skenario 3 neuro mandiri

Upload: akhdan-aufa

Post on 07-Jul-2018

260 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    1/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    LI. I MM Pusat dan Jaras Nyeri

    1.1 Jaras spesifik Nyeri 

    A.  Traktus spinotalamikus Lateralis

    i.  Axon dari neiron orde pertama (ganglion spinalis) memasuki ujung cornu

     posterius substantia grissea medulla spinalis dan segera bercabang menjadi

    serabut yang naik dan yang turunii.  Sesudah memasuiki satu atau dua segmen medulla spinalis membentuk tractus

     posterolateral (lissaueri) , serabut ini segera bersinapsis dengan neuron orde

    kedua yang terletak pada kelompok sel substantia gelatinosa cornu posterius

    iii.  Axon dari neuron orde kedua berjalan menyilang garis tengah pada comissura

    anterior substantia grissea dam substantia alba kemudian naik keatas pada sisi

    kontra lateral sebagai anterius. Sewaktu berjalan keatas, serabut saraf baru

    terus bertambah sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis, demikian

    rupa sehingga pada bagian atas cervical terdapat

    a)  Serabut sraf yang datang dari sacral terletak posterolateral

     b)  Serabut saraf yang datang dari cervical terletak anteromedial (serebut

    saraf yang menghantarkan rasa sakit terletak didepan yang

    menghantarkan sensasi suhu)

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    2/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    iv.  Pada Medulla oblongata tractus tersebut terletak pada dataran lateral antara

    nucleus olivarius inferius dengan nucleus tractus spinalis N.Trigeminus. disini

    ia bergabung dengan

    1.  Tractus spinothalamicus anterius

    2.  Tractus spinotectalis

    Yang kemudian gabungan dari ketiganya disebut lemniscus spinalis

    v.  Pada pons kemudian naik keatas dibagian belakang pons

    vi.  Pada mesencephalon kemudian lemniscus medialis berjalan pada tegmentum ,

    lateralis dari lemniscus medialis

    vii.  Pada diencephalon serabut saraf dari tractus spinothalamicus lateralis akan

     bersinapsis dengan neuron orde ketiga yaitu nucleus posterolateral dari

    keolompok ventral thalamus (bagian dari nucleus lateralis thalamus), dimana

    disini akan terjadi penilaian kasar sensasi sakit dan suhu dan reaksi emosi

    mulai timbul.

    viii.  Axon dari neuron orde ketiga jalan memasuki crus posterior capsula interna

    dan corona radiata untuk berakhi pada gyrus postcentralis (brodmann 3 2 1) .

    dari sini informasi rasa sakit dan suhu akan diteruskan ke area motorik dan

    area asosiasi di cortex lobus parietalis.

    ix.  Cortex cerevri gyrus psotcentralis berfungsi untuk menafsirkan suhu dan sakit

    sehingga akan muncul kesadaran terkait sensasi tersbut.

    Pembagian secara fisiologis

    Sewaktu memasuki medulla spinalis , sinyal rasa nyeri melewati dua jalur ke otak yaitu:

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    3/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    A. 

    Traktus neospinotalamikusTraktus neospinotalamisu berfungsi utnuk menyalurkan nyeri

    secara cepat. Terutama terdiri atas serabut A-Delta yang tyerutama dilalui

    oleh rasa nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut perifer jalur ini

     berakhir pada lamina I kornu dorsalis. Dan dari sini akan merangsang

    neuron orde dua dari tractus neospinotalamicus. Neuron ini akan

    mengirimkan sinyal ke serabut panjang yang terletak di dekat sisi lain

    medulla spinalis dalam komisura anterior dan selanjutnya berbelok naik ke

    otak dalam kolumna anterolateralis.

    1.  Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus berakhir di

    daerah retikularis batang otak, sisaya melewati batang otak dan

    langsung berakir di kompleks ventrobasal thalami.

    2.   Nyeri cepat dapat dilokalisasi dengan mudah di dalam tubuh

    3.   Neurotransmiter A delta umumnya adalah glutamat

    B. 

    Traktus paleospinotalamikus

    Jalur ini befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik , sebagian

    serabutnya adalah tipe C, sebagian kecil A-delta. Dalam jaras ini, serabut-

    serabut perifer berakhri pada lamina II dan II kornu dorsalis yang secara

     bersama-sama disebut substansi gelatinosa, serabut C terletak lebih lateral dari

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    4/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    A-delta. Setelah itu akan berlanjut ke lamina V dan neuron-neuronnya

    merangsang akson-akson panjang (yang juga menjadi penghantar nyeri cepat)

    yang mula-mula melewati komisura anterior ke sisi berlawanan dari medulla

    spinalis ,kemudian naik ke otak melalui jaras anterolateral

     Neotransmiter nya adalah glutamat dan Substansi P, substansi P bersifat

    lebih lambat dari Glutamat yang memungkinkan glutamat untuk sampai

    terlebih dahulu. Yang menjelaskan suatu fenomena rasa sakit “ganda” 

    Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di

    a.  Mucleus retikularis medula, pons dan mesensefalon

     b.  Area tektal mesensefalon sampai kolukulus usperior dan inferior

    c.  Daerah periakuaduktus substansia grisea yang mengelilingi aquaductus

    sylvii

    Kemampuan lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat sangatlah

     buruk dan kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di bagian tubuh yang luas

    Formasio retikularis berfungsi untuk menimbulkan persepsio nyeri

    yang disadari

    1.2 Mekanisme penghantaran nyeri

    Fisiologi nyeri melalui proses-proses berikut

    1. Proses Transduksi (Transduction)

    Proses transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri diubah menjadi suatu

    aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli

    fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri). Transduksi rasa sakit dimulai

    ketika ujung saraf bebas (nociceptors) dari serat C dan serat A delta neuron aferen primer

    menanggapi rangsangan berbahaya. Nosiseptors terkena rangsangan berbahaya ketika

    kerusakan jaringan dan inflamasi terjadi sebagai akibat dari, misalnya, trauma, pembedahan, peradangan, infeksi dan iskemia.

