpulkan bahwa sampel tidak mengandung antosian.

c. Glikosida

Lebih kurang 20mL sari dalam etanol air ditambah 15 mL HCL 10% LP, refluks selam

30 menit dinginkan, larutan disari 3 x masing masing dengan 8 mL eter P dalam corong

pisah, lapisan eter dipisahkan ditambah dengan NaSO4 anhidrat, sisihkan sebagian untuk

KLT, sisa sari eter digunakan untuk uji aglikon steroid, triterpenoid , kumarin ( seperti

pada sari eter), fase air asam dinetralakan, gunakan untuk uji gula dengan reaksi molisch.

Dari hasil uji molisch didapat hasil negatif dengan tidak adanya cincin warna ungu yang

menunjukkan adanya gula yang merupakan glikon. Sementara dari uji aglikon diperoleh

hasil positif pada aglikon Steroid dan triterpenoid. Sehingga dapat disimpulkan sampel

mengandung senyawa glikosida.

d. Saponin

Lebih kurang 2mL sari etanol air diuapkan hingga separuhnya, sisa diencerkan dengan air

sama banyak kocok selama 15 menit, terbentuk buih stabil setelah didiamkan selama 30

20

Page 21: Skrining fitokimia jadi

menit menunjukkan adanya saponin, dapat pula ditunjukkan dengan reaksi Lieberman-

bouchardat yang didasarkan atas reaksi terhadap aglikon triterpenoid atau steroid

penyusunnya.

Dari hasil percobaan didapat buih yang stabil setelah 30 menit, selain itu didapat adanya

cincin kemerahan pada perbatasan cairan setelah direaksikan dengan pereaksi Lieberman-

bouchardat, hal ini menunjukkan sampel mengandung senyawa saponin.

e. Tanin

Lebih kurang 1 mL sari etanol air diencerkan dengan 2mL air, ditambah FeCl3 P warna

biru, hijau, kehitaman menunjukkan adanya tanin.

Dari hasil percobaan tidak diperoleh adanya perubahan warna, hal ini menunjukkan

sampel tidak mengandung senyawa tanin.

f. Karbohidrat

i. Karbohidrat

Lebih kurang 2mL sari etanol air diuapkan hingga hampir kering diberi pereaksi

molisch, tambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat melalui dinding, warna merah ungu

menunjukkan adanya karbohidrat.

Dari hasil percobaan tidak timbul warna merah ungu, hal ini menunjukkan sampel

tidak mengandung senyawa karbohidrat.

ii. Pati

Lebih kurang 1mL sari dienap tuangkan dan diencerkan, tambah lugol LP, warna biru

menunjukkan pati.

Dari hasil percobaan tidak didapat warna biru, hal ini menunjukkan tidak ada

kandungan pati pada ekstrak yang diperiksa.

Dari hasil skrinig fitokimia yang telah dilakukan melalui uji tabung dibandingkan dengan

kandungan Strobilantus crispus secara teoritis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Kandungan Kimia Teoritis Hasil Uji Tabung

Steroid dan triterpenoid + +

Karotenoid - -

Alkaloid + +

Senyawa Fenolik + +

Fenol-Fenol + +

Kumarin-turunan Fenil

Propanoid+ +

Alkaloid Kuartener - -

Amina Teroksidasi - -

Antosian - -

Saponin + +21

Page 22: Skrining fitokimia jadi

Glikosida

a. Gula

b. Aglikon Steroid

c. Aglikon Triterpenoid

d. Aglikon Kumarin

e. Aglikon Flavonoid

-

-

-

-

-

-

+

+

-

-

Tanin - -

Karbohidrat - -

Pati - -

Dari tabel di atas, didapat data yang tidak jauh berbeda antara kandungan teoritis daun

Kejibeling (Strobilantus crispus) dengan kandungan hasil skrining. Hanya ada sedikit

penyimpangan pada hasil tes glikosida dimana menunjukkan reaksi positif pada aglikon steroid

dan triterpenoid. Hal ini dapat terjadi karena adanya positif palsu akibat adanya kandungan

senyawa steroid dan triterpenoid nonglikosidik yang ikut tersari dalam penyari etanol air. Namun

secara umum hasil tes glikosida berdasar hasil skrining tetap bernilai negatif. Karena hasil uji

gula yang merupakan glikon dari glikosida memberi hasil negatif sehingga dapat dikatakan dari

hasil tes skrining uji tabung menunjukkan hasil negatif untuk glikosida.

