skrining ca serviks

16
Eliana Tjahja 102012515 Kevina Suwandi 102012001 SKRINING CA SERVIKS

Upload: kevinasuwandi

Post on 03-Sep-2015

251 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ca serviks

TRANSCRIPT

PowerPoint Presentation

Eliana Tjahja 102012515

Kevina Suwandi 102012001

Skrining ca serviks

KANKER SERVIKS

Kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh virus HPV ( Human Papiloma Virus )

Etiologi

Human Papilloma Virus (HPV)

Resiko tinggi: tipe 16, 18, 45, dan 56

Resiko sedang- rendah:

tipe 30, 31, 33, 35, 39, 51, 52, 58, 66

dan 6, 11, 42, 43, 44, 53, 54,55.13.

Faktor predisposisi

- Faktor HPV :

tipe virus

infeksi beberapa tipe onkogenik HPV secara bersamaan

jumlah virus (viral load)

- Faktor host/pejamu :

status, dimana imunodifisiensi ( misalnya penderita HIV positif ) yang terinfeksi HPV lebih cepat mengalami regresi menjadi lesi prekanker dan kanker.

jumlah paritas, dimana paritas lebih banyak lebih berisiko mengalami kanker

- Faktor eksogen

merokok-infeksi dengan penyakit menular seksual lainnya

penggunaan jangka panjang ( lebih dari 5 tahun) kontrasepsi oral

EPIDEMIOLOGI

Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Insidens dan angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif. Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%.

skrining

strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu

Tes skrining yang dilakukan pada orang tanpa tanda-tanda klinis penyakit

Tujuan dari skrining adalah untuk mengidentifikasi penyakit pada komunitas awal, sehingga memungkinkan intervensi lebih awal dan manajemen dengan harapan untuk mengurangi angka kematian dan penderitaan dari penyakit.

Test skrining dapat dilakukan dengan cara :

Pertanyaan/kuesioner

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Laboratorium

X-ray, termasuk diagnostic imaging

Syarat skrining

Penyakit harus merupakan masalah kesehatan yang penting

Harus ada cara pengobatan yang efektif

Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis

Diketahui stadium prepatogenesis dan pathogenesis

Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima oleh masyarakat

Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit

Harus ada Policy yang jelas

Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya konsekuensi kesehatan

Macam-macam skrining

Mass screening: screening secara masal pada masyarakat tertentu

Selective screening:screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu

Contoh: pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca serviks pada wanita yang sudah menikah

Case finding screening : upaya dokter/tenaga kesehatan untuk menyelidiki suatu kelainan yang tidak berhubungan dengan keluhan pasien yang datang untuk kepentingan pemeriksaan kesehatan

Single disease screening : screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit

Multiphasic screening : screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas

validitas

Kemampuan tes skrining tersebut dalam mengukur sesuatu yang seharusnya diukur

Dapat dinilai dengan spesifisitas,sensitivitas,nilai prediksi positif dan negatif, serta akurasi

- RUMUS:

Sensitivitas : TP/(TP+FN)

Spesifisitas: TN / (TN + FP)

Nilai prediksi positif : TP/ (TP + FP) X 100%

Nilai prediksi negatif : FN/ (FN + TN) X 100%

SASARAN SKRINING

Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum pernah menjalani tes Pap sebelumnya, atau pernah mengalami tes Pap 3 tahun sebelumnya atau lebih.

Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes Pap sebelumnya

Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan pasca sanggama atau perdarahan pasca menopause atau mengalami tanda dan gejala abnormal lainnya

Perempuan yang ditemukan ketidak normalan pada leher rahimnya

Metode skrining ca serviks

Metode IVA

Pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)

PAP SMEAR

Skrining dengan metode tes Pap memerlukan tenaga ahli, sistem transportasi, komunikasi dan tindak lanjut (follow-up) yang belum dapat dipenuhi oleh negara-negara berkembang.

Hasil ca serviks dengan metode iva

Hasil skrining pada skenario

Sensitivitas : 6/ (6+3) = 66,6%

Spesifisitas : 467/ (467 + 24) = 95,1%

Nilai prediksi positif : 6 / (6 +24) X 100% = 20%

Nilai prediksi negatif : 467 / ( 467 + 3 ) X 100% = 99,36%

penatalaksanaan

pembedahan, baik pembedahan laser, listrik atau dengan cara pembekuan dan membuang jaringan kanker serviks.

Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat

Untuk kasus kanker serviks stadium lanjut akan dilakukan pengobatan dengan cara kemoterapi serta radioterapi, namun jika sudah terdeteksi cukup parah, tiada lain kecuali dengan mengangkat rahim (histerektomi) secara menyeluruh agar kanker tidak berkembang.

Pencegahan

Jalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi dan bergizi

Selalu menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan

Hindari pembersihan bagian genital dengan air yang kotor

Jika anda perokok, segera hentikan kebiasaan buruk ini

Hindari berhubungan intim saat usia dini

kesimpulan

Skrining: strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu. Skrining yang sering di lakukan di Puskesmas adalah skrining ca cervix dengan tes IVA karena skrining ini mudah, praktis dan sangat mampu laksana. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu. Alat-alat yang dibutuhkan juga sangat sederhana.

Jika terdeteksi kanker serviks stadium awal, maka pengobatannya dilakukan dengan cara menghilangkan kanker serviks tersebut dengan cara dilakukan pembedahan, baik pembedahan laser, listrik atau dengan cara pembekuan dan membuang jaringan kanker serviks. Untuk kasus kanker serviks stadium lanjut akan dilakukan pengobatan dengan cara kemoterapi serta radioterapi, namun jika sudah terdeteksi cukup parah, tiada lain kecuali dengan mengangkat rahim (histerektomi) secara menyeluruh agar kanker tidak berkembang. Hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa metode IVA mempunyai sensitivitas yang sebanding dengan tes Pap dalam mendeteksi lesi prakanker derajat tinggi meskipun spesifisitasnya lebih rendah dari tes Pap.