     Nociceptors didistribusikan pada ;

    1. Struktur Somatik (kulit, otot, jaringan ikat, tulang, sendi);

    2. Struktur Viseral (organ viseral seperti hati, saluran gastro-intestinal).

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    5/38

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    6/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

     persepsi nyeri menjadi sangat subyektif pada setiap orang. . Suatu jaras tertentu telah

    diternukan di sistem saran pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di

    medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika seperti morfin

    (Dewanto).

    4. Persepsi

    Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Pada saat individu

    menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks.

    a.  Korteks somatosensori: Ini adalah terlibat dengan persepsi dan interpretasi dari

    sensasi. Ini mengidentifikasi intensitas, jenis dan lokasi sensasi rasa sakit dan sensasi

    yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu, memori dan aktivitas kognitif. Ini

    mengidentifikasi sifat stimulus sebelum memicu respons, misalnya, di mana rasa

    sakit itu, seberapa kuat itu dan bagaimana rasanya.

     b.  Sistem limbik: Hal ini bertanggung jawab untuk respon emosi dan perilaku terhadap

    rasa sakit misalnya, perhatian, suasana hati, dan motivasi, dan juga dengan

     pengolahan rasa sakit,dan pengalaman masa lalu rasa sakit.

    RESEPTOR NYERI 

    Aferen primer mencakup serat A-alfa dan A-beta yang besar dan bermielen serta

    membawa impuls yang besar dan tidak bermielin ( tidak diperlihatkan ) serta membawa

    impuls yang memperantarai sentuhan, tekanan, dan propriosepsi dan serat A-delta yang kecil

     bermielin dan serat C yang tidak bermielin, yang membawa impuls nyeri. Aferen-aferen

     primer ini menyatu di sel-sel kornu dorsalis medulla spinalis, masuk ke zona lissauer, serat

     pascaganglion simpatis adalah serat eferen dan terdiri dari serat-serat C tidak bermielin.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    7/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    SENSITISASI NOSISEPTOR DI DAERAH CEDERA JARINGAN

    Pengaktifan langsung dengan tekanan intensif yang menyebabkan kerusakan sel.

    Kerusakan sel menyebabkan dibebaskannya kalium ( K) intra sel dan sintesis prostaglandin

    (PgG) dan bradikinin (BK. Prostaglandin meningkatkan sensitivitas reseptor nyeri

     bradikinin, yaitu zat kimia penghsil nyeri yang paling kuat.

    Apapun bentuknya, pada nantinya hal tersebut akan menyebabkan perubahan permeabilitas

    neurong sehingga dapat terjadi suatu potensial aksi dengan perpindahan ion-ion yang

    timbul.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    8/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    LI. II MM Nyeri Kepala

    2.1 Definisi

    Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit. Neurology and neurosurgery illustrated

    Kenneth).

    2.2 Etiologi

    Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan:

    (1) vascular

    (2) jaringan saraf

    (3) gigi –  geligi

    (4) orbita

    (5) hidung dan

    (6) sinus paranasal

    (7) jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala.

    Selain kelainan yang telah disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh stress dan

     perubahan lokasi (cuaca, tekanan)

    2.3 Klasifikasi

    Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:

    1.   Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus

    mekanis terhadap nosiseptor.

    2. 

     Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf  

    3.   Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.

    4.   Nyeri psikologik  

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    9/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Berdasarkan kausanya, digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder.

     Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan

    struktur atau sejenisnya. Sedangkan nyeri kepala sekunder, yaitu nyeri kepala lebih dari tiga

     bulan yang mengalami pertambahan dalam derajat berat, frekuensi dan durasinya serta dapat

    disertai munculnya deficit neurologis yang lain selain nyeri kepala.

    1.  Primer, tidak terdapat penyebab dasarnya. Diantaranya:

    a. Migraine, adanya vasodilatasi arteri ekstrakranial dimana pada saat serangan terjadi

    vasokonstriksi intra cranial

     b. Nyeri kepala tipe tegang, karena kontraksi otot leher.

    2.  Sekunder, disebabkan karena vasodilatasi akibat demam tinggi, peningkatan tekanan darah,

    hipoksia, intoksikasi CO, dan keadaan patologis lainnya. Diantaranya:

    a. 

    Traction headache, karena trakdi atau kompresi dari struktur peka nyeri intracranial akibat

    tumor, hematom, dsb.

     b. Inflamasi, disebabkan stimulasi struktur peka nyeri intracranial akibat perdarahan

    subarachnoid, meningitis, dural sinus phlebitis, juga ekstrakranial temporal arteritis.

    c.  Referred head pain, disebabkan sakit mata, hidung atau sinus, gigi, dsb

    d. Psikogenik, akibat depresi, delusi.

    e. 

    Nyeri kepala secara general dibagi atas:

    1.  Nyeri kepala Intrakranial

    Daerah sensitif nyeri tempurung kepala

    Jaringan otak sendiri tidak sensitif terhadap rasa sakit, perangsangan jaringan otak,

    terutama korteks akan malah menimbulkan sensai nyeri di tempat yang jauh (misal tangan atau

    kaki). Sebaliknya, tekanan , regangan, segala bentuk cedera yang mempengaruhi sinus venosis

    dan arteri di otak (terutama arteri meningea media) akan menyebabkan nyeri kepala yang sangat

    hebat

    Daerah kepala tempat peralihan nyeri kepala intrakranial

    Semua rangsangan berupa [eristiwa apapun yang terjadi diatas tentorium cerebri akan

    menimbulkan manifestasi sakit kepala separuh bagian frontal, sedangkan stimulasi-stimulasi

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    10/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    yang berasal dari bawah bagian bawah Tentorium (batang otak, serebelum) akan bermanifestasi

    sebagai sakit kepala pada separuh belakang kepala

    a.   Nyeri kepala meningitis

    Peradangan selaput otak yang terjadi pada meningitis akan bermanifestasisebagi sakit kepala yang terjadi di semua derah kepala

     b.   Nyeri kepala akibat kekurangan CSF

    Apabila seseorang dikeluarkan sebagian CSF nya maka akan timbul nyeri

    hebat saat ia berdiri

    c.   Nyeri kepala Migrain

     Nyeri ini disebabkan oleh gangguan vaskular yang dapat juga terkait faktor

     psikogenik

    d.   Nyeri kepala alkoholik

    Hal ini ditimbulkan akibat konsumsi alkohol berlebih, alkohol toksik terhadap

     jaringan otak

    e.   Nyeri kepala konstipasi

    Konstipasi dapat menimbulkan nyeri kepala

    2.  Nyeri kepala ekstrakranial

    a.   Nyeri kepala akibat spasme otot

    i. 