UJI Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Untuk memastikan informasi yang didapat dari uji tabung, maka dilakukan uji KLT. Penyediaan

larutan zat yang diperiksa dilakukan dengan memakai 3 macam penyari yang berbeda

kepolarannya. Yang pertama, serbuk simplisia disari dengan petroleum eter yang bersifat

nonpolar sehingga akan melarutkan senyawa-senyawa nonpolar seperti klorofil, asam lemak,

steroid, triterpenoid.. Keberadaan klorofil dalam simplisia ini jika tidak dipisahkan dulu

dikhawatirkan akan mengganggu pada saat proses elusi, dimana bercak senyawa metabolit akan

tertutup klorofil dalam jumlah banyak. Dari penyarian pertama ini didapatkan fraksi petroleum

eter. Sisa serbuk basah hasil penyarian pertama, dikeringkan agar sisa petroleum eternya hilang,

lalu disari dengan eter. Dari deret eluotropi, dapat diketahui urutan kepolaran dari pelarut, eter

lebih polar dibandingkan petroleum eter (hidrokarbon). Dari penyarian kedua ini didapatkan

fraksi eter. Sisa ampas diuapkan menjadi serbuk kembali, ampas penyarian ini kemudian disari

lagi dengan etanol-air, sehingga didapatkan fraksi etanol-air. Dan sisa serbuk atau ampas

dibuang. Plat KLT yang digunakan adalah plat silika gel F 254.

1. Fraksi Petroleum eter

22

Page 23: Skrining fitokimia jadi

Filtrat Petroleum eter didapatkan dengan cara menyari 25 gram serbuk simplisia dengan

petroleum eter dengan pengocokan hingga larutan penyari jernih. Kemudian sari dipekatkan

sampai kira 10 ml, kemudian digunakan 1 ml dari hasil penguapan tersebut untuk uji KLT.

Fraksi petroleum eter digunakan untuk uji saponin dan minyak atsiri. Fraksi petroleum eter

dielusi dengan fase gerak etil asetat:heksana (3:7) untuk pengujian minyak atsiri. Fase gerak ini

bersifat nonpolar sehingga akan mengelusi senyawa nonpolar seperti terpenoid., serta fase gerak

kloroform-metanol-air (64:50:10) untuk pengujian saponin. Pada saat elusi fraksi petroleum eter,

dipakai pembanding timol untuk minyak atsiri dan stigmasterol (steroid) untuk saponin. Jarak

elusinya yaitu 8 cm. Dari hasil elusi didapat 2 bercak (1 bercak sampel atau dari fraksi petroleum

eter dan 1 bercak pembanding atau timol) untuk pengujian minyak atsiri. Serta didapat 3 bercak

pada pengujian dengan pembanding stigmasterol (masing-masing 1 bercak untuk fraksi

petroleum eter, stigmasterol, dan fraksi etanol-air). Pada penotolan sampel dengan pembanding

timol (pengujian minyak atsiri) memberikan Rf 0,4375. Pada penotolan sampel dengan

pembanding stigmasterol (pengujian saponin) memberikan Rf 0,9625. Rf pembanding yaitu

timol dan stigmasterol adalah 0,6975 dan 0,9625. Jika dilihat pada UV 254, pada plat silika

dengan pembanding timol terjadi pemadaman, sedangkan pada plat dengan pembanding

stigmasterol terjadi warna ungu pada bercak sampel(fraksi petroleum eter) dan pada bercak

stigmasterol. Sedangkan pada sinar tampak, bercak timol dan sampel (fraksi petroleum eter)

tidak tampak atau tidak berwarna. Sedangkan bercak pada plat dengan pembanding stigmasterol

berwarna,yaitu sampel (fraksi petroleum eter) mempunyai warna kuning,dan pembanding

(stigmasterol) tidak berwarna.

Untuk deteksi lebih spesifik pada plat dengan pembanding stigmasterol (pengujian

saponin) disemprot dengan anisaldehid asam sulfat kemudian dipanaskan 100oC. Setelah

disemprot, lalu diamati pada UV 366, pada deteksi ini didapatkan bercak stigmasterol dan

sampel berfluoresensi kuning, diprediksikan sampel mengandung saponin, sedangkan pada sinar

tampak sampel menimbulkan warna abu-abu. Pada UV 254, bercak sampel dan stigmasterol

berfluoresensi ungu. Untuk deteksi lebih lanjut dari minyak atsiri (pembanding timol), plat

disemprot dengan,pada bercak timol menjdai berwarna ungu-abu-abu dan pada bersak sampel

berwarna abu-abu.