     Nyeri ini dapat ditimbulkan oleh ketegangan emosiaonal yan gmenyebvabkan

    spasme otot-oto yang melekat pad kulit kepala , leher, dan occiput. Keadaan

    ini diduga merupakan penyebab umum timbulnya nyeri kepala. Sebagai

    akibatmnya, nyeri akan dialihkan ke daerah kepala yang lebih dalam,

    menyebabkan rasa nyeri yang ada serupa dengan nyeri kepala intrakranial dan

    terasa parah.

     b.   Nyeri kepala akibat iritasi hidung dan struktur sekitarnya

    i.  Peradangan [pada mukosa hidung dan struktur terkait (misal:sinus) akan

    menyebabkan nyerikepala yang akan dialihkan kebagian belakang mata atau

     permukaan frontal dahi dan kulit kepala.

    c.   Nyeri kepala akibat kelainan mata.

    i.   Nyeri kepala yang timbul pada tipe ini dapat disebabkan oleh kerja muskulus

    ciliaris yang berlebihan dalam upaya akomodasi saat seseorang berusaha

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    11/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    memfokuskan terhadap sesuatu, yang akan menimbulkan spasme otot okuler

    dan otot facialis

    ii.  atau juga saat terpajan cahaya yang berlebihan, cimana akan terjadi cedera

    retina dan menimbulkan rasa nyeri.

    2.4 Patofisiologi

    Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri

    kepala adalah sebagai berikut (Lance,2000) : (1) peregangan atau pergeseran pembuluh

    darah; intrakranium atau ekstrakranium, (2) traksi pembuluh darah, (3) kontraksi otot

    kepala dan leher ( kerja berlebihan otot), (3) peregangan periosteum (nyeri lokal), (4)

    degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya,

    arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif

     pada endorfin).

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    12/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    2.5 Manifestasi Klinis

    Fase I : Prodromal

    Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-pelan

    selama 24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan ,tidak enak, iritabel,

    memburuk bila makan makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat,

    sulit/malas berbicara.

    Fase II : Aura

    a)  Gangguan penglihatan yang paling sering dikeluhkan pasien. Khas pasien melihat

    seperti melihat kilatan lampu blits (photopsia) atau melihat garis zig zag disekitar

    mata dan hilangnya sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata (scintillating

    scotoma).

     b) 

    Gejala sensoris yang timbul berupa rasa kesemutan atau tusukan jarum pada lengan,

    dysphasia.

    c)  Fase ini berlangsung antara 5  –   60 menit. Sebanyak 80% serangan migraine tidak

    disertai aura.

    Fase III : Headache 

    a)   Nyeri kepala yang timbul terasa berdenyut dan berat. Biasanya hanya pada salah satu sisi

    kepal tetapi dapat juga pada kedua sisi. Sering disertai mual muntah tidak tahan cahaya

    (photofobia) atau suara (phonofobia). Nyeri kepala sering memburuk saat bergerak dan pasien lebih senang istrahat ditempat yang gelap dan ini sering berakhir antara 2  –   72

     jam.

    Fase IV : Postdromal

    Saat ini nyeri kepala mulai mereda dan akan berakhir dalam waktu 24 jam, pada fase ini

     pasien akan merasakan lelah, nyeri pada ototnya kadang kadang euphoria. Setelah nyeri kepala

    hilang

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    13/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

    1.  ANAMNESIS NYERI KEPALA

    Mula timbul

     Nyeri kepala yang dimulai sejak masa kanak-kanak, masa remaja atau dewasa muda

     biasanya migren; jenis ini umumnya berhenti pada saat menopause, meskipun pada beberapa

    kasus justru mulai dirasakan pada masa tersebut. Nyeri kepala tipe tegang dapat mulai diderita

    setiap saat, Sedangkan nyeri kepala yang baru mulai dirasakan pada usia yang lebih lanjut harus

    diselidiki kemungkinan penyebab organiknya seperti arteritis temporalis, gangguan peredaran

    darah otak atau tumor. Hati-hati terhadap nyeri kepala yang progresif memberat karena mungkin

    didasari kelainan organik; makin lama nyeri kepala diderita tanpaberubah sifat, makin besar

    kemungkinan- nya disebabkan oleh faktor-faktor yang jinak (benign).

    Lokasi

     Nyeri kepala migren dapat dirasakan di manapun, paling sering di daerah temporal

    (pelipis), bisa unilateral, bilateral atau berganti-ganti. Nyeri kepala unilateral di sekitar orbita

    dapat disebabkan oleh nyeri kepala klaster. Nyeri kepala akibat gangguan gigi-geligi, sinus atau

    mata biasanya dirasakan di daerah frontal, dapat menjalar ke oksipital dan leher, sedangkan nyeri

     bitemporal dapat disebabkan oleh tumor sella/parasella. Nyeri kepala akibat tumor, bergantung

    letaknya, bila supratentorial umumnya dirasakan di frontal atau vertex, sedangkan bila letaknya

    infratentorial/fossa posterior

    Frekuensi

    Pola serangan nyeri dapat merupakan petunjuk diagnosis, terutama tipe klaster yang khas,

     berupa serangan-serangan singkat antara 3090 menit, berulang 26 kali sehari selama beberapa

    hari, kemudian dapat remisi selama beberapa minggu sampai beberapa tahun. Migren juga dapat bersifat sporadik, sedangkan nyeri kepala tipe tegang umumnya bersifat menetap, berangsur-

    angsur memberat atau berfluktuasi selama berhari-hari.

    Sifat

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    14/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

     Nyeri berdenyut dapat disebabkan oleh demam, migren, hipertensi atau tumor hemangioma.

     Nyeri kepala akibat tumor atau meningitis biasanya menetap dan nyeri, kadang-kadang juga

    terasa berdenyut. Nyeri kepala tipe tegang dirasakan menekan, persisten dan kadang-kadang

    dirasakan seperti diikat. Nyeri paling hebat disebabkan oleh pecahnya aneurisma, meningitis,

    demam, migren atau yang berhubungan dengan hipentensi maligna; nyeri hebat dan mendadak

    (thunderclap), apalagi bila disusul dengan rasa lemah dan penurunan kesadaran harus dicurigai

    disebabkan oleh aneunisma intrakranial yang pecah. Nyeri kepala akibat tumor atau abses

     biasanya bersifat Sedang, demikian juga dengan nyeri yang disebabkan oleh proses di daerah

    sinus, gigi geligi atau mata. Nyeri kepala migren jarang berlangsung lebih dari 14 jam, yang khas

    ialah adanya periode bebas keluhan di antara serangan; sedangkan nyeri kepala tipe tegang dapat

     berlangsung berhari- hari, bahkan bertahun-tahun. Nyeri yang terutama dirasakan di pagi hari,

    selain yang disebabkan oleh tumor, juga dapat ditimbulkan oleh hipertensi, atau migren biasa.

    Mignen timbul di saat ketegangan emosional, cuaca panas, kesibukan yang meningkat,sedangkan

    nyeri kepala yang berhubungan dengan sinus muncul saat infeksi saluran napas, di saat

     pergantian musim atau berkaitan dengan alergi

    2). Pemeriksaan fisisk

    1)  Keadaan umum pasien & mentalnya

    2)  Tanda tanda rangsangan meningeal

    3) 

    Adakah kelainan saraf cranial ?

    4)  Adakah kelainan pada kekuatan otot, refleks dan koordinasinya ?

    3). Pemeriksaan penunjang

    1.Laboratorium darah ,LED

    2. Lumbal punksi

    3. Elektroensefalografi

    4. CT Scan kepala , MRI

    Migren

    Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda ± tanda

    khas migren. Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwa harus

    terdapat paling tidak tiga dari empat karakteristik berikut :

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    15/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    (1) migren dengan satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral

    korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak

    (2) paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur ± angsur lebih dari 4 menit

    (3) aura tidak bertahan lebih dari 60 menit

    (4) sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit

    Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harus terdapat

     paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi kriteria berikut :

    (a) berlangsung 4 ± 72 jam (b) paling sedikit memenuhi dua dari :

    (1) unilateral (2) sensasi berdenyut (3) intensitas sedang berat (4) diperburuk oleh aktifitas (5)

     bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.

    Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain ( jika

    ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.

    Sakit Kepala Cluster

    Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya terjadi pada

    region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya terjadi pada malam hari,

    membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali terjadi lebih dari sekali dalam satu

    hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral

    dari hidung atau sebagai sensasi tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral,

    kongesti nasal, ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan

    gejala

    Gastrointestinal

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    16/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Diagnosis Banding 

    2.7 Tatalaksana

     Nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetilsalisilat dan jika nyeri kepala

    sangat berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin). Bila

     perlu dapat diberikan intravena dengan dosis 1 mg dihidroergotaminmetan sulfat atau

    ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot ( mengandung kafein 100 mg dan 1 mg ergotamin)

    diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan dan diulangi ½ jam berikutnya.

    Pada pasien yang terlalu sering mengalami serangan dapat diberikan preparat

    Bellergal (ergot 0,5 mg; atropin 0,3 mg; dan fenobarbital 15mg) diberikan 2  –   3 kali

    sehari selama beberapa minggu. Bagi mereka yang refrakter dapat ditambahkan

     pemberian ACTH (40 u/hari) atau prednison (1mg/Kg BB/hari) selama 3 –  4 minggu.

    Preparat penyekat beta,seperti propanolol dan timolol dilaporkan dapat mencegah

    timbulnya serangan migren karena mempunyai efek mencegah vasodilatasi kranial.

    Tetapi penyekat beta lainnya seperti pindolol, praktolol, dan aprenolol tidak mempunyai

    efek teraupetik untuk migren, sehingga mekanisme kerjanya disangka bukan semata  –  

    mata penyekat beta saja. Preparat yang efektif adalah penyekat beta yang tidak memiliki

    efek ISA ( Intrinsic Sympathomimetic Activity).

    Cluster headache  umunya membaik dengan pemberian preparat ergot. Untuk

    varian Cluster headache umumnya membaik dengan indometasin. Tension type

    headache  dapat diterapi dengan analgesik dan/atau terapi biofeedback   yang dapat

    digunakan sebagai pencegahan timbulnya serangan.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    17/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi, keparahan, dan

    durasi sakit kepala. Terapi ini diresepkan kepada pasien yang menderita 4 hari atau

    lebih serangan dalam sebulan atau jika pengobatan di atas tidak efektif. Terapi ini harus

    digunakan setiap hari. Terapi preventif tersebut adalah pemberian beta bloker, botox,

    kalsium channel blokers, dopamine reuptake inhibitors, SSRIs, serotonin atau dopamin

    spesifik, dan TCA

    Tata Laksana untuk nyeri kepala tipe tegang

    A.  Terapi

     Non farmakologis

    1.  Terapi perilaku

    a. 

    Konseling b.  Terapi perilaku

    c.  Terapi manajemen stress

    d.  Latihan relaksasi

    e.  Biofeedback.

    2.  Intervensi medis

    a.  Blokade saraf occipital

     b.  Ice packs

    c.  Panas

      Farmakologis

    1.  Terapi farmakologis yang ada adalah NSAID berupa

    a.  Acetaminophen

     b.  Aspirin

    c.  Ibuprofen

    d.   Naproxen

    e. 