Dari hasil elusi pada pengujian saponin didapatkan Rf sampel (petroleum eter) yang sama

atau hampir sama dengan Rf standar (stigmasterol) yaitu Rf sebesar 0,9625. Hal ini dapat

menunjukkan bahwa dalam sampel terdapat kandungan senyawa yang sama dengan standarnya

yaitu kandungan saponin. Sedangkan hasil elusi pada pengujian kandungan minyak atsiri

digunakan pembanding timol(senyawa terpenoid), didapat Rf yang sedikit berbeda, yaitu 0,4375

dan 0,6875. Hal ini dapat menunjukkan bahwa dalam sampel terdapat senyawa minyak atsiri,

namun bukan berasal dari turunan minyak atsiri terpenoid

2. Fraksi Eter

23

Page 24: Skrining fitokimia jadi

Fraksi eter digunakan untuk pengujian kandungan alkaloid dan kumarin. Pada pengujian

alkaloid dielusi dengan fase gerak toluen-etil asetat-etilendiamin (7:2:1) dengan pembanding

kinin. Sedangkan untuk pengujian kumarin digunkan fase gerak dietileter-toluen (1:1) yang

dijenuhkan dengan asam asetat, dengan pembanding kumarin standar. Jarak elusi yang disunakan

adalah 8 cm. Deteksi pada pengujian alkaloid dengan pereaksi dragendorf yang dilanjutkan

dengan natrium nitrit yang dimaksudkan untuk menstabilkan warna yng telah diperoleh setelah

penambahan pereaksi Dragendrof. Deteksi pada pengujian kumarin dengan menggunakan KOH

etanolik sebagai pereaksi kumarin.

Dari deteksi secara tampak tidak terjadi warna pada kedua plat pengujian. Dari hasil elusi

didapat 7 bercak pada sampel fraksi eter (pada pengujian alkaloid dengan pembanding kinin)

yaitu pada Rf 0,25; 0,275; 0,2875; 0,5125; 0,5625; 0,6375; 0,75. Pada sampel fraksi eter

(pengujian kumarin dengan pembanding kumarin)didapat 6 bercak dengan Rf masing-masing

0,1625; 0,3125; 0,3375; 0,5625; 0,9375; 0,9625. Rf untuk kinin adalah 0,25 dan Rf kumarin

0,9375. Pada deteksi UV 254, bercak kinin memberikan warna hijau, sampel juga berwarna

hijau. Sedangkan pada fraksi eter pada pengujian kumarin, pada UV 254 sampel berwarna hajau

dan kumarin standar berwarna ungu. Setelah disemprot, pada plat pengujian alkaloid (fraksi eter

dengan pembanding kinin) terjadi perubahan warna, pada sinar tampak bercak sampel (fraksi

eter) berwarna hijau, dan bercak kinin berwarna orange Setelah disemprot menggunakan KOH

etanolik pada pengujian kumarin, terjadi perubahan warna. KOH etanolik untuk mengamati

antrakuinon, antron, kumarin, dimana masing-masing senyawa tersebut menunjukkan warna

yang spesifik dengan penambahan KOH etanolik. Dari hasil elusi pada pengujian alkaloid

maupun kumarin, didapatkan bercak sampel yang memiliki Rf yang sama atau hampir sama

dengan Rf standar (kinin dan kumarin), yaitu Rf 0,25 untuk Rf kinin dan Rf 0,9375 untuk Rf

kumarin, sehingga dapat menunjukkan bahwa dalam sampel tersebut (fraksi eter) terdapat

senyawa yang sama dengan standar atau pembandingnya yaitu terdapat senyawa saponin dan

kumarin.

3. Fraksi Etanol-air

Fraksi etanol-air digunakan untuk pengujian alkaloid dan saponin. Untuk pengujian alkaloid plat

dielusi dengan fase gerak toluen-etilasetat-dietilamin (7:2:1) dengan pembanding kinin.