    Ketoprofen

    f.  Ketorolac

    Obat-obat ini tidak boleh dikonsumsi melebihi 9 hari karena akan

    menyebabkan timbulnya komplikasi berupa progresi ke tipe kronik.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    18/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    2.  Kegagalan terapi dengan Over the counter medicine menandakan perlunya

    obat preskripsi

    3.  Dapat juga ditambahakan butalbital dan codeine pada regimen NSAID

    4.  Terapi profilaksis dapat diberikan pada pasien yang bertipe kronik dengan

    serangan lebih dari dua kali dalam satu minggu dengan durasi selama 3-4 jam.

    5.  Tricyclic Anti Depressant dapat diberikan pada pasien untuk mencegah

    terjadinya suatu depresi.

    Perlu diingat bahwa dengan adanya resiko substance abuse, maka terapi hanya digunakan untuk

    membantu pasien-pasien yang mengalami kesulitan dengan hanya menggunakan behavioural

    therapy, bukan sebagai suatu lini pertama.

    2.8 

    KomplikasiKomplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh

     penggunaan obat - obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dllyang berlebihan.

    Tension type headache episodik dapat berkembang menjadi tipe kronik, dan depresi akibat

    gejalanya dapat terjadi sebagai suatu komplikasi pada pasien. Komplikasi Migren adalah

    rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia

    seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan 

    2.9 Pencegahan

    Terapi Perilaku merupakan pencegahan yang baik pada pasien, mengingat ini adalah suatu

    kelainan psikogenik, diharapkan,d engan adanya suatu terapi psikologis, pasien dapat

    mengenali jika sakit kepalanya mulai timbul dan mulai melakukan perubahan-perubahan

    sikap agar sakit kepalanya mereda. 

    2.10  Prognosis

    Kelainan tipe episodik jauh lebih mudah ditangani daripada tipe kronik.

    LI.III MM Klasifikasi dan Gambaran Klinis Nyeri Somatoform

    Klasifikasi nyeri somatoform

    Ada 5 gangguan somatoform yang spesifik yaitu :

    1. Gangguan konversi

    Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik yang tidak

    dapat dilacak secara medis. Gangguan ini muncul dalam konflik atau pengalaman traumatik yang

    memberikan keyakinan akan adanya penyebab psikologis.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    19/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    2. Hipokondriasis

    Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakukan akan adanya

     penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau rasa nyeri fisik

     biasanya sering diasosiasikan dengan gejala penyakit kronis tertentu.

    3. Gangguan somatisasi

    Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simptom fisik yang tidak ada dasar organis yang

     jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan kunjungan medis berkali-kali atau

    menyebabkan hendaya yang signifikan dalam fungsi.

    4. Gangguan dismorfik tubuh

    Terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau berlebih-lebihan. Menganggap orang tidak

    memperhatikannya karena kerusakan tubuh yang dimilikinya (dipersepsikannya). Gangguan ini

    akan membawa seseorang pada perilaku komplusif seperti berulang-ulang berdandan.

    5. Gangguan nyeri

    Gejala utamanya adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak sepenuhnya

    disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis nonpsikiatris, disertai oleh penderitaan emosional

    dan gangguan fungsional dan gangguan memiliki hubungan sebab yang masuk akal dengan

    factor psikologis.

    Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi,

    1. gangguan somatisasi

    2. gangguan somatoform tak terperinci

    3. gangguan hipokondriasis

    4. disfungsi otonomik somatoform

    5. gangguan nyeri somatoform menetap

    6. gangguan somatoform lainnya

    7. gangguan somayoform YTT

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    20/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang

     berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya

    negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya

    (Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau

    menelan, atau ada yang “menekan di dalam tenggorokan”. Masalah-masalah seperti ini dapat

    merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang

    dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam bentuk

    yang lebih tidak biasa, seperti “kelumpuhan” pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan

    kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi di mana seseorang

     berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti

    abnormalitas fisik yang dapat ditemukan (Nevid, dkk, 2005).

    Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik),

    terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima

     bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih

    lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa

    mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat

    ditemukan.

    Gambaran keluhan gejala somatoform :

    I.   Neuropsikiatri:

    “kedua  bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik” ; 

    “saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya” 

    II.  Kardiopulmonal:

    “ jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati” 

    III.  Gastrointestinal:

    “saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter

    yang dapat menyembuhkannya” 

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    21/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    IV.  Genitourinaria:

    “saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan namun

    tidak di temukan apa-apa” 

    V. 

    Musculoskeletal

    “saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu” 

    VI.  Sensoris:

    “ pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata tidak

    akan membantu”

    Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi,

    hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.

    Gangguan somatisasi

    1.  Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketika

    diperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu

    memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat. Keluhan yang

    umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur, dll

    2.  Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakan tersiksa/merana.

    3.  Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat, dirawat di RS

     bahkan dilakukan operasi.

    4.  Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalam

     pernikahan.

    Gangguan konversi

    1.  Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi walaupun secara fisiologis,

     pada sistem saraf atau organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat gangguan/kelainan.

    2.  Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan total pada

    tangan, lengan, atau gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau seperti ditusuk-tusuk,

    ketidak pekaan terhadap nyeri atau hilangnya kemampuan untuk merasakan sensasi

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    22/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    (anastesi), kelumpuhan, kebutaan, tidak dapat mendengar, tidak dapat membau, suara

    hanya berbisik, dll.

    3.  Biasanya muncul tiba-tiba dalam keadaan stres, adanya usaha individu untuk

    menghindari beberapa aktivitas atau tanggungjawab.

    4.  Konsep Freud : energi dari insting yang di repres berbalik menyerang dan menghambat

    fungsi saluran sensorimotor.

    5.  Kecemasan dan konflik psikologik diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.

    Hipokondriasis

    1.  Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinya memiliki

    suatu penyakit fisik yang serius

    2.  Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasi

    terhadap gejala fisik yang dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala, berdebar-

    debar, kelelahan.

    3.  Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke banyak

    dokter atau RS

    4.  Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,

    walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah

    diyakinkan.

    5.  Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,

     pekerjaan atau aspek penting lainnya.

    Gangguan dimorfik tubuh

    1.  Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkan kekurangan

    dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran tubuh)

    2. 

    Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan banyak waktu,

    menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau

    aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah atau

     pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk operasi plastik

    3.  Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    23/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Gangguan nyeri

    1.  Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat dan

     berkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah pemeriksaan

    yang intensif)

    2.  Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul di satu

    atau beberapa bagian tubuh.

    3.  Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan dan

    aspek penting lainnya.

    4.  Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,

    memperburuk rasa nyeri.

    Gangguan Somatoform, factor penyebab,predisposisi,presipitasi dan kriteria jenis

    somatoform menurut PPDGJ,psikologis,psikososial

    Definisi

    Suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik di mana tidak ditemukan penjelasan medis

    yang adekuat.

    Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan

     pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.

    Etiologi

    Gangguan Somatisasi : Substitusi instiktual yang direpresi, pengajaran parental, kondisi rumah

    tidak stabil, penyiksaan fisik, penurunan metabolisme lobus frontalis dan hemisfer nondominan,

    genetika, regulasi abnormal sitokin.

    Gangguan Konversi : Represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan ke dalam

    suatu gejala psikis, hipometabolisme hemisfer dominan, hipermetabolisme hemisfer

    nondominan, gangguan komunikasi hemisferik.

    Hipokondriasis : Misinterpretasi gejala-gejala tubuh, model belajar sosial, varian gangguan

    depresif dan kecemasan, harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain.

    Gangguan Dismorfik Tubuh : Melibatkan metabolisme serotonin, pengaruh kultural dan sosial.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    24/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Gangguan Nyeri : Ekspresi simbolik intrapsikis melalui tubuh (aleksitimia), perilaku sakit,

    manipulasi untuk mendapat keuntungan hubungan interpersonal, melibatkan serotonin, defisiensi

    endorfin.Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang mempunyai

    tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini.

    Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu zat

    tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan

    Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid dkk, 2005) :

    a. Faktor-faktor Biologis Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis

    (biasanya pada gangguan somatisasi).

     b. Faktor Lingkungan Sosial Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung,

    seperti “peran sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.

    c. Faktor Perilaku. Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:

    i. 

    Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang

    tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).

    ii.  Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit” 

    iii.  Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan dismorfik

    tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan

    keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.

    d. Faktor Emosi dan Kognitif Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan

    kognitif, penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:

    i.  Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari adanya

     penyakit serius (hipokondriasis).

    ii.  Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impulsimpuls yang

    tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik (gangguan konversi).

    iii.  Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu

    strategi self-handicaping (hipokondriasis).

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    25/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Diagnostik

    Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:

    a) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan

    atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun

     b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan

    fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.

    c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat

    keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.

    Atau :

    A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun

    B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan,

    4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya

    kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama

    hubungan seksual, atau selama miksi)

    2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual,

    kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis

    makanan)

    1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual,

    disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan,

    muntah sepanjang kehamilan).

    1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan pada

    kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan,

     paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda,

    kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain

     pingsan).

    C. Salah satu (1)atau (2):

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    26/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan

    sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat

    (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

    Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaanyang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit,

     pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

    D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-

     pura). 

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatisasi Menurut DSM-IV

    A. 

    Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama

     periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan

     bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya.

    B.  Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada

    sembarangan waktu selama perjalanan gangguan :

    1.  Empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat

    tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi,

    anggota gerak, dada, rektum selama menstruasi, selama berhubungan seksual atauselama miksi)

    2.  Dua gejala gastrointestinal : riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal

    selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan,

    diare atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

    3.  Satu gejala seksual : riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif

    selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,

    mendtruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang

    kehamilan)

    4.  Salah satu gejala pseudoneurologis : riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit

    yangmengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala

    konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau

    kelemahan setempat, ssulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    27/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,

    ketulian, kejang, amnesia, hilangnya kesadaran selain pingsan)

    C.  Salah (1) atau (2) :

    1.  Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat

    dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi umum medis yang dikenal atau efek

    langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat atau alkohol)

    2.  Jika terdapat kondisi umum medis, keluhan fisik atau gangguan sosial atau

     pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkiraannya dan

    riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium

    D.  Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan

    atau pura-pura)

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Konversi

    A.  Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik

    yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain

    B.  Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal

    atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stressor lain

    C.  Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (pura-pura)

    D.  Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya

    oleh kondisi umum medis atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau

     pengalaman yang diterima secara kultural

    E.  Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan

    dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan

    medis.

    F. 

    Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-

    mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih

     baik oleh gangguan mental lain.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    28/38

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    29/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    C.  Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya

    ketidakpuasaan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa)

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

    A.  Nyerii pada satu tempat atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan

    cukup parah untuk memerlukan perhatian khusus

    B.  Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

    fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain

    C.  Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,

    eksaserbasi atau bertahannya nyeri

    D.  Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat

    E. 

     Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan

     psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

    Tuliskan seperti berikut : gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis  :

    faktor psikologis dianggap memiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi

    dan bertahannya nyeri

    Sebutkan jika :

    Akut : durasi kurang dari 6 bulan

    Kronis : durasi 6 bulan atau lebih

    Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologis maupun kondisi medis

    umum

    Sebutkan jika :

    Akut : durasi kurang dari 6 bulan

    Kronik : durasi 6 bulan atau lebih

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan

    A.  Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan

    gastrointestinal, atau saluran kemih)

    B.  Salah satu (1) atau (2) :

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    30/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    1.  Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh

    kondisi umum medis yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat

    (misalnya efek cedera, medikasi, obat atau alkohol)

    2.  Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau

    gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang

    diperkiraan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan

    laboratorium.

    C.  Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

    fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain

    D.  Durasi gangguan sekurangnya enam bulan

    E.  Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya

    gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan,

    gangguan tidur atau gangguan psikotik)

    F.  Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat

    DIAGNOSIS MENURUT PPDGJ III :

    Gangguan Somatoform

    Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang

     berulang-ulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali

    terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan dokternya bahwa tidak ditemukan keluhan

    yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga menyangkal dan menolak untuk

    membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik

    dalam kehidupan yang dialaminya bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas

    dan depresi.

    Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinan

     penyebab keluhan-keluhannya yang menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada kedua

     belah pihak

    Gangguan Somatisasi

    Pedoman diagnostik

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    31/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :

    Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat

    dijelaskan atas dasar kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun

    Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak

    ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya

    Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan

    dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya

    a. Gangguan Somatoform Tak Terinci

    Pedoman diagnostik

    Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi

    gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi

    Kemungkinan ada ataupun tidaknya faktor penyebab psikologis belum jelas, akan

    tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dan keluhan-keluhannya

     b. Gangguan Hipokondrik

    Pedoman diagnostik

    Untuk diagnostik pasti, kedua hal ini harus ada :

    Keyakinan yang menetap adanya sekurang0kurangnya satu penyakit fisik yang

    serius yang dilandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang

    tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang

    menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisik

    Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter

     bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya.

    c. Gangguan Otonomik Somatoform

    Pedoman diagnostik

    Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :

    Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat, tremor,

    muka panas/flushing, yang menetap dan mengganggu

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    32/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak

    khas)

    Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya

    gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu, yang

    tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dari dokter

    Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari

    sistem atau organ yang dimaksud.

    Karakter kelima : F45.30 = jantung dan sistem kardiovaskuler

    F45.31 = saluran pencernaan bagian atas

    F45.32 = saluran pencernaan bagian bawah

    F45.33 = sistem pernafasan

    F45.34 = sistem genito-urinaria

    F45.35 = sistem atau organ lainnya

    d. Gangguan Nyeri Somatoform Menetap

    Pedoman diagnostik

    Keluhan utama adalah nyeri hebat, menyiksa, menetap, yang tidak dapat

    dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik

     Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem

     psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi

    terjadinya gangguan tersebut

    Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun

    medis, untuk yang bersangkutan.

    e. Gangguan Somatoform Lainnya

    Pedoman diagnostik

    Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas

    secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu

    Tidak ada kaitannya dengan kerusakan jaringan

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    33/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Tatalaksana Somatoform

    Terapi untuk Gangguan Somatoform

    Kebijakan klinis menyarankan pendekatan halus dan suportif seraya memberikan

     penghargaan kepada pasien atas setiap perbaikan kondisi sekecil apa pun yang berhasil

    dicapai(Simon,1998).

    Orang-orang yang menderita gangguan somatoform jauh lebih sering datang ke dokter

    dibanding ke psikiater atau psikolog karena mereka menganggap masalah berkait dengan

    kondisi fisik. Para pasien tersebut menganggap rujukan dokter ke psikolog atau psikiater

    sebagai tanda bahwa dokter menganggap penyakit mereka “terletak di kepala”; sehingga

    mereka tidak merasa senang dirujuk ke “ahli jiwa”. Mereka mengu ji kesabaran dokter

    mereka, yang sering kali meresepkan berbagai macam obat atau penanganan medis

    dengan harapan akan menyembuhkan keluhan somatiktersebut.

    Penyembuhan dengan berbicara yang menjadi dasar psikoanalisis dilandasi oleh

    asumsi bahwa suatu represif masif telah memaksa energi psikis diubah menjadi anestesia

    atau kelumpuhan yang membingungkan. Namun demikian, psikoanalisis tradisional

    dengan terapi jangka panjang dan psikoterapi yang berorientasi psikoanalisis tidak

    menunjukkan hasil yang bermanfaat bagi gangguan konversi, kecuali mungkin

    mengurangi kekhawatiran pasien atas penyakitnya. Penanganan psikodinamika jangka

     pendek dapat menjadi efektif untuk menghilangkan simtom-simtom

    gangguansomatoform.

    Pasien somatoform sering menderita kecemasan dan depresi. Dengan menangani

    kecemasan dan depresi sering kali mengurangi kekhawatiran somatoform. Pada kasus

    komorbiditas antara ganguan obsesif kompulsif dan gangguan somatoform tertentu,seperti hipokondriasis dan gangguan dismorfik tubuh memiliki penanganan pilihan untuk

    ganguan kompulsif-pemaparan dan pencegahan respons-dapat menjadi efektif untuk

    gangguan somatoform tersebut.

    Terapis perlu memperhitungkan untuk memastikan pasien tidak kehilangan muka ketika

    gangguan tersebut tidak lagi dialaminya. Terapis harus mempertimbangkan kemungkinan

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    34/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

     pasien merasa dipermalukan ketika kondisinya menjadi lebih baik melalui penanganan

    yang tidak berkaitan dengan masalah medis (fisik).

    Terapi untuk gangguan somatisasi 

    Pemaparan atau terapi kognitif dapat digunakan untuk mengatasi ketakutan,

     berkurangnya rasa takut dapat membantu mengurangi berbagai keluhan somatik.

    Terapi keluarga, membantu pasien dan keluarga mengubah jaringan hubungan yang

     bertujuan untuk membantu usahanya menjadi lebih mandiri.

    Training asersi dan keterampilan sosial, bermanfaat untuk membantunya manguasai atau

    menguasai kembali, berbagai cara untuk berhubungan dengan orang lain dan mengatasi berbagai

    tantangan tanpa harus mengatakan “Saya seorang yang malang, lemah, dan sakit.

    Dokter tidak menghindari validitas keluhan-keluhan fisik, namun meminimalkan

     penggunaan berbagai tes diagnostik dan pemberian obat, mempertahankan kontak dengan pasien.

    Teknik-teknik seperti training relaksasi dan berbagai bentuk terapi kognitif juga terbukti

     bermanfaat. Biofeedback, yang mencangkup pengendalian atas proses-proses fisiologis telah

    terbukti efektif dalam mengurangi berbagai pikiran yang merusak pada para pasien yang

    menderita gangguan somatoform-bahkan lebih efektif dibanding teknik relaksasi.

    Terapi utuk hipokondriasis 

    Pendekatan kognitif behavioral. Penelitian menunjukkan bahwa para pasien hipokondrial

    menunjukkan penyimpanan kognitif dengan menganggap masalah kesehatan yang muncul

    sebagai suatu ancaman. Terapi kognitif-behavioral dapat ditujukan untuk merestrukturisasi

     pemikiran pesimistik.

    Penanganan dapat mencangkup beberapa strategi seperti mengarahkan perhatian selektif

     pasien ke simtom-simtom fisik dan tidak mendorong pasien mencari kepastian medis bahwa ia

    tidak sakit.

    Terapi untuk rasa nyeri 

     Nyeri mengandung dua komponen, yaitu nyeri psikogenik dan nyeri yang benar-benar

    disebabkan factor medis, seperti cedera jaringan otot. Penanganan yang efektif cenderung terdiri

    dari hal-hal berikut:

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    35/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    A.  Melakukan validasi bahwa rasa nyeri memang nyata, dan tidak hanya dalam pikiran pasien.

    B.  Pelatihan relaksasi

    C.  Menghadiahi pasien karena berperilaku yang tidak sejalan dengan rasa nyeri (menahan rasa

    nyeri).

    Varian terapi psikodinamika jangka pendek, yang disebut terapi tubuh psikodinamika,

    efektif untuk mengurangi rasa nyeri dan mempertahankannya dalam jangka waktu lama.

    Dosis rendah obat antidepresan, terutama imipramine, lebih tinggi manfaatnya

    dibandingkan placebo untuk mengurangi rasa nyeri dan distress kronis. Obat-obatan tersebut

    tidak menghilangkan depresi terkait.

    a.  Secara umum tampaknya perlu disarankan untuk mengalihkan focus dari hal-hal yang

    tidak dapat dilakukan pasien karena penyakitnya dan bahkan mengajarkan pada pasien bagaimana cara mengatasi stres, mendorong aktivitas yang lebih banyak, dan

    meningkatkan kontrol diri 

    LI. IV MM Keluarga Sakkinah,Mawaddah,Warrahmah

    Kata “Sakinah”. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat

     penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi

    iman dan taqwa kepada Allah SWT.

    Dalam Al Qur‟an pun dikatakan bahwa suatu saat, akan banyak orang yang saling

     berkasih sayang di dunia, tetapi di akhirat kelak mereka akan bermusuhan, menyalahkan dan

    saling melempar tanggung jawab. Kecuali orang-orang yang berkasih sayang dilandasi dengan

    cinta kepada Allah SWT.

    Kata adalah mawaddah. Mawaddah itu berupa kasih sayang. Setiap mahluk Allah

    kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Dalam konteks pernikahan, contoh

    mawaddah itu berupa “kejutan” suami untuk istrinya, begitu  pun sebaliknya. Misalnya suatu

    waktu si suami bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk anak-

    anaknya. Dan ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan kejutan yang luar biasa.

    Kata terakhir adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban. Kewajiban

    seorang suami menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang baik.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    36/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    Kewajiban seorang istri untuk mena‟ati suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya dengan segala

    kewajiban.

    Kewajiban Suami Istri dalam Islam

    HAK BERSAMA SUAMI ISTRI 1.  Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum:

    21)

    2.  Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-

     Nisa‟: 19 –  Al-Hujuraat: 10)

    3.  Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An- Nisa‟: 19) 

    4.  Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)

    SUAMI KEPADA ISTRI

    1.  Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama.

    (At-aubah: 24)

    2.  Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-

    Taghabun: 14)

    3. 

    Hendaknya senantiasa berdo‟a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan:

    74)

    4.  Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah

    (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri

    lebih dari satu. (AI-Ghazali)

    5.  Jika istri berbuat „Nusyuz‟, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara

     berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang

    tidak menyakitkan. (An- Nisa‟: 34) … „Nusyuz‟ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami

    dalam hal ketaatan kepada Allah.

    6.  Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan

     paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)

    7.  Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-

    Thalaq: 7)

    http://budiwiyono.com/2009/10/22/kewajiban-suami-istri-dalam-islam/http://budiwiyono.com/2009/10/22/kewajiban-suami-istri-dalam-islam/

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    37/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

    8.  Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)

    9.  Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya

    terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi,

    Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)

    10.  Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya‟la) 

    11.  Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang,

    tanpa kasar dan zhalim. (An- Nisa‟: 19) 

    12.  Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak

    memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah

    sendiri. (Abu Dawud).

    Sumber :

      Kaplan, H.I., Sadock B.J. (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi ke-7 . Jakarta. Binarupa

    Aksara.

      Mansjoer, A.A.,etc. (2004 ). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I . Jakarta. Media AesculapiusFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

      Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. (2003).  Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III . Jakarta.

      Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III .

    Jakarta.  Kowalak, Jennifer P., William Welsh. (2011).  Buku Ajar Patofisiologi.  Jakarta. Penerbit

    Buku Kedokteran EGC. 

      Uddin, Jurnalis. (2009).  Anatomi Susunan Saraf Manusia.  Jakarta. Fakultas Kedokteran

    Universitas Yarsi.

      Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006).  Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

      Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta. EGC.

      Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. FKUI.

      Maramis, W.F. (1997). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi VI . Surabaya. AirlanggaUniversity Press.

     

    F. Bear, Barry W. Connors, Michael A. (2007).  Paradiso Neuroscience Exploring the Brain

    third edition. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.

      McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis. (2009).  Nervous System disorders.  Current Medical Diagnosis and Treatment . San Fransisco. McGraw-Hill Companies.

      Lindsay, Kenneth W. (2004).  Headache. Neurology and Neurosurgery.  London. ChurchillLivingstone.

  • 8/19/2019 Skenario 3 Neuro Mandiri

    38/38

    Akhdan Aufa - 1102013018 SKENARIO 3 NEUROLOGI

      The International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition. Cephalalgia (2004).

      Yutzy SH. (2006). Somatization. In: Blumenfield M, Strain JJ, penyunting.  Psychosomatic Medicine. 1st ed . New York: Lippincott Williams & Wilkins.

     

    Khan AA, Khan A, Harezlak J, Tu W, Kroenke K. (2003). Somatic symptoms in primarycare: Etiology and outcome. Psychosomatics.