Sedangkan untuk pengujian saponin digunakan fase gerak kloroform-metanol-air (64:50:10)

dengan pembanding stigmasterol. Jarak elusinya adalah 8 cm. Setelah elusi selesai, lalu

diamati. Dari hasil elusi pada sampel etanol-air pada pengujian alkaloid dengan pembanding

kinin didapat 3 bercak dengan Rf 0,6375; 0,8875; 0,95. Serta didapat 1 bercak pada pengujian

dengan pembanding stigmasterol dengan Rf 0,9625. Rf pembanding yaitu kinin dan stigmasterol

adalah 0,25 dan 0,9625. Jika dilihat pada UV 254, pada plat silika baik dengan pembanding

stigmasterol maupun kinin terjadi pemadaman. Sedangkan pada sinar tampak, bercak kinin dan

sampel (fraksi etanol-air) tidak tampak atau tidak berwarna. Sedangkan bercak pada plat dengan

24

Page 25: Skrining fitokimia jadi

pembanding stigmasterol berwarna,yaitu sampel (fraksi etanol-air) mempunyai warna hijau

pudar,dan pembanding (stigmasterol) tidak berwarna.

Untuk deteksi lebih spesifik pada plat dengan pembanding stigmasterol (pengujian saponin)

disemprot dengan anisaldehid asam sulfat kemudian dipanaskan 100oC. Setelah disemprot, lalu

diamati pada UV 366, pada deteksi ini didapatkan bercak stigmasterol dan sampel berfluoresensi

kuning, diprediksikan sampel mengandung saponin, sedangkan pada sinar tampak sampel

menimbulkan warna abu-abu. Pada UV 254, bercak sampel (fraksi etanol-air) berfluoresensi

ungu kekuningan, sedangkan stigmasterol berfluoresensi ungu. Untuk deteksi lebih lanjut dari

pengujian alkaloid, plat disemprot dengan dragendorf dilanjutkan natrium nitrit ,pada bercak

kinin menjadi berwarna orange dan pada bercak sampel (fraksi etanol-air) berwarna hijau. Dari

hasil elusi pada pengujian saponin didapatkan Rf sampel (etanol-air) yang sama atau hampir

sama dengan Rf standar (stigmasterol). Hal ini dapat menunjukkan bahwa dalam sampel terdapat

kandungan senyawa yang sama yaitu kandungan saponin. Sedangkan pada pengujian alkaloid

dengan pembanding kinin, didapatkan Rf yang jauh berbeda dengan Rf standar. Hal ini tidak

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dalam sampel seharusnya terdapat alkaloid, hai ini

dapat disebabkan karena fraksi yang didapatkan tidak mengandung alakoid yang disebabkan

belum maksimal dalam menyarinya sehingga alkaloid belum ikut tersari dalam fraksi etanol-air

tersebut.

25

Page 26: Skrining fitokimia jadi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Dari hasil uji tabung didapat bahwa sampel daun Kejibeling (Strobilantus crispus) terdapat

kandungan kimia:

a. Steroid-Triterpenoid

b. Alkaloid

c. Senyawa Fenolik

d. Fenol-fenol

e. Kumarin-Turunan Fenil Propanoid

f. Saponin

2. Dari hasil uji Kromatografi Lapis Tipis didapat hasil positif untuk senyawa:

a. Kumarin

b. Saponin

c. Minyak atsiri

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kandungan dari Strobilantus

crispus secara lebih lengkap

2. Perlu dilakukan uji yang lebih valid untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya positif

atau negatif palsu

3. Perlu dilakukan uji farmakologis untuk memastikan efek farmakologis Strobilantus crispus

26

Page 27: Skrining fitokimia jadi

DAFTAR PUSTAKA

Claus, E.P., Tyler V.E., Brady, L.R., 1970, Pharmacognosy, 4th Ed. Febiger, Philadelphia.

Fransworth, N.R., 1966, Biological and Fitochemical Skrining of Plants, Jfarm.Sci

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,

diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwan Sudiro, Penerbit ITB,

Bandung.

Macek , K. , 1972, Pharmaceutical Aplication of Thin Layer Chromatography and Paper

Chromatography, L. Sefier Pub.co., London

Syamsuhidayat, Sri Sugati dan Johnny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia I,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Wagner, H., Bladt, S., Zganski, E.M., 1984, Plant Drud Analysis, A Thin Layer Chromatography

Atlas, translated by Th. A. Scott, Springer, Verlag Heidelberg, New York

Tokyo.

27

Page 28: Skrining fitokimia jadi

PLAT KLT ALKALOID

SEBELUM DISEMPROT

PLAT KLT KUMARIN

SEBELUM DISEMPROT

PLAT KLT ALKALOID PLAT KLT KUMARIN

SETELAH DISEMPROT SETELAH DISEMPROT

28

Page 29: Skrining fitokimia jadi

PLAT KLT DI BAWAH SINAR UV

(ARAH ELUSI DARI KIRI KE KANAN FOTO

Alkaloid Kumarin

Saponin minyak atsiri